• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. IDENTIFIKASI DAN ANALISIS DATA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "2. IDENTIFIKASI DAN ANALISIS DATA"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

2. IDENTIFIKASI DAN ANALISIS DATA

2.1. Data Komunitas 2.1.1. Nama Komunitas

BTSTP ID (Behind The Scene Toy Photography Indonesia) 2.1.2. Pengelola Komunitas

1. Rizqi Mardhatullah Haq (Founder & Admin grup) 2. Sophie Riswandono (Founder)

2.1.3. Sejarah Komunitas

“Behind The Scene Toys Photography Indonesia” (BTSTP ID) merupakan sebuah komunitas yang dibentuk oleh dua Founder yaitu Rizqi Mardhatullah Haq dan Sophie Riswandono pada 8 Desember 2014. Ide terbentuknya komunitas ini adalah rasa keingintahuan dan rasa penasaran yang tinggi terhadap hasil-hasil karya para penggiat hobi Toys Photography yang sangat memukau. Berdasarkan hal tersebut, akhirnya dibentuklah sebuah wadah yang digunakan untuk berbagi ilmu, tips dan trik seputar Toys Photography.

Komunitas ini membuat grup Facebook, dimana anggotanya dapat membagikan tips dan mendiskusikan karya toy photography mereka.

Untuk bergabung dengan komunitas ini sangat mudah, cukup gabung di grup facebook nya BTSTP Indonesia atau di instagramnya “@btstp_id”.

Atau juga bisa ikut datang ke gatheringnya yang biasa diadakan tiap bulan atau jika ada event seperti Indonesia Comic Con ini.Pada bulan Januari atau Februari, biasanya BTSTP ID akan melakukan perayaan anniversary dengan mengadakan event-event di Jakarta dan daerah-daerah sekitarnya.

BTSTP bukanlah komunitas toy photography yang paling dikenal di Indonesia. Gelar itu jatuh pada komunitas Toygraphy Indonesia. Dalam segi kompetetif tidak ada hal yang special dengan komunitas Toygraphy.

Kelebihannya adalah umur dan anggota yang lebih senior.

2.1.4. Lokasi Komunitas

(2)

BTSTP ID sering melakukan gathering di daerah kota Jakarta seperti di taman lokal, dan mall.

2.1.5. Logo

Gambar 2.1 Logo komunitas BTSTP Indonesia Sumber :

https://www.facebook.com/btstpindonesia/

2.2. Landasan Teori 2.2.1. Fotografi

Fotografi berasal dari kata foto dan grafi yang masing-masing kata tersebut mempunyai arti sebagai berikut: foto artinya cahaya dan grafi artinya menulis jadi arti fotografi secara keseluruhan adalah menulis dengan bantuan cahaya, atau lebih dikenal dengan menggambar dengan bantuan cahaya atau merekam gambar melalui media kamera dengan bantuan cahaya. (Sulaeman A.H, 1981)

Fotografi adalah sebuah bentuk bahasa visual, yang tidak seperti bahasa lain, fotografi menjadi sebuah bentuk komunikasi yang dimengerti secara internasional.

Fotografi memberikan cara yang paling simpel dan sederhana dalam menjaga suatu peristiwa atau kenyataan dalam bentuk visual. Misalnya saja gambar katalog, reproduksi pekerjaan sebuah seni, mikrofilm dari sebuah dokumen atau buku, identifikasi gambar, dan lainnya. Fotografi menjaga pengetahuan dan fakta yang mudah diakses dan penyebaran serta pemanfaatan yang lebih luas.

(3)

Fotografi juga bertujuan menyajikan hiburan dan kenikmatan yang tidak pernah habis seperti gambar bergerak, foto travel, buku gambar, dan foto tahunan, foto pin-up, majalah, dan lainnya. Banyak orang dengan talenta dan kreatifitas menggunakan fotografi sebagai media mengekspresikan diri. Semua subjek bisa difoto dengan cara yang tidak terbatas. Para fotografer mencari cara yang baru dan ekspresif dalam menerjemahkan fotografi dan membagikannya kepada orang tentang pandangan mereka tentang dunia, perasaan, ide, dan pikiran.

