• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penyimpangan Perilaku Anak Jalanan dan Dampaknya: Studi Kasus di Salatiga T1 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penyimpangan Perilaku Anak Jalanan dan Dampaknya: Studi Kasus di Salatiga T1 Full text"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

PENYIMPANGAN PERILAKU ANAK JALANAN DAN DAMPAKNYA:

STUDI KASUS DI SALATIGA

ARTIKEL TUGAS AKHIR

Oleh

Nehemia Gonta Ardianto

132013081

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

PENYIMPANGAN PERILAKU ANAK JALANAN DAN DAMPAKNYA :

STUDI KASUS DI SALATIGA

Oleh : Nehemia Gonta Ardianto

(Program Studi Bimbingan dan Konseling-FKIP-UKSW)

Pembimbing :

Drs. Tritjahjo Danny S, M.Si. dan Drs. Umbu Tagela, M.Si.

(Program Studi Bimbingan dan Konseling-FKIP-UKSW)

ABSTRAK

Anak jalanan, tekyan,arek kere, anak gelandangan. Sesungguhnya adalah anak-anak yang tersisih, marginal, dan terpinggirkan dari perlakuan kasih sayang karena banyak dari mereka dalam usia dini sudah harus berhadapan dengan lingkungan kota yang keras, dan bahkan sangat tidak bersahabat. Di berbagai sudut kota banyak dari mereka yang bertahan hidup dengan cara-cara yang secara sosial kurang atau bahkan tidak dapat diterima masyarakat umum. Subjek peneliti adalah AS yang sudah lebih 7 tahun menjadi anak jalanan. Penelitian ini bertujuan mengetahui penyimpangan perilaku yang dilakukan anak jalanan dengan teknik analisis Triangulasi data dari Miles dan Hubberman yaitu dengan teknik Wawancara, Observasi dan Dokumentas kemudian reduksi data dan penarikan kesimpulan. Berdasarkan dari hasil analisis data dari keempat aspek yaitu Norma Kepercayaan, Norma Kesusilaan, Norma Kesopanan dan Norma Hukum. Maka dihasilkan macam-macam penyimpangan perilaku dan dampaknya.

Kata kunci : Anak Jalanan, Perilaku dan Dampaknya

PENDAHULUAN

Tiga hal yang membedakan antara anak

sekolah, anak deliquen dan anak jalanan

yaitu budaya mereka masing-masing, anak

sekolah dengan budaya keseharian yang ada

di sekolah , anak deliquen frustasi dengan

status sosial yang membuat anak tersebut

melakukan diluar norma status sosialnya

yang tinggi, dan begitu pula anak jalanan

yang memiliki budaya jalanannya dan

terbiasa hidup di jalanan.

Berdasarkan observasi penulis di

salah satu tempat di Salatiga dimana

anak-anak jalanan sering berkumpul , AS sudah

lebih dari 7 tahun menjadi anak jalanan,

(9)

dari pukul 10.00 pagi dengan kegiatan

ngamen di jalan terkhusus di lampu merah,

semisal didapati pengamen yang lain AS

harus bergantian dengan pengamen tersebut,

uang yang didapatkan AS biasanya saat pagi

hari digunakan untuk makan dan membeli

rokok.

Setelah selesainya AS beristirahat,

dia melanjutkan aktivitasnya dengan

mengamen keliling rumah makan yang ada

di Salatiga, akan tetapi biasanya AS lebih

sering pindah ke daerah Semarang bisa juga

daerah Solo, daerah yang memungkinkan

AS melakukan aktivitasnya dan terhindar

dari SATPOL PP. Uang yang terkumpul dari

siang hingga malam biasanya diakhiri

dengan makan bersama teman jalanannya

dan membeli minuman keras , hingga waktu

yang tidak ditentukan.

Hal ini penting untuk diteliti melihat

Bimbingan dan Konseling memiliki empat

bidang salah satunya adalah sosial, sebagai

seorang konselor, guru Bimbingan dan

Konseling harus dapat mengetahui dunia

jalanan, agar saat kita menemui klien

ataupun peserta didik yang latar

belakangnya sebagai anak jalanan, kita

sebagai konselor ataupun guru BK tidak

asing akan hal ini, dan mampu membantu

peserta didik terutama aspek sosialnya.

