• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Pembelajaran Active Learning untuk Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa dan Hasil Belajar IPS pada Siswa Kelas 5 SDN Lopait 01Semester II Tahun Pelajaran 2017/2018

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Pembelajaran Active Learning untuk Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa dan Hasil Belajar IPS pada Siswa Kelas 5 SDN Lopait 01Semester II Tahun Pelajaran 2017/2018"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

7

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi (Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi). Pada saat ini peserta didik menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh sebab itu, mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat.

(2)

mata pelajaran perpaduan dari mata pelajaran geografi, ekonomi, ilmu politik, ilmu hukum, sejarah, antropologi, psikologi, dan generalisasi yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial yang terpadu berkaitan dengan manusia dan lingkungannya. Pada jenjang sekolah dasar IPS adalah perpaduan mata pelajaran sejarah, geografi, dan ekonomi.

2.1.1.1 Hakikat Pembelajaran IPS

Hakikat pembelajaran IPS ialah telaah tentang manusia dan dunianya. Manusia sebagai makhluk sosial selalu hidup bersama dengan sesamanya. Dalam kehidupannya manusia menghadapi tantangan-tantangan yang berasal dari lingkungannya maupun sebagai hidup bersama. IPS memandang manusia dari berbagai sudut pandang. IPS melihat bagaimana manusia hidup dengan sesamanya, dengan tetangganya dari lingkungan dekat sampai yang jauh. Bagaimana keserasian hidup antara lingkungannya baik dengan sesama manusia maupun lingkungan alamnya. Bagaimana mereka melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan kata lain bahan kajian atau belajar IPS adalah manusia dengan lingkungannya (Hidayati, dkk, 2010:8).

2.1.1.2 Tujuan Pembelajaran IPS

Pendidikan IPS bertujuan membina anak didik menjadi warga negara yang baik, yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kepedulian sosial yang berguna bagi dirinya serta bagi masyarakat dan negara. Nursid Sumaatmaja (Hidayati, dkk, 2010:1-24).

(3)

Mengenai tujuan mata pelajaran IPS di SD BNSP menyebutkan (2006:159) yaitu agar peserta didik memiliki kemampuan:

a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya;

b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial;

c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan; dan

d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama, dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk baik di tingkat lokal, nasional, dan global.

Berdasarkan kedua pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pembelajaran IPS ialah dapat mengembangkan kemampuan dalam lingkungannya dan melatih anak didik untuk menempatkan dirinya dalam masyarakat yang demokratis, serta menjadikan negaranya sebagai tempat hidup yang lebih baik sehingga mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan serta dapat memcahkan masalah sosial dengan menemukan solusi hingga dapat menyeleseikan masalah pribadi dan masalah sosial dengan baik.

(4)

Tabel 2.1

Standar Isi Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Standar Isi IPS Kelas 5 Semester II

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

2. Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam

mempersiapkan dan

2.2.Menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.

2.1.1.3 Ruang Lingkup Pembelajaran IPS

Pada jenjang pendidikan dasar, ruang lingkup pengajaran IPS dibatasi sampai pada jenjang dan masalah sosial yang dapat dijangkau pada geografi dan sejarah. Terutama gejala dan masalah sosial kehidupan sehari-hari yang ada di lingkungan sekitar peserta didik di SD.

Ruang lingkup pembelajaran IPS meliputi aspek-aspek (BNSP, 2006:2) sebagai berikut:

a. Manusia, tempat dan lingkungan b. Waktu, keberlanjutan, dan perubahan c. Sistem sosial dan budaya

d. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan

Ruang lingkup pembelajaran IPS tidak lain adalah kehidupan sosial manusia di masyarakat. Aspek kehidupan sosial, ekonomi, budaya, kejiwaan, sejarah, geografi, ataukah itu politik, bersumber dari masyarakat.

2.1.1.4 Pembelajaran IPS di SD

Berdasarkan tujuan IPS di SD/MI yang telah dijelaskan sebelumnya, dibutuhkan suatu pembelajaran yang tepat agar tujuan dapat tercapai. Pelajaran di SD harus memperhatikan kebutuhan anak usia SD.

(5)

operasional. Mereka memandang dunia dalam keseluruhan yang utuh dan menganggap tahun yang akan datang sebagai waktu yang masih jauh. Yang mereka pedulikan ialah sekarang (konkret) dan bukan masa depan yang belum pernah dipahami (abstrak). Padahal, bahan materi IPS penuh dengan konsep-konsep yang bersifat abstrak, seperti waktu, perubahan, kesinambungan, arah mata angin, lingkungan, ritual, dan nilai yang harus dibelajarkan di SD. Oleh karena itu, perlu ada strategi pembelajaran yang sesuai untuk mengkaji konsep-konsep abstrak itu agar dipahami oleh anak.

Sesuai dengan karakteristik anak dan IPS SD, penerapan pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan akan memungkinkan siswa mengerjakan kegiatan yang beragam untuk mengembangkan keterampilan, sikap, dan pemahaman dengan penekanan belajar sambil bekerja. Sementara itu, guru perlu menggunakan berbagai sumber dan media belajar termasuk pemanfaatan lingkungan supaya pemebelajaran lebih menarik, menyenangkan, dan efektif, agar tujuan dari pelajaran IPS dapat tercapai.

2.1.2 Model pembelajaran

Model adalah suatu analog konseptual yang digunakan untuk menyarankan bagaimana sebaiknya meneruskan penelitian empiris tentang suatu masalah. Jadi model ialah suatu struktur konseptual yang telah berhasil dikembangkan dalam suatu bidang, dan sekarang diterapkan, terutama untuk membimbing penelitian dan berpikir dalam bidang lain, biasanya dalam bidang yang belum begitu berkembang Marx (dalam Ratna 2011:13).

Albert bandura (dalam Khoe Yao Tung 2015:169) mengemukakan: “Learning would be exceedingly laborious, not to mention hazardous, if people had tp rely solely on the effects of their own actions to infrom them what to do.

