• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB V KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

PENYUSUNAN PERENCANAAN BIDANG PERMUKIMAN KABUPATEN PROBOLINGGO

BAB V

KETERPADUAN STRATEGI

PENGEMBANGAN KABUPATEN

5.1. Arahan Kawasan Strategis Kabupaten Probolinggo Dalam RTRW 5.1.1. Lokasi dan Jenis Kawasan Strategis

Kawasan strategis kabupaten adalah wilayah yang memberikan kontribusi secara lokal, regional maupun nasional, serta mempunyai pengaruh yang cukup penting dalam lingkup kabupaten terhadap pengembangan ekonomi, sosial, budaya dan atau lingkungan. Kawasan strategis merupakan kawasan yang di dalamnya berlangsung kegiatan yang mempunyai pengaruh besar terhadap :

 Tata ruang di wilayah sekitarnya;

 Kegiatan lain di bidang yang sejenis dan kegiatan di bidang lainnya; dan/atau  Peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Kawasan strategis wilayah kabupaten ditetapkan berdasarkan :

1. Memperhatikan faktor-faktor di dalam tatanan ruang wilayah kabupaten yang memiliki kekhususan;

2. Memperhatikan kawasan strategis nasional dan kawasan strategis wilayah provinsi yang ada di wilayah kabupaten;

3. Dapat berhimpitan dengan kawasan strategis nasional, maupun harus memiliki kepentingan/kekhususan yang berbeda serta harus ada pembagian kewenangan antara pemerintah pusat, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota yang jelas;

4. Merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis ekonomi yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten yaitu merupakan aglomerasi berbagai kegiatan ekonomi yang memiliki :

a) potensi ekonomi cepat tumbuh;

b) sektor unggulan yang menggerakkan pertumbuhan ekonomi; c) potensi ekspor;

d) dukungan jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi; e) kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi;

(2)

PENYUSUNAN PERENCANAAN BIDANG PERMUKIMAN KABUPATEN PROBOLINGGO

f) fungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan;

g) fungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam rangkan mewujudkan ketahanan energi; atau

h) kawasan yang dapat mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal di dalam wilayah kabupaten.

5. Kawasan budi daya maupun kawasan lindung yang memiliki nilai strategis sosial budaya di wilayah kabupaten, antara lain kawsan yang merupakan :

a) tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya; b) prioritas peningkatan kualitas sosial dan budaya;

c) aset yang harus dilindungi dan dilestarikan; d) tempat perlindungan peninggalan budaya;

e) tempat yang memberikan perlindungan terhadap keaneka ragaman budaya; atau

f) tempat yang memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial.

6. Merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi di wilayah kabupaten, antara lain kawasan yang memiliki :

a) peruntukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berdasarkan lokasi sumber daya alam strategis, pengembangan antariksa, serta tenaga atom dan nuklir;

b) sumber daya alam strategis;

c) fungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembanagn antariksa; d) fungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir; atau e) fungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis.

7. Merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis fungsi dan daya dukung lingkungan hidup, antara lain merupakan :

a) tempat perlindungan keaneka ragaman hayati;

b) kawasan lindung yang ditetapkan sebagai perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir punahatau diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan;

c) kawasan yang memberi perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian;

(3)

PENYUSUNAN PERENCANAAN BIDANG PERMUKIMAN KABUPATEN PROBOLINGGO

d) kawasan yang memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro;

e) kawasan yang menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup;

f) kawasan rawan bencana alam; atau

g) kawasan yang sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan.

8. Merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis lainnya yang sesuai dengan kepentingan pembagunan spasial wilayah kabupaten;dan

9. Untuk mewadahi penataan ruang kawasan yang tidak bisa terakomodasi dalam rencana struktur ruang dan rencana pola ruang.

Kawasan yang termasuk kawasan strategis di Kabupaten Probolinggo di antaranya adalah Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Paiton, kawasan wisata alam dan budaya yang tersebar di Kabupaten Probolinggo, Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru, kawasan lindung, kawasan perkotaan dengan perkembangan dinamis, lokasi industri strategis, kawasan sepanjang jalan arteri primer dan jalur regional, kawasan sepanjang pantai utara, serta kawasan perkebunan (hortikultura), yang perkembangannya akan dapat memberikan imbas positif pada sektor perhubungan, perdagangan, hotel dan restoran serta industri kecil/kerajinan. Beberapa kawasan strategis yang ada di Kabupaten Probolinggo ini kemudian dikelompokkan berdasarkan jenisnya yaitu kawasan strategis dari sudut kepentingan pertahanan dan keamanan, pertumbuhan ekonomi, sosial, budaya, pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi, serta fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.

Adapun jenis-jenis kawasan strategis adalah sebagai berikut: 1. Kawasan strategis dari sudut kepentingan Hankam

2. Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi kabupaten; 3. Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial budaya di wilayah kabupaten ; 4. Kawasan strategis dari sudut kepentingan pendayagunaan sumber daya alam

dan/atau teknologi tinggi di wilayah kabupaten ;

5. Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.

(4)

PENYUSUNAN PERENCANAAN BIDANG PERMUKIMAN KABUPATEN PROBOLINGGO

5.1.1.1. Kawasan Strategis Dari Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten A. Kawasan Andalan

Kawasan andalan merupakan salah satu kawasan strategis ekonomi. Kawasan andalan adalah bagian dari kawasan budi daya,baik di ruang darat maupun ruang laut yang pengembangannya diarahkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi bagi kawasan tersebut dan kawasandi sekitarnya. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional bahwa di Kabupaten Probolinggo terdapat kawasan andalan Probolinggo-Pasuruan-Lumajang yang berpusat di Kota Probolinggo. Kawasan Probolinggo-Pasuruan-Lumajang dikembangkan karena mempunyai unggulan di sektor pertanian, industri, pertambangan, perkebunan, pariwisata dan perikanan.Selain itu dalam Rencana Tata Ruang Pulau Jawa Bali juga disebutkan bahwa Pengelolaan ruang pada Kawasan Andalan Probolinggo – Pasuruan – Lumajang dengan dilakukan dengan prioritas tinggi.

Sesuai dengan hasil dari analisa ekonomi yang dilakukan di Kabupaten Probolinggo, dan dari tujuan penataan ruang Kabupaten Probolinggo bahwa Kabupaten Probolinggo memiliki potensi di bidang pertanian, pariwisata, perikanan dan pertambangan. Untuk memantapkan dan mendukung Kabupaten Probolinggo sebagai bagian dari kawasan andalan Probolinggo-Pasuruan-Lumajang maka pengembangan yang harus dilakukan di Kabupaten Probolinggo adalah pengembangan agropolitan, minapolitan, industri dan ekowisata. Dengan pengembangan tersebut, diharapkan saling terkait dan berbentuk linkage antara Kabupaten Probolinggo dengan kabupaten-kabupaten lain di sekitarnya yang termasuk dalam kawasan andalan.

Oleh sebab itu maka kawasan andalan merupakan ditetapkan sebagai kawasan strategis nasional yang ada di Kabupaten Probolinggo. Untuk lebih jelasnya lihat Tabel 5.1 dan Peta 5.1 tentang Rencana kawasan Andalan di Kabupaten Probolinggo.

(5)

PENYUSUNAN PERENCANAAN BIDANG PERMUKIMAN KABUPATEN PROBOLINGGO

Tabel 5.1 Kawasan Andalan Probolinggo – Pasuruan – Lumajang Kawasan

Andalan Sektor Unggulan Kawasan Andalan Laut yang Terkait

Kota dalam Kawasan DPS yang Melayani PKN PKW Probolinggo-Pasuruan- Lumajang

Pertanian Kw. Andalan Laut.

Madura dsk - Probolinggo Kali Rejoso

Industri Sektor Unggulan: - Pasuruan Kali Kendil

Pertambangan -Perikanan - - -

Perkebunan -Pertambangan - - -

Pariwisata -Pariwisata - - -

Sumber : Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional

B. Kawasan Agropolitan

Kabupaten Probolinggo mempunyai kawasan strategis ekonomi berdasarkan propinsi (KSP), yaitu :

a. Kawasan agropolitan regional yang merupakan sistem agropolitan Bromo – Tengger – Semeru;

b. Pusat industri pengolahan pupuk dan pengolahan hasil ikan.

Kawasan agropolitan di Kabupaten Probolinggo terbagi menjadi 2 yaitu wilayah pengembangan barat dan timur. Wilayah pengembangan barat yaitu Kecamatan Sukapura, Kecamatan Sumber, Kecamatan Lumbang, Kecamatan Tongas. Wilayah pengembangan bagian timur yaitu Kecamatan Tiris, Kecamatan Krucil dan Kecamatan Gading. Kecamatan tersebut dijadikan sebagai kawasan strategis dengan pertimbangan karena sektor pertanian yang terdapat pada kawasan tersebut memiliki kontribusi yang berarti bagi PDRB Kabupaten probolinggo dalam sektor primer.

Selain itu terdapat rencana peningkatan pendapatan hasil pertanian melalui program Prima Tani di Desa Klampok Kecamatan Tongas, peningkatan pendapatan masyarakat sekitar melalui kegiatan kepariwisataan di lokasi wisata air terjun Madakaripura (Desa Lumbang, Kecamatan Lumbang), peningkatan usaha peternakan sapi dalam rangka menunjang kebutuhan pabrik susu Nestle di Krucil.

Kawasan agropolitan yang terdiri atas tujuh kecamatan sebagai sentra produksi pangan tersebut perlu untuk dilindungi karena diproyeksikan untuk tumbuh dan berkembang melalui sistem dan usaha agribisnis yang mampu melayani, mendorong, menarik, menghela kegiatan pembangunan di Kabupaten Probolinggo khususnya sektor pertanian.