2.2.1.1. Toy Photography

Dalam perkembangannya, maian (toy) muncul dalam berbagai bentuk dan karakter yang mewakili imajinasi dunia kecil, bukan saja bagi anak-anak namun juga orang dewasa. Dalam beberapa tahun terakhir ini banyak kolektor dan pengemar mainan bermunculan di Indonesia, bahkan insane-insan kreatif di Indonesia kini banyak menghasilkan mainan (toy) dengan wajah Indonesia dari tokoh nasional maupun dongeng cerita rakyat.

Toy photography adalah salah satu seni dalam dunia fotografi yang menggunakan mainan sebagai objek utamanya. Toy photography muncul untuk mewakili sebuah imajinasi, agar mainan tersebut memiliki “nyawa”

dan membuatnya lebih “hidup” seperti layaknya mahluk yang bisa bergerak dan beraktivitas dalam dunia nyata. Ini merupakan kegundahan toy photographer yang ingin mengungkapkan sebuah eksplorasi panjang tentang apa yang dirasakan selama ini bahwa sudut pandang masa kecil mempunyai imajinasi yang sangat luar biasa, polos, jujur, dan apa adanya.

(Helmy, 2013)

2.2.1.2. Alat dan Perlengkapan Toy Photography 1. Kamera

Kamera adalah perangkat untuk menghasilkan foto. Kamera merupakan alat dalam berekspresi seperti halnya seni lukis yang menggunakan kuas dan kanvas untuk melukis. Pada umumnya, jenis kamera dibedakan menjadi dua: kamera pocket (kamera saku), kamera

(4)

dua lensa (reflex lensa kembar), dan kamera SLR (Single Lens Relfex atau reflex lensa tunggal).

Kamera SLR merupakan kamera yang memungkinkan fotografer untuk mengambil gambar yang hasilnya sama persis dengan apa yang dibidik melalui viewfinder. Kamera SLR menggunakan pentaprisma yang ditempatkan diatas jalur optikal melalui lensa ke lempengan film. Cahaya yang masuk kemudian dipantulkan keatas oleh kaca cermin pantul dan mengenai pentaprisma. Pentaprisma kemudian memantulkan cahaya beberapa kali hingga mengenai jendela bidik. Pada saat tombol dilepaskan, kaca membuka jalan bagi cahaya sehingga cahaya dapat langsung mengenai film.

Kamera DSLR (Digital Liqid Crystal Display) berbeda dari kamera SLR. Perbedaan utamanya adalah SLR menggunakan film sedangkan DSLR menggunakan penyimpanan digital (memory card).

Layar LCD (Liqid Crystal Display) yang melengkapi kamera SLR digital untuk melihat hasil foto secara langsung setelah foto tersebut diambil. Foto yang dihasilkan oleh kamera disimpan pada memory card dalam bentuk data atau file. (Sugiharto, 2015)

Kamera HP belum bisa disarankan untuk fotografi mainan yang optimal, untuk mendapatkan efek fotografi yang lebih „hidup‟, perlu diatur pembukaan diafragma yang hanya bisa disesuaikan dengan menggunakan pengaturan kamera digital. Meski saat ini sudah banyak kamera HP yang dibuat dengan dukungan lensa dual dengan mode fotografi makro, penyesuaian fungsi lensa tersebut tidak bisa disamakan dengan kualitas gambar yang dihasilkan oleh kamera DSLR atau mirrorless. Banyak jenis kamera dapat digunakan untuk melakukan toy photography, yang terpenting adalah bukan jenis kamera yang digunakan tetapi mengerti dan bisa menggunakan kamera-kamera tersebut, serta memaksimalkan fitur-fitur yang ada.

(5)

2. Lensa

Dalam memotret mainan, kamera yang digunakan harus didukung dengan kualitas lensa yang mumpuni. Hal ini akan berpengaruh pada teknik pengambilan gambar yang dilakukan ketika memotret.

Lensa adalah salah satu dari dua komponen utama yang membentuk sebuah kamera, khususnya kamera DSLR. Yang pertama adalah body kamera dan kedua adalah lensa kamera itu sendiri. Lensa berbentuk silinder dan ditempatkan pada bagian depan badan kamera.

Lensa berfungsi sebagai penerima cahaya yang masuk kedalam body kamera sehingga menghasilkan gambar sesuai dengan ukuran sensor.

Lensa dikelompokkan sesuai ukuran focal length. Ukuran focal length suatu lensa mempengaruhi dimensi gambar yang mampu dihasilkan oleh sensor kamera.

