• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model model kurikulum dan upaya pengemba

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Model model kurikulum dan upaya pengemba"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengembangan kurikulum tidak dapat lepas dari berbagai aspek yang mempengaruhinya, seperti cara berpikir, sistem nilai (nilai moral, keagamaan, politik,budaya, dan sosial), proses pengembangan, kebutuhan peserta didik, kebutuan masyarakat maupun arah program pendidikan. Aspek-aspek tersebut akan menjadi bahan yang perlu dipertimbangkan dalam suatu pengembangan kurikulum. Model pengembangan kurikulum merupakan suatu alternatif prosedur dalam rangka mendesain (designing), menerapkan (implementation), dan mengevaluasi (evaluation) suatu kurikulum. Oleh karena itu, model pengembangan kurikulum harus dapat menggambarkan suatu proses sistem perencanaan pembelajaran yang dapat memenuhi berbagai kebutuhan dan standar keberhasilan pendidikan.

Berbagai macam model kurikulum telah dikembangkan oleh para ahli kurikulum, pendidikan dan psikologi. Sudut pandang ahli yang satu terkadang berbeda dengan sudut pandang ahli yang lain. Ada yang memandang dari sudut isinya dan ada juga yang memandang dari sisi pengelolaanya (sentralisitik/desentralistik). Tidak sedikit pula ahli yang mengembangkan model kurikulum dari sisi proses penggunaan kurikulum tersebut. Namun demikian, jika anda teliti lebih lanjut, para ahli tersebut mempunyai satu tujuan/arah yaitu mengoptimalkan kurikulum.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas pemakalah ingin memperjelas dengan rumusan dan batasan masalah sebagai berikut:

1. Apa pengertian model-model pengembangan kurikulum?

2. Ada berapa model yang dipergunakan dalam pengembangan kurikulum? 3. Bagaimanakah peranan guru dalam pengembangan kurikulum?

(2)

1. Menjelaskan pengertian model-model pengembangan kurikulum 2. Menjelaskan berbagai jenis model-model pengembangan kurikulum 3. Menjelaskan peranan guru dalam pengembangan kurikulum? 4. Menjelaskan upaya pembinaan kurikulum bagi guru

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian model-model pengembangan kurikulum

(3)

berkomunikasi, atau sebagai petunjuk yang bersifat perspektif untuk mengambil keputusan, atau sebagai petunjuk perencanaan untuk kegiatan pengelolaan.

Model atau konstruksi merupakan ulasan teoritis tentang suatu konsepsi dasar (Zainal Abidin (2012: 137). Dalam pengembangan kurikulum, model dapat merupakan ulasan teoritis tentang suatu proses kurikulum secara menyeluruh atau dapat pula merupakan ulasan tentang salah satu bagian kurikulum. Sedangkan menurut (Kamus Besar Bahasa Indonesia) model adalah pola, contoh, acuan, ragam dari sesuatu yang akan dihasilkan. Dikaitkan dengan model pengembangan kurikulum berarti merupakan suatu pola, contoh dari suatu bentuk kurikulum yang akan menjadi acuan pelaksanaan pendidikan/pembelajaran.

Model pengembangan kurikulum adalah model yang digunakan untuk mengembangkan suatu kurikulum, dimana pengembangan kurikulum dibutuhkan untuk memperbaiki atau menyempurnakan kurikulum yang dibuat untuk dikembangkan sendiri baik dari pemerintah pusat, pemerintah daerah atau sekolah.

Nadler (1988) menjelaskan bahwa model yang baik adalah model yang dapat menolong si pengguna untuk mengerti dan memahami suatu proses secara mendasar dan menyeluruh. Selanjutnya ia menjelaskan manfaat model adalah model dapat menjelaskan beberapa aspek perilaku dan interaksi manusia, model dapat mengintegrasikan seluruh pengetahuan hasil observasi dan penelitian, model dapat menyederhanakan suatu proses yang bersifat kompleks, dan model dapat digunakan sebagai pedoman untuk melakukan kegiatan.

(4)

(2007:50) mengklasifikasikan model-model ini ke dalam dua grup besar model pengembangan kurikulum yaitu model Zais dan model Roger. Masing-masing kelompok memuat beberapa model yang telah diklasifikasikan oleh Sukmadinata di atas. Marilah kita ikuti uraian berikut untuk memahami model pengembangan kurikulum.

