• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. IDENTIFIKASI DAN ANALISIS DATA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "2. IDENTIFIKASI DAN ANALISIS DATA"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

Universitas Kristen Petra 8

2. IDENTIFIKASI DAN ANALISIS DATA

2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Tinjauan Media 2.1.1.1. Pengertian Media

Media adalah metode komunikasi umum yang membawa pesan. Menurut Fandy Tjiptono dalam bukunya yang berjudul strategi pemasaran berpendapat bahwa media adalah saluran penyampaian pesan komersial kepada khalayak sasaran.

2.1.1.2. Jenis-jenis Media

Iklan dapat dikelompokkan menjadi 4 kategori, yaitu : a. Iklan LiniAtas (Above The Line)

Menurut Frank Jefkins dalam bukunya berjudul periklanan, iklan lini atas (Above The Line) seringkali disebut sebagai iklan (yang menggunakan) media baik itu media cetak (koran, majalah) maupun media elektronik (televisi, radio). Pemakaian iklan ini, mengharuskan adanya komisi, dan biro iklan yang mengelolanya harus mendapat pengakuan dari lembaga asosiasi pemilik media. Iklan Above The Line dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu :

- Televisi

Iklan televisi berdasarkan bentuknya dapat dikelompokkan sebagai berikut : a. Line Action : Video klip iklan yang melibatkan unsur gambar,

suara, dan gerak secara bersama.

b. Animation : Iklan yang dibangun berdasarkan gambar-gambar kartun (baik 2 maupun 3 dimensi) baik gambar kartun yang digambar dengan ketrampilan tangan maupun animasi komputer.

c. Stop Action : Iklan televisi yang berbentuk perpaduan antara teknik live action dan teknik animasi sehingga memberikan efek dramatik iklan.

(2)

Universitas Kristen Petra 9

d. Still : Iklan yang disampaikan dengan cara tidak melibatkan unsur gambar gerak, melainkan gambar beku (diam).

e. Musik : Iklan televisi yang disampaikan melalui musik sebagai media penyampaian pesan artinya, pesan iklan dikemas dalam sebuah alunan musik sebagai kekuatan utama pesan iklan.

f. Superimposed : Bentuk iklan televisi dalam bentuk gambar iklan yang muncul di ujung layar, baik kiri atas, kiri bawah, kanan atas, kanan bawah, sementara siaran televisi tetap berlangsung.

g. Sponsor Program : Iklan televisi dimana pihak pengiklan atau sponsor membiayai program acara televisi tertentu dan sebagai imbalannya ia dapat menyampaikan pesan iklan dengan lebih mendominasi.

h. Running Text : Iklan televisi dimana pesan diperlihatkan muncul masuk secara perlahan bergerak dari kanan masuk pada layar lalu menghilang pada sebelah kiri layar.

i. Back Drop : Bentuk iklan televisi dimana pesan iklan diperlihatkan pada latar belakang acara yang diadakan.

j. Caption : Bentuk iklan televisi dimana pesan yang digunakan hanya berupa tulisan saja yang muncul dibagian layar bawah.

k. Kredit Title : Iklan yang diperlihatkan pada bagian akhir dari sebuah acara.

l. Ad Lips : Iklan televisi dimana pesan disampaikan dan diucapkan oleh pembawa acara secara langsung pada sebuah acara.

(3)

Universitas Kristen Petra 10

m. Property Endorsement : Iklan yang berbentuk dukungan sponsor yang diperlihatkan pada berbagai hal sebagai kelengkapan property siaran atau berbagai hal yang dikenakan oleh artis atau pembawa acara. n. Promo Ad : Iklan yang dilakukan oleh pengelola televisi

untuk mempromosikan acara-acaranya.

Kelebihan : Efisiensi biaya, mempunyai dampak dan pengaruh yang kuat.

Kekurangan : Biaya tinggi, resiko zapping, khalayak yang tidak selektif dan kesulitan teknis.

- Radio

Ciri khas iklan radio adalah hanya dapat didengarkan melalui audio (suara) saja. Suara yang dimaksud merupakan perpaduan dari kata (voice), musik dan sound effect, iklan radio terdiri dari beberapa jenis kategori, yaitu :

a. Add Lips : Iklan yang disampaikan oleh penyiar secara langsung pada saat siaran baik pada saat membawakan siaran musik, berita, dialog, dan sebagainya.

b. Spot : Iklan yang disampaikan dengan teknik

perekaman sebelumnya, sehingga membutuhkan naskah terlebih dahulu.

c. Sponsor Program : Pemberian waktu khusus kepada sponsor untuk menyampaikan pesan dengan cara membiayai sebuah program acara radio.

Kelebihan : Bersifat lebih personal, audience selectivity (pendengar yang selektif), merupakan media intrusif, biaya produksi rendah, berfungsi sebagai pengingat pesan di media lainnya, fleksibel, bukan media musiman dan sub urban converage. Kekurangan : Lack of Picture (pesan tidak dapat

didemonstrasikan) bersifat sekelebar, bersifat terbagi, penjual sulit mendapatkan bukti bahwa

(4)

Universitas Kristen Petra 11

radio yang bersangkutan telah menyiarkan iklan sesuai pesanan.

- Surat kabar

Kelebihan : Market Coverage (jangkauan daerah yang luas), Comparisson Shopping (Catalog Value) lebih dipercaya oleh masyarakat.

Kekurangan : Short Life Span, Clutter, Limited Coverage of Certain Groups, Poor Re Production.

- Majalah

Kelebihan : Khalayak sasaran jelas karena lebih tersegmen dan terspesialiasasi, dapat mengangkat citra dari produk yang dikomunikasikan, Long Life Spon, kualitas visual jauh lebih baik.

Kelemahan : Fleksibilitas terbatas, biaya tinggi, distribusi.

- Billboard, Neon Sign, Spanduk, Baliho

Kelebihan : Frekuensi lebih tinggi, ukuran media dan tata warna pada media dapat diatur sesuai pesanan, dan berpengaruh sangat tinggi jika pesan yang disampaikan kreatif dan letaknya strategis.

Kekurangan : Hanya dapat menjangkau daerah tertentu saja.

b. Iklan Lini Bawah (Bellow The Line)

Iklan lini bawah adalah periklanan yang menggunakan media-media selain media yang diatas dalam melakukan kegiatan promosi.

Macam-macam iklan lini bawah yaitu :

Leaflet, folder, brosur atau booklet, broad sheet, katalog, timetable, kartu pos berwarna, peralatan tulis menulis, sisipan/stuffer, agenda, catatan nomor telepon, kartu jaminan, kartu garansi, daftar harga dan formulir pesanan, formulir sayembara, mobil, poster, stiker, contoh kemasan, produk sisa, stand kasa, kartu pajangan, kotak dispenser, jam dinding, tokoh iklan, model, model bergerak,

(5)

Universitas Kristen Petra 12

pajangan berlampu, stand toko, pajangan luar, tutup botol, stiker dan transfer, bantalan kas, sample, tatakan gelas, asbak, tiket, rak, iklan dalam toko, daftar menu, tulisan di langit, seruan dari langit, spanduk dan lain-lain.

Widyaningtyas Sistaningrum, membagi iklan lini-bawah menjadi 4 bagian, yaitu :

- Pameran

Dapat berupa pameran umum (horizontal fairs), pameran yang lebih spesifik (vertical fairs), consumen fairs dan solo exhibition.

- Direct Mail

Merupakan bentuk periklanan yang menjual secara langsung kepada konsumen, bisa berupa surat, email, telepon dan lain-lain. Keuntungan direct mail adalah tingkat selektifitas dan flexibilitas yang tinggi, pengaruh personal yang kuat dan dapat diukur.

- Point of Purchase

Merupakan bentuk display untuk mendukung periklanan yang memiliki fungsi periklanan secara lengkap.

- Merchandising Schemes

Bentuk periklanan ini dapat berupa potongan harga, voucher hadiah, hadiah ekstra, dan lain-lain.

c. Media Luar Ruang

Dalam bukunya Rhenald Kasali menekankan media luar ruang adalah papan reklame. Umumnya media luar ruang yang ditata dengan baik memberikan keuntungan ganda bagi pemda setempat. Iklan luar ruang disamping mempercantik kota juga sumber pendapatan bagi pemerintah daerah setempat.

Media luar ruang sebagai salah satu media konvensional juga ikut mengalami pembaharuan. Dibanding dengan negara-negara di Eropa, kreativitas media luar ruang di Indonesia masih tertinggal beberapa langkah. Namun bukan berarti tidak ada upaya untuk mengejar ketinggalan tersebut. Transit Ad, salah satu jenis iklan luar ruang juga memiliki, kelemahan tersendiri, karena hanya mampu menyampaikan pesan secara sekilas, namun bagaimanapun juga media luar ruang tetap memberikan kontribusi yang cukup besar bagi belanja iklan

(6)

Universitas Kristen Petra 13

nasional melalui perannya sebagai reminder terhadap produk, demi mencapai brand awareness masyarakat.

d. Through The Line / Unconventional Media

Melemahnya pamor media konvensional memaksa para pengiklan untuk kembali memikirkan cara-cara baru dalam beriklan. Termasuk bagaimana merancang suatu konsep media baru yang lain daripada yang lain, sebuah media yang dapat menutupi segala kekurangan dari media-media sebelumnya. Dalam menghadapi tantangan ini Through The Line merupakan salah satu konsep media baru yang di adaptasi oleh para praktisi periklanan Indonesia dari dunia periklanan.