Studi Kasus

Menurut Yin (2009) Studi kasus

adalah salah satu metode penelitian

ilmu-ilmu sosial. Selain studi kasus masih ada

beberapa metode yang lain seperti

eksperimen, survai, historis, dan analisis

informasi dokumenter (seperti dalam

studi-studi ekonomi). Penggunaan setiap metode

memiliki keuntungan dan kerugian

tersendiri, tergantung kepada ketiga hal

yaitu : 1) tipe pertanyaan penelitian, 2)

control yang dimiliki peneliti, 3) fokus

terhadap fenomena penelitianya (fenomena

konteporer ataukah fenomena historis).

Studi kasus adalah suatu inkuiri yang

empiris yang menyelidiki fenomena di

dalam konteks kehidupan nyata bilamana

batas-batas antara fenomena dan konteks tak

tampak dengan tegas dan dimana multi

sumber bukti dimanfaatkan

Sehubungan dengan luasnya bidang

aplikasi studi kasus, dalam buku ini ( Studi

Kasus, desain dan metode, Yin (2009) akan

ditunjukan beberapa karakteristik yang

membedakan strategi studi kasus dari

strategi penelitian yang lain.

Langkah Studi Kasus

(10)

Pertama, Menggunakan Multi Sumber Bukti, salah satu sumber bukti

tertentu dari yang telah disebutkan terdahulu

sering dijadikan satu-satunya landasan bagi

suatu keseluruhan penelitian, sebagai

contoh, beberapa penelitian hanya

mengandalkan obeservasi partisipatif tetapi

tidak menelaah satupun dokumen, dengan

demikian pula ada sejumlah penelitian yang

mengandalkan rekaman asrsip tetapi tidak

memasukan wawancara.

Kedua, Menciptakan Data Dasar Studi Kasus, prinsip kedua berkenaan

dengan cara mengorganisasikan dan

mendokumentasikan data yang telah

terkumpul. Persoalan pengembangan data

dasar digambarkan dalam kaitanya dengan

empat komponen ; catatan, dokumen, bahan

tabulasi, dan narasi.

Ketiga, Memelihara Rangkaian Bukti, prinsip ini dimaksudkan untuk

memungkinkan pengamat dalam lingkup

yang lebih luas. Pembaca studi kasus

misalnya, mengikuti asal-muasal bukti sejak

dari pertanyaan awal peneliti hingga

konklusi akhir studi kasus yang

bersangkutan. Selain itu, pengamat luas

harus dapat melacak langkah-langkah ke

arah mana saja.

Penyimpangan Perilaku

Untuk memahami mengenai

perilaku macam apa yang patut dinyatakan

sebagai perilaku menyimpang, atau

faktor-faktor apa yang diyakini sebagai penyebab

penyimpangan, haruslah lebih dulu di

fahami mengenai konsep penyimpangan

atau perilaku menyimpang, dalam kaitannya

dengan proses interaksi sosial yang

berkesinambungan, sehingga penyimpangan

menjadi kenyataan umum.

Seperti yang dikemukakan oleh Jokie (2009) dalam bukunya yang berjudul “Perilaku Menyimpang, pendekatan sosiologi, Norma

pada hakikatnya merupakan perumusan

pandangan mengenai prilaku yang

seharusnya dilakukan atau yang seharusnya

tidak dilakukan, yang dianjurkan dan yang

tidak dianjurkan untuk dilakukan atau yang

dilarang dilakukan.

Menurut Jokie (2009) Ada 4 jenis norma

sosial yang dikenal dalam masyarakat, yaitu

1. Norma Kepercayaan

Norma ini berasal dari kata ajaran

kepercayaan atau agama tertentu yang oleh

pengikutnya dianggap sebagai perintah

Tuhan. Dalam norma manusia diharapkan

untuk melakukan perilaku yang dianggap

sesuai dengan perintah Tuhan. Tujuan norma

ini adalah untuk menyempumakan manusia

(11)

menghindari perbuatan jahat. Pelanggaran

terhadap norma ini akan mendapatkan reaksi,

yaitu dosa.

