STUDI KASUS PERILAKU SEKSUAL ANAK SD DI SALATIGA
ARTIKEL TUGAS AKHIR
Diajukan kepada Program Studi Bimbingan dan Konseling
untuk memenuhi sebagian syarat dari syarat-syarat guna memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Diah Suci Karnasari 132013073
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
PENDAHULUAN
Anak yang merupakan generasi
penerus bangsa tentunya perlu mendapatkan
pendidikan yang baik agar potensi-potensi
yang mereka miliki dapat berkembang
menjadi manusia yang memiiki berbagai
macam kemampuan serta ketrampilan yang
bermanfaat bagi kehidupan. Namun,
maraknya dalam dunia anak terjadi beberapa
fenomena negatif yang mengusik kehidupan
mereka. Walaupun undang-undang tentang
penyimpangan telah diterbitkan, para pelaku
penyimpangan tetap saja berani melakukan
aksinya terutama anak-anak.
Perilaku menyimpang adalah
perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai
kesusilaan atau kepatutan, baik dalam sudut
pandang kemanusiaan (agama) secara
individu maupun pembenarannya sebagai
bagian daripada makhluk sosial. Menurut
Wilnes (dalam Wikipedia.com) dalam
bukunya Punishment and
Reformation sebab-sebab penyimpangan/ kejahatan dibagi menjadi dua, Yang pertama
Faktor subjektif adalah faktor yang berasal
dari seseorang itu sendiri (sifat pembawaan
yang dibawa sejak lahir).Yang keduaFaktor
objektif adalah faktor yang berasal dari luar
(lingkungan). Misalnya keadaan rumah
tangga, seperti hubungan antara orang tua
dan anak yang tidak serasi.Berikut adalah
sebab-sebab terjadinya perilaku
menyimpang menurut: (1) Perbedaan status
(kesenjangan) ; (2) Ketidaksanggupan
menyerap norma-norma kebudayaan ; (3)
Proses belajar yang menyimpang ; (4)
Lingkungan pergaulan sangat
mempengaruhi perkembangan sikap dan
perilaku seseorang ; (5) Banyaknya pemuda
yang putus sekolah menyebabkan hilangnya
kesempatan untuk mencari kerja ; (6)
Ketidakharmonisan keluarga memicu stres
terutama pada anak remaja ; (7) Mencari
perhatian ; (8) Dorongan ekonomi ; (9)
Kegagalan dalam proses sosialisasi ; (10)
Labelling. Faktor pelabelan pertama kali
diungkapkan oleh Edwin M. Lemert dalam
teori pelabelan.Menurutnya seseorang
melakukan perilaku menyimpang diberi cap
(label negatif) oleh masyarakat.
Salah satu penyimpangan sosial yang
terjadi dimasyarakat khususnya anak-anak
adalah pelecehan seksual.Kenyataannya,
perilaku penyimpangan sosial terutama
pelecehan seksual lebih marak beredar pada
kaum anak-anak.Baik itu sebagai pelaku
adalah aktivitas seksual yang ditempuh
seseorang untuk mendapatkan kenikmatan
seksual dengan tidak sewajarnya.
Penyebab terjadinya kelainan ini
bersifat psikologis atau kejiwaan, seperti
pengalaman sewaktu kecil, dari lingkungan
pergaulan dan faktor genetik.Menurut
Willnes terdapat beberapa penyimpangan
sosial khususnya kejahatan seksual yang
dapat terjadi pada anak-anak : (1)
Voyeurisme ; (2) Pedophilia / Pedophil /
Pedofilia / Pedofil ; (3) Incest ; (4) Sodomi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk
Mengetahui Faktor apa saja yang
menyebabkan terjadinya perlaku
Penyimpangan Sekual pada Anak SD.
LANDASAN TEORI
1. PENYIMPANGAN SEKSUAL
Perilaku menyimpang tampaknya
sudah semakin menggejala ditengah
masyarakat kita terutama penyimpangan
seksual. Menurut Rober M. Z Lawang
(www.Wikipedia.com) perilaku menyimpang adalah semua tindakan yang
meyimpang dari norma yang berlaku dalam
sistem sosial dan menimbulkan usaha dari
mereka yang berwenang dalam sistem itu
untuk memperbaiki perilaku yang
meyimpang.