Sebelum kemunculan Through The Line sebenarnya sudah cukup banyak konsep periklanan dan media placement di Indonesia. Salah satu yang paling populer adalah Above The Line (ATL) dan Bellow The Line (BTL). ATL lebih menekankan pada periklanan melalui kontak tak langsung dengan khalayak sasaran, dengan menyalurkan pesan iklan melalui media-media pada umumnya seperti media cetak, televisi, radio, dan media luar ruang. Sedangkan BTL mengandalkan pada pertemuan dan kontak langsung dengan konsumen, melalui live events, direct mail, point of purchase, merchandising schemes, dan lain-lain.

Dapat disimpulkan bahwa Through The Line adalah pemanfaatan semua point of contact yang sesuai dengan perilaku konsumen untuk mencapai tujuan kampanye periklanan. Dan inilah tujuan sebenarnya yang dimaksud degan Through The Line. Berbicara langsung kepada konsumen, tanpa perantaraan, juga tanpa halangan. Dengan dasar-dasar konsep yang seperti inilah diharapkan dapat menghasilkan iklan yang tepat dan langsung terarah pada sasaran.

Beberapa tahap mendasar yang membedakan TTL dari konsep perancangan yang lain, dapat dilakukan melalui pendekatan :

Focus Group

Pada focus group, seorang perancang mencari sekelompok orang yang mewakili target iklannya untuk diteliti kebiasaannya, dan kesehariannya. Hal ini digunakan untuk mencari aspek-aspek lain yang dapat mendukung pembuatan dari iklan tersebut, yaitu :

(7)

Universitas Kristen Petra 14

a. Point of Contact

Tahapan ini termasuk proses yang paling menarik bagi seorang perancang iklan. Karena melalui proses inilah, seorang perancang dapat benar-benar mengenal target iklannya. Pada tahap ini, perancang akan mengambil satu orang atau satu kelompok tertentu yang mewakili keseluruhan konsumen. Selanjutnya satu atau sekelompok orang ini diteliti kesehariannya secara spesifik tentang apa yang akan dilakukannya dan apa yang dilaluinya semenjak bangun di pagi hari, hingga kembali tidur malam hari. Dalam hal ini termasuk hal-hal sederhana seperti sarapan pagi, mengantar anak ke sekolah, pergi ke kantor, menonton televisi, dan lain-lain. Karena justru melalui kegiatan inilah akan ditemukan point of contact dengan konsumen, yang nantinya akan sangat menentukan waktu (where to say) dan tempat (when to say) penayangan iklan.

b. Communication Channels

Communication Channels adalah channel-channel komunikasi yang

langsung bersentuhan dengan konsumen sasaran sewaktu mereka sedang bergelut dengan kegiatan keseharian mereka. Seperti iklan-iklan online yang mereka temui di dunia internet, televisi, bioskop, toilet, screen saver komputer, majalah, poster di jalan-jalan yang mereka lewati, billboard, stiker di mobil-mobil, halte bus, dan lain-lain. Channel-channel inilah yang berpotensial untuk menjadi area pemasangan iklan yang efektif untuk menjangkau konsumen.

Salah satu konsep TTL yang paling populer di Indonesia adalah Ambient media. Meskipun belum banyak yang memahami namun penerapannya mulai dipercayai sebagai jalan keluar bagi masalah periklanan Indonesia. Ambient media merupakan sebutan untuk segala kemungkinan media beriklan yang diciptakan khusus untuk target tertentu melalui cara beriklan yang tidak biasa dan tak terduga.

2.1.1.3. Strategi Media

Strategi media dibagi menjadi 4 langkah yaitu :

- Memilih khalayak sasaran. Terdiri dari 4 faktor yaitu geografis, demografis, penggunaan produk, dan gaya hidup / psikografis. - Menentukan tujuan media

(8)

Universitas Kristen Petra 15

- Memilih kategori media - Membeli media

2.1.1.4. Tujuan Media

Penentuan media bertujuan mempermudah proses penyampaian pesan dalam sebuah iklan. Karena media menciptakan hubungan yang dibutuhkan antara si pembuat iklan dan masyarakat. Terutama dalam iklan layanan masyarakat, pesan yang terpenting, karena tidak ada pertimbangan keuntungan yang diharapkan oleh pihak penyelenggara. Laba memang bukan menjadi tujuan utamanya, jika pesan tidak tersampaikan maka iklan layanan masyarakat tersebut dapat digagalkan dalam upayanya memperbaiki keadaan sosial masyarakat. Oleh sebab itulah pemilihan media-media berikut didasarkan atas pemikiran bahwa media-media tersebut akan mampu berbicara langsung kepada khalayak sasaran yang spesifik, sehingga mendatangkan impact yang terarah pula.

2.1.1.5. Pemilihan Media

Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih media yang tepat adalah sebagai berikut.

1. Pasar sasaran 2. anggaran Periklanan

3. Sifat Saluran Distribusi bagi produk yang bersangkutan. 4. kegiatan Periklanan Pesaing

5. Karakteristik Kedalaman Pesan 6. Tingkat Kedalaman Pesan

7. Efektivitas Media dalam Menarik Target Audience (Pasar Sasaran) 8. Jangkauan, Frekuensi, dan Dampak Media yang dipilih.

9. Communication objective dari beriklan itu sendiri.

2.1.2. Tinjauan Iklan

2.1.2.1. Pengertian Iklan dan Periklanan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata iklan didefinisikan sebagai (1) berita pesanan (untuk mendorong, membujuk) kepada khalayak ramai

(9)

Universitas Kristen Petra 16

tentang benda dan jasa yang ditawarkan; (2) pemberitahuan kepada khalayak ramai mengenai barang atau jasa yang dijual, dipasang dalam media massa seperti surat kabar dan majalah (421).

Bauran promosi adalah salah satu unsur dalam bauran pemasaran (marketing mix). Sarana promosi yang utama adalah periklanan, promosi, penjualan, publisitas, dan penjualan perorangan. Keempat sarana tersebut memiliki kemampuan tersendiri dan saling tumpang-tindih. Agar semua sarana tersebut terkoordinasi secara efektif, diperlukan penetapan sasaran komunikasi dengan cermat (Kotler 202).

2.1.2.2. USP

USP merupakan kepanjangan dari Unique Selling Preposition. Terdapat 2 keuntungan mengembangkan USP :

a. Membedakan produk dengan kompetitor di mata konsumen / klien yang potensial.

b. Membuat tim menjadi lebih fokus dalam mewujudkan USP, sehingga meningkatkan kinerja dalam perusahaan.

2.1.2.3. Integrated Marketing Communication (IMC) / Komunikasi Pemasaran Terpadu.

Komunikasi Pemasaran Terpadu/Integrated Marketing Communication (IMC) adalah sebuah proses perancangan, pelaksanaan dan pengawasan pesan dari sebuah brand/merek dalam rangka menciptakan hubungan dengan pelanggan / customer.

Dalam media IMC iklan merupakan salah satu elemen yang ikut menentukan sukses atau tidaknya marketing komunikasi sebuah brand/ produk. Dalam konsep IMC, keberhasilan tidak dapat diklaim sebagai buah kerja keras salah satu bentuk komunikasi saja melainkan kerja keras dari semua elemen karena masing-masing elemen memiliki tugas yang berbeda. Seperti misalnya seorang klien akan meluncurkan produk A. Tugas iklan adalah membuat publik menyadari kehadiran produk A (awareness). Setelah publik sadar, tugas dilanjutkan oleh tim distribusi, sales promotion dan direct marketing untuk

(10)

Universitas Kristen Petra 17

semakin menggenjot penjualan langsung di pasar. Setelah publik mengkonsumsi produk tersebut, harus dilakukan upaya untuk menjaga loyalitas. Disinilah fungsi CRM yang dengan kreatifitas dan pemahaman consumer insightnya menjaga loyalitas konsumen dengan pengadaan program yang sifatnya massal maupun pendekatan lain yang lebih personal. Efek dari semua kegiatan tersebut adalah meningkatnya penjualan secara signifikan. IMC memiliki peran yang sangat penting terhadap kegiatan beriklan karena iklan tidak dapat berjalan dengan baik apabila tidak didukung oleh distribusi yang bagus, kerja keras dari direct marketing, sales promotion dan tim-tim yang lain.

Sekitar tahun 1980 an, banyak perusahaan mulai melihat pentingnya sebuah strategi terpadu untuk promotional tools mereka. Perusahaan-perusahaan ini mulai menggunakan Komunikasi Pemasaran Terpadu / IMC yang melibatkan koordinasi dari berbagai elemen promosi dan kegiatan pemasaran/marketing sehingga mampu menjalin komunikasi dengan pelanggan mereka.

Begitu para marketer mengenal konsep dari IMC, mereka mulai meminta agar biro iklan mereka untuk menggunakan berbagai promotional tolls, tidak hanya mengandalkan media advertising/iklan saja. Melihat perkembangan pasar, banyak biro iklan yang mulai menyediakan jasa promotional tools yang lain seperti public relations, sales promotion dan direct marketing, biro-biro iklan tersebut kemudian menanamkan diri mereka sebagai IMC agencies/biro Komunikasi Pemasaran Terpadu (Belch dan Belch 9).

2.1.2.4. Fungsi Iklan

Iklan memiliki empat fungsi utama, yaitu menginformasikan khalayak mengenai seluk beluk produk (informative), mempengaruhi khalayak untuk membeli (persuading), dan menyegarkan informasi yang diterima khalayak (reminding), serta menciptakan suasana yang menyenangkan sewaktu khalayak menerima dan mencerna informasi (entertainment) (Tjiptono 226).

