• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Sejarah Desain Kemasan

Sejarah awal desain kemasan dimulai dari kebutuhan manusia untuk memiliki barang, dan sejak 8000 SM material-material alami seperti anyaman rumput dan kain, kulit pohon, daun, kerang, kerajinan tanah liat, dan peralatan kaca yang kasar digunakan sebagai peti kemas untuk menyimpan barang. Sayur labu yang berongga dan kandung kemih binatang mengilhami bentuk botol kaca, dan kulit binatang serta daun merupakan asal muasal kantung kertas dan

pembungkus plastik1.

Sejarah desain kemasan berkaitan erat dengan setiap aspek perubahan budaya manusia. Perkembangan teknologi, material, produksi, dan kondisi masyarakat konsumen yang terus berubah mengakibatkan peningkatan perlunya kemasan untuk melindungi, menyimpan, dan mengirimkan barang. Desain kemasan menjadi sarana untuk mengkomunikasikan isi produk secara visual, perspektif sejarah yang padat berikut ini akan mengeksplorasi bagaimana perkembangan peradaban, peningkatan perdagangan, penemuan-penemuan manusia, penemuan teknologi, dan berbagai kejadian global membantu memfasilitasi kelahiran dan evolusi desain kemasan.

1

Klimchuck, Marianne Rosner dan Sandra, A. Krasovec. 2007. Desain Kemasan Perencanaan Merek Produk yang Berhasil Mulai dari Konsep sampai Penjualan. Jakarta: Erlangga, hal 1.

(2)

2.2 Profil PT. Miwon Indonesia

PT. Miwon Indonesia merupakan perusahaan pangan terbesar di Indonsesia. Setelah lebih dari tiga dasawarsa menjalankan usahanya di Indonesia, group Miwon tidak hanya berhasil bertahan sampai sekarang melainkan juga tumbuh dan berkembang. Di samping kapasitas produksinya meningkat, bidang usaha dan diversifikasi produknya juga bertambah banyak.

Jumlah tenaga kerja yang terserap dari kegiatan produksi dan perdagangan serta dari kegiatan-kegiatan usaha yang muncul akibat adanya kegiatan usaha group Miwon sangat banyak. Sehingga tidak berlebihan bila dikatakan group Miwon Indonesia ikut berperan di dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia pada umumnya dan karyawan beserta keluarga khususnya.

Miwon Indonesia merupakan group perusahaan yang terdiri dari PT. Miwon Indonesia, PT. Jico Agung dan PT. Aneka Boga Nusantara yang semuanya merupakan anak perusahaan dari Daesang Corporation, Korea. Usaha Group Miwon di Indonesia sudah dimulai sejak tahun 1973 melalui PT. Miwon Indonesia yang bergerak dibidang industri penyedap rasa, kemudian PT. Jico Agung yang memfokuskan bidang usahanya pada distribusi atau perdagangan dalam negeri, dan dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumen di bidang makanan dan minuman yang terus berkembang, didirikanlah PT. Aneka Boga Nusantara.

PT. Miwon Indonesia yang telah berdiri sejak tahun 1973 secara konsisten sampai dengan saat memfokuskan diri pada Industri Monosodium Glutamate (MSG) atau di kalangan masyarakat di kenal dengan istilah penyedap rasa.

(3)

MI-WON adalah salah satu merek dagang perusahaan yang sudah sangat dikenal oleh masyarakat luas. Loyalitas masyarakat terhadap penyedap rasa MI-WON inilah yang membuat perusahaan tetap dapat bertahan dan terus berkembang, di Indonesia sampai dengan saat ini.

2.3 Komunikasi

Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari kata latin Comunis yang berarti sama, communico, communication atau

communicare yang berarti “membuat sama”2. Komunikasi efektif adalah

komunikasi yang dipahami dan dimengerti oleh orang yang menerima pesan, sehingga apa yang dimaksud oleh si pengirim dapat ditangkap jelas oleh penerima pesan.

Komunikasi adalah suatu proses melalui nama individu dalam hubungannya, dalam kelompok, dalam organisasi, dan dalam masyarakat menciptakan, mengirimkan, dan menggunakan informasi untuk mengkoordinasi

lingkungan dan orang lain3.

Para ahli mendefinisikan komunikasi menurut sudut pandang mereka masing-masing. Ingat bahwa sejarah ilmu komunikasi, dikembangkan dari ilmuwan yang berasal dari berbagai disiplin ilmu.

Sarah Trenholm dan Arthur Jensen (1996: 4) mendefinisikan komunikasi

demikian: “A process by which a source transmits a message to a reciever

2

Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: Penerbit PT. Remaja Rosda Karya, hal 41.

(4)

through some channel.” (Komunikasi adalah suatu proses di mana sumber mentransmisikan pesan kepada penerima melalui beragam saluran.)

Sedangkan Bernard Berelson dan Gary A. Steiner (1964: 527)

mendefinisikan komunikasi, sebagai berikut: “Communication : the transmission

of information, ideas, emotions, skills, etc. by the uses of symbol ...” (Komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya. Tindakan atau proses transmisi itulah yang biasanya disebut komunikasi.)

Definisi-definisi sebagaimana dikemukakan di atas, tentu belum mewakili semua definisi yang telah dibuat oleh para ahli. Namun, paling tidak kita telah memperoleh gambaran tentang apa yang dimaksud komunikasi, sebagaimana yang diungkapkan oleh Shannon dan Weaver (1949), bahwa komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain, sengaja atau tidak sengaja dan tidak terbatas pada bentuk komunikasi verbal, tetapi juga dalam

hal ekspresi muka, lukisan, seni dan teknologi4.

Berdasarkan kedua definisi tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa komunikasi merupakan suatu proses interaksi pertukaran informasi yang melibatkan dua orang atau lebih yang terdiri dari komunikator dan komunikan

hingga menghasilkan feedback pada seseorang atau khalayak yang dituju.

Hakikat komunikasi adalah: “Proses pernyataan antar manusia, dimana yang dinyatakan itu adalah pikiran, perasaan seseorang kepada orang lain, dengan menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya” (Effendy, 1993:28).

4 Wiryanto. 2004. Pengertian Ilmu Komunikasi.Jakarta: Penerbit PT. Gramedia Widiasarana

(5)

Namun pengertian komunikasi secara etimologis, menurut Wilbur

Schramm berasal dari bahasa latin “communicatio” (pemberitahuan, pemberian

bagian, pertukaran, ikut ambil bagian, pergaulan, persatuan, peran serta atau

kerjasama). Asal katanya sendiri dari kata “communis” yang berarti “common

(bersifat umum, sama atau bersama-sama). Sedangkan kata kerjanya “comunicare” yang berarti berdialog, berunding atau bermusyawarah. Jadi komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator dan diterima oleh komunikan.

Pengertian komunikasi yang demikian sangat terbatas, karena komunikasi menyangkut banyak tahap, sehingga sifatnya tidak statis akan tetapi dinamis, yaitu bergerak atau berkembang, dari tahap satu ke tahap lainnya, karena itu sebuah kegiatan komunikasi disebut sebagai sebuah “Proses komunikasi”. Komunikasi juga mengacu pada tindakan, baik oleh satu orang ataupun lebih, yang mengirim dan menerima pesan yang terdistorsi oleh gangguan (noise), terjadi dalam suatu konteks tertentu, mempunyai pengaruh tertentu, dan ada kesempatan untuk

melakukan umpan balik (Joseph A.Devito, 1997:23)5.

Ada tiga pengertian utama komunikasi, yaitu pengertian secara etimologis, terminologis, dan paradigmatis.

1. Secara etimologis, komunikasi dipelajari menurut asal usul kata, yaitu

komunikasi berasal dari bahasa Latin ‘communicatio’ dan perkataan ini

bersumber pada kata ‘comminis’ yang berarti sama makna mengenai sesuatu

hal yang dikomunikasikan.

5

(6)

2. Secara terminologis, komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain.

3. Secara paragdimatis, komunikasi berarti pola yang meliputi sejumlah

komponen berkorelasi satu sama lain secara fungsional untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Contohnya adalah ceramah, kuliah, dakwah, diplomasi, dan sebagainya. Demikian pula pemberitahuan surat kabar dan majalah, penyiaran

radio dan televisi atau pertunjukkan film di gedung bioskop, dan lain-lain6.

Istilah komunikasi atau dalam bahasa inggris communication berasal dari

kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama.

Sama di sini maksudnya adalah sama makna.

Jadi, kalau dua orang terlibat dalam komunikasi, misalnya dalam bentuk percakapan, maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan. Kesamaan bahasa yang dipergunakan dalam percakapan itu belum tentu menimbulkan kesamaan makna yang dibawakan oleh bahasa itu. Jelas bahwa percakapan kedua orang tadi dapat

dikatakan komunikatif apabila kedua-duanya, selain mengerti bahasa yang

dipergunakan, juga mengerti makna dari bahan yang dipercakapkan.

Akan tetapi, pengertian komunikasi yang dipaparkan di atas sifatnya dasariah, dalam arti kata bahwa komunikasi itu minimal harus mengandung kesamaan makna antara dua pihak yang terlibat. Dikatakan minimal karena

kegiatan komunikasi tidak hanya informatif, yakni agar orang lain mengerti dan

6

Tommy, Suprapto. 2011. Pengantar Ilmu Komunikasi dan Peran Manajemen Dalam Komunikasi. Yogyakarta: Cap, hal. 5-13.