Norma ini sebenamya lebih

ditunjukan kepada sikap batin manusiaatau

hubungannya dengan Tuhan. Jika sikap

batinnya sesuai dengan norma ini

makadiharapkan manusia akan berperilaku

baik. Misalnya, dilarang mencuri barang

milik orang lain, dilarang membunuh sesama

manusia.

2. Norma Kesusilaan

Norma kesusilaan berasal dari diri

manusia itu sendiri. norma ini bersifat

otonom dan lebih menekankan pada sikap

batin manusia ( hati nurani). Norma ini dapat

melengkapi ketidak seimbangan hidup dan

mencegah kegelisahan diri.

Tujuan norma ini adalah agar dalam diri

manusia dapat terbentuk kebaikan akhlak

pribadi guna penyempurnaan manusia serta

melarang manusia berbuat jahat. Pelanggaran

terhadap normaini akan mendapatkan reaksi

dalam diri sendiri yaitu, rasa takut,

gelisah,rasa bersalah, penyesalan. contoh :

berciuman didepan umum, free sex, bullying. 3. Norma Kesopanan

Norma kesopanan berasal dari

kebiasaan, kepatutan,atau kepantasan yang

berlaku dimasyarakat. Norma ini berfokus

pada sikap lahir manusia yang kongkret derni

penyempurnaan atau ketertiban masyarakat.

Tujuan norma ini menciptakan ketertiban,

perdamaian atau “sedap” lalu lintas antar

manusia yang bersifat lahiria. Pelanggaran

terhadap norma ini akan mendapatkan reaksi

berupa pandangan negatif dari masyarakat

dan sanksi sosial lainya sepedi menjadi

pergunjingan, dijauhi, dikucilkan.

Norma kesopanan lebih

mementingkan sikap lahir yang terlihat

secraa formal saja, bukan sikap batin (hati

nurani. Sebagai contoh adalah

membungkukkan badan ketika melewati

orang yang lebih tua menunjukan rasa honnat

yang lebih muda, berpakaian pantas dimuka

umum.

4. Norma Hukum

Norma hukum merupakan norma

yang berbentuk berbeda di antara ketiga

norma lainya karena berbentuk teriulis.

Norma ini merupakan penegasan penegasan

formal negara terhadap aturan aturan perilaku

masyarakat. Tujuan norma ini sama dengan

norma kesopanan, wujudnya kongkret.

Aturan perilaku ditulis sebagai aturan yang

bersifat ketat dan tegas pelaksanaannya.

Demikian juga dalam sanksi atas

pelanggaranya yang dilakukan. Pelanggaran

terhadap norma ini akan mendapat sanksi

yang tegas. Beratnya hukuman sesuai dengan

(12)

mengenai pelanggaran. Bentuk dapat berupa

denda, kurungan,pembinaan atau penjara

sesuai dengan aturan yang berlaku.

Contohnya Undang-Undang hukum pidana

(KUHP).

Anak Jalanan

Dalam undang undang No.4 tahun

1947 tentang kesejahteraan anak disebutkan

bahwa anak adalah seorang yang belum

mencapai usia 21 tahun dan belum pemah

menikah. Konvensi Hak Anak (KHA),

mendefisikan anak secara umum

sebagaiyang umumnya belum mencapai usia

18 tahun, namun diberikan juga pengakuan

terhadap batasan umur yang berbeda yang

mungkin dapat diterapkan dalam

perundangan nasional. Di dalam Undang-

undang No. 23 Tahun 2002 tentang

perlindungan anak (UUPA), anak adalah

seseorang yang belum bemsia 18 tahun,

termasuk juga anak yang masih ada di dalam

kandungan.