Dalam fotografi mainan, ketika fotografer hanya bisa menggunakan lensa kit, maka untuk membuat gambar mainan terlihat besar dan hidup, maka salah satu cara yang perlu digunakan adalah dengan berada dekat kepada objek anda agar bisa memenuhi frame foto. Selain itu, fotografer juga bisa berkreasi dengan menempatkan mainan anda dalam model bangunan miniature atau sebuah rumah boneka.Berikut beberapa jenis lensa:

1. Lensa Standar (Standard Lens)

Lensa standar dapat menghasilkan sebuah gambar yang seluruhnya mirip dengan apa yang dilihat secara normal menggunakan mata. Lensa standar 50mm pada umumnya digunakan pada kamera SLR 35mm. Lensa standar pada umumnya memiliki lebar aperture yang maksimal sehingga membuatnya dapat digunakan dalam situasi dengan pencahayaan yang rendah.

2. Lensa Zoom (Zoom Lens)

(6)

Lensa zoom memungkinkan fotografer untuk menyesuaikan framing subyek secara tepat melalui penyesuaian terhadap focal length pada lensa. Setiap lensa zoom memiliki jangkauan 3 hingga 4 lensa fokus tetap dan memiliki rentang aperture variabel. Lensa zoom umumnya disebut juga dengan lensa parfokal (parfocal lens).

3. Lensa Fix

Lensa fix atau lensa tetap merupakan kebalikan dari lensa zoom, jarak fokal lensa ini tak bisa diubah-ubah. Contohnya, lensa fix 50mm tidak mungkin bisa memotret landscape dan mendapatkan sudut pandang sama seperti lensa 18mm. Keuntungan utama dari lensa fix adalah kualitasnya secara rata-rata lebih baik daripada lensa zoom di rentang harga yang sama.

4. Lensa Makro (Macro Lens)

Lensa makro memiliki fungsi untuk membuat gambar yang kecil menjadi besar. Hal ini sangat membantu dalam fotografi mainan, dimana fotografer harus membuat mainan tampak seperti benda hidup.Lensa makro khusus dirancang untuk digunakan pada jarak fokus yang relatif sangat dekat. Lensa makro tersedia dengan panjang fokus bervariasi mulai dari 50mm hingga 200mm. Ketika kita mengambil atau memotret subyek secara close-up di luar ruangan, lensa makro yang lebih panjang dapat menghasilkan sebuah gambar besar dengan dengan latar belakang yang tampak menjauh. Apabila fotografer bergerak lebih dekat dengan lensa makro yang lebih pendek dapat menyebabkan terhalangnya cahaya masuk ke lensa. Namun, jika tidak memiliki lensa makro karena masalah budget, lensa kit juga bisa menolong, sekalipun lensa makro merupakan pilihan yang cukup baik untuk fotografi mainan.

5. Lensa Kit (Kit Lens)

Sebagian besar SLR entry level dilengkapi dengan satu atau dua lensa yang biasanya dikenal dengan sebutan lensa “kit” atau lensa starter. Lensa kamera kit sangat baik untuk pemotretan sehari-hari namun kualitas gambar yang dihasilkan tidaklah terlalu

(7)

baik. Lensa Kit biasanya tidak menghasilkan gambar yang tajam, namun tetap hasilnya bagus. Apertur dari lensa kit bervariasi.

3. Tripod

Kaki tiga atau tripod merupakan salah satu perlengkapan fotografi yang berfungsi untuk menyangga kamera. Tripod sangat diperlukan khususnya dalam pemotretan dengan pencahayaan minim yang memaksa fotografer menggunakan kecepatan rana rendah.

4. Pencahayaan

Dalam pengambilan gambar, pencahayaan merupakan kunci untuk menciptakan suasana yang dapat menyampaikan maksud artistik secara efektif. Beberapa peralatan pencahayaan yang umum digunakan toy photographer adalah:

1. Flash

Flash atau lampu kilat adalah alat bantu pencahayaan. Flash mampu memproyeksikan cahaya yang menyerupai cahaya matahari (daylight), dan bersifat sangat fleksibel karena intensitas cahaya yang ditembakkan dapat diatur sesuai dengan keperluan atau keinginan fotografer.

2. Lightbox

Dalam pemotretan, cahaya adalah hal yang sangat penting.