(7)

tahu, tetapi juga persuasif, yaitu agar orang lain bersedia menerima suatu paham

atau keyakinan, melakukan suatu perbuatan atau kegiatan, dan lain-lain7.

Proses psikologis diasosialisasikan dengan interpretasi dan pemberian makna terhadap orang atau objek tertentu, dikenal sebagai persepsi. Dengan mengutip Cohen, fisher di kemukakan bahwa persepsi di definisikan sebagai interpretasi terhadap berbagai sensasi representasi dari objek-objek eksternal, jadi persepsi adalah pengetahuan tentang apa yang dapat di tangkap oleh panca indera kita. Definisi ini melibatkan sejumlah karakteristik yang mendasari upaya kita untuk memahami proses antarapribadi.

Pertama suatu tindakan persepsi mensyaratkan kehadiran objek eksternal untuk dapat ditangkap oleh indera kita. Dalam hal perspektif terhadap diri pribadi, kehadirannya sebagai objek eksternal mungkin kurang nyata tetapi keberadaannya jelas dapat kita rasakan. Kedua, adanya informasi untuk diinterpretasikan. Informasi yang di maksud di sini adalah segala sesuatu yang diperoleh melalui sensasi atau indera yang kita miliki. Karakteristik ketiga menyangkut sifat representatif dari penginderaan. Maksudnya, kita tidak dapat mengartikan makna suatu objek secara langsung, karena kita sebenarnya hanya mengartikan makna

dari informasi yang kita anggap mewakili objek tersebut8.

7

Effendy, Onong Uchjana. 2003. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: Penerbit PT. Remaja Rosda Karya, hal 9.

8

Fajar, Marhaeni. 2009. Ilmu Komunikasi: Teori & Praktek. Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu, hal 149-150.

(8)

2.4 Teori Perilaku Konsumen 2.4.1 Pengertian Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen (consumer behavior) dapat didefinisikan sebagai

kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang-barang/jasa termasuk di dalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut. Ada dua elemen penting dari perilaku konsumen itu: proses pengambilan keputusan, dan kegiatan fisik, yang semua ini melibatkan individu dalam menilai, mendapatkan, dan mempergunakan barang/jasa secara ekonomis.

2.4.2 Teori-Teori Perilaku Konsumen

Ada berbagai macam faktor yang memengaruhi mengapa seseorang membeli suatu produk tertentu untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Antara kebutuhan dan keinginan terdapat suatu perbedaan. Kebutuhan bersifat naluriah. Sedangkan keinginan merupakan kebutuhan buatan yang dibentuk oleh lingkungan hidup seperti lingkungan keluarga, tempat bekerja, kelompok sosial, tetangga dans ebagainya. Untuk mengetahui dan memahami serta dapat mengarahkan perilaku konsumen dalam melakukan kegiatan, perlu dipelajari teori-teori perilaku konsumen antara lain: teori mikro, teori psikologis, teori sosiologis, dan teori antropologis (Basu Swastha dan T. Hani Handoko, 1997: 26). 1. Teori Ekonomi Mikro

Menurut teori ini keputusan untuk membeli merupakan hasil perhitungan ekonomis, rasional yang sadar. Pembeli individu berusaha menggunakan

(9)

barang-barang yang memberikan kegunaan (kepuasan) paling banyak, sesuai dengan selera dan harga yang relatif.

2. Teori Psikologis

Teori psikologis ini mendasarkan diri pada faktor-faktor psikologis individu yang selalu dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan lingkungan.

3. Teori Sosiologis

Teori sosiologis atau disebut juga teori psikologis sosial, lebih menitikberatkan pada hubungan dan pengaruh antara individu-individu yang dikaitkan dengan perilaku mereka.

4. Teori Antropologis

Teori antropologis menekankan perilaku pembelian dari suatu kelompok masyarakat yang ruang lingkupnya sangat luas seperti kebudayaan, subbudaya dan kelas sosial9.

2.5 Keputusan Pembeli

2.5.1 Struktur Keputusan Pembelian

Penjual perlu menyusun keputusan membeli secara keseluruhan untuk membantu konsumen dalam mengambil keputusan tentang pembeliannya. Setiap keputusan membeli mempunyai suatu struktur sebanyak tujuh. Komponen-komponen tersebut adalah:

1. Keputusan tentang jenis produk. Konsumen dapat mengambil keputusan untuk membeli sebuah produk.

9 Sunyoto, Danang. 2012. Konsep Dasar Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Yogyakarta:

(10)

2. Keputusan tentang bentuk produk. Keputusan ini menyangkut ukuran, mutu, corak, dan sebagainya.

3. Keputusan tentang merk. Konsumen harus mengambil keputusan tentang merek mana yang akan dibeli.

4. Keputusan tentang penjualnya. Konsumen harus mengambil keputusan di mana produk tersebut akan dibeli.

5. Keputusan tentang jumlah produk. Konsumen harus mengambil keputusan tentang seberapa banyak produk yang akan dibelinya pada suatu saat.

6. Keputusan tentang waktu pembelian. Konsumen dapat mengambil keputusan tentang kapan ia harus melakukan pembelian.

7. Keputusan tentang cara pembayaran. Konsumen harus mengambil

keputusan tentang metode atau cara pembayaran produk yang akan dibeli10.

2.6 Komunikasi Visual

Komunikasi ini mempergunakan mata sebagai alat penglihatan. Komunikasi visual adalah komunikasi menggunakan bahasa visual, dimana unsur dasar bahasa visual (yang menjadi kekuatan utama dalam penyampaian pesan) adalah segala sesuatu yang dapat dilihat dan dapat dipakai untuk menyampaikan arti, makna, atau pesan.

Metodologi dalam desain komunikasi visual merupakan sebuah proses kreatif. Berikut istilah-istilah yang berhubungan dengan visual :

10

(11)

1. Visual Lzanguage, yakni ilmu yang mempelajari bahasa visual. Visualisasi, yakni kegiatan menerjemahkan atau mewujudkan informasi dalam bentuk visual.

2. Visualiser, yaitu orang yang pekerjaannya menangani masalah visual atau mewujudkan suatu ide ke dalam bentuk visual dalam suatu proyek desain. 3. Visual Effect, membuat efek-efek tipuan seolah-olah terjadi suatu keadaan atau

kejadian yang sulit dilakukan manusia.

4. Visual Information, adalah informasi melalui penglihatan, misalnya lambaian tangan, senyuman, baju baru, mobil baru, dll.

5. Visual Litteracy, yaitu kumpulan atau daftar karya visual11.

2.7 Desain Komunikasi Visual

Desain komunikasi visual adalah suatu disiplin ilmu yang bertujuan mempelajari konsep-konsep komunikasi serta ungkapan kreatif melalui berbagai media untuk menyampaikan pesan dan gagasan secara visual dengan mengelola elemen-elemen grafis yang berupa bentuk dan gambar, tatanan huruf, serta komposisi warna serta layout (tata letak atau perwajahan). Dengan demikian, gagasan bisa diterima oleh orang atau kelompok yang menjadi sasaran penerima pesan12.

11Kusrianto, Adi. 2007. Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: Penerbit Andi, hal 10.

12

(12)

2.8 Simbol

Lambang atau simbol adalah sesuatu yang digunakan untuk merujuk sesuatu lainnya (simbolisasi), berdasarkan kesepakatan sekelompok orang. Simbol meliputi kata-kata (pesan verbal), perilaku nonverbal, dan objek yang maknanya disepakati bersama. Makna sebenarnya ada pada diri kita, bukan terletak pada simbol itu sendiri. Pada umumnya simbol memang memiliki makna, atau lebih tepatnya ialah simbol tersebut yang mendorong manusia untuk memberi makna

(yang telah disetujui bersama)13.

Hampir setiap kebudayaan memiliki seperangkat simbol masing-masing. Simbol-simbol kebudayaan ini biasanya hanya dimengerti oleh mereka yang menjalani serta sepakat atas simbol tersebut. Sebagai makhluk yang menggunakan simbol, manusia sering lebih mementingkan simbol dari pada hakikat yang

disimbolkannya14.

Semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Hampir semua rangsangan wicara yang kita sadari termasuk ke dalam kategori pesan verbal disengaja, yaitu usaha-usaha yang dilakukan secara sadar untuk berhubungan dengan orang lain secara lisan. Pesan verbal itu sendiri terpisah-pisah, artinya orang dapat mengawali dan maksud kita. Bahasa verbal menggunakan kata-kata yang mempresentasikan berbagai aspek realitas individual kita. Bahasa dapat dianggap juga sebagai sistem kode verbal. Bahasa dapat

13Mulyana, Deddy. 2007.Ibid., hal 65.

14

(13)

didefinisikan sebagai simbol, dengan aturan untuk mengkombinasikan

simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan dipahami suatu komunitas15.

2.9 Unsur – Unsur Visual 2.9.1 Titik

Titik adalah salah satu unsur visual yang wujudnya relatif kecil, dimana dimensi memanjang dan melebarnya dianggap tidak berarti. Titik cenderung ditampilkan dalam bentuk kelompok, dengan variasi jumlah, susunan, dan kepadatan tertentu.