Penyimpangan seksual adalah
aktivitas seksual yang ditempuh seseorang
untuk mendapatkan kenikmatan seksual
dengan tidak sewajarnya. Penyimpangan
seksual umumnya dikaitkan dengan konteks
sosial dan standar moral setempat.Namun
ada yang secara konsisten, secara sosiologis
dan psikologis, dianggap meyimpang.Ada
beberapa penyimpangan seksual yang sering
terjadi. Seperti pedophilia, sodomi,
homoseksual, dan juga lesbian.
Penyimpangan seksual kadang disertai
dengan ketidakwajaran seksual, yaitu
perilaku atau fantasi seksual yang diarahkan
pada pencapaian orgasme lewat relasi diluar
hubungan kelamin hiteroseksual, degan jenis
kelamin yang sama, atau dengan partner
yang belum dewasa, dan bertentangan
dengan norma-norma tingkah laku seksual
dalam masyarakat yang bisa diterima secara
umum (Junaedi, 2010).
Penyimpangan seksual kadang juga
disertai dengan ketidakwajaran seksual, yaitu perilaku atau fantasi seksual yang
diarahkan pada pencapaian orgasme lewat
relasi diluar hubungan kelamin
sama, atau dengan partner yang belum
dewasa, dan bertentangan dengan
normal-normal tingkah laku seksual dalam
masyarakat yang bisa diterima secara umum.
Menurut Waksito (1993) terdapat
dua faktor-faktor penyimpangan seksual.
Yang pertama yaitu Faktor Intern (1)
kelainan fisik sejak lahir ; (2) kelainan
pengaruh obat ; (3) problem emosional.
Kemudian yang kedua adalah faktor ekstern
yang meliputi (1) lingkungan keluarga ; (2)
lingkungan sosial.faktor lain yang bisa
mempengaruhi dan membentuk perilaku
penyimpangan seksual seseorang (anak)
yaitu faktor herediter (bawaan atau turunan),
sosial atau lingkungan mulai dari pergaulan
atau bahkan ikut-ikutan. Faktor trauma masa
kecil seperti pernah dilecehkan ataupun
menjadi korban dari penyimpangan seksual
tersebut.Kesalah figur orangtua dalam pola
asuh dan ketiadaan salah satu atau keduanya
selama masa pengasuhan.
Akibat-akibat yang akan korban dan
pelaku menurut Dianawati (2006) dapat
seperti: (1) baik korban ataupun pelaku akan
dikucilkan baik lingkugan sekitar atau
sekolah ; (2) akan mendapatkan penyakit
kelamin. Salah satu akibat yang ditimbulkan
dari aktvitas seksual yang tidak sehat adalah
penyakit menular seksual (PMS). Penyakit
ini disebut juga venereal, berasal kata venus,
yaitu Dewi Cinta dari Romawi kuno.
Penularan penyakit ini biasanya terjadi
karena seringnya seseorang melakukan
hubungan seksual dengan berganti-ganti
pasangan ; (3) akan dibenci oleh
teman-teman dan lingkungannya ; (4) kanker leher
rahim.
2. SODOMI
Dampak negatif dari perbuatan
sodomi bagi kehidupan pribadi seseorang
dan masyarakat menurut Didi Junaedi
(2010) yaitu (1) Dampak sodomi terhadap
jiwa ; (2) Dampak sodomi terhadap
kemampuan berfikir ; (3) Dampak sodomi
terhadap akhlak ; (4) Dampak sodomi
terhadap orang lain.
3. STUDI KASUS
Studi kasus merupakan suatu metode
mengumpulkan data dan meringkas data
mengenai seseorang pribadi.Studi kasus juga
mengandung dokumentasi pendukung,
interpretasi, saran untuk tindakan/aksi dan
prosedur untuk tindak lanjut untuk
Tujuan studi kasus dalam buku
garapan Loekmono (2005) adalah
memperoleh pemahaman mendalam tentang
peserta didik/konseli yang bermasalah agar
suatu program intervensi dapat diberikan.
Data yang sudah terkumpul akan
diinterpretasikan dan pertolongan diberikan
oleh konselor atau profesi menolong
lainnya.
Langkah membuat studi kasusyang
diusulkan oleh E.G Williamson dan J.G
Darley( dalam Loekmono : 2005)yaitu (1)
Analisiss ; (2) Sintesis ; (3) Diagnosis ; (4)
Prognosis ; (5) Konseling ; (6) Tindak
lanjut.
METODE PENELITIAN
Subyek dalam penelitian ini adalah
anak yang disangka telah melakukan sodomi
yaitu AR seorang anak laki-laki kelas 5 SD
N Cebongan 01 yang berumur 12 tahun.
