• Tidak ada hasil yang ditemukan

KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN PULAU MOROTAI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN PULAU MOROTAI"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

V - 1

KETERPADUAN STRATEGI

PENGEMBANGAN KABUPATEN

PULAU MOROTAI

5.1. ARAHAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN/KOTA 5.1.1. Kawasan Strategis Kabupaten

Dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang Kabupaten Pulau Morotai ditetapkan beberapa Kawasan Strategis. Adapun yang dimaksud dengan kawasan strategis kabupaten adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh yang cukup penting dalam lingkup kabupaten/kota terhadap pengembangan ekonomi, sosial, budaya dan atau lingkungan. Kawasan strategis yang terdapat di wilayah Kabupaten Pulau Morotai ada dua, yaitu Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tilei sebagai Kawasan Strategis Kabupaten, dan Kawasan Strategis Nasional Daruba sebagai Kawasan Strategis Nasional. Kawasan tersebut memilki nilai potensi dan peluang investasi serta perkembangan perekonomian yang cukup potensial dan menjadi daya tarik yang tinggi apabila ditindaklanjuti dengan sungguh-sungguh dan dengan perencanaan/manajemen yang matang.

1. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tilei

Rencana penetapan kawasan strategis Tilei sebagai kawasan strategis merupakan kebijakan dan keputusan yang tepat sebagai langkah awal memotivasi laju pertumbuhan perekonomian Kabupaten Pulau Morotai. Lokasi kawasan strategis ini terdapat di sebagian besar wilayah barat selatan Kabupaten Pulau Morotai dengan luas areal kawasan sekitar 260 Ha. Kawasan ini mampu menjadi pusat pertumbuhan sendiri yang akan menarik minat investasi di Kabupaten Pulau Morotai. Apalagi KEK Tilei langsung berhadapan dengan kawasan pulau-pulau kecil di sebelah barat pulau Morotai yang sangat potensial untuk dikembang sebagai kawasan perikanan budi daya dan pengembangan pariwisata bahari.

Potensi Kawasan ekonomi khusus tilei adalah sebagai berikut : (1) Masih tersedianya cukup lahan untuk menunjang kegiatan industri (260 ha); dan (2) Secara lokasi, langsung berhadapan dengan potensi perikanan budi daya dan tangkap.

(2)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

V - 2

2. Kawasan Strategis Nasional Daruba

Penetapan kawasan strategis strategis nasional Daruba merupakan ketetapan dari RTRW Nasional. Kawasan ini merupakan ibu kota Kabupaten Pulau Morotai. Beberapa isu strategis terkait Kawasan Strategis Nasional Darubai adalah: (1) Ibu kota Kabupaten Pulau Morotai yang merupakan Kabupaten Perbatasan negara; (2) Di kawasan ini terdapat Landasan Pitu yang merupakan landasan bersejaran peninggalan Perang Dunia ke dua.

Sebagai kawasan strategis nasional, maka perencanaan tata ruang rincinya menjaidi tanggung jawab Pemerintah Pusat.

Tabel 5.1. Identifikasi Kawasan Strategis Kabupaten Berdasarkan RTRW

Kawasan Strategis Kabupaten Sudut

Kepentingan

Lokasi/Batas Kawasan

kawasan ekonomi khusus (KEK) Bere-bere Ekonomi Kecamatan Morotai Utara

kawasan perkotaan di Kota Daruba Ekonomi Kecamatan Morotai Selatan

kawasan kota terpadu mandiri di Dehegila, Ekonomi Kecamatan Morotai Selatan Barat

kawasan megapolitan Tilei (Kecamatan Morotai Selatan Barat) dan Bere-bere (Kecamatan Morotai Utara)

Ekonomi Kecamatan Morotai Selatan Barat, Kecamatan Morotai Utara

kawasan Navy Base di Kecamatan Morotai Selatan.

Ekonomi

(3)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

V - 3

(4)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

V - 4 5.1.2. Arahan Pengembangan Pola Ruang dan Struktur Ruang

Arahan Pengembangan Pola Ruang terkait dengan pembangunan Bidang Cipta Karya antara lain:

1. Permukiman dan Pusat Pelayanan Perkotaan

Kawasan perkotaan adalah kawasan yang memiliki ciri utama kegiatan non pertanian (seperti perdagangan, jasa, industri), merupakan tempat konsentrasi penduduk dengan kepadatan tinggi, pusat pelayanan sosial ekonomi bagi wilayah belakangnya dan pusat pemerintahan. Di Kabupaten Pulau Morotai di indikasikan terdapat 5 (lima) kawasan perkotaan. Untukpengembangan kegiatan perkotaan di Kabupaten Pulau Morotai sampai tahun 2030 adalah:

a. Perkotaan Daruba, diarahkan sebagai pusat kegiatan ekonomi di wilayah Kabupaten Pulau Morotai di masa datang, sebagai ibu kota kabupaten, sebagai kawasan kegiatan strategis nasional (kawasan perbatasan), serta sebagai kawasan ekonomi khusus. namun melihat kondisi perkotaan saat ini maka perlu ada beberapa penambahan sarana pelayanan sosial ekonomi dan prasarana dasarnya, sehingga dapat menjadi motor pemacu pembangunan. Kegiatan ekonomi utama yang perlu di pacu di perkotaan Daruba adalah perdagangan, industri, jasa, pelabuhan, bandara dan pergudangan disamping fungsi lain sebagai pusat pemerintahan dan pelayanan sosial (kesehatan dan pendidikan). Pengembangan fisik kota lebih cenderung berkembang secara linier mengikuti garis pantai, namun alangkah baiknya jika diarahkan menjadi perkembangan konsentrik dengan CBD sebagai titik sentralnya yang mengarah pada daratan dan untuk kepentingaan mitigasi bencana maka ketinggan tempat adalah di atas 5 meter dari permukaan laut, sehingga perlu juga disiapkan jalan mitigas yang menuju secara linear ke arah ketingggan/pegunungan..

b. Perkotaan Wayabula, lebih di arahkan sebagai pusat kegiatan kawasan ekonomi khusus sehingga posisinya juga adalah sebagai pusat kegiatan lokal (PKL I) yang diarahkan sebagai perkotaan jasa, perdagangan dan industri skala regional. Prasarana dasar yang ada saat ini perlu dikembangkan khususnya air bersih, drainase dan persampahan serta pengembangan pelabuhan laut.

c. Perkotaan Berebere, di arahkan sebagai pusat kegiatan lokal I (PKL I) sedangkan sangowo dan sopi di arahkan sebagai pusat kegiatan lokal II (PKL II) dalam pengembangannya lebih diarahkan pada upaya pembangunan sarana dan prasarana dasar perkotaan serta pengembangan sektor perdagangan, transportasi, industri dan agribisnis.

2. Permukiman dan Pusat Pelayanan Perdesaan

(5)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

V - 5

a. Wilayah desa yang mempunyai potensi cepat berkembang dan dapat meningkatkan perkembangan desa sekitarnya;

b. Desa-desa yang memiliki potensi untuk tumbuhnya investasi; c. Dapat berfungsi sebagai pusat perantara wilayah;

d. Dapat berfungsi sebagai tempat penyediaan pelayanan pada desa-desa sekitarnya; e. Ketersediaan sarana dan prasarana wilayah yang lebih lengkap dibandingkan

desa-desa sekitarnya.

Berdasarkan kriteria-kriteria diatas, maka pusat pelayanan perdesaan adalah pusat-pusat wilayah selain 5 kota yang telah ditetapkan di atas (yakni : Daruba, Wayabula, Berebere, Sangowo, Sopi. Pengembangan kawasan permukiman perdesaan di Kabupaten Pulau Morotai sampai tahun 2030, adalah:

a. Pembangunan sarana dan prasarana permukiman perdesaan yang memadai terutama penyediaan air bersih, jalan dan listrik.

b. Penataan pusat-pusat perdesaan sehingga memberikan kesan yang asri, indah dan fungsional.

c. Perbaikan perumahan penduduk sehingga terpenuhinya persyaratan rumah tinggal yang layak huni.

d. Pengembangan permukiman perdesaan di masa datang lebih diorientasikan ke lahan-lahan pertanian atau lahan usaha penduduknya dengan konsep kawasan pertanian, perikanan dan perkebunan serta ekowisata.