2.9.2 Garis

Garis dianggap sebagai unsur visual yang banyak berpengaruh terhadap pembentukan suatu objek sehingga garis selain dikenal sebagai goresan atau coretan, juga menjadi batas limit suatu bidang atau warna. Ciri khas garis adalah terdapatnya arah serta dimensi memanjang. Garis dapat tampil dalam bentuk lurus, lengkung, gelombang, zigzag, dan lainnya. Kualitas garis ditentukan oleh tiga hal, yaitu orang yang membuatnya, alat yang digunakan serta bidang dasar tempat garis digoreskan.

Sementara kata orang, bahwa garis merupakan dua titik yang dihubungkan. Pada dunia seni rupa sering kali kehadiran “garis” bukan saja hanya sebagai garis tetapi kadang sebagai simbol emosi yang diungkapkan lewat garis, atau lebih tepat disebut goresan. Goresan atau garis yang dibuat oleh seorang

(14)

seniman akan memberikan kesan psikologis yang berbeda pada setiap garis yang dihadirkan. Sehingga dari kesan yang kesan yang berbeda maka garis mempunyai

karakter yang berbeda pada setiap goresan yang lahir dari seniman16.

2.9.3 Bidang

Bidang merupakan unsur visual yang berdimensi panjang dan lebar. Ditinjau dari bentuknya, bidang bisa dikelompokkan menjadi dua, yaitu bidang geometri/beraturan dan bidang nongeometri alias tidak beraturan. Bidang geometri adalah bidang yang relatif mudah diukur keluasannya. Bidang bisa dihadirkan dengan menyusun titik maupun garis dalam kepadatan tertentu, dan dapat pula dihadirkan dengan mempertemukan potongan hasil goresan satu garis atau lebih.

2.9.4 Ruang

Ruang dapat dihadirkan dengan adanya bidang. Pembagian bidang atau jarak antarobjek berunsur titik, garis, bidang, dan warna. Ruang lebih mengarah pada perwujudan tiga dimensi sehingga ruang dapat dibagi dua, yaitu ruang nyata dan semu. Keberadaan ruang sebagai salah satu unsur visual sebenarnya tidak dapat diraba tetapi dapat dimengerti.

16

(15)

2.9.5 Warna

Warna sebagai unsur visual yang berkaitan dengan bahan yang mendukung keberadaaannya ditentukan oleh jenis pigmennya. Kesan yang diterima oleh mata lebih ditentukan oleh cahaya. Permasalahan mendasar dari warna diantaranya adalah Hue (spektrum warna), Saturation (nilai kepekaan), dan Lightness (nilai cahaya dari gelap ke terang). Ketiga unsur tersebut memiliki nilai 0 hingga 100. Hal yang paling menentukan adalah Lightness. Jika ia bernilai 0, maka seluruh palet warna akan menjadi hitam (gelap tanpa cahaya), sebaliknya jika Lightness bernilai 100, warna akan berubah menjadi putih, alias berwarna karena terlalu silau. Pada nilai 40 hingga 40, kita akan dapat melihat warna-warna dengan jelas.

2.9.6 Tekstur

Tekstur adalah nilai raba dari suatu permukaan. Secara fisik tekstur dibagi menjadi tekstur kasar dan halus, dengan kesan pantul mengkilap dan kusam. Ditinjau dari efek tampilannya, tekstur digolongkan menjadi tekstur nyata dan tekstur semu. Disebut tekstur nyata bila ada kesamaan antara hasil raba dan penglihatan. Misalnya, bila suatu permukaan terlihat kasar dan ketika diraba juga terasa kasar. Sementara itu pada tekstur semu terdapat perbedaan antara hasil penglihatan dan perabaan. Misalnya, bila dilihat tampak kasar, tetapi ketika diraba ternyata sebaliknya, yaitu terasa halus. Dalam penerapannya, tekstur dapat berpengaruh terhadap unsur visual lainnya, yaitu kejelasan titik, kualitas garis, keluasan bidang dan ruang, serta intensitas warna.

(16)

2.10 Tipografi

2.10.1 Tipografi dan Desain Kemasan

Dalam desain kemasan, tipografi adalah medium utama untuk mengkomunikasikan nama, fungsi, dan faka, produk bagi konsumen luas. Pemilihan tipografi, tata letak, dan penerapan huruf dan kata-kata mempengaruhi bagaimana cetakan dibaca. Akhirnya tipografi pada desain kemasan menjadi salah satu elemen paling penting dan ekspresi visual produk.

Tipografi diturunkan dari kata-kata Yunani typos (“impresi”) dan graphein

(“menulis”). Tipografi adalah penggunaan bentuk huruf untuk

mengkomunikasikan secara visual suatu bahasa lisan. Oleh karena huruf dibentuk oleh budaya asal huruf, penggunaan huruf sebagai sarana tipografi adalah bagian dari bahasa visual suatu budaya. Seperti yang dikatakan desainer huruf Eric Gil,

dalam bukunya An Essay on Typography, ia menyatakan, “Huruf adalah benda,

bukan penggambaran benda-benda”17.

2.10.2 Kategori Tipe Huruf

Pemahaman kategori tipe huruf membantu desainer mengenali kesamaan dan perbedaan karakteristik antar kelompok bentuk huruf. Kategori ini memungkinkan desainer membuat pilihan secara tepat untuk teks judul, dan teks-teks lain. Manajemen huruf berdasarkan teknologi baru dan organisasi software serta search engine memungkinkan kita memasukkan deskripsi seperti “hangat,” “dingin,” “feminin,” “berani,” dan ringan untuk menghasilkan daftar tipe huruf

17

(17)

yang sesuai dengan gaya, memungkinkan desainer bermanuver dengan ribuan gaya huruf yang tersedia.

Pemahaman dasar mengenai kategori tipe bentuk huruf dan atribut desainnya dapat memfasilitasi proses seleksi.

Huruf Old Style meliputi Times New Roman, Bembo, Palatino, Goudy, New

Baskerville, Garamond, dan Janson. Huruf tersebut:

 Mewakili tulisan tangan resmi;

 Mempunyai penampilan yang rapi;

 Mempunyai kontras yang rendah (goresan tebal dan tipis tidak terlalu berbeda

satu sama lin);

 Mempunyai serif pada huruf kecil yang miring;

 Mempunyai serif yang diberi tanda kurung;

 Mempunyai goresan utama yang melengkung, tidak tajam;

 Pilihan yang tepat untuk badan teks yang panjang.

Huruf Modern/Serif meliputi Bodoni, Times, Fenice, dan Madrone. Huruf ini

mempunyai:

 Kontras tebal dan tipis yang sangat berbeda;

 Bagian tipis huruf sebagai penekanan vertikal;

Serif yang horizontal, tidak diberi tanda kurung, dan titik temu goresan mempunyai sudut yang tajam.

(18)

Huruf Slab Serif/Egyptian/Square Serif meliputi Clarendon, New Century Schoolbook, Memphis, Rockwell, dan Aahen. Huruf ini meliputi:

 Sedikit kekontrasan atau tidak ada kontras antara goresan tebal dan tipis;

 Garis vertikal yang diberi tekanan;

Serif yang meliputi garis horizontal yang tebal.

Huruf San Serif meliputi Avant Garde, Gill Sans, Fanklin Gothic, Frutiger,

Helvetica, dan Futura. Huruf tersebut:

 Tanpa serif;

 Ketinggian-X yang cukup tinggi (ketinggian huruf kecil);

 Tidak ada kontras atau penekanan vertikal;

 Tidak ada perbedaan dalam bobot goresan baik vertikal maupun horizontal.

Huruf Script meliputi Zapt Chancery dan Edwardian Decorative. Huruf ini:

 Mewakili tulisan tangan atau kaligrafi;

 Mempunyai huruf besar awal yang besar;

Huruf Decorative

 Memiliki estetika dekoratif;

 Tidak didesain untuk mudah dibaca18.

18

(19)

2.10.3 Prinsip Tipografi Untuk Desain Kemasan

Tipografi desain kemasan digunakan untuk mengkomunikasikan pesan pemasaran pada media tiga dimensi dan awalnya terlihat dari kejauhan oleh konsumen masyarakat dari berbagai latar budaya, sosial dan etnis yang berbeda, dalam waktu yang singkat, aturan tipografi diarahkan oleh masing-masing individu.

Tipografi untuk Desain Kemasan haruslah:

 Dapat dibaca dan mudah dibaca dari jarak beberapa kaki jauhnya;

 Didesain pada skala dan bentuk struktur tiga dimensi;

 Dapat dimengerti oleh sejumlah pengamat yang berbeda-beda latar

belakangnya;

 Dapat dipercaya dan informatif dalam mengkomunikasikan informasi produk.

Berbeda dari bentuk komunikasi dua dimensi, seperti majalah atau buku, komposisi tipografi dalam desain kemasan tidaklah mempunyai formula penggunaan sistem.

Prinsip-prinsip berikut ini menyediakan kerangka pengambilan keputusan tipografi untuk desain kemasan:

Prinsip 1: Definisikan Kepribadian Tipografi

Tipografi harus mendefinisikan kepribadian desain kemasan. Kepribadian visual adalah apa yang mengkomunikasikan bagaimana konsumen menerjemahkan sebuah desain.