(11)

Universitas Kristen Petra 18

2.1.2.5. Jenis-jenis Iklan - Iklan Strategis

Iklan strategis digunakan untuk membangun merek. Hal itu dilakukan dengan mengkomunikasikan nilai merek dan manfaat produk. Perhatikan utama iklan strategis ini dalam jangka waktu panjang adalah ‘memposisikan” merek serta membangun pangsa pikiran dan pangsa pasar. Iklan ini mengundang konsumen untuk menikmati hubungan degan merek serta meyakinkan ulang bahwa merek ini tetap tersedia bagi para pengguna yang sudah ada.

- Iklan Taktis - Iklan Ritel - Iklan Korporat

- Iklan Bisnis kepada bisnis - Iklan Layanan Masyarakat

2.1.2.6. Tujuan Periklanan

Dilihat dari tujuannya, dan diserap dari segi praktisnya, dapat dikatakan bahwa iklan merupakan sarana penyampaian pesan dari produsen kepada konsumen dengan tujuan untuk mempengaruhi mereka agar membeli barang atau jasa. Sarana penyampaian pesan ini mengambil bentuk seperti dengan lisan, tulisan, teriakkan, tercetak, terpancar (radio, film, televisi, slide, dan lain-lain). Mengingat iklan adalah salah satu bentuk komunikasi, maka tujuannya haruslah dapat menjawab tujuan komunikasi. Dengan kata lain, tujuan utama komunikasi adalah menginformasikan, mempengaruhi dan membujuk, serta mengingat sarana audience tentang perusahaan dan bauran pemasarannya.

Uyung Sulaksana menjabarkan tujuan dari promosi periklanan sebagai berikut (Sulaksana 59-60):

1. Menginformasikan (informing), berupa:

- Memberitahu pasar akan keberadaan suatu produk. - Memperkenalkan cara pemakaian produk.

- Menyampaikan perubahan harga pada pasar. - Menjelaskan cara kerja produk.

(12)

Universitas Kristen Petra 19

- Meluruskan kesan yang salah/keliru.

- Menimimalkan ketakutan dan keraguan konsumen. - Membangun citra perusahaan.

2. Mempengaruhi dan membujuk (persuading), untuk : - Membentuk pilihan merek.

- Mengalihkan pemilihan ke merk tertentu.

- Mengubah persepsi pelanggan pada atribut produk. - Mendorong pembeli pada tempat outlet penjualan.

- Mendorong pembeli untuk menerima kunjungan wiraniaga. 3. Mengingatkan (reminding), berupa:

- Mengingatkan pembeli bahwa produk dibutuhkan dalam waktu dekat. - Mengingatkan pembeli pada tempat outlet penjualan.

- Membuat pembeli tetap ingat walau tidak ada kampanye iklan.

- Menjaga supaya ingatan pertama (top of mind) pembeli jatuh pada produk perusahaan.

Tujuan Komunikasi Respon Khalayak Proses Pembelian

Informing Efek Kognitif Attention

Persuading Efek Afektif Interest

Reminding Efek Konatif Follow up

Gambar 2.1. Tujuan Komunikasi

Tujuan promosi yang dikategorikan sebagai efek dari komunikasi adalah (Sulaksana 60):

- Category need : menumbuhkan persepsi pelanggan terhadap suatu kebutuhan.

- Brand awareness : memperkenalkan dan memberi pemahaman suatu produk pada konsumen.

- Brand attitude : mendorong konsumen untuk membeli merek tertentu. - Brand purchase intention : membujuk pelanggan untuk membeli.

(13)

Universitas Kristen Petra 20

- Purchase facilitation : mengimbangi kelemahan unsur bauran pemasaran lain.

- Positioning : menanamkan citra produk dan perusahaan di benak konsumen.

2.1.3. Studi Literatur Topeng 2.1.3.1. Definisi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, topeng didefinisikan sebagai penutup muka (dr kayu, kertas, dsb) yg menyerupai muka orang, binatang, dsb; kepura-puraan untuk menutupi maksud sebenarnya; kedok.

2.1.3.2. Sejarah Kebudayaan Topeng A. Zaman Presejarah

Topeng sudah dikenal sejak masa prasejarah hingga saat ini. Lebih tepatnya sejak jaman Paleo-litikum (± 30.000 tahun yang lalu). Secara praktis, kegunaannya hanya pada upacara kepercayaan. Hal tersebut terbukti dari lukisan dinding gua di Trois Freses, selatan Perancis dan gua-gua di Spanyol yang berupa gambar manusia menggunakan kulit binatang dan memakai topeng untuk kegiatan kesenian seperti menari, menyanyi dan memainkan instrumen serta perburuan.

Karya topeng pada seni primitif sering dikaitkan dengan idolatry (personifikasi dari leluhur yang menentukan garis keturunan dari masyarakat) dan digunakan untuk menyembunyikan identitas pemakainya dalam upacara ritual. Hal tersebut disebabkan pemakainya menjadi perantara antara dunia roh dengan manusia. Kehadiran roh nenek moyang dalam topeng berarti pemulihan hubungan kedua dunia tersebut. Karenanya topeng pada zaman prasejarah bersifat sakral dan berhubungan dengan kepercayaan animisme dan dinamisme.

Pemujaan pada roh nenek moyang menghasilkan kreatifitas penggambaran obyektif ide dan citra roh nenek moyang pada karya seni topeng dan patung. Dalam hal ini topeng menjadi ragam hias dan dipakai juga sebagai elaborasi dramatari. Selain digunakan pada upacara dan ritual, perkembangan dari upacara daur hidup seperti upacara kematian berkembang mencapai manifesti baru dalam

(14)

Universitas Kristen Petra 21

bentuk tarian drama dimana topeng berubah fungsinya sebagai topeng pentas tari (Tusan dan Yudoseputro 14).

B. Zaman Kerajaan Hindu-Buddha

Kesenian topeng pada zaman Hindu masih mewarisi nilai magis dari zaman purba. Nilai magis tersebut menyesuaikan diri dengan paham magis pada agama Hindu, di Indonesia khususnya pada paham Shivaisme. Fungsi topeng tidak lagi hanya untuk upacara ritual saja, namun juga difungsikan dalam seni pertunjukan yang bersifat sekular tanpa menghilangkan sepenuhnya ciri-ciri ritualnya. Dalam drama tari ini topeng tidak lagi berfungsi sebagai hiasan namun sudah mendukung perwatakan tokoh dan menjadi satu kesatuan dengan lakon yang diperankan bersama dengan tata busana dan rias. Cerita yang diangkat bersumber pada kesusasteraan Jawa-Hindu dan dimulai di pusat-pusat kebudayaan seperti lingkungan istana raja dan lingkungan Pura.

Selain diwujudkan dalam relief, kala pada gerbang candi, dan topeng dari berbagai material, dalam prasasti Jaha, abad ke sembilan, drama tari topeng telah disinggung dengan nama atapukan, selain itu pada abad ke dua belas dalam kitab Sumanasantaka juga menyebut drama tari dengan nama wayang wong. Dalam seni Jawa-Hindu, topeng disebut dengan raket sedangkan dalam seni Bali-Hindu, topeng disebut dengan tapuk atau tapel. Dalam perkembangannya, topeng tidak lagi dimonopoli oleh kalangan istana dan agama, namun menyebar kepada masyarakat umum dan mengalami perubahan bentuk dan fungsi akibat bercampur dengan unsur-unsur kesenian rakyat.

C. Zaman Kerajaan Islam

Pada masa awal tumbuhnya kerajaan-kerajaan Islam, fungsi topeng sebagai hiburan dan seni dibaurkan dengan ajaran moral dan agama Islam. Sehingga selain digunakan untuk tontonan juga digunakan untuk menyebarkan ajaran agama, moral dan etika yang mengakulturasikan dirinya dengan kebudayaan setempat.

Seiring dengan waktu, topeng mengalami perubahan dan perkembangan baik dari drama tari maupun sisi estetik visualnya. Oleh para Wali dan raja-raja

(15)

Universitas Kristen Petra 22

Islam, seni topeng diidentikkan dengan perwatakan manusia, sehingga topeng memiliki nilai baru yaitu nilai simbolis. Simbolisme watak tersebut dapat dilihat dari warna, garis, tata rias dan busana yang digunakan.

Cerita yang diangkat kebanyakan adalah cerita Panji, yang lakon-lakonnya masih berkaitan atau berakar dengan Mahabharata dan Ramayana. Namun, cerita dan lakon-lakon tersebut telah mengalami penyesuaian bentuk dan wataknya.

D. Zaman Modern

Pada zaman modern seperti saat ini, nilai dan fungsi topeng telah bergeser. Topeng tidak lagi dianggap sakral, walaupun beberapa daerah masih mempertahankan nilai magisnya. Topeng juga tidak lagi sebatas digunakan dalam upacara dan ritual maupun drama tari. Budaya komersialisme dan perkembangan zaman membuat nilai-nilai dan pakem topeng tidak lagi terlalu diperhatikan. Topeng saat ini banyak dibuat dan diperjual belikan sebagai cinderamata, mainan, pajangan dan lain-lain. Drama tari topeng juga mengalami perkembangan. Biasa disebut dengan tari topeng kontemporer, senimannya antara lain Ni Didik Thowok, yang ceritanya kebanyakan bersumber dari cerita sehari-hari.