(6)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

V - 6

Tabel 5.2. Rencana Pola Ruang Kabupaten Pulau Morotai Tahun 2030

Pola Ruang

II.2 Kawasan budidaya intensif

(7)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

V - 7

Pola Ruang

Luas Areal

Penggunaan Lain (APL)

Hutan Lindung

(HL)

Hutan Produksi

Konvesi (HPK)

Hutan Produksi Terbatas (HPT)

Perairan/ Danau

Ha %

Kawasan Perkantoran Pemda 11 0.00 11 Zona Pusat Industri Energi Kelautan Terpadu 419 0.17 419 Zona Pusat Industri Pengolahan Perikanan 54 0.02 53 Zona Pusat Pengembangan Bioteknologi Kelautan 1 0.00 1 Zona Marine Ecotourism Park 69 0.03 9 60 Kawasan Industri Kopra 353 0.15 134 20 108 Perkebunan 31246 12.83 6890 3984 17101 2879 Hutan Produksi Promosi 19990 8.21 2257 5555 5418 6739 Kawasan Ekonomi Khusus 267 0.11 43 224

TPLB 16495 6.77 10160 1765 3891 478

TPLK 8117 3.33 2367 3657 1888

TOTAL LUAS 243522 100 30873 100027 53775 57753 24

(8)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

V - 8

Arahan pengembangan jaringan drainase meliputi :

1. Saluran primer adalah jaringan yang terletak pada jalan-jalan kolektor primer (Trans Morotai) yang mengalirkan limbah ke laut.

2. Saluran sekunder adalah jaringan yang terletak pada jalan penghubung dan jalan lingkungan yang mengalirkan limbah ke saluran primer.

3. Saluran tersier adalah saluran yang menampung buangan dari rencana industri pusat-pusat kegiatan perikanan baik tangkap maupun budi daya, pertanian / perkebunan dan pariwisata serta rumah tangga ke saluran sekunder.

5.2. ARAHAN PERATURAN DAERAH TENTANG BANGUNAN GEDUNG

Kabupaten Pulau Morotai sampai dengan saat ini belum memiliki Peraturan Daerah mengenai Bangunan Gedung. Status penyusunan Peraturan Daerah Bangunan Gedung Kabuapten Halmahera Utara telah sampai pada tahapan telah Ranperda tapi belum

Prolegda. Berdasarkan prosesnya, Perda Bangunan Gedung Kab. Pulau Morotai masih

harus melalui satu tahapan lagi yaitu tahapan prolegda dan pembahasan di DPRD. Setelah melalui tahapan tersebut maka Perda Bangunan Gedung dinyatakan legal sehingga bisa digunakan dan secara otomatis naik dari KSN klaster B menjadi KSN klaster A bersama dengan Kota Ternate dan Kab. Halmahera Tengah

5.3. ARAHAN RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (RTBL) 5.4.1. Program Bangunan dan Lingkungan

Program bangunan dan lingkungan merupakan penjabaran lebih lanjut dari perencanaan dan peruntukan lahan yang diproyeksikan untuk kurun waktu tertentu. Memuat jenis, jumlah, besaran/luasan bangunan gedung serta kebutuhan ruang terbuka hijau, fasilitas umum, fasilitas sosial, prasarana aksesbilitas, pencahayaan dan penyehatan lingkungan, baik berupa penataan prasarana dan sarana yang sudah ada maupun baru. Penyusunan program bangunan dan lingkungan Kawasan Daruba dilakukan melalui analisis Kawasan Daruba terkait dampak lingkungan, analisis pengembangan pembangunan berbasis potensi Kawasn Daruba serta peran serta masyarakat, sehingga menghasilkan program bangunan dan lingkungan konsep dasar perancangan tata bangunan dan lingkungan.

Adapun strategi dan program bangunan dan lingkungan yang dihasilkan antara lain:

1. Zona A Pelabuhan

Diarahkan dengan strategi penataan pemanfaatan ruang, dan keluaran program sebagai berikut:

a. Peningkatan kualitas bangunan melalui Penataan bangunan (fasade) koridor jalan Proklamasi, pembangunan pintu gerbang pelabuhan dan bangunan ruang tunggu penumpang.

b. Program Peningkatan kualitas koridor jalan Proklamasi dengan menata perparkiran, trotoar dan PKL.

c. Program penataan pasar ikan

d. Peningkatan penanganan masalah persampahan dengan pengadaan TPS

(9)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

V - 9

f. Pembangunan jalan akses menuju dermaga lengkap dengan perabot jalan g. Penyediaan rambu jalur evakuasi bencana tsunami

2. Zona B Permukiman dan Perdagangan Jasa

Diarahkan dengan strategi pengendalikan kawasan permukiman dan perdagangan jasa, dan program sebagai berikut:

a. Program penataan permukiman padat dengan KIP b. Pengendalian intensitas bangunan

c. Pengadaan infrastruktur pendukung seperti air bersih dan peningkatan layanan listrik d. Peningkatan kualitas kegiatan kenelayanan dengan menyediakan dermaga tambatan

perahu serta fasilitas penyimpanan dan pengolahan ikan.

e. Pelestarian kawasan dengan Pemeliharaan dan penguatan karakteristik fisik bangunan rumah

f. Penyediaan rambu jalur evakuasi bencana tsunami

3. Zona C Fasum, Permukiman dan RTH

Diarahkan dengan strategi peningkatan fungsi kawasan, dengan keluaran program sebagai berikut:

a. Pembangunan dan penataan landscape lapangan sebagai ruang publik b. Penyediaan fasilitas pendukung ruang publik

c. Perbaikan kualitas jalan menuju fasilitas umum dan ruang publik

4. Zona D Fasum, Perdagangan dan Permukiman

Diarahkan dengan strategi pengendalian pemanfaatan ruang, dan keluar program sebagai berikut:

a. Peningkatan dan penataan kualitas bangunan fasilitas umum b. Peningkatan kualitas jalan merdeka dan perabot jalan

c. Pembangunan jalan lingkungan d. Pengendalian intensitas bangunan

5. Zona E Permukiman, Perdagangan dan Konservasi

Diarahkan dengan strategi pengendalian pemanfaatan ruang, dan keluaran program sebagai berikut:

a. Pengendalian kawasan terbangun sekitar pesisir

b. Penataan/pengendalian permukiman dengan kualitas lingkungan yang memadai terutama di area genangan air

c. Peningkatan program KIP di lingkungan permukiman nelayan d. Peningkatan sistem drainase dan sanitasi lingkungan

e. Peningkatan kualitas jalan lingkungan dan RTH

(10)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

(11)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

(12)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

(13)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

(14)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

(15)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

V - 15 5.4.2. Rencana Umum dan Panduan Rancangan

5.4.2.1. Rencana Umum

Rencana Umum merupakan ketentuan-ketentuan tata bangunan dan lingkungan pada suatu lingkungan/kawasan yang memuat rencana peruntukan lahan makro dan mikro, rencana perpetakan, rencana tapak, rencana sistem pergerakan, rencana aksesibilitas lingkungan, rencana prasarana dan sarana lingkungan, rencana wujud visual bangunan, dan Ruang Terbuka Hijau.

A. Struktur Peruntukan Lahan

1. Peruntukan Lahan Makro

Rencana peruntukan lahan makro wilayah perencanaan, didasarkan pada visi kawasan yaitu “Daruba sebagai kawasan perkotaan strategis dengan potensi bahari dan sejarah yang berwawasan lingkungan”.

a. Kawasan perkotaan strategis berarti melalui simpul transportasi, pergerakan dan penataan jaringan jalan pada kawasan terutama disekitar pelabuhan yang merupakan pusat kegiatan strategis yang berada di Kawasan Daruba, pembangunan kawasan yang baru juga di usahakan tetap mempertakankan identitas kawasan sebagai kawasan perkotaan strategis dengan menggunakan sistem transportasi yang dapat menunjang segala kegiatan dan interaksi dengan wilayah sekitar.

b. Pengembangan kawasan yang berpotensi bahari ditujukan untuk memanfaatkan potensi Kawasan Daruba yang berada di wilayah pesisir pantai. Pengembangan kawasan waterfront city diharapkan dapat meningkatkan kondisi fisik lingkungan wilayah di sepanjang pantai sehingga dapat dijadikan sebagai daerah tujuan rekreasi pantai.

c. Potensi sejarah dalam artian, pengembangan Kawasan Daruba tetap mempertahankan identitas kawasan sebagai kawasan strategis dengan menggunakan arsitektur bangunan khas lokal, yang berada pada koridor jalan prokamasi.

d. Berwawasan lingkungan dalam artian pengembangan Kawasan Daruba didasarkan pada aspek-aspek kelestarian lingkungan seperti kelestarian sempadan pantai, sungai, dan terutama Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebagai public space dan penyangga lingkungan yang merupakan aset bagi Kawasan Daruba.

