• Tidak ada hasil yang ditemukan

Shalat Lail Berjamaah, Mengatur Saf, Doa... 58KB Jun 13 2011 06:28:07 AM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Shalat Lail Berjamaah, Mengatur Saf, Doa... 58KB Jun 13 2011 06:28:07 AM"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Shalat Lail Berjamaah, Mengatur Saf, Doa, Shalat Sebelum Jum’at, Tenaga Amal Usaha Non Muslim dan Gedung Muhammadiyah Disewakan Non Muslim Pertanyaan 1

Pertanyaan saudara yang panjang itu, dapat diringkas sebagai berikut: Apakah shalat Lail yang dilakukan secara berjama’ah di rumah atau di masjid secara periodik, dapat di benarkan dan adakah dasar pegangannya ? Terima kasih.

Rumanto, Nyamplung, Balecatur, Gamping, Sleman Jawaban

Sebelum sampai kepada inti jawaban, lebih terdahulu kami jelaskan hal-hal sebagai berikut:

a. Pada garis besarnya “ibadah” ada dua macam, yaitu ibadah dalam pengertian luas (umum) dan ibadah dalam pengertian sempit (khusus) yang sekarang ini lazim disebut dengan istilah ritual. Ibadah dalam pengertian luas adalah menjalani kehidupan untuk memperoleh keridlaan Allah dengan mentaati syari’atNya. Dengan demikian semua aktifitas (amalan) yang diizinkan Allah, bila dikerjakan dengan tujuan untuk memperoleh keridlanNya merupakan ibadah dalam arti umum(luas) itu, misalnya: mencari ilmu pengetahuan, mencari rizki, mengolah alam seperti bertani, menjala ikan dan sebagainya. Dalam ibadah yang bersifat umum al Qur’an menjelaskan secara global, prinsip-prinsipnya saja, sedang rinciannya sebahagian diterangkan oleh Nabi saw dan sisanya diserahkan kepada kita ummatnya. Disinilah lapangan berijtihad (mengeluarkan sesuatu hukum dengan mempergunakan segenap kemampuan dari dalil-dalilnya) oleh para ahlinya (mujtahid).

b. Ibadah dalam arti sempit, yaitu ibadah yang macam dan cara melaksanakannya ditentukan dalam Syara’. Ibadah khusus ini bersifat “statis “ dan mutlak. Manusia tinggal melaksanakannya sesuai dengan peraturan dan tuntunan yang ada dari Syara’, tidak boleh merubah,menambah atau mengurangi. Misalnya bersuci untuk mengerjakan shalat dilakukan dengan menggunakan air, bila tidak mungkin menggunakan air diganti dengan debu.Mengapa dengan debu ? Tidak bolehkah dengan bedak misalnya ? Jawabnya: Tidak boleh dengan bedak, sebab perintah Syara’ adalah menggunakan debu. Dalam ibadah macam kedua ini (ibadah khusus), kita tidak boleh menggunakan ijtihad, tetapi harus ittiba’ kepada Rasulullah saw.

c. Kalau kita melihat kepada shalat Lail atau shalat Tahajud seperti yang saudara tanyakan itu, maka ia termasuk ke dalam kelompok ibadah khusus, telah dijelaskan secara rinci cara-cara pelaksanaannya oleh Syara’. Kita tinggal melaksanakannya, tanpa merubah, menambah atau mengurangi atau variasi-variasi lainnya.

(2)

beliau kerjakan di rumah, sepulang dari masjid. Dalam satu hadits, Nabi saw pernah bersabda:

Artinya: Wahai sekalian manusia, shalatlah kalian di rumahmu, karena sesungguhnya shalat seseorang yang paling utama adalah di rumahnya, kecuali shalat wajib.

d. Muhammadiyah sekalipun melakukan ijtihad, tetapi ijtihad yang dilakukan merujuk kepada cara yang ditempuh ulama salaf, yaitu tidak berijtihad dalam bidang aqidah dan ibadah. Sekali lagi dalam bidang ibadah khusus kita memegang prinsip ittiba’ mengikuti Nabi saw, tidak kepada ijtihad para mujtahid, apalagi pendapat-pendapat orang. Kita memegang qa’idah yang dipakai para ahli ijtihad (mujtahid), yaitu:

Artinya: Pada prinsipnya dalam urusan ibadah hukumnya batal (tidak boleh) sehingga ada dalil yang menunjukkan yang memerintahkannya.

Sebaliknya dalam menghadapi masalah ibadah dalam arti umum, kita berpegang kepada qa’idah atau prinsip:

Artinya: Pada prinsipnya dalam urusan akad-akad atau mu’amalah, adalah sah (boleh), sehingga ada dalil yang membatalkan atau mengharamkannya.

