IMPLEMENTASI PERAN KEPALA SEKOLAH SEBAGAI PEMIMPIN, MANAJER, DAN SUPERVISORDI SLB NEGERI 1 BANTUL
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Victoria Wikanti Widaninggar 11101244008
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN JURUSAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
MOTTO
Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan kamu mau
mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri. (1 Petrus 5:2)
Visi tanpa tindakan hanyalah sebuah mimpi.Tindakan tanpa visi hanyalah membuang waktu. Visi dengan tindakan akan mengubah dunia.
(Joel Arthur Barker)
PERSEMBAHAN
Segala puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa beserta alam semesta yang telah memberikan kemudahan dalam penyelesaian tugas akhir skripsi ini sebagai persyaratan memperoleh gelar sarjana pendidikan Program Studi Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta. Karya ini saya persembahkan untuk :
1. Simbah putriku, Anna Saniyah Sahid.
2. Kedua orang tuaku, Drs. Agung Endratmoko & MM. Siti Nuraheni, S.Pd 3. Almameter Universitas Negeri Yogyakarta.
IMPLEMENTASI PERAN KEPALA SEKOLAH SEBAGAI PEMIMPIN, MANAJER, DAN SUPERVISOR DI SLB NEGERI 1 BANTUL
Oleh
Victoria Wikanti Widaninggar NIM 11101244008
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk; 1) mengetahui implementasi peran kepala sekolah sebagai pemimpin; 2) mengetahui implementasi peran kepala sekolah sebagai manajer, dan; 3) mengetahui implementasi peran kepala sekolah sebagai supervisor di SLB Negeri 1 Bantul.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.Informan penelitian ini adalah kepala sekolah, guru, karyawan, dan orang tua siswa.Data dikumpulkan melalui wawancara tidak struktur, observasi, dan dokumentasi dengan instrumen penelitian pedoman wawancara, pedoman observasi, dan pedoman dokumentasi.Uji keabsahan data dengan triangulasi. Analisis data menggunakan model Miles dan Huberman dengan tahapan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian implementasi peran kepala sekolah sebagai pemimpin, manajer, dan supervisor di SLB Negeri 1 Bantul adalah sebagai berikut. (1) Implementasi peran kepala sekolah sebagai pemimpin telah dilaksanakan dengan memberikan keteladanan dalam hal kedisplinan menggunakan waktu dan menjalankan tugas, memiliki visi ke depan bagi SLB Negeri 1 Bantul, mendorong kemauan kuat dan semangat melalui keteladanan yang diberikan secara nyata di sekolah, memberikan pengarahan dan bimbingan bagi personil secara langsung maupun tidak langsung, menjalin komunikasi yang membangun dengan guru, karyawan, siswa, orang tua siswa, mitra sekolah dan masyarakat sekitar sekolah dan mengambil keputusan secara tepat bersama personil sekolah. (2) Implementasi peran kepala sekolah sebagai manajer telah dilaksanakan dengan melaksanakan perencanaan program dan kegiatan, menggunakan strategi dalam mengelola sumber daya sekolah, mengorganisasi dan mendayagunakan seluruh sumber daya yang ada di sekolah dengan memanfaatkan struktur organisasi yang dibentuk beserta pembagian tugas, mendorong keterlibatan seluruh personil sekolah, mengembangkan potensi yang dimiliki sekolah, dan melakukan kegiatan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan program kegiatan sekolah. (3) Implementasi peran kepala sekolah sebagai supervisor telah dilaksanakan melalui pelaksanakan fungsi supervisi dibantu oleh koordinator PKG/PKB yaitu tim asesor perwakilan dariguru. Teknik supervisi yang digunakan tim asesor adalah observasi kelas setiap satu semester sekali. Kegiatan supervisi secara insindental dan rutin yang dilakukan oleh kepala sekolah ialah kunjungan kelas dengan berkeliling mengamati proses belajar mengajar yang dilakukan guru di sekolah. Hasil tindak lanjut dari kegiatan supervisi adalah berupa nilai dan hasil temuan kekurangan kinerja guru dalam mengajar yang selanjutnya akan dijadikan dasar perencanaan pelaksanaan diklat untuk meningkatkan kemampuan guru dalam mengajar.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi ini. Tujuan penulisan akhir skripsi sebagai syarat dalam menyelesaikan jenjang Strata 1 (S1) pada program studi Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan. Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa tugas akhir skripsi dapat terselesaikan dengan baik karena adanya bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak.Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada.
1. Dr. Haryanto, M.Pd, Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan izin bagi penulis untuk melakukan penelitian.
2. Dr. Cepi Safruddin A J, M.Pd, Ketua Jurusan Administrasi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah membantu kelancaran penyusunan skripsi ini.
3. Drs. Suyud, M.Pd, sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama penyusunan tugas akhir skripsi ini.
4. Penguji Utama Bapak Hermanto, M.Pd dan Sekretaris Penguji Bapak Slamet Lestari, M.Pd yang telah meluangkan waktu dan tenaga memberikan koreksi dan perbaikan terhadap hasil penelitian saya.
5. Dr. Udik Budi Wibowo sebagai dosen pembimbing akademik yang telah memberikan ilmu dan bimbingan dalam menjalani perkuliahan.
6. Para dosen Jurusan Administrasi Pendidikan Program Studi Manajemen Pendidikan yang telah memberikan ilmu dan wawasannya.
7. Orang tua, kakak, adek, dan teman-teman dekat penulis, yang senantiasa memberikan doa dan dorongan sehingga terselesaikan tugas akhir skripsi ini.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PERNYATAAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 10
C. Batasan Masalah ... 11
D. Rumusan Masalah ... 11
E. Tujuan Penelitian ... 12
F. Manfaat Penelitian ... 12
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 14
A. Kepemimpinan ... 14
1. Pengertian Kepemimpinan ... 14
2. Fungsi Kepemimpian ... 15
3. Kepemimpinan Efektif ... 19
B. Perbedaan Manajer dan Pemimpin ... 25
C. Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 28
1. Pengertian Kepemimpinan ... 28
2. Peran Kepala Sekolah ... 32
3. Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin ... 34
a. Pengertian Pemimpin ... 34
b. Peran Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin ... 34
4. Kepala Sekolah Sebagai Manajer ... 37
a. Pengertian Manajer ... 37
b. Peran Kepala Sekolah Sebagai Manajer ... 38
5. Kepala Sekolah Sebagai Supervisor ... 41
a. Pengertian Supervisor ... 41
b. Peran Kepala Sekolah Sebagai Supervisor ... 42
D. Pendidikan Khusus ... 46
1. Pengertian Pendidikan Khusus ... 46
2. Anak Berkebutuhan Khusus ... 48
3. Jenis Anak Berkebutuhan Khusus ... 49
4. Sistem Layanan Pendidikan bagi Anak Berkebutuhan Khusus ... 49
E. Penelitian Relevan ... 53
F. Pertanyaan Penelitian ... 54
BAB III METODE PENELITIAN ... 56
A. Pendekatan Penelitian ... 56
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 56
C. Subjek Penelitian ... 57
D. Teknik Pengumpulan Data Penelitian ... 58
E. Instrumen Penelitian ... 59
G. Teknik Analisis Data Penelitian ... 63
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 62
A. Deskripsi Umum Penelitian ... 65
1. Deskripsi Lokasi Penelitian... 65
2. Struktur Organisasi SLB Negeri 1 Bantul ... 68
3. Personalia Penanggungjawab SLB Negeri 1 Bantul ... 69
4. Jumlah Siswa SLB Negeri 1 Bantul ... 70
5. Jumlah Guru, Tenaga Kependidikan, dan Tenaga Ahli/ Konsultan dan Paramedis SLB Negeri 1 Bantul ... 71
6. Profil Kepala Sekolah SLB Negeri 1 Bantul ... 71
B. Hasil Penelitian ... 73
1. Implementasi Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin ... 75
a. Memberikan teladan baik bagi peronil sekolah ... 75
b. Merumuskan dan memahami visi, misi, dan tujuan sekolah ... 79
c. Mendorong kemauan kuat dan semangat terhadap personil sekolah... 82
d. Memberikan pengarahan dan bimbingan terhadap personil sekolah... 86
e. Menjalin komunikasi yang membangun terhadap personil sekolah... 88
f. Mengambil keputusan secara tepat ... 92
2. Implementasi Kepala Sekolah Sebagai Manajer ... 94
a. Merencanakan program dan kegiatan sekolah ... 96
b. Menggunakan strategi dalam mengelola sumber daya sekolah, program, dan kegiatan sekolah ... 97
c. Mengorganisasikan dan mendayagunakan seluruh sumber daya yang ada di sekolah ... 98
d. Mendorong keterlibatan seluruh personil dalam menjalankan tugas masing-masing ... 100
f. Melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan
kegiatan sekolah ... 110
3. Implementasi Kepala Sekolah Sebagai Supervisor... 111
a. Melaksanakan perencanaan supervisi akademik ... 112
b. Melaksanakan supervisi akademik ... 112
c. Melakukan tindak lanjut dari hasil supervisi akademik ... 115