(6)

tindakan mereka sendiri dalam menginformasikan apa yang harus mereka lakukan. Beruntungnya, sebagian besar perilaku manusia dapat dipelajari dengan observasi melalui pemodelan: dari mengamati orang lain, seseorang mendapatkan ide tentang bagaimana perilaku baru dibentuk, dan pada kesempatan kemudian informasi berupa kode ini menjadi panduan tindakan.

Menurut Joyce (Trianto, 2007:49), menyatakan bahwa model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat pembelajaran termasuk didalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum dan lain-lain. Selanjutnya, Joyce menyatakan bahwa setiap model pembelajaran mengarahkan kita ke dalam mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

2.1.3 Model Pembelajaran Active Learningt

2.1.3.1 Pengertian Model Pembelajaran Active Learning

Pemilihan model pembelajaran merupakan salah satu hal penting yang harus dipahami oleh setiap guru. Model pembelajaran Active Learning (pembelajaran aktif) adalah salah satu pembelajaran yang dapat membuat siswa aktif dengan melibatkan siswa dalam belajar yaitu dengan maksud untuk mengoptimalkan semua potensi yang dimiliki dan siswa tertuju pada proses pembelajaran yang diterapkan. Dalam menciptakan pembelajaran aktif Warsono dan Hariyanto (2013:12) menjelaskan bahwa pembelajaran aktif mengkondisikan agar siswa selalu melakukan pengalaman belajar yang bermakna dan senantiasa berpikir tentang apa yang dilakukannya selama pembelajaran.

(7)

Baharun, H (2015:37) bahwa pendekatan Active Learning merupakan strategi belajar mengajar yang bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan untuk mencapai keterlibatan siswa agar efektif dan efisien dalam belajar membutuhkan berbagai pendukung dalam proses belajar dan dari sarana belajar.

Beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran aktif siswa tidak hanya medengarkan penjelasan guru tetapi siswa melakukan aktivitas seperti melihat, mendengarkan, bertanya dengan guru atau teman, melakukan kegiatan, dan mengajarkan pada siswa lainnya dengan demikian siswa dapat menguasai materi pembelajaran. Pembelajaran aktif ditujukan agar siswa belajar secara individu maupun kelompok dalam mempelajari materi dan menyeleseikan tugas. Cara terbaik untuk meningkatkan pembelajaran aktif Silberman (2013:124) mengungkapkan bahwa dengan cara memberikan tugas kepada siswa untuk dikerjakan dalam kelompok kecil sehingga mendapatkan dukungan dari sesama siswa, perbedaan sudut pandang, pengetahuan, dan keterampilan menjadikan pembelajaran kolaboratif bagian yang berharga dalam suasana pembelajaran di kelas.

2.1.3.2 Karakteristik Model Pembelajaran Active Learning

Pembelajaran Active Learning (belajar aktif) pada dasarnya berusaha untuk memperkuat, memperlancar stimulus dan respons peserta didik, diharapkan proses pembelajaran menjadi hal yang mneyenangkan, tidak menjadi hal yang membosankan bagi mereka. Pembelajaran aktif dapat membantu ingatan (memori) peserta didik, sehingga mereka dapat dihantarkan kepada tujuan pembelajaran dengan sukses.

Menurut Bonwell (Runtut, 2009:156), pembelajaran aktif mempunyai karakteristik-karakteristik sebagai berikut:

(8)

b. Peserta didik tidak hanya menjadi pendengar materi pelajaran secara pasif tetapi mengerjakan sesuatu yang bersangkutan dengan materi pelajaran, c. Penekanan di aplikasikan pada explorasi nilai-nilai dan sikap-sikap

berkenaan dengan materi pelajaran yang diberikan,

d. Secara mayoritas peserta didik dituntut untuk berpikir kritis, menganalisa dan mengevaluasi,

e. Umpan-balik yang lebih cepat diharapkan terjadi dalam proses pembelajaran.

2.1.3.3 Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Active Learning Terdapat beberapa yang manjadi kelebihan dan kelemahan model pembelajaran Active Learning sebagai berikut:

Menurut Silberman (2011:31-34) ada beberapa kekhawatiran dalam pembelajaran aktif yang bisa menjadi kendala atau kelemahan dalam pembelajaran aktif, yaitu:

a. Kegiatan pembelajaran aktif dikhawatirkan hanya merupakan kumpulan permainan.

b. Lebih berfokus pada kegiatan sehingga siswa kurang memahami materi yang dipelajari.

c. Menyita banyak waktu.

d. Ada kemungkinan siswa akan menyampaikan informasi yang salah dalam metode belajar aktif berbasis kelompok.

e. Butuh banyak persiapan dan kreativitas.

Dalam pembelajaran aktif memang ada beberapa kelemahan, namun juga memiliki beberapa kelebihan, diantaranya (Hisyam Zaini, 2008: 14-17) :

a. Mengajak siswa secara aktif terlibat langsung dalam pembelajaran.

b. Penerapan proses pembelajaran siswa terlibat aktif secara fisik, tidak hanya mentalnya.

c. Suasana lebih menyenangkan sehingga hasil belajar dapat maksimal. d. Bagi pengajar yang sibuk, pembelajaran aktif sangat membantu dalam

(9)

2.1.3.4 Macam-macam Metode Pembelajaran Active Learning

Adapun macam-macam model pembelajaran Active Learning menurut Hisyam zaini (2008: 2-50) adalah sebagai berikut:

a. Critical Incident (Pengalaman Penting)

Strategi ini sering digunakan untuk memulai kegiatan pembelajaran. Tujuannya ialah untuk melibatkan peserta didik sejak awal dengan melihat pengelaman mereka.

Langkah-langkah:

a) Menyampaikan topik atau materi.

b) Memberi kesempatan beberapa menit pada peserta didik untuk mengingat-ingat pengalaman mereka yang berkaitan dengan topik atau materi.

c) Menanyakan pengalaman yang menurut mereka tidak terlupakan. d) Menyampaikan materi dengan mengaitkan pengalaman peserta

didik dengan materi yang akan disampaikan.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa critical incident merupakan salah satu strategi pembelajaran aktif yang tujuannya membuat siswa lebih aktif sejak dimulainya proses pembelajaran.

b. Active Knowladge Sharing (Saling Tukar Pengetahuan)

Strategi ini dapat digunakan untuk melihat kemampuan peserta didik, disamping untuk membentuk kerja sama tim yang baik.

