• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Penerapan Metode Demonstrasi terhadap Keterampilan Berhitung Siswa Kelas 3 SD Negeri Kecandran 01

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Penerapan Metode Demonstrasi terhadap Keterampilan Berhitung Siswa Kelas 3 SD Negeri Kecandran 01"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

6

Pada subbab kajian teori akan dipaparkan tentang kajian atau pendapat para ahli yang mendukung penelitian yang akan dilakukan. Sudah banyak ahli yang mengkaji suatu objek. Namun dari hasil yang dikaji memiliki sudut pandang yang berbeda. Pada subbab kajian teori membahas tentang hakikat matematika, metode demonstrasi dan keterampilan dalam berhitung.

2.1.1. Hakikat Matematika

Berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD / MI yang terdapat pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22 Th 2006 tentang Standar Isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah bahwa matematika merupakan ilmu yang universal serta dapat dijadikan sebagai dasar dalam perkembangan teknologi modern, serta berperan penting dalam berbagai macam disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Pada zaman sekarang yang serba cangih seperti saat ini, matematika dijadikan sebagai dasar perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Matematika yang dijadikan dasar perkembangan teknologi informasi dan konfirmasi terdapat dibidang teori seperti bilangan, aljabar, analisis, peluang maupun matematika diskrit. Matematika agar dapat dijadikan sabagi dasar perkembangan teknologi dimasa mendatang maka dibutuhkan adanya penguasaan matematika yang kuat sejak kecil. Dengan demikian banyak ahli yang memberikan pendapat tentang matematika seperti yang tertulis dalam Departeman Pendidikan Nasional (2004) adalah disiplin ilmu yang hasil kajian memiliki sifat abstrak dan dibangun memalui proses penalaran deduktif yaitu kebenaran suatu konsep yang diperoleh sebagai akibat logis dan kebenaran sebelumnya sudah diterima sehingga keterkitan antara konsep dalam matematika bersifat kuat dan jelas.

(2)

Walle (2008) juga mengemukankan bahwa matematika adalah ilmu tentang sesuatu yang memiliki pola keteraturan dan urutan logis. Dalam matematika membahas tentang teori bilangan, peluang, bentuk, alogritma, dan perubahan. Sebagai ilmu dengan objek yang abstrak, matematika bergantung pada logika bukan pada pengamatan sebagai standar kebenaran.

Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan disiplin ilmu yang memiliki sifat abstrak dan khas yang berkaitan dengan angka-angka, berhitung, untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan kehirupan manusia dan digunakan sebagai dasar perkembangan ilmu pengetahuana dan teknologi yang ada di alam ini.

Dalam pembelajaran matematika tentunya memerlukan sebuah komponen-komponen untuk mencapai tujuan pembelajaran, tujuan mata pelajaran matematika untuk semua jenejnag pendidikan dasar dan menengah dinyatakan dalam Permendiknas No 24 Tahun 2006 (Wardhani, 2010) adalah sebagai berikut

1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat , efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah. 2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan

manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. 3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami

masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

4) mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

(3)

memahami pembelajaran yang dilaksanakan dan tujuan-tujuan mata pelajaran matematika dapat tercapai dengan baik.

Selain tujuan yang memiliki beberapa komponen matematika juga memiliki beberapa karakteristik untuk diterapkan dalam pembelajaran matematika. Karakteristik secara umum menurut Wardhani, Sri (2010) adalah sebagai berikut

1) Memiliki objek kajian yang bersifat abstrak, Objek matematika adalah objek mental atau pikiran. Oleh karena itu bersifat abstrak. Objek kajian matematika yang dipelajari di sekolah adalah fakta, konsep, operasi (skill), dan prinsip.

2) Mengacu pada kesepakatan fakta matematika meliputi istilah (nama) dan simbol atau notasi atau lambang. Fakta merupakan kesepakatan atau permufakatan atau konvensi. Kesepakatan itu menjadikan pembahasan matematika mudah dikomunikasikan. Pembahasan matematika bertumpu pada kesepakatankesepakatan. 3) Mempunyai pola pikir deduktif, Pola pikir deduktif didasarkan

pada urutan kronologis dari pengertian pangkal, aksioma (postulat), definisi, sifat-sifat, dalil-dalil (rumus-rumus) dan penerapannya dalam matematika sendiri atau dalam bidang lain dan kehidupan sehari-hari. Pola pikir deduktif adalah pola pikir yang didasarkan pada hal yang bersifat umum dan diterapkan pada hal yang bersifat khusus, atau pola pikir yang didasarkan pada suatu pernyataan yang sebelumnya telah diakui kebenarannya. 4) Konsisten dalam sistemnya, Dalam suatu sistem matematika

berlaku hukum konsistensi atau ketaatan, artinya tidak boleh terjadi kontradiksi di dalamnya. Konsistensi ini mencakup dalam hal makna maupun nilai kebenarannya.

5) Memiliki simbol yang kosong dari arti, Rangkaian simbol-simbol dapat membentuk kalimat matematika yang dinamai model matematika. Secara umum simbol dan model matematika sebenarnya kosong dari arti, artinya suatu simbol atau model matematika tidak ada artinya bila tidak dikaitkan dengan konteks tertentu.

6) Memperhatikan semesta pembicaraan, Karena simbol dan model matematika kosong dari arti, dan akan bermakna bila dikaitkan dengan konteks tertentu maka perlu adanya lingkup atau semesta dari konteks yang dibicarakan. Lingkup atau semesta dari konteks yang dibicarakan sering diistilahkan dengan nama ‟semesta pembicaraan‟. Ada-tidaknya dan benar-salahnya penyelesaian permasalahan dalam matematika dikaitkan dengan semesta pembicaraan.