Teknik pengumpulan data dengan
teknik yang berbeda-beda untuk
mendapatkan data dari sumber yang sama
(Sugiyono, 2009). Berikut teknik
pengumpulan data penelitian ini, yaitu:
1. Observasi Partisitipatif.
Nasution (dalam Sugiyono, 2009),
observasi adalah dasar dari semua ilmu
pengetahuan. Melalui observasi seorang
peneliti mempelajari apa yang ada di
sekitarnya. Dari data hasil observasi ini,
peneliti akan mengidentifikasi perilaku
subyek. Observasi dilakukan dengan teknik
partisipatif secara tersamar itu pada saat
peneliti mengadakan wawancara.
Yin (2011), untuk meningkakan reliabilitas
bukti observasi peneliti perlu melibatkan
pihak lain. Pihak yang dilibatkan dalam
proses observasi adalah teman sekitar AR
dan saudara AR.
2. Wawancara
Wawancara dalam penelitian ini
akan dilakukan dengan tiga cara yaitu tidak
terstruktur, semiterstruktur dan terstruktur.
Peneliti mengunakan tiga metode tersebut
untuk menciptakan proses wawancara yang
terfokus. Menurut Esterberg (dalam
Sugiyono, 2009), wawancara tak terstruktur
belum mengetahui data apasaja yang
diperoleh, sehingga dapat diperoleh
informasi awal tentang berbagai isu atau
permasalahan yang ada pada subyek yang
diteliti.
Berikut adalah kisi-kisi pedoman
wawancara tentang Studi Kasus Perilaku
Seksual Pada anak SD kelas 4 yang akan
ditanyakan kepada subjek ataupun orang
disekitar subjek seperti yang sudah
dijelaskan pada bagian pendahuluan.
Kisi-kisi tersebut yaitu:
Aspek Yang Diama ti
Indikator Item
Perilak
u
subjek
- Faktor
intern
(bawaan
atau
turunan)
- Apakah
subjek
mempuny
ai
kelainan
fisik sejak
lahir?
- Apakah
subjek
melakuka
n perilaku
seksual
yang
menyimpa
ng
dikarenak
an
pengaruh
obat?
- Bagaiman
a problem
emosional
subjek?
- Apakah
dari
keluarga
subjek
pernah
melakuka
n perilaku
seksual
yang
menyimpa
ng?
- Dari
keluarga
apakah
ada
perilaku
yang
sama
seperti
Subjek?
- Bagaiman
a orang
tua subjek
memperla
kukan
subjek?
- Faktor
ekstern
- Apakah
dalam
lingkunga
n
sosialnya
juga
terdapat
perilaku
seksualya
ng
menyimpa
ng?
- Apakah
subjek
pernah
mendapat
kan
pelecehan
seksual?
Teknik Analisis Data
Dalam menganalisis data studi kasus,
menggunakan teknik analisis berdasarkan
teori Miles dan Huberman. Data-data yang
terkumpul di analisis dengan tiga langkah
mengikuti model Miles dan Huberman
(dalam Sugiyono, 2009), maka data tersebut
diolah dengan langkah-langkah :
a. Data diseleksi dan dikelompokkan
sesuai dengan kebutuhan untuk
menjawab masalah penelitian.
b. Data diolah sesuai dengan masalah
penelitian.
Analisa data dengan menggunakan kata-kata
yang sederhana sebagai jawaban terhadap
masalah.
HASIL PENELITAN
Penelitian ini dilakukan dengan
menentukan 1 subjek dan 4 narasumber
yang berkaitan dengan subjek.Subjek yang
diwawancarai yaitu orang yang
bersangkutan, 1 orang teman bermainnya,
1orang saudara sepupu subjek, 1 mantan
guru subjek di SD N Cebongan 03, dan 1
guru subjek saat ini di SD N Cebongan
1.Masing-masing narasumber diwawancarai
dengan menggunakan pedoman wawancara
yang sudah disiapkan oleh penulis.
Dari proses wawancara yang telah
dilakuan penlis dapat memperoleh hasil
mengenai sikap subjek selama di sekolah.
Subjek dikenal sebagai anak yang sedikit
nakal .Belum ada prestasi yang diperoleh
subjek selama besekolah di seolah lamanya
maupun sekolah yang baru.Kenakalan yang
pernah dilakukan yang pernah dilakukan leh
subjek seperti sering menjahili temannya,
sring tidak mengerjakkan PR dan
sebagainya.Kemudian hasil ketika penulis
mewawanarai orang terdekat subjek seperti
saudara sepupu subjek dan juga teman
bermain subjek, penulis memperoleh hasil
mengenai perilaku subjek atau sikap subjek
ketika subjek berada dirumah.Kebiasaan
yang sering dilakukan subjek saat berada
dirumah. Dengan siapa saja subjek bermain
dan permainan apa saja yang sering
dimainkan oleh subjek dan
teman-temannya.Dari proses wawancara yang telah
dilakuan penlis dapat memperoleh hasil
mengenai sikap subjek selama di sekolah.