Langkah-langkah:

a) Membuat pertanyaan yang berkaitan dengan materi.

b) Meminta peserta didik untuk menjawab dengan sebaik-baiknya. c) Meminta peserta didik untuk berkeliling mencari teman yang dapat

membantu menjawab pertanyaan yang tidak diketahui dan diragukannya.

(10)

Jadi dapat disimpulkan bahwa active knowladge sharing ialah strategi pembelajaran yang menjadikan siswa aktif mulai dari membuat pertanyaan, menjawab serta mencari jawaban yang dianggap benar.

c. True or False (Benar atau Salah)

Aktifitas kolaboratif yang dapat mengajak peserta didik aktif dalam materi segera. Strategi ini menumbuhkan kerja sama tim, berbagai pengetahuan dan belajar secara bertanggung jawab merupakan strategi pembelajaran benar atau salah.

Langkah-langkah:

a) Membuat daftar pernyataan yang berhubungan dengan materi, sebagian benar dan sebagian salah. Memasukkan masing-masing pernyataan pada selembar kertas yang berbeda, pastikan pernyataan dibuat sejumlah peserta didik yang ada.

b) Setiap peserta didik mendapatkan satu kertas kemudian diminta untuk mengidentifikasi mana yang benar dan mana yang salah. c) Memberi masukkan untuk setiap jawaban, sampaikan cara kerja

peserta didik adalah bekerja sama dalam tugas.

d) Menekankan bahwa kerja sama yang sportif akan sangat membantu kelas karena ini adalah metode belajar aktif.

Penjelasan yang terdapat di atas dapat disimpulkan bahwa true or false merupakan strategi pembelajaran yang menekankan pada kerja sama tim antar siswa yang mana dari kerja sama yang baik serta berbagi pengetahuan tersebut tercipta suasana belajar yang menyenangkan.

d. Guided Not taking (Catatan Terbimbing)

Strategi berikut ini dapat membantu peserta didik membuat catatan-catatan ketika guru menyampaikan pelajaran.

Langkah-langkah:

(11)

b) Mengosongkan sebagian poin-poin yang penting sehingga akan terdapat ruang-ruang kosong dalam catatan tersebut.

c) Membagikan bahan ajar yang dibuat guru, jelaskan bahwa bacaan tersebut sengaja dibuat kosong agar peserta didik dapat berkonsentrasi mendengarkan pelajaran yang akan disampaikan. d) Setelah selesai menyampaikan materi, mintalah peserta didik

membacakan catatan-catatannya. e) Memberikan klarifikasi.

Kesimpulan dari penjelasan di atas Guide Not taking salah satu dari strategi pembelajaran aktif yang menjadikan peserta didik aktif untuk mencatat poin-poin penting dari materi yang telah disampikan oleh guru dalam proses pembelajaran.

e. Card Sort (Sortir Kartu)

Kegiatan kolaboratif yang bisa dipergunakan untuk mengajarkan konsep, karakteristik, klasifikasi, fakta, mengenai obyek atau membenarkan informasi adalah pengertian dari strategi ini.

Langkah-langkah:

a) Memberi potongan kertas yang berisi informasi tentang materi yang mencakup satu atau lebih kategori kepada setiap peserta didik.

b) Meminta peserta didik untuk berkeliling dalam kelas dengan tujuan menemukan kategori yang sama.

c) Meminta Peserta didik dengan kategori yang sama dapat memaparkan kategori masing-masing dalam kelas.

d) Seiring dengan berjalannya pemaparan dari tiap-tiap kategori tersebut, berikanlah poin-poin penting terkait mata pelajaran yang sedang dipaparkan.

(12)

potongan-potongan kertas yang sebelumnya telah diisi kategori dari materi yang disampaikan oleh guru.

2.1.3.5 Model Pembelajaran Active Learning tipe Card Sort

Salah satu metode dalam pembelajaran aktif adalah metode pembelajaran card sort (sortir kartu) yang merupakan pembelajaran yang menekankan keaktifan siswa dan akhirnya anak akan tergerak kemandiriannya dalam belajar. Silberman (2013:171) menjelaskan bahwa card sort (memilah dan memilih kartu) adalah kegiatan kolaboratif yang senantiasa dapat dipergunakan untuk memahami konsep, penggolongan sifat, fakta mengenai suatu objek atau mengulangi informasi. Metode pembelajaran tersebut juga dapat melakukan aktivitas belajar secara individu maupun kelompok, seperti yang dijelaskan Warsono dan Hariyanto (2013:47) card sort merupakan gabungan antara pembelajaran aktif individual dengan pembelajaran kolaboratif atau pembelajaran kooperatif bergantung pada keinginan guru. Sejalan dengan pendapat yang telah dikemukakan diatas, Rahmaningrum, M (2016:917) menjelaskan salah satu pembelajaran aktif yang dapat diterapkan sesuai dengan karakteristil siswa sekolah dasar adalah Card Sort. Strategi ini merupakan aktivitas kerjasama yang bisa digunkana untuk mengajarkan konsep, karakteristik klasifikasi, fakta tentang benda, atau menilai informasi, selain itu gerak fisik yang ada didalamnya dapat membantu menggairahkan siswa yang merasa penat dan bosan.

(13)

2.1.3.6 Langkah-langkah Model Pembelajaran Active Learning Tipe Card Sort

Model pembelajaran active learning tipe card sort (sortir kartu) mempunyai langkah-langkah untuk melaksanakan tipe ini. Langkah-langkah model pembelajaran active learning tipe card sort yang dijelaskan oleh Silberman (2013:130-131) adalah sebagai berikut:

a. Berikan kepada setiap siswa selembar kartu indeks berisi informasi atau contoh yang cocok dengan satu atau beberapa kategori.

b. Para siswa berkeliling di dalam kelas dan mencari kartu lain yang berkategori sama.

c. Siswa yang memiliki kartu yang sama kategorinya, tampil bersama-sama di depan kelas.

d. Ketika setiap kategori ditampilkan, sampaikanlah poin-poin pelajaran yang menurut guru penting.