Menurut Atwar Bajari (2012) dalam

keunikannya, seorang anak jalanan

memilikipersepsi yang berbeda dengan

persepsi anak normal mengenai hubungan

dengan orang dewasa, tanggung jawab

terhadap keluarga dan saudaranya, hubungan

dengan lawan jenis, uang, dan kepercayaan

pada agama. Anak jalanan didefmisikan

sebagai individu yang memiliki batas usia

sampai 18 tahun, dan menghabiskan sebagian

besar waktunya di jalan, baik untuk bermain

maupun untuk mencari nafkah.

Realitas pengalaman yang dihadapi

tersebut, akan membangun skema kognitif

yang unik dari anak jalanan tentang

lingkungan dengan perilakunya. Realitas

yang dimaksud adalah bagaimana mereka

mendapatkan perlakuan dari lingkungan dan

bagaimana peran yang harus dipilih (role

taking) ketika mereka berinteraksi dengan

lingkungan.

Pemerintah dalam hal ini Kementerian

Sosial mendeklarasikan Indonesia Bebas

Anak Jalanan 2017 melalui peningkatan

kerjasama lintas kementerian, lembaga,

pemerintah daerah, dunia usaha, orang tua,

anak dan masyarakat dalam penanganan

anak jalanan. "Anak jalanan masih

merupakan masalah Kesejahteraan Sosial

yang serius di Indonesia. Jumlah anak

jalanan tahun 2015 sebanyak 33.400 anak

tersebar di 16 Provinsi. Sedangkan Anak

jalanan yang mendapatkan layanan Program

Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) baru

mencapai 6.000 pada 2016. Belum semua

anak jalanan ini mendapatkan penanganan

oleh pemerintah, untuk itu saya mengajak

berbagai pihak bersama-sama mendukung

Indonesia Bebas Anak Jalanan 2017," kata

(13)

dalam Deklarasi Menuju Indonesia Bebas

Anak Jalanan (MIBAJ) 2017 yang

berlangsung di Silang Monas Barat Daya

(Patung Kuda) Jakarta Pusat, Minggu pagi.

Mensos mengatakan situasi dan kondisi

jalanan sangat membahayakan bagi

kehidupan anak-anak. Ancaman kecelakaan,

eksploitasi, penyakit, kekerasan,

perdagangan anak, dan pelecehan seksual

sering mereka alami. Kondisi ini juga sangat

rentan terjadinya pelanggaran terhadap hak

anak yang menjadi komitmen nasional

maupun internasional.

Berdasarkan data dari Pusat Data dan

Informasi Kesejahteraan Sosial Kementerian

Sosial RI, jumlah anak jalanan di seluruh

Indonesia pada tahun 2006 sebanyak

232.894 anak, tahun 2010 sebanyak 159.230

anak, tahun 2011 turun menjadi 67.607

anak, dan pada tahun 2015 menjadi 33.400

anak.

Banyak faktor yang berpengaruh terhadap

fenomena anak jalanan. Faktor makro yang

memunculkan masalah tersebut yaitu;

pertumbuhan ekonomi yang tidak merata,

partisipasi sekolah pada anak usia sekolah

yang memunculkan drop-out, pembangunan

kawasan dan perkotaan yang belum merata,

dan masalah kultur. Sedangkan masalah

mikro di dalamnyatercakup, ajakan teman,

desakan orang tua untuk mencari nafkah,

rumah tangga yang tidak harmonis, anak

dengan orang tua single parent, dan ketidakpuasan terhadap sekolah atau guru.

Bagong (2010) menyatakan

Sesungguhnya ada banyak faktor yang

menyebabkan anak-anak terjerumus dalam

kehidupan di jalanan, seperti : kesulitan

keuangan keluarga atau tekanan kemiskinan,

ketidakharmonisan rumah tangga orangtua,

dan masalah khusus menyangkut

hubungan anak dengan orangtua.

Kombinasi dari faktor-faktor ini seringkali

memaksa anak-anak mengambil inisiatif

mencari nafkah atau hidup mandiri

dijalanan. Kadangkala pengaruh teman atau

kerabat juga ikut menentukan keputusan

untuk hidup dijalanan. Pada batas-batas

tertentu, memang tekanan kemiskinan

merupakan kondisi yang mendorong

anak-anak hidup dijalanan. Namun, bukan berarti

kemiskinan merupakan satu-satunya faktor

determinan yang menyebabkan anak lari

dari rumah dan terpaksa hidup dijalanan.