Rencana penggunaan lahan terdiri dari kawasan permukiman, perdagangan dan jasa, pemerintahan, fasilitas sosial dan pelayanan umum, dan Ruang Terbuka Hijau (RTH). a. Kawasan Permukiman

Dalam rencana pengembangan lahan Kawasan Daruba secara makro telah ditetapkan bahwa rencana pengembangan perumahan mencakup semua pusat kawasan, sebagai berikut:

1) Zona A Pelabuhan dikembangkan fasilitas perumahan seluas 0,5 Ha

2) Zona B Permukiman dan Perdagangan Jasa direncanakan fasilitas perumahan seluas 3 Ha

3) Zona C Fasum, Permukiman dan RTH direncanakan fasilitas perumahan seluas 5 Ha

(16)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

V - 16

5) Zona E Permukiman, Perdagangan dan Konservasi direncanakan fasilitas perumahan seluas 19 Ha

b. Kawasan Pemerintahan

Dalam perencanaan penggunaan lahan Kawasan Daruba secara makro pusat pelayanan pemerintah akan masuk ke dalam pusat sekunder yaitu pusat pengembangan kota baru yang menjadi pusat pelayanan kawasan kota yang direncanakan berlokasi di sekitar Jalan Merdeka dan Jalan Siswa, yang termasuk dalam Zona D Fasum, Perdagangan dan Permukiman.

c. Kawasan Perdagangan

Rencana tempat perdagangan di wilayah perencanaan diarahkan sebagai kawasan pusat perdagangan serta sub pusat perdagangan guna menunjang kegiatan masyarakat dan visi sebagai kawasan perkotaan strategis, dengan dikembangkannya kawasan perdagangan diharapkan mampu mendukung perkembangan aktivitas penduduk dengan menyediakan ruang untuk kegiatan perdagangan atau perekonomian bagi penduduk Kawasan Daruba. Kawasan perdagangan ini berfungsi sebagai pusat pelayanan dengan skala perdagangan regional untuk masing-masing wilayah. Rencana pengembangan kawasan perdagangan ini tersebar pada seluruh kawasan pengembangan lahan secara makro, hal ini dilakukan mengingat bahwa kawasan perdagangan berkaitan erat dengan fungsi pelayanan yang mencakup skala kota hingga regional.

d. Fasilitas Sosial dan Pelayanan Umum

Penempatan fasilitas pendidikan yaitu TK, SD, SLTP dan SMU dan fasilitas olahraga diorientasikan sesuai dengan ketersediaan fasilitas pendidikan dan olahraga berdasarkan kondisi eksisting.

Penambahan fasilitas pendidikan, TK, SD, SLTP dan SMU berdasarkan hasil analisa, direncanakan sebagai berikut:

1) Zona A Pelabuhan tidak direncanakan penambahan fasilitas pendidikan

2) Zona B Permukiman dan Perdagangan Jasa, direncanakan penambahan fasilitas pendidikan TK sebanyak 1 unit dan SD sebanyak 1 unit

3) Zona C Fasum, Permukiman dan RTH, direncanakan penambahan fasilitas pendidikan TK sebanyak 2 unit, SD sebanyak 2 unit, SLTP 1 unit dan SLTA 1 unit.

4) Zona D Fasum, Perdagangan dan Permukiman, direncanakan penambahan fasilitas pendidikan TK 3 unit, SD 1 unit, SLTP 1 unit dan SLTA 1 unit.

5) Zona E Permukiman, Perdagangan dan Konservasi, direncanakan penambahan fasilitas pendidikan TK 9 unit, SD 5 unit, SLTP 2 unit dan SLTA 2 unit.

(17)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

V - 17

e. Kawasan Ruang Terbuka Hijau

Ruang Terbuka Hijau (RTH) merupakan salah satu perwujudan dari aspek fungsi ruang terbuka suatu kawasan. Aspek fungsional ini memberi wadah bagi sistem penghubung, dimana segala bentuk aktivitas masyarakat berlangsung dan sebagai daerah resapan air, pengatur suhu kawasan, dan juga menurunkan kadar gas CO di udara. Luasan lahan yang berfungsi sebagai Ruang Terbuka Hijau tetap dipertahankan minimal hingga perbandingan lahan antara kawasan terbangun dengan areal ruang terbuka mencapai 70% dibanding 30%. Rencana kawasan hijau di Kawasan Daruba meliputi pekarangan yang direncanakan pada masing-masing persil bangunan, rekreasi dan olahraga. Untuk Ruang Terbuka Hijau yang berupa taman kota terletak di Desa Darame, Jalan Siswa berseberangan dengan Asrama Brimob.

2. Peruntukan Lahan Mikro

Rencana peruntukan lahan mikro mencakup luasan lahan di dalam persil atau tapak bangunan yang meliputi perbandingan lahan terbangun dan lahan tidak terbangun di dalam persil lahan. Proporsi peruntukan lahan mikro dapat diketahui dari intensitas bangunan yang mencakup KDB, KLB, serta ketinggian dan jumlah lantai bangunan. Standart penentuan KDB maksimal di wilayah perencanaan adalah perumahan 50-60%, peribadatan 50%, perdagangan kavling kecil 40-50%, perdagangan kavling besar 60%, industri 60-70%, pendidikan 50-60%, perkantoran dan pemerintahan 50%, bangunan umum 50% dan kesehatan 50%.

Jumlah lantai bangunan maksimal di wilayah perencanaan adalah 3 lantai untuk peribadatan, pendidikan, perkantoran dan fasilitas kesehatan. Untuk perdagangan maksimal 4 lantai dan untuk perumahan maksimal 2-3 lantai. Ketinggian bangunan tiap lantai berkisar 5 meter, hal ini berarti bahwa ketinggian maksimal di wilayah perencanaan sebagian besar 15 meter dengan 3 lantai yang berada di sepanjang jalan Kawasan Daruba. Lantai bangunan dengan jumlah 3 lantai direncanakan pada kawasan di sebelah timur, sedangkan untuk kawasan sebelah barat yang mendekati laut direncanakan dengan jumlah lantai bangunan maksimal 2 lantai untuk perdagangan, fungsi lainnya (permukiman, pendidikan, dll) ditetapkan maksimal 1 lantai

Peruntukan lahan mikro sebagai peruntukan lahan tertentu di kawasan perencanaan terdiri dari 5 Zona yaitu:

a. Zona A, rencana peruntukan lahan pada Zona Pelabuhan adalah untuk

perdagangan dan jasa serta pelabuhan

b. Zona B direncanakan sebagai kawasan dengan peruntukan lahan perdagangan dan

jasa, serta perumahan.

c. Zona C, rencana peruntukan lahan pada Zona ini adalah fasum, perumahan, dan

RTH

d. Zona D, rencana peruntukan lahan pada zona ini adalah fasum, perdagangan dan

permukiman

e. Zona E, direncanakan sebagai kawasan dengan peruntukan permukiman,

(18)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

V - 18

(19)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

V - 19 B. Intensitas Pemanfaatan Lahan

1. Koefisien Dasar Bangunan

KDB (Koefisien Dasar Bangunan) merupakan angka persentase perbandingan antara luas seluruh lantai dasar bangunan gedung yang dapat dibangun dan luas lahan/tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai. Penetapan KDB dengan menghitung perbandingan antara luas lantai dasar bangunan atau luas lantai yang ditutupi bangunan dengan luas perpetakan/luas keseluruhan dikalikan 100%. Persyaratan-persyaratan pengendalian KDB ini dikerjakan baik untuk tertib bangunan rapat, ataupun tertib bangunan renggang.

Nilai Koefisien Dasar Bangunan untuk wilayah perencanaan disesuaikan dengan jenis peruntukan bangunan. Beberapa pertimbangan untuk penentuan nilai KDB adalah :

KDB untuk perumahan direncanakan dengan nilai 50-60%. Luasan kapling perumahan yang cenderung lebih besar direncanakan 60%, sedangkan kapling kecil atau yang berada pada koridor utama direncanakan dengan KDB 50%. Sehingga luas lahan tidak terbangun yang disediakan selaras dengan luasan kapling dan bangunan.

KDB bangunan perdagangan dan jasa direncanakan dengan nilai 40-50% untuk perdagangan di sepanjang koridor jalan utama dan 60% untuk bangunan komersial di area permukiman penduduk atau di wilayah pesisir.

Untuk bangunan fasilitas umum direncanakan dengan nilai KDB 50-60 %. Lahan tidak terbangun diperuntukkan untuk mengakomodasi parkir dan ruang terbuka hijau/non hijau.

2. Koefisien Lantai Bangunan

Koefisien Lantai Bangunan (KLB) yaitu angka prosentase perbandingan antara jumlah seluruh luas lantai, seluruh bagunan yang dapat dibangun dan luas lahan/tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai.