(20)

Prinsip 2: Batasi Tipe Huruf

Berilah pertimbangan yang hati-hati mengenai berapa banyak tipe huruf yang diperlukan untuk mengkomunikasian sebuah konsep. Tiga tipe huruf adalah batas umum untuk semua panel display utama (PDP) dalam desain kemasan.

Prinsip 3: Ciptakan Hirarki Tipografi

Hirarki tipografi, organisasi informasi visual, menyediakan kerangka bagaimana informasi dibaca menurut tingkat kepentingan; yang paling penting hingga yang tidak penting-ini merupakan cara bagaimana konsumen mengetahui dengan sekilas pandang apa yang “didapat” dari desain kemasan. Hirarki dapat dibuat dengan mengelompokkan item-item yang tidak berkaitan menjadi satu dan menjauhkan item-item yang tidak berkaitan.

Prinsip 4: Definisikan Posisi Tipografi

Posisi tipografi adalah peletakan fisik tipografi di dalam area display utama; lokasi masing-masing huruf, kata, dan teks dalam kaitannya dengan elemen desain lainnya.

Prinsip 5: Menentukan Pengurutan Huruf

Pengurutan mendefinisikan keseluruhan arsitektur tata letak. Pengurutan setiap kata pada desain kemasan harus dipertimbangkan dengan hati-hati karena kata yang ditempatkan ditengah, rata kiri, rata kanan atau rata kanan kiri mengkomunikasikan dengan cara yang berbeda.

Pengurutan tipografi dasar bisa berupa:

Tengah-masing-masing kata atau baris teks ditempatkan di tengah panel display utama atau area yang spesifik;

(21)

Rata kiri-masing-masing kata atau baris teks diratakan ke kiri, sering kali digunakan dalam budaya Barat,di mana pembacaan dimulai dari kiri ke kanan;

Rata kanan-masing-masing kata atau baris teks diratakan ke kanan, ini bisa menjadi pilihan yang aneh ketika terdapat sejumlah teks lain untuk dibaca konsumen;

Rata kanan kiri-kata-kata atau baris teks ditarik sedemikian rupa sehingga sisi kanan dan kiri kemasan memiliki lebar yang sama, namun dalam kasus ini penentuan spasi huruf dan kata dapat sangat menantang.

Prinsip 6: Memvariasikan Skala Tipografi

Dalam tipografi, skala biasanya mengacu pada pembesaran atau pengecilan ukuran poin (suatu huruf/karakter). Dalam tipografi untuk desain kemasan, skala mengacu pada keterkaitan ukuran elemen-elemen tipografi satu sama lain. Sebagai contoh, identitas merek (nama merek, logo merek, dll) biasanya lebih besar skalanya daripada penjelasan produk (atau ragam produk).

Prinsip 7: Memilih Kekontrasan

Tipe huruf yang kontras adalah salah satu sarana untuk mengkomunikasikan kata atau baris teks yang mungkin sama pentingnya tetapi sangat berbeda. Kekontrasan

tipografi-tipis vs tebal, italic vs roman, serif vs san serif-memungkinkan desainer

untuk mengorganisir informasi ke konsumen dan menambah daya tarik tata letak. Prinsip 8: Bereksperimen dengan Huruf

Bereksperimen dengan tipe huruf, karakter, bentuk huruf, ligatur, kerning, dan tata letak adalah bagian penting dari proses desain.

(22)

Prinsip 9: Tumpuk Huruf dengan Hati-Hati

Aturan umum dalam desain kemasan adalah tidak menumpuk huruf/karakter. Karakter yang menumpuk pada suatu desain kemasan dapat membingungkan pada saat penyusunan di rak karena orientasi vertikal atau horisontal yang tepat bagi produk tersebut dapat menjadi tidak jelas.

Prisnsip 10: Buang Bias Visual

Karena setiap desainer memiliki pemahaman visual dalam konteks yang berbeda-beda, maka penting bahwa selera pribadi desainer tidak menginterfensi eksperimen-eksperimen tipografinya.

Prinsip 11: Buatlah Desain Tipografi yang Khas

Nama merek dan nama produk adalah apa yang membuat konsumen terkait ke produk secara mental dan emosional, sehingga tipografi yang digunakan harus unik terasa khas milik produk itu.

Prinsip 12: Konsisten

Pemakaian tipe huruf yang konsisten dalam kepribadian, gaya, penempatan posisi dan hirarki menciptakan tampilan yang seragam dalam grup merek atau lini produk,menghasilkan kekuatan keberadaan pada rak penjualan.

Prinsip 13: Penyempurnaan Keindahan Tipografi

Penyempurnaan adalah proses memeriksa dan memodifikasi tipografi dengan tujuan kesempurnaan tipografi. Kesempurnaan tipografi dicapai ketika tipe huruf memiliki kekuatan ekspresif yang berpengaruh pada desain kemasan yaitu

menimbulkan kesan langsung ke konsumen, menarik konsumen untuk membeli19.

19

(23)

2.11 Warna

2.11.1 Warna Membedakan Desain Kemasan

Warna adalah salah satu aspek yang paling berpengaruh dari desain kemasan. Konsumen lebih mengidentifikasi warna kemasan atau produk sebelum fitur visual lainnya. Warna membedakan kepribadian, menarik perhatian ke atribut-atribut lainnya, dan memungkinkan untuk membuat perbedaan dari kompetitor dalam lingkungan ritel yang ramai. Keputusan pembeli sering dibuat berdasarkan hal tersebut. Warna dapat mengindikasikan budaya, jenis kelamin, usia, etnis, daerah lokal, dan harga, atau membedakan elemen-elemen visual dan elemen-elemen tipografi. Penggunaan warna dengan tepat, dapat menerobos kategori produk dan mendiferensiasi ragam produk-komposisi, rasa, atau bau-dalam suatu lini produk.

2.11.2 Asosiasi Warna Bervariasi

Konotasi warna adalah spesifikasi produk dan spesifikasi kategori, bagaimanapun pemahaman mengenai asosiasi warna adalah faktor penting dalam proses desain.

Warna Merah melambangkan warna yang hangat dalam spektrum warna, diasosiaikan dengan matahari dan panas, dan menggambarkan cinta, api, nafsu, agresif, sifat impulsif, mendebarkan, berani, dan kuat. Dalam desain kemasan, warna merah umumnya digunakan sebagai penarik perhatian. Warna merah dapat melambangkan intensitas rasa (panggang, pedas,

(24)

panas) atau kekayaan rasa buah strawberi, raspberi, apel, atau ceri.

Warna Oranye sama dengan merah, sering diasosiasikan dengan kehangatan sinar matahari, energi, suka cita, antusiasme, petualangan, ceria, dan kepuasan. Warna oranye dapat mengkomunikasikan merek yang kuat dan energik dalam satu kategori dan mengkomunikasikan rasa segar, pedas, atau rasa buah-buahan.

Warna Kuning melambangkan kehidupan, matahari, kehangatan, idealisme, energi, dan sportif. Dalam kategori produk makanan, warna kuning sering dipakai untuk mengkomunikasikan rasa jeruk atau mentega, sinar matahari, kesehatan, dan kesan segar langsung dari peternakan.

Warna Hijau melambangkan warna yang membumi, damai, hidup, muda, segar, dan organik. Dalam pemakaian warna untuk penjelasan rasa pada desain kemasan, warna hijau melambangkan mint, asam, apel, dan jeruk nipis. Dalam lingkungan pemasaran yang kompetitif, warna hijau semakin banyak dipakai dalam desain kemasan untuk menandakan produk yang bermanfaat untuk kesehatan.

Warna Biru melambangkan otoritas, harga diri, kesetian, kebenaran, dan kebijaksanaan tetapi juga dapat melambangkan rasa depresi, kesedihan, dan kesepian. Biru bukanlah warna yang

(25)

biasa ditemukan di alam dan karena itu mempunyai konotasi

negatif dalam desain kemasan makanan (biru bisa

mengindikasikan karakter yang berbeda), tetapi sekarang warna biru cukup sering digunakan.

Warna Ungu melambangkan kepuasan, kebangsawanan, kemewahan, kemakmuran, kebijaksanaan, priritual, sensual,

misteri, nafsu, dan keberanian (seperti pada istilah Purple Heart).

Dalam desain kemasan untuk produk yang berorientasi pada anak

muda, warna ungu melambangkan perasaan segar, eksotik, fun,

dan berani, dan warna ungu berada di antara dua warna primer: warna biru yang konservatif dan warna merah yang provokatif.

Warna Hitam melambangkan keras kepala, dapat diandalkan, konstan, dan kebijaksanaan, serta mengesankan kekuatan. Pemakaian warna hitam dalam desain kemasan bisa membantu menonjolkan warna-warna lain dan membuat warna-warna lain itu “terlihat.”