Sehingga bisa menampakkan secara jelas, detail dan keindahan barang yang dipotret. Dan yang paling penting lagi, bisa menunjukkan warna yang sebenarnya. Kadang-kadang, karena faktor cahaya, warna bisa lain dengan objek aslinya. Lightbox adalah salah satu properti paling berguna bagi fotografer profesional (maupun amatir). Lightbox akan menciptakan pencahayaan yang terang dan rata untuk menghasilkan foto benda yang tegas dan jernih dengan latar belakang polos.

(8)

Kelebihan lightbox adalah menghasilkan foto objek yang tajam dan jernih tanpa gangguan latar belakang. Namun, tergantung kualitas dan pengaturan pada kamera, lampu yang digunakan, dan seberapa lembut interior lightbox, pada umumnya hasil foto harus diedit di program pengeditan foto untuk mendapatkan kualitas terbaik.

Gambar 2.2 Lightbox Handmade Sumber :

https://id.wikihow.com/

Gambar 2.3 Lightbox Sumber :

https://indonesian.alibaba.com/product/

(9)

2.2.1.3. Teknik Toy Photography

Toy photography atau fotografi mainan mempunyai proses yang sangat unik dan menyenangkan, karena fotografer ditantang untuk berimajinasi agar mainan-mainan tersebut bisa tampak lebih hidup di alam nyata.

Fotografer dituntut untuk bisa menghidupkan sebuah mainan dalam sebuah foto, dari sinilah akan didapatkan pengalaman baru, bukan hanya menciptakan komposisi dan pencahayaan yang baik, namun juga belajar sebuah seni pementasan. Tantangan memotret selain menjadikan mainan tampak hidup adalah menghilangkan kesan sebagai makhluk “plastik”

maupun “kertas”, hal ini tentu tidak mudah, karena memerlukan kejelian dan analisis mendalam terhadap objek utama, sebelum melakukan eksekusi, menganalisis, dan memahami objek utama juga merupakan proses terpenting yang harus dilalui agar fotografer dapat menemukan karakter dari mainan yang akan dijadikan objek utama.

1. Konsep Fotografi Mainan

Dalam fotografi mainan, fotografer ditantang untuk membuat mainan yang merupakan benda mati seolah-olah menjadi hidup. Itulah sebabnya, penting untuk memiliki konsep yang jelas maupun imajinasi yang tinggi mengenai apa yang hendak dibuat. Misalnya, kondisi cahaya seperti apa yang hendak digunakan, bagaimana cara memotretnya, dan komposisinya harus seperti apa. Tanpa konsep yang jelas maka sangat sulit untuk memperoleh hasil yang memuaskan.

2. Latar Belakang

Menentukan karakter gambar sebagai sasaran tentu tidaklah sulit bagi yang sudah ahli di bidang ini.Mainan mempunyai bentuk, warna, karakter, serta latar belakang cerita yang berbeda, hal ini terjadi karena desainer mainan mempunyai pemikiran dan imajinasi sendiri terhadap karya ciptaannya. Namun sekali lagi menganalisis objek mainan sebelum memotret sangatlah penting.

(10)

Gambar 2.4 Toys Purnakawan Sumber: Helmy, 2013 p.10

Seperti tampak pada contoh foto toys Purnakawan dengan dua karakter Gareng dan Bagong. Dengan menganalisis seksama toys yang akan menjadi objek utama, maka akan dengan mudah fotografer menentukan setting lokasi dan properti yang sesuai dengan objek utama. Setiap mainan memiliki cerita tersendiri, mulai dari action figure, boneka, superhero, hingga robot. Manfaatkan cerita pada setiap mainan tersebut untuk membuat tema foto.

Dalam fotografi mainan, fotografer ditantang untuk membuat mainan yang merupakan benda mati seolah-olah menjadi hidup. Itulah sebabnya, penting untuk memiliki konsep yang jelas maupun imajinasi yang tinggi mengenai apa yang hendak dibuat. Misalnya, kondisi cahaya seperti apa yang hendak digunakan; bagaimana cara memotretnya; dan komposisinya harus seperti apa. Tanpa konsep yang jelas maka sangat sulit untuk memperoleh hasil yang memuaskan.