C.Pembahasan Hasil Penelitian ... 115
1. Implementasi Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin ... 116
2. Implementasi Kepala Sekolah Sebagai Manajer... 124
3. Implementasi Kepala Sekolah Sebagai Supervisor... 130
D. Keterbatasan Peneliti ... 132
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 133
A. Kesimpulan ... 133
B. Saran ... 135
DAFTAR PUSTAKA ... 136
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Perbedaan Peran Manajer dan Pemimpin ... 27
Tabel 2.Tabel Kisi-kisi Instrumen Penelitian Imlementasi Peran Kepala Sekolah sebagai Pemimpin, Manajer, dan Supervisor ... 60
Tabel 3. Rekap Jumlah Siswa TKLB N 1 Bantul Menurut Jenis Kelamin ... 70
Tabel 4.Rekap Jumlah Siswa SDLB N 1 Bantul Menurut Jenis Kelamin ... 70
Tabel 5.Rekap Jumlah Siswa SMPLB N 1 Bantul Menurut Jenis Kelamin ... 70
Tabel 6.Rekap Jumlah Siswa SMALB N 1 Bantul Menurut Jenis Kelamin ... 71
Tabel 7. Rekap Jumlah Guru, Tenaga Kependidikan, dan Tenaga Ahli/ Konsultan dan Paramedis SLB Negeri 1 Bantul Tahun 2013 ... 71
Tabel 8. Kualifikasi Akademik Kepala Sekolah ... 72
Tabel 9.Pengalaman Mengajar Kepala Sekolah... 72
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Ijin dan Surat Keterangan Penelitian ... 138
Lampiran 2. Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 142
Lampiran 3. Pedoman Wawancara, Observasi, dan Studi Dokumentasi ... 147
Lampiran 4 Analisis Data ... 154
Lampiran 5. Prestasi Siswa SLB Negeri 1 Bantul ... 210
Lampiran 6. Notulen Rapat ... 213
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang
Pendidikan merupakan wacana yang tidak pernah habis dibicarakan di negera
seperti Indonesia. Berbicara mengenai pendidikan sekolah, sama halnya berbicara
mengenai kehidupan. Pendidikan, menurut Benni Setiawan (2006:63) merupakan
proses yang dilakukan setiap individu menuju kearah yang lebih baik sesuai
dengan potensi kemanusiaan. Proses ini hanya akan berhenti ketika nyawa sudah
tiada di dalam raga manusia. Pendidikan pada hakikatnya adalah memanusiakan
manusia (humanizing human being). Proses ini merupakan bagian dari suatu aktivitas yang sadar akan tujuan.
Sekolah dalam hal ini pendidikan menempati posisi yang sangat sentral dan
strategis dalam membangun kehidupan secara tepat dan terhormat. Dalam
Undang-Undang Dasar 1945 pun diatur hak warga negara untuk memperoleh
pengajaran. Setiap manusia berhak mendapatkan atau memperoleh pendidikan,
baik secara formal, informal maupun non formal, sehingga pada gilirannya ia akan
memiliki mental, akhlak, moral dan fisik yang kuat serta menjadi manusia yang
berbudaya tinggi dalam melaksanakan tugas, kewajiban dan tanggung jawabnya
di dalam masyarakat. Implementasinya seluruh warga negara Indonesiatanpa
terkecuali berhak mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhannya,
oleh karena itu negara berperan dalam memberikan peluang dengan
menyelenggarakan pendidikan yang dibutuhkan oleh setiap warga negara.
Tetapi pada kenyataan di lapangan belum seluruh warga negara mengenyam
fisik, emosional, mental, dan sosial. Hal ini telah diatur dalam Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 5 ayat 2
menyebutkan bahwa warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional,
mental, intelektual, dan atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus.
Pemerintah mendefinisikan pendidikan khusus seperti tertuang pada Pasal 32 ayat
(1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
sebagai berikut, pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang
memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan
fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat
istimewa. Pengertian pendidikan khusus yang sama berasal dari Pemerintah sesuai
dengan Pasal 127 Peraturan Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan yaitu, pendidikan khusus merupakan pendidikan
bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses
pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki
potensi kecerdasan dan bakat istimewa.
Menurut Dedy Kustawan dan Yani Meimulyani (2013:19) Peraturan
Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 merupakan penjabaran dari Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dilihat dari kedua
pengertian yang sama berkenaan dengan pengertian pendidikan khusus sebagai
ciri bahwa pemerintah telah konsisten dalam konsep atau sebutan/ peristilahan
yang dapat dijadikan acuan oleh semua pihak yang menangani pendidikan seperti
pemerintah daerah, dinas pendidikan, perguruan tinggi, sekolah atau setiap satuan
dalam Peraturan Pemerintah Pendidikan Nasional Nomor 1 Tahun 2008 tentang
Standar Operasional Pendidikan Khusus.
Sekolah sebagai tempat bagi anak didik melakukan kegiatan belajarnya.
Tujuan terpenting sekolah adalah memberi pertolongan bagi anak untuk dapat
mendidik dirinya sendiri. Sekolah merupakan tempat membentuk pribadi dan
mempersiapkan kehidupan dewasa anak sehingga dapat berintegrasi dalam
masyarakat. Pendidikan khusus bertujuan untuk membantu peserta didik yang
memiliki keterbatasan dalam mengikuti proses pembelajaran karena ia
menyandang kelainan fisik, psikis dan kelainan perilaku agar sebagai pribadi
ataupun sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik
dengan hubungan sosial, budaya, dan alam sekitar atau dapat mengembangkan
kemampuan diri sehingga mampu terjun ke dalam dunia kerja.
Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki kelainan dalam hal
fisik, mental, atau sosial. Sebagai individu yang memiliki kekurangan mereka
pada umumnya sering dibelaskasihani bahkan dipandang sebelah mata oleh
kebanyakan orang yang mengakibatkan anak berkebutuhan khusus cenderung
menutup diri dari lingkungannya dan merasa tidak percaya diri. Pandangan
masyarakat yang kurang positif terhadap anak berkebutuhan khusus justru akan
menambah beban permasalahan bagi para anak berkebutuhan khusus yang
memiliki keterbatasan. Sebenarnya dengan keterbatasan-keterbatasan yang ada
pada anak berkebutuhan khusus harus disikapi secara positif agar mereka dapat
serta diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi keluarga, lingkungan,
masyarakat, serta pembangunan bangsa.
Dalam rangka memberdayakan dan memenuhi hak-hak bagi anak
berkebutuhan khusus, pengelolaan pendidikan khusus pun dituntut untuk dapat
memotivasi dan mengembangkan potensi anak didik dalam segala aspek
kehidupan sehari-hari. Sebagaimana yang ada dalam program-program sekolah
pengembangan potensi anak didik merupakan hal yang penting dari pelaksanaan
proses pembelajaran, guna membekali siswa kelak dalam kehidupan
bermasyarakat. Tantangan dalam pengelolaan pendidikan khusus di sekolah luar
biasa terkait dalam meningkatkan bidang-bidang pendidikan terkait dengan
kurikulum, kebijakan sekolah, profesionalisme ketenagaan, sarana prasarana, dan
manajemen sekolah. Hal ini didukung oleh Dedy dan Yani (2013) yang
memaparkan dalam bukunya masalah yang masih dihadapi dalam
penyelenggaraan pendidikan khusus di antaranya, rendahnya kualitas sekolah dan
pelayanan sepertibelum mencukupi guru dan tenaga pendidik, kurangnya
ketersediaan sarana-prasarana yang sesuai dengan kebutuhan khusus anak didik,
tidak ada atau kurang tersedia tenaga psikolog dan dokter yang bekerja dan dapat
bekerjasama dalam rangka penyelenggaraan pendidikan khusus, kurangnya sistem
informasi manajemen, dan kurangnya biaya untuk sosialisasi, monitoring, dan
evaluasi penyelenggaraan pendidikan khusus. Dengan masih minimnya publikasi
dan sosialisasi menyebabkan masyarakat kurang mengetahui keberadaan sekolah
Penyelenggaraan pendidikan khusus di sekolah luar biasa dapat terlaksana
apabila terdapat partisipasi dari masyarakat. Rendahnya masyarakat dalam
menyekolahkan anaknya yang memiliki kebutuhan khusus menjadi salah satu
penyebab belum meratanya pendidikan bagi anak yang memiliki kebutuhan
khusus. Kemudian terkait partisipasi anak didik yang memiliki kebutuhan khusus
bersekolah di sekolah luar biasa sangat dipengaruhi oleh faktor kesiapan dan
motivasi keluarga terutama dilihat dari latar belakang pendidikan, sosial, dan
ekonomi keluarga yang tergolong masih rendah. Adapun orang tua anak didik
yang hanya menyerahkan anak didik ke sekolah luar biasa dengan membayar dana
pendidikan dan menyerahkan pendidikan anak didik kepada lembaga. Peran
masyarakat dalam mendidik menjadi kurang karena mengandalkan lembaga
pendidikan yaitu sekolah luar biasa. Perlu adanya komunikasi efektif antara
lembaga pendidikan dan orangtua untuk mendidik anak didik yang memiliki
kebutuhan khusus agar mencapai tujuan pendidikan yang dicita-citakan bersama.