2.1.3.3. Jenis-Jenis Topeng

A. Jenis Topeng Menurut Kegunaannya

Museum Nasional Indonesia menggolongkan topeng menurut kegunaannya menjadi dua jenis yaitu topeng etnis dan topeng pertunjukan.

a. Topeng Etnis

Topeng etnis adalah topeng yang dibuat oleh masyarakat suku bangsa yang tidak atau sedikit dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu atau kebudayaan luar lainnya. Topeng ini pada umumnya dibuat dari tumbuhan yang kadang dikombinasikan dengan bahan lain, seperti tulang, bulu dan kulit binatang. Fungsinya untuk keperluan upacara yang berkaitan dengan roh atau menggambarkan mahluk dunia luar atau alam gaib dan topeng ini bersifat sakral.

Tak semua suku di Indonesia memiliki atau mempertahankan topeng etnis ini. Yang masih tersisa antara lain berasal dari suku Batak Karo yang disebut toping atau topeng dalam bahasa Batak Toba. Toping dipakai oleh para guru atau

(16)

Universitas Kristen Petra 23

semacam dukun yang menari dalam upacara penguburan. Selain itu suku Dayak Apo Kayan di Kalimantan Tengah mempunyai topeng berwajah mahluk mirip burung bernama Hudoq yang dipakai pada upacara- upacara ritual. Contoh lainnya adalah topeng ondel-ondel dari suku Betawi, sekarang topeng ini lebih berfungsi untuk menyambut tamu agung, upacara perkawinan dan lain-lain.

Gambar 2.2. Topeng Etnis

Sumber : Website Museum Nasional Indonesia b. Topeng Pertunjukan

Pertunjukan yang dimaksud di sini adalah pergelaran suatu lakon atau cerita yang dilihat oleh banyak orang. Cerita atau lakon dipakai biasanya mengambil cerita Ramayana, Mahabharata atau cerita Panji. Ada pula yang mengambil cerita/lakon lain seperti topeng pajegan yang menceritakan keadaan kerajaan Gelgel, Klungkung, Bali. Contoh topeng pertunjukan lainnya adalah topeng Malang dan Cirebon yang dimainkan dengan tarian serta Reog Ponorogo dari Jawa Timur yang bercerita mengenai cerita panji yang sedang berkelana mencari isteri yang hilang. Meskipun pada jaman sekarang pertunjukan topeng jarang memakai kekuatan gaib, namun Reog masih memasukkan unsur mistik dalam setiap pertunjukannya. Pertunjukan unsur magis lainnya juga terdapat di Bali, yaitu Tari Barong. Ada dua Tari Barong, yaitu barong dengan dua kaki disebut Barong Landung, sedangkan yang berkaki empat disebut Barong Keket atau Barong Ket. Tema ceritanya ialah perkelahian antara Rangda dan Barong yang sering disimbolikan sebagai pertarungan baik dan buruk.

Ada juga topeng yang digunakan sebagai hiburan saja. Pertunjukan topeng semacam ini selain ada di Bali, juga di Jawa dan daerah lain seperti Banjarmasin. Selain itu ada juga pertunjukan topeng kontemporer, seperti yang sering

(17)

Universitas Kristen Petra 24

diperagakan oleh seniman tari Didi Nini Towok. Dalam pertunjukan ini seniman bebas mengekspresikan dirinya, yang ceritanya menggambarkan situasi atau realitas saat ini.

Gambar 2.3. Topeng Pertunjukan Sumber : Website Museum Nasional Indonesia

B. Jenis Topeng Menurut Bentuk dan Wujudnya

Dalam kesenian topeng ada berbagai macam bentuk dasar. Endo Suanda dalam bukunya berjudul Topeng menjelaskan bahwa secara garis besar bentuk dasar topeng dapat dibagi menjadi lima selain bentukan-bentukan lain yang sulit dikategorikan. Kelima bentukan dasar tersebut adalah bundar, bundar menyerupai hati atau segitiga, bundar lonjong, persegi dan lonjong panjang.

Gambar 2.4. Bentuk Dasar Topeng

Keragaman topeng dapat didasarkan pada dua hal utama yaitu gagasan (seni) yang digambarkan dan gaya penggambarannya.

“Itulah yang dimaksud dengan gaya, yakni bahasa ungkap, style, atau idiom. Bahasa atau idiom dalam dunia topeng bukan melalui kata-kata melainkan melalui bentuk visual.

[…] Gagasan adalah “isi” yang berbeda-beda sesuai dengan lingkungan, mitologi, cerita, dan sebagainya yang bersumber dari kebudayaan masing-masing.” (Suanda 66-67).

(18)

Universitas Kristen Petra 25

Jadi dapat disimpulkan bahwa persepsi dan kultural masing-masing daerah memberi pengaruh yang berbeda sehingga menimbulkan ciri khas atau gaya yang berbeda pula. Sebagai contoh, pada gambar alis topeng Jepang, Bali dan Jawa. Pada topeng Jepang, garis alis memiliki kontur yang kabur, sedangkan pada topeng Jawa dan Bali garis alisnya tegas walau dengan bentuk yang berbeda.

Sedangkan wujudnya dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu topeng binatang, topeng manusia dan topeng “manusia” khayal.

a. Topeng Binatang

Topeng binatang dapat digolongkan menjadi topeng burung, binatang bertanduk, binatang buas, binatang tidak buas, binatang khayal dan binatang campuran.

• Burung

Paruh menjadi simbol dari binatang yang bisa terbang dalam visualisasi topeng. Karena itu paruh menjadi simbol utama selain sayap dan kaki.

• Binatang Bertanduk

Tanduk sering dikaitkan dengan jenis binatang atau makhluk lain seperti raksasa, dewa dan lain sebagainya. Tanduk diasosiasikan sebagai senjata, karena itulah dalam beberapa tradisi, tanduk digunakan sebagai simbol kekuatan dan ketangguhan baik dalam hal fisik, ekonomi maupun spiritual.

• Binatang Buas

Gambaran visual binatang buas yang sering digunakan dalam dunia topeng adalah ular (naga), buaya, singa, harimau atau macan dan babi hutan. Yang ditonjolkan adalah gigi dan taring sehingga mengesankan kekuatan dan keperkasaan.

Naga dikaitkan dengan simbol air dan bumi, karenanya selain disimbolkan sebagai keperkasaan juga dikaitkan dengan kesucian dan kesuburan. Sedangkan singa dan harimau, diasosiasikan sebagai raja hutan yang ditakuti dan paling kuat. Harimau selain gigi dan taring, kulit dan bulunya juga dianggap sebagai simbol kehebatan dan keindahan seperti ekor merak.

(19)

Universitas Kristen Petra 26

• Binatang Tidak Buas

Binatang tidak buas atau yang dapat dijinakkan pada umumnya digunakan sebagai simbol yang berhubungan dengan kepercayaan seperti simbol kesuburan, harmoni lingkungan dan lain-lain. Contohnya adalah ayam, yang dianggap sebagai simbol kelengkapan hidup.

• Binatang Khayal

Binatang khayal yang dimaksud di sini adalah binatang imajiner atau mitologis yang bentuknya tidak seperti binatang pada umumnya. Contoh topeng binatang khayal ini adalah topeng barong atau berok dari Bali dan barongsai.

• Binatang Campuran

Binatang campuran yang dimaksud disini adalah binatang yang juga memiliki unsur binatang lain seperti tanduk, sayap, paruh, belalai dan sebagainya.

b. Topeng Manusia

Topeng manusia sesuai dengan namanya berwujud menyerupai wajah manusia, terdiri dari mata, hidung dan mulut. Tidak seperti topeng binatang yang tidak memiliki karakter, topeng manusia memiliki banyak ekspresi dan suasana kejiwaan seperti halnya wajah manusia sebenarnya. Karena itulah tercipta karakter yang berbeda-beda pada topeng manusia.

Pada pagelaran seni topeng yang mengusung sebuah cerita seperti wayang wong, wayang topeng, topeng dalang, topeng Malang dan sebagainya, topeng yang dibutuhkan bisa mencapai puluhan bahkan ratusan tergantung pada lakon atau karakter apa saja yang terlibat dalam cerita tersebut. Dari berbagai macam karakter, ada empat karakter dasar yang ada pada jenis dan gaya seni topeng, yaitu:

• Halus dan/atau saleh. • Halus tapi genit atau lincah. • Gagah tapi tenang.

(20)

Universitas Kristen Petra 27

Empat dasar karakter terdapat pada tokoh laki-laki, sedangkan pada tokoh perempuan umumnya hanya memiliki dua tingkatan karakter yaitu halus kalem dan halus lincah, namun ada juga tokoh wanita yang gagah dan beringas seperti Durga (Dewi Uma, istri Batara Guru yang mendapat kutukan), Sarpakanaka (adik Rahwana dalam cerita Ramayana) dan Sarag yang merupakan adik Klana dalam cerita Panji (Suanda 95).

Pembagian karakter di atas tidak mutlak dan baku pada setiap kesenian topeng, seperti topeng Betawi, umumnya hanya mengenal tiga macam karakter, yaitu halus kalem, halus lincah dan gagah galak.

Dalam penonjolan setiap karakter, warna dan bentuk elemen muka menjadi pembedanya. Mata, hidung dan mulut topeng karakter halus lebih kecil daripada karakter gagah. Warna dalam banyak tradisi memiliki simbol yang bermakna tertentu seperti putih simbol kesucian yang banyak digunakan pada karakter halus dan merah simbol kemarahan yang banyak digunakan pada karakter gagah galak. Pada umumnya karakter halus berwarna lebih cerah dibandingkan karakter gagah. Selain putih dan merah, terdapat warna campuran lainnya seperti biru, kuning, hijau dan lain-lain yang menandakan karakter yang berbeda-beda pula.

c. Topeng “Manusia” Khayal.