Adapun penjelasan langkah-langkah dalam penyusunan Model pembelajaran active learning tipe card sort oleh Hisyam Zaini, dkk. (2008: 50-51) adalah sebagai berikut:

a. Setiap siswa diberi potongan kertas yang berisikan informasi atau contoh yang termasuk dalam satu atau lebih kategori.

b. Para siswa berkeliling menyortir kategori di dalam kelas untuk menemukan kartu dengan berkategori sama.

c. Siswa berkategori sama diminta memaparkan kategori masing-masing di depan kelas.

d. Seiring berjalannya pemaparan dari tiap-tiap kategori tersebut, guru memberi penguatan atau poin-poin penting terkait materi pelajaran.

Senada dengan langkah pembelajaran aktif tipe Card Sort oleh dua ahli di atas, Warsono dan Hariyanto (2013:47-48) menjelaskan contoh penggunaan pembelajaran aktif tipe card sort dalam pembelajaran IPS untuk SD sebagai berikut:

(14)

b. Setelah mendapat kartu, setiap siswa bergerak keliling kelas dan menemukan kartu dengan kategori sama. jika waktunya cukup biarkan siswa menemukan kategorinya sendiri, tetapi jika waktunya tidak leluasa sebaiknya guru umumkan kepada seluruh kelas kategori apa saja yang tersedia.

c. Siswa yang memiliki kartu indeks dengan kategori yang sama berkumpul. d. Para siswa dalam kategori yang sama bermusyawarah untuk menunjukkan

salah satu orang untuk mewakili kelompok melakukan presentasi di depan kelas. Siswa yang lain dalam kelompok lain boleh menanggapi.

e. Guru melakukan refleksi dengan mengungkap butir-butir penting dari setiap kategori bahan ajar.

Berdasarkan langkah-langkah model pembelajaran aktif tipe card sort yang dikemukakan ahli di atas, maka langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian adalah:

a. Membagikan potongan kertas yang berisi informasi kepada masing-masing siswa;

b. Meminta setiap siswa untuk berusaha mencari temannya di ruang kelas dan menemukan orang yang memiliki kartu dengan kategori sama;

c. Apabila waktunya cukup biarkan siswa menemukan kategorinya sendiri, tetapi jika waktunya tidak leluasa sebaiknya guru umumkan kepada seluruh siswa kategori apa saja yang tersedia;

d. Para siswa dalam kategori yang sama melakukan musyawarah untuk menunjuk salah satu orang mewakili kelompok melakukan presentasi di depan kelas;

e. Siswa dalam kelompok lain boleh menanggapi presentasi yang telah disampaikan;

(15)

2.1.3.7 Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Card Sort

Model pembelajaran Active Learning Tipe Card Sort juga mempunyai kelebihan dan kekurangan antara lain sebagai berikut:

a. Kelebihan model pembelajaran Active Learning Tipe Card Sort menurut Silberman (2013:130)

a) Dapat membantu menggairahkan siswa yang merasa jenuh atau lelah terhadap pelajaran yang telah diberikan.

b) Dapat membina siswa untuk bekerjasama.

c) Mengembangkan sikap saling menghargai pendapat.

b. Kekurangan model pembelajaran Active Learning Tipe Card Sort menurut Hosnan (2014:217)

a) Membuat siswa kurang aktif dalam berbicara atau menyimpulkan pendapat.

b) Membutuhkan persiapan dan media yang berupa kartu-kartu sebelum kegiatan berlangsung.

c) Apabila guru kurang bisa mengendalikan kelas maka suasana kelas akan menjadi gaduh.

2.1.4 Kemandirian Belajar

2.1.4.1 Pengertian Kemandirian Belajar

(16)

sesuai dengan kapasitas dan tahapan perkembangannya. Secara alamiah anak mempunyai dorongan untuk mandiri dan bertanggung jawab atas diri sendiri.

Berdasarkan uraian diatas, tampak bahwa seorang siswa perlu mempunyai kemandirian dalam belajar. dengan kemandirian, siswa dapat belajar sendiri tanpa tergantung orang lain. Menurut Haris Mudjiman (2007:7), belajar mandiri merupakan kegiatan belajar yang didorong oleh motivasi untuk menguasai suatu kompetensi untuk mengatasi suatu permasalahan, dan dibangun dengan modal yang sudah dimiliki. Seperti yang dikemukakan Santosa, S. K. D. S (2013:90) siswa diharapkan mempunyai kemandirian belajar yang ditandai dengan usaha untuk menetapkan sendiri tujuan atau sasaran belajar, yang mencakup pula usaha memilih sendiri sumber belajar dan menggunakan teknik-teknik belajar yang tepat untuk mencapai tujuan belajar. Siswa diharapkan dapat belajar untuk menerapkan apa yang telah dipelajari secara mandiri dalam kehidupan. Sundayana, R (2016:34) berpendapat mengenai kemandirian belajar adalah suatu proses belajar dimana setiap individu dapat mengambil inisiatif, dengan atau tanpa bantuan orang lain, dalam hal menentukan kegiatan belajarnya seperti merumuskan tujuan belajar, sebagai sumber belajar (baik berupa orang ataupun bahan), mendiagnosa kebutuhan belajar dan mengontrol sendiri proses pembelajarannya.

Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa kemandirian belajar adalah rasa ketidaktergantungan pada orang lain dan disertai rasa berani mengambil keputusan dengan mempertimbangkan konsekuensi yang akan diperoleh.

2.1.4.2 Cara Menumbuhkan Kemandirian Belajar

(17)

Mendorong anak untuk berpartisipasi aktif dalam pengambilan keputusan dan dalam berbagai kegiatan sekolah; 3) Memberi kebebasan kepada anak untuk mengeksplorasi lingkungan, mendorong rasa ingin tahuu mereka; 4) Penerimaan positif tanpa syarat kelebihan dan kekurangan anak, tidak membeda-bedakan anak yang satu dengan yang lain; dan 5) Menjalin hubungan yang harmonis dan akrab dengan anak.