Oleh karena itu dengan menyadari kenyataan banyak pemasalahan yang
dihadapi oleh penyelenggaraan sekolah luar biasa maka dibutuhkan pengelolaan
yang baik terhadap sumberdaya suatu sekolah, meliputi dana, perlengkapan,
informasi, maupun sumber daya manusia, yang masing-masing berfungsi sebagai
pemikir, perencana, pelaku serta pendukung untuk mencapai tujuan. Sekolah
merupakan organisasi yang memiliki ciri-ciri tertentu yang tidak dimiliki oleh
organisasi lainnya.Karena sifat lembaga sekolah yang kompleks maka diperlukan
koordinasi yang tinggi.Secara stuktural organisasi kedudukan kepala sekolah
sekolah sangat berperan penting sebagai penanggung jawab terhadap pelaksanaan
keseluruhan proses pendidikan dan pengajaran yang berlangsung di sekolah yang
dilakukan oleh seluruh unsur sekolah.
Dikutip dari Mulyasa (2003) bahwa kepala sekolah harus mampu
melaksanakan pekerjaan dan fungsi pentingnya sebagai pemimpin pendidikan di
sekolah guna menciptakan situasi belajar dengan baik dalam rangka meningkatkan
mutu pendidikan. Dalam hal ini seorang kepala sekolah harus mampu
melaksanakan pekerjaan sebagai educator, manager, administrator, supervisor, leader, innovator, motivator (EMASLIM). Semua peran tersebut harus dipahami dan dilaksanakan dalam bentuk nyata oleh kepala sekolah. Melalui peran-peran
tersebut diharapkan dapat menjadi langkah kepala sekolah untuk mencapai mutu
dan kualitas sekolah. Kedudukan dan peran pemimpin dalam suatu organisasi
akan menentukan kinerja dan keefektifan organisasi yang dipimpin. Pemimpin
memegang peranan penting dalam menggerakkan dan memotivasi bawahan,
mengelola sumber daya manusia dan lainnya untuk mencapai tujuan organisasi.
Sebagai seorang pemimpin kepala sekolah dituntut untuk mengutamakan
pelaksanaan proses pendidikan sesuai dengan tujuan yang sudah ditetapkan
sebelumnya. Kepemimpinan menentukan seperti apa seharusnya masa depan
sekolah, mengarahkan visi, dan memberikan inspirasi untuk mewujudkannya.
Kepala sekolah berperan sebagai pemimpin dalam pelaksanaan di lapangan belum
maksimal dikarenakan masih mengalami hambatan dalam menjalankan visi, misi,
dan tujuan yang telah ditetapkan sekolah. Adanya berbagai kendala disebabkan
ditemui berbagai hambatan dalam mewujudkan tujuan sekolah menunjukkan
bahwa kepala sekolah sebagai pemimpin bukan pusat kekuatan organisasi, namun
keberadaannya mutlak diperlukan karena tidak mungkin digantikan oleh fungsi
dan peran lain. Sehingga kepala sekolah harus memahami tugas dan fungsi
mereka demi keberhasilan sekolah, serta memiliki kepedulian kepada tenaga
pendidik, karyawan dan anak didik.
Kepedulian kepala sekolah dapat dilakukan dengan meyakinkan dan
memotivasi seluruh pesonil sekolah, orang tua anak didik, mitra sekolah, dan
pihak lain yang terkait untuk berperan ikut aktif terlibat mewujudkan keberhasilan
tujuan sekolah. Kepedulian seorang pemimpin terhadap orang yang dipimpinnya
dapat dibangun melalui komunikasi yang terjalin secara akrab dan hangat. Kepala
sekolah harus memiliki kemampuan berkomunikasi. Komunikasi kepala sekolah
merupakan bentuk interaksi agar mampu bekerja sama dengan orang yang
dipimpinnya. Akan tetapi masih ditemui guru dan karyawan yang belum
menyadari bahwa dalam perannya menjalankan tugas dengan sebaik
mungkinmenjadiserangkaian upayauntuk mewujudkan tujuan sekolah. Hal ini
sangat erat hubungannya dengan kemampuan kepala sekolah dalam
kepemimpinannya untuk dapat mempengaruhi, mendorong, mengarahkan,
membimbing, dan memotivasi orang yang dipimpinnya.
Salah satu personil sekolah yang paling dibutuhkan demi keberlangsungan
pembelajaran di sekolah yakni guru.Guru merupakan komponen terpenting dalam
pendidikan karena merupakan ujung tombak dalam mendidik dan mengajar di
dan anak didik. Anak didik yang dihadapi guru memiliki berbagai macam
karakteristik terlebih anak didik yang berada di sekolah luar biasa yang
merupakan anak berkebutuhan khusus. Pasti akan ada berbagai kendala yang
dialami guru di dalam proses pelaksanaan belajar mengajar. Apalagi belum semua
guru di sekolah luar biasa mampu mendedikasikan dirinya sesuai panggilan jiwa
untuk dapat mendidik dan mengajar anak berkebutuhan khusus. Selain itu masih
juga ditemui guru yang belum termotivasi dalam mengembangkan kemampuan
profesionalnya dalam mengajar dan mendidik anak berkebutuhan khusus.
Dalam hal ini kepemimpinan kepala sekolah sangat berperan penting dalam
memberdayakan guru yaitu antara lain memberikan motivasi, mendukung, dan
mengembangkan sumber daya tenaga pendidikan dengan melibatkan dan
memberikan kesempatan untuk mengembangkan profesionalisme. Guru sebagai
tenaga pengajar di sekolah merupakan komponen sumber daya manusia yang
harus dibina dan dikembangkan secara terus menerus. Potensi sumber daya guru
harus terus berkembang agar dapat melaksanakan fungsinya secara professional.
Oleh karena itu diperlukan adanya supervisi akademik untuk mengawasi dan
memperbaiki proses belajar. Di lingkup sekolah kepala sekolah mempunyai peran
sebagai supervisor.Namun kepala sekolah masih belum optimal dalam
melaksanakan perannya sebagai supervisor jika dilihat dari guru belum
mendapatkan pembinaan dari kepala sekolah dan termotivasi dalam meningkatkan
mutu pengajaran.
Sekolah yang menjadi tempat penelitian memiliki kekhasan yang menarik bagi
kepemimpinan kepala sekolah SLB Negeri 1 Bantul yang menyelenggarakan
pendidikan khusus yaitu sekolah luar biasa dari tingkat TKLB, SDLB, SMPLB,
dan SMALB dengan jenis layanan pendidikan luar biasa di antaranya autis,
tunanetra, tunarungu, tunagrahita, dan tunadaksa yang dikepalai oleh satu kepala
sekolah. Mengingat bahwa anak didik secara individu memiliki kelainan
masing-masing yang berbeda kebutuhannya satu sama lain dari tiap jenjang pendidikan.
Jumlah anak didik secara keseluruhan di SLB Negeri 1 Bantul termasuk dalam
kategori banyak dan secara istimewa juga banyak mencetak prestasi dari tingkat
kabupaten, provinsi, nasional bahkan hingga taraf internasional di berbagai
cabang olahraga dan kesenian.
Berdasarkan observasi melalui wawancara dengan kepala sekolah SLB Negeri
1 Bantul terdapat hambatan dalam mengelola sumber daya sekolah yang sangat
besar. Sumber daya diantaranya mengelola sekolah yang merupakan bekas
SGPLB dengan luas tanah hampir tiga hektar yang berhubungan dengan penataan
dan pengelolaan sarana prasarana sekolah. Selain itu jumlah guru yang
banyakmenyebabkan keterbatasan kepala sekolah dalam memberikan pengarahan
secara individu dan terdapat beberapa guru yang akan memasuki masa pensiun.
Seorang kepala sekolah dituntut untuk mampu mengelola sumber daya yang ada
di sekolah dengan segala keterbatasan yang ada. Terlebih kepala sekolah juga
mempunyai kesibukkan di luar sekolah. Sehingga peneliti merasa tertarik untuk
mendalami mengenai implementasi peran kepala sekolah sebagai pemimpin,
informasi mengenai implementasi peran kepala sekolah yang dilaksanakan di
sekolah luar biasa.