(6)

PENYUSUNAN PERENCANAAN BIDANG PERMUKIMAN KABUPATEN PROBOLINGGO P ET A 5 .1 R EN C A N A K A W A S A N A N D A LA N P EN Y U S U N A N R P IJ M TA H U N 2 0 1 4 2018

(7)

PENYUSUNAN PERENCANAAN BIDANG PERMUKIMAN KABUPATEN PROBOLINGGO

C. Kawasan Perikanan dan Minapolitan

Rencana penetapan kawasan strategis pada kawasan perikanan adalah sebagai berikut :

 Kecamatan Paiton merupakan daerah yang potensial untuk pengembangan perikanan tangkap karena di wilayah ini terdapat Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Paiton yang merupakan pusat pendaratan ikan di wilayah timur Kabupaten Probolinggo. Perahu nelayan yang dilayani berasal dari Kecamatan Kraksaan dan Kecamatan Paiton maupun dari daerah lain seperti Kabupaten Lamongan. PPP Paiton diarahkan untuk menjadi basis kegiatan penangkapan baik skala kecil maupun menengah dengan fasilitas pendukung meliputi kolam labuh, dermaga, TPI, suplai BBM (SPDN), gudang es dan gudang dingin. Pengembangan selanjutnya diarahkan pada penyediaan sarana cold storage, dok/slipway dan bengkel nelayan. Keberadaan PPP Paiton juga mendorong perkembangannya industri pengolahan ikan di daerah sekitarnya.

 Kecamatan Dringu merupakan wilayah potensial pengembangan industri pengolahan hasil perikanan. Wilayah ini merupakan sentra industri pengolahan ikan rebus/pindang, ikan asin, terasi dan petis. Industri pengolahan ikan menyerap bahan baku ikan segar baik dari Kecamatan Dringu sendiri (TPI Randuputih) maupun kecamatan sekitar seperti Kraksaan dan Paiton bahkan daerah lain seperti Banyuwangi dan Jember. Keberadaan obyek wisata Pantai Bentar bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan pemasaran hasil pengolahan ikan, mengingat lokasinya yang berdampingan dengan sentra industri pengolahan ikan di Desa Tamansari Kecamatan Dringu.

Kawasan Minapolitan dikembangkan secara terintegrasi antara Kecamatan Tongas, Sumberasih, Dringu, Gending, Pajarakan, Kraksaan, Banyuanyar, Paiton dan Kecamatan Tiris.Kecamatan Banyuanyar dan sekitarnya (Maron, Gading, Tegalsiwalan) merupakan daerah yang potensial untuk pengembangan budi daya ikan di kolam maupun keramba sungai. Kegiatan budidaya ikan terutama lele dan nila mulai berkembang dan ditunjang keberadaan Balai Benih Ikan (BBI) Klenang Lor untuk mencukupi kebutuhan benih. Di wilayah ini pasokan air untuk kebutuhan budidaya bias terpenuhi karena adanya saluran-saluran irigasi maupun sungai.

(8)

PENYUSUNAN PERENCANAAN BIDANG PERMUKIMAN KABUPATEN PROBOLINGGO

Kawasan perairan sekitar Pulau Giliketapang Kecamatan Sumberasih dan terutama di perairan Desa Binor, (gugusan Karang Kranji) Kecamatan Paiton, merupakan kawasan strategis untuk perlindungan trumbu karang.

5.1.2. Rencana Pengembangan Kawasan Strategis Prioritas

Sesuai dengan penetapan kawasan strategis Kabupaten Probolinggo dan skenario pengembangan wilayah, maka ditetapkan rencana pengembangan kawasan strategis prioritas, yaitu:

1. Prioritas I : Pengembangan Kawasan Strategis Agropolitan, Ecowisata, Industry guna mendukung pengembangan wilayah barat.

Wilayah Kabupaten Probolinggo bagian barat mempunyai potensi yang besar karena terdapat beberapa kawasan strategis Kabupaten Probolinggo antara lain:  Kawasan agropolitan bagian barat yang terdiri dari Kecamatan Tongas,

Lumbang, Sukapura, Sumber.

 Jalur Pariwisata Nasional-Internasional Tanaman Nasional Bromo Tengger Semeru,

 Pengembangan kawasan industry di Kecamatan Tongas.

Sesuai dengan tujuan, kebijakan dan strategi pengembangan perwujudan ruang Kabupaten Probolinggo, maka kawasan strategis yang terletak di Kabupaten Probolinggo bagian barat merupakan prioritas I pengembangan. Pengembangan kawasan strategis bagian barat ini diarah pada pengembangan kawasan agropolitan, ecowisata dan industry.

2. Prioritas II : Pengembangan Kawasan Strategis pada Sistem Perkotaan Pendukung Sistem perkotaan pendukung merupakan kawasan Perkotaan Kraksaan dan kawasan pusat-pusat pelayanan. Pengembangan kawasan ini meruakan prioritas pengembangan karena kawasan system perkotaan pendukung ini fungsinya sebagai sentra-sentra pengembangan, simpul distribusi pelayanan dan simpul penarik keterkaitan antar antar wilayah. Pengembangan kawasan ini diarahkan sesuai dengan fungsi dan perannya seperti telah dirumuskan rencana struktur ruang Kabupaten Probolinggo.

(9)

PENYUSUNAN PERENCANAAN BIDANG PERMUKIMAN KABUPATEN PROBOLINGGO

3. Prioritas III: Pengembangan Kawasan Strategis Agropolitan, Ekowisata, Industry guna mendukung pengembangan wilayah timur.

Wilayah Kabupaten Probolinggo bagian timur mempunyai potensi pengembangan kawasan strategis Kabupaten Probolinggo antara lain:

 Kawasan agropolitan bagian timur yang terdiri dari Kecamatan Tiris, Krucil, Gading.

 Kawasan wisata Pegunungan Argopuro/Dataran Tinggi Hyang, arung jeram Sungai Pekalen,

 Pengembangan kawasan industri di Kecamatan Paiton.

Sesuai dengan tujuan, kebijakan dan strategi pengembangan perwujudan ruang Kabupaten Probolinggo, maka kawasan strategis yang terletak di Kabupaten Probolinggo bagian timur merupakan prioritas III pengembangan. Sama halnya dengan kawasan bagian timur, pengembangan kawasan strategis bagian timur ini diarah pada pengembangan kawasan agropolitan, ecowisata dan industri.

4. Prioritas IV: Pengembangan Kawasan Strategis Minapolitan

Selain potensi pertanian, industri dan pariwisata, Kabupaten Probolinggo mempunyai potensi yang besar di sektor perikanan. Potensi perikanan meliputi perikanan laut disekitar laut Pantai Utara dan perikanan darat berupa budidaya tambak. potensi perikanan tersebut juga telah didukung oleh sentra-sentra pengolahan. Tetapi potensi perikanan kurang diperhatikan terutama untuk perikanan laut. Sehingga kawasan perikanan laut dan kawasan tambak disekitar Pantai Utara banyak yang mengalami alih fungsi ke industri, permukiman dan perdagangan. Sehingga pengembangan kawasan strategis minapolitan berupa pengembangan sentra-sentra perikanan sangat diperlukan dan menjadi prioritas pengembangan. Pengembangan kawasan strategis minapolitan meliputi:

 Pengembangan kawasan tambak disekitar Kecamatan Tongas, Sumberasih, Dringu, Gending, Panjarakan, Kraksaan dan Paiton.

 Pengembangan kawasan budidaya laut tersebar di Kecamatan Tongas, Sumberasih, Dringu, Gending, Panjarakan, Kraksaan dan Paiton.

(10)

PENYUSUNAN PERENCANAAN BIDANG PERMUKIMAN KABUPATEN PROBOLINGGO

5.2. Arahan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 5.2.1. Visi dan Misi

Visi, “Terwujudnya Kabupaten Probolinggo yang sejahtera, berkeadilan, mandiri, berwawasan lingkungan, dan berakhlak mulia”.

Misi, (a). Mewujudkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan daya saing daerah, pertumbuhan ekonomi yang berbasis kerakyatan, dan optimalisasi pengelolaan sumber daya yang berkelanjutan. (b). Mewujudkan masyarakat yang berakhlak mulia melalui peningkatan otonomi daerah dalam penyelenggaraan kepemerintahan yang baik dan bersih.

5.2.2. Arahan Kebijakan Bidang Cipta Karya Kabupaten Probolinggo

Sasaran pembangunan daerah bidang Cipta Karya yang ingin dicapai oleh Pemerintah Kabupaten Probolinggo selama kurun waktu lima tahun sesuai dengan tujuan pembangunan yang telah ditetapkan dalam RPJMD Kabupaten Probolinggo Tahun 2008 - 2013 adalah sebagai berikut :

A. Sasaran Meningkatnya Ketahanan Pangan Melalui Optimalisasi Produksi Pertanian, Perkebunan, Peternakan dan Perikanan.

Meningkatnya Ketahanan Pangan Melalui Optimalisasi Produksi Pertanian, Perkebunan, Peternakan Dan Perikanan merupakan sasaran yang pertama dari Tujuan Meningkatnya Perekonomian Daerah yang meliputi pertanian tanaman pangan dan perkebunan, peternakan, serta kelautan dan perikanan. Dalam era otonomi daerah, pemerintah Kabupaten Probolinggo selalu berupaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui berbagai bidang pembangunan salah satunya melalui peningkatan ketahanan pangan daerah untuk menunjang ketahanan pangan nasional. Bidang Pertanian selama ini mempunyai peran yang cukup strategis dalam perekonomian dan mempunyai multiplier effect yang besar, karena di sektor ini sebagian besar masyarakat Kabupaten Probolinggo menggantungkan hidupnya.