Sebagian besar topeng dapat dikatakan berwujud manusia khayal. Walau memiliki tiga elemen utama wajah manusia (mata, hidung, mulut) penggambarannya cenderung tidak realistis. Sebagai contoh, tak ada hidung manusia yang selancip topeng Cirebon.

“Namun demikian, bentuk-bentuk tersebut tidak distorsif, yakni tidak bertentangan dengan gambaran muka manusia, sehingga topeng-topeng tersebut pada dasarnya dapat dikatakan “normal.” Kadar dan prinsip perbedaan dari yang realistis itu dapat disebut stilasi. Stilasi itulah dalam gaya tradisional diatur oleh norma-norma, yang ditumbuhkan oleh suatu komunitas dalam proses lama, sehingga diterima (“disepakati” dan dipakai) secara bersama dalam komunitas bersangkutan”(Suanda 103)

(21)

Universitas Kristen Petra 28

Manusia sering mengasosiasikan kehidupannya dalam berbagai media, salah satunya adalah melalui seni topeng. Karena itulah topeng dapat dikatakan wujud realita nyata dari pemikiran dan imajinasi manusia yang telah ditambah seni dan budaya. Sebagai contoh, topeng Rangda dan topeng Barong dari Bali yang melambangkan keburukan dan kebaikan sifat manusia.

2.1.3.4. Elemen-Elemen Visual Topeng

Topeng merupakan salah satu hasil kesenian rupa dalam bentuk tiga dimensi. Dalam pembuatannya ada elemen-elemen dasar atau visual yang menunjang penampilan fisik topeng tersebut, yaitu garis (line), kualitas gelap terang (value), bentuk dan ruang (shape and space), pola (pattern), tekstur (texture), dan warna (color).

A. Garis (line)

Menurut Leksikon Grafika, garis atau yang disebut juga dengan kontur didefinisikan sebagai benda dua dimensi tipis memanjang, sedangkan menurut Lillian Gareth, garis merupakan sekumpulan titik yang bila dideretkan maka dimensi panjangnya akan tampak menonjol dan sosoknya disebut dengan garis.

Garis dibagi menjadi empat yaitu horisontal, vertikal, diagonal, dan kurva. Garis dapat menciptakan suasana atau kesan dari bentukan sederhana yang dibuat, seperti garis lurus yang diasosiasikan dengan kekuatan, arah, perlawanan dan garis lengkung yang diasosiasikan dengan keanggunan, gerakan dan pertumbuhan. Dalam seni topeng, garis mutlak digunakan sebagai penjabaran ekspresi.

Berikut ini adalah beberapa jenis garis dan asosiasi yang ditimbulkannya:

Tabel 2.1. Macam-macam Garis dan Asosiasinya

No. Jenis Garis Arti Garis

1. Horisontal: memberikan ketenangan atau

sesuatu hal yang diam dan tak bergerak

2. Vertikal: memberikan stabilitas dan

kekuatan.

3. Diagonal: mengungkapkan sesuatu yang

(22)

Universitas Kristen Petra 29

Tabel 2.1. Macam-macam Garis dan Asosiasinya (sambungan)

4. Garis tegak membengkok (bending up

right): memberi sugesti sedih, lesu.

5.

Olakan-olakan (upwards swirls) ke atas: memberikan sugesti aspirasi kekuatan spiritual dan semangat yang menyala, hasrat yang keras dan berkobar-kobar.

6.

Horisontal berirama: memberi sugesti malas, ketenangan, tidur, ketenangan, tidur, ketenangan yang menyenangkan.

7.

Pancaran ke atas (upward spray): memberi sugesti pertumbuhan, spontanitas,

idealisme.

8.

Perspektif yang melenyap (diminishing perspective): memberi sugesti adanya jarak, kejauhan, kerinduan.

9.

Perspektif yang membalik (interveted perspective): mengesankan keluasan tak terbatas, pelebaran ruang yang tak terhalang, kebebasan mutlak.

10. Air terjun (waterfall): memberi sugesti gaya berat, penurunan berirama.

11.

Lengkungan-lengkungan yang memusat (concentric arcs): memberi sugesti

perluasan ke atas, gerakan yang mengembang, kegembiraan.

12.

Kubah-kubah yang membulat (rounded arc): memberi sugesti kuat, kekokohan.

13.

Piramida-piramida (Pyramide): memberi sugesti stabil, kuat, megah, masif.

(23)

Universitas Kristen Petra 30

Tabel 2.1. Macam-macam Garis dan Asosiasinya (sambungan)

14.

Lengkung-lengkung gothic (gothic arcs): memberi sugesti “spiritual uplift”, kepercayaan dan harapan religius.

15. Bengkokan yang berirama: memberi

sugesti lemah gemulai dan keriangan.

16. Garis spriral (generative force), memberi sugesti kelahiran (genesis).

17.

Gelembung-gelembung yang

mengembang: memberi sugesti

kegembiraan yang ringan, jiwa yang baik.

18.

Diagonal-diagonal yang saling membentur (conflicting diagonal): memberi sugesti konflik, peperangan, kebencian,

kebingungan.

19.

Garis zigzag: memberi sugesti kegairahan, jagged animation (seperti gerakan kilat atau listrik), dinamika, dan gerak cepat

20.

Garis yang memancar (radiation lines): memberi sugesti pemusatan, peletupan, letusan yang tiba-tiba.

Sumber: Materi Kuliah Nirmana (2005)

B. Kualitas Gelap Terang (Value)

Nilai gelap terang warna suatu benda ditentukan oleh banyak sedikitnya cahaya yang menimpa benda tersebut. Bila garis mendeskripsikan suatu objek maka value akan memberikan kesan dan akan memperkaya garis sehingga mempunyai bentuk yang lebih hidup. Albert Munsell seorang ahli warna menyusun sembilan tingkatan warna, dari gelap ke terang. Untuk sifat gelap digunakan hitam dan untuk sifat terang digunakan putih. Antara hitam dan putih, terjadi tujuh tingkatan, tingkat kelima adalah abu-abu netral. (Mengekspresikan Unsur Desain 5)

(24)

Universitas Kristen Petra 31

C. Bentuk dan Ruang (Shape and Space)

Menurut Leksicon Grafika, bentuk adalah macam rupa seperti segitiga, bulat, persegi, trapesium dan sebagainya. Bentuk ada dua macam yaitu bentuk geometris dan bentuk organis. Bentuk geometris adalah bentuk-bentuk yang dikenal dalam ilmu ukur dan dibuat secara beraturan. Sedangkan bentuk organis adalah bentuk-bentuk yang ada di alam semesta seperti manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan.

Ruang adalah keluasan dari suatu bidang dan permukaan. Selain memiliki sifat seperti garis, ruang mempunyai dua dimensi tambahan yaitu lebar dan dalam. Ruang dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu ruang positif dan ruang negatif. Ruang positif adalah ruang yang berada di dalam benda yang berongga, sedangkan ruang negatif adalah ruang yang berada di luar ruang positif.

Dalam seni topeng, bentuk dan ruang digunakan sebagai media ekspresi dan pernyataan volume, misalnya pada topeng wajah: bidang datar pada muka, bidang cembung atau tonjolan sebagai hidung, alis dan sebagainya, serta bidang cekung sebagai cerukan atau lipitan pada mata dan bibir.

D. Pola (Pattern)

Pola merupakan bentuk dekoratif yang bersifat datar dan tidak memiliki gradasi gelap terang. Pada suatu bentuk desain, pola yang bersifat dekoratif bertujuan untuk menambah keindahan yang diaplikasikan dalam bentuk pengulangan.

E. Tekstur (Texture)

Tekstur adalah sifat permukaan suatu benda, seperti halus, kasar, licin, bergelombang, berbulu, dan sebagainya. Tekstur merupakan elemen desain yang ekspresif dan emosional. Tekstur yang kasar akan menimbulkan patra. Patra adalah suatu bentuk yang mempunyai batasan dan larangan yang penghayatannya dengan indera pengelihatan.

Dalam seni topeng, tekstur tergantung dari media apa yang digunakan dan cara pembuatannya, mengingat dalam seni topeng ada banyak macam material yang dapat digunakan dan berbagai cara dalam penggarapannya.

(25)

Universitas Kristen Petra 32

F. Warna (Colors)

Warna dapat didefinisikan secara objektif/fisik sebagai sifat cahaya yang dipancarkan. Dan secara subjektif/psikologis sebagai bagian dari pengalaman indera pengelihatan. Cahaya yang tampak oleh mata merupakan suatu bentuk pancaran energi yang merupakan bagian yang sempit dari gelombang elektromagnetik.

Cahaya yang dapat diterima oleh indera manusia mempunyai panjang gelombang sekitar 380-780 nanometer. Cahaya antara dua jarak nanometer tersebut dapat diurai melalui prisma kaca menjadi warna-warni pelangi yang disebut spektrum cahaya.

Proses terlihatnya warna adalah dikarenakan adanya cahaya yang menimpa suatu benda dan benda tersebut memantulkan cahaya ke mata (retina) maka terlihatlah warna. Pada abad ke-17, Issac Newton menemukan spektrum warna menggunakan prisma.

a. Klarifikasi Warna berdasarkan Spektrum Warna

Warna sebagai sumber keduniawian yang dapat menambah unsur keindahan dapat diklasifikasikan berdasarkan spektrum warnanya yaitu :

- Warna Primer disebut warna pertama atau warna pokok. Disebut warna primer karena warna tersebut tidak dapat dibentuk dari warna lain. Warna primer dapat digunakan sebagai pokok percampuran untuk memperoleh warna-warna yang lain. Warna primer merupakan warna dasar yang terdiri dari merah (magenta red), kuning (lemon yellow), dan biru (turquoise blue).