Tujuan dalam pengendalian KLB harus memperhatikan amplop bangunan, yang bertujuan untuk:

a. Mengendalikan kepadatan bangunan

Mengendalikan koridor udara dan visual, dan mengatur tata lingkungan dan bangunan.

Berdasarkan tujuan tersebut, maka rencana KLB di wilayah perencanaan adalah sebagai berikut:

a. Kawasan sebelah barat, yang mendekati laut/pesisir memiliki KLB 50-60% untuk semua fungsi peruntukan (perumahan, perdagangan jasa dan fasilitas umum) b. Kawasan sebelah timur, memiliki KLB 150-200% untuk perdagangan dan jasa,

(20)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

V - 20

3. Koefisien Daerah Hijau

Angka persentase perbandingan antara luas seluruh ruang terbuka di luar bangunan gedung yang diperuntukkan bagi pertamanan/penghijauan dan luas tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai.

Untuk setiap jenis bangunan yang ada di wilayah perencanaan ditetapkan dengan nilai Koefisien Dasar Hijau minimum 10 persen terhadap luas kapling. Namun, untuk fasilitas perdagangan dan jasa, perkantoran, pendidikan, peribadatan dan industri/pergudangan direncanakan minimal 20%.

4. Koefisien Tapak Besment

Angka persentase perbandingan antara luas tapak besmen dan luas tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai.

(21)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

V - 21

(22)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

V - 22 C. Tata Bangunan

1. Rencana Blok Lingkungan

a. Bentuk dan Ukuran Blok

Pengembangan dengan sistem blok dilakukan bila ada pihak yang membebaskan seluruh area yang dibatasi secara fisik oleh jalan atau saluran. Bila dalam area yang akan dibebaskan terdapat bangunan yang mempunyai nilai kesejarahan atau nilai arsitektural yang khas, maka pengembangan blok harus diarahkan untuk mempertahankan eksistensi bangunan tersebut.

b. Konfigurasi dan Pengelompokan Blok

Bentuk blok lingkungan yang dipertahankan adalah bentuk linier agar bentuk blok bangunan lebih teratur dengan konfigurasi berupa figur figuratif yaitu luasan ruang terbuka lebih besar dibandingkan dengan luasan lahan yang terbangun. Konfigurasi bangunan berbentuk figur figuratif diterapkan untuk menghasilkan konsep bangunan yang harmonis dan menyatu antara bangunan dan penghijauan guna menciptakan bangunan yang terintegrasi dengan lingkungan. Bentuk blok bangunan pada Zona B, C, D, E dan blok bangunan yang berada di luar kawasan pelabuhan memiliki konfigurasi ground figuratif dengan ruang terbangun lebih mendominasi dari ruang terbuka.

2. Rencana Garis Sempadan Bangunan

Garis sempadan bangunan merupakan “Street line set back” yang berarti jarak

bangunan terhadap jalan, dimana garis ini sangat penting dalam mengatur tingkat keteraturan kedudukan massa bangunan pada jalan-jalan di perkotaan. Di samping itu, kedudukan ini juga melindungi kepentingan pemakai jalan agar mempunyai pandangan yang luas sewaktu mengendarai kendaraan bermotor.

Kemunduran bangunan/setback merupakan pengaturan tentang tata letak suatu bangunan pada tapak dengan mempertimbangkan massa terhadap garis jalan (street line) dengan pemunduran bangunan serta muka bangunan. Pengaturan kemunduran bangunan sendiri merupakan modifikasi terhadap building envelope dan ketinggian maksimal daripada bangunan. Adapun rencana penetapan Garis Sempadan Muka Bangunan Kawasan Daruba adalah:

Tabel 5.3. Rencana Garis Sempadan Bangunan (GSB) Kawasan Daruba Tahun 2021

No Nama Jalan ROW GSB

1 Jalan Proklamasi 10 Permukiman: 4 meter Fasum, gudang; 5 meter 2 Jalan Ahmad Syukur 10 Permukiman: 4 meter

Fasum, gudang; 5 meter 3 Jalan Merdeka 20 Permukiman: 4 meter

Fasum, gudang; 8 meter 4 Jalan Bambu Kuning 20 Permukiman: 7 meter

Fasum, gudang; 8 meter 5 Jalan Siswa 10 Permukiman: 4 meter

(23)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

V - 23

Fasum, gudang; 8 meter 7 Jalan Perkantoran 20 Permukiman: 7 meter

Fasum, gudang; 8 meter Sumber: Hasil Rencana, Tahun 2011

Garis sempadan bangunan pada wilayah perencanaan memiliki nilai yang berbeda sesuai dengan nilai Rumija masing-masing ruas jalan. Arahan garis sempadan bangunan disesuaikan dengan rumus perhitungan GSB yaitu 1 m + 1/2 ROW jalan, kecuali untuk bangunan yang berada pada jalan dengan ROW lebar dan menggunakan median jalan, maka sempadan depan dihitung 1 m + 1/2 jarak median jalan. Maksud dari adanya GSB ini adalah untuk memberikan ruang aman bagi pemanfaatan ruang jalan dari gangguan bangunan yang ada disampingnya.

3. Garis Sempadan Pantai

Perlindungan terhadap sempadan pantai dilakukan untuk melindungi wilayah pantai dari kegiatan yang mengganggu kelestarian fungsi pantai. Kriteria sempadan pantai adalah daratan sepanjang tepian yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.

Daratan sepanjang tepian yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai:

Pada kawasan perkotaan dengan tinggi gelombang < 2 m lebar sempadan 30 – 75

meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.

Pada kawasan perkotaan dengan tinggi gelombang > 2 m lebar sempadan 50 – 100

meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.

Diluar kawasan perkotaan dengan tinggi gelombang < 2 m lebar sempadan 100 – 200

meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.

Diluar kawasan perkotaan dengan tinggi gelombang > 2 m lebar sempadan 150 – 250

(24)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

V - 24

(25)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

V - 25

4. Rencana Petak Lahan

Sistem perpetakan digunakan sebagai salah satu cara untuk mengendalikan pengembangan fisik bangunan, ditinjau dari pemilikan atau penguasaan tanahnya. Adapun arahan rencana perpetakan lahan pada wilayah perencanaan lebih diarahkan untuk pembentukan kavling.

Rencana penataan petak lahan tetap mempertahankan kavling-kavling yang ada serta menunjang pengembangan kavling baru dengan luasan lebih dari 1500 m2 guna mendukung perananan wilayah perencanaan. Setiap tapak lahan harus memiliki ruang terbuka di dalam tapak yang digunakan untuk parkir. Rencana perpetakan lahan pada wilayah perencanaan adalah sebagai berikut :

a. Kawasan pelabuhan direncanakan memiliki perpetakan lahan dengan klasifikasi I-II, yaitu klasifikasi petak lahan dengan luas > 2500 untuk klasifikasi petak I, dan 1000 – 2500 m2 untuk klasifikasi petak II

b. Kawasan perdagangan dan jasa direncanakan memiliki perpetakan lahan dengan klasifikasi III-IV, yakni kavling sedang-besar dengan luasan 600-1000 m2 untuk kavling besar dan 250-600 m2 untuk klasifikasi sedang.

c. Guna lahan perumahan direncanakan memiliki perpetakan lahan klasifikasi V dan VI, yakni kavling kecil-sangat kecil dengan luasan 100-250 untuk kavling kecil dan 50-100 untuk kavling sangat kecil

d. Guna lahan perkantoran direncanakan memiliki perpetakan lahan dengan sistem blok.

5. Rencana Tampilan Bangunan

Tampilan bangunan dan lingkungan pada wilayah perencanaan diarahkan untuk dikembangkan dengan mengacu pada konsep pengembangan Kawasan Daruba sebagai kawasan strategis dengan potensi bahari dan berwawasan lingkungan. Rencana bangunan harus seimbang dengan kondisi lingkungan sekitarnya serta memberikan kenyamanan bagi masyarakat yang bertempat tinggal maupun yang datang ke Kawasan Daruba.

a. Bentuk arsitektur bangunan menggunakan konsep laras, laras varian dan kontras untuk menciptakan irama bangunan pada masing-masing koridor jalan.

b. Mempertimbangkan pengembangan wilayah perencanaan sebagai Kawasan Strategis.

(26)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

V - 26

d. Bangunan yang berada di masing-masing zona merupakan bangunan individu berupa perumahan. Tampilan bangunan direncanakan menggunakan konsep laras, kontras.

e. Perkantoran pada wilayah perencanaan direncanakan untuk tetap memperhatikan arsitektur lokal dengan konsep laras, varian.

f. Orientasi bangunan tetap direncanakan menghadap jalan, hal ini sesuai dengan kensep pengembangan konvigurasi blok lingkungan di wilayah perencanaan yang berbentuk linier maupun linier tertutup.