Warna Putih mengkomunikasikan kemurnian, kesegaran, kesucian, kebersihan, kefektifan, kebenaran, dan kontemporer. Dalam kemasan yang mewah, putih merupakan warna yang kaya

dan klasik, tetapi juga generic dan nondeskriptif.20

20

(26)

2.12 Berkomunikasi Dengan Citra 2.12.1 Penggunaan Citra Secara Efektif

Bila digunakan secara efektif dalam desain kemasan, citra-baik berupa ilustrasi maupun foto-dapat memberikan impresi visual yang kuat. Dampaknya dapat tidak diharapkan atau tidak terantisipasi dan dapat meningkatkan ketertarikan konsumen. Konsumen melihat gambar sebelum melihat teks. Bila digunakan secara benar citra bisa menjadi alat desain yang efektif, benar kata

papatah (“Sebuah gambar bermakna seribu kata”)21

.

Pencitraan dapat digunakan dalam desain kemasan untuk:

 Memperlihatkan produk,

 Menggambarkan konsumen target,

 Menetapkan mood (lanskap, bunga, pemandangan);

 Menyediakan kredibilitas (citra tersendiri);

 Menggugah selera.

2.12.2 Penggugah Selera Makanan

Ilustrasi penggugah selera makanan atau fotografi dapat mencantumkan “saran penyajian”-produk yang disiapkan ditata dengan piring yang sesuai, peralatan makan, dan perlengkapannya yang menampilkan kesan elegan dan member daya tarik.

21

(27)

2.12.3 Cropping dan Menentukan Skala Citra

Citra harus didesain agar sesuai dengan konteks tata letak, bukan

sebaliknya. Cropping dan penentuan skala citra dapat menyediakan cara agar citra

masuk ke dalam suatu desain. Penempatan bingkai atau garis tepi pada gambar memungkinkan citra untuk dilihat secara terpisahdari konteksnya. Metode ini dapat membantu mengidentifikasi aspek citra mana yang mewakili seluruh tujuan komunikasi desain.

2.12.4 Ilustrasi Instruksional

Ilustrasi instruksional atau petunjuk penggunaan didefinisikan sebagai pencitraan yang informatif, fungsional, atau mendidik. Tipe visual ini biasanya digunakan dalam desain kemasan untuk mencantumkan suatu proses “bagaimana cara”. Ilustrasi ini terpisah dan elemen visual yang lebih estetis dan mempunyai tujuan penting untuk member pengarahan bagi konsumen.

Ilustrtasi instruksional dapat digunakan untuk menjelaskan secara visual:

 Bagaimana cara membuka kemasan

 Bagaimana cara menutup atau menyegel ulang kemasan

 Bagaimana cara menggunakan atau menyiapkan produk

 Peringatan hati-hati atau bahaya22.

22

(28)

2.12.5 Karakter

Karakter dapat dikembangkan untuk mendukung komunikasi merek, mempromosikan atribut produk, dan menjadi perwujudan kepribadian merek. Oleh karena kemungkinan kualitas, kekhasan, dan fitur karakter-karakter ini adalah banyak sekali, menciptakan suatu karakter yang tepat untuk mengkomunikasikan kepribadian merek bisa menjadi suatu tantangan tersendiri. Sebuah karakter bisa berbentuk manusia atau hewan, dicantumkan dengan

ilustrasi atau fotografi, atau dengan tokoh kartun yang tidak mirip manusia23.

2.12.6 Perangkat Grafis

Elemen desain dasar seperti garis, bentuk, warna, tekstur, dan tipe huruf menyediakan kemungkinan desain yang tak terbatas. Elemen grafis dapat digunakan untuk menuntun konsumen melalui desain kemasan dengan mengarahkan mata untuk “membaca” hirarki informasi.

2.12.7 Simbol - Simbol dan Ikon

Simbol-simbol dan ikon dapat berupa diagram grafis yang sederhana atau tata letak yang detail. Dalam pengembangan simbol-simbol dan ikon untuk desain kemasan, adalah penting untuk memperhatikan makna simbol bagi

kebudayaan-kebudayaan, yang bisa bertentangan24.

23

Rosner Klimchuck, Marianne dan Sandra, A. Krasovec.Ibid., hal 128. 24

(29)

2.13 Struktur dan Material

2.13.1 Stuktur dan Material Dalam Desain Kemasan

Struktur dan material digunakan sebagai tempat penyimpanan, perlindungan, dan transportasi produk dan menyediakan permukaan fisik bagi desain kemasan. Keputusan struktural dan material bisa menjadi isu yang paling penting karena keputusan ini mengarah pada perlindungan dan transportsi yang efektif, dan pada akhirnya kepuasan konsumen. Struktur dan material bisa dibagi ke dalam beberapa kategori umum yaitu:

1. Kardus

Kardus bisa menjadi kemasan yang fungsional, murah, dan dapat didaur ulang. Sifat fungsional kardus memungkinkan kreativitas structural dan bahkan karton lipat sederhana bisa menjadi solusi yang baik karena permukaannya yang luas dan datar dapat berfungsi sebagai tempat untuk

membangun billboarding bagi identitas merek. Kardus atau paperboard

adalah istilah umum dalam industry kertas untuk lembaran yang terbuat dari serat kayu murni atau kertas daur ulang.Berat material kardus diukur dengan lapisan, kerapatan, atau dengan ketebalan dalam perseribu inci menggunakan instrument pengukur ketebalan atau caliper gauge. Kardus dibedakan dari kertas berdasarkan ketebalannya. Material yang ketebalannya kurang dari 0,010 inci disebut kertas; sementara semua yang lebih tebal dari 0,010 inci disebut kardus. Umumnya kardus dibuat dalam ukuran ketebalan antara 0,010 dan 0,040 inci, dan juga memakai satuan poin (0,010 = 10 poin, 0,040 = 40 poin).

(30)

Kardus yang paling umum adalah:

SBS (solid bleached sulfate) dibuat dengan kandungan utama berupa serat murni yang diputihkan. Kardus iniadalah yang paling mahal, biasanya dilapisi dengan tanah liat agar permukaan cetak premium putih solid dan terutama digunakan untuk mengemas makanan, produk susu, kosmetik, obat-obatan, dan produk farmasi.

SUS (solid unbleached sulfate) dibuat dengan kandungan utama berupa serat murni yang tidak diputihkan. Kardus Kraft alami ini tersedia dalam bentuk permukaan yang dilapisi dan tanpa dilapisi. Kekuatan material ini membuat SUS menjadi pilihan umum bagi kemasan minuman, produk hardware, dan perlengkapan kantor.

Daur ulang (recycled) adalah material multilapis yang 100 persen terbuat dari kertas dan kardus daur ulang, dan tersedia dalam lembaran yang sudah dilapisi. Kardus tanpa dilapisi digunakan untuk tabung komposit (silinder dengan gulungan spiral) dan drum serat. Kardus berlapis digunakan untuk kemasan makanan kering termasuk biskuit, dan kue serta barang peralatan rumah tangga lainnya, misalnya produk-produk kertas dan deterjan bubuk.  Plain chipboard (shirtboard) terbuat dari kertas limbah dan biasanya

berwarna abu-abu atau sawo matang. Kertas ini digunakan untuk kotak jadi (biasanya struktur kaku yang ditutup kertas dekoratif atau material lain yang biasa digunakan untuk hadiah seperti parfum dan barang pecah belah). Material ini juga digunakan untuk karton lipat lainnya, karton latar pada

(31)

dalam kemasan yang tidak terlihat di rak. Biasanya plain chipboard tidak cocok untuk dicetak langsung.

2. Kardus Gelombang (Corrugated Paperboard)

Corrugated Paperboard atau containerboard terdiri dari dua kardus sebagai “medium” yang dilapis dan disisipkan pada lapisan kardus yang rata. Kardus bertuliskan huruf cetak dapat dilapiskan pada kardus gelombang untuk kemasan primer produk-produk berat: perkakas, peralatan masak, peralatan rumah tangga/elektrik (setrika, pemanggang roti, piring, pecah belah, dan sebagainya), dan elektronik (komputer, kamera, dan sebagainya).

3. Karton Lipat

Karton lipat biasanya di desain dengan konstruksi selembar kardus atau kardus gelombang yang di press, kemudian ditindas atau diberi alur untuk dilipat, dan disteples atau dilem untuk menghasilkan sebuah bentuk struktur. 4. Kotak Jadi

Kotak jadi struktur kaku yang telah dicetak dengan bagian atas dan bagian bawah. Sering digunakan untuk kosmetik, permen, perhiasan, dan produk kelas atas lainnya, struktur ini merupakan struktur rumit yang memberikan kesan mewah dan menambah daya tarik visual bagi produk.

5. Canisters

Canisters adalah gulungan spiral kardus sehingga silinder dan diproduksi dalam variasi tebal dan panjang. Canisters kelas bawah biasanya merupakan kardus polos sementara canisters kelas atas seringkali digunakan sebagai

(32)

struktur premium untuk kosmetika, pakaian dalam, aksesori busana, dan produk mewah dan juga untuk makanan dan kotak minuman keras.

6. Struktur Kertas dan Kardus Lainnya

Baki, tabung, kantung, tas adalah stuktur-struktur lain yang digunakan sebagai desain kemasan primer, untuk struktur kemasan bagian dalam, atau sebagai kombinasi dalam sistem deain kemasan yang lengkap.

7. Plastik

Jenis plastik yang paling umum digunakan sebagai kemasan adalah sebagai berikut:

Low-density polyethylene (LDPE) digunakan untuk container dan tas untuk pakaian dan makanan, dalam bentuk film pembungkus yang disusutkan maupun direnggangkan.