- Warna sekunder disebut warna kedua, karena warna ini didapat dari percampuran dua warna primer. Misalnya percampuran warna merah dan kuning menjadi jingga, percampuran kuning dan biru jadi hijau, dan percampuran antara merah dan biru menjadi ungu

- Warna tersier merupakan percampuran antara warna primer dan warna sekunder dengan perbandingan yang sama. Warna-warna tersier adalah coklat kuning yaitu percampuran warna hijau dan jingga, disebut juga Sienna Merah, Kuning Tersier, Yellow Ochre, atau Olive; coklat merah adalah percampuran antara jingga dan ungu, disebut juga Siena Bakar, Merah Tersier, Burnt Sien,

(26)

Universitas Kristen Petra 33

atau Red Brown; dan coklat biru adalah percampuran antara hijau dan ungu, disebut juga Siena Sepia, Biru Tersier, Zaitun, atau Navy Blue.

- Warna intermediate adalah warna perantara, yaitu warna yang ada diantara warna primer dan sekunder pada lingkaran warna. Warna-warna intermediate yaitu kuning hijau (Moon Green), kuning jingga (Deep Yellow), merah jingga (Red Vermillion), merah ungu (Purple), biru violet (Blue/Indigo), dan biru hijau (Sea Green).

- Warna analogus adalah warna–warna yang masih dalam rumpun terdekatnya, misalnya merah, merah jingga, dan jingga, dan sebagainya. Warna analogus lebih berwarna daripada warna monokromatik, warna analogus juga dapat menciptakan keharmonisan karena hubungan dekat warna-warna yang dipakai. - Warna komplementer adalah warna-warna yang saling berlawanan dalam

lingkaran warna. Warna komplementer akan selalu tampak kontras dan jika dicampurkan akan menghasilkan warna yang kelabu. Sebagai contoh adalah merah dan hijau, kuning dan ungu, biru dan jingga, dan sebagainya.

Gambar 2.5. Spektrum Warna Sumber: Mc Clelland, Deke (2006)

(27)

Universitas Kristen Petra 34

b. Klarifikasi Warna berdasarkan Gambar/ Ilustrasi

Dalam bidang seni, warna memegang peranan penting karena warna membuat sesuatu kelihatan lebih indah. Klasifikasi warna berdasarkan gambar dan ilustrasi adalah warna monokromatik dan warna polikromatik. Warna monokromatik adalah tingkatan warna senada dari yang paling terang hingga yang paling gelap. Gambar monokrom mengidentifikasikan sebuah keseimbangan antara cahaya dan juga gelap terang suatu objek namun tidak menggambarkan realitas yang ada. Gambar monokrom juga memberikan kesan kelonggaran dan kebebasan.

Sedangkan warna polikromatik adalah warna yang menggunakan banyak kandungan warna yang dicampurkan, bukan semata menambah intensitas dan kuat lemahnya seperti warna monokromatik. Pencampuran warna lebih didasarkan pada warna-warna yang sesungguhnya dilihat.

c. Klarifikasi Warna berdasarkan Sensasinya

Warna merupakan unsur rupa yang paling mudah ditangkap mata dan dapat menimbulkan sensasi yang berbeda-beda. Klasifikasi warna berdasarkan sensasi yang ditimbulkannya adalah warna-warna panas, warna-warna dingin, dan warna-warna netral. Yang dimaksud dengan warna panas adalah warna-warna yang dapat menimbulkan sesasi membara dan berkobar-kobar seperti merah, kuning, dan percampurannya. Warna-warna dingin adalah warna-warna yang memberikan sesasi sejuk dan dingin diantaranya adalah biru, hijau, dan percampurannya, sedangkan warna netral adalah warna yang tidak memberikan sensasi rasa panas ataupun dingin seperti putih, hitam, dan abu-abu.

d. Klarifikasi Warna berdasarkan Karakteristiknya

Warna berdasarkan karakterisktiknya dapat dibagi menjadi dua yaitu warna aktif atau positif dan warna pasif atau negatif. Warna aktif atau positif adalah warna-warna yang dapat menimbulkan kesan semangat dan karakter yang aktif, seperti merah, kuning, jingga, dan percampurannya. Sedangkan warna pasif adalah warna-warna yang menimbulkan kesan kebalikannya, seperti kegelisahan,

(28)

Universitas Kristen Petra 35

pemikiran yang lemah lembut, dan sebagainya. Contoh warnanya adalah biru, biru kemerahan, dan merah kebiruan.

e. Klasifikasi Warna berdasarkan Kualitasnya

Jenis dan macam warna sangatlah banyak terlebih warna buatan. Warna diklasifikasikan berdasarkan kualitasnya dapat dibagi menjadi tiga yaitu hue, chroma, dan value. Hue adalah kualitas dan sifat khas dari suatu warna yang membedakan warna satu dengan warna lainnya. Sebagai contoh warna merah yang mempunyai sifat khas yang berbeda dengan warna biru.

Chroma adalah kekuatan dan kelemahan warna yang mengacu pada intesitas pigmen suatu warna. Sebagai contoh dua warna biru yang sama, dapat pula bernada sama tetapi dalam penampilan yang berbeda. Satu merupakan biru kuat dan yang lainnya merupakan biru lemah, hal ini disebabkan beda jumlah pigmen warnanya.

Value yaitu jenjang gelap terangnya suatu warna. Setiap warna mengandung sejumlah warna hitam dan putih. Penambahan warna hitam akan menyebabkan warna menjadi gelap dan penambahan warna putih akan menyebabkan warna menjadi terang. Value dapat dibedakan menjadi dua yaitu tint dan shade. Tint adalah warna dengan value tinggi, warna yang ringan dan terang karena penambahan warna putih. Sedangkan shade adalah warna dengan value rendah, warna-warna yang berat karena tambahan unsur hitam.

f. Klarifikasi Warna berdasarkan Maknanya

Warna sebagai unsur rupa dapat menjadi ungkapan jiwa dan berpengaruh terhadap jiwa. Warna mempunyai asosiasi makna yang berbeda-beda. Berikut ini merupakan uraian asosiasi warna:

(29)

Universitas Kristen Petra 36

Tabel 2.2.Tabel Warna dan Asosiasinya

No. Warna Asosiasi

1. Biru (Blue): memberikan sugesti tenang

dan menyejukkan

2. Hijau (Green): memberikan sugesti alami

dan sehat

3. Kuning (Yellow): memberikan sugesti

terang dan kehangatan

4. Hitam (Black): memberikan sugesti

keabadian dan keanggunan

5. Ungu (Purple): memberikan sugesti agung

dan keindahan

6. Merah muda (Pink): memberikan sugesti

romantis dan sensual

7. Orange: memberikan sugesti kreatif dan

optimis

8. Merah (red): memberikan sugesti panas

dan penuh energi

9. Coklat (brown): memberikan sugesti alami

10. Abu-abu (grey): memberikan sugesti netral, warna untuk semua

11. Putih (White): memberikan sugesti bersih, suci, dan murni

Sumber: Materi Kuliah Nirmana (2005)

2.1.3.5. Penggubahan Bentuk Seni Topeng

Seni selalu berjalan seiring dengan kedinamisan budaya manusia, karenanya karya seni yang dihasilkan akan selalu mengalami perubahan bentuk begitupun juga dengan topeng. Ada tiga macam penggubahan bentuk, yaitu :

(30)

Universitas Kristen Petra 37

A. Distorsi

Yang dimaksud distorsi disini adalah usaha untuk perubahan bentuk obyek dengan tujuan lebih menonjolkan karakteristiknya. Dalam seni topeng distorsi sering dimanfaatkan untuk penggambaran karakter tokoh atau lakon.

B. Deformasi

Deformasi yang dimaksud disini adalah perubahan bentuk yang didukung oleh keseimbangan dan harmoni atau keselarasan. Dalam seni topeng dapat dilakukan dengan mengeksploatasi bentuk-bentuk simetri.

C. Stylasi

Yaitu perubahan bentuk untuk mendapatkan kesan ritmik, misalnya bentuk ikal sitran atau rekalsitran. Pada seni topeng dapat dilihat pada ukel/ulir sebagai penggambaran rambut atau motif-motif ikal.

2.1.3.6. Material Bahan Pembuat Topeng

Ada banyak material yang dapat dipakai untuk membuat topeng. Pemilihan bahan dapat dipengaruhi oleh kesediaan material, kebudayaan atau tradisi yang tumbuh dalam masyarakat maupun keinginan pribadi sang pembuat. Dalam bukunya, Endo Suanda menggelompokkan bahan pembuat topeng sebagai berikut:

a. Kayu dan Bambu

Bahan yang paling sering dipakai dalam pembuatan topeng adalah kayu. Hal tersebut disebabkan karena kayu merupakan bahan yang cukup murah dan mudah didapatkan. Kayu juga mudah diukir dan relatif ringan. Kayu yang dipilih harus cukup kuat sehingga dapat menghasilkan ukiran yang baik. Contoh kayu yang biasa digunakan di Jawa adalah kayu mentaos sedangkan di Bali banyak menggunakan kayu pule. Jenis kayu lain yang biasa digunakan antara lain kayu kepah, jepun, waru, jaran, duren, kenanga dan sebagainya.

Sedangkan bambu umumnya digunakan sebagai kerangka topeng-topeng besar seperti reog, ondel-ondel dan lain-lain. Bagian bambu yang dapat digunakan sebagai topeng hiasan adalah pangkalnya.