6. Rencana Ketinggian dan Elevasi Lantai Bangunan

a. Ketinggian Bangunan

Perencanaan ketinggian maksimum bangunan disesuaikan dengan kondisi bangunan terhadap jalan, daya dukung lahan terhadap bangunan, skala dan proporsi, serta tidak berdampak negatif terhadap lingkungan. Pengaturan ketinggian bangunan pada wilayah perencanaan adalah sebagai berikut:

Tabel 5.4. Rencana Ketinggian dan Elevasi Lantai Bangunan Kawasan Daruba Tahun 2021 Segmen/Unit

Lingkungan Keterangan Fungsi bangunan

Ketinggian

perkantoran, fasum 18-21 3

Zona C

Perumahan 15 3 Perdagangan dan jasa,

perkantoran, fasum 18-21 3

Zona D Perumahan 15 3

Perdagangan dan jasa,

perkantoran, fasum 18-21 3 Zona E Mendekati area pesisir

(Jalan Ahmad Syukur ke Utara)

Perumahan 5 1

Jalan Ahmad Syukur

(sepanjang koridor jalan) Perumahan 15 3 Perdagangan dan jasa,

(27)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

V - 27

b. Garis langit bangunan

Garis langit bangunan berfungsi untuk menciptakan suatu bentuk jenjang hierarki antara massa bangunan yang satu dengan massa bangunan yang lainnya. Garis langit atau Skyline di wilayah perencanaan terkesan datar serta monoton. Di dalam rencana pengembangan, garis langit dibuat lebih bervarian dengan cara mengatur ketinggian bangunan di wilayah perencanaan sehingga menghasilkan skyline yang berbentuk harmonis dan sekuensial. Untuk menciptakan garis langit yang varian maka dibentuk pola bangunan klimaks dan antiklimaks.

D. Sistem Sirkulasi dan Jalur Penghubung 1. Rencana Jaringan Jalan dan Pergerakan

Secara umum, jaringan jalan utama ini sudah mencapai seluruh Kawasan Daruba. Khususnya bagian sebelah utara merupakan kawasan yang belum terjangkau oleh jaringan jalan utama. Untuk menciptakan sistem jaringan jalan yang efisien dan optimal, maka pengembangan jaringan jalan yang akan dilakukan ditekankan pada beberapa pendekatan sebagai berikut:

a. Pengembangan jaringan jalan ditekankan untuk menciptakan akses yang menghubungkan tiap-tiap pusat kegiatan baik pusat kegiatan yang telah ada maupun pusat kegiatan yang akan dikembangkan.

b. Selain berfungsi pelayanan, pengembangan jaringan jalan juga dimaksudkan untuk berfungsi sebagai unsur yang mengarahkan perkembangan kegiatan.

c. Untuk menciptakan sistem pergerakan yang optimal, maka dalam pengembangan jaringan jalan yang akan dilakukan, perlu disertai dengan penciptaan sistem jaringan jalan yang sistematis menurut fungsinya

d. Pengembangan jaringan jalan dilakukan dengan mengantisipasi terciptanya sistem transportasi terpadu yang mengakomodasikan keterpaduan pengembangan antar moda.

Rencana jaringan jalan pada kawasan perencanaan adalah sebagai berikut:

a. Pembangunan jalan baru untk mendukung pengembangan waterfront city pada

wilayah perencanaan. Jalan tersebut direncanakan akan dibangun pada Zona A Kawasan Pelabuhan yang merupakan lokasi yang berdekatan dengan pantai.

b. Pembangunan jalan-jalan lingkungan di seluruh wilayah perencanaan untuk

mendukung lalu lintas.

2. Hierarki jalan

(28)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

V - 28 Memperbaiki kualitas jalan lingkungan yang terdapat di kawasan perencanan yaitu dengan cara mengubah perkerasan jalan yang berupa tanah menjadi perkerasan aspal. Hal ini dilakukan untuk mempermudah jalur transportasi dalam menuju maupun keluar dari kawasan tersebut.

Memperbaiki kondisi jalan yang rusak khususnya pada jalur utama kawasan perencanaan seperti adanya lubang pada badan jalan sehingga mengganggu para pengguna jalan.

Penambahan panjang dan lebar jalan untuk menuju tempat-tempat yang terletak jauh dari pusat Kecamatan, hal digunakan untuk memperlancar arus lalu lintas yang ada. Pelebaran jalan dilakukan pada ruas Jalan Kemakmuran, ruas jalan ini direncanakan memiliki lebar rumija 30 meter.

Untuk penambahan jalan baru, perlu disesuaikan dengan kondisi perumahan untuk tahun yang akan datang.

Secara umum rencana hierarki jalan pada kawasan perencanaan kedepannya adalah pada adanya pelebaran jalan, perawatan dan pemeliharaan secara maksimal terhadap kualitas perkerasan jalan.

3. Jenis pergerakan dan sirkulasi kendaraan

Kondisi pergerakan yang terdapat pada wilayah perencanaan berupa pergerakan kendaraan dan orang yang berasal dari satu tempat menuju tempat lain seperti pergerakan masyarakat dari rumah menuju tempat kerja maupun menuju sekolah. Jenis pergerakan yang terdapat di wilayah perencanaan berupa pergerakan kendaraan bermotor, pergerakan barang dan pergerakan orang dari satu titik menuju titik yang lain. Untuk pengembangan pergerakan kedepannya berupa pemisahan antara jalur kendaraan bermotor dan tidak bermotor baik jalur kendaraan umum dan jalur kendaraan pribadi sehingga tercipta sirkulasi kendaraan yang baik.

a. Sirkulasi kendaraan umum

Sirkulasi kendaraan merupakan jalur masuk dan keluar kendaraan, pada wilayah perencanaan saat ini belum ada pemisahan yaitu masih menggunakan sirkulasi kendaraan dua arah tanpa median jalan.

Sirkulasi atau pergerakan kendaraan di wilayah perencanaan terbagi menjadi dua, yaitu sirkulasi makro pada wilayah perencanaan dan sirkulasi mikro pada unit lingkungan di wilayah perencanaan. Rencana sirkulasi kendaraan secara makro di kawasan perencanaan tetap mempertahankan sirkulasi kendaraan dua arah pada masing-masing jalan, namun harus ada median jalan yang memisahkan sehingga dapat mengurangi gangguan kemacetan pada masa mendatang.

(29)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

V - 29

b. Sirkulasi kendaraan pribadi

Sirkulasi kendaraan pribadi yang sebagian besar adalah mobil dan sepeda motor disebabkan oleh adanya tarikan dan bangkitan yang berupa sarana pendidikan dan permukiman. Dominasi jumlah kendaraan yang lewat adalah pengendara yang berangkat dari rumah mereka atau pulang dari tempat kerja. Pergerakan dalam kota akan menggunakan sebuah jaringan jalan yang ada, baik jalan lokal primer maupun jalan kolektor primer. Volume kendaraan pribadi yang melewati jalan utama di wilayah perencanaan tidak terlalu padat, sehingga tidak terdapat adanya kemacetan. Hal ini membuktikan bahwa tingkat pelayanan jalannya masih sangat baik.

Sedangkan untuk jalur keluar masuknya antara kendaraan umum dengan kendaraan pribadi sama dimulai dari jalan masuk utama menuju wilayah perencanaan serta dibuat arus kendaraan dua arah dengan median ditengahnya. Untuk jalur kendaraan pribadi bebas tidak seperti jalur angkutan umum, jalur kendaraan pribadi boleh melewati semua ruas-ruas jalan yang terdapat di kawasan perencanaan.

c. Sirkulasi orang dan barang

Sirkulasi orang pada umumnya berupa pergerakan yang dilakukan masyarakat ke berbagai tujuan, misalnya menuju beberapa fasilitas dan sarana pada wilayah perencanaan. Pergerakan orang dalam wilayah perencanaan ditunjang oleh jaringan jalan yang ada dengan moda berupa kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. Sirkulasi orang menggunkan semua hirarki jalan di wilayah perencanaan yaitu hirarki jalan kolektor primer, lokal primer, dan jalan lingkungan.