B. Identifikasi Masalah
Bertolak dari latar belakang yang penulis kemukakan di atas, dapat
diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut.
1. Belum meratanya pendidikan bagi anak yang berkebutuhan khusus.
2. Pandangan masyarakat yang kurang positif terhadap anak berkebutuhan
khusus justru menambah beban permasalahan bagi anak berkebutuhan khusus
tersebut.
3. Kurangnya dukungan dan partisipasi dari masyarakat terhadap
keberlangsungan pendidikan khusus yaitu sekolah luar biasa.
4. Pendidikan khusus atau sekolah luar biasa masih memiliki tantangan dalam
meningkatkan bidang-bidang penyelenggaraan pendidikan.
5. Kepala sekolah belum maksimal dan masih mengalami hambatan dalam
implementasi visi, misi, dan tujuan yang ditetapkan sekolah.
6. Adanya keterbatasan kemampuan kepala sekolah dalam memberikan
pengarahan secara individu terhadap setiap guru.
7. Kepala sekolah kurang memberikan motivasi untuk menyakinkan personil
sekolah di dalam pencapaian keberhasilan sekolah melalui peran serta
menjalankan tugas masing-masing.
8. Kepala sekolah masih belum optimal melaksanakan perannya sebagai
9. Kurangnya motivasi dari guru untuk mengembangkan kemampuan
profesional.
10.Tidak semua guru di sekolah luar biasa mampu mendedikasikan dirinya
sesuai panggilan jiwa untuk dapat mengajar dan mendidik anak berkebutuhan
khusus dengan sepenuh hati.
11.Pengelolaan sekolah luar biasa dari TKLB, SDLB, SMPLB, dan SMALB
dengan jenis kelainan di antaranya autis, tunanetra, tunarungu, tunagrahita,
dan tunadaksa yang dikepalai oleh satu kepala sekolah masih ditemui banyak
tantangan maupun hambatan.
12.Belum ada informasi tentang bagaimana implementasi peran kepala sekolah
di sekolah luar biasa dalam perannyasebagai pemimpin, manajer, dan
supervisor.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka dalam
penelitian ini akan dibatasi hanya pada peran kepala sekolah sebagai pemimpin,
manajer, dan supervisor yang dilaksanakan di SLB Negeri 1 Bantul.
D. Rumusan Masalah
Dalam penjabaran batasan masalah di atas maka penulis merumuskan
permasalah yang akan dikaji dalam penelitian ini sebagai berikut.
1. Bagaimana implementasi peran kepala sekolah sebagai pemimpindi SLB
Negeri1 Bantul?
2. Bagaimana implementasi peran kepala sekolah sebagai manajer di SLB
3. Bagaimana implementasi peran kepala sekolah sebagai supervisor di SLB
Negeri 1 Bantul?
E. Tujuan Penelitian
Dengan mengacu kepada rumusan masalah diatas, penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui:
1. Implementasi peran kepala sekolah sebagai pemimpin di SLB Negeri 1
Bantul.
2. Implementasi peran kepala sekolah sebagai manajerdi SLB Negeri 1 Bantul.
3. Implementasi peran kepala sekolah sebagai supervisordi SLBNegeri 1 Bantul.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Secara teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan, masukan dan
sumbangan pemikiran mengenai peran seorang kepala sekolah di sekolah luar
biasa, khususnya peran dan fungsinya sebagai pemimpin, manajer, dan supervisor kepada mahasiswa dan peneliti sejenis di masa akan datang.
2. Secara Praktis
a. Bagi SLB Negeri 1 Bantul
Sebagai bahan masukan kepada lembaga atau warga sekolah di SLB Negeri 1
Bantul dalam meningkatkan kualitas pendidikan luar biasa yang berlangsung
di sekolah.
b. Bagi Kepala Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu
kepala sekolah dapat meningkatkan kualitas kepemimpinannya untuk
mencapai tujuan yang diharapkan terlebih pada sekolah luar biasa.
c. Bagi Dinas Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman dalam memberikan
dukungan yang tepat bagi pelaksanaan tugas kepala sekolah sebagai
BAB II KAJIAN TEORI A. Kepemimpinan
1. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpian adalah terjemahan dari kata leadership yang berasal dari kata leader. Pemimpin (leader) ialah orang yang memimpin, sedangkan pimpinan merupakan jabatannya. Dalam pengertian lain, secara etimologi istilah
kepemimpinan berasal dari kata dasar pimpin yang artinya bimbing atau tuntun.
Tatang M. Amirin dkk (2010: 134) menyebutkan pemimpin adalah suatu peran
dalam sistem tertentu, karenanya seorang dalam peran formal belum tentu
memiliki keterampilan kepemimpinan dan belum tentu mampu memimpin.
Adapun istilah kepemimpinan pada dasarnya berhubungan dengan ketrampilan,
kecakapan, dan tingkat pengaruh yang dimiliki seseorang, oleh sebab itu
berkaitan dengan kemampuannya mempengaruhi orang lain dengan berbagai cara.
Menurut Robbins (1971) dalam Didin Kurmiadin dan Imam Machali (2013:
289), kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi sekelompok
anggota agar bekerja mencapai tujuan dan sasaran. Sumber dari pengaruh tersebut
dapat diperoleh secara formal, yaitu dengan menduduki suatu jabatan manajerial
yang diduduki dalam suatu organisasi. Hal yang sama dipaparkan oleh Edy
Sutrisno (2011:217) menyebutkan kepemimpinan merupakan seni memengaruhi
dan mengarahkan kemampuan dan usaha orang lain untuk mencapai tujuan
Dari definisi kepemimpinan yang ada memiliki esensi yang sama yaitu proses
mempengaruhi orang lain guna untuk mencapai tujuan bersama. Dengan demikian
penulis menyimpulkan bahwa kepemimpinan adalah suatu seni, kemampuan,
kecakapan, dan ketrampilan dalam proses mempengaruhi dan mengarahkan orang
atau kelompok orang agar mau dan mampu bekerja mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Ketercapaian kepemimpinan juga perlu didukung para pengikutnya
serta menjadi konkrit apabila memiliki suatu jabatan yang diduduki dalam suatu
organisasi.
2. Fungsi Kepemimpinan
Fungsi artinya jabatan (pekerjaan) yang dilakukan atau kegunaan sesuatu hal
atau kerja suatu bagian tubuh. Fungsi kepemimpinan berhubungan langsung dengan
situasi sosial dalam kehidupan kelompok/organisasi masing-masing yang
mengisyarakatkan bahwa setiap pemimpin berada di dalam bukan di luar situasi itu.
Fungsi kepemimpinan merupakan gejala sosial karena harus diwujudkan dalam
interaksi antar-individu di dalam situasi sosial suatu kelompok atau organisasi.
Menurut Didin Kurmiadin dan Imam Machali (2013: 309) fungsi
kepemimpian memiliki dua dimensi. Pertama, dimensi yang berkenaan dengan
tingkat kemampuan mengarahkan (direction) dalam tindakan atau aktivitas pemimpin. Kedua, dimensi yang berkenaan dengan tingkat dukungan (support) atau keterlibatan orang-orang yang dipimpin dalam melaksanakan tugas-tugas
pokok kelompok atau organisasi.
Wahjosumidjo (2007:40) juga menyebutkan fungsi-fungsi kepemimpinan
yaitu membangkitkan kepercayaan dan loyalitas bawahan, mengkomunikasikan
menciptakan perubahan secara efektif di dalam penampilan kelompok, dan
mengerakkan orang lain sehingga secara sadar orang lain tersebut mau melakukan
apa yang dikehendaki.