Kebanyakan anak bekerja dijalanan

bukanlah atas kemauan sendiri, meliankan

sekitar 60% diantaranya karena dipaksa oleh

orangtuanya.

Dampak

Penegertian dampak menurut Kamus

Besar Bahasa Indonesia adalah benturan,

(14)

positif mapun negatif. Secara sederhana

dapat diartiakn sebagai pengaruh yang

disebabkan oleh sesuatu.

Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian

kualitatif deskriptif dengan menggunakan

model studi kasus. Pertimbangan penulis

dalam menentukan AS sebagai subjek

penelitian adalah seperti yang dirumuskan

sebagai berikut, 1) AS adalah salah satu

remaja yang hampir 7 tahun menjadi anak

jalanan, di usia remaja tentunya banyak hal

positif yang dapat dilakukan seperti sekolah

dan mencapai banyak prestasi dan bukan

malah menghabiskan waktunya di jalanan.

Tentunya ada hal yang membuat AS seperti

ini melihat kajian teori yang sudah di sajikan

di bab II. 2) Salahsatu sample yang relevan

dimana penulis dapat menemukan subjek

yang tepat yaitu AS, karena hampir

keseharianya dihabiskan di jalanan itu

sebabnya yang membuat penulis tertarik

terhadap AS.

Desain dalam penelitian ini adalah

menentukan alat atau instrument penelitian

yang akan di gunakan untuk mengumpulkan

data data-data yang akan di gunakan untuk

membuat laporan setiap kegiatan penelitian

penulis. Selain itu juga harus

mengkolerasikan hasil data dengan teori

yang sudah di sajikan, dan menggunakan

alat itu untuk menggali data sedalam

dalamnya jika masih kurang maka penulis

juga melakukan kembali penggalian data.

Definisi oprasional perilaku

menyimpang adalah hasil ketidak

seimbangan dalam masyarakat, dengan

adanya banyak perubahan sosial dan konflik

yang mempengaruhi perilaku individu.

Teknik Pengumpulan data dengan teknik

Triangulasi pada hakikatnya merupakan

pendekatan memotret fenomena tunggal dari

sudut pandang yang untuk memungkinkan

diperoleh tingkat kebenaran yang handal,

dengan menggunakan alat instrument

Wawancara, Observasi Partisipatif dan

Dokumentasi.

Analisis Data dan Pembahasan

Analisis data dilakukan berdasarkan

hasil wawancara, observasi dan

dokumentasi. Berikut hasil analisis dari

penelitian data.

1. Norma Kepercayaan

Secara lisan subjek menjelaskan bahwa,

sujek adalah individu yang kurang tekun

dalam melakukan norma agamanya , yaitu

kepercayaan muslim yang menekankan pada

taat beribadah , baik taat kepada ajaran

maupun orang tuanya. Mungkin banyak hal

yang dapat peneliti tuliskan . karena semua

(15)

berlaku intinya ditarik pada norma

kepercayaan atau bisa dibilang norma

agama.

Dari segi ini kita dapat melihat

penyimpangan perilaku anak jalanan , yang

di peroleh dari hasil wawancara. Antara lain

:

- Tidak pernah melakukan sholat 5

waktu, beribadah hanya pada waktu-waktu

hari besar umat muslim. Karena pada

umumnya umat islam menjalankan sholat

lima waktu.

- Mengambil barang orang lain, sering

dilakukan degan alasan tidak memiliki uang

untuk menyambung hidup. Akan tetapi hal

ini jarang dilakukan subjek sekarang .

- Tidak taat dengan orang tua, berani

membantah dan melawan setiap yang ajaran

orang tua.

- Menyakiti orang asing, hal ini

dilakukan, karena salah satu bentuk

pertahanan anak jalanan. Menghindari

premanisme di sekeliling mereka.