Upaya-upaya tersebut dilakukan oleh guru kepada siswanya dengan harapan siswa dapat mempunyai kemandirian belajar dengan baik. Haris Mudjiman (2011:169) menyebutkan bahwa tugas guru dalam belajar mandiri yang dilakukan oleh siswa yaitu 1) mengajar dengan bahan dan cara yang merangsang siswa untuk tertarik memperdalam dan mengembangkannya sendiri; 2)memberikan bantuan kepada siswa dalam proses pendalaman dan pegembangan itu, bila diperlukan. Haris mudjiman (2011:10) menyebutkan ada lima tahap penahapan dalam belajar mandiri yaitu 1) Tahap masuknya ransangan yang menarik perhatian pembelajar; 2) Tahap tumbuhnya niat untuk merespon rangsangan; 3) Tahap pembuatan keputusan atau tahap penumbuhan motivasi; 4) tahap pelaksanaan tindakan belajar; dan 5) tahap evaluasi.guru berperan penting dalam memfasilitasi siswanya untuk melewati tahapan-tahapan tersebut. Rangsangan untuk menumbuhkan kemauan belajar dapat dilakukan dengan menciptakan kegiatan belajar aktif yang melibatkan siswa.

Model pembelajaran juga sangat berperan penuh terhadap berhasilnya perkembangan kemandirian belajar siswa. Model pembelajaran aktif misalnya, menurut Santosa, S. K. D. S (2013:91) model pembelajaran aktif dapat membangkitkan kemandirian siswa, siswa dengan sendirinya secara aktif mempergunakan otak baik untuk mencari ide pokok dari materi, memecahkan persoalan atau mengaplikasikan apa yang baru saja mereka pelajari ke dalam suatu persoalan yang terdapat dalam kehidupan nyata.

2.1.4.3 Aspek-aspek Kemandirian Belajar

(18)

yang kuat atau percaya diri, mempunyai motivasi, dan berani menanggung konsekuensi atau bertanggung jawab.

a. Tidak tergantung pada orang lain

Siswa yang tidak tergantung pada orang lain akan belajar dengan caranya sendiri dan menemukan cara penyeleseian soal dengan kreatif. b. Percaya diri

Percaya diri menurut Hamzah B. Uno (2008:86) adalah keyakinan tentang harga diri dan kemampuan diri. Orang yang mempunyai kepercayaan diri mempunyai ciri-ciri berani tampil dengan keyakinan diri, berani menyuarakan pandangannya, dan tegas. Percaya diri dapat dilihat dari semangat saat mempresentasikan hasil pekerjaannya, kemantapan saat bertanya maupun menjawab, dan percaya pada kemampuannya sendiri.

c. Mengkontrol diri

Siswa yang mempunyai kemandirian belajar pasti dapat mengontrol atau mengendalikan diri. Hamzah B. Uno (2008:86) menyatakan bahwa mengontrol diri atau mengendalikan diri diartikan sebagai mengelola emosi dan keinginan negatif.

Golman (Hamzah B. Uno, 2008:89) menyatakan orang yang dapat mengontrol atau mengendalikan diri adalah orang yang dapat:

a) mengelola dengan baik perasaan dan emosi,

b) tetap teguh dan tidak goyah walaupun dalam situasi yang berat, dan

c) berpikir dengan jernih dan tetap fokus.

Dengan demikian, siswa yang dapat mengontrol diri harus dapat mengontrol waktu belajarnya, memperhatikan perkembangan prestasi belajarnya, serta berusaha meningkatkan hasil belajarnya.

d. Motivasi

(19)

kata motif, Sardiman (2011:73) menyimpulkan bahwa motivasi adalah daya penggerak yang telah menjadi aktif. Berdasarkan KBBI (1988:593), motivasi diartikan sebagai dorongan yang timbul pada diri seseorang, baik secara sadar maupun tidak sadar untuk melakukan sesuatu tindakan dengan tujuan tertentu.

Dalam Sardiman (2011:83) dijelaskan ciri-ciri motivasi, antara lain:

a) tekun menghadapi tugas, b) ulet menghadapi kesulitan, c) menunjukkan minat,

d) lebih senang bekerja mandiri,

e) cepat bosan dengan tugas-tugas rutin, f) dapat mempertahankan pendapatnya,

g) tidak mudah melepas hal yang diyakini, dan h) senang memecahkan masalah.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah dorongan untuk melakukan sesuatu. Siswa yang mempunyai motivasi akan berusaha menyeleseikan pekerjaannya, semangat dalam belajar, dan mempunyai antusiasme terhadap pembelajaran.

e. Tanggung Jawab

(20)

menjalankan kewajiban karena dorongan didalam dirinya atau biasa disebut dengan panggilan jiwa.

Menurut beberapa pendapat diatas bahwa tanggung jawab adalah orang yang melaksanakan segala sesuatu atau pekerjaan dengan sungguh-sungguh, sukarela, berani menanggung segala resiko dan segala sesuatunya baik dari perkataan, perbuatan, dan sikap.

Terdapat aspek lain yang mendukung dari teori-teori sebelumnya seperti yang dikemukakan oleh Haryati, F (2015:13) tentang kemandirian belajar yaitu sebagai berikut:

a. Inisiatif belajar

Inisiatif merupakan suatu hal yang harus dimiliki dalam belajar karena kalau tidak mempunyai inisiatif dalam belajar akan membuat siswa kesulitan untuk berpikir bagaimana mereka dapat memecahkan masalah yang dialaminya. Sedangkan inisiatif sendiri menurut Wollfock dalam Mardiyanto (2008:23) inisiatif adalah kemampuan individu dalam menghasilkan sesuatu yang baru atau asli atau suatu pemecahan masalah. b. Mendiagnosa kebutuhan belajar

Sebelum belajar siswa haruslah tahu apa yang akan dia pelajari, Siswa melakukan pemikiran tentang apa saja yang dibutuhkan dalam belajar serta menentukan apa yang ingin dicapai dari hasil belajar yang dilakukannya tersebut sehingga belajar menjadi terarah dan tidak sia-sia. c. Menetapkan tujuan belajar