Permasalahan

Pembangunan di bidang Pertanian kedepan menghadapi masalah antara lain semakin terbatas dan menurunnya daya dukung lahan dan kelangkahan sumber daya alam pertanian ditengah kondisi adanya kecenderungan peningkatan kuantitas dan kualitas kebutuhan pangan. Pada sisi lain kesempatan usaha pertanian sebagai upaya penanggulangan krisis ekonomi belum menunjukkan

(11)

PENYUSUNAN PERENCANAAN BIDANG PERMUKIMAN KABUPATEN PROBOLINGGO

efektivitasnya dan belum mendorong terwujudnya sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing, berkerakyatan dan berkelanjutan. Pengembangan kawasan agropolitan terutama dengan Program Agrobisnis dan Agroindustri mempunyai peluang/potensi pengembangan yang sangat besar serta berkemampuan dalam menciptakan lapangan kerja, tetapi pelatihan dan penanganan proses produksi serta informasi pasar dan penerapan teknologi tepat guna belum optimal. Permasalahan kelangkaan pupuk pada saat tanam serta rendahnya harga pada saat panen raya merupakan permasalahan klasik yang perlu penanganan terpadu antar sektor, sehingga kebutuhan pupuk dalam jumlah, jenis, lokasi dan waktu harus selalu terpantau sehingga pendistribusian secara tepat dapat terlaksana. Adapun permasalahan ketahanan pangan meliputi:

1. Nilai Tukar Petani (NTP) masih rendah berarti pendapatan dan kesejahteraan petani masih rendah, menyebabkan rendahnya kemampuan ketahanan pangan keluarga

2. Masih rendahnya kualitas dan kuantitas konsumsi pangan yang bergizi 3. Belum optimalnya pengembangan sistem pengamanan pangan 4. Ketrampilan petani masih rendah

5. Distribusi dan ketersediaan pangan yang tidak merata, serta distribusi (waktu dan Lokasi) harga pangan yang tidak merata, serta keberadaan dan fungsi lumbung pangan masyarakat sebagai bagian dari penyangga pangan dan sudah dikenal di kalangan petani belum berjalan secara optimal

6. Prasarana dan sarana distribusi pangan untuk menjangkau seluruh wilayah konsumen belum memadai, sehingga arus lalu lintas pangan antar wilayah dan antar waktu kurang lancar

7. Kelembagaan petani yang belum sepenuhnya berfungsi secara optimal. Arah Kebijakan

Untuk mengatasi permasalahan urusan pertanian yang meliputi pertanian tanaman pangan, peternakan, perkebunan dan perikanan di Kabupaten Probolinggo, maka arah kebijakan pembangunan adalah sebagai berikut:

1. Kebijakan dalam pengamanan ketahanan pangan diarahkan untuk:  Mempertahankan tingkat produksi pangan di Kabupaten Probolinggo  Melakukan penganekaragaman pangan untuk menurunkan

ketergantungan pada beras dengan rekayasa sosial terhadap pola konsumsi masyarakat.

(12)

PENYUSUNAN PERENCANAAN BIDANG PERMUKIMAN KABUPATEN PROBOLINGGO

2. Kebijakan dalam peningkatan efisiensi, produktivitas, produksi, daya saing dan nilai tambah produk pertanian dan perikanan diarahkan untuk:

 Pengembangan usaha pertanian dengan pendekatan terpadu

 Peningkatan daya saing produk pertanian dan perikanan melalui dorongan untuk peningkatan pasca panen dan pengolahan hasil pertanian dan perikanan, peningkatan standar mutu komoditas pertanian dan keamanan pangan serta mengupayakan perlindungan petani/nelayan dari persaingan yang tidak sehat

 Penguataan sistem pemasaran dan manajemen usaha untuk mengatasi resiko usaha pertanian maupun dalam mendukung pengembangan agroindustri

 Peningkatan pemanfaatan sumberdaya perikanan dan kelautan untuk mendukung ekonomi dan tetap menjaga kelestariannya.

3. Kebijakan dalam peningkatan kemampuan petani dan nelayan serta pelaku pertanian dan perikanan lain beserta penguatan lembaga pendukungnya, diarahkan:

 Penyuluhan dan pendampingan petani, termasuk peternak, nelayan, dan pembudidaya ikan

 Menghidupkan dan memperkuat lembaga pertanian dan perdesaan untuk meningkatkan akses petani dan nelayan terhadap sumberdaya produktif

 Peningkatan kemampuan/kualitas SDM pertanian/perikanan  Penerapan standar mutu produk

 Peningkatan penganekaragaman pangan asal hewani dan ikani

 Meningkatkan ketersediaan data dan informasi yang dapat dipertanggungjawabkan, kontinyu dan tepat waktu

 Mengembangkan infrastruktur pendaratan ikan

 Meningkatkan pengamanan lingkungan budidaya peternakan dan perikanan terhadap penyakit hewan menular dan penyakit ikan.

B. Sasaran Percepatan Pembangunan Infrastruktur dan Investasi Daerah

Pembangunan Infrastruktur Daerah dan investasi daerah merupakan sasaran dari Tujuan Meningkatnya Daya Saing Daerah yang meliputi Infrastruktur Sumber daya Air; Transportasi dan Perhubungan; Perumahan dan Pemukiman; Energi dan Ketenagalistrikan serta Tata Ruang.

(13)

PENYUSUNAN PERENCANAAN BIDANG PERMUKIMAN KABUPATEN PROBOLINGGO

1. Sumber Daya Air

Air merupakan kebutuhan pokok manusia untuk melangsungkan kehidupan dan meningkatkan kesejahteraannya. Pembangunan di bidang sumber daya air pada dasarnya adalah upaya untuk memberikan akses secara adil kepada seluruh masyarakat untuk mendapatkan air agar mampu berperikehidupan yang sehat, bersih, dan produktif. Selain itu, pembangunan di bidang sumber daya air juga ditujukan untuk mengendalikan daya rusak air agar tercipta kehidupan masyarakat yang aman. Secara umum sumber air di wilayah Kabupaten Probolinggo bersumber dari air permukaan dan air tanah.

Permasalahan

Berdasarkan telaah dan pengamatan terhadap kondisi sumber daya air di Kabupaten Probolinggo, maka dapat dirumuskan tentang berbagai permasalahan yang terkait dengan sumber daya air ini. Permasalahan-permasalahan tersebut adalah:

 Ketidakseimbangan antara pasokan dan kebutuhan sumber daya air dalam perspektif ruang dan waktu

 Meningkatnya ancaman terhadap keberlanjutan daya dukung sumber daya air, baik air permukaan maupun air tanah

 Menurunnya kemampuan penyediaan Air

 Kurang optimalnya tingkat layanan jaringan irigasi

 Lemahnya koordinasi, Kelembagaan, dan Ketatalaksanaan  Rendahnya kualitas pengelolaan data dan sistem informasi. Arah Kebijakan

Arah Kebijakan untuk mencapai sasaran tersebut adalah:

 Pengelolaan sumber daya air dilaksanakan dengan memperhatikan keserasian antara konservasi dan pendayagunaan, antara hulu dan hilir, antara pemanfaatan air permukaan dan air tanah, antara pengelolaan demand dan supply, serta antara pemenuhan kepentingan jangka pendek dan kepentingan jangka panjang

 Pendekatan vegetatif dalam rangka konservasi sumber-sumber air adalah hal yang sangat perlu dilakukan karena begitu penting fungsi vegetatif dalam konteks lingkungan

 Pendayagunaan sumber daya air untuk pemenuhan kebutuhan air irigasi pada lima tahun ke depan difokuskan pada upaya peningkatan fungsi

(14)

PENYUSUNAN PERENCANAAN BIDANG PERMUKIMAN KABUPATEN PROBOLINGGO

jaringan irigasi yang sudah dibangun tapi belum berfungsi, rehabilitasi pada areal irigasi berfungsi yang mengalami kerusakan, dan peningkatan kinerja operasi dan pemeliharaan

 Operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi diselenggarakan dengan berbasis partisipasi masyarakat dalam seluruh proses kegiatan. Untuk mengendalikan kecenderungan meningkatnya alih fungsi lahan, akan dikembangkan berbagai skema insentif kepada petani agar bersedia mempertahankan lahan sawahnya

 Pendayagunaan sumber daya air untuk pemenuhan kebutuhan air baku diprioritaskan pada pemenuhan kebutuhan pokok rumah tangga terutama di wilayah rawan defisit air, wilayah tertinggal, dan wilayah strategis

 Penanggulangan banjir diutamakan pada wilayah berpenduduk padat dan wilayah strategis. Pengamanan pantai-pantai dari abrasi terutama dilakukan pada daerah pusat kegiatan ekonomi. Pengembangan dan pengelolaan sumber daya air memerlukan penataan kelembagaan melalui pengaturan kembali kewenangan dan tanggung jawab masing-masing pemangku kepentingan

 Penataan dan penguatan sistem pengolahan data dan informasi sumber daya air dilakukan secara terencana dan dikelola secara berkesinambungan sehingga tercipta basis data yang dapat dijadikan dasar acuan perencanaan pengembangan dan pengelolaan sumber daya air.

2. Transportasi dan Perhubungan

Transportasi secara umum berfungsi sebagai katalisator dalam mendukung pertumbuhan ekonomi dan pengembangan wilayah. Pada umumnya infrastruktur transportasi mengemban fungsi pelayanan publik dan sebagai industri jasa. Transportasi merupakan sarana yang membantu pergerakan manusia dari suatu tempat ke tempat lainnya, oleh karena itu perlu adanya suatu pengelolaan yang terpadu sehingga membantu kelancaran bagi manusia untuk melakukan pergerakan interaksi fungsional antar pusat kegiatan satu dengan yang lainnya. Sistem jaringan jalan mempunyai pengaruh yang sangat kuat terhadap pola perkembangan dan pertumbuhan suatu wilayah.