High density polyethylene ((HDPE) adalah kaku dan opaq dan digunakan untuk susu, deterjen, cairan pembersih rumah tangga, produk perawatan pribadi, dan botol kosmetika.

Polyethylene terephtalate (PET) adalah bening seperti kaca dan digunakan untuk produk air dan minuman berkarbonasi; makanan seperti mustard, selai kacang, minyak edible, dan sirup; kantung untuk makanan dan produk kesehatan.

Polypropylene digunakan utnuk botol, tutup botol, dan pembungkus yang tahan kelembaban.

Polystyrene diproduksi dalam berbagai bentuk.Kristal polystyrene digunakan untuk membuat kotak tempat CD dan botol-botol pil. Dengan pengaplikasian

(33)

panas dan tekanan, polystyrene tahan banting digunakan untuk membuat

container untuk produk susu. Foamedpolystyrene digunakan untuk membuat

gelas, dan container makanan bika-kait (hamburger), baki daging, dan karton pengemas telur.

8. Kemasan Bloster

Jenis lain struktur plastik kaku adalah kemasan blister. Struktur ini dibentuk dalam suhu dan tekanan tinggi dan ditempatkan di depan produk, sehingga memungkinkan produk tersebut untuk terlihat melalui plastik yang transparan. Mainan, kosmetik produksi massa, produl perawatan pribadi, obat bebas, baterai, elektronik, dan hardware seperti paku, baut, dan barang kecil lainnya adalah contoh-contoh produk yang dijual dalam kemasan blister. 9. Kaca

Container kaca dikenalkan dalam bentuk, ukuran dan warna yang sangat bervariasi dan merupakan struktur yang umum dalam hampir semua kategori produk konsumsi. Secara alamiah, sifat kaca yang inert (tidak bereaksi dengan isi yang dikandungnya) membuat lebih sesuai dibandingkan material lainnya yang cenderung untuk berinteraksi dan mempengaruhi makanan, obat-obatan dan beberapa produk lain. Kaca merupakan material kemasan yang diutamakan untuk produk parfum, kosmetika, obat-obatan, minuman,

dan makanan gourmet serta produk mewah.

10.Logam

Kemasan logam dibuat dari timah, alumunium dan baja. Ketersediaan produksi telah membuat material kemasan ini sebagai struktur berbiaya

(34)

rendah untuk dapat diproduksi. Makanan hasil olahan, aerosol, cat, bahan kimia, dan produk-produk otomotif adalah beberapa produk konsumsi umum yang menggunakan kaleng dan botol baja. Aluminium seringkali digunakan dalam kategori produk minuman berkarbonasi serta kategori kesehatan dan

kecantikan, container yang terbuat dari aluminium foil digunakan untuk

produk bakery, produk daging dan makanan siap saji. 11.Kaleng

Saat ini kaleng logam sangat ringan dan seringkali dilapisi dengan material yang mencegah interaksi dengan produk. Kaleng diproduksi dalam desain dua bagian atau tiga bagian. Pada kaleng dua bagian, pertama dicetak bagian dasar serta dinding silinder, dan bagian atas dibuat tersendiri. Kaleng minuman berkarbonasi merupakan contoh kaleng dua-bagian yang permukaannya telah dicetak grafis. Kaleng tiga-bagian umumnya menggunakan label kertas untuk menampilkan identitas merek dan informasi produk, seperti pada sayuran dan sup kaleng. Kaleng merupakan benda yang kuat, hemat ruang dan dapat didaur ulang.

12.Tube

Tube logam biasanya terbuat dari aluminium dan seirng digunakan untuk produk obat-obatan, kesehatan dan kecantikan seperti pasta gigi, krim, gel balsam, pelumas pribadi, dan barang semi padat lainnya dan juga untuk lem, sealant, anti bocor, cat, dan produk perbaikan rumah lainnya, peralatan rumah tangga dan produk-produk industri. Dengan pelapisan khusus untuk

(35)

mencegah interaksi dengan produk, tube memberikan perlindungan efektif terhadap produk, serta ringan.

13.Kemasan Fleksibel

Kemasan fleksibel mencakup beragam struktur dan material atau kombinasi material-material. Umumnya kertas dan plastik yang tidak kaku. Bentuk fleksibel yang umum adalah tas, kantung, tabung, atau pembungkus dari film. Struktur kemasan fleksibel biasanya diisi dengan produk (roti) atau membungkus disekitar sebuah stuktur (sabun). Meskipun material fleksibel tidak dapat di daur ulang, pemakaian material kemasan biasanya lebih sedikit,

mudah dilipat dan memakan sedikit ruang di tempat sampah25.

2.14 Prinsip Dasar Desain

Pengetahuan prinsip dasar desain dua dimensi adalah komponen penting bagi setiap tugas penyelesaian masalah visual. Prinsip dasar desain, sebagaimana terkait dengan penggunaan elemen-elemen desain seperti garis, bentuk, warna dan tekstur, menyediakan panduan yang membentuk komunikasi visual dan kemampuan untuk bermanuver dalam proses desain kemasan.

Desain dua dimensi dimulai dengan suatu pemahaman mengenai tata letak, yaitu susunan elemen-elemen desain yang memiliki tujuan untuk membentuk komunikasi visual. Tujuan pokok tata letak adalah untuk menciptakan organisasi visual yang memuaskan, menstimulasi, menggugah oikiran, dan nyaman bagi mata. Beberapa tata letak mengikuti grid (kerangka kerja yang menyediakan

25

(36)

sistem tetap untuk tata letak), sementara lainnya dipandu dengan menganalisis elemen-elemen desain dan bagaimana fungsi setiap elemen dalam posisinya masing-masing. Langkah pertama mencapai tujuan tersebut yaitu memahami prinsip desain, bagaimana elemen desain dipengaruhi oleh hubungannya satu sama lain, dan bagaimana pengaruhnya terhadap komunikasi visual secara keseluruhan.

Ada berbagai konsep yang berbeda-beda yang berkaitan dengan prinsip dasar desain. Konsep tersebut dapat menjadi spesifik dalam kaitannya dengan disiplin ilmu khusus atau dapat menjadi umum ketika mengacu pada suatu garis besar komposisional. Prinsip-prinsip yang didefinisikan di sini dapat memperluas pemahaman mengenai apa yang membuat suatu tata letak desain kemasan efektif

sementara tata letak lainnya tampak meragukan26.

2.15 Prinsip-Prinsip Desain Kemasan

Dalam desain kemasan, prinsip dasar desain disesuaikan untuk memenuhi tujuan setiap tugas-tugas desain. Prinsip-prinsip desain tersebut terdiri dari warna, tipografi, struktur, dan citra yang diaplikasikan dalam suatu tata letak desain untuk menciptakan kesan keseimbangan, intensitas, proporsi, dan penampilan yang tepat. Inilah yang membuat elemen-elemen desain membentuk atribut komunikatif suatu desain kemasan. Ada banyak variabel yang mempengaruhi bagaimana dan mengapa desain kemasan menarik konsumen. Dari suatu perspektif murni (memindahkan variabel pemasaran lain seperti harga, lokasi, dan

26

Klimchuck, Marianne Rosner dan Sandra, A. Krasovec. 2007. Desain Kemasan Perencanaan Merek Produk yang Berhasil Mulai dari Konsep sampai Pnejualan. Jakarta: Erlangga, hal. 79.

(37)

kesetiaan merek) terdapat elemen-elemen penting yang menangkap perhatian konsumen dengan sangat baik dan menerobos kerumunan visual dalam kompetisi ritel.

Empat penarik perhatian utama

 Warna

 Struktur fisik atau bentuk

 Simbol dan Angka

 Tipografi

Daya tarik elemen desain adalah berdasarkan:

Prinsip dasar desain + tujuan pemasaran yang jelas + pemakaian empat penarik perhatian utama dengan efektif = desain kemasan konsumen yang dirancang dengan baik.

Desain kemasan yang bisa melayani target pasar yang dituju haruslah:

 Sesuai dengan budaya setempat

 Tatanan bahasa yang tepat dan akurat

 Logis secara visual

 Dirancang secara kompetitif27.

27

(38)

2.16 Dasar-Dasar Penyusunan

Penyusunan atau komposisi dari unsur-unsur estetik merupakan prinsip pengorganisasian unsur dalam desain. Dasar-dasar penyusunan dibagi menjadi:

1. Harmoni (Selaras)

Harmoni atau selaras merupakan paduan unsur-unsur yang berbeda dekat. Jika unsur-unsur estetika dipadu secara berdampingan maka akan timbul

kombinasi tertentu dan timbul keserasian (harmony). Interval sedang

menimbulkan laras dan desain yang halus umumnya berwatak laras. Namun harmonis bukan berarti merupakan syarat untuk semua komposisi/susunan yang baik. Acapkali diisyaratkan pengguna susunan harmonis banyak disukai pada masyarakat konservatif.