Tujuan belajar merupakan cara yang akurat untuk menentukan hasil pembelajaran (Oemar Hamalik, 2008:73). Tujuan disini sebagai acuan untuk mengukur hasil belajar yang diharapkan, sehingga belajar juga mempunyai tujuan yang jelas.

d. Memonitor, mengatur, dan mengontrol belajar

(21)

pelaksanaan penerapan kebijakan yang digunakan untuk memberikan umpan balik pada pelaksanaan kebijakan atau program. Kegiatan pemantauan dalam belajar sangat diperlukan untuk memantau apa saja yang dipelajari sehingga tidak melampaui apa yang seharusnya dipelajari. e. Memandang kesulitan sebagai tantangan

Dalam belajar pastilah menemukan kesulitan baik dalam cara memcahklan materi persoalan atau memahami materi yang akan dipelajari. Kesulitan belajar ini sangatlah umum dipunyai setiap siswa dalam kasus belajarnya. Rumini dkk (Irham, 2013:254) mengemukakan bahwa kesulitan belajar merupakan kondisi saat siswa mengalami hambatan-hambatan tertentu untuk mengikuti proses pembelajaran dan mencapai hasil belajar secara optimal. Siswa haruslah berusaha dengan keras untuk memecahkan hambatan-hambatan yang dilaluinya dalam belajar agar mendapatkan hasil belajar yang optimal.

f. Memanfaatkan dan mencari sumber yang relevan

Sumber yang relevan sangtlah membantu dalam belajar karena dapat membantu kita untuk mencari informasi-informasi yang akan dipelajari. Sumber-sumber yang relevan misalnya buku, jurnal, koran, majalah dll.

g. Memilih dan menerapkan strategi belajar yang tepat

Strategi menurut Slameto (2015:190) adalah pemikiran secara konseptual, realistis, dan komperehensif tentang langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Dalam belajar diperlukan langkah-langkah dari mana untuk memulai belajar sehingga belajar menjadi terarah dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

h. Mengevaluasi proses dan hasil belajar;

(22)

i. Konsep diri

Konsep diri Sri Agustina (2015:502-503) merupakan keseluruhan pandangan tentang bagaimana seorang melihat, menilai, serta menyikapi diri. Hal ini diperlukan dalam belajar guna penentu tingkah laku. Bila belajar mempunyai konsep diri yang rendah atau negatif, belajar akan menjadi kurang percaya diri, mudah putus asa, dan kurang berorientasi pada prestasi, sehingga akan mempengaruhi hasil belajar dan prestasi belajarnya. Sedangkan belajar yang mempunyai konsep diri yang positif diharapkan akan memiliki motivasi yang tinggi untuk mencapai prestasi belajar yang lebih baik.

Dari beberapa aspek yang telah dijelaskan oleh Feri dan Haris Mudjiman aspek yang digunakan dalam penelitian ini ada 8 aspek, yaitu tidak tergantung oranglain, percaya diri, mengkontrol diri, motivasi, tanggung jawab, inisiatif belajar, mencari dan memanfaatkan sumber yang relevan, evaluasi.

2.1.5 Hasil Belajar 2.1.5.1 Hakikat Belajar

(23)

pengetahuan awal atau presepsi mengenai informasi tertentu sebelum mempelajari informasi baru.

Menurut Slameto (2010:2), mendefinisikan belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Lebih lanjut Slameto mengklasifikasikan ciri-ciri perubahan tingkah laku seseorang dalam pengertian belajar meliputi perubahan terjadi secara sadar, perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional, perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif, perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara, perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah, dan perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku. Disini belajar dapat diartikan sebagai suatu aktivitas mental yang dialami seseorang sehingga terjadi perubahan tingkah laku.

2.1.5.2 Pengertian Hasil Belajar

Setelah proses belajar mengajar berlangsung, pasti siswa mendapatkan pengetahuan baru yang dimiliki oleh siswa namun daya tangkap yang dimiliki oleh masing-masing siswa berbeda. Ada yang memiliki daya tangkap yang baik, tetapi juga ada siswa yang memiliki daya tangkap yang biasa saja. Dengan mengetahui hasil belajar siswa dan mengetahui apakah tujuan pembelajaran yang diharapkan tercapai atau tidak. Untuk melihat hasil belajar bukan hanya melalui evaluasi siswa saja tetapi bisa juga melalui aspek afektif dan psikomotor. Menurut Agus Suprijono (2010:5), hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan-keterampilan. Sudjana, (2010:22) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan Ponco (2017:15) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

(24)

keberhasilan siswa dalam memahami pembelajaran di sekolah yang ditunjukkan dengan skor sesuai dengan hasil tes pada mata pelajaran tertentu. Beberapa ahli yaitu Krathwohl, Bloom dan Masia (Suprihatiningrum, 2013:38) membedakan hasil belajar menjadi tiga aspek, yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pertama, aspek kognitif ini berhubungan dengan kemampuan berpikir mengetahui dan memecahkan masalah. Kedua, aspek afektif berkaitan dengan kemampuan yang berhubungan dengan sikap, nilai, minat dan apresiasi. Ketiga, aspek psikomotor mencakup tujuan yang berkaitan dengan ketrampilan yang bersifat manual dan motorik. Sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Anugraheni, I (2017:249) bahwa penguasaan hasil belajar oleh seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berfikir maupun ketrampilan motorik hal yang demikian merupakan hasil belajar yang kegiatan atau perilaku hampir sebagian besar diperlihatkan seseorang.

Hasil belajar dapat diketahui apabila ada pengukuran, pengukuran menurut Arifin Zainal (2012:4) pengukuran adalah suatu proses atau kegiatan untuk menentukan kuantitas sesuatu. Kata “sesuatu” bisa berarti peserta didik, guru, gedung sekolah, meja belajar, white board, dan sebagainya. Dalam proses pengukuran, tentu guru harus menggunakan alat ukur (tes dan non tes). Pengukuran menurut Naniek, dkk (2012:47) adalah kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk memberikan angka-angka pada suatu gejala atau peristiwa. Pengukuran juga dapat diartikan penetapan angka dengan cara yang sistematik untuk menyatakan keadaan individu, Alen dan Yen dalam Naniek, dkk (2012:48).