(15)

PENYUSUNAN PERENCANAAN BIDANG PERMUKIMAN KABUPATEN PROBOLINGGO

Tumpuan pergerakan regional dilayani oleh jaringan pergerakan kendaraan bermotor di jalan raya dan sebagian kereta api.

Sistem jaringan jalan di Kabupaten Probolinggo secara keseluruhan didominasi oleh transportasi jalan raya dengan sarana dan prasarana yang telah menjangkau seluruh wilayah kecamatan yang ada. Dalam perkembangannya sampai saat ini prasarana transportasi telah ditingkatkan melalui program-program pembangunan jalan dan jembatan serta rehabilitasi jalan dan jembatan yang ada. Melalui pembangunan dan peningkatan prasarana jalan akan terbentuk suatu sistem jaringan yang mampu melayani pendistribusian barang secara efektif serta upaya mengeliminir permasalahan-permasalahan dalam transportasi.

Ruas jalan yang ada di Kabupaten Probolinggo terbagi dalam 3 kategori yaitu : jalan negara panjangnya 38,21 km dalam kondisi baik, jalan Provinsi sepanjang 54 km. Sedangkan jalan Kabupaten sepanjang 785,82 km. Menurut kondisinya, jalan kabupaten terbagi dalam kondisi baik sepanjang 604,55 km, kondisi sedang sepanjang 69,55 km dan kodisi rusak sepanjang 51,70 km serta kondisi rusak parah sepanjang 60,02 km.

Permasalahan

Berdasarkan telaah dan pengamatan terhadap kondisi prasarana jalan di Kabupaten Probolinggo, maka dapat dirumuskan berbagai permasalahan yang terkait dengan prasarana jalan ini. Permasalahan-permasalahan tersebut adalah :

 Belum optimalnya pengelolaan prasarana jalan dan jembatan  Masih rendahnya jumlah jalan dan jembatan yang mantap  Masih rendahnya jumlah kapasitas jalan

 Masih kurangnya layanan telekomunikasi

 Kurangnya sarana dan prasarana transportasi desa miskin yang mantap  Kurang optimalnya kualitas kerja dan kualitas tingkat kompetensi aparatur  Masih rendahnya aksesibilitas sarana dan prasarana jalan yang

mendukung sektor Pariwisata. Arah Kebijakan

Arah kebijakan pembangunan prasarana Jalan, Jembatan dan Sarana Telekomunikasi di Kabupaten Probolinggo diarahkan pada:

(16)

PENYUSUNAN PERENCANAAN BIDANG PERMUKIMAN KABUPATEN PROBOLINGGO

 Meningkatkan keselamatan trasportasi

 Meningkatkan pengelolaan prasarana jalan dan jembatan

 Penanganan seluruh ruas Jalan dan Jembatan dengan mengutamakan pemeliharaan rutin dan berkala

 Meningkatkan daya dukung dan kapasitas Jalan dan Jembatan untuk mengatasi pertumbuhan lalu lintas

 Membangun prasarana transportasi yang medukung pengembangan daerah terpencil dan perbatasan

 Meningkatkan profesionalisme dan SDM bidang penyelenggara prasarana Jalan dan Jembatan

 Membangun sistem jaringan Jalan yang menunjang kawasan strategis potensial dan pariwisata

 Meningkatkan pelayanan telekomunikasi di seluruh wilayah kecamatan C. Sasaran Pelestarian Lingkungan Hidup dan Pencegahan Bencana

Pelestarian fungsi lingkungan hidup dan pencegahan bencana merupakan sasaran dari Tujuan Meningkatnya Pengelolaan Sumber Daya Yang Berkelanjutan yang meliputi bidang lingkungan hidup.

Konstitusi mengamanatkan bahwa Sumber Daya Alam dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat dan dalam pengelolaan Sumber Daya Alam ini tetap memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan hidup. Fungsi perlindungan lingkungan hidup meliputi pelayanan daerah terhadap manajemen limbah, air limbah, penanggulangan polusi, konservasi sumber daya alam, tata ruang dan pertanahan, penelitian dan pengembangan perlindungan lingkungan hidup serta perlindungan lingkungan hidup lainnya.

Kawasan pantai secara umum merupakan kawasan lindung yang harus dijaga kelestariannya. Kawasan yang harus dilindungi tersebut berupa hutan mangrove. Mangrove selain berfungsi sebagai penangkis ombak yang dapat merusak pantai juga berfungsi sebagai tempat hidup organisme laut. Apabila kegiatan pengrusakan ini tidak segera dikendalikan maka dikhawatirkan akan terjadi kerusakan lingkungan pantai yang lebih parah lagi.

Permasalahan

Permasalahan yang dihadapi dalam Pelestarian fungsi Lingkungan Hidup Dan Pencegahan Bencana Alam, yaitu :

(17)

PENYUSUNAN PERENCANAAN BIDANG PERMUKIMAN KABUPATEN PROBOLINGGO

 Semakin rusaknya habitat ekosistem pesisir dan laut, panjang pantai yang terkena Abrasi mencapai 14 Km dan hutan Mangrove seluas 712 ha tersebar di 7 (tujuh) kecamatan yang menyebabkan perubahan garis pantai, pencemaran laut, dan rusaknya habitat ikan.

 Belum optimalnya pendayagunaan potensi kelautan

 Masih rendahnya kesadaran masyarakat dalam pemeliharaan ligkungan  Adanya keterbatasan data dan informasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Arah Kebijakan

 Peningkatan kelestarian hutan untuk keseimbangan tata air dan lingkungan hidup dengan melibatkan masyarakat sekitar hutan

 Peningkatan kegiatan penghijauan, Rehabilitasi lahan kritis dan Rehabilitasi hutan lindung

 Penegakkan hukum dan peningkatan koordinasi antar daerah dalam rangka pengamanan hutan dan peredaran hasil hutan

 Mengelola dan mendayagunakan potensi sumber daya laut, pesisir secara lestari berbasis kemasyarakatan

 Meningkatkan upaya konservasi laut, pesisir serta merehabilitasi ekosistem yang rusak (terumbu karang dan mangrove)

 Mengendalikan pencemaran dan perusakan lingkungan hidup wilayah pesisir, laut dan perairan tawar

 Meningkatkan peran aktif masyarakat dan swasta dalam pengelolaan sumberdaya laut dan pesisir

 Pengelolaan lingkungan alam dengan penekanan pengendalian kerusakan dan pencemaran lingkungan

 Pengelolaan lingkungan buatan dengan penekanan pengendalian kegiatan yang berakibat kerusakan dan pecemaran lingkungan

 Pengelolaan lingkungan buatan yang penekanan pada kapasitas kelembagaan, sumberdaya manusia, peran pengusaha dan peran masyarakat

 Penegakkan hokum lingkungan agar masyarakat mematuhi peraturan lingkungan yang berlaku

(18)

PENYUSUNAN PERENCANAAN BIDANG PERMUKIMAN KABUPATEN PROBOLINGGO

5.3. Arahan Strategi Sanitasi Kota (SSK)

5.3.1. Visi dan Misi Sanitasi Kabupaten Probolinggo

Visi dari pokja Sanitasi Kabupaten Probolinggo adalah : “Terwujudnya kabupaten Probolinggo sehat dan berwawasan lingkungan melalui sanitasi partisipasipatif tahun 2018”.

Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi. Misi berfungsi sebagai pemersatu gerak, langkah dan tindakan nyata bagi segenap komponen penyelenggara pemerintahan tanpa mengabaikan mandat yang diberikannya. Adapun Misi Sanitasi Kabupaten Probolinggo adalah sebagai berikut

Misi dari buku putih sanitasi Kabupaten Probolinggo adalah :

1. Mewujudkan kualitas lingkungan sehat melalui pembangunan sanitasi yang berwawasan lingkungan.

2. Mewujudkan partisipasi masyarakat melalui penjaringan aspirasi, pemberdayaan, kesetaraan gender dan kebersamaan dalam pembangunan sanitasi

3. Mewujudkan derajat kesehatan masyarakat melalui peningkatan kualitas pelayanan publik sektor sanitasi dan membudayakan prilaku hidup bersih dan sehat.

5.3.2. Tujuan, Sasaran dan Tahapan Pencapaian A. Sub Sektor Air Limbah

Tujuan:

Meningkatkan lingkungan yang sehat dan bersih di Kabupaten Probolinggo melalui pengelolaan air limbah domestik dan industri rumah tangga yang berwawasan lingkungan.

Sasaran:

1. Peningkatan sarana dan prasarana pengelolaan air limbah

2. Tersedianya perencanaan pengelolaan air limbah domestik dan industri rumah tangga skala kabupaten pada akhir tahun 2016.

3. Meningkatnya cakupan kepemilikan jamban keluarga dengan menggunakan tangki septic dari 43,71 % menjadi 73 % untuk rumah tangga miskin pada akhir tahun 2016.

(19)

PENYUSUNAN PERENCANAAN BIDANG PERMUKIMAN KABUPATEN PROBOLINGGO

Tabel 5.2 Tahapan Pencapaian Air Limbah

No Sasaran 2012 2013 2014 2015 2016

1. Peningkatan sarana dan

prasarana pengelolaan air limbah √ √ √ √ √

2. Tersedianya perencanaan pengelolaan air limbah domestik dan industri rumah tangga skala kabupaten pada akhir tahun 2016

√ √ √ √

3. Meningkatnya cakupan

kepemilikan jamban keluarga dengan menggunakan tangki septic dari 43,71 % menjadi 73 % untuk rumah tangga miskin pada akhir tahun 2016 .

6% 6% 6% 6% 6%

4. Tersedianya dan berfungsinya IPAL

Komunal pada akhir tahun 2016 √ √ √ √

B. Sub Sektor Persampahan Tujuan:

Mewujudkan lingkungan yang sehat , nyaman dan bersih di Kabupaten Probolinggo melalui peningkatan kualitas dan kuantitas pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan.