- Berbohong, bersaksi dusta, marah ,

dengki,dll. Peneliti akui setiap orang pun

tidak akan lepas dari yang namanya.

2. Norma Kesusilaan

Norma kesusilaan adalah norma

yang mengatur hidup manusia yang berlaku

secar umum dan bersumber dari haati nurani

manusia. Tujuan norma kesusilaan yaitu

mewujudkan keharmonisan hubungan antar

manusia.

Tindak laku bullying yang dilakukan subjek biasanya dilakukan saat anak sekolah mulai

selelsai belajar, mereka yang lewat dan

terhadang oleh kelompok ini ( kelompok

subjek ) biasanya diejek, disiksa dan bahkan

dimintai uang, hal ini dikarenakan salah satu

bentuk mereka ingin dianggap ada oleh

lingkungandan uang yang didapat dari hasil

meminta dikumpulkan untuk membeli

makanan dan rokok.

3. Norma kesopanan

Adalah pertauran sosial yang

berkenaan dengan cara individu bertingkah

laku, kaitannya dengan subjek adalah

dimana perilaku subjek yang menunjukan

penyimpangan kesopanan ini, diantaranya

adalah tidak hormat dengan orang tua dapat

dilihat ketika observasi di rumah seubjek

saat itu orang tua memberi tahu agar subjek

lebih baik tinggal di rumah, akan tetapi

membantah dengan nada yang tinggi dan

kurang sopan, tutur kata subjek juga kurang

baik dan kemudian pacaran di muka umum

ini didapat saat subjek diwawancarai subjek

pernah bercerita pacaran di tempat umum

sehingga membuat orang lain resah.

4. Norma Hukum

Norma hukum adalah aturan sosial

(16)

misalnya pemerintah, sehingga dengan tegas

dapat melarang serta memaksaa orang untuk

dapat berperilaku sesuai aturan.

Subjek sendiri memperlihatkan bagaimana

norma hukum ini dilanggar oleh subjek dan

kelompoknya, secara observasi langsung

dan dokumentasi terlihat subjek dan

temannya menggunakan obat-obatan sejenis

Distro, 3haig, menghisap lem dan

mengkonsumsi minuman keras. Hal ini

dikarenakan sudah menjadi kebiasaan subjek

dan teman-temannya sehingga hal tersebut

membuat output yang terkadang kurang baik

bagi mereka sendiri. semisal, berkelahi yang

dapat merugikan orang lain dan juga

kesehatan yang kurang baik jika

mengkonsumsi barang tersebut secara

berangsur angsur.

Dampak Penyimpangan Perilaku Anak

Jalanan

1. Norma Kepercayaan

Dari hasil penyimpangan perilaku

yang dilakukan oleh subjek dalam kaitannya

norma kepercayaan atau yang disebut

dengan aturan – aturan agama, tentunya

dampak dari penyimpangan norma agama

adalah dosa dan dampak sosial. Oleh sebab

itu subjek akan mengalamai penurunan

iman kepercayaannya sehingga

mengesampingkan keberadaan Tuhan. Di

sisi lain penyimpangan yang dilakukan

subjek adalah mencuri, tidak hormat dengan

orang tua, menyakiti orang asing, dan

berbohong akan membuat subjek semakin

dikucilkan dalam masyarakat umum .

2. Norma Kesusilaan

Norma ini adalah aturan yang

mengatur hidup manusia sehingga

mewujudkan keharmonisan antara manusia.

Dari bullying yang dilakukan subjek akan menimbulkan stigma yang negatif pada diri

subjek, terlebih seandainya para pelajar yang

menjadi korban memiliki tingkat agresivitas

yang tinggi maka perkelahian akan terjadi.

Hasballah (2003)

3. Norma Kesopanaan

Kaitannya dengan subjek adalah

dimana perilaku subjek yang menunjukan

penyimpangan kesopanan ini, diantaranya

adalah tidak hormat dengan orang tua dapat

dilihat ketika observasi di rumah seubjek

saat itu orang tua memberi tahu agar subjek

lebih baik tinggal di rumah, akan tetapi

membantah dengan nada yang tinggi dan

kurang sopan, tutur kata subjek juga kurang

baik dan kemudian pacaran di muka umum

ini didapat saat subjek diwawancarai subjek

pernah bercerita pacaran di tempat umum

sehingga membuat orang lain resah.