(25)

Menurut Arikunto (2008:139) menegaskan bahwa teknik tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Dari uraian diatas tes merupakan suatu teknik atau cara dalam rangka melaksanakan pengukuran yang berupa pertanyaan, untuk mengetahui pencapaian belajar atau kompetensi yang telah dicapai peserta didik untuk bidang tertentu.

Berdasarkan uraian diatas tentang hasil belajar dapat diartikan bahwa hasil belajar adalah pemberian skor terhadap kemampuan siswa yang diperoleh dari pengukuran tes maupun non tes yang dijadikan acuan untuk mengetahui kuantitas sesuatu apakah siswa sudah mencapai tingkat kelulusan yang ditentukan serta besaran skor atau angka yang diperoleh melalui pengukuran baik itu tes dan non tes yang dijadikan acuan untuk mengetahui apakah siswa sudah mencapai tingkat keberhasilan yang ditentukan atau belum.

2.1.5.3 Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar merupakan penghambat keberhasilan prestasi siswa. Menurut Slameto (2010:54), faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa digolongkan menjadi 2 yaitu faktor intern dan faktor ekstern.

Faktor intern adalah faktor yang ada di diri individu yang sedang belajar dan faktor ekstern adalah faktor yang ada diluar individu. Dalam faktor intern terdapat faktor jasmaniah yang meliputi kesehatan, cacat tubuh, kemudian faktor psikologis yang meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan dan yang terakhir adalah faktor kelelahan. Sedangkan faktor ekstern diantaranya meliputi faktor keluarga meliputi cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan.

(26)

hasil belajar tersebut meliputi karakteristik /ciri siswa, sikap terhadap belajar, motivasi belajar, kosentrasi belajar, mengolah bahan belajar, menggali hasil belajar, rasa percaya diri, dan kebiasaan belajar. Sedangkan faktor ekstern meliputi faktor guru, lingkungan sosial, kurikulum sekolah, dan sarana dan prasarana.

Berdasarkan apa yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa kedua faktor (intern dan ekstern) sangat berpengaruh terhadap proses belajar siswa. salah satu masalah yang juga mempunyai pengaruh sangat besar dalam pencapaian suatu hasil pembelajaran di SD adalah metode mengajar dimana di dalamnya terdapat model pembelajaran. Berdasarkan taksonomi Bloom (Sudjana, 2010:22-23), hasil belajar mencakup tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Menurut Purwanto (2014:48-53) domain hasil belajar merupakan perubahan perilaku kejiwaan dikarenakan proses pendidikan. Perilaku kejiwaan itu dibagi dalam tiga domain, yaitu:

a. Ranah Kognitif

Hasil belajar kognitif adalah perubahan yang terjadi dalam kawasan kognitif yang mencakup enam aspek, yakni hapalan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4), sintetis (C5), dan evaluasi (C6). Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.

b. Ranah Afektif

Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Ada beberapa jenis kategori ranah afektif sebagai hasil belajar. kategorinya dimulai dari tingkat yang dasar atau sederhana sampai tingkat yang kompleks. Kategori dimulai dari tingkat yang dasar atau sederhana sampai tingkat yang kompleks. Kategori tersebut yaitu, reciving/attending (penerimaan), responding (jawaban), valuing (penilaian), organisasi, dan karakteristik nilai atau internalisasi nilai.

c. Ranah Psikomotor

(27)

diklasifikasikan menjadi enam, yaitu persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, dan kreativitas.

Berdasarkan beberapa pengertian tentang hasil belajar tersebut, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh anak setelah mengalami kegiatan belajar. kemampuan-kemampuan yang diperoleh siswa meliputi kemampuan-kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik.

2.2 Penelitian yang Relevan

a. Penelitian yang dilakukan oleh Fajar Sri Rahayu (2013) yang berjudul Pengaruh Pembelajran Aktif Tipe Card Sort Terhadap Hasil Belajar IPS bagi Siswa Kelas 5 SD Se-Gugus 2 Kecamatan Pengasih, Kulon Progo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar IPS yang diperoleh siswa pada kelompok yang menerapkan pembelajran aktif tipe card sort lebih tinggi daripada hasil belajar IPS siswa pada kelompok yang menerapkan pembelajaran yang biasa dilakukan guru bagi siswa kelas 5 SD Se-Gugus 2 Kecamatan Pengasih. Hal tersebut dibuktikan dari hasil t-test dengan taraf signifikan 5% (derajat Kepercayaan 95%) diperoleh t hitung (2,997) > t tabel (1,679). Hasil belajar IPS yang diperoleh kelompok eksperimen lebih tinggi daripada hasil belajar kelompok kontrol, ditunjukkan dari mean hasil belajar yang diperoleh kelompok eksperimen yaitu 79,13 dan mean hasil belajar yang diperoleh kelompok kontrol yaitu 68,80.

(28)

c. Penelitian yang dilakukan oleh Saifullah (2010) dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Aktif Tipe Pemilahan Kartu (Card Sort) untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar IPS siswa kelas 5 SDN Pati 03”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi card sort meningkatkan hasil belajar siswa. hal ini dapat dilihat dari hasil keaktifan rata-rata skor yaitu pada pra siklus diperoleh sebesar 16,36. Hal ini mulai meningkat pada siklus I dengan rata-rata 31,7 kemudian pada siklus II mengalami peningkatan kembali yaitu menjadi 32,74.

d. Penelitian yang dilakukan oleh Atni Widya (2010) dengan judul “Upaya

Meningkatkan Kemandirian Belajar dan Penguasaan konsep IPS Siswa Kelas 5 SD Negeri Cepagan 01 Batang melalui Pembelajaran Aktif”. Penelitian ini memberikan hasil bahwa Pembelajaran aktif dapat meningkatkan kemandirian dan penguasaan konsep kelas 5. Dari siklus I 66,97% meningkat pada siklus II menjadi 88,37%. Berdasarkan respon siswa terhadap pembelajaran mencapai 91,67% dengan kriteria tertinggi.