Gunakanlah latar belakang yang cocok dengan mainan yang dipotret dan jangan terlalu over (norak). Setiap jenis fotografi tentunya dilengkapi dengan latar belakang (backround) untuk membuatnya tampak lebih bagus dan keren. Sebab itu, perhatikanlah latar belakang yang dibuat untuk foto mainan, karena hal itu akan sangat bermanfaat buat foto mainan. Dengan perpaduan feeling dan kreatifitas, fotografer bisa menentukan gaya sesuai dengan yang diinginkan. Terlebih gunakan karakter tokoh yang sesuai dengan nuansa yang ingin ditimbulkan.

(11)

3. Pencahayaan

Semakin baik pencahayaan pada objek mainan, maka semakin jelaslah gambar yang didapatkan. Beberapa sumber pencahayaan yang umum adalah :

1. Cahaya alam (Natural light)

Cahaya alam adalah sumber cahaya utama dalam pemotretan luar ruangan. Sumber cahaya alam berasal dari matahari, bintang, dan benda-benda alam lainnya yang mampu memantulkan cahaya.

Cahaya alam bersifat langsung dan tidak langsung. Bersifat langsung karena cahaya yang dihasilkan datang langsung dari sumber cahaya tanpa hambatan dan tanpa dipantulkan. Bersifat tidak langsung, karena cahaya yang dihasilkan oleh sumber cahaya terhambat dan dipantulkan sebelum mengenai objek foto.

2. Cahaya Buatan (Artificial light)

Cahaya buatan adalah cahaya yang dibuat dan dikondisikan untuk menerangi sebuah objek foto. Pada umumnya cahaya buatan lebih banyak dipakai pada saat pengambilan foto didalam ruangan.

Cahaya buatan dapat dihasilkan oleh peralatan seperti lampu dan flash (lampu kilat).

Untuk teknik fotografi mainan atau toys photography tidak harus berhadapan dengan tenknik pencahayaan atau lighting yang rumit. Karena cukup mengandalkan sinar matahari atau lampu saja, hal ini sudah cukup untuk menghasilkan gambar yang lebih alami atau natural. Jangan berlebihan ketika menggunakan lampu untuk memberi cahaya tambahan, karena cahaya yang berlebihan bisa menyilaukan hasil toys photography. Jika hal itu terjadi, pertimbangkan untuk bereksperimen dengan white balance dalam memanipulasi jumlah cahaya yang muncul pada foto.

4. Sudut Pandang

Mainan tidak memiliki ekspresi, hal ini bisa diatasinya dengan mengatur posenya dan memainkan angle kamera layaknya memotret manusia. Sebelum mulai memotret, luangkan waktu untuk

(12)

memikirkan tentang posisi sebelum mengambil gambar. Maksimalkan penggunaan sudut pandang secara menarik dan jangan selalu mengambil gambar dari bagian depan subjek. Sudut pandang memiliki dampak yang besar terhadap komposisi toy photography, karena itu manfaatkan dengan sebaik mungkin. Cobalah dengan cara yang bervariasi, misalnya, memotret dari bagian atas, bagian bawah, sebelah, belakang, seluruh foto, dan lain sebagainya.

Toys rata-rata berukuran kecil, maka dari itu fotografer harus dapat membuat objek tampak lebih besar dari ukuran aslinya dan membuatnya seolah-olah berukuran lebih tinggi dari ukuran aslinya dan membuat benda-benda di sekelilingnya adalah bagian dari setting.

Untuk mencapai efek tersebut bisa digunakan teknik sederhana yaitu mengambil foto dari sudut pandang rendah (low angle) dan menempatkan mainan memenuhi hampir seluruh bidang foto, dengan begitu mainan akan tampak besar, misalnya dengan menambahkan mobil-mobilan, makanan, atau benda-benda lain sesuai dengan alur cerita.

5. Editing

Editing dan retouch diperlukan untuk merapihkan hasil toy photography dengan photoshop atau aplikasi editing lainnya. Hal ini berarti bahwa tidak selamanya gambar yang diperoleh selalu bagus.

Karena itu dibutuhkan proses editing untuk merapihkan gambar- gambar yang diperoleh selama pemotretan. digunakan perangkat lunak photoshop atau yang lainnya untuk mempermudah dalam proses editing paskah pemotretan.