Sirkulasi barang berupa pergerakan kendaraan pengangkut barang menuju kawasan pelabuhan dan kawasan perdagangan jasa. Sirkulasi barang dibatasi hanya pada jalan-jalan dengan hirarki kolektor, hal ini untuk mencegah terjadinya pergerakan barang pada hirarki jalan yang lebih kecil terkait dengan kapasitas jalan dan tingkat pelayanannya.

d. Rencana Morfologi Jaringan Jalan

Rencana morfologi jaringan jalan pada wilayah perencanaan adalah dengan memperlebar lebar badan jalan eksisting, dengan arahan pengembangan sebagai berikut:

1) Jalan kolektor diperlebar hingga ROW 20 m dan bandan jalan 15 m (dua lajur dua arah terpisah/dua jalur), yang mencakup Jl. Merdeka, Jalan Bambu Kuning, Jalan Perkantoran

2) Jalan kolektor diperlebar 12 m, di Jalan Proklamasi dan 10 m di Jalan Ahmad Syukur

3) Jalan lokal diperlebar hingga 10 m, yang mencakup Jalan Jalan lingkungan dengan lebar

(30)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

V - 30 E. Sistem Ruang Terbuka dan Tata Hijau

Rencana pengembangan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Daruba, tetap mengacu pada peraturan perundangan yang berlaku untuk penataan RTH. Dengan prosentase untuk RTH Publik 20% dari luas wilayah perencanaan dan 10% untuk RTH Privat. Berikut adalah rencana pengembangan RTH di wilayah perencanaan:

1. RTH Publik

a. RTH Berbentuk Jalur

Ruang Terbuka Hijau berbentuk jalur akan direncanakan di sepanjang koridor jalan, median jalan dan pulau jalan.

1) Koridor jalan: jalur hijau dikembangkan diseluruh koridor jalan pada wilayah perencanaan, dengan lebar tata hijau yang berbeda-beda setiap koridor jalan.

- Jalan Kolektor (Jalan Proklamasi, Jalan Merdeka, Jalan Ahmad Syukur):

Jalan Proklamasi dengan lebar hijau 1 meter Jalan Merdeka dengan lebar hijau 1,5 meter Jalan Ahmad Syukur dengan Lebar hijau 1 meter

- Jalan Lokal (Jalan Perkantoran, Jalan Siswa): lebar hijau 1 meter - Jalan Lingkungan: lebar hijau

2) Median jalan

Di rencanakan di Jalan merdeka, dengan lebar 1 meter 3) Pulau jalan

Persimpangan Jalan Proklamasi, Jalan Merdeka dan Jalan Ahmad Syukur 4) Pedestrian jalan: jalur hijau dikembangkan diseluruh koridor jalan pada wilayah

perencanaan, dengan lebar tata hijau yang berbeda-beda setiap koridor jalan.

- Jalan Kolektor (Jalan Proklamasi, Jalan Merdeka, Jalan Ahmad Syukur) - Jalan Lokal (Jalan Perkantoran, Jalan Siswa)

- Jalan Lingkungan

Rencana jenis vegetasi untuk RTH koridor jalan adalah sebagai berikut:

1) Vegetasi koridor jalan: Glodokan tiang, angsana, glodokan biasa, palem ekor tupai, palem putri

2) Vegetasi median jalan: Bunga Kertas, Bougenvile, Pohon Sapu Tangan, Rumput, Teh-tehan Pangkas, Palem Botol

3) Vegetasi pulau jalan: Bunga Kertas, Bougenvile, Pohon Sapu Tangan, Rumput, Teh-tehan Pangkas, Palem Botol, Kembang Sepatu, Oleander, Puring, Sepatu Dea

b. RTH Berbentuk Area

Ruang Terbuka Hijau (RTH) berbentuk area di rencanakan dalam bentuk taman alun-alun kota, lapangan dan tempat bermain.

4) Taman alun-alun kota diarahkan di lahan terbuka di Jalan Siswa

5) Untuk lapangan dan tempat bermain di arahkan disetiap Zona Kawasan Perencanaan

2. RTH Tertentu

(31)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

V - 31

Sungai Bertanggul Sungai Tak Bertanggul

Garis sempadan sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan ditetapkan sekurang-kurangnya 3 m di sebelah luar sepanjang kaki tanggul;

Garis sempadan sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan ditetapkan sekurang-kurangnya 5 m di sebelah luar sepanjang kaki tanggul;

Dengan pertimbangan untuk peningkatan fungsinya, tanggul dapat diperkuat, diperlebar dan ditinggikan yang dapat berakibat bergesernya garis sempadan sungai;

Kecuali lahan yang berstatus tanah negara, maka lahan yang diperlukan untuk tapak tanggul baru sebagai akibat dilaksanakannya ketentuan sebagaimana dimaksud pada butir 1) harus dibebaskan.

Sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 m, garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 10 m dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan;

Sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 3 m sampai dengan 20 m, garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 15 m dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan;

Sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 20 m, garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 30 m dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.

b. Pemakaman

Untuk penyediaan RTH pemakaman, maka ketentuan bentuk pemakaman adalah sebagai berikut:

1) Ukuran makam 1 m x 2 m;

2) Jarak antar makam satu dengan lainnya minimal 0,5 m;

3) Tiap makam tidak diperkenankan dilakukan penembokan/perkerasan;

4) Pemakaman dibagi dalam beberapa blok, luas dan jumlah masing-masing blok disesuaikan dengan kondisi pemakaman setempat;

5) Batas antar blok pemakaman berupa pedestrian lebar 150-200 cm dengan deretan pohon pelindung disalah satu sisinya;

6) Batas terluar pemakaman berupa pagar tanaman atau kombinasi antara pagar buatan dengan pagar tanaman, atau dengan pohon pelindung;

7) Ruang hijau pemakaman termasuk pemakaman tanpa perkerasan minimal 70% dari total area pemakaman dengan tingkat liputan vegetasi 80% dari luas ruang hijaunya.

Jenis vegetasi untuk pemakaman adalah sebagai berikut: 1) Kamboja, puring, bungur, dadap merah, tanjung 3. RTH Privat

(32)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

V - 32 Tabel 5.5. Rencana Penataan Ruang Terbuka Hijau Privat

UKURAN JENIS

> 120 m2 Satu pohon pelindung Penutup tanah/rumput

120-240 m2 Satu pohon pelindung, perdu dan

semak hias Penutup tanah/rumput

240-500 m2 Dua pohon pelindung, perdu dan

semak hias Penutup tanah/rumput

500 m2 Tiga pohon pelindung, perdu dan

semak hias Penutup tanah/rumput

Relatif sempit Pakai sistem pot dan tanaman gantung lain

Manfaatkan ruang di atas saluran got

Sumber : RTBL Daruba, 2011

Diluar rumah tinggal pribadi atau tunggal, diperlukan pula peran para:

Pengembang perumahan wajib mewujudkan pertamanan/penghijauan pada lokasi jalur hijau sesuai rencana tapak yang disahkan

Bangunan kantor, hotel, industri, pabrik, bangunan perdagangan dan bangunan lain, diberlakukan persyaratan penanaman sesuai dengan tabel diatas. Namun untuk kavling >240 m2 wajib ditanam tiga pohon pelindung

Tiap pemilik atau yang bertanggung jawab atas lahan terbuka berupa lereng dengan kemiringan >15o, wajib ditanami dengan satu pohon penghijauan pada setiap 15 m2 dan penutup tanah/rumput dalam jumlah memadai

Pemanfaatan RTH perlu dikendalikan sesuai fungsinya, melalui ijin dari Kepala Daerah atau pejabat yang ditunjuk, serta sanksi hukum yang mengikat

Diterapkan pula persyaratan (tarif) retribusi pemotongan pohon (Perda No.2/1978 dan No.8/1993), dimana tercantum berbagai tarif untuk pemotongan berbagai ukuran pohon serta persyaratan penggantian (peremajaan) dengan tanaman baru secara seimbang

(33)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

(34)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

V - 34 F. Tata Kualitas Lingkungan

1. Rencana Kondisi Wajah Jalan dan Bangunan

Berdasarkan pada hasil survey dan analisa, kondisi wajah jalan dan bangunan yang terdapat di wilayah perencanaan memiliki kesan lingkungan akrab non-formal dengan kondisi bangunan yang seragam dan serasi antara bangunan yang satu dengan bangunan yang lain, sehingga tidak ada bangunan klimak dan bangunan anti klimaks. Maka untuk perencanaan kondisi wajah jalan dan bangunan pada yang akan datang lebih ditekankan pada pengaturan bangunan khususnya garis langit /sky line yang lebih beraneka ragam dan penentuan bangunan klimaks dan anti klimaknya lebih diperjelas dengan tetap mempertahankan arsitektural lokal daerah tersebut. Sehingga nantinya dapat memberikan suatu citra kawasan yang menarik. Dengan konfigurasi yang tetap mempertahankan konsep figur figuratif. Jalan Merdeka sebagai koridor utama di wilayah perencanaan akan diencanakan untuk diperlebar dimensi jalannya menjadi 20 meter. Jika dibandingkan dengan ketinggian bangunan pada ruas jalan tersebut yaitu sebesar 15 meter maka perbandingan antara lebar jalan dengan tinggi bangunan adalah 2:1, sehingga kesan lingkungan direncanakan akrab non formal dan harmonis konsekuensial.