(31)

Universitas Kristen Petra 38

b. Logam

Sejak zaman purbakala, topeng dari logam seperti emas atau perunggu sudah banyak dipakai. Penggunanya sangat terbatas karena hanya dipakai pada saat-saat khusus saja dan hanya dijadikan hiasan dan aksesoris. Topeng dari logam pada umumnya tidak perlu diwarnai lagi karena bahan dan proses pembuatannya telah menghasilkan kualitas warna yang khas. Logam yang dapat dipakai antara lain kaleng, besi, perunggu, perak, tembaga dan emas.

c. Gerabah dan Batu

Topeng dari bahan gerabah dan batu sudah jarang dibuat. Walau materialnya cenderung mudah didapat (tanah dan batu) namun topeng dari bahan ini tidak umum digunakan dalam pertunjukkan.

d. Kulit Binatang dan Kulit Kerang

Kulit binatang dan kulit kerang pada umumnya digunakan sebagai unsur dekoratif saja. Sangat jarang topeng di Indonesia yang menggunakan kulit sebagai bahan utama topeng. Salah satu topeng yang menggunakan kulit sebagai bahan utamanya adalah topeng Italia dengan tradisi topengnya yang hanya setengah muka (commedia dell’arte).

e. Kain, Benang dan Tambang

Topeng kain, benang dan tambang jarang digunakan secara umum. Topeng-topeng tersebut pada umumnya digunakan untuk upacara leluhur seperti yang dilakukan oleh suku Asmat. Benang dan tambang tidak hanya sebagai pengikat namun juga dirajut sehingga membentuk bidang dan garis-garis serta tekstur yang khas. Benang atau tambang tersebut diwarnai terlebih dahulu baru dirajut, berbeda dengan topeng kayu yang diwarnai setelah jadi.

f. Kertas, Karet, Plastik dan Fiberglas

Sejak dulu topeng tradisional banyak yang menggunakan kertas sebagai bahan bakunya. Topeng wayang wong Yogyakarta (untuk peran raksasa dan kera) dan topeng-topeng dari Thailand, Kamboja, Korea dan India sudah beberapa dekade menggunakan kertas. Selain topeng tradisional, kertas juga dipakai untuk topeng modern seperti topeng mainan anak-anak. Topeng kertas dengan ukuran besar seperti barongsai dan ondel-ondel ditopang oleh rangka bambu sehingga

(32)

Universitas Kristen Petra 39

lebih kuat dan ringan. Bahan seperti karet, plastik dan fiberglas relatif baru dalam seni topeng dan merupakan material hasil perkembangan zaman.

g. Ijuk, Daun dan Kulit Buah

Bahan alam seperti ijuk, daun dan kulit buah lebih banyak digunakan untuk topeng ritual. Ada yang seluruhnya dari bahan alam tersebut dan ada juga yang hanya menggunakannya sebagai unsur pelengkap. Contohnya adalah topeng Hudoq dari Kalimantan dan topeng Berutuk dari Trunyan, Bali.

2.1.3.7. Konteks

Endo Suanda merangkum tiga hal utama untuk memahami konteks topeng, yaitu:

• Fungsi, yaitu mengenai kegunaan atau peranan topeng dalam masyarakat masing-masing. Masyarakat terdiri dari berbagai lapisan […] sosial dan individual, sakral, sekular dan idealisme (ekspresi) dan ekonomi (penghasilan), akan tampak bahwa fungsi dari suatu kesenian itu terdiri beberapa lapisan.

• Praktik pelaksanaan, yaitu bagaimana pertunjukan diadakan atau bagaimana topeng dibuat (dan dijual).

• Hubungan antar unsur atau pihak yang berhubungan dengan peristiwa tersebut (165-166).

Gambar 2.6. Diagram Konteks Sumber: Suanda, Endo (2005)

(33)

Universitas Kristen Petra 40

2.2. Studi Literatur Kampung Girilaya, Kelurahan Banyu Urip

Johan Silas dalam kata pengantar buku Masuk Kampung Keluar Kampung mengatakan bahwa pemerintah kota Surabaya mungkin satu-satunya kota yang melalui Peraturan Daerah tentang Rencana Pembangunan Kota (RPK) menetapkan kampung sebagai warisan dan pusaka budaya yang dilindungi. Bahkan nama khas kampung termasuk di antara yang tidak boleh begitu saja diubah atau diganti. Kampung merupakan kawasan khas dari sebuah kota. Budaya yang membedakan kota satu dengan kota lain hanya hidup dan berkembang di kampung, bukan di kawasan perumahan formal (Akhudiat vii-viii). Banyu Urip sebagai kawasan kampung kuno yang telah berdiri sekian lama di sekitar Kali Banyu Urip tentu termasuk dalam kampung cagar budaya tersebut. Asal namanya berasal dari banyu (air, sungai) dan oerip (hidup). Dinamai demikian karena pada zaman dahulu pusat masyarakat Surabaya berada di dekat kanal-kanal sungai yang menjadi bandar-bandar dan Kali Banyu Urip salah satu sungai yang mampu menjadi sarana transportasi dan menunjang kehidupan masyarakatnya.

Kawasan yang padat penduduk ini memiliki banyak sentra kerajinan yang memanfaatkan proses-proses daur ulang, antara lain penjahitan sepatu, sangkar burung, mainan anak-anak dan yang paling menonjol adalah kerajinan topeng kertasnya. Salah satu kampungnya adalah Girilaya, yang menjadi sentra kerajinan topeng Mauludan atau topeng kertas. Girilaya berasal dari kata giri (gunung), yang berarti kuburan di gunung (Akhudiat 59). Nama tersebut muncul karena topografinya yang berbukit dan pada awalnya merupakan perkuburan Tionghoa dan menjadi daerah perumahan liar bagi warga yang tergusur dari pusat kota pada tahun 1850-1930. Penduduknya selain penduduk asli Surabaya juga banyak yang merupakan pendatang dari daerah lain.

Kawasan yang berjarak kurang lebih 4 km dari pusat kota ini dipandang pemerintah cenderung menjadi perkampungan kumuh pada perkembangannya. Karena itu pemerintah kota segera melaksanakan “pemutihan” atau pengesahan tanah dan bangunan serta memindahkan sebagian makam yang ada. Pada tahun 1979, Banyu Urip termasuk dalam program KIP (Kampung Improvement Programe) yang bersama dengan UNICEF memperbaiki kualitas dan fasilitas

(34)

Universitas Kristen Petra 41

kehidupan di sana. Keberhasilan program KIP ini sempat dipamerkan di Berlin, Jerman bersama dengan produk kerajinan yang dihasilkan.

Kini Girilaya dan Banyu Urip secara umum, menjadi contoh keberhasilan kampung Surabaya dan memiliki banyak prestasi seperti Habitat Award 1991, Adi Satya Bakti, pembuatan gapura kertas terbaik dan lain-lain. Karena itulah kawasan Banyu Urip sering mendapat kunjungan dari dalam maupun luar negeri karena keberhasilannya. Selain itu Banyu Urip juga dijadikan daerah penelitian studi kasus komparatif di negara berkembang (antara lain Indonesia, India, Afrika Selatan, Bolivia dan Ghana) yang dilakukan oleh Lab. Perumahan dan Pemukiman Arsitektur ITS yang berkerja sama dengan Centre for Architectual Research and Development Overseas (CARDO) Univ. of Newcastle Upon Tyne, United Kingdom.

2.3. Studi Literatur Kebudayaan Surabaya 2.3.1. Pengertian Budaya

Asal kata budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta, buddhayah, bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) dan diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan akal serta budi manusia. Dalam bahasa Inggris, budaya disebut dengan culture, berasal dari bahasa Latin colere, yang artinya mengolah atau mengerjakan. Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai kultur.

Masyarakat sangat erat dengan kebudayaannya. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski menyebut cultural-determinism, yaitu segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan masyarakat itu sendiri. Melville J. Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Sedangkan menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat. Edward Burnett Tylor juga mrumuskan definisi kebudayaan, yaitu merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan

(35)

Universitas Kristen Petra 42

kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat. Dan menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.

Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

2.3.1.1. Unsur-unsur Budaya

Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok budaya, yaitu: alat-alat teknologi, sistem ekonomi, keluarga dan kekuasaan politik. Sedangkan Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok budaya yang meliputi:

- Sistem norma sosial yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya.

- Organisasi ekonomi.

- Alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama).

- Organisasi kekuatan (politik).

2.3.1.2. Wujud dan Komponen Budaya

Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga: - Gagasan (Wujud Ideal)

Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat. Jika

(36)

Universitas Kristen Petra 43

masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.

- Aktivitas(tindakan)

Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan.

- Artefak(karya)

Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret diantara ketiga wujud kebudayaan.

Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia. Namun wujud budaya yang susah untuk diubah adalah gagasan. Tidak seperti artefak maupun aktivitas yang dapat berubah sesuai dengan perkembangan yang terjadi, gagasan dalam masyarakat telah mendekam dalam alam bawah sadar masyarakat.

Berdasarkan wujudnya tersebut, kebudayaan dapat digolongkan atas dua komponen utama:

- Kebudayaan material adalah kebudayaan yang mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi: mangkuk tanah liat, perhiasan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan material juga mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat terbang, stadion olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci.

(37)

Universitas Kristen Petra 44

- Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional.

2.3.2. Budaya khas Surabaya/ Budaya Arek

Budaya arek sudah berkembang sejak abad ke 4 (Akhudiat 115), berkembang terutama di kampung-kampung dan dipengaruhi oleh banyak budaya seperti budaya Mataraman, Majapahit, Islam, Jawa pesisir dan Madura. Dan memiliki identitas yang menonjol pada bahasa dan seni. Ciri-cirinya antara lain solider, egaliter, spontan, toleran, tanpa pamrih, bahasa yang mudah dimengerti dan tidak bertingkat dan lain-lain.