B. Model yang dipergunakan dalam pengembangan kurikulum Model Zais

Robert S. Zais adalah ahli kurikulum yang banyak melontarkan ide-idenya sekitar tahun 1976. Berikut beberapa model pengembangan yang dapat dikategorikan dalam model Zais.

1 . The Administrative (line-staf) Model / Model administrasi

(5)

balik bagi semua unsurterkait, khususnya instansi pendidikan di tingkat pusat, daerah, dan sekolah.

2. The Grass-Roots Model / Model Grass-Roots

Model ini merupakan lawan dari model sebelumnya. Model ini dikenal jugasebagai model desentralisasi karena inisiatif dan upaya pengembangan kurikulumbukan berasal dari atas, melainkan dari bawah yaitu guru dan sekolah. Model bisaberangkat dari sekelompok guru yang mengadakan pengembangan kurikulum.Pengembangan itu sendiri dapat hanya berupa bagian dari komponen kurikulum,beberapa bidang studi, ataupun keseluruhan komponen kurikulum. Guru merupakanperencana, pelaksana, dan sekaligus penilai pengajaran di sekolah. Kepala sekolahsebagai pimpinan tim administrasi, juga bisa membantu guru dalam membantupengembangan kurikulum model ini. Dari sini terlihat bahwa pengembangan model ini sangat tergantung pada kerja sama guru-guru, guru-kepala sekolah, bahkan jugaantarsekolah.Pengembangan kurikulum model demokratis ini memungkinkan terjadinyakompetisi antarsekolah, kelompok sekolah, bahkan sampai pada tingkat daerah.Kreativitas orang-orang yang mempunyai peranan penting di dunia pendidikan akanbesar pengaruhnya dalam memberikan warna pada model kurikulum yang dihasilkan.

3. Taba’s Inverted Model / Model Terbalik

Secara umum model kurikulum dikembangkan secara deduktif. Tetapi,kurikulum yang dikembangkan oleh Taba menggunakan cara pengembanganinduktif. Oleh karena itu dinamakan model terbalik. Pengembangan model inidiawali dengan melakukan percobaan dan penyusunan teori serta diikuti dengan tahapan implemen-tasi.

(6)

yang meliputi siswa, orang tua, guru serta sistem sekolah. Kurikulum dikembangkandalam rangka memenuhi kebutuhan para pemangku kepentingan (stakeholder) yang meliputi orang tua siswa, masyarakat, dan lain-lain. Penyusunan kurikulumdilakukan dengan mengikuti prosedur action research. Sukmadinata (2005:169) menyebutkan ada dua langkah dalam penyusunankurikulum jenis ini.

Pertama, melakukan kajian tentang data-data yang dikumpulkan sebagai bahan penyusunan kurikulum. Data (informasi) yang dikumpulkan hendaknya valid dan reliabel sehingga dapat digunakan sebagai dasar yang kuat dalam pengambilan keputusan penyusunan kurikulum. Data yang lemah akan mengakibatkan kesalahan dalam pengambilan keputusan. Berdasarkan keputusan ini,disusunlah rencana yang menyeluruh (komprehensif) tentang cara-cara mengatasimasalah yang ada.

Kedua, melakukan implementasi atas keputusan yang dihasilkan padalangkah pertama. Dari proses ini akan diperoleh data-data (informasi) baru yangselanjutnya dimanfaatkan untuk mengevaluasi masalah-masalah yang muncul dilapangan sebagai upaya tindak lanjut untuk memodifikasi/memperbaiki kurikulum.

5. The Demonstration Model / Model Demonstrasi

Model demonstrasi pada dasarnya bersifat grass-roots, datang dari bawah. Model ini diprakarsai oleeh sekelompok guru atau sekelompok guru bekerja sama dengan ahli yang bermaksud mengadakan perbaikan kurikulum. Model ini umumnya bersekala kecil, hanya mencakup satu atau beberapa sekolah, satu komponen kurikulum atau mencakup keseluruhan komponen kurikulum.

Menurut Smith, Stanley, dan Shores ada dua variasi model demonstrasi ini:

1. Sekelompok guru dari satu sekolah atau beberapa sekolah ditunjuk untuk melaksanakan suatu percobaan tentang pengembangan kurikulum.