Sasaran:

1. Meningkatnya cakupan layanan pengelolaan persampahan dari 8% menjadi 20% pada akhir tahun 2016

2. Mengurangi timbulan sampah perkotaan post collection hingga 68 m3/hari pada

tahun 2016.

(20)

PENYUSUNAN PERENCANAAN BIDANG PERMUKIMAN KABUPATEN PROBOLINGGO

Tabel 5.3 Tahapan Pencapaian Persampahan

No Sasaran 2012 2013 2014 2015 2016

1 Meningkatnya cakupan

layanan pengelolaan

persampahan dari 8 % menjadi 20% pada akhir tahun 2016

2 2 2 3 3

2 Mengurangi timbulan sampah perkotaan post collection hingga 68 m3/hari pada tahun

2016. 10 m3/hr 10 m3/hr 15 m3/hr 15 m3/hr 18 m3/hr 3 Meningkatnya fasilitas

pengolahan sampah di TPA √ √ √ √

C. Sub Sektor Drainase Lingkungan Tujuan:

Meningkatkan Iingkungan yang sehat dan bersih di Kabupaten Probolinggo melalui penyediaan sarana dan prasarana drainase.

Sasaran:

1.

Tersedianya dokumen manajemen sistem drainase pada wilayah genangan pada akhir tahun 2016

2.

Berkurangnya wilayah genangan dari 74 Ha menjadi 44 Ha pada akhir Tahun 2016 Tabel 5.4 Tahapan Pencapaian Drainase Lingkungan

No Sasaran 2012 2013 2014 2015 2016

1 Tersedianya dokumen manajemen sistem drainase pada wilayah genangan pada akhir tahun 2016

√ √ √ √

2 Berkurangnya wilayah

genangan dari 74 Ha menjadi 44 Ha pada akhir Tahun 2016

(21)

PENYUSUNAN PERENCANAAN BIDANG PERMUKIMAN KABUPATEN PROBOLINGGO

D. Sub Sektor Higiene Tujuan:

Mewujudkan Kabupaten Probolinggo yang sehat dengan membudayakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.

Sasaran:

1. Meningkatnya cakupan PHBS strata utama dan paripurna dari 21,82% menjadi 62% pada Tahun 2016.

2. Meningkatnya peran media dalam promosi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). 3. Peningkatan standar higiene pada masyarakat yang terkena bencana.

Tabel 5.5 Tahapan Pencapaian Higiene

No Sasaran 2012 2013 2014 2015 2016

1 Meningkatnya cakupan PHBS strata utama dan paripurna dari 21,82% menjadi 62% pada Tahun 2016

6% 7% 8% 9% 10,18%

2 Meningkatnya peran media

dalam promosi PHBS √ √ √ √

3 Peningkatan standar higiene pada masyarakat yang terkena bencana

√ √ √ √ √

5.3.3. Strategi Aspek Teknis dan PHBS A. Sub Sektor Air Limbah Domestik

Berdasarkan pertimbangan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang melekat dalam berbagai aspek dan hasil analisis SWOT untuk sektor air limbah, maka strategi teknis yang diarahkan untuk mencapai sasaran pembangunan sektor air limbah tersebut adalah:

1. Peningkatan sarana dan prasarana pengelolaan air limbah a. Penambahan armada penyedot tinja

b. Penambahan IPLT

2. Tersedianya perencanaan pengelolaan air limbah domestik dan industri rumah tangga skala kabupaten pada akhir tahun 2016.

a. Melakukan kajian kelayakan pengelolaan air limbah domestik dan industri rumah tangga sesuai dengan ketentuan peraturan lingkungan hidup

(22)

PENYUSUNAN PERENCANAAN BIDANG PERMUKIMAN KABUPATEN PROBOLINGGO

b. Mengembangkan perencanaan pengelolaan air limbah skala kabupaten pada kawasan potensial (CBD) dan padat penduduk.

c. Meningkatkan pemahaman, kemitraan dan komitmen pengelolaan air limbah domestik dan industri rumah tangga dengan off site system pada wilayah CBD dan wilayah padat.

3. Meningkatnya cakupan kepemilikan jamban keluarga dengan menggunakan tangki septic dari 43,71 % menjadi 73 % untuk rumah tangga miskin pada akhir tahun 2016

a. Mengoptimalkan dan inovasi program stimulus kepemilikan jamban keluarga untuk rumah tangga miskin.

b. Meningkatkan koordinasi antar SKPD untuk mensosialisasikan pentingnya jamban dengan tangki septik.

c. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan stakeholder tentang pengelolaan jamban keluarga sehat.

d. Meningkatkan kebutuhan pengadaan jamban keluarga sesuai standar kesehatan

4. Tersedianya dan berfungsinya IPAL Komunal pada akhir tahun 2016

a. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan stakeholder pengelolaan IPAL komunal industri rumah tangga yang ramah lingkungan.

b. Mengoptimalkan operasi dan pemeliharaan IPAL komunal IRT melalui pengorganisasian pelaku industri.

c. Membangun sarana IPAL komunal industri rumah tangga di wilayah baru. B. Sub Sektor Persampahan

Berdasarkan pertimbangan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang melekat dalam berbagai aspek dan hasil analisis SWOT untuk sektor air limbah, maka strategi teknis yang diarahkan untuk mencapai sasaran pembangunan sektor persampahan tersebut adalah:

1. Meningkatnya cakupan layanan pengelolaan persampahan dari 8% menjadi 20% pada akhir tahun 2016

a. Meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana pengelolaan persampahan skala kabupaten

(23)

PENYUSUNAN PERENCANAAN BIDANG PERMUKIMAN KABUPATEN PROBOLINGGO

c. Meningkatkan jumlah dan kinerja operator layanan persampahan skala kabupaten

d. Mengoptimalkan daya dukung kebijakan pengelolaan persampahan

2. Mengurangi timbulan sampah perkotaan post collection hingga 68 m3/hari pada

tahun 2016.

a. Optimalisasi pengelolaan composting skala desa/kelurahan b. Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang konsep 3 R.

c. Meningkatkan kerja sama dengan pihak swasta terkait pengelolaan sampah. 3. Meningkatnya fasilitas pengolahan sampah di TPA

a. Meningkatkan ketersediaan sarana pengelolaan persampahan di TPA

b. Mengalihfungsikan TPA Leces menjadi pusat daur ulang dan komposting (3R) skala regional

C. Sub Sektor Drainase Lingkungan

Berdasarkan pertimbangan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang melekat dalam berbagai aspek dan hasil analisis SWOT untuk sektor air limbah, maka strategi teknis yang diarahkan untuk mencapai sasaran pembangunan sektor drainase lingkungan tersebut adalah:

1. Tersedianya dokumen manajemen sistem drainase pada wilayah genangan pada akhir tahun 2016

a. Pengembangan perencanaan sistem drainase pada wilayah genangan yang komprehensif dan terintegrasi

b. Pengembangan monitoring dan evaluasi melalui pemuktahiran basis data drainase

2. Berkurangnya wilayah genangan dari 74 Ha menjadi 44 Ha pada akhir Tahun 2016 a. Melaksanakan pembangunan sistem drainase pada wilayah genangan

b. Mengoptimalkan fungsi sistem drainase yang sudah ada

c. Meningkatkan pemahaman, kemitraan dan komitmen pengelolaan drainase lingkungan.

(24)

PENYUSUNAN PERENCANAAN BIDANG PERMUKIMAN KABUPATEN PROBOLINGGO

D. Sub Sektor Higiene

Berdasarkan pertimbangan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang melekat dalam berbagai aspek dan hasil analisis SWOT untuk sektor air limbah, maka strategi teknis yang diarahkan untuk mencapai sasaran pembangunan sektor higiene tersebut adalah:

1. Meningkatnya cakupan PHBS strata utama dan paripurna dari 21,82% menjadi 62% pada akhir Tahun 2016.

a. Mengoptimalkan program Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam PHBS.

b. Meningkatkan kuantitas dan kualitas kader kesehatan lingkungan dalam promosi PHBS.

c. Mengoptimalkan peran instansi pemerintah dan sekolah dalam pemicuan dan penerapan PHBS.

2. Meningkatnya peran media dalam promosi PHBS.

a. Mengembangkan program promosi PHBS yang menarik dan menjangkau semua lapisan masyarakat.

b. Meningkatkan pemahaman tentang PHBS melalui saluran-saluran (media) informasi yang sudah ada.

3. Peningkatan standar higiene pada masyarakat yang terkena bencana alam a. Peningkatan kualitas higiene di wilayah rawan bencana

b. Perbaikan kualitas sarana higiene pada jalur - jalur evakuasi 4. Penurunan angka BABS

a. Meningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya PHBS 5.4. Memorandum Program Sektor Sanitasi (MPSS)

5.4.1. Permasalahan Sub-sektor Sanitasi

Berikut uraian permasalahan – permasalahan pada sub sektor sanitasi yang dihadapi oleh Kabupaten Probolinggo :

A. Sistem Air Limbah :

User Interface: Study EHRA Tahun 2011

Dari hasil Study EHRA angka kepemilikan Jamban Pribadi di Kabupaten Probolinggo masih rendah yaitu 59.60%, sedangkan sisa 40,40% BABnya di WC Umum, maupun di jamban keluarga lain atau tetangga dan di sembarang tempat.

(25)

PENYUSUNAN PERENCANAAN BIDANG PERMUKIMAN KABUPATEN PROBOLINGGO

Masyarakat Kabupaten Probolinggo jumlah KK yang BAB yang terakses pada jamban sehat adalah 58,28 % sedangkan 41,70 % BABnya masih sembarang tembat (OD).