2. Rencana Street furniture

Street furniture yang akan direncanakan di wilayah perencanaan terdiri dari telepon

umum, shelter, tempat sampah, halte, lampu penerangan, tempat penyeberangan, dan pos polisi.

a. Telepon umum. Rencana penataannya diarahkan sebagai berikut:

Ditempatkan di lokasi yang tidak langsung terkena matahari dan hujan. Boks telepon yang belum terlindung agar dilindungi dengan menanam tanaman peneduh;

Memberikan space yang agak lebih leluasa dengan mengadakan bukaan ke dalam dan apabila diperlukan dapat diberikan bangku-bangku taman untuk dipakai sebagai ruang tunggu dan juga ruang untuk parkir kendaraan bermotor;

Kecuali yang menyatu dengan boks telepon agar tidak ditempatkan di daerah larangan parkir atau larangan kendaraan berhenti kendaraan;

Ditempatkan dalam jangkauan pencahayaan penerangan umum agar bisa digunakan pada malam hari;

Agar tidak terjadi tumpang tindih, penempatan fasilitas-fasilitas semacam ini sebelumnya perlu dikoordinasikan dengan pihak-pihak yang terkait (antara lain Dinas Pekerjaan Umum, PT. Telkom, Perum Pos dan Giro, PLN, Dinas Pertamanan, dan lain sebagainya)

Penempatan telepon umum dilakukan pada tempat-tempat dengan aktivitas yang cukup tinggi, seperti pendidikan, perdagangan, terminal, pelabuhan dan pusat pemerintahan.

Pada wilayah perencanaan direncanakan terdapat 7 buah telepon umum yang diletakkan di pelabuhan 1 buah, 1 buah telepon umum yang diletakkan di pusat pemeritahan dan 2 buah telepon umum yang diletakkan di sekitar kawasan taman rekreasi, 1 buah di kawasan perdagangan dan jasa (pasar), 1 buah di terminal dan 1 buah di pusat kawasan pendidikan.

(35)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

V - 35

Bentuk dan jenis shelter yang diusulkan ada tiga alternatif, yaitu shelter yang beratap, shelter yang tidak beratap dan berupa rambu-rambu saja;

Penempatan shelter dilakukan dengan mengadakan survey terlebih dahulu pada lokasi-lokasi potensial tempat simpul distribusi pergerakan pejalan kaki yang akan melakukan perpindahan moda angkutan;

Bentuk dan tampilan shelter dirancang sedemikian rupa, sehingga tidak menutupi dan mendominasi bangunan di lingkungan sekitarnya;

Bentuk dan tampilan shelter dirancang sedemikian rupa sehingga memiliki desain yang khas yang akan memperkuat karakter kawasan; dan

Memperjelas identitas shelter agar mudah dikenali, terutama pada tempat-tempat pemberhentian angkutan umum.

Halte/shelter pada kawasan perencanaan yang direncanakan sejumlah 4 buah halte dengan masing-masing halte berjarak 500 meter, dengan lokasi sebagai berikut :

 Jalan Merdeka, di depan SMU

 Sekitar penginapan Pasific in

 Jalan Proklamasi, sekitar perempatan menuju pelabuhan dan sekitar kawasan perdagangan dan jasa

 Jalan Ahmad Syukur, di depan terminal

 Di sekitar pasar

c. Tempat sampah. Rencana penataan tempat sampah diarahkan sebagai berikut:

Perlu penyeragaman bentuk dan besaran tempat sampah yang berada dalam satu koridor jalan;

Setiap pembangunan baru, harus dilengkapi dengan tempat pembuangan sampah yang ditempatkan sedemikian rupa untuk peningkatan kualitas lingkungan;

Penyediaan tempat sampah agar mempertimbangkan segi estetika, terutama yang dapat menciptakan identitas lingkungan; dan

Dipisahkan antara tempat sampah kering dan sampah basah.

Tempat sampah diletakkan di depan masing-masing bangunan, sekaligus digunakan sebagai tempat sampah umum

Lokasi tempat sampah pada kawasan perencanaan diletakkan di dekat halte dan disepanjang Jalan Prokalamasi setiap 100 meter dan juga diletakkan di tempat-tempat yang padat seperti; kawasan perkantoran dan kawasan perdagangan

d. Lampu penerangan jalan. Rencana penataan lampu penerangan jalan, antara

lain:

Penyeragaman ketinggian lampu penerangan jalan pada tiap-tiap ruas jalan;

Perlu adanya penciptaan bentuk lampu yang spesifik sebagai pembentuk identitas lingkungan;

Lampu penerangan agar tidak digunakan untuk menempatkan reklame tempel, spanduk, selebaran atau yang lainnya, yang sifatnya merusak keindahan lampu; dan

(36)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

V - 36

Lampu harus ditempatkan sehingga pola lampu saling bertumpang tindih jarak antar lampu sejauh 50 meter dengan tinggi tiang 10 meter dan jenis lampu berupa lampu merkuri.

Penempatan lampu penerangan pada Jalan Merdeka diletakkan di median, sedangkan untuk jalan-jalan lokal lain ditempatkan di sisi kiri atau kanan jalan.

Pada tempat berbahaya seperti perubahan permukaan tanah yang tiba-tiba, maka diperlukan penerangan pelengkap yang ketinggiannya lebih rendah atau tambahan lampu atas.

e. Bis Surat, rencana penataan bis surat, antara lain :

Ditempatkan di lokasi yang tidak langsung terkena matahari dan hujan. Bis surat yang belum terlindung agar dilindungi dengan menanam tanaman peneduh. Hal ini dilakukan agar bis surat tidak cepat rusak.

Dalam penempatan bis surat harus tersedia ruang untuk tempat berhenti sepeda motor dan mobil.

Letak bis surat sebaiknya diletakkan pada kawasan yang padat aktivitas, seperti daerah permukiman.

Arahan perbaikan tata letak dan desain bis surat pada lokasi bis surat pada kondisi eksisting

Agar tidak terjadi tumpang tindih, penempatan fasilitas-fasilitas semacam ini sebelumnya perlu dikoordinasikan dengan pihak-pihak yang terkait (antara lain Dinas Pekerjaan Umum Kota, Perum Pos dan Giro, Dinas Pertamanan, dan lain-lain).

Pada wilayah perencanaan akan ditempatkan 2 buah bis surat. Rencana peletakkan bis surat dilakukan di Pelabuhan Daruba dan pusat kota.

f. Pos Polisi, pos polisi ini dibutuhkan untuk memantau dan mengamankan kawasan

obyek wisata. Adapun rencana penempatannya adalah sebagai berikut :

Pos Polisi diletakkan pada sudut jalan yang sedemikian rupa sehingga dari posisi tersebut dapat melihat dengan leluasa keseluruhan arah yang harus dikuasainya.

Pos polisi juga tidak menutupi bangunan yang ada di belakangnya. Apabila di dalam pembangunannya dimungkinkan adanya sponsor yang berupa papan iklan, hendaknya penempatan iklan tersebut menjadi satu kesatuan desain dengan pos polisi tersebut. Jangan sampai tampilan dari iklan tersebut mendominasi bangunan pos, untuk itu diusulkan maksimum 20% dari luas bidang tampak pos polisi lalu lintas yang boleh ditempatkan papan iklan.

Pos polisi dilengkapi dengan lampu penerangan atau ditempatkan dalam jangkauan pencahayaan lampu penerangan jalan, sehingga bisa difungsikan pada malam hari.

Pada wilayah perencanaan akan ditempatkan 4 buah pos polisi dengan lokasi sebagai berikut:

 Dekat taman kota yang yang berlokasi di Jalan Siswa

 Kawasan Pelabuhan Daruba

 Koridor Jalan Proklamasi, Koridor Jalan Merdeka

(37)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

(38)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

V - 38 G. Sistem Prasarana dan Utilitas Lingkungan

1. Rencana Sistem Jaringan Drainase

Rencana jaringan drainase diatur sebagai berikut :

a. Mempertahankan dan mengoptimalkan fungsi saluran drainase yang sudah ada pada wilayah perencanaan.

b. Pelaksanaan pembersihan dan perawatan saluran drainase yang sudah ada dengan cara normalisasi saluran, peningkatan dimensi saluran, penambahan saluran dan bak kontrol.

c. Saluran drainase dilengkapi dengan pelengkap saluran drainase antara lain :

Catch basin merupakan bangunan dimana air masuk ke dalam sistem saluran

tertutup. Air mengalir bebas di atas permukaan tanah menuju catch basin. Untuk mempermudah air masuk, lokasi catch basin ditetapkan pada tempat yang rendah. Permukaan juga dibuat lebih rendah dari tanah di sekelilingnya.