(7)

mengembangkan sendiri. Mereka mencoba menggunakan hal-hal yang lain yang berbeda dengan yang berlaku.

6. Beauchamp’s System Model / Model Beauchamp

Pengembangan kurikulum dengan menggunakan metode beauchamp memiliki lima memiliki lima bagian pembuat keputusan. Lima tahap tersebut adalah:

1. Memutuskan arena pengembangan kurikulum, suatu keputusan yang menjabarkan ruang lingkup upaya pengembangan.

2. Menetapkan personalia, yaitu siapa-siapa sajakah yang ikut terlibat dalam pengembangan kurikulum.

3. Organisasi dan prosedur pengembangn kurikulum. Langkah ini berkenaan dengan prosedur yang harus ditempuh dalam merumuskan tujuan umum dan tujuan yang lebih khusus, memilih isi dan pengalaman belajar, serta kegiatan evaluasi, dan dalam menentukan keseluruhandesain kurikulum.

4. Implementasi kurikulum, yakni kegiatan untuk menerapkan kurikulum seperti yang sudah diputuskan dalam ruang lingkup pengembangan kurikulum.

5. Evaluasi kurikulum.

7. Roger’s Interpersonal Relation Model / Model Roger’s

Carl Rogers adalah seorang ahli psikologi yang berpandangan bahwa manusia dalam proses perubahan mempunyai kekuatan dan potensi untuk berkembangsendiri. Berdasarkan pandangan tentang manusia maka rogers mengemukakan model pengembangan kurikulum yang disebut dengan model

Relasi Interpersonal Rogers.

8. Emerging Technical Models

Perkembangan bidang teknologi dan ilmu pengetahuan seerta nilai-nilai efisiensi dan efektivitas dalam bisnis, juga mempengaruhi perkembangan model kurikulum.

(8)

Roger, seorang ahli psikologi, memberikan warna yang cukup kuat dalam pengembangan model kurikulum. Ada empat model yang dikembangkan oleh Roger. Model yang satu merupakan perbaikan dari model sebelumnya.

1. M o d e l I

Model pertama merupakan model yang paling sederhana. Kesederhanaan model ini dapat dilihat dari kegiatan yang ditawarkan, yaitu pembelajaran (pemberian informasi) dan ujian. Model ini dikembangkan berdasarkan asumsi bahwa pendidikan merupakan kegiatan penyampaian informasi yang diakhiri dengan kegiatan evaluasi. Oleh sebab itu, banyak pengembang menyebut model ini sebagai model tradisional. Namun demikian, pada awal pengembanganya, model yang sederhana ini banyak sekali digunakan.

Jika Anda menggunakan model ini, maka sesuai dengan sifatnya, Anda harus bias menjawab dua pertanyaan mendasar berikut.

a. Mengapa Anda mengajar mata pelajaran ini?

b. Bagaimana Anda bisa mengukur keberhasilan pengajaran yang anda ajarkan? Dari pertanyaan di atas terlihat bahwa kegiatan pendidikan semata-mata terdiri dari kegiatan memberikan informasi (isi pelajaran) dan ujian. Asumsi yang dipakaid alam model ini adalah pendidikan adalah evaluasi, dan evaluasi adalah pendidikan.Model ni menganggap siswa sebagai obyek yang pasif, sedangkan guru merupakansubyek yang aktif, yang mempunyai peran lebih dominan. Metode pembelajaran belum terlalu dipentingkan. Kesistematisan organisasi materi juga belum menjadiperhatian. Secara skematis, model ini dapat digambarkan sebagai berikut

Sejumlah kelemahan yang terdapat dalam model ini mendorong Roger untuk mendesain model 2.

2. Model II

Model pengembangan kurikulum ini beranjak dari dua pertanyaan sebelumnya dan dua pertanyaaan tambahan berikut.

(9)

Dengan menambahkan komponen metode mengajar dan organisasi bahanmaka terlihat bahwa model pengembangan kurikulum II semakin baik dan lengkap.Metode yang efektif dan penataan bahan pelajaran sistematis (dari mudah ke yanglebih sukar, dari konkret ke abstrak, dst.) telah dilakukan. Jika digambarkan, maka sosok model II ini adalah sebagai berikut.