(4)

Dalam berinterkasi bertukar informasi tersebut mengandung makna belajar dan mengajar. Makna belajar jika dilihat dari sisi siswa dan makna mengajar jika dilihat dari sisi guru. Belajar bertujuan kepada apa yang dilakukan seseorang sebagai sabjek dan mengajar berorientasi kepada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pemberi pelajaran. Dari kedua sisi itu akan berkolaborasi secara terpadu menjadi suatu kegiatan pada saat terjadinya interkasi antara guru dan beberapa siswa didalam pembelajaran matematikan yang sedang berlangsung.

Menurut Corey (Susanto, 2013), pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu. Pembelajaran dalam pandangan Corey sebagai upaya menciptakan kondisi dan lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan siswa berubah bertingkah laku.

Adapun menurut Komalasari (2010) mengemukakan definisi pembelajaran sebagai salah satu sistem atau proses membeljarkan peserta didik yang direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi secara sistematis agar peserta didik dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.

Muhsetyo, dkk (2011) mengemukakan bahwa pembelajaran matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada peserta didik melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga pesert didik memperoleh kompetensi tentang bahan matematika yang dipelajari. Salah satu komponen yang menentukan ketercapaian kompetensi adalah penggunaan strategi pembelajaran matematika, yang sesuai dengan (1) topik yang sedang dibicarakan, (2) tingkat perkembangan peserta didik, (3) prinsip dan teori belajar, (4) keterlibatan aktif peserta didik, (5) keterkaitan dengan kehidupan peserta didik sehari-hari, (6) pengembangan dan pemahaman penalaran matematis.

(5)

Pembelajaran matematika merupakan proses pemberian pengalaman secara langsung kepada siswa secara terprogram sesuai dengan rencana guru yang dapat menciptakan kondisi belajar yang kondusif dan menjadikan siswa dapat meningkatkan kemampuan berfikir untuk mengkontruksikan pengetahuan yang baru. Dalam pembelajaran siswa dan guru merupakan komponen utama. Kedua komponen tersebut berkolaborasi dengan baik menjadikan suatu kegiatan interaksi antara guru dan siswa, dan antara siswa dengan siswa.

2.1.2. Pengertian Metode

Secara etimologi metode berasal dari kata “Methodos” yang berasal dari bahasa latin yaitu “Methodos”. Methodos berasal dari dua kata dasar yaitu metha dan hodos. Metha yang artinya dilalui dan hodos yang artinya jalan. Jadi methodos artinya jalan yang dilalui. Menurut W, Sri Anitah (2008) metode adalah cara yang digunakan guru dalam membelajarkan siswa, karena metode lebih menekankan pada peran guru.

Joni (W, Sri Anitah 2008) mengemukakan bahwa metode adalah berbagai cara kerja yang bersifat relatif umum yang sesuai untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan Menurut Uno (2007) metode pembelajaran adalah cara yang digunakan guru, yang dalam menjalankan fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Dari pendapat beberapa ahli tentang pengertian metode dapat di simpulkan bahwa metode merupakan cara yang digunakan guru untuk mencapai kompetensi-kompetensi pembelajaran yang telah direncanakan guru dengan melibatkan siswa sebagai objek agar siswa dapat lebih aktif, kreati dalam mengikuti pembelajaran dikelas. Selain itu metode juga dpat membantu guru dalam menyampaikan pembelajaran dan makna dalam pembelajaran dapat lebih cepat untuk tersampikan.

2.1.3. Metode Demonstrasi

(6)

demonstrasi adalah metode efektif sebeb membantu para siswa untuk mencari jawaban dangan usaha sendiri berdasarkan fakta atau data yang benar (Sudjana, 2008).

Anas (2014) mengemukan bahwa metode demonstrasi adalah metode mengajar yang menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu kepada anak didik. Dengan menggunakan metode demonstrasi siswa dan guru dapat memperlihatkan suatu proses penemuan pengetahuan baru. Sedangkan menurut Syaodin dan Ibrahim (2010) mengemukakan bahwa metode demonstrasi merupakan sebuah metode yang dalam pembelajarnnya memperlihatkan langkah-langkah suatu proses terbentuknya atau terjadinya sesuatu yang menitikberatkan pada kemampuan seorang guru untuk mendemonstrasikannya.

Begitu juga Huda (2015) mengemukakan bahwa metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun dalam bentuk tiruan yang dipertunjukan oleh guru atau sumber belajar lain didepan seluruh siswa.

(7)

sehingga siswa dapat lebih cepat menerima pembelajaran, dan pembelajaran yang telah dilakukan pun akan tersimpan secara sempurna dalam otak siswa.

Menurut W, Sri Anitah (2008), metode demonstrasi akan lebih sesuai jika digunakan untuk (1) mengonkretkan suatu konsep atau prosedur yang abstrak; (2) mengajarkan bagaiman berubuat atau menggunakan yang abstrak; (3) meyakinkan bahwa alat dan prosedur tersebut bisa digunakan; (4) membangkitikan minat menggunakan alat dan prosedur. Dengan begitu dalam metode demonstrasi akan banyak digunakan pada mata pelajaran seperti matematika. Karena mata pelajaran matematika merupakan mata pelajaran yang abstrak.

W, Sri Anitah (2008), juga mengungkapkan bahwa metode demonstrasi juga memiliki karakteristik. Karakteristik metode demonstrasi adalah mengajar dengan cara modeling, guru bisa berperan sebagai modeling atau guru dapat mengajak nara sumber untuk mendemonstrasikan objek pembelajaran dengan syarat nara sumber tersebut harus menguasi materi atau bisa jadi siswa yang berperan menjadi model pada saat pembelajaran. Sehingga dalam pembelajaran yang menerapkan metode demonstrasi ini sangat lah baik jika diterapkan karena pembelajaran ini mengharuskan siswa untuk lebih aktif dan kreatif dalam pembelajaran yang dilaksanakan bukan hanya guru saja yang menjadi objek tetapi siswa juga dapat menjadi objek dalam pembelajaran.