Catch basin dibuat pada tiap persimpangan jalan, pada tempat-tempat yang

rendah, tempat parkir.

Inlet, apabila terdapat saluran terbuka dimana pembuangannya akan

dimasukkan ke dalam saluran tertutup yang lebih besar, maka dibuat suatu konstruksi khusus inlet. inlet harus diberi saringan agar sampah tidak masuk ke dalam saluran tertutup

Manhole, untuk memelihara sistem saluran drainase tertutup diberi manhole

pertemuan, perubahan dimensi, perubahan bentuk selokan dan diberi jarak 10-25 meter. Lubang manhole dibuat sekecil mungkin supaya ekonomis, cukup asal dapat dimasuki oleh orang dewasa. Biasanya diameter lubang adalah 60 cm dengan tutup dari besi tulang

Headwall adalah konstruksi khusus pada outlet saluran tertutup dan ujung

gorong-gorong yang dimasukkan untuk melindungi dari longsor dan erosi

2. Rencana Sistem Jaringan Persampahan

Untuk wilayah perencanaan, pengaturan persampahan diatur sebagai berikut :

a. Sirkulasi gerobak sampah direncanakan melalui semua jalan pada wilayah perencanaan;

b. Lokasi tempat/bak sampah ditempatkan pada sepanjang jalan di depan persil yang ada;

c. Rencana pelayanan pembuangan sampah di wilayah rencana adalah sebagai berikut :

Tempat pembuangan sampah dipisah antara sampah basah dan sampah kering. Pemisahan dapat dilakukan dengan memberi warna yang berbeda pada tempat pembuangan sampah kering dan tempat pembuangan sampah basah;

Tempat pembuangan sampah diusahakan merupakan pembuangan dengan sistem tertutup untuk menghindari adanya polusi bau (udara);

(39)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

V - 39

Pada bangunan perdagangan dan jasa serta fasilitas umum dan perkantoran diharuskan mempunyai peralatan atau sistem pembuangan sampah sendiri, dan persyaratan tersebut dapat dikaitkan dengan perizinan yang berlaku seperti IMB dan HO.

3. Rencana Sistem Jaringan Listrik

Rencana jaringan listrik pada wilayah perencanaan diatur dengan arahan sebagai berikut:

a. Sistem jaringan listrik pada wilayah perencanaan berdasarkan hasil analisa, dengan perkiraan penambahan jumlah penduduk maka diperlukan sekitar3.452 Watt

b. Memanfaatkan jaringan listrik yang sudah ada dan tetap mempertahankan tegangan menengah sebagai pemasok kebutuhan koridor;

c. Mengatasi gangguan visual kabel udara, diusulkan penyelesaian sebagai berikut:

Pada tahap awal, langkah yang bisa dilakukan adalah merapikan jaringan kabel udara di sepanjang tepi jalan maupun yang menyeberangi jalan, antara lain dengan penyeragaman posisi tiang dan merapikan kabel yang semrawut. Kabel udara yang menyeberangi jalan disyaratkan mempunyai tinggi minimum 15 m atau lebih di atas permukaan jalan;

Mengganti kabel udara yang telah habis masa pakainya, dengan kabel tanah yang pelaksanaannya disesuaikan dengan program PLN. Sehingga jaringan listrik di sepanjang jalan utama kota dalam jangka panjang menggunakan sistem kabel tersembunyi di dalam tanah; dan

Sistem kabel tersembunyi di dalam tanah tidak ditempatkan pada deretan yang sama dengan jaringan air bersih untuk itu perlu adanya koordinasi dengan pihak terkait yang juga menggunakan sistem kabel tersembunyi di dalam tanah.

4. Rencana Sistem Jaringan Air Bersih

Rencana jaringan air bersih pada wilayah perencanaan adalah sebagai berikut :

a. Untuk sistem pengaliran direncanakan menggunakan sistem kombinasi yang menggabungkan sistem gravitasi dengan sistem pemompaan, walaupun dari segi biaya kurang ekonomis, namun kondisi topografi kawasan menjadi pertimbangan utama pemilihan sistem pengaliran air minum dalam wilayah perencanaan.

b. Penempatan jaringan air bersih diupayakan agar tidak berada dalam deretan yang sama dengan jaringan listrik dan telepon yang menggunakan jaringan kabel tanah, guna meminimalkan gangguan pada jaringan tersebut, sehingga apabila terjadi suatu kebocoran pipa, maka kebocoran tersebut tidak akan membahayakan dan tidak mengganggu jaringan kabel tanah.

5. Rencana Sistem Jaringan Telepon

Rencana jaringan telepon secara sistematik adalah sebagai berikut:

a. Memanfaatkan jaringan telepon dan fasilitas telepon umum yang sudah ada; b. Mengatasi gangguan visual kabel udara, diusulkan penyelesaian sebagai berikut :

(40)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

V - 40

Mengganti kabel udara yang telah habis masa pakainya, dengan kabel tanah yang pelaksanaannya disesuaikan dengan program PT. Telkom. Sehingga jaringan telepon di sepanjang jalan utama kota dalam jangka panjang menggunakan sistem kabel tersembunyi di dalam tanah.

Untuk mempermudah pemeliharaan, bisa menggunakan jalur tersendiri atau digabungkan dengan kabel listrik, yang dilengkapi manhole di beberapa tempat.

6. Rencana Sistem Jaringan Pengaman Kebakaran

Rencana sistem jaringan pengaman kebakaran untuk wilayah perencanaan berupa penempatan Hidran di tengah-tengan kota dan ditengah-tengah permukiman yang padat.

Berikut adalah rencana penempatan hidran pada wilayah perencanaan Kawasan Daruba:

a. Melengkapi sarana penanggulangan kebakaran berlingkup lingkungan, tapak maupun bangunan;

b. Dalam lingkungan-lingkungan perumahan, sekolah dan perkantoran, tidak diperkenankan adanya bangunan-bangunan yang digunakan untuk usaha yang mempunyai potensi kebakaran, seperti bengkel, tempat las, penjual bensin eceran, penjual bahan kimia, tempat-tempat yang menggunakan tenaga uap air, gas bertekanan tinggi, dan generator listrik;

c. Lingkungan perumahan dan lingkungan bangunan gedung harus dilengkapi hidran atau sumur gali atau reservoir kebakaran. Bangunan yang berjarak lebih dari 10 meter dari jalan lingkungan harus dilengkapi hidran tersendiri;

d. Hidran di wilayah perencanaan ditempatkan di kawasan pelabuhan 1unit, Jalan Proklamasi 1 unit, Jalan Merdeka 2 unit, Jalan Ahmad Syukur 1 unit.

5.4.2.2. Panduan Rancangan

Gambar

Tabel 5.1. Identifikasi Kawasan Strategis Kabupaten Berdasarkan RTRW
Gambar 5.1. Kawasan Strategis Kabupaten Pulau Morotai (Sumber : RTRW Kabupaten)
Tabel 5.2.  Rencana Pola Ruang Kabupaten Pulau Morotai Tahun 2030
Gambar 5.2. indikasi Program Zona A
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil perhitungan level sinyal penginterferensi yang diperbolehkan serta jarak proteksi antara kedua sistem diberikan pada Tabel 4, untuk daya pemancar BTS WSD sebesar 58

Untuk soal nomor 18 sampai dengan 30, pilihlah pasangan kata yang paling tepat untuk mengisi titik- titik (...) pada bagian tengah kalimat, agar antarbagian kalimat tersebut

fasilitator memperlihatkan ketidaksabaran dan tidak bersahabat. 6enyiapkan asisten/notulis. ;otulis berlaku sebagai pengamat selama FGD/DKT berlangsung dan bertugas mencatat

Secara keseluruhan alat pemipil jagung yang berkembang saat ini di lahan kering Kalimantan Selatan adalah corn-sheller dengan kapasitas kerja yang cukup besar yang menggunakan

Tahap Perencanaan Siklus I; Kegiatan yang dilakukan dalam tahap siklus I: Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah : a. Menelaah kurikulum Bahasa

Jenis penelitian ini adalah kualitatif lapangan, dengan pendekatan emik 24 yaitu analisis sikap dan perilaku yang menekankan pada apa yang disampaikan, dipikirkan

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diuraikan dapat disimpulkan bahwa, proses metakognisi siswa dalam pemecahan masalah aljabar berdasarkan taksonomi SOLO,