PERSENTASE JUMLAH KK YANG TERAKSES JAMBAN SEHAT DI KABUPATEN PROBOLINGGO

Pengumpulan& Penampungan/ Pengolahan Awal:

Persentase Pembuangan Akhir Tinja :

Tempat penyaluran akhir tinja Rumah Tangga:

Berdasarkan presentase pembuangan akhir tinja di Kabupaten Probolinggo, dari 59,60% tidak semuanya menggunakan tangki septic untuk pembuangan akhir tinja, yaitu presentase jamban dilengkapi tangki septic 29,23% sedangkan non tangki septic sejumlah 70,77%.

40.40% 59.60%

PERSENTASE RUMAH TANGGA YANG MEMILIKI JAMBAN PRIBADI DI KABUPATEN PROBOLINGGO

TIDAK MEMILIKI MEMILIKI Akses Tidak Terakses 41,70 % 58,28 % 50.11% 35.25% 10.00% 4.69%

Tidak ada Air mengalir

(26)

PENYUSUNAN PERENCANAAN BIDANG PERMUKIMAN KABUPATEN PROBOLINGGO

Adapun pembuangan akhir tinja di Kabupaten Probolinggo, septic tank 29,23%, cubluk 43,54%, saluran drainase 2,58%, sungai/danau/pantai/laut 16,76%, kolam/sawah 0,76%, kebun/tanah lapang 5,21%, dan lainnya 0,98%.

Pengangkutan / Pengaliran:Buku Putih Tahun 2011

Hanya ada armada 1 truk penyedot tinja, pembuangan tinja ke lokasi pembuangan yang bersebelahan dengan TPA Seboro, praktek pengurasan tangki Kabupaten Probolinggo 5 – 10 pengurasan tiap bulan. Melihat kondisi tersebut diperlukankegiatan sosialisasi kepada masyarakat akan pentingnya pengelolaan air limbah domestik.

Pengolahan Akhir

Terpusat

Pengelolaan IPLT masih belum optimal sedangkan IPAL terpusat di Kabupaten Probolinggo hanya terdapat 2 lokasi di perumahan PLTU Paiton.

Daur Ulang /

Pembuangan Akhir:

 Pelaksanaan daur ulang pada limbah belum dilakukan, karena volume penyedotan/pengurasan air limbah domestik di Kabupaten Probolinggo relative kecil. Air limbah domestik tersebut habis melalui proses penguapan sebelum dilakukan proses pengelolaan.

B. Lain - lain

Pendanaan:  Relatif rendahnya alokasi pendanaan dari Pemerintah  Belum adanya sektor swasta untuk melakukan investasi

 Belum optimalnya penggalian potensi pendanaan dari masyarakat

Kelembagaan dan Peraturan Undang- Undang

 Belum memadainya perangkat Perda dan legalitas lain (perdes) yang diperlukan dalam pengelolaan

 Belum terpisahnya fungsi regulator dan Operator dalam pengelolaan (saat ini dikelola oleh BLH)

 Masih rendah dan terbatasnya SDM yang terkait pengelolaan

 Rendahnya koordinasi antar instansi dalam penetapan kebijakan

Peran

Masyarakat  Masih rendahnya partisipan masyarakat Terbatasnya penyelenggaraan pengembangan system yang berbasis masyarakat

 Masih kurangnya sosialisasi mengenai pentingnya pengelolaan

 Rendahnya koordinasi antar instansi terkait dalam menggerakkan peran masyarakat

(27)

PENYUSUNAN PERENCANAAN BIDANG PERMUKIMAN KABUPATEN PROBOLINGGO

Tabel 5.6

Permasalahan Utama Sub-sektor Persampahan A. Sistem Persampahan Domestik

User Interface: Study EHRA Tahun 2011

Tingkat Pengolahan Sampah Rumah Tangga (RT) sbb:

 Tingkat layanan penanganan sampah RT : mendapat layanan pengangkutan sampah pada tahun 2011 hanya 2,79 % sedangkan 97,21 % untuk pengelolaan sampahnya dilakukan di rumah tangga secara mandiri dan konvensional (dikubur, dibuang ke sungai, dibuang ke lahan kosong dsb)

 Pengelolaan Sampah pada RT:

 Praktek Pengelolaan Sampah oleh RT:

Sedangkan limbah padat medis (infeksius) di Kabupaten Probolinggo belum dikelola secara optimal, mengingat sebagian besar puskesmas-puskesmas belum dilengkapi alat pengelola limbah padat medis.

NO PENGELOLAAN

PERSENTASE SAMPAH TINGKAT

KABUPATEN 1 Dibuang dan dikubur di lubang galian 2.37% 2 Dibuang di lubang galian dan dibakar 20.10%

3 Dijadikan makanan binatang 0.13%

4 Dikumpulkan di tempat sampah 3.74%

5 Langsung dibakar 49.18%

6 Dibuang sungai/laut/danau 5.09%

7 Dibuang ke lahan kosong 17.41%

8 Dibiarkan 0.77%

9 Lain-lain 1.22%

Pengumpulan

setempat  Jumlah alat angkut sampah kurang mencukupi serta kondisi geomorfologi lahan beraneka ragam terutama di daerah selatan sehingga tidak bisa melayani keseluruhan penduduk.

Penampungan

Sementara (TPS):  Baru ada 60 TPS dari total kebutuhan 89 unit. Serta terdapat 2 TPST di kecamatan Maron dan Kraksaan

2.79%

97.21%

PERSENTASE PENGELOLAAN

SAMPAH RUMAH TANGGA

PENERIMA LAYANAN SAMPAH

NON PENERIMA LAYANAN SAMPAH

(28)

PENYUSUNAN PERENCANAAN BIDANG PERMUKIMAN KABUPATEN PROBOLINGGO

 Dari 60 TPS tersebut sebagian besar terbuat dari pasangan batu bata dan tidak terpelihara serta ada TPS yang tidak berfungsi.

 Diperlukan TPS berupa landasan container dan transfer depo.

Pengangkutan:  Masih kurangnya sarana pengangkut, baru ada 12 truk pengangkut unit yaitu truck armroll 4 unit, dump truck 6 unit, dan truck bak 1 unit, dari total kebutuhan 24 armada pengangkut. Kebutuhan armada pengangkut sampah sangat dibutuhkan karena jumlah Timbulan sampah pada tahun 2011 adalah sebesar 2.098,74 m3/hari dengan komposisi sampah yang didasarkan pada sampling, diperoleh data komposisi sampah Kabupaten Probolinggo didominasi sampah organik 77,56% dan sampah non-organik sebesar 22,44%.

(Semi) Pengolahan Akhir

Terpusat:

 Telah ada 5 kelompok proyek 3R

Daur

Ulang/Pembuangan Akhir:

 Dari 2 TPA yang ada, hanya 1 TPA (TPA Seboro) yang pengelolaannya menggunakan sistem sanitary landfill, sedangkan TPA leces tidak memungkinkan dikembangkan lagi karena lahan yang sempit dan full capasity.

 Luas wilayah Kabupaten Probolinggo yang sangat luas, terdiri dari 24 kecamatan, hanya 16 kecamatan yang dapat dilayani oleh TPA Seboro. Oleh karena itu, diperlukan pengembangan TPA Baru disebelah barat agar akses pelayanan persampahan dapat meningkat.

B. Lain-lain

Dokumen

Perencanaan 

Sudah ada Rencana Induk Pengelolaan Persampahan Kabupaten Probolinggo.

Kapasitas Pengelolaan Sampah

 Cakupan pelayanan pengelolaan persampahan di Kabupaten Probolinggo hanya 1,8% atau 41,59 m3 per hari yaitu meliputi 16 Kecamatan dari 24 Kecamatan.

 Makin besarnya timbulan sampah, belum maksimalnya usaha pengurangan sampah dari sumbernya

 Masih rendahnya kualitas dan tingkat pengelolaan Persampahan

 TPA: dikelola dengan sanitary landfill, jika dikelola dengan 3R dengan baik akan penuh pada tahun 2027.

Kelembagaan  Dinas masih berfungsi sebagai operator dan regulator dan

minimnya koordinasi antara dinas terkait

 SDM kurang memadai, baik dari kuantitas dan kualitas

Pendanaan  Penganggaran terkait pengelolaan persampahan baru mencapai 2% per tahun dari belanja langsung APBD Kabupaten Probolinggo.

 Pengelolaan sampah masih kurang menjadi prioritas.

 Pola penanganan sampah belum optimal.

 Rendahnya dana penarikan restribusi.

Peran Serta

Masyarakat dan Dunia Usaha / Swasta

 Potensi masyarakat belum dikembangkan secara sistematis.

 Belum maksimalnya investasi dunia usaha/swasta, hanya terdapat 2 perusahaan di Kecamatan Paiton yang mengelola sampah, yaitu sampah dari perumahan PLTU Paiton.

Peraturan Perundangan

dan penegakan

hukum:

 Penerapan sanksi hukum dari Perda belum efektif

 Belum tersosialisasinya ketentuan penanganan sampah terhadap masyarakat

(29)

PENYUSUNAN PERENCANAAN BIDANG PERMUKIMAN KABUPATEN PROBOLINGGO

Tabel 5.7

Permasalahan Utama Sub-sektor Drainase Lingkungan A. Sistem Drainase Lingkungan

User Interface:  Lama genangan bila terjadi banjir yang lebih dari 1 hari: 2% dari total wilayah atau 3.409,33 Ha.

Penampungan / Pengolahan Awal:

 grey water masih bercampur dengan saluran drainase dan saluran irigasi, serta kurangnya sumur resapan.

Pengangkutan /

Pengaliran:  Kondisi drainase lingkungan berdasarkan hasil EHRA 2011:

Data lain

berdasarkan hasil EHRA Juni 2011:

 Ditemukan bahwa sekitar 4,80% rumah tangga memiliki lingkungan sekitar rumah yang terdapat genangan air.