3. Model III

Tidak puas dengan model kedua ini, Roger pun memunculkan model IIIdengan menambahkan dua hal yaitu tentang dukungan bahan ajar yang meliputibuku-buku dan media pengajaran. Dengan demikian pengaplikasian model ketiga inidapat dilakukan jika Anda sebagai guru mampu mengimplementasikan duapertanyaan tambahan berikut di sekolah.

a. Buku pelajaran apa yang Anda gunakan dalam suatu pelajaran?

b. Media pengajaran apa yang Anda gunakan dalam mendukung kegiatan pembelajaran?

4. Model IV

Di samping pelbagai komponen kurikulum pada model I hingga model III,pada model IV ini disertakan pula komponen penting dalam keseluruhan pendidikan,yaitu tujuan. Tujuan ini menjadi arah pendidikan dan pengajaran ini yang mengikatsemua komponen yang telah disebutkan sebelumnya, termasuk teknologi yang akandigunakan. Secara lengkap gambaran model yang dikembangkan Roger dapat disajikan sebagai berikut.

C. Peranan guru dalam pengembangan kurikulum

(10)

standar penguasaan yang sama bagi seluruh wilayah. Latar belakang pengembangan kurikulum menurut Dr. Nana Saodih yaitu pertama, karena wilayah Indonesia yang sangat luas yang terbentuk atas pulau-pulau yang letaknya berjauhan. Kedua, kondisi dan karakteristik tiap daerah berbeda-beda yaitu ada yang daerahnya sangat maju sekali dan ada yang sangat terbelakang sekali,ada daerah yang tertutup dan ada daerah yang terbuka, dan ada yang kaya dan miskin. Ketiga, perkembangan dan kemampuan sekolah juga berbeda-beda yaitu ada sekolah yang sudah mapan mampu berdiiri sendiri dan melakukan pengembangan sendiri karena memiiki personalia, fasilitas yang memadai, dan manajemen yang mapan, dan sekolah yang lain kondisinya sangat memprihatinkan karena segalanya masih berada pada tingkat darurat. Keempat, adanya golongan atau kelompok tertentu dalam masyarakat yang ingin lebih mengutamakan kelompoknya dan menggunakan sekolah untuk mencapai tujuan tersebut.

(11)

2. Peranan guru dalam pengembangan kurikulum yang bersifat desentralisasi Kurikulum desentralisasi di susun oleh sekolah ataupun kelompok sekolah tertentu dalam suatu wilayah atau daerah. Kuriklum ini dipeeruntukkan bagi suatu sekolah atau lingkungan wilayah tertentu. Pengembangan kurikulum semacam ini di dasarkan pada karakteristik, kebutuhan, perkembangan daerah serta kemampuan sekolah tersebut. Bentuk kurikulum seperti ini memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Kelebihan – kelebihannya adalah. * Kurikulum sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat setempat. * Kurikulum sesuai dengan tingkat dan kemampuan sekolah, baik kemampuan profesioanal, finansial maupun manajerial. * Disusun oleh guru-guru sendiri dengan demikian sangat memudahkan dalam pelaksanaannya. * Ada motivasi kepada kepada sekolah untuk mengembangkan diri, mencari dan menciptakan kurikulum yang sebaik-baikny, dengan demikian akan terjadi semacam kompetisi dalam pengembangan kurikulum. Adapun beberapa kelemahannya adalah. Guru Dan Pengembangan Kurikulum * Tidak adanya keseragaman, untuk situasi yang membutuhkan kesesragaman demi persatuan dan kesatuan nasional * Tidak adanya standar penilaian yang sama sehingga sukarn untuk diperbandingkan keadaan dan kemajuan suatu sekolah/wilayah dengan sekolah/wilayah lainnya * Adanya kesulitan bila terjadi perpindahan siswa ke sekolah / wilayah lain * Sukar untuk mengadakan pengeloaan dan penilaian secara nasional. * Belum semua sekolah atau daerah mempunyai kesiapan untuk menyusun dan mengembangkan kurikulum sendiri.