(8)

prasyarat tersebut dipenuhi maka pembelajaran akan lebih mudah tercapai sehingga waktu yang digunakan sangatlah efesien dan membuat siswa lebih bermakna dalam pembelajaran.

Dalam segala metode pembalajaran tentu memiliki sebuah kelebihan dan kelemahan. Begitu juga dengan metode demonstrasi, meskipun metode demonstrasi terlihat sangat sederhana tetapi juga memiliki kelebihan dan kekuranang. Berikut ini akan dipaparkan mengenai kelebihan dan kekurangan metode demonstrasi

a. Kelebihan Metode Demonstrasi

Kelebihan metode demonstrasi menurut W, Sri Anitah (2008) adalah

1) Siswa-siswi dapat dapat memehami bahan pelajaran sesuai dengan objek sebenarnya;

2) Dapat mengembagkan rasa ingin tahu siswa;

3) Dapat melakukan pekerjaan berdasarkan proses yang sistematis; 4) Dapat mengetahui hubungan yang struktual atau urutan objek; 5) Dapat melakukan perbandingan dari beberapa objek.

Kelebihan metode demonstrasi menurut Huda (2010) adalah 1) Membuat pengajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkret; 2) Memusatkan perhatian siswa pada pembelajaran;

3) Lebih mengarahkan proses belajar siswa pada materi yang sedang dipelajari; 4) Lebih melekatkan pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran dalam

diri siswa;

5) Membuat siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari; 6) Membuat proses pengajaran lebih menarik;

7) Merangsang siswa untuk aktif mengamati antar teori dengan kenyataan; 8) Membantu siswa memahami dengan jelas jalannya suatu proses atau kerja

suatu benda;

9) Memudahkan berbagai jenis penjelasan

(9)

b. Kelemahan Metode Demonstrasi

Kelemahan metode demonstrasi meurut W, Sri Anitah (2008) adalah 1) Pembelajaran hanya dapat menimbulkan cara berfikir yang konkret;

2) Jika jumlah siswa banyak dan posisi siswa tidak diatur maka demonstrasi tidak efektif;

3) Bergantung pada alat bantu yang sebenarnya;

4) Sering terjadi siswa kurang berani dalam mencoba dan melakukan praktik demonstrasi.

Kelemahan metode demonstrasi menurut Huda (2010) adalah 1) Metode deomnstrasi mengharuskan keterampilan guru secara khusus;

2) Tidak tersedianya fasilitas-fasilitas pendukung, seperti peralatan, tempat, dan biyaya yang memadahi setiap kelas;

3) Memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang disamping waktu yang cukup panjang;

4) Tidak semua benda dapat didemonstrasikan;

5) Sukar dimengerti bila didemonstrasikan oleh guru yang kurang menguasai materi atau barang yang didemonstrasikan.

Dari paparan menganai kelebihan dan kekurangan metode demonstrasi, dapat dikaji bahwa metode demonstrasi berpengaruh positif terhadap hasil belajar dan aktivitas siswa dalam pembelajaran. Metode demonstrasi dapat meningkatkan kreatifitas, aktivitas, pemhaman, dan keberanian pada siswa. Tetapi metode demonstrasi juga memiliki kelemahan yang begitu banyak.

Sebagai solusinya dari kelemahan metode demonstrasi. Maka guru harus menguasi mata pelajar tersebut, memahami setiap proses demonstrasi, memahami karakteristik siswa, memanajemen waktu pembelajaran, dan mampu mengkondisikan siswa untuk belajar. sehingga kelemahan-kelemahan yang ada pada metode demonstrasi dapat diminimalkan dan pembelajaran yang dilaksanakan dapat berjalan dengan baik dan tepat waktu.

(10)

oleh guru tersebut agar dalam pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik. Berikut ini adalah langkah-langkah pembelajaran menurut para ahli.

a. Langkah-langkah pembelajaran Metode Demonstrasi menurut W, Sri Anitah (2008) sebagai berikut :

1) Mempersiapkan alat bantu yang akan digunakan dalam pembelajaran. 2) Memberikan penjelasan tentang topik yang akan didemonstrasikan.

3) Pelaksanaan demonstrasi bersama dengan perhatian dan peniruan dari siswa. 4) Penguatan (diskusi, tanya jawab, dan atau latihan) terhadap hasil demonstrasi. 5) Kesimpulan

b. Langkah-langkah pembelajaran Meode Demonstrasi menurut Suprijono (2015) sebagai berikut :

1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.

2) Guru menyajikan gambaran sekilas materi yang akan disampaikan. 3) Menyiapkan bahan atau alat yang diperlihatkan

4) Manunjuk salah seorang siswa untuk mendemonstrasikan sesuai sekenario yang telah disiapkan.

5) Seluruh siswa memperlihatkan demonstrasi dan menganalisisnya.

6) Tiap siswa mengemukakan hasil analisisnya dan juga pengalaman siswa didemonstrasikan.

7) Guru membuat kesimpulan pembelajaran.

c. Selain langkah-langkah pembelajaran yang telah dikemukkan oleh kedua ahli diatas terdapat pula tahap-tahapan implementasi metode demonstrasi yang terdiri dari tujuh tahap menurut Huda (2010) sebagai berikut :

1) Merumuskan dengan jelas jenis kecakapan atau keterampilan yang diperoleh setelah demonstrasi dilakukan.

2) Menentukan peralatan yang digunakan, kemudian diuji coba terlebih dahulu agar pelaksanaan demonstrasi tidak mengalami kegagalan.