Dengan memperhatikan uraian-uraian di atas, dapat disimpulkan bahwamengerjakan Shalat Lail (selain Shalat Tarawih di bulan Ramadlan) tidak ada dasarnya, tidak dibenarkan oleh Syara’ dan tidak boleh menerapkan ijtihad dalam hal tersebut, karena ia termasuk dalam kategori ibadah khusus.

Pertanyaan 2:

a. Bagaimanakah tuntunan Nabi saw tentang pengaturan shaf shalat, sebelum ataukah sesudah iqamah ?

(3)

c. Di kala matahari tegak lurus kita dilarang melakukan shalat ? Bagaimana halnya dengan shalat-shalat yang dilakukan di masjid pada hari Jum’at sebelum waktu dhuhur atau sebelum imam (khatib) naik ke mimbar ? Syahrul Ismail

Jl. Perak No. 2 Pematang Siantar

Jawaban:

Pertanyaan saudara akan kami jawab sesuai dengan urutan pertanyaan, yaitu sebagai berikut :

a. Mengenai pengaturan shaf sebelum shalat, diterangkan oleh banyak hadits, antara lain dalam hadits riwayat al Bukhari dan Muslim dari shahabat Anas ra, Nabi saw bersabda:

Artinya: Luruskanlah shaf-shafmu, karena meluruskan (menyamakan) shaf itu termasuk kesempurnaan shalat.

Pengaturan shaf itu dilakukan oleh Imam, sebelum bertakbir dan tentu saja sesudah iqamah.

b. Dalam berdoa seyogyanya menghadap ke kiblat, berdasarkan kepada dalil yang umum, seperti waktu Nabi saw membaca do’a minta hujan, Nabi saw menghadap ke kiblat, seperti yang disebutkan dalam hadits riwayat al Bukhari; dan ada juga hadits riwayat ath-Thabrani dengan sanad hasan dari Abu Hurairah ra Rasulullah saw bersabda:

Artinya: Sesungguhnya setiap sesuatu ada penghulunya . Dan sesungguhnya penghulu majlis (tempat duduk) itu menghadap kiblat.

Namun harus diingat Nabi saw sesudah selesai salam dalam shalat yang dilakukan dengan berjama’ah, beliau menghadapkan dirinya ke arah makmum, padahal beliau masih membaca beberapa dzikir .ini menunjukkan bahwa berdoa tidak harus menghadap kiblat. Juga pada waktu menutup khutbah, khatib berdoa tidak menghadap kiblat , bahkan membelakanginya.

(4)

shalat Jum’at dan berkhutbah harus sesudah masuk waktu dhuhur. Begitu juga di hari selain Jum’at , kalau kita masuk masjid disunnatkan mengerjakan shalat sunnat Tahiyyatul Masjid sebanyak dua raka’at , meskipun belum masuk waktu dhuhur atau waktu ashar. Hal ini sesuai dengan isi hadits riwayat al-Jama’ah dari Abu Qatadah, Nabi saw bersabda:

Artinya: Apabila salah seorangdari kalian masuk ke masjid, hendaklah mengerjakan shalat dua sujud (dua raka’at) sebelum ia duduk.

Pertanyaan 3:

a. Bolehkah untuk amal usaha Muhammadiyah menggunakan tenaga guru atau tenaga dokter yang bukan tenaga DPK atau PNS di luar anggota Muhammadiyah atau dari kalangan non muslim.

b. Bolehkah gedung yang tak terpakai (kosong) milik persyarikatan Muhammadiyah disewakan kepada yayasan non muslim misalnya Yayasan Nasrani ?

Ahmad Syam

Jl. KH A Dahlan Binjai

Jawaban:

a. Untuk memaksimalkan terwujudnya tujuan Muhammadiyah , sedapat mungkin amal usaha Muhammadiyah ditangani langsung oleh para anggotanya yang

memiliki keahlian dan kemampuan yang sesuai dengan bidang atau jenis amal usaha yang dikerjakan. Dengan para anggota yang menangani amal usaha Muhammadiyah, karena mereka merasa ikut memiliki amal usaha tersebut, maka akan lebih dapat diharapkan mereka akan bekerja semaksimal mungkin, yang pada gilirannya akan dapat diharapkan hasil yang lebih optimal.