D. Guru dan upaya pembinaan

(12)
(13)

lain(meminjam, dll). 4. Penilaian hasil belajar Hasil belajar yang dicapai oleh para siswa dapat dijadikan salah satu ukuran dari keberhasilan proses belajar mengajar. Hasil tersebut nampak dalam hal perubahan intelektual terutama mengenai pemahaman konsep, prinsip, hukum, teori yang ada dalam bidang studi yang dipelajarinya, kemampuan memecahkan masalah berdasarkan prinsip-prinsip pengetahuan ilmiah, kemampuan menganalisis dan menginterpretasi permasalahan yang dihadapinya dan kemampuan memberikan pertimbangan terhadap sesuatu gejala, masalah, objek, dan lain-lain atas dasar kaidah-kaidah dan nilai-nilai tertentu.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Keberadaan model-model pengembangan kurikulum memegang peranan penting dalam kegiatan pengembangan kurikulum dan dengan mempelajari model-model pengembangan kurikulum dapat memudahkan dalam melakukan pengembangan kurikulum.

(14)

3. Pemilihan suatu model pengembangan kurikulum sebaiknya perlu disesuaikan dengan sistem pendidikan dan sistem pengelolaan pendidikan yang dianut dan mempertimbangkan model pengembangan kurikulum yang sesuai dengan yang diharapkan.

4. Model-model kurikulum akan berkembang terus seperti kurikulum yang terus berkembang sesuai dengan kebutuhan.

5. Dalam usaha pengembangan kurikulum, dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu pengembangangan kurikulum yang bersifat desentralisasi, dan pengembangan kurikulum yang bersifat sentralisasi.

6. Upaya pembinaan kurikulum yang dilakukan guru bertujuan meningkatkaan kualitas proses pengajaran dan hasil belajar yang dicapai siswa.

B. Saran

1. Sebagai tenaga profesional guru dituntut untuk memiliki sejumlah pengetahuan yang berhubungan dengan kurikulum karena kurikulum merupakan nadi penggerak dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dan pengajar. Hal ini dapat dilakukan melalui pelatihan, penelitian atau memperkaya diri dengan melalui bahan bacaan, internet dan sebagainya. 2. Makalah ini sangat terbatas dalam menyajikan model-model pengembangan

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Dakir. H. Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum, Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2004

Ladjid Hafni. H. Pengembangan Kurikulum, PT. Ciputat Press Group, 2005.

Sanjaya Wina, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Kencana, 2008

Sukmadinata, Nana Syaodih, 1997. Pengembangan Kurikum; Teori dan Praktek. Bandung: P.T. Remaja Rosdakarya

Tim Pengembang MKDK Kurikulum dan Pembelajaran : Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan UPI, Bandung, 2002.

(16)

Referensi

Dokumen terkait

Setelah penulis mengadakan penelitian menggunakan metode di atas, selanjutnya penulis menganalisis data sehingga hasil penelitian menunjukkan: (1) Terdapat pengaruh yang

Didalam teori yang dijelaskan oleh beliau bahwa dalam sebuah proses mulai dari negara berkembang menjadi menjadi negara maju memiliki beberapa tahapan yaitu

=1 dan p value = 0,000 lebih kecil dari 0,05; maka H 0 ditolak yang artinya ada hubungan antara usia ke- hamilan dengan kejadian ketuban pecah dini.Untuk nilai OR didapat

Apabila ventilasi kamar tidur memenuhi syarat kesehatan maka kuman TB dapat terbawa keluar ru- angan melalui ventilasi udara dan apabilah ventilasi buruk atau tidak memenuhi

Kondisi sanitasi terakhir yang diamati yaitu kepemilikan sabun di jamban.Sabun merupakan sarat dari kebiasaan cuci tangan yang sehat atau dikenal dengan CTPS.Sebagian besar,

Melalui pembelajaran discovery learning dengan pendekatan saintifik diharapkan peserta didik dapat menjelaskan sistem imunitas manusia; mengidentifikasi jenis-jenis kekebalan

Catatan: Anda juga dapat membiarkan saringan dalam ketel saat membersihkan kerak pada alat (lihat bagian ‘Membersihkan kerak pada ketel’ dalam bab ini).. Catatan: Anda juga

menghasilkan nilai signifikansi sebesar 0,035 apabila dibandingkan dengan derajat kepercayaan ( α ) yang telah ditentukan yaitu sebesar 0,05. Tingkat signifikansi CR ( X2)