4. Norma Hukum

Dari hasil yang diperoleh peneliti,

(17)

bagi subjek, diantaranya mengkonsumsi

barang yang dianggap hukum adalah barang

ilegal. Seperti obat – obatan ( distro dan sabu – sabu ). Meskipun Panadol, Antimo,

Tramadhol dan lem Fox legal dijual, akan

teteapi penggunaan yang tidak tepat

membuat menyalahi aturan. Hal ini

berdampak pada kesehatan dan kondisi fisik

subjek dan terlebih dampak kurungan

penjara ketika subjek tertangkap pihak

berwajib.

Keabsahan Data

Uji keabsahan data dengan teknik

wawancara, observasi dan dokumentasi

dengan mencocokan aspek-aspek

penyimpangan perilaku berdasarkan teknik

triangulasi maka dapat dijabarkan keabsahan

data ini pada setiap indikator dari

masing-masing aspek, yaitu :

1. Norma kepercayaan

Aspek ini teridentifikasi dari

observasi partisipatif dimana subjek jarang

sekali melakukan kegiatan keagamaannya,

kemudian juga dari teknik wawancara

terstruktur yang menjelaskan bahwa subjek

subjek kurang melakukan nilai-nilai

keagamaannya.

2. Norma kesusilaan

Dapat terlihat dan teridentifikasi dari

observasi langsung dimana korban

kesusilaan adalah anak-anak sekolah yang

sedang pulang sekolah, dengan cara di bully

dan di palak.

3. Norma Kesopanan

Dapat teridentifikasi keabsahannya

karena dua teknik menunjukan bukti yang

cukup dalam, secara observasi jelas subjek

kurang gormat dengan orang tua dan tutur

kata yang tidk enak di dengar bahasa subjek

menunjukan bahwa kehidupan jalanan itu

keras, dan dari wawancara subjek pernah

melakukan pacaran di tempat umum.

4. Norma Hukum

Aspek norma hukumpun juga terlihat

jelas bahwa anak jalanan mudah sekali

melakukan tindak penyimpangan perilaku,

dalam kaitan ini dapat diidentifikasi dari

obervasi dan wawancara. Subjek dan

kelompoknya mengkonsumsi barang-barang

diluar legal, alias barang ilegal. Seperti

menghisap lem hingga mabuk,

mengkonsumsi obat-obatan ( Distro dan

3haig ) dan berjudi.

PENUTUP

Subjek peneliti adalah AS yang

sudah lebih 7 tahun menjadi anak jalanan.

Penelitian ini bertujuan mengetahui

penyimpangan perilaku yang dilakukan anak

jalanan dengan teknik analisis Triangulasi

data dari Miles dan Hubberman yaitu

(18)

Dokumentas kemudian reduksi data dan

penarikan kesimpulan. Berdasarkan dari

hasil analisis data dari keempat aspek yaitu

Norma Kepercayaan, Norma Kesusilaan,

Norma Kesopanan dan Norma Hukum.

Saran

Saran Bagi Keluarga

Memberikan kasih sayang yang tepat bagi

anak, mampu memahami perilaku dan

tindakan anak baik di dalam rumah maupun

di luar rumah, Tidak berperilaku otoriter

terhadap anak.

Saran Bagi Komunitas

Mampu menjadi pengingat teman terdekat,

Menciptakan keiatan yang positf.

Saran Bagi Muda-Mudi

Keluar dari keadaan yang membahayakan

diri sendir, Temukan lingkungan yang

mampu menjaga kita dalam situasi baik,

terutama komunitas rohani.