3) Menetapkan prosedur yang dilakukan, dan melakukan percobaan sebelum demonstrasi dilakukan.

(11)

5) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan komentar pada saat maupun sesudah demonstrasi.

6) Meminta siswa untuk mencatat hal-hal yang dianggap perlu. 7) Menetapkan rencana untuk menilai kemajuan siswa.

Berdasarkan pendapat para ahli mengenai langkah-langkah implementasi metode deomonstrasi dapat dikaji bahwa dalam implementasi metode demonstrasi terdapat tujuh tahap yang perlu dilakukan. Setiap tahap menunjukan kehiatan yang berbeda-beda yang perlu dipahami guru sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan lancar.

Tahap pertama adalah merumuskan dengan jelas jenis kecakapan atau keterampilan yang diperoleh setelah demonstrasi dilakukan. Dalam tahap ini tugas guru menyampikan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Siswa harus memahami setiap penjelasan guru mengenai tujuan pembelajaran.

Tahap kedua adalah menentukan peralatan yang digunakan, kemudian diuji coba terlebih dahulu agar pelaksanaan demonstrasi tidak mengalami kegagalan. Pada tahap ini guru mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, guru memberikan penjelasan singkat mengenai alat dan bahan tersebut, selain itu guru harus mengecek apakah alat tersebut masih layak untuk dipergunakan apa tidak. Pada tahap ini juga dapat di bentuk kelompok, pembentukan kelompok dibagi secara heterogen atau acak.

Tahap ketiga adalah menetapkan prosedur yang dilakukan, dan melakukan percobaan sebelum demonstrasi dilakukan. Pada tahap ini guru meberikan contoh demonstrasi kepada siswa. Dan siswa harus memahami setiap proses yang di demonstrasikan, jika diperlukan siswa diminta untuk mencatat proses demonstrasi yang telah dicontohkan oleh guru.

(12)

Tahap kelima adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan komentar pada saat maupun sesudah demonstrasi. Saat demonstrasi guru dapat melakukan sesi tanya jawab kepada setiap siswa atau setiap kelompok untuk mengantisipasi terjadinya kesalahan dalam proses mendemonstrasikan atau kesalahpahaman dalam siswa berfikir atau untuk meningkatkan keaktifan pada siswa. Setelah demonstrasi perwakilan kelompok atau beberapa siswa dapat diminta untuk menyampikan hasil demonstrasi didepan kelas.

Tahap keenam adalah meminta siswa untuk mencatat hal-hal yang dianggap perlu. Dalam tahap ini siswa diajak untuk melakukan kesimpulan pada demonstrasi yang telah dilakukan. Setelah melakukan demonstrasi siswa diminta untuk mencatat hasil demonstrasi yang telah dilakukan dan guru dapat meminta siswa untuk membuat rangkuman singkat atau mencatat hal yang penting mengenai pengetahuan yang telah didapat pada saat demonstrasi.

Tahap ketujuh adalah menetapkan rencana untuk menilai kemajuan siswa. Dalam tahap ini guru menentukan cara mengambil nilai. Misal guru dapat menggunakan penilaian dengan cara tes tertulis maka guru harus membuat soal untuk melakukan penilaian pada pembelajaran yang telah dilakukan. Dengan melakukan penilaian maka guru dapat menetapkan apakah metode demonstarasi ini berhasil diterapkan dalam pembalajaran yang telah dilakukan.

2.1.4. Keterampilan Beritung

(13)

Webster’s New Third International Dictionary (dalam Wibawati, 2013) merumuskan berhitung sebagai cadang matematika yang berkenaan dengan sifat dan hubungan bilangan-bilangan nyata dengan perhitungan mereka terutama menyangkut penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagaian. Sedangkan menurut Concise Oxford English Dictionary dan Encyclopedia Americana (dalam Wibawati, 2013) merumuskan singkat berhitung sebagai ilmu tentang bilangan. Menurut Dali (dalam Wibawati 2013) berhitung dipakai untuk menghitung benda-benda dan kemudian barulah manusia kuno menggunakan jari tangan mereka sebagai alat berhitung.

Jadi dapat disimpulkan bahwa keterampilan berhitung merupakan keahlian atau kemampuan yang diperlukan manuasia untuk menyelesaikan sebuah masalah yang berkaitan dengan perhitungan. Selain itu keterampilan berhitung diperlukan oleh manusia untuk mengembangkan sebuah teknologi maupun ilmu pengetahuan yang baru. Maka dari itu keterampilan berhitung sangatlah penting dan diperlukan bagi manusia.

Keterampilan berhitung merupakan sasaran utama dalam pembelajaran matematika. Sasaran utama berdasarkan pada kurikulum matematika Sekolah Dasar antara lain a) pengembangan konsep-konsep; 2) pengembangan matematika; c) pemngembangan keterampilan; d) kemampuan pemecahan masalah; dan e) pengembangan sikap menghargai dan sikap-sikap yang lain yang menguntungkan. Pada sasaran yang ketiga yaitu pengembangan keterampilan, maka siswa Sekolah Dasar diharapkan dapat: 1) mengetahui fakta mendasar mengenai penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian bilangan; 2) mengerti beberapa alogaritma (bentuk-bentuk untuk mencatat perhitungan); 3) melakukan pemeriksaan hasil hitungan; 4) menduga jawabnya untuk menghindari hasil yang tidak masuk akal. Untuk meningkatkan penguasaan siswa, guru dapat memperbanyak latihan-latihan untuk siswa.