Menurut Veithzal Rivai (2006: 53) fungsi kepemimpinan antara lain adalah
sebagai berikut:
a. Fungsi Instruktif
Fungsi ini berlangsung dan bersifat komunikasi satu arah. Pemimpin sebagai
pengambil keputusan berfungsi memerintahkan pelaksanaannya pada
orang-orang yang dipimpinnya. Kemampuan pimpinan menggerakkan orang-orang lain
agar melaksanakan perintah, yang bersumber dari keputusan yang telah
ditetapkan.
b. Fungsi Konsultatif
Fungsi ini berlangsung dan bersifat komunikasi dua arah, meskipun
pelaksanaannya sangat tergantung pada pihak pemimpin. Pemimpin selalu
melakukan konsultasi terhadap bawahannya sebagai bahan petimbangan atau
mendengarkan pendapat dan saran untuk memperoleh masukan berupa
umpan balik (feed back), yang dapat digunakan untuk memperbaiki dan menyempurnakan keputusan-keputusan yang telah dilaksanakan dan
ditetapkan. Dengan menjalankan fungsi konsultatif dapat diharapkan
keputusan-keputusan pimpinan akan mendapatkan dukungan dan lebih
c. Fungsi Partisipasi
Fungsi ini tidak sekedar berlangsung dan bersifat dua arah, tetapi juga
berwujud pelaksanaan hubungan manusia yang efektif, antara pimpinan
dengan orang yang dipimpin. Dalam menjalankan fungsi ini pemimpin
berusaha mengaktifkan orang-orang yang dipimpinnya, baik dalam
keikutsertaan mengambil keputusan, maupun dalam pelaksanaanya.
d. Fungsi Delegasi
Fungsi ini dilaksanakan dengan memberikan pelimpahan wewenang,
membuat atau menetapkan keputusan, baik melalui persetujuan maupun
tanpa persetujuan dari pemimpin. Fungsi delegasi pada dasarnya adalah
kepercayaan. Pemimpin harus bersedia dan dapat mempercapai orang-orang
lain, sesuai dengan posisi/jabatannya, apabila diberi/mendapat pelimpahan
wewenang. Jadi pada dasarnya pendelegasian harus diberikan pada
orang-orang kepercayaan.
e. Fungsi Pengendalian
Fungsi ini cenderung bersifat komunikasi satu arah, meskipun tidak mustahil
jika dilakukan dengan komunikasi dua arah. Fungsi pengendalian bermaksud
bahwa kepemimpinan yang efektif mampu mengatur aktivitas anggotanya
secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif, sehingga memungkinkan
tercapainya tujuan bersama secara maksimal. Sehubungan dengan itu berarti
fungsi pengendalian dapat diwujudkan melalui kegiatan bimbingan,
Adapun lebih jelasnya fungsi kepemimpinan pendidikan menurut Soekarto
Indrafachrudi (2006:3) yang pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua macam,
yaitu fungsi pemimpin yang bertalian dengan tujuan yang hendak dicapai dan
fungsi pemimpin yang bertalian dengan penciptaan suasana pekerjaan yang sehat
dan menyenangkan.
1) Fungsi pemimpin yang bertalian dengan tujuan yang hendak dicapai:
a) Pemimpin berfungsi memikirkan dan merumuskan dengan teliti tujuan kelompok serta menjelaskan supaya anggota dapat bekerja sama mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
b) Pemimpin berfungsi memberi dorongan kepada anggota-anggota kelompok untuk menganalisis situasi, supaya dapat dirumuskan suatu rencana kegiatan kepemimpinan yang dapat member harapan baik. Kepemimpinan harus cocok dengan situasi yang nyata, sebab kepemimpinan yang seefektif-efektifnya dalam suatu demokrasi bergantung pada interaksi antar anggota dalam situasi ini.
c) Pemimpin berfungsi membantu anggota kelompok dalam mengumpulkan keterangan yang perlu supaya dapat mengadakan pertimbangan yang sehat.
d) Pemimpin berfungsi menggunakan kesanggupan dan minat khusus anggota kelompok.
e) Pemimpin berfungsi memberi dorongan kepada setiap anggota kelompok untuk melahirkan perasaan dan pikirannya dan memilih buah pikiran yang baik dan berguna dalam pemecahan masalah yang dihadapi oleh kelompok.
f) Pemimpin berfungsi memberi kepercayaan dan menyerahkan tanggung jawab kepada anggota dalam melaksanakan tugas sesuai dengan kemampuan masing-masing demi kepentingan bersama.
2) Fungsi pemimpin yang bertalian dengan penciptaan suasana pekerjaan yang
sehat dan menyenangkan;
a) Pemimpin berfungsi memupuk dan memelihara kebersamaan dalam kelompok. Jika ada kegotong-royongan antara anggota kelompok, pekerjaan akan berjalan dengan lancar dan akan mempermudah pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
dapat memberi kenyamanan beristirahat dan cukup memadai. Jalan lain untuk menciptakan situasi pekerjaan yang menyenangkan ialah berusaha supaya anggota kelompok merasa bahwa pemimpin berdiri di belakang mereka dan mendukungnya.
c) Pemimpin dapat menanamkan dan memupuk perasaan para anggota bahwa mereka termasuk dalam kelompok dan merupakan bagian dari kelompok. Semangat kelompok dapat dibentuk melalui penghargaan terhadap usaha setiap anggota atau kelompok demi kepentingan kelompok dan melalui social activities. Jika pemimpin memberi semangat persahabatan kepada anggota-anggota kelompoknya, sifat ramah tamah dan kegembiraannya akan mempengaruhi anggota dan mereka akan menirunya.
d) Pemimpin dapat menggunakan kelebihan yang terdapat pada pemimpin, bukan untuk berkuasa dan mendominasi, melainkan untuk memberi sumbangan pemikiran kepada kelompok menuju pencapaian tujuan bersama. Dalam suasana tersebut, pemimpin dapat juga mengembangkan kesanggupan anggotanya. Pemimpin juga harus mengakui anggotanya secara wajar, dengan berbuat seperti itu pemimpin akan diterima dan diakui secara wajar.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa fungsi-fungsi
kepemimpinan merupakan aktifitas utama seorang pemimpin dalam menjalankan
perannya pada berbagai bidang tugas, yang membutuhkan pengetahuan, sikap,
keterampilan, seni, serta profesionalnya.
3. Kepemimpinan Efektif
Menurut Wahjosumidjo (2007: 4) Kepemimpinan adalah suatu kekuatan
penting dalam rangka pengelolaan, oleh sebab itu kemampuan memimpin secara
efektif merupakan kunci keberhasilan organisasi. Sebuah sasaran utama dari
program penelitian kepemimpinan adalah untuk mengidentifikasi perilaku
kepemimpinan yang efektif. Adapun kategori-kategori dari praktik-praktik
kepemimpinan menurut Yulk (2005:78) dapat dipaparkan sebagai berikut.
a. Merencanakan dan Mengorganisasi b. Pemecahan Masalah
e. Memantau
f. Memotivasi dan Memberi Inspirasi g. Melakukan konsultasi
h. Mendelegasikan i. Mendukung
j. Mengembangkan dan Membimbing k. Mengelola Konflik dan Membangun Tim l. Membangun Jaringan Kerja
m. Memberikan Pengakuan n. Memberikan Penghargaan
Keempat belas perilaku dalam menciptakan kepemimpinan yang efektif di atas
dapat dijelaskan lebih lanjut melalui kegiatan-kegiatan sebagai berikut.
Merencanakan dan mengorganisasian meliputi: (a) menentukan tujuan dan strategi
jangka panjang; (b) mengalokasikan sumber daya sesuai dengan prioritas; (c)
menentukan cara menggunakan personel dan sumber daya untuk menghasilkan
efisiensi tugas; dan (d) menentukan cara memperbaiki koordinasi, produktivitas,
serta efektivitas unit organisasi.
Pemecahan masalah: (a) mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan
pekerjaan; (b) menganalisis masalah pada waktu yang tepat, namun dengan cara
yang sistematis untuk mengidentifikasi sebab dan mencari pemecahannya; dan (c)
bertindak secara tegas untuk mengimplementasikan solusi guna memecahkan
masalah atau krisis penting.
Menjelaskan peran dan tujuan: (a) membagi tugas; (b) memberi arah tentang
cara melakukan pekerjaan tersebut; dan (c) mengkomunikasikan pengertian yang
jelas mengenai tanggung jawab pekerjaan, dan tujuan tugas, tenggat waktu, serta
harapan mengenai kinerja.
Memberi informasi: (a) membagi informasi yang relevan tentang keputusan,
pekerjaannya; (b) memberi material dan dokumen tertulis; dan (c) menjawab
permintaan dan informasi teknis.
Memantau: (a) mengumpulkan informasi mengenai aktifitas kerja dan kondisi
eksternal yang mempengaruhi pekerjaan tersebut; (b) memeriksa kemajuan dan
kualitas pekerjaan; (c) mengevaluasi kinerja para individu dan unit organisasi; (c)
mengevaluasi kinerja para individu dan unit organisasi; (d) menganalisis
kecenderungan (trends); dan (e) meramalkan peristiwa eksternal.
Memotivasi dan memberi inspirasi: (a) dengan menggunakan teknik
memengaruhi yang menarik emosi atau logika untuk menimbulkan semangat
terhadap pekerjaan; (b) komitmen terhadap sasaran tugas; dan (c) patuh terhadap
tuntunan akan kerja sama, bantuan, dukungan, atau sumber daya, menetapkan
contoh yang baik mengenai perilaku yang sesuai.
Melakukan konsultasi: (a) menanyakan orang-orang sebelum membuat
perubahan yang akan mempengaruhi mereka; (b) mendorong saran untuk
membuat perbaikan; (c) mengundang partisipasi dalam pengambilan keputusan;
dan (d) memasukkan ide-ide serta saran-saran dari orang lain dalam
keputusan-keputusan.