Saran Bagi Subjek

Mau menerima keadaan keluarga, Lebih

menjaga emosi saat berada di keluraga,

Menjalin hubungan yang baik dan positif

dengan masyarakat, Hindari kegiatan negatif

di jalananan, ikut kerja bakti di

lingkungan.,Terus bermimpi dan tidak patah

semangat, Dapat mengasah potensi-poteansi

yang ada dalam diri, Mulai mencari

Pekerjaan yang dianggap orang halal.

Daftar Pustaka

Gudnanto, SusiloRaharjo. 2012 .

Pemahaman Individu, Teknik Non Tes. Kudus : Badan Penerbit

Universitas Muria Kudus.

Herdiyansyah, Haris. 2015. Metodelogi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu Psikologi. Jakarta : Salemba Humanika.

http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handl e/123456789/1682/EKSPLOITASI %20ANAK%20JALANAN-

NASRUDDIN%20S-SOSIOLOGI-FISIP.docx?sequence=1 diunduh

pada tanggal 11 Januari 2017 pukul 10.09

https://atwarbajari.wordpress.com/category/

atwar-bajari/ diunduh pada 23

Januari 2017, pukul 19.43

http://repository

.uksw.edu/handle/123456789/4847 diunduh pada tanggal 12 Mei 2017 pukul 13.03

http://www.depkop.go.id/uploads/media/02. _UU_No._23_Tahun_2002_tentang _Perlindungan_Anak_01.pdf

diunduh pada tanggal 10 Januari 2017 pukul 13.00

Moleong, J. Lexy.2008. Metodologi

(19)

Republik Indonesia. Undang-Undang 1945 tentang Gepeng, Anak Jalanan dan Pemerinta pasal 34 ayat 1 (di amandemen). Jakarta : 2002.

Saad, M. Hasballah. 2003. Perkelahian

Remaja. Yogyakarta : Galang

Press.

Siahaan ,Jokie M.S .2009. Sosiologi Perilaku Menyimpang .Jakarta : Universitas Terbuka.

Siahaan, JokieM.S .2007. Perilaku Menyimpang, Pendekatan Sosiologi. Jakarta : PT Malta Pritindo.

Sugiyono, Prof. Dr. 2008. Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R &D . Bandung : Penerbit Alfabeta.

Suyanto, Dr. Bagong. 2010. Masalah Sosial

Anak. Jakarta : PT. Fajar Interpratama Mandiri.

http://www.kemsos.go.id/modules.php?nam e=News&file=article&sid=19297 diunduh pada tanggal 12 Mei 2017, pukul 22.33

Yin, Prof. Dr. Robert K. 2011. Studi Kasus : Desain dan Metode ( catatan ke-10 ) . Jakarta : Rajawali Pers.

Referensi

Dokumen terkait

Tabel 1 menunjukkan bahwa pemberian limbah cair pabrik kelapa sawit terhadap peubah amatan tinggi tanaman bayam merah umur 2 MST yang paling tinggi terdapat pada perlakuan L 1

Berdasarkan hasil wawancara diperoleh bahwa kemampuan subjek laki- laki dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah berbentuk kontekstual yaitu subjek laki-laki dengan

Setelah hasil analisis data penelitian selanjutnya adalah mendeskripsikan hasil penelitian tersebut dalam bentuk tabel yang menggambarkan pengaruh antara

Skripsi dengan judul “Penggunaan Metode Permainan Kuis untuk Meningkatkan Keaktifan dan Prestasi Belajar Matematika Materi Pokok Bangun Datar dan Bangun Ruang

Jumlah dosen (dalam persen) yang telah mengumpulkan soal sesuai jadwal.. Jumlah ruang yang digunakan

Kota untuk masing-masing level.. Dari hasil pemetaan SIDa Peternakan di Kab. Lima Puluh Kota menunjukkan bahwa ada beberapa determinan SIDa yang berada dibawah

Instrumen dalam penelitian ini berbentuk essay yang berjumlah tujuh butir soal.Setelah dilakukan wawancara secara langsung dengan guru mata pelajaran Fisika kelas

di masa yang akan datang. Di samping itu, belum maksimalnya apresiasi terhadap kinerja yang telah dicapai oleh para pegawai dan belum memadainya pelatihan-pelatihan yang