2. Kontras

Kontras merupakan paduan unsur-unsur yang berbeda tajam. Semua matra (dimensi) sangat berbeda (interval besar), gelombang panjang pendek yang tertangkap oleh mata/telinga menimbulkan warna/suara. Tanggapan halus, licin, dengan alat raba menimbulkan sensasi yang kontras; pertentangan adalah dinamik dari eksistensi menarik perhatian. Kontras merangsang minat, kontras menghidupkan desain; kontras merupakan bumbu komposisi dalam pencapaian bentuk. Tetapi perlu diingat bahwa kontras yang berlebihan akan merusak komposisi, ramai dan berserakan.

3. Repetisi (Irama)

Repetisi merupakan pengulangan unsur-unsur pendukung karya seni. Repetisi atau ulang merupakan selisih antara dua wujud yang terletak pada ruang dan

(39)

waktu, maka sifat paduannya bersifat satu matra yang dapat diukur dengan interval ruang, serupa dengan interval waktu antara dua nada musik beruntun yang sama. Interval ruang atau kekosongan atau jarak antar objek adalah bagian penting di dalam desain visual seperti interval waktu adalah kesunyian antara suara adalah bagian penting. Puisi, desain, musik, dan semua unsur dalam kesenian memungkinkan adanya repetisi (ulang).

4. Gradasi

Gradasi merupakan satu sistem paduan dari laras menuju ke kontras, dengan meningkatkan masa dari unsur yang dihadirkan. Gradasi merupakan paduan dari interval kecil ke interval besar, yang dilakukan dengan penambahan atau pengurangan secara laras dan bertahap. Gradasi merupakan keselarasan yang dinamik, dimana terjadi perpaduan antara kehalusan dan kekasaran yang hadir bersama seperti halnya kehidupan. Gradasi merupakan penggambaran susunan monoton menuju dinamika yang menarik. Sistem ini banyak dijumpai pada kesenian klasik tradisional seperti pemakaian sungging pada

pewarnaan tradisi28.

2.17 Hukum Penyusunan (Azas Desain) 1. Kesatuan (Unity)

Kesatuan adalah kohesi, konsistensi, ketunggalan atau keutuhan, yang merupakan isi pokok dari komposisi. Kesatuan merupakan efek yang dicapai dalam suatu susunan atau komposisi di antara hubungan unsur

28

(40)

pendukung karya, sehingga secara keseluruhan menampilkan kesan tanggapan secara utuh. Berhasil tidaknya pencapaian bentuk estetik suatu karya ditandai oleh menyatunya unsur-unsur estetik, yang ditentukan oleh kemampuan memadu keseluruhan. Dapat dikatakan bahwa tidak ada komposisi yang tidak utuh.

2. Keseimbangan (Balance)

Keseimbangan dalam penyusunan adalah keadaan atau kesamaan antara kekuatan yang saling berhadapan dan menimbulkan adanya kesan seimbang secara visual ataupun secara intensitas kekaryaan. Bobot visual ditentukan oleh ukuran, wujud, warna, tekstur, dan kehadiran semua unsur dipertimbangkan dan memperhatikan keseimbangan. Ada dua macam keseimbangan yang diperhatikan dalam penyusunan bentuk, yaitu keseimbangan formal (formal balance) dan keseimbangan informal (informal balance).

1. Formal Balance (Keseimbangan Formal)

Keseimbangan formal adalah keseimbangan pada dua pihak berlawanan dari satu poros. Keseimbangan formal kebanyakan simetris secara eksak atau ulangan berbalik pada sebelah menyebelah. Ia dicapai dengan menyusun unsur-unsur sejenis dan mempunyai identitas visual pada jarak yang sama terhadap suatu titik pusat yang imajiner. Meskipun keseimbangan forma bersifat statis dan tenang, tetapi tidak menampakkan kesan membosankan.

(41)

2. Informal Balance (Keseimbangan Informal)

Keseimbangan informal adalah keseimbangan sebelah menyebelah dari susunan unsur yang menggunakan prinsip susunan ketidaksamaan atau kontras dan selalu asimetris. Konsep dari keseimbangan ini digambarkan seperti berat dan anak timbangan. Penggambaran tersebut dimaksud hanya sebagai abstraksi, bahwa konsep tersebut meliputi keseimbangan massa, berat yang terjadi pada karya seni, patung, arsitektur, dan lukisan. Juga berlaku di dalam musik, dan semua kesenian mempertimbangkan keseimbangan. Keseimbangan informal ini lebih rumit, tetapi lebih menarik perhatian karena punya kesan dinamika yang memberi kemungkinan variasi yang lebih banyak. Ia mempuyai keunikan yang didasarkan atas perhitungan kesan bobot visual dari unsur-unsur yang dihadirkan ataupun ukuran bentuk yang dominan. Disamping itu juga harus mempertimbangkan karakter pada masing-masing unsur; misalnya tekstur kasar punya bobot visual lebih berat dari tekstur halus atau licin, demikian juga pada warna dan unsur yang lain ditentukan dari bobot visual secara intensitas unsurnya.

3. Simplicity (Kesederhanaan)

Kesederhanaan dalam desain, pada dasarnya adalah kesederhanaan selektif dan kecermatan pengelompokkan unsur-unsur artistik dalam desain.

(42)

4. Emphasis (Aksentuasi)

Desain yang baik mempunyai titik berat untuk menarik perhatian (center

of interest). Ada berbagai cara untuk menarik perhatian kepada titik berat tersebut, yaitu dapat dicapai dengan melalui perulangan ukuran serta kontras antara tekstur, nada warna, garis, ruang, bentuk atau motif. Susunan beberapa unsur visual atau penggunaan ruang dan cahaya bisa

menghasilkan titik perhatian pada fokus tertentu29.

2.18 Desain Kemasan

2.18.1 Desain Kemasan Sebagai Alat Komunikasi

Desain kemasan adalah bisnis kreatif yang mengkaitkan bentuk, struktur, material, warna, citra, tipografi, dan elemen-elemen desain dengan informasi produk agar produk dapat dipasarkan. Desain kemasan berlaku untuk

membungkus, melindungi, mengirim, mengeluarkan, menyimpan,

mengidentifikasi, dan membedakan sebuah produk di pasar. Pada akhirnya desain kemasan berlaku sebagai pemasaran produk dengan mengkomunikasikan kepribadian atau fungsi produk konsumsi secara unik.

Desain kemasan harus berfungsi sebagai sarana estetika untuk berkomunikasi dengan semua orang dari berbagai latar belakang, minat, dan pekerjaan yang berbeda, karena itu, pengetahuan tentang antropologi, sosiologi, psikologi, etnografi, dapat memberi manfaat dalam proses desain dan pilihan desain yang tepat. Khususnya, pengetahuan terhadap keragaman sosial dan

(43)

budaya, perilaku manusia secara nonbiologis, dan selera kebudayaan serta perbedaan budaya dapat membantu memahami bagaimana elemen visual dapat mengkomunikasikan dengan baik suatu produk.

Penyelesaian masalah visualisasi adalah inti dari desain kemasan. Masalah visualisasi itu bisa berupa perkenalan produk baru atau peningkatan penampilan produk yang sudah ada, kreativitas-dari menentukan konsep dan sketsa hingga desain tiga dimensi, analisis desain, dan penyelesaian masalah teknis-merupakan cara penyelesaian masalah desain hingga menjadi solusi inovatif. Tujuannya bukanlah untuk menciptakan penampilan desain yang menarik secara visual karena desain kemasan yang hanya indah dipandang tidak bisa menggaet pasar dengan sukses. Pencapaian tujuan yang strategis dan target pemasaran secara kreatif melalui desain yang tepat adalah fungsi utama desain kemasan.

Sebagai alat penyalur kreativitas, desain kemasan menjadi sarana untuk berekspresi. Bukan berlebihan bila dikatakan desain kemasan adalah ekspresi produk, bukan ekspresi pribadi, dan bahwa pandangan pribadi desainer atau tenaga pemasaran-baik warna, bentuk, material, atau gaya tipografi-seharusnya hanya sedikit mempengaruhi sebuah desain kemasan. Ekspresi produk, sesuatu yang menarik konsumen target pangsa pasar, dicapai melalui proses kreatif di mana elemen fisik dan visual bersama-sama mengkomunikasikan emosi, budaya,

sosial, psikologi, dan informasi kepada konsumen target30.

30

(44)

2.18.2 Desain Kemasan Sebagai Alat Identifikasi Dalam Pemasaran

Pemasaran didefinisikan sebagai perencanaan dan eksekusi konsep dan pengembangan, penentuan harga, penempatan, promosi, dan distribusi ide, barang, dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memenuhi tujuan individu dan organisasi. Sebagai suatu aktivitas bisnis yang terlibat dalam pergerakan barang dari produsen ke konsumen, pemasaran meliputi periklanan dan desain kemasan, perdagangan dan penjualan.