(5)

Agama Islam di sekolah-sekolah Muhammadiyah. Sebab, sebagai guru dalam dua mata pelajaran tersebut tidak cukup dengan pengetahuan yang dimiliki, tetapi juga ia harus meyakini dan mengamalkannya sebagai suri tauladan bagi anak didiknya. Sedangkan untuk mata pelajaran selain yang dua disebutkan di depan -yang cenderung bersifat keduniaan,- demikian pula untuk tenaga medis dan dokter, jika memang ada dari kalangan anggota atau warga Muhammadiyah, tentunya diambil dari kalangan sendiri; dan jika memang betul-betul tidak ada, baru diambil dari kalangan muslim di luar anggota atau warga Muhammadiyah dan kalau prioritas kedua ini juga tidak ada atau tidak mungkin dilakukan, baru kepada pilihan terakhir mengambil tenaga dari kalangan non muslim. Sungguhpun demikian, sepanjang mereka itu tidak akan merusak aqidah dan keagamaan umat Islam dan tidak pula akan merusak citra Muhammadiyah. Kebolehan mengambil tenaga non muslim ini sebagaimana disebutkan di atas, didasarkan kepada amalan Nabi saw pernah melakukan perjanjian dalam bidang muamalah (urusan keduniaan) dengan orang non muslim yakni dengan orang Yahudi sebagaimana dituturkan dalam hadits-hadits sebagai berikut:

Artinya: Sesungguhnya Nabi saw membeli makanan dari orang Yahudi secara berhutang dan beliau menggadaikan baju besinya.

Artinya: Sesungguhnya ia (Anas) pergi kepada Nabi saw membawa roti, gandum dan keju yang banyak. (Kata Anas): Sungguh Nabi saw telah menggadaikan baju besinya di Madinahkepada orang Yahudi dan beliau mengambil gandum daripadanya untuk keluarga beliau. Dan sesungguhnya saya (Qatadah) mendengar Anas berkata: Sore hari ini tidak ada pada keluarga Muhammad saw, segantang gandum dan tidak pula segantang biji-bijian (makanan) padahal tanggungan beliau sembilan perempuan (isteri).

(6)

Artinya: ... dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan.

Dengan kata lain Islam memerintahkan untuk memanfaatkan harta yang dimiliki, namun sepanjang dalam memanfaatkan tersebut tidak bertentangan atau tidak tidak dilarang oleh Syara’, yang antara lain sekalipun dari satu sisi dapat mendatangkan keuntungan , namun dari sisi lain yang lebih vital bagi umat Islam jangan sampai menimbulkan kerugian.

Menyewakan gedung milik persyarikatan Muhammadiyah kepada Yayasan Nasrani, memang dari satu sisi akan dapat mendatangkan keuntungan secara material yaitu dengan mendapatkan uang sewa. Namun di sisi lain dengan menyewakan gedung itu kepada Yayasan Nasrani, maka sulit dipungkiri bahwa gedung milik persyarikatan itu akan digunakan untuk kemajuan agama mereka., yang dapat diartikan secara tidak langsung akan merugikan persyarikatan dalam melaksanakan amar ma’ruf nahi mungkar. Dengan demikian maka akan dapat diperkirakan bahwa madlaratnya akan lebih besar darpada manfaatnya. Dalam qa’idah fiqh disebutkan:

Artinya: Menolak kerusakan didahulukan dari menarik kemanfaatan.

Dan di kala pada suatu urusan itu terdapat dua madlarat, yang dalam hal ini kalau terpaksa harus mengosongkan gedung, sementara di sisi lain terhambatnya tegaknya amar ma’ruf nahi munkar, maka kiranya kalau terpaksa mengosongkan gedung merupakan madlarat yang lebih kecil dari pada terhambatnya amar ma’ruf nahi munkar dalam qa’idah fiqh disebutkan:

Artinya: Dipilih yang paling ringan dari dua buah kejelekan.

(7)

.Artinya: Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.

Wallahua’lam bish shawab.

Sumber:

Suara Muhammadiyah

Referensi

Dokumen terkait

Common dolphins can be frequently seen in association with other marine mammal species.STATUSTraditionally, hundreds of thousands of common dolphins have been taken incidentally,

Untuk mengetahui apakah algoritma improved apriori dapat mengoptimalisasi waktu dalam pencarian pola pembelian pelanggan maka dilakukan pengujian dengan cara

Sainsbury ( 1986 ) menegaskan bahwa kunci keberhasilan penangkapan umumnya banyak ditentukan oleh :- Kemampuan pendugaan tempat-tempat pengkonsentrasian daerah yang banyak

Instalasi pelabuhan semacam itu bisa digunakan sebagai bagian dari garis pangkal untuk delimitasi laut territorial dan yurisdiksi maritim lainnya.Seandainya reklamasi pantai

Manusia, kuda dan mamalia lain merupakan dead-end host virus West Nile, mereka tidak dapat mengembangkan viremia dalam konsentrasi yang cukup yang memungkinkan infeksi nyamuk..

[r]

Pada hari ini Rabu tanggal Dua belas Bulan Desember Tahun Dua Ribu Dua Belas , mulai pukul 13.00 WIB sampai dengan 14.00 WIB, kami Pokja/ULP Kemensos Bekasi telah

Brucellosis merupakan penyakit yang dapat menular pada manusia. Penyakit ini disebabkan berbagai genus Brucella