Subjek dikenal sebagai anak yang sedikit
nakal .Belum ada prestasi yang diperoleh
subjek selama besekolah di seolah lamanya
maupun sekolah yang baru.Kenakalan yang
pernah dilakukan yang pernah dilakukan leh
subjek seperti sering menjahili temannya,
sebagainya. Kemudian hasil ketika penulis
mewawanarai orang terdekat subjek seperti
saudara sepupu subjek dan juga teman
bermain subjek, penulis memperoleh hasil
mengenai perilaku subjek atau sikap subjek
ketika subjek berada dirumah.Kebiasaan
yang sering dilakukan subjek saat berada
dirumah. Dengan siapa saja subjek bermain
dan permainan apa saja yang sering
dimainkan oleh subjek dan teman-temannya.
Terdapat dua faktor yang
mempengaruhi atau yang menyebabkan
anak melakukan perilaku seksual yang
menyimpang yaitu:
1. Faktor Intern
a) Kelainan fisik sejak lahir
Dalam hasil observasi dan
wawancara tidak ditemukan penyebab
subjek melakukan perilaku seksual yang
menyimpang dikarenakan kelainan fisik
sejak lahir.
b) Kelainan pengaruh obat
Dalam hasil observasi dan
wawancara tidak ditemukan penyebab
subjek melakukan perilaku seksual yang
meyimpang dikarenakan pengaruh obat.
c) Problem emosional
Dalam hasil observasi dan wawancara
tidak ditemukan penyebab subjek
melakukan perilaku seksual yang
menyimpang dikarenakan problem
emosional.Problem emosial yang dimiliki
subjek mempengaruhi perilakku subjek
ketika berada di sekolah.
d) Faktor Herediter (bawaan atau turunan)
Dari hasil observasi dan wawancara
yang dilakukan peneliti, perilaku subjek
mengenai kasus yang dialami subjek
tidak termasuk faktor turunan yang
diturunkan oleh orang tuanya.
e) Faktor Trauma Masa Kecil
Dari hasil observasi dan wawancara
yang dilakukan peneliti, trauma masa
kecil seperti pernah dilecehkan ataupun
menjadi korban dari penyimpangan
penyebab mengapa subjek melakukan
perilaku menyimpang.
2. Faktor Ekstern
a) Lingkungan Keluarga
Dalam keluarga sangat mempengaruhi
perilaku anak.Baik perilaku dalam bentuk
positif ataupun negatif.Perilaku keluarga
yang terlalu memanjakan subjek
mempengaruhi perilaku subjek menjadi anak
yang suka berbohong.Serta peran orang tua
yang membebaskan anak seumuran subjek
untuk menonton film-film yang belum
sepantasnya untuk dilihat.
b) Lingkungan Sosial
Dari hasil observasi dan wawancara
penyebab subjek melakukan perilaku
seksual yang menyimpang dikarenakan
faktor ikut-ikutan. Subjek yang sering ikut
orang tuanya (Ayah) untuk bekerja
menyebabkan subjek mengikuti atau
mencontoh apa yang dilakukan orang tuanya
dan juga apa yang dilihatnya.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan faktor yang menyebabkan
perilaku seksual menyimpang adalah:
1. Faktor sosial atau lingkungan yang
berupa subjek meniru atau mencontoh
apa yang dilihatnya
2. Faktor keluarga seperti perilaku orang
tua atau keluarga terlalu memanjakan
subjek dan juga tidak pernah menegur
apa yang dilakukan subjek seperti
subjek sering melihat film dengan rating
dewasa tanpa pengawasan.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian tersebut
diatas, maka akan ditemukan beberapa
saran sebagai berikut.
1. Bagi Program Studi
Melalui penelitian ini diharapkan
penulis dapat menyumbangkan
pemikiran terhadap kasus-kasus yang
serupa. Dengan ini pemahaman
mahasiswa terhadap kasus-kasus
tertentu dapat dilakukan dengan hasil
yang lebih maksimal. Melalui
penelitian ini pula diharapkan
sekiranya ada mahasiswa yang
tertarik untuk memberikan konseling
secara intensif terhadap kasus yang
serupa.