2.2. Kajian Hasil-hasil Penelitian yang Relevan

(14)

variabel yang digunakan dalam penelitian yang akan dilakukan. Berikut ini disajikan Tabel 2.1 tentang State Of The Art

Tabel 2.1

State Of The Art

Peneliti Tahun Responden/

Partisipan Variabel

PTK Hasil penelitian disimpulkan bahwa penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menggambar buah-buahan sehingga karya siswa lebih natural. Hal ini dibuktikan dengan hasil kerja siswa pada siklus I adalah sebagai berikut: 1 siswa memperoleh predikat sangat baik (3.22%), 6 siswa memperoleh predikat baik (19,36%), 14 siswa memperoleh nilai cukup (45,16%), dan 10 siswa yang memperoleh predikat kurang (32,26%). Nilai rata-rata kelas pada siklus I ini adalah 73,35. 5) Nilai hasil kerja siswa pada siklus II adalah sebagai berikut: 7 siswa memperoleh predikat sangat baik (22,58%), 21 siswa memperoleh predikat baik (67,74%), dan 3 siswa memperoleh nilai cukup (9,68%). Sukerti, dkk 2013 Kelompok

B TK

PTK Hasil penelitian disimpulkan bahwa penerapan metode demonstrasi dengan berbantuan media daun pisang melalui kegiatan menganyam dapat meningkatkan keterampilan motorik halus pada anak kelompok B TK Kusuma Dharma Tukad Mungga Buleleng semester 2 tahun pelajaran 2012/2013. Dibuktikan dengan hasil penelitian rata-rata siklus I sebesar 61,37 (61,37%) sedangkan siklus II sebesar

(15)

kemampuan kognitif anak.

PTK Hasil penelitian disimpulkan bahwa dengan penerapan metode demonstrasi melalui kegiatan melukis dengan cara inkonvensional dapat meningkatkan keterampilan motorik halus pada anak kelompok B di TK Melati Payangan Gianyar. Hal ini dapat dibuktikan dengan melihat hasil penelitian yang menunjukan bahwa rata-rata pada siklus I sebesar 39,68% yang berada pada kategori sangat rendah, dan rata-rata pada siklus II sebesar 87,4% tergolong keterampilan proses mahasiswa setelah penerapan metode demonstrasi dan media job sheet berada pada kategori terampil dengan rata-rata persentase adalah 71% (siklus I = 67,6% dan siklus II=74,4%) sehingga memiliki peningkatan keterampilan proses mahasiswa sebesar 6,8% ; (2) tingkat hasil belajar mahasiswa setelah penerapan metode demonstrasi dan media job sheet berada pada kategori baik dengan rata-rata persentase adalah 71,69% (siklus I = 68,86 dan siklus II = 74,52) sehingga memiliki peningkatan hasil belajar mahasiswa sebesar 5,7%. Berdasarkan di atas, dapat disimpulkan bahwa penerapan metode demonstrasi dan media job sheet dapat meningkatkan keterampilan proses dan pembelajaran dekorasi kue mahasiswa jurusan PKK IKIP Negeri Singaraja.

Ranaya 2013 Siswa kelas

PTK Menyimpulkan hasil penelitiannya bahwa penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa Kelas IVA SDN 5 Pusungi. Dengan melihat hasil penelitianya bahwa hasil tindakan siklus I diperoleh ketuntasan belajar klasikal 55 % dengan nilai rata-rata 6,7. Hasil tindakan siklus II diperoleh ketuntasan belajar klasikal 90 % dengan nilai ratarata

7,3.

(16)

mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 82,35% tergolong pada kategori tinggi. Jadi, terjadi peningkatan keterampilan motorik halus dalam kegiatan mencetak pada anak sebesar 49,88%. Dapat disimpulkan bahwa penerapan metode demonstrasi melalui kegiatan mencetak dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar dapat meningkatkan keterampilan motorik halus anak kelompok B TK Kemala Bhayangkari 1 Denpasar Kecamatan Denpasar Utara Tahun Pelajaran 2013/2014.

PTK Hasil penelitian disimpulkan bahwa dengan penerapan metode demonstrasi telah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran matematika di kelas III SDN 11 Sungai Kunyit. Hal ini dibuktikan aktivitas fisik dengan rata-rata 31,25% sebelum tindakan (baseline), meningkat menjadi 45,83%, pada siklus I dan naik menjadi 85,41% dengan kategori tinggi pada siklus II. Aktivitas mental dengan rata-rata 25% sebelum tindakan (baseline), meningkat menjadi 43,75% pada siklus I dan lebih meningkat pada siklus II dengan rata-rata 83,33% dengan kategori tinggi. Sedangkan untuk aktivitas emosional dengan rata-rata 27,08% sebelum tindakan (baseline), pada siklus I meningkat menjadi rata-rata 45,93%, dan pada siklus II meningkat lagi menjadi rata-rata 87,50% dengan kategori tinggi.

PTK Hasil penelitian keterampilan berbicara bahasa Indonesia dengan menerapkan metode demonstrasi, dari siklus I, siklus II dan siklus III terjadi peningkatan sebesar 10. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Indonesia di kelas V Sekolah Dasar Negeri 31

(17)

Jadi terjadi peningkatan perkembangan menggunakan metode demonstrasi pada pembelajaran IPA dapat meningkatkan aktivitas siswa. Hal ini dapat dilihat peningkatan yang terjadi pada setiap indikator kinerja aktivitas siswa, yaitu: (a) Visual Activities, dimulai dari pengamatan awal sebelum dilakukan tindakan yaitu 30% kemudian pada siklus I mengalamai peningkatan 32% menjadi 62%, pada siklus II mengalami peningkatan 34% menjadi 96%, (b) Oral Activities, dimulai dari pengamatan awal sebelum dilakukan tindakan yaitu 14% kemudian pada siklus I mengalami peningkatan 38% menjadi 52%, pada siklus II mengalami peningkatan 40% menjadi 92%.