2.3 Kerangka Berpikir

(29)

Kemandirian belajar siswa tidak akan terjadi apabila masih terjadi kondisi guru menjadi pusat pembelajaran.

Berdasarkan permasalahan tersebut, menyebabkan kurangnya kemandirian belajar siswa dalam pembelajaran sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar pada mata pelajaran IPS yang diperoleh oleh siswa, untuk itu peneliti berupaya meningkatkan kemandirian belajar dan hasil belajar IPS siswa kelas 5 SDN Lopait 01. Solusi untuk menyeleseikan permasalahan ini yaitu dengan menggunakan model pembelajaran aktif tipe Card Sort. Metode Card Sort, dengan menggunakan media kartu dalam praktek pembelajaran dapat mengajak siswa untuk menemukan konsep dan fakta melalui media kartu yang berisi informasi atau dalam bentuk contoh dengan satu atau lebih kategori. Kemudian siswa diminta untuk menemukan kartu berkategori sama yang dimiliki siswa lain atau siswa dapat memilah kartu berkategori sama secara berkelompok. Kegiatan selanjutnya, siswa yang berkategori sama bermusyawarah untuk menunjuk salah satu orang mewakili kelompok melakukan presentasi di depan kelas.

Kegiatan siswa dalam memilah kartu akan membuat suasana kelas lebih menyenangkan dan tidak membosankan serta siswa terlibat secara langsung dalam pembelajaran. Gerakan siswa untuk menemukan teman yang memiliki kartu dengan kategori yang sama akan membuat siswa tertarik dengan pembelajaran IPS, karena pada dasarnya siswa SD memiliki sifat rasa ingin tahu. Oleh karena itu, penggunaan model pembelajaran aktif tipe Card Sort akan membantu siswa dalam memahami dan menguasai pelajaran serta menumbuhkan kemandirian belajar siswa dalam pembelajaran sehingga diharapkan pada akhirnya hasil belajar IPS siswa dapat meningkat. Dalam aplikasi pembelajarannya peneliti menggunakan model penelitian yang digunakan oleh Kemmis dan McTaggart.

Model Kemmis dan MCTaggart pada hakikatnya berupa perangkat-perangkat atau untaian-untaian dengan satu perangkat-perangkat terdiri dari empat komponen, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi, yang keempatnya merupakan satu siklus (Depdiknas, Tukiran dkk, 2010:24)

(30)

Gambar 1.1 Proses Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis dan MCTaggart (Wijaya dan Dedi, 2010:21)

Penjelasan Perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi menurut Susilo (2010:20-24) adalah sebagai berikut:

a. Perencanaan (Planning)

Kegiatan perencanaan mencakup: (1) identifikasi masalah, (2) analisis penyebab masalah, dan (3) pengembangan bentuk tindakan (aksi) sebagai pemecahan masalah.

b. Tindakan (Acting)

Setelah ditetapkan bentuk tindakan (aksi) yang dipilih sesuai dengan rencana pelaksanaan tindakan, maka langkah selanjutnya adalah mengimplementasikan tindakan dalam proses pembelajaran sesuai dengan skenario pembelajaran yang sudah dibuat oleh guru.

c. Observasi (Observing)

Kegiatan observasi atau pengamatan dalam penelitian tindakan kelas dilakukan untuk mengetahui dan memperoleh gambaran lengkap secara objektif tentang perkembangan proses pembelajaran, dan pengaruh dari tindakan (aksi) yang dipilih terhadap kondisi kelas dalam bentuk data. d. Refleksi (Reflecting)

(31)

2.4 Hipotesis Penelitian

Menurut Suprapto (2013:56) hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang menyangkut perilaku , gejala, kejadian, kondisi, dan fakta sesuatu hal yang terjadi maupun untuk masa yang akan datang. Hipotesis atau jawaban sementara ini harus dibuktikan kebenarannya secara empirik melalui suatu penelitian. Berdasarkan kajian teori, penelitiaan yang relevan dan kerangka berpikir, dapat dirumuskan hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Kemandirian belajar dan hasil belajar dapat meningkat melalui langkah-langkah penerapan model pembelajaran Active Learningtipe Card Sort. a) Pemberian motivasi

b) Pengkondisian kelas dengan menjelaskan kegiatan apa yang akan dilakukan

c) Pembagian tugas kepada setiap siswa d) Pengerjaan tugas

e) Presentasi f) Refleksi

b. Model pembelajaran Active Learning dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa kelas 5 SDN Lopait 01 semester II tahun pelajaran 2017/2018.

Gambar

Tabel 2.1 Standar Isi Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
Gambar 1.1 Proses Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis dan

Referensi

Dokumen terkait

Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 08/D/HK/2017 Tentang Ujian Sekolah Berstandar Nasional Pada Pendidikan Dasar

(4) Guru yang belum memiliki ijazah Sarjana (S1)/Diploma IV yang sudah memiliki pangkat Penata Muda Tingkat I golongan ruang III/b ke atas, apabila memperoleh

Ekonomi Manajerial adalah penerapan dari teori ekonomi (mikroekonomi dan makroekonomi) dan peralatan analisis ilmu keputusan (matematika ekonomi dan ekonometri)

Waktu kunjungan pertama ibu hamil (K1) dengan umur kehamilan kurang dari 12 minggu berdasarkan sarana dan prasarana yang tersedia di pelayanan kesehatan Puskesmas Kepil

1) Pelayanan Pemeriksaan Umum 2) Pelayanan Kesehatan Gigi Mulut 3) Pelayanan KIA/KB yang bersifat UKP 4) Pelayanan Gawat Darurat. 5) Pelayanan Gizi yang bersifat UKP 6)

pendapatan masyarakat “ didesa roworena kecamatan ende selatan

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis tingkat produktivitas bawang merah, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi bawang merah, menganalisis struktur

Wahai kaum guru semua Bangunkan rakyat dari gulita Kita lah penyuluh bangsa. Pembimbing melangkah