 Pada umumnya, drainase lingkungan masih menjadi satu antara pembuangan air hujan (pematusan air hujan) dan saluran limbah rumah tangga (grey water).

 Porsi belanja fisik sub sektor drainase masih 0,833%. Rp 2,5 pd milyar pada th 2012.

 Prosentase panjang saluran drainase yang berfungsi baik masih 45,25%.

 Akses masyarakat terhadap sarana drainase lingkungan masih 49,89%

 Luas area genangan 3.409,33 Ha (di Kec. Banyuanyar, Tiris, Kraksaan, Pajarakan, Gending, Dringu, Leces, Tongas, Paiton dan Sumberasih).

B. Lain - lain

Dokumen

Perencanaan  Terdapatnya master plan drainase dan dokumen perencanaan lainnya pada prioritas Ibu Kota Kabupaten di Kecamatan Kraksaan. 50.11% 35.25% 10.00% 4.69% Tidak ada Air mengalir Tidak mengalir Kering

(30)

PENYUSUNAN PERENCANAAN BIDANG PERMUKIMAN KABUPATEN PROBOLINGGO

Tabel 5.8

Permasalahan Utama Aspek PHBS

Berdasarkan hasil EHRA Juni 2011, maka:

Masih rendahnya kesadaran sebagian kecil masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat didukung dengan pola hidup masyarakat yang berdampak pada penurunan kualitas lingkungan tempat tinggal. Lemahnya kepedulian masyarakat dan pengambil kebijakan terhadap program-program yang bersifat preventif dan promotif (pencegahan dan promosi).

5.4.2. Sasaran Prioritas

Berikut resume Sasaran prioritas yang akan dicapai pada pembangunan Sektor Sanitasi dan Aspek PHBS sampai dengan periode Tahun 2017.

Sub Sektor Air Limbah

1. Peningkatan sarana dan prasarana pengelolaan air limbah

2. Tersedianya perencanaan pengelolaan air limbah domestik dan industri rumah tangga skala kabupaten pada akhir tahun 2017.

3. Meningkatnya akses jamban sehat dari 58,28 % menjadi 70 % pada akhir tahun 2017.

4. Meningkatnya cakupan kepemilikan jamban dengan menggunakan tangki septic dari 29,23 % menjadi 39,23 % untuk rumah tangga miskin pada akhir tahun 2017.

5. Tersedianya dan berfungsinya IPAL Komunal pada akhir tahun 2017 Sub Sektor Persampahan

1. Meningkatnya cakupan layanan pengelolaan persampahan di Kabupaten Probolinggo dari 2,79 % menjadi 8 % pada akhir tahun 2017.

2. Mengurangi timbulan sampah perkotaan post collection hingga 68 m3/hari pada tahun 2017.

3. Meningkatnya fasilitas pengolahan sampah di TPA Sub Sektor Drainase Lingkungan

1. Tersedianya dokumen manajemen sistem drainase pada wilayah genangan pada akhir tahun 2017

2. Berkurangnya wilayah genangan dari 3.409,33 Ha menjadi 3.309,33 Ha pada akhir Tahun 2017

Aspek PHBS

1. Meningkatnya cakupan PHBS dari 19,39 % pada th 2011 menjadi 65 % pada Tahun 2017.

2. Meningkatnya sosialisasi dalam promosi PHBS.

3. Peningkatan standar higiene pada masyarakat yang terkena bencana. 4. Mendukung penurunan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian

Bayi (AKB) di Kabupaten Probolinggo, yaitu kurang dari 100 per 100.000 kelahiran hidup untuk AKI dan

(31)

PENYUSUNAN PERENCANAAN BIDANG PERMUKIMAN KABUPATEN PROBOLINGGO

5.5. Arahan Rencana Kawasan Agropolitan 5.5.1. Struktur Ruang

Penentuan struktur ruang Kabupaten Probolinggo merupakan tahap awal dari kegiatan integrasi spasial dalam pengembangan wilayah. Struktur tata ruang kawasan agropolitan Kabupaten Probolinggo dibentuk dalam suatu sistem tata ruang yang terintegrasi agar dapat mengoptimalkan peran dan pertumbuhan masing-masing kecamatan yang termasuk kawasan agropolitan berdasarkan potensi yang dimilikinya serta saling melengkapi dalam pemenuhan kebutuhan pelayanan.

Perencanaan pusat dan sub pusat pengembangan wilayah di kawasan agroplitan Kabupaten Probolinggo meliputi pengembangan sistem kawasan dan sarana prasarana pendukung, sehingga akan memberikan perhatian utama pada penataan sistem kawasan dan sarana prasarana pendukung yang terintegrasi dalam ruang. Suatu sistem yang terintegrasi akan memberikan akses yang potensial bagi penduduk di seluruh wilayah terhadap pasar yang beragam, berbagai fasilitas perkotaan dan input yang berguna bagi pengembangan pertanian.

Pembentukan struktur ruang kawasan agropolitan Kabupaten Probolinggo akan mengacu pada kebijakan struktur ruang wilayah Kabupaten Probolinggo dengan modifikasi agar dapat mengakomodasi pengembangan ruang kegiatan sektor ekonomi unggulan.

Pusat kegiatan perkotaan di Kabupaten Probolinggo ditentukan oleh analisis skalogram untuk menentukan pusat kegiatan dan wilayah pelayanandalam skala regional dan lokal yang secara langsung mempengaruhi sistem perkotaan di Kabupaten Probolinggo. Untuk membentuk pusat kegiatan yang terintegrasi dan berhirarki di Probolinggo dengan:

a. PKW Kota Probolinggo dengan fungsi pelayanan pusat pemerintahan, pendidikan, kesehatan, olah raga, perdagangan dan jasa;

b. Pengembangan dan pemantapan Perkotaan Kraksaan sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) sekaligus berfungsi sebagai ibukota kabupaten;

c. Pengembangan perkotaan Pusat Kegiatan Lokal promosi (PKLp) yaitu perkotaan Tongas, Perkotaan Wonomerto, Perkotaan Leces, Perkotaan Gading dan Perkotaan Paiton;

d. Pengembangan perkotaan ibukota kecamatan yang bukan sebagai PKLp yaitu sebagai Pusat Pelayanan Kawasan PPK meliputi perkotaan Pajarakan, perkotaan Krejengan, perkotaan Maron, perkotaan Lumbang, perkotaan Sumberasih,

(32)

PENYUSUNAN PERENCANAAN BIDANG PERMUKIMAN KABUPATEN PROBOLINGGO

perkotaan Sukapura, perkotaan Bantaran, perkotaan Kuripan, perkotaan Sumber, perkotaan Dringu, perkotaan Gending, perkotaan Banyuanyar, perkotaan Tegalsiwalan, perkotaan Krucil, perkotaan Tiris, perkotaan Kotaanyar, perkotaan Besuk dan perkotaan Pakuniran;

e. Pengembangan Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) yaitu Desa Jorongan Kecamatan Leces, Desa Randuputih Kecamatan Dringu, Desa Krucil, Kecamatan Krucil, Desa Ngepung, Kecamatan Sukapura, Desa Tukul, Kecamatan Sumber, Desa Jatisari, Kecamatan Kuripan, Desa Tempuran, Kecamatan Bantaran, Desa Sumberbulu, Kecamatan Tegalsiwalan, Desa Banyuanyar Tengah, Kecamatan Banyuanyar, Desa Mojolegi, Kecamatan Gading, Desa Glagah, Kecamatan Pakuniran, Desa Kedungrejoso, Kecamatan Kotaanyar, Desa Randu Merak, Kecamatan Paiton, Desa Sumberan, Kecamatan Besuk, Desa Sentong, Kecamatan Krejengan, Desa Karanggeger, Kecamatan Pajarakan, Desa Brumbungan Kidul, Kecamatan Maron, Desa Klaseman, Kecamatan Gending, Desa Poh Sangit Lor, Kecamatan Wonomerto, Desa Purut, Kecamatan Lumbang, Desa Tambakrejo, Kecamatan Tongas dan Desa Pesisir, Kecamatan Sumberasih.

5.5.2. Pola Ruang

Pola pemanfaatan ruang meliputi batas-batas kawasan lindung dan kawasan budidaya, letak, ukuran dan fungsi kawasan lindung dan budidaya. Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian kemampuan lingkungan hidup mencakup sumberdaya alam, sumberdaya buatan guna kepentingan pembangunan bekelanjutan. Pengelolaan kawasan lindung adalah upaya penetapan, pelestarian dan pengendalian pemanfaatan kawasan lindung.

Pengembangan kawasan budidaya melingkupi kawasan yang ditetapkan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya buatan. Kawasan budidaya yang ada di wilayah Kabupaten Probolinggo terdiri dari berbagai penggunaan kegiatan budidaya, antara lain:

1. Hutan Produksi

Kawasan hutan produksi adalah kawasan hutan yang dibudidayakan dengan tujuan diambil hasil hutannya baik hasil hutan kayu maupun non kayu. Kawasan ini merupakan kawasan hutan yang diperuntukkan guna produksi hasil hutan untuk

(33)

PENYUSUNAN PERENCANAAN BIDANG PERMUKIMAN KABUPATEN PROBOLINGGO

memenuhi keperluan masyarakat pada umumnya dan khususnya pembangunan, mendukung pengembangan industri dan ekspor. Kawasan hutan produksi saat tersebar di 30 kabupaten - kota di Jawa Timur yang terbagi menjadi 31 KPH (Kesatuan Pemangku Hutan), merupakan unit perum perhutani yang mengelola hutan produksi pada kawasan tertentu. KPH di wilayah Provinsi Jawa Timur terdapat 23 wilayah kawasan pemangku hutan yang berfungsi untuk mengawasi sumberdaya hutan. Hutan produksi yang dibagi menjadi tiga kelompok, yakni hutan jati rimba, hutan lindung dan kawasan konservasi. Adapun wilayah KPH tersebut adalah KPH Padangan, KPH Bojonegoro, KPH Parengan, KPH Jatirogo, KPH Tuban, KPH Ngawi, KPH Madiun, KPH Saradan, KPH Nganjuk, KPH Jombang, KPH Mojokerto, KPH Madura, KPH Lawu dan sekitarnya, KPH Kediri, KPH Blitar, KPH Malang, KPH Pasuruan, KPH Probolinggo, KPH Jember, KPH Bondowoso. KPH Banyuwangi Selatan, KPH Banyuwangi Utara, KPH Banyuwangi Barat.