- Pandangan hidup

Orang Jawa “Suroboyoan” dikenal suka pesta pora dan hura-hura. Namun hal-hal tersebut tidak dipandang sebagai bentuk hedonisme tapi diposisikan untuk membuat hati senang, memenuhi kebutuhan batin/rohani dan lahir/jasmani. Sebagai penganut pandangan bahwa hidup harus adil dan seimbang, mereka tahu kapan harus bekerja, bersenang-senang, beribadah dan lain-lain. Kepasrahan hidup kepada Tuhan Yang Maha Esa juga menjadi pandangan hidup arek Surabaya, ditunjukkan dengan semboyan apa kang cinorek, yang berarti apa yang sudah digariskan (Tuhan Yang Maha Esa). Arek Surabaya cenderung berupaya maksimal bahkan nekad, juga selalu berikrar kalah cacak menang cacak. Semboyan ini memberi indikasi semangat untuk aktif dan kreatif serta semangat berkompetisi atau berkontestasi, yang kemudian melahirkan sifat heroik dan keberanian.

- Etos Kerja

Sugeng Adipitoyo dalam buku Pemetaan Kebudayaan Di Provinsi Jawa Timur, menjabarkan etos kerja kelompok andhus (Jawa: medhok, asli) dalam budaya arek berdasarkan pada bekerja untuk hidup. Jadi, asal dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari maka sudah cukup dan kaya miskin sudah menjadi takdir yang ditentukan. Berbeda dengan kelompok biasa yang sudah lebih terbuka dan mendapat banyak pengaruh, bekerja dianggap sebuah keharusan demi hidup yang layak, bukan apa kadarnya. Namun, kedua kelompok ini memiliki kesamaan

(38)

Universitas Kristen Petra 45

yaitu, mereka sangat menghargai pekerjaan dan suka bekerja. Bekerja sekecil apapun tak masalah, yang penting tidak jadi gelandangan. Namun, budaya arek juga menunjukkan bahwa penganutnya berasumsi hidup harus dinikmati karena itu mereka suka bersenang-senang dan bermain. Kenikmatan hidup di sini bukan wujud hedonisme melainkan keseimbangan dalam hidup.

Berhubungan kesukaan bermain dan bersenang-senang, salah satu wujud budaya arek adalah budaya dolanan (Sabrod D. Malioboro, personal conversation 29 September 2009). Tradisi perayaan juga menunjukkan kecenderungan memanjakan anak-anak dengan mainan dan jajanan sehingga menjadi pestanya anak-anak.

2.3.3. Budaya Post Modern

Di dalam seni dan budaya postmodern dikenal lima prinsip estetik, yaitu pastiche, parodi, kitsch, camp dan skizofrenia (Piliang 187). Dalam kaitannya dengan topeng mauludan, prinsip estetik yang dapat dipakai adalah pastiche dan kitsch.

Secara sederhana, pastiche dapat diartikan sebagai mengambil hal atau bagian dari masa lalu untuk diaplikasikan pada saat ini atau pada apa yang diinginkan tanpa memperhatikan konteks sebenarnya. Topeng mauludan salah satu contoh dari pastiche. Melihat sejarah perkembangan topeng dari waktu ke waktu, dapat dilihat pergeseran nilai dan fungsi topeng. Jika dulu topeng dianggap benar-benar sakral, kemudian bergeser dan diaplikasikan menjadi media pendukung tari dan kini mainan anak-anak, jelas terlihat bahwa masyarakat mencomot topeng dari masa sebelumnya dan mengaplikasikan kebutuhan dan nilai baru ke dalamnya. Topeng sejak dulu ada dan dianggap sakral dan salah satu budaya adiluhung. Namun, dengan masuknya budaya pop yang komersial dan terpengaruh kapitalisme, topeng kini dijadikan mainan dan cinderamata.

Sedangkan dalam kaitannya dengan prinsip estetik kitsch, topeng mauludan yang komersial dan fungsinya sebagai dolanan anak-anak serta lebih merakyat dikategorikan sebagai “sampah” jika dibandingkan dengan seni topeng kayu yang masih dikategorikan budaya adiluhung. Dalam The Concise Oxford Dictionary of Literary Term, kitsch diartikan sebagai segala seni palsu

(39)

(pseudo-Universitas Kristen Petra 46

art) yang murahan dan tanpa selera (Piliang 194). Secara sederhana, kitsch dapat diterjemahkan sebagai seni yang permukaannya dangkal namun dianggap sebagai seni adiluhung yang memiliki kedalaman makna dan nilai. Topeng mauludan dapat dikatakan menjiplak seni topeng dan menghasilkan produk yang sama yaitu ‘topeng’. Namun produk ‘topeng’ ini tidak memiliki nilai dan kedalaman makna seperti halnya seni topeng.

Gambar 2.7. Topeng kertas dari tiruan topeng kayu Sumber : Dokumentasi pribadi Bpk. Matjadi

Gambar 2.8. Berbagai jenis topeng kertas Sumber : Dokumentasi pribadi Bpk. Matjadi

2.4. Studi Literatur Topeng Kertas Surabaya/ Topeng Mauludan 2.4.1. Definisi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, topeng didefinisikan sebagai penutup muka (dr kayu, kertas, dsb) yg menyerupai muka orang, binatang, dsb; kepura-puraan untuk menutupi maksud sebenarnya; kedok dan kertas merupakan barang lembaran dibuat dari bubur rumput, jerami, kayu, dsb yang biasa ditulisi atau untuk pembungkus, dsb.

(40)

Universitas Kristen Petra 47

Sedangkan Mauludan berasal dari perayaan Maulud yang memperingati hari ulang tahun Nabi Mohammad. Dalam penanggalan Islam perayaan tersebut jatuh pada bulan ketiga, tanggal 12 Rabi’al-Awwal. Hari besar ini diakui dan dirayakan masyarakat Islam di seluruh dunia dan menjadi perayaan yang paling penting dalam kalender Islam.

2.4.2. Sejarah

Gambar 2.9. Perkembangan topeng kertas Surabaya Sumber : Dokumentasi pribadi Bpk. Matjadi

Topeng kertas Surabaya atau yang lebih dikenal dengan topeng Mauludan sudah dikenal sejak tahun 1960an bahkan kurang. Disebut topeng Mauludan karena topeng ini mengalami puncak penjualan saat perayaan Maulud Nabi SAW terutama dan hari-hari besar seperti Idul Fitri dan agustusan. Pada awalnya para pengrajin tidak mengkhususkan menjual topeng pada waktu-waktu tertentu seperti itu, namun para pengrajin melihat peluang dan memanfaatkan momen perayaan yang mengundang masyarakat besar setelah melihat lesunya penjualan di hari-hari biasa. Masyarakat Indonesia, yang sebagian besar adalah pemeluk agama Islam, merayakan hari Maulud dengan meriah. Bazar dan pasar malam rakyat selalu diadakan untuk meramaikan suasana, begitupun juga saat Idul Fitri dan agustusan. Hal tersebut tidak terkecuali di Surabaya, karena itulah para pengrajin memanfaatkan momen yang ada. Kegiatan menjual topeng saat Maulud menjadi rutinitas setiap tahun dan berlanjut terus menerus hingga menjadi semacam tradisi. Akhirnya tradisi tersebut melekatkan citra topeng kertas sebagai topeng mauludan yang menjadi mainan tradisional anak-anak.

Jadi dapat disimpulkan bahwa tak ada kaitan antara topeng Mauludan dengan agama Islam. Hubungan keduanya dapat dijelaskan lebih tepat oleh artikel

Gambar

Gambar 2.3. Topeng Pertunjukan           Sumber : Website Museum Nasional Indonesia
Tabel 2.1. Macam-macam Garis dan Asosiasinya
Tabel 2.1. Macam-macam Garis dan Asosiasinya (sambungan)
Tabel 2.1. Macam-macam Garis dan Asosiasinya (sambungan)
+6

Referensi

Dokumen terkait

Dengan permainan musik rock n’ roll yang khas, serta atraksi performance yang tidak biasa pada zaman itu seperti, bermain gitar di belakang kepala, memetik

Promosi ini selain dilakukan untuk meningkatkan jumlah pengunjung juga dilakukan untuk bersaing dengan kompotitor, akan tetapi promosi yang dilakukan oleh Samarinda Central Plaza

sebenarnya cukup terbuka untuk mengembangkan usaha dan bersaing dengan event organizer yang lainnya, peluangnya adalah menjadi event organizer yang aktif yang dimana masih

The Rocks sebagai resto dapat memberikan solusi dari masalah-masalah tersebut yaitu dengan menyajikan menu-menu ciri khas Australia, dengan rasa yang enak dan tempat yang

Brand Image dapat menjadi suatu dasar dalam bersaing dengan brand produk lain yang sejenis yang dihasilkan oleh pesaing, artinya Toko Buku Nusantara dapat menggunakan Brand

Tidak ada kadaluarsa kurikulum, karena ciri khas kurikulum Islam senantiasa relevan dengan perkembangan zaman bahkan menjadi filter kemajuan ilmu pengetahuan dan

Zaman sekarang semakin berkembang. Muncul berbagai teknologi teknologi canggih. Banyaknya konsol game yang muncul sebagai sarana bermain anak anak era modern ini. Begitu juga

Digitalisasi & Modernisasi JMSI selalu mengikuti perkembangan zaman yang pada saat ini berkembang digitalisasi dan trend desain modern tanpa meninggalkan ciri khas JMSI yang