Melalui penelitian ini diharapkan
mampu memberikan sedikit
informasi kepada masyarakat luas
dan secara khusus kepada
keluarga-keluarga supaya lebih
memperhatikan anak dalam
berperilaku dan bergaul. Contohnya
bagaimana perilaku bergaul dan apa
saja yang dilakukan anak ketika di
sekolah, di rumah ataupun selama
berada diluar ketika bermain dengan
teman-temannya. Apa saja yang
mereka lakukan dan dengan siapa
saja mereka bermain. Sehingga tidak
akan ada lagi kasus yang serupa.
Apabila ada kasus yang serupa,
diharapkan orang tua mampu
memberikan pengertian dan
penjelasan terhadap anak-anaknya
tentang benar atau tidaknya hal
tersebut.
3. Bagi Sekolah
Melalui penelitian ini diharapkan
sekolah mampu memantau lebih
dalam perkembangan serta perilaku
subjek ketika berada
disekolah.Sehingga dapat
meminimalisir kejadian atau kasus
yang serupa atau perilaku asusila
yang lainnya.
4. Bagi siswa
Melalui penelitian ini, diharapkan
kasus yang menimpa subjek dapat
dijadikan sebuah pelajaran dan juga
contoh perilaku yang tidak baik dan
tiak pantas ditiru sehingga
siswa-siswa dapat belajar dan lebih
berhati-hati dalam bersikap dan juga
berperilaku.
5. Bagi Orang Tua
Melalui penelitian ini diharapkan orang tua
dapat lebih mengawasi perkembangan anak.
Dengan siapa dia bermain, apa yang dia
lakukan, tayangan apa yang sering di lihat.
Serta bagaimana perilakunya ketika berada
di sekolah. Dan juga diharapkan orang tua
lebih memperhatikan apa yang akan orang
tua lakukan dan katakan karena anak bisa
saja mencontoh semua perilaku dan
kata-kata yang orang tua ucapkan dan lakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Davidson, G.C; J.M Neale; A.M
Kring.Penerjemah Neormalasari Fajar.
2006. Psikologi Abnormal Edisi 9.
Jakarta : Raja Grafindo Persada
Junaedi, Didi. 2010. 17+ Seks Menyimpang
Loekmono, JT Lobby. 2005. Studi Kasus.
Salatiga : Widya Sari
Noviana, Ivo. 2015. Kekerasa Seksual
Terhadap Anak: Dampak Dan
Penanganannya Child Sexual Abuse: Impact And
Wahid, Abdul; Muhammad Irfak, Kata
sambutan K.H. Muhammad Tholchan
Haem. 2001. Perlindungan Terhadap
Korban Kekerasan Seksual : advokasi
atas hak asasi perempuan. Bandung :
Refika Aditama
Yantzi, Mark. 2009. Kekerasan Seksual dan
Pemulihan : pemulihan bagi korban,
pelaku, dan masyarakat. Jakarta : BPK
Gunung Mulia
Yin,Robert K. 2006. Studi Kasus. Jakarta:
PT RajaGrafindo Persada
Sumber Internet :
Gamping, S .2014. Penelitian Studi Kasus-
Karakter, Langkah-Langkah, Dan
Ciri-Ciri.(Online).
(http://srikandigamping.blogspot.co.id/ 2014/04/apa-itu-penelitian-study-kasus.html diunduh 6 September 2016)
http://daerah.sindonews.com/topic/4966/kas us-sodomi (diunduh bulan September 6 2016)
http://dokumen.tips/documents/penyebab-penyimpangan-seksual.html (diunduh 6 September 2016)
Metekohy, M, 2016, Mengenal 10 Jenis Penyimpangan Seksual, (Online), (http://lifestyle.kompas.com/read/2016/ 09/19/211500823/mengenal.10.jenis.pe nyimpangan.seksualdiunduh 6 September 2016)
Pelecehan Seksual Terhadap Anak. (Online).
(Id.wikipedia.org/Pelecehan_sSeksual_
Terhadap_Anak (diunduh 6 September 2016)
Penyimpangan Sosial . (Online) .
(Id.wikipedia.org/wiki/Penyimpangan_
Sosial diunduh 6 September 2016)
Raka, S. 2009. Penyimpangan Seksual.
(Online).
(http://makalahdanskripsi.blogspot.co.i d/2009/03/penyimpangan-seksual.html diunduh bulan 6 September 2016)
Wijaya, F. 2013. 13 Macam Penyimpangan