2.2.1.4. Studi Pustaka

1. Dunia Tanpa Nyawa

Buku yang disusun oleh Fauzie Helmy, Guruh Sukarno Putra, Daniel Mananta, Win Satrya, Marko Zubak, TOUMA, dan Vincenzo Cianciullo adalah buku toys photography berisi kumpulan foto-foto toys photography yang dapat menghubungkan sebuah kondisi cultural

(13)

yang dibangun dengan budaya adiluhung masa lalu, mitos, modern sampai kepada kondisi sosial modern, yang dibentuk seolah-olah sangat nyata. Toys photography dalam buku ini adalah sebuah sebuah sandiwara kecil yang dihidupkan atas dasar imajinasi kebebasan dari sudut pandang anak-anak, yang ingin dipersembahkan kepada insane- insan kreatif Indonesia, terutama pecinta dan pelaku industri fotografi dan mainan di Indonesia.

Dalam buku ini dijelaskan toy telah menjadi daya tarik tersendiri bagi industri kreatif di dunia, urban toys menurut toys designer, Founder & Owner “Plastic Culture” Win Satrya, adalah sebuah inspirasi baru untuk para desainer mainan untuk diterjemahkan dari sebuah karya menjadi sebuah produk, yaitu dari 2 Dimensi menjadi 3 Dimensi. Dengan adanya toy photography yang menggandeng industri toys designer Indonesia bisa menjadi sebuah breakthrough yang bisa memperluas perkembangan industri toys designer di tanah air.

Setiap proses toys photography yang ada didalam buku dijelaskan secara ringkas mulai dari konsep foto dan proses yang yang dilalui untuk menghasilkan hasil foto tersebut.

2. Perancangan Fotografi Esai Komunitas Parkour “Scape” di Surabaya

Thesis yang disusun oleh Andre Laurentio Saputra berusaha merubah pandangan masyarakat dengan aktifitas parkour dan menjelaskan bahwa aktifitas ini memiliki banyak memiliki dampak positif, utamanya adalah olahraga. Parkour membutuhkan banyak gerak tubuh yang lincah dan dinamis.

Masyarakat yang masih merasa asing dengan parkour ini akan dipikat dengan foto-foto yang menonjolkan human interest dari komunitas Scape.

3. Toy Photographer Mitchel Wu: "You need to create the emotion and motion"

Artikel yang ditulis oleh Cailin Loesch berisi hasil interview majalah “Musée” pada toy photographer Mitchel Wu. Interview ini

(14)

berisi biografi Mitchel Wu dan hal-hal yang membuat dia terus menekuni toy photography. Mitchel Wu menyatakan (2017: 1) kesenangannya pada seni menginspirasinya untuk mendaftar ke sekolah kesenian. Wu bersekolah di sekolah kesenian, semua yang dia pelajari disana sangat berharga karena semua yang dia pelajari diterjemahkan untuk membuat gambar, tidak perduli apapun medianya.

7 tahun sebagai Wedding Photographer memberinya pengalaman sebagai seorang fotografer profesional. Saat itu, keponakannya melihat foto sebuah mainan di Facebook. Fotonya sangat aneh dan unik yaitu, foto mainan “kura-kura ninja” yang bersepeda.

Keponakannya mengajak Wu untuk menfoto mainanya untuk di- upload ke sosial media. Disana Wu menemukan instagram. Dia menjadi tertarik dengan jejaring sosial ini, karena disana dimana fotografi hidup. Dia melihat sebuah peluang di Toy Photography untuk menyampaikan cerita dari mainan miliknya. Sampai saat ini, Wu telah di kontrak oleh banyak perusahaan mainan yang melihat portofolionya. Saat ini dia masih menjalin hubungan yang kuat dengan perushaan mainan, Mattel.

2.2.1.5. Analisis SWOT

1. Behind The Scene Toy Photography Indonesia (BTSTP ID) Berikut analisis SWOT untuk komunitas BTSTP ID, yaitu : 1. Strength (Kekuatan)

 Memiliki gimmick berupa membagikan behind the scene dari karya toy photography anggotanya, yang nantinya bisa berguna sebagai referensi.

 Aktif dan sering mengadakan event.

 Komunitas dibuka untuk semua orang yang ingin masuk (tidak dibatasi).

2. Weakness (Kelemahan)

 Tidak semua anggota bisa menghasilkan karya toy photography yang bagus.

(15)

 Banyak anggota yang kurang aktif.

3. Opportunity (Peluang)

 Hobi fotografi dan koleksi mainan banyak digemari oleh banyak orang.