2. Kawasan Pertanian

Provinsi Jawa Timur memiliki luas baku sawah irigasi teknis 991.678 Ha. Sebagai wilayah penghasil padi dan tanaman pangan lain atau sebagai lumbung padi nasional, maka lahan pertanian beririgasi teknis harus dipertahankan bahkan ditambah luasnya. Kawasan penghasil padi ini terdapat di seluruh wilayah, akan tetapi pasokan terbesar berasal dari wilayah: Kabupaten Banyuwangi, Jember, Lumajang, Magetan, Nganjuk, Ngawi, Lamongan, Bojonegoro, Blitar, Malang, Pasuruan, Sidoarjo. Saluran irigasi teknis harus dipertahankan dan dilakukan peningkatan irigasi sederhana dalam skala wilayah.

3. Kawasan Perikanan

Produksi perikanan di Jawa Timur rata-rata sebesar 300.000 ton per tahun. Wilayah paling banyak menghasilkan ikan khususnya ikan laut adalah pantai utara Jawa, Kabupaten Sumenep, Selat Bali. Pantai Selatan Jawa Timur memiliki prospek pengembangan ikan yang sangat besar, akan tetapi belum dimanfaatkan dan dikembangkan secara optimum.

 Kawasan perikanan tangkap,

Pengembangan kawasan perikanan laut di Jawa Timur memiliki prospek yang bagus, didukung oleh: pengembangan pelabuhan perikanan Brondong yang terletak di pantai Utara Jawa Timur, pengembangan pelabuhan perikanan di Muncar – Banyuwangi, dan Prigi – Trenggalek. Pengembangan Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) di Muncar Kabupaten Banyuwangi, Puger Kabupaten

(34)

PENYUSUNAN PERENCANAAN BIDANG PERMUKIMAN KABUPATEN PROBOLINGGO

Jember, Pondokdadap Sendang Biru Kabupaten Malang, Mayangan Kota Probolinggo, Paiton Kabupaten Probolinggo dan Lekok Kabupaten Pasuruan.  Perikanan budidaya air laut,

Kawasan yang memiliki prospek dalam pengembangan perikanan budidaya air laut adalah Kabupaten Blitar, Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Lamongan, Kabupaten Malang, Kabupaten Pamekasan, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Sampang, Kabupaten Sumenep, Kabupaten Situbondo, Kabupaten Tuban, Kabupaten Trenggalek dan Kabupaten Tulungagung.

4. Kawasan Perkebunan

Provinsi Jawa Timur dikembangkan berdasarkan fungsi kawasan dan potensi yang ada pada daerah masing-masing berdasarkan prospek ekonomi yang dimiliki. Pengembangan kawasan perkebunan diarahkan untuk meningkatkan peran serta, efisiensi, produktivitas dan keberlajutan, dengan mengembangkan kawasan industri masyarakat perkebunan yang selanjutnya disebut KIMBUN. Kimbun di Kabupaten Probolinggo termasuk dalam Kimbun Bromo – Tengger – Semeru yang meliputi: Kabupaten Malang, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Lumajang, Kabupaten Probolinggo. Kimbun Bromo – Tengger – Semeru di Kabupaten Probolinggo dengan komoditi yang dikembangkan antara lain kopi, tebu, kelapa dan cengkeh.

5. Peternakan

Sentra peternakan ternak besar di Provinsi Jawa Timur, meliputi Kabupaten Blitar, Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Bondowoso, Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Jember, Kabupaten Kediri, Kabupaten Lumajang, Kabupaten Malang, Kabupaten Magetan, Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Sumenep, Kabupaten Situbondo, Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Tulungagung dan Kabupaten Tuban.

6. Kawasan Pariwisata

Pengembangan pariwisata dilakukan melalui penataan kawasan wisata terdiri atas: penetapan obyek/atraksi unggulan, kota pusat pelayanan pariwisata, dan jalur wisata. Upaya pengembangan wisata Provinsi Jawa Timur ini juga tetap dikaitkan dengan pusat pariwisata nasional yakni: Jakarta, Jogja, dan Bali sebagai satu kesatuan tujuan wisata nasional sekaligus untuk menarik minat pengunjung. Arahan pengembangan kawasan pariwisata untuk Kabupaten Probolinggo

(35)

PENYUSUNAN PERENCANAAN BIDANG PERMUKIMAN KABUPATEN PROBOLINGGO

termasuk dalam kawasan pengembangan pariwisata koridor tengah. Kawasan pengembangan pariwisata koridor tengah, terdiri dari Kabupaten Magetan, Kabupaten Ngawi, Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Madiun, Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Kediri, Kabupaten Jombang, Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Probolinggo berupa obyek wisata Air terjun Madakaripura, Kabupaten Situbondo dan Kabupaten Bondowoso. 7. Kawasan Permukiman

Kawasan permukiman merupakan kawasan diluar kawasan lindung yang digunakan sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian masyarakat yang berada di wilayah perkotaan dan perdesaan Provinsi Jawa Timur, dengan mempertimbangkan kelestarian lingkungan dan diupayakan tidak melakukan peralihan fungsi terhadap lahan pertanian teknis. Adapun kriteria pengembangan kawasan permukiman di wilayah Kabupaten Probolinggo masuk dalam kategori pengembangan permukiman pada kawasan pariwisata di sekitar Gunung Bromu-Tengger-Semeru

8. Kawasan Industri

Pengembangan Kawasan Industri di Jawa Timur dikembangkan berdasarkan ketersediaan bahan baku, ketersediaan tenaga kerja, permintaan pasar, ketersediaan infrastruktur dan perkembangan wilayah. Rencana pengembangan kawasan industri di Jawa Timur didasarkan pada kecenderungan perkembangan lokasi kawasan industri di Jawa Timur saat ini dan potensi kawasan. . Kawasan-kawasan industri yang perlu dikembangkan dan optimalisasi pengendalian diwilayah Kabupaten Probolinggo adalah Kawasan Industri Gerbang Mas dan Kawasan Industri Paiton.

9. Kawasan Pertambangan

Provinsi Jawa Timur merupakan wilayah yang kaya akan hasil tambang, terutama: tambang, bahan galian dan berbagai sumberdaya mineral. Berdasarkan sebaran bahan galian tambang di Jawa Timur, maka dapat dibagi kedalam tiga zona. Kabupaten zona tengah dengan kelompok yang dikembangkan pada mineral agregat dan kelompok alumino silikat serta mineral lempung. Pada perkembangannya, kawasan Dataran Hyang berdasarkan penelitian yang telah dilakukan memiliki potensi dikembangkan pertambangan gas bumi yang tidak merusak lingkungan.

(36)

PENYUSUNAN PERENCANAAN BIDANG PERMUKIMAN KABUPATEN PROBOLINGGO

10. Kawasan Perdagangan

Kawasan perdagangan secara umum merata tersebar di seluruh wilayah Provinsi Jawa Timur, dalam skala besar perdagangan terkon wilayah yang memiliki kelengkapan fasilitas dan sarana penunjangnya pada kota besar seperti Surabaya, Malang, Madiun, Kediri, Jember, Probolinggo dan sebagainya. Kawasan perdagangan di Jawa Timur memiliki beberapa skala dimana pengembangan perdagangan dalam skala regional ditandai oleh adanya pasar induk, dan grosir. Kawasan perdagangan ini memiliki dampak pengembangan wilayah yang cukup besar, sehingga berbagai dampak perkembangan kegiatan khususnya transportasi, perumahan, pertokoan harus ditata sebagai satu kesatuan sistem. Rencana pengembangan dan penataan kawasan perdagangan di Kabupaten Probolinggo pada kawasan perdagangan skala regional pada kawasan pusat kota dan sekitar akses Pantura.

Gambar

Tabel 5.1 Kawasan Andalan Probolinggo – Pasuruan – Lumajang  Kawasan
Tabel 5.2 Tahapan Pencapaian Air Limbah
Tabel 5.3 Tahapan Pencapaian Persampahan
Tabel 5.5 Tahapan Pencapaian Higiene
+5

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Jumlah Saham yang ditawarkan 412.981.464 Saham Biasa Atas Nama dengan Nilai Nominal Rp.

Abstrak: Tujuan Penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang permasalahan upaya Kepala Madrasah dalam mensukseskan penerapan kurikulum 2013 di Madrasah Aliyah

Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan program Strata 1 ( S1 ) pada Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang. Peneliti

Pada kegiatan pengabdian ini dilaksanakan pertemuan dengan kelompok tani mitra yaitu Kelompok Tani Jaya dan Kelompok Tani Karya Jaya, kegiatan ini dilaksanakan oleh tim

1 Segera baringkan penderita pada alas yang keras. Kaki diangkat lebih tinggi dari kepala untuk meningkatkan aliran darah balik vena, dalam usaha memperbaiki curah jantung dan

:  Menunjukkan perilaku responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan listrik statis dan dampaknya bagi kehidupan

Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan, maka dari penelitian ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut, pertama, terdapat pengaruh

Fungsi PGPR bagi tanaman yaitu mampu memacu pertumbuhan dan fisiologi akar serta mampu mengurangi penyakit atau kerusakan oleh serangga. Fungsi lainnya yaitu