PTK Hasil penelitian menunjukan bahwa pada tindakan siklus I diperoleh ketuntasan belajar klasikal sebesar 75%, namun hasil belajar tersebut belum mencapai indikator capaian yakni 80%, maka dilanjutkan pada siklus II. Pada tindakan pelaksanaan siklus II diperoleh ketuntasan belajar klasikal sebesar 95%, terdapat 19 siswa yang tuntas dari 20 siswa yang mengikuti tes dan terjadi peningkatan sebesar 20% dari hasil pelaksanaan siklus I. Aktifitas guru, meningkat dari 60% pada siklus I menjadi 95% pada siklus II. Aktifitas belajar siswa meningkat dari 62% pada siklus I menjadi 94% pada siklus II. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa melalui metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa materi bernyanyi di kelas V SDN

(18)

Taman Kanak-Kanak Tri Bina rerata setiap kelompok, untuk kelompok treatment adalah 76.53, sedangkan untuk kelompok kontrol adalah 55.75 dan nilai menggunakan Independent Samples TTest sebesar --8.964 dengan nilai signifikan sebesar 0.000 yang artinya dengan taraf signifikansi sebesar 5% terdapat perbedaan hasil uji kompetensi antara kedua kelompok. Maka dapat disimpulkan bahwa metode demonstrasi sangat berpengaruh terhadap pemahaman dan analisis siswa.

Andriyani 2013 TK Widya

PTK Hasil analisis data menunjukkan bahwa kemampuan mengenal konsep bilangan dengan penerapan metode demonstrasi berbantuan media dadu pada siklus I sebesar 59,4% yang berada pada kategori rendah, mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 87,6% tergolong pada kategori tinggi. Jadi, terjadi peningkatan kemampuan mengenal konsep bilangan pada anak kelompok B semester II di TK Widya Suta Kerti Sulanyah Kecamatan Seririt Kabupaten Buleleng sebesar 28,2% dengan penerapan metode demonstrasi berbantuan media dadu.

PTK Hasil penelitian kemampuan membaca cepat peserta didik pada siklus I pembelajaran peserta didik yaitu untuk lafal suara pada saat membaca 3 peserta didik dikategorikan Sangat baik, 9 peserta didik dikategorikan Baik, 2 peserta didik dikategorikan Cukup. Untuk kemampuan intonasi suara pada saat membaca 3 peserta didik dikategorikan Sangat baik, 8 peserta didik dikategorikan Baik, 3 peserta didik dikategorikan Cukup. Nilai rata-rata dari aspek yang dinilai pada siklus I yaitu 68,75%. Karena nilai yang diperoleh belum memperoleh nilai yang memuaskan dan masih kurang dari target minimal peneliti yaitu 80%. Hal ini menunjukan dengan menerapkan metode demonstrasi melalui peningkatan kemampuan membaca cepat menggunakan metode demonstrasi di kelas V SD Negeri 06 Toho dapat

(19)

Prosedur; Metode Demonstrasi

makna dalam monolog berbentuk teks procedure dengan menggunakan metode demonstrasi meningkat, yakni pada siklus I sebesar 58%, pada siklus

PTK Hasil penelitian disimpulkan bahwa metode demonstrasi dapat meningkatkan prestasi belajar IPA siswa

Fidiati 2013 Kelas 4

PTK Hasil penelitian disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran dengan metode demonstrasi dapat meningkatkan aktivitas siswa kelas 4

PTK Hasil penelitian disimpulkan bahwa penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa. setelah dilakukan kegiatan pembelajaran diperoleh hasil bahwa sebesar 95,45% dari total keseluruhan siswa dinyatakan tuntas dalam mengikuti pembelajaran IPA di kelas II SD N Sidotopo Wates

Hasil penelitian menujukan bahwa rata-rata skor hasil belajar IPA sebelum mendapat perlakuan sebesar 58,00. Setelah mendapat perlakuan berupa pembelajaran dengan metode demonstrasi dan penggunaan media berupa CD interaktif, rata-rata skor hasil siswa mengalami peningkatan menjadi 88,14. Jadi, terdapat pengaruh yang signifikan yang diakibatkan oleh metode demonstrasi terhadap hasil belajar IPA pada kelas X SLB C1 Negeri Denpasar. Sukerti, dkk 2014 Kelas V

PTK Hasil penelitian tentang keterampilan menulis narasi siklus Ivsebesar 64,0 % kriteria sedang, siklus II sebesar 72,5% kriteria tinggi. Hasil akhir penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan metode demonstrasi dengan menggunakan media gambar berseri untuk meningkatkan keterampilan menulis narasi siswa kelas V Semester 1 SDN 3 Dencarik Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2012/2013. Wilantara 2014 Kelas XI

(20)

Tamansiswa Yogyakarta TahunAjaran 2013/2014 yang diajarkan menggunakan metode ceramah termasuk dalam kategori sedang dan yang diajarkan menggunakan metode demonstrasi dalam kategori sangat tinggi. Pada uji-t diperolehthitung = 20,200 dan p = 0,000, karena p < 0,005 berarti ada perbedaan yang sangat signifikan prestasi belajar pemeliharaan/servis system pengapian konvensional siswa kelas XI semester genap SMK Tamansiswa Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014 yang diajarkan menggunakan metode ceramah dan metode demonstrasi. Dilihat dari hasil rerata ternyata metode mengajar menggunakan metode demonstrasi sebesar 24,345 dan metode ceramah sebesar 13,897, hal ini berarti metode demonstrasi berpengaruh lebih baik daripada metode ceramah terhadap prestasi belajar pemeliharaan/servis system pengapian konvensional siswa kelas XI semester genap SMK Tamansiswa Yogyakarta Tahun Ajaran