Sebagai suatu komponen masyarakat, produk mendorong pertumbuhan ekonomi dan memenuhi kebutuhan manusia untuk memberdayakan sumber daya fisik. Dengan pertumbuhan konsumerisme yang terus berlanjut, maka berlipatgandalah produk dan jasa. Di kebanyakan supermarket ada puluhan ribu produk berbeda yang berderet di rak. Departement store, toko grosir, toko grosir, toko barang-barang khusus, outlet, dan internet merupakan peluang ritel, dan dalam lingkungan ini produk lebih ditonjolkan dengan desain kemasannya. Kenyataannya, produk telah menyatu kedalam semua aspek kehidupan kita

sehingga produk bukan lagi merupakan barang kebutuhan tetapi keinginan.31

2.18.3 Identitas Merek

Identitas merek adalah aspek nyata suatu merek-komponen yang penting termasuk nama, warna, simbol, dan elemen desain lainnya. Representasi visual dari elemen-elemen ini dan kombinasinya mendefinisikan merek dan membedakan produk dan atau jasa dari satu tenaga pemasaran dengan tenaga

31

(45)

pemasaran lainnya. Identitas merek menciptakan keterkaitan emosional dengan konsumen. Apakah itu ide abstrak maupun ide konkrit tentang suatu produk, ketika masuk dalam pikiran konsumen, identitas tersebut menjadi gambar mental atau persepsi atas produk. Keterkaitan merek dengan konsumen tersebut adalah

sesuatu “yang-harus-dimiliki” untuk kesuksesan pemasaran32

.

2.18.4 Desain Kemasan dan Masyarakat

Sebagai bagian material yang cepat dibuang, desain kemasan banyak menampilkan nilai budaya pasar. Oleh karena keberadaaan desain kemasan

utamanya adalah di pasar (supermarket, outlet penjualan grosir, atau department

store), di mana orang-orang dengan berbagai latar belakang budaya dan nilai berkumpul, desain kemasan harus mampu menarik perhatian konsumen dengan segera. Hal ini dicapai dengan menerapkan elemen visual dan desain yang menarik target konsumen. Melalui riset pasar yang ekstensif dan penerapan

elemen desain yang terencana, simbol-simbol budaya mampu

mengkomunikasikan nilai-nilai budaya. Desain kemasan yang benar-benar efektif membuat konsumen “melihat” diri sendiri dan keinginan diri sendiri lewat

elemen-elemen desain pada kemasan33.

32

Ibid., hal 40. 33

(46)

2.19 Fotografi 2.19.1 Fotografi

Fotografi berasal dari kata photography (bahasa Inggris) yang terdiri dari dua kata, yaitu photo (cahaya) dan graph (tulisan atau lukisan). Fotografi berarti proses atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu obyek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai objek tersebut pada media yang peka cahaya. Alat paling populer untuk menangkap cahaya ini adalah kamera. Tidak

ada cahaya berarti tidak ada foto yang bisa dibuat34.

2.19.2 Teknik dan Bahasa Fotografi

Berbagai macam teknik ada di dalam fotografi. Teknik-teknik itu dapat memperindah hasil dan menambah kesan artistik dalam foto yang dibuat. Variasi dan kombinasi teknik yang tepat dalam membuat sebuah foto dapat menjadikan foto itu enak dilihat.

Sebuah foto pada dasarnya dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu foreground dan background. Foreground adalah bagian utama yang ada di suatu foto. Bagian ini berada paling dalam pada komposisi foto. Background adalah latar yang berada paling belakang dalam komposisi foto.

Dalam fotografi, ada puluhan teknik yang biasa dipakai fotografer untuk mempercantik gambarnya. Semuanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing ketika diaplikasikan pada sebuah gambar. Namun, ada beberapa

34 Darwis, Edward. 2011. Langkah Untuk Fotografer Pemula. Yogyakarta: Penerbit Rona

(47)

teknik dasar yang bisa dikembangkan menjadi teknik yang rumit. Teknik dasar tersebut adalah sebagai berikut.

1. Blurring

Cara menghasilkan foto dengan teknik blurring adalah dengan menggunakan Shutter Speed yang rendah. Objek yang akan dibuat menjadi blur harus bergerak lebih cepat dari Shuter Speed yang disetel.

2. Freezing

Cara mendapatkan foto dengan teknik freezing adalah fokus pada shutter speed. Pasanglah shutter speed pada tingkat yang tinggi. Usahakan gerakan si objek tidak lebih cepat daripada shutter speed yang kita seting.

3. Panning

Foto panning dibuat dengan memperhatikan hal, yaitu kecepatan objek yang bergerak dan focusing yang tepat. Pertama-tama, lakukan dulu focusing terhadap objek yang ingin dibuat tegas, jangan lupa memperkirakan kecepatannya. Setel shutter speed lebih rendah daripada gerakan objek, jika disamakan yang tercipta adalah efek freezing. Setelah merasa benar-benar fokus dan sesuai, tekan tombol rana sambil gerakkan kamera mengikuti arah objek.

4. Zooming

Cara pertama adalah lakukan focusing pada objek yang akan anda foto. Ingat, arahkan fokus pada titik dimana lensa akan berehenti diputar. Setelah itu, kunci focusing yang tadi kita dapatkan. Selanjutnya, putar zoom lensa ke arah yang diinginkan (zoom in atau zoom out) perbedaan putaran akan

(48)

menghasilkan efek yang berbeda pula. Pakailah shutter speed yang tidak terlalu tinggi.

5. Permainan Depth of Field

Depth of field (DOF) adalah teknik memainkan ketajaman objek. Dalam kamera, ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi sempit atau luasnya depth of field, yaitu diafragma, jarak pengambilan objek, dan focal length yang terdapat pada lensa.

Diafragma atau f/number

Cara yang paling mudah untuk mengontrol depth of field. Angka f/number yang semakin kecil akan mempersempit depth of field sempit akan mempersempit jarak fokus. Jadi, sebagian foto akan terkesan blur. Begitupun sebaliknya, diafragma yang besar akan memperlebar depth of field. Efeknya adalah fokus akan terlihat merata di seluruh foto. Semuanya terlihat tegas.

Jarak Pemotretan

Semakin dekat dengan objek, objek utama akan tampak lebih tajam. Namun, sekelilingnya yang berada di luar fokus akan tampak blur. Ini bisa jadi alternatif untuk mempersempit depth of field.

Focal Length

Semakin jauh anda memutar zoom pada kamera ke arah yang lebih dekat, depth of field yang dihasilkan akan lebih sempit. Mengapa panjang focal length bisa mempengaruhi ketajaman ruang gambar? Karena panjang focal length bertalian dengan F-stop. Misalnya, pada lensa yang diseting

(49)

pada focal length 70mm akan berbeda bukaan aperture-nya denga lensa yang diseting pada focal length 18mm.

6. Multiple Exposure

Ada beberapa perhitungan yang harus anda lakukan jika ingin menggunakan teknik foto ini. Untuk memulainya lebih baik anda melakukannya di tempat yang gelap. Alat yang dibutuhkan adalah tripod dan flash eksternal. Seting shutter kamera anda menjadi bulp. Jangan lupa untuk menyeting flash yang akan dipakai sesuai dengan kebutuhan pencahayaan. Taruh kamera diatas tripod dan berikan ruang yang cukup dalam viewfinder bagi obyek untuk bergerak. Setelah anda memastikan itu semua dalam posisi yang benar, tekanlah tombol shutter dan jangan lepaskan. Lalu tembakkanlah flash secara terpisah. Setelah flash pertama ditembakkan, pindahkan obyek ke tempat lain. Atau, jika obyek yang diambil merupakan benda hidup, persilakan dia untuk berpindah tempat. Akan tetapi, ingat bahwa sang obyek harus tetap berada dalam jangkauan viewfinder. Sekarang, anda lepas tombol rana yang ditekan

tadi dan nikmati hasilnya35.

2.20 Aksi Memotret 2.20.1 Komposisi

Langkah pertama dalam membuat komposisi yang baik adalah memulai dari memilih latar belakang. Latar belakang yang bersih atau polos adalah langkah

35

Aditiawan, Rangga dan Bianca, Ferren. 2011. Belajar Fotografi Untuk Hobi dan Bisnis. Jakarta: Dunia Komputer, hal 65-75.

Referensi

Dokumen terkait

Desain komunikasi visual adalah ilmu yang mempelajari konsep komunikasi dan ungkapan daya kreaatifi yang diaplikasikan dalam berbagai bentuk media komunikasi visual dengan

Desain komunikasi visual adalah ilmu yang mempelajari konsep komunikasi dan ungkapan daya kreatif, yang diaplikasikan dalam berbagai media komunikasi visual dengan

Dalam sebuah artikel dari http://sadidadalila.wordpress.com/ menjelaskan bahwa Desain Komunikasi Visual adalah ilmu yang mempelajari konsep komunikasi dan ungkapan

Desain komunikasi visual adalah ilmu yang mempelajari konsep komunikasi dan ungkapan daya kreatif, yang diaplikasikan dalam berbagai media komunikasi visual dengan

Desain Komunikasi Visual adalah ilmu yang mempelajari konsep komunikasi dan ungkapan kreatif, teknik dan media untuk menyampaikan pesan dan gagasan secara visual, termasuk

Desain Komunikasi Visual adalah ilmu yang mempelajari konsep komunikasi dan ungkapan kreatif, teknik dan media untuk menyampaikan pesan dan gagasan secara visual, termasuk audio

Menurut definisinya, desain komunikasi visual adalah suatu disiplin yang bertujuan mempelajari konsep-konsep komunikasi serta ungkapan kretif malalui berbagai media

Desain komunikasi visual adalah ilmu yang mempelajari konsep komunikasi dan ungkapan daya kreaatifi yang diaplikasikan dalam berbagai bentuk media komunikasi visual dengan