Mendelegasikan: (a) mengizinkan para bawahan untuk mempunyai tanggung
jawab dan kebijaksanaan yang cukup besar dalam melaksanakan aktivitas kerja;
(b) menangani masalah; dan (c) membuat keputusan penting.
Mendukung: (a) bertindak ramah dan penuh perhatian, sabar, dan membantu;
(b) memperlihatkan simpati dan dukungan jika seorang bingung dan cemas; (c)
Mengembangkan dan membimbing: (a) memberi pelatihan dan nasihat karier
yang membantu; dan (b) melakukan hal-hal yang membentuk perolehan
ketrampilan, pengembangan profesional, kemajuan karier seseorang.
Mengelola konflik dan membangun tim: (a) memudahkan pemecahan konflik
yang konstruktif; (b) mendorong kerja sama; (c) kerja sama tim; dan (d)
identifikasi dengan unit kerja.
Membangun jaringan kerja: (a) bersosialisasi secara informal; (b)
mengembangkan kontak-kontak dengan orang-orang yang merupakan sumber
informasi dan dukungan; (c) mempertahankan kontak melalui interaksi secara
periodik, termasuk kunjungan, menelpon, dan korespondensi; dan (d) kehadiran
pada pertemuan serta peristiwa sosial.
Memberikan pengakuan: (a) memberi pujian dan pengakuan bagi kinerja yang
efektif; (b) keberhasilan yang signifikan dan kontribusi khusus; dan (c)
mengungkapkan penghargaan terhadap kontribusi dan upaya-upaya khusus
seseorang.
Memberi penghargaan: (a) memberi atau merekomendasikan penghargaan
yang nyata, seperti penambahan gaji atau promosi bagi yang kinerja efektif; (b)
keberhasilan yang signifikan; dan (c) kompetensi yang terlihat.
Keempat belas perilaku dapat dihubungakan dengan empat jenis kegiatan
umum yang dilakukan seorang pemimpin, yaitu mempengaruhi orang, membuat
4. Kepemimpinan Pendidikan
Menurut Marno dan Supriyatno (2008: 32) istilah kepemimpinan pendidikan
menerangkan di lapangan
apa dan di mana kepemimpinann itu berlangsung, dan sekaligus menjelaskan pula
sifat atau ciri-ciri kepemimpinan, yaitu bersifat mendidik, membimbing, dan
mengemong. Sebagaimana kata pendidikan yang menunjuk arti yang dapat dilihat
dari dua segi, yaitu: (1) pendidikan sebagai usaha atau proses mendidik dan
mengajar seperti yang dikenal sehari-hari; dan (2) pendidikan sebagai ilmu
pengetahuan yang membahas berbagai masalah tentang hakekat dan kegiatan
mendidik mengajar dari zaman ke zaman atau yang membahas prinsip-prinsip dan
praktik-praktik mendidik dan mengajar dengan segala cabang-cabangnya yang
telah berkembang begitu luas dan mendalam. Dari hal itu, maka kepemimpinan
pendidikan pada dasarnya terdapat dan berperan pada usaha-usaha yang
berhubungan dengan proses mendidik dan mengajar di satu pihak, dan pada pihak
lain berhubungan sebagai satu ilmu dengan segala cabang-cabangnya dan
ilmu-ilmu pembantunya.
Dari itu Fachrudi (1983: 33) yang dikutip oleh Marno dan Triyo mengatakan
bahwa kepemimpinan pendidikan adalah suatu kemampuan dalam proses
mempengaruhi, mengkoordinir orang-orang lain yang ada hubungannya dengan
ilmu pendidikan dan pelaksanaan pendidikan dan pengajaran, agar
kegiatan-kegiatan yang dijalankan dapat berlangsung lebih efesien dan efektif di dalam
Nawawi (1994: 82) yang dikutip oleh Marno dan Triyo mengatakan bahwa
kepemimpinan pendidikan adalah proses mengerakkan, mempengaruhi,
memberikan motivasi, dan mengarahkan orang-orang di dalam organisasi atau
lembaga pendidikan tertentu untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan
sebelumnya. Untuk mewujudkan tugas tersebut lanjut Nawawi, setiap pemimpin
pendidikan harus mampu bekerja sama dengan orang-orang yang dipimpinnya
untuk meberikan motivasi agar melakukan pekerjaannya secara ikhlas. Dengan
membership . Dalam Uhar Suharsaputra (2013: 124) dalam tataran intitusi pendidikan
seperti sekolah, kepemimpinan pendidikan dapat dilihat dalam tataran mikro
institusi, yaitu kepala sekolah, dan dalam tataran mikro teknis yaitu tenaga
pendidik (guru). Kepemimpinan sekolah yang akan menetukan bagaimana kinerja
organisasi secara keseluruhan, sedangkan guru adalah pemimpin dalam tataran
teknis guna menghasilkan output pembelajaran/pendidikan yang bermutu.
Dari pendapat yang dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
yang dimaksud dengan kepemimpinan pendidikan adalah kemampuan seseorang
dalam proses mempengaruhi, memberikan motivasi, dan mengarahkan
orang-orang di dalam organisasi atau lembaga pendidikan tertentu untuk mencapai
tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya. Kepemimpinan pendidikan yang
dimaksud adalah dalam lingkup sekolah yang dilihat dari tataran mikro institusi,
yaitu kepala sekolah.
Robert C. Bog dalam Moch mengemukakan empat kemampuan yang harus
a. Kemampuan mengorganisasikan dan membantu staff di dalam merumuskan
perbaikan pengajaran di sekolah dalam bentuk program yang lengkap.
b. Kemampuan untuk membangkitkan dan memupuk kepercayaan pada diri
sendiri dan guru-guru dan anggota staff sekolah lainnya.
c. Kemampuan untuk membina dan memupuk kerja sama dalam mengajukan
dan melaksanakan program-program supervisi.
d. Kemampuan untuk mendorong dan membimbing guru-guru serta segenap
staff sekolah lainnya agar mereka dengan penuh kerelaan dan tanggung jawab
berpartisipasi secara aktif paada setiap usaha-usaha sekolah untuk mencapai
tujuan-tujuan sekolah itu sebaik-baiknya.
Oleh karena itu, selanjutnya akan banyak membahas mengenai kepemimpinan
kepala sekolah yang menekankan bahwa peran kepala sekolah sebagai faktor
penentu bagi keberhasilan suatu sekolah dalam mengelola semua sumber daya di
sekolahtermasuk berkembangnya kinerja guru sebagai pemimpin pendidikan
dalam tataran teknis pembelajaran.
B. Perbedaan Manajer dan Pemimpin
Hingga saat ini masih terdapat berdebatan mengenai perbedaan maupun
persamaan antara pemimpin dan manajer. Onisimus Amtu (2011: 17) mengatakan
bahwa untuk menjadi manajer diperlukan proses dan waktu. Sebagai seorang
manajer yang dapat dipercaya adalah yang memiliki keterampilan dan kompetensi
serta telah memiliki pengalaman, selanjutnya telah mengikuti berbagai pendidikan
dan pelatihan yang berkaitan dengan bidang tertentu. Manajer sesuai dengan tugas
tugas-tugas yang dibagi sesuai dengan prosedur kerja perusahaan dalam situasi
kerja, terdapat hirarki yang jelas antara atasan dan bawahan, serta terkondisi
dalam sistem dan mekanisme yang bersifat mengikat. Kewibawaan manajer
terikat dalam lingkungan kerja dan menyatu dengan jabatannya.
Sedangkan pemimpin adalah dalam pandangan tertentu bersifat alami, karena
aspek-aspek genetik atau pembawaan sebagaimana diwariskan keluarganya,
maupun yang dibentuk oleh lingkungan. Pemimpin yang alami, bersifat
karismatik serta tidak memiliki bawahan tetapi pengikut, karena kewibawaannya
tidak terbentuk karena struktur kekuasaan. Pemimpin memiliki pengaruh yang
mampu menembus batas-batas keyakinan, budaya dan kebiasaan dalam suatu
komunitas. Jika untuk menjadi seorang manajer diperlukan ketrampilan dan
kemampuan akademis tertentu, maka seseorang pemimpin hanya membutuhkan
pengakuan, penghormatan, dan penghargaan dari komunitasnya. Legitimasi itu
sangat kuat dan melekat erat dengan keyakinan para pengikut maupun komunitas
di mana seorang pemimpin dilahirkan dan dibesarkan. Seorang pemimpin
mengenal dengan baik para pengikut dan komunitasnya.
Oleh karena itu untuk melengkapi pembahasan ini, akan disajikan
berbagai pandangan yang membantu memperjelas fungsi dan peran manajer dan
pemimpin yang sesungguhnya. Warren Bennis (1989) dalam bukunya berjudul:
Learning to Lead: A Workbook on Becoming Leader sebagaimana dikutip Onisimus Amtu (2011:19) menjelaskan perbedaan peran antara manajer dan
Tabel: 1. Perbedaan Peran Manajer dan Pemimpin (Bennis, 1989) Peran
Manajer Pemimpin
a) Mengelola b) Tiruan
c) Mempertahankan
d) Berfokus pada sistem dan struktur e) Bergantung kepada pengawasan f) Melihat jangka pendek
g) Bertanya kapan dan bagaimana h) Melihat hasil pokok
i) Meniru
j) Menerima status quo k) Prajurit yang baik
l) Melakukan hal-hal dengan benar
a) Menginovasi b) Orisinal
c) Mengembangkan d) Fokus kepada orang
e) Membangkitkan kepercayaan f) Melihat perpektif jangka panjang g) Bertanya apa dan mengapa h) Menatap masa depan i) Menciptakan
j) Menantangnya k) Dirinya sendiri
l) Melakukan hal-hal yang benar
Menurut Uhar Suharsaputra (2013:152) manajemen dan kepemimpinan
merupakan dua istilah yang punya kaitan dan sering dipandang identik, namun
masing-masing sebenarnya berbeda dalam konteks organisasi, pelaksana
manajemen disebut manajer, dan pelaksanana kepemimpinan disebut pemimpin.
Ada pandanggan bahwa manajemen lebih luas dari kepemimpinan dan ada juga
yang sebaliknya, namun terlepas dari kontroversi tersebut dalam tataran praktik
lapangan idealnya seorang kepala sekolah adalah pemimpin yang baik sekaligus
manajer yang baik pula, artinya kepala sekolah harus mempunyai kemampuan
kepemimpinan dan kemampuan manajemen sekaligus.
Seorang manajer lebih menekankan pada pelaksanaan tugas melalui cara yang
teratur dengan prosedur yang jelas serta secara ketat menerapkan fungsi-fungsi
manajemen dalam mencapai tujuan organisasi yang telah ditentukan. Seorang
manajer lebih mengacu pada apa yang sudah biasa dilakukan serta
mempertahankannya untuk mencapai proses organisasi yang efektif dan efesien,
waktu, yang penting organisasi dapat berjalan dengan stabil dalam menjalankan
perannya. Berbeda dengan seorang manajer, dalam melaksanakan perannya
seorang pemimpin lebih menekankan pada perubahan dan penentuan arah, serta
upaya-upaya yang inovatif visioner dalam membuat organisasi mampu berperan
lebih produktif, lebih maju, dan lebih bermutu, sehingga mereka lebih
menekankan pada pembelajaran dan pemberdayaan seluruh sumberdaya
organisasi, akibatnya kinerja seorang pemimpin lebih berdampak dinamis bagi
organisasi.
Seorang kepala sekolah jelas memerlukan kemampuan manajemen dan
kepemimpinan, sehingga organisasi sekolah dapat secara internal dan responsif
terhadap faktor eksternal yang terus mengalami perubahan. Dalam konteks
sekarang ini kepala sekolah sebagai pemimpin tampaknya makin diperlukan
penguatan mengingat akselerasi perubahan yang makin sulit diprediksi, namun
demikian kemampuan sebagai manajer tetap diperlukan dalam upaya menata
organisasi sekolah berjalan secara efektif dan efisien, oleh karena itu
keseimbangan keduanya menjadi hal yang perlu terus dikembangkan. Hal ini
dapat terlaksana oleh kepala sekolah dalam menjalankan perannya sebagai
seorang pemimpin dan juga seorang manajer di sekolah.
C. Kepemimpinan Kepala Sekolah
1. Pengertian Kepemimpinan Kepala Sekolah
Menurut Wahyudi (2009: 63) kepala sekolah merupakan jabatan karir yang
diperoleh seseorang setelah sekian lama menjabat sebagai guru. Seorang diangkat
yang disyaratkan untuk jabatan dimaksud. Didin Kurmiadin dan Imam Machali
(2013: 295) menyebutkan kepala sekolah dalam satuan pendidikan merupakan
pemimpin.Ia mempunyai dua jabatan dan peran penting dalam melaksanakan
proses pendidikan. Pertama, kepala sekolah adalah pengelola pendidikan di
sekolah; dan kedua, kepala sekolah adalah pemimpin formal pendidikan di
sekolahnya. Sebagai pengelola pendidikan, kepala sekolah bertanggung jawab
terhadap keberhasilan penyelenggaraan kegiatan pendidikan dengan cara
melaksanakan administrasi sekolah dengan seluruh substansinya. Disamping itu
kepala sekolah bertanggung jawab terhadap kualitas sumber daya manusia yang
ada agar mereka mampu menjalankan tugas-tugas pendidikan. Oleh karena itu
sebagai pengelola, kepala sekolah memiliki tugas untuk mengembangkan kinerja
para personel terutama guru kearah profesionalisme yang diharapkan. Sebagai
pemimpin formal, kepala sekolah pertanggung jawab atas tercapainya tujuan
pendidikan melalui upaya menggerakkan para bawahan kearah pencapaian tujuan
pendidikan yang telah diharapkan.
Menurut Gavis, G.A. & Thomas, M.A. (1989) dalam Wahyudi (2009: 63)
yang berpendapat bahwa kepala sekolah yang efektif mempunyai karakteristik
sebagai berikut: (1) mempunyai jiwa kepemimpinan dan mampu memimpin
sekolah; (2) memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah; (3) mempunyai
ketrampilan sosial; (4) professional dan kompeten dalam bidang tugasnya.
Selain memiliki karakteristik sebagai kepala sekolah juga dibutuhkan
mempunyai kompetensi. Menurut Wahyudi (2009: 36) daftar atau rincian tugas
bagi penentuan kompetensi kepala sekolah. Dengan demikian, kompetensi yang
perlu dimiliki kepala sekolah meliputi.
a. Kompetensi Merumuskan Visi
Kepala sekolah berkewajiban merumuskan visi sekolah. Visi sekolah
diperlukan untuk membimbing dan mengarahkan pencapaian tujuan sekolah.
Dalam perumusan visi, kepala sekolah harus memahami elemen visi
kepemimpinan dan manajemen sekolah.
b. Kompetensi Merencanakan Program
Kompetensi kepala sekolah dalam merencanakan program meliputi
kemampuan dalam menetapkan tujuan-tujuan sekolah yang didasarkan pada
kebutuhan-kebutuhan pendidikan dan masyarakat, menetapkan keadaan
pendidikan saat ini pada suatu masyarakat tertentu, merumuskan program
khusus tentang tujuan-tujuan bagi sekolah, dan menetapkan rangkaian
tindakan yang perlu untuk mencapai tujuan yang ditetapkan, mewujudkan
rencana menjadi tindakan, secara rutin mengadakan penilaian terhadap
pencapaian program, dan merencanakan kembali jika hasil penilaian
menyatakan bahwa standar yang diinginkan belum tercapai.
c. Kompetensi Membangun Komunikasi
Kepala sekolah perlu mengembangkan komunikasi dua arah secara sehat
dengan guru dan karyawan. Dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut,
(1) memberikan kesempatan kepada guru untuk mengemukakan pendapat
sehingga tercipta komunikasi dua arah, (2) berperan sebagai pengarah,
terbuka, tidak memaksakan kehendak dan menciptakan suasana demokratis
persahabatan (kolegialitas), (4) mengembangkan kebiasaan diskusi secara
terbuka, melatih guru agar mengahargai pendapat orang lain secara objektif,
dan (5) memberi kesempatan kepada guru agar berani mengambil keputusan
yang terbaik dalam pelaksanaan tugas.
d. Kompetensi Hubungan Masyarakat dan kerjasama
Kepala sekolah melalui bidang humas dan kerjasama perlu menggalang
sumberdaya masyarakat untuk membangun lembaga independen (dewan
sekolah/komite sekolah) untuk menampung masukan, dan sumber dana
masyarakat yang diperlukan untuk penyusunan, pelaksanaan, dan pembiayaan
program sekolah dengan memfasilitasi pertemuan-pertemuan atau rapat-rapat
dengan anggota masyarakat.
e. Kompetensi Mengelola Sumberdaya Manusia
Perberdayaan sumberdaya sekolah merupakan tanggung jawab kepala
sekolah, sehingga harus menemukan faktor-faktor penghambat dan
selanjutnya mencari solusi secara tepat untuk mengatasi hambatan yang
muncul teutama yang berkaitan dengan sumber daya manusia.
f. Kompetensi Pengambilan Keputusan
Dalam aktivitas kerja kepala sekolah sering dihadapkan pada berbagai
persoalan yang mengharuskan kepala sekolah mengambil suatu keputusan
g. Kompetensi Mengelola Konflik
Kepala sekolah sebagai pimpinan institusi pendidikan harus meyakini bahwa
konflik yang terjadi di sekolah tidak dapat dihindarkan, dan pasti terjadi,
karena itu menjadi tugas kepala sekolah untuk mengelola konflik agar tetap
produktif dan fungsional.
Dalam hal ini kepala sekolah bertugas melaksanakan fungsi-fungsi
kepemimpinan, baik fungsi yang berhubungan dengan pencapaian tujuan
pendidikan maupun penciptaan iklim dan budaya sekolah yang konduktif, bagi
terlaksananya proses belajar mengajar secara efektif, efisien, dan produktif dengan
menggunakan kompetensi yang dimiliki.
2. Peran Kepala Sekolah
Berikut ini merupakan peran seorang kepala sekolah menurut Mulyasa
(2004:98) seorang pemimpin yaitu kepala sekolah memiliki beberapa peran yaitu:
a. Peran sebagai educator, kepala sekolah harus senantiasa berupaya meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh para guru.
b. Peran sebagai manajer, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memperdayakan tenaga kependidikan melalui kerja sama atau
kooperatif, memberi kesempatan kepada para tenaga kependidikan untuk
meningkatkan profesinya, dan mendorong keterlibatan seluruh tenaga
kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang program sekolah.
c. Peran sebagai administrator, kepala sekolah harus memiliki hubungan yang sangat erat dengan berbagai aktifitas pengelolaan administrasi yang bersifat
d. Peran sebagai supervisor, yaitu kepala sekolah mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kependidikan.
e. Peran sebagai leader, yaitu harus mampu memberikan petunjuk dan pengawasan, meningkatkan kemauan tenaga kependidikan, membuka
komunikasi dua arah, dan mendelegasikan tugas.
f. Peran sebagai innovator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan, mencari gagasan
baru, mengintegrasikan setiap kegiatan, memberikan teladan kepada seluruh
tenaga kependidikan di sekolah, dan mengembangkan model-model
pembelajaran yang inovatif.
g. Peran sebagai motivator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberikan motivasi kepada para tenaga kependidikan dalam
melakukan berbagai tugas dan fungsinya.
Adapun menurut Wahjosumidjo (2010: 82) bahwa kepala sekolah memiliki
peranan penting dalam menggerakkan kehidupan sekolah mencapai tujuan. Ada
dua hal yang perlu diperhatikan dalam rumusan tersebut yaitu kepala sekolah
berperan sebagai kekuatan sentral yang menjadi kekuatan penggerak kehidupan
sekolah dan kepala sekolah harus memahami tugas dan fungsi mereka demi
keberhasilan sekolah, serta memiliki kepedulian kepada staf dan siswa.
Selanjutnya dari sisi tertentu kepala sekolah dapat dipandang sebagai pejabat
formal, sedang dari sisi lain kepala sekolah dapat berperan sebagai manajer,
sebagai pemimpin, sebagai pendidik dan yang tidak kalah penting seorang kepala
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa seorang pemimpin dapat
dipandang sebagai pejabat formal dan juga menjalankan banyak peran yang
menjadi bidang tugasnya yaitu sebagai seorang educator, manajer, administrator, supervisor, leader, innovator, motivator danstaf.
3. Kepala Sekolah sebagai Pemimpin a. Pengertian Pemimpin
Menurut Tatang M. Amirin dkk (2010: 134) Pemimpin adalah suatu peran
dalam sistem tertentu; karenanya seseorang dalam peran formal belum tentu
memiliki ketrampilan kepemimpinan dan belum tentu mampu memimpin.
Sedangkan kata memimpin memiliki arti memberikan bimbingan, menuntun,
mengarahkan dan berjalan di depan. Dalam lingkup pendidikan yaitu sekolah,
yang memiliki jabatan sebagai seorang pemimpin adalah kepala sekolah. Seorang
pemimpin berperilaku untuk membantu organisasi dengan kemampuan yang
maksimal dalam mencapai tujuan.
b. Peran Kepala Sekolah sebagai Pemimpin
Menurut Marno dan Triyo Supriyanto (2008: 38) peran kepala sekolah sebagai
pemimpin diantaranya:
1) Memiliki kepribadian yang kuat, taat beribadah, memelihara norma agama dengan baik, jujur, percaya diri, dapat berkomunikasi dengan baik, tidak egois, bertindak dengan obyektif, penuh optimis, bertanggung jawab demi kemajuan dan perkembangan, berjiwa besar dan mendelegasikan sebagian tugas dan wewenang kepada orang lain.
2) Memahami semua personilnya yang memiliki kondisi yang berbeda, begitu juga kondisi siswanya berbeda dengan yang lain. 3) Memiliki upaya untuk peningkatan kesejahteraan guru dan
4) Mau mendengarkan kritik/usul/saran yang konstruktif dari semua pihak yang terkait dengan tugasnya baik dari staf, karyawan, atau bawahannya sendiri.
5) Memiliki visi dan misi yang jelas dari lembaga yang dipimpinnya, visi dan misi tersebut disampaikan dalam pertemuan individual dan kelompok.
6) Kemampuan berkomunikasi dengan baik, mudah dimengerti, teratur, dan sistematis kepada semua pihak.
7) Kemampuan mengambil keputusan bersama secara musyawarah. 8) Kemampuan menciptakan hubungan kerja yang harmonis,
membagi tugas secara merata dan dapat diterima oleh semua pihak.
Menurut Mulyasa (2003: 115) Kemampuan yang harus diwujudkan kepala
sekolah sebagai leader dapat dianalisis dari kepribadian, pengetahuan terhadap tenaga kependidikan, visi dan misi sekolah, kemampuan mengambil keputusan,
dan kemampuan berkomunikasi. Kepribadian kepala sekolah sebagai leader akan tercermin dalam sifat-sifat (1) jujur, (2) percaya diri), (3) tanggung jawab, (4)
berani mengambil resiko dan keputusan, (5) berjiwa besar, (6) emosi yang stabil,
(7) teladan. Sedangkan pengetahuan kepala sekolah terhadap tenaga kependidikan
akan tercermin dalam kemampuan (1) memahami kondisi tenaga kependidikan
(guru dan non guru), (2) memahami kondisi dan karakteristik peserta didik, (3)
menyusun program pengembangan tenaga kependidikan, (4) menerima masukan,
saran dan kritikan dari berbagai pihak untuk meningkatkan kepemimpinannya.
Selanjutnya menurut Mulyasa (2003: 116) Kepala sekolah juga perlu
memiliki pemahaman terhadap visi dan misi sekolah akan tercermin dari
kemampuannya untuk: (1) mengembangkan visi sekolah, (2) mengembangkan
misi sekolah, dan (3) melaksanakan program untuk mewujudkan visi dan misi ke
dalam tindakan. Kemampuan mengambil keputusan akan tercermin dari
sekolah, (2) mengambil keputusan untuk kepentingan internal sekolah, dan (3)
mengambil keputusan untuk kepentingan eksternal sekolah. Dan kemampuan
komunikasi akan tercermin dari kemampuannya untuk (1) berkomunikasi secara
lisan dengan tenaga kependidikan di sekolah, (2) menuangkan gagasan dalam
bentuk tulisan, (3) berkomunikasi secara lisan dengan peserta didik, (4)
berkomunikasi secara lisan dengan orang tua dan masyarakat sekitar lingkungan
sekolah.
Menurut Koontz dalam Wahjosumidjo (2007: 105) Kepala sekolah sebagai
seorang pemimpin harus mampu mendorong timbulnya kemauan kuat dengan
penuh semangat dan percaya diri para guru, staf dan siswa dalam melaksanakan
tugas masing-masing. Dan memberikan bimbingan dan mengarahkan para guru,
staf dan para siswa serta memberikan dorongan mengacu dan berdiri di depan
demi kemajuan dan memberikan inspirasi sekolah dalam mencapai tujuan.
Menurut Wahjosumidjo (2010: 118) menyimpulkan bahwa kepala sekolah
sebagai pemimpin dituntut selalu:
a) Bertanggung jawab agar para guru, staf dan siswa menyadari akan tujuan sekolah yang telah ditetapkan, dengan kesadaran tersebut para guru, staf, dan siswa dengan penuh semangat, keyakinan melaksanakan tugas masing-masing dalam mencapai tujuan sekolah. b) Agar guru, staf dan siswa melaksanakan tugas-tugas dengan penuh
kesadaran, maka setiap kepala sekolah bertanggung jawab untuk menyediakan segala dukungan, perlatihan, fasilitas, berbagai peraturan dan suasana yang mendukung kegiatan.
c) Kepala sekolah harus pula mampu memahami motivasi setiap guru, staf dan siswa mengapa mereka bersikap dan berperilaku baik yang bersifat positif maupun reaksi yang tidak mendukung.
e) Kepala sekolah harus selalu dapat menjaga memelihara keseimbangan antara guru, staf dan siswa di satu pihak dan kepentingan sekolah serta kepentingan masyarakat dipihak lain. Sehing