Hasil penelitian menujukan bahwa nilai rata-rata hasil belajar sebelum pembelajaran demonstrasi sebesar 69,17 dan rata-rata hasil belajar dengan menggunakan metode demonstrasi sebesar 79,58. Dengan selisih rata-rata sebesar 10,51. Sehingga penelitian ini disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran dengan metode demonstrasi pada konsep perbaikan dan perawatan sistem kopling dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas XI TKR pada SMK

(21)

menggunakan alat ukur terhadap prestasi kognitif (p-value = 0,832). (5) Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan sikap ilmiah terhadap prestasi kognitif (p-value = 0,839). (6) Tidak ada interaksi antara kemampuan menggunakan alat ukur dengan sikap ilmiah terhadap prestasi kognitif (p-value = 318). (7) Ada interaksi antara metode pembelajaran dengan kemampuan menggunakan alat ukur dan sikap ilmiah terhadap prestasi kognitif (p-value = 0,029).

Berdasarkan hasil uji anakova pengaruh perlakuan terhadap hasil belajar kognitif dapat di ketahui bahwa p-level lebih kecil dari alpha 0.05 ( p < 0,05) dengan sig 0,000. Hal ini berarti bahwa Ho ditolak dan Ha di terima, Dengan kata lain penggunaan media pembelajaran 3 dimensi berpengaruh terhadap hasil belajar siswa kelas VII SMP N 1 siklus II dengan peningkatan sebesar 10,9%. Motivasi belajar siswa pada siklus III juga mengalami peningkatan, yaitu dari skor rata-rata 59,61 pada siklus II menjadi 70,61 pada siklus III dengan peningkatan 10,81%. Hal ini menujukkan bahwa siswa sudah terbiasa dengan kegiatan belajar dengan metode demonstrasi, sehingga motivasi siswa untuk belajar sudah terbentuk dengan baik dan dapat menunjukkan partisipasi aktif dalam tindakan siklus III secara keseluruhan. 2) ada peningkatan rata-rata nilai pratindakan sebesar 56,25 dengan siklus I menjadi 63,28, kemudian siklus I ke siklus II juga mengalami peningkatan dari 63,28 menjadi 72,81, dan siklus II ke siklus III juga mengalami peningkatandari 72,81 menjadi 81,56. Dapat disimpulkan bahwa penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar sistem pendingin.

(22)

dan pada siklus II didapat nilai rata-rata pre-test 62,62 nilai rata-rata post-test 75,25 mengalami peningkatan prestasi belajar sebesar12,63 dan tes pada siklus III nilai rata-rata pre-test 65,25 dan nilai rata-rata post-test 82,75. Selain itu hasil rata-rata lembar observasi keaktifan belajar siswa pada siklus I 42% mengalami peningkatan pada siklus II sebesar 26% menjadi 68% dan pada siklus III mengalami peningkatan sebesar 19,50% menjadi 87,50%. Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode demonstrasi dan media film dapat meningkatkan prestasi belajar dan keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran sistem rem pada siswa kelas XI TKR A SMK Muhammadiyah 2 Sleman tahun pelajaran 2015/2016. Eto, T M 2013 Kelas V

(23)

permainan bolabasket. Sahary 2016 Kelas VII

SMP N 19 Bintan

Metode Demonstrasi; Kmahiran Menulis

Eksperi-men

Hal ini ditandai dengan nilai rata-rata siswa pada tahapan pre-test hanya 54,28, sedangkan pada post-test nilai rata-rata siswa yaitu 85,47. Hasil penelitian perbandingan pre-test dan post-test pada aspek penlaian yang sudah di tentukan peneliti berdasarkan ciri-ciri karangan narasi terdapat dua aspek yang sangat dominan, yaitu pada aspek teks berisikan tentang kehidupan manusia dan teks terdapat dialog. Skor rata-rata tersebut menandakan adanya kenaikan sebesar 31,19. Pada pengujian ini Ho ditolak dan Ha diterima. Kesimpulannya dengan menggunakan metode demonstrasi dapat memengaruhi kemahiran menulis karangan narasi siswa.

Berdasarkan Tabel 2.1 tentang State of the Art yang menyajikan tentang hasil penelitian terdahulu yang relevan terhadap penelitian yang akan dilaksanakan. Peneliti menemukan 30 penelitian dengan varaiabel bebas yang sama yaitu metode demonstrasi tetapi peneliti tidak menemukan penelitian terdahulu yang variabel terikatnya sama dengan variabel terikat yanag akan dilakukan. Dari 30 penelitian yang terdahulu sebanyak 22 penelitian terdahulu menggunakan metodologi penelitian tindakan kelas dan 8 penelitian terdahulu menggunakan metodologi eksperimen. Dua puluh dua penelitian yang menggunakan meodologi penelitian tindakan kelas menyimpulkan hasil penelitiannya bahwa metode demonstrasi yang terapkan dalam pembelajaran dapat meningkatkan variabel terikat yang digunakan dalam masing-masing penelitian yang telah dilakukan. Sedangkan delapan yang menggunakan metodologi ekperimen sebanyak tujuh menyatakan hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat pengaruh penerapan metode demonstrasi yang signifikan terhadap variabel terikat yang digunakan dalam penelitian dan satu penelitian menyatakan hasil penelitian yang menunjukan bahwa tidak terdapat pengaruh penerapan metode demonstrasi tehadap variabel terikat yang digunakan dalam penelitian.

(24)

Masalah Melalui Metode Demonstrasi Ditinjau dari Kemampuan Menggunakan Alat Ukur dan Sikap Ilmiah Siswa” Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) Tidak ada pengaruh penggunaan metode pembelajaran eksperimen dan demonstrasi terhadap prestasi kognitif (p-value = 0,151) dan afektif (p-value = 0,368). (2) Tidak ada pengaruh kemampuan menggunakan alat ukur terhadap prestasi kognitif (p-value = 0,593) dan afektif (pvalue = 726). (3) Tidak ada pengaruh sikap ilmiah terhadap prestasi kognitif value = 0,399) dan afektif (p-value = 0,084). (4) Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan kemampuan menggunakan alat ukur terhadap prestasi kognitif (p-value = 0,832). (5) Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan sikap ilmiah terhadap prestasi kognitif (p-value = 0,839). (6) Tidak ada interaksi antara kemampuan menggunakan alat ukur dengan sikap ilmiah terhadap prestasi kognitif (p-value = 318). (7) Ada interaksi antara metode pembelajaran dengan kemampuan menggunakan alat ukur dan sikap ilmiah terhadap prestasi kognitif (p-value = 0,029).

Dalam penelitian yang telah dilakukan oleh sodikin memiliki sebuah kelemahan menurut penulis antara lain seperti 1) terlalu banyak variabel yang diteliti sehingga peneliti tidak dapat fokus terhadap variabel yang diteliti; 2) dalam melaksanakan penelitian seharusnya menggunakan kelas yang homogen sehingga dalam mengolah data lebih mudah. 3) uji analisis yang digunakan adalah uji anava, seharusnya uji analisisnya menggunakan uji ancova. Uji anava digunakan untuk menguji perbedaan rata-rata data, sedangkan dalam penelitian ini analisis yang digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Sehingga analisis yang digunakan seharusnya menggunakan uji analisis covariat atau uji ancova. Karena uji ancova digunakan untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap perubahan respon dengan mengontrol perubahan lain yang kuantitatif.

(25)

ingin menguji kembali dengan menerapkan metode demonstrasi untuk membuktikan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan terhadap keterampilan berhitung dan menerapkan secara benar-benar serta meninggalkan kesalahan dan kelemahan yang terdapat dalam penelitian terdahulu.

2.3. Kerangka Pikir

Berdasakan beberapa teori mengenai pembelajaran yang dapat membuktikan penerapan metode deomonstrasi terhadap keterampilan berhitung siswa, maka terdapat pendapat dari penulis. Pendapat tersebut bila disajikan dalam gambar akan tampak dibawah ini :

Gambar 2.1

Alur Kerangka Berfikir Pengaruh Metode Pembelajaran Demonstrasi Terhadap Keterampilan Berhitung

Pada penelitian ini, peneliti akan membandingkan antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen. Kelas kontrol yaitu SD N Dukuh 01 dengan menggunakan metode ceramah atau metode konvensional, sedangkan kelas eksperimen yaitu SD N Kecandran 01 dengan menerapkan metode pembelajaran Demonstrasi. Alat ukur yang digunakan ntar kelas kontrol dan kelas eksperimen adalah sama. Pretest diambil uji coba dan hasil dari kelas kontrol dan kelas eksperimen tidak menunjukan adanya perbedaan yang signifikan, sedangkan

Kelas Kontrol

Pre Test

Pembelajaran menggunakan metode ceramah

Post Test

Hasil postes tidak boleh ada perbedaan yang

signifikan

Uji hasil post test apakah ada pengaruh

yang positif dengan penggunaan metode

demonstrasi

Kelas Eksperimen

Pre Test

Pembelajaran menggunakan metode demonstrasi

(26)

postes diambil dari kelas eksperimen dan kelas kontrol yang menujukan kelas eksperimen keterampilan belajarnya lebih nampak daripada kelas kontrol.

2.4. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah penelitian, kajian pustaka, dan kerangka penelitian, maka dapat dirumuskan hipotesis:

Ho : ada pengaruh keterampilan berhitung siswa setelah diberikan tindakan dengan menerapkan metode demonstrasi

Ha : tidak ada pengaruh keterampilan berhitung siswa setelah diberikan tindakan dengan menerapkan metode demonstrasi.

Keterangan :

a. Signifikansi < alpha; Ho diterima Ha ditolak

Terdapat pengaruh yang signifikan antara penggunaan metode demonstrasi dengan metode konvensional terhadap keterampilan berhitung siswa kelas III SD Negeri Kecandran 01 pada semester II tahun ajaran 2016/2017.

b. Signifikansi > alpha; Ho ditolak Ha diterima

Gambar

State Of The ArtTabel 2.1
gambar berseri
gambar akan tampak dibawah ini :

Referensi

Dokumen terkait

kinds of English textbooks used by students in schools.. However, the reality not all the English textbooks

Budaya organisasi bank Mandiri Syariah Cabang Kabanjahe yang tergolong kuat dapat dilihat dari semangat belajar karyawan dimana banyak karyawan yang berencana

Dan Tafsir Ilmi Penciptaan Jagat Raya Kementrian Agama RI menganut teori kreasi, bahwa Allah Swt yang telah menciptakan semua kejadian di alam semesta ini.

a) Biasanya, petugas admission (pendaftaran) mengirim tembusan slip pendaftaran semua pasien masuk rawat ke kantor pusat rekam medis secara harian. Tembusan yang

Evaluasi program melalui e- learning dalam penelitian ini adalah evaluasi program suatu pembelajaran ( course ) melalui e-learning berbasis Moodle yaitu dalam portal

Selanjutnya dikemukakan bahwa permukiman adalah suatu kawasan perumahan yang ditata secara fungsional sebagai suatu sosial ekonomi dan fisik ke tata ruang, lingkungan,

daripada karbon aktif yang berbentuk butiran, dengan demikian laju panas karbon aktif yang dipadatkan akan lebih besar daripada karbon aktif bentuk butiran, maka transfer

The objective of the experiment was to examine the effect of different levels of cottonseed meal (CSM) supplementation on the feed intake, digestibility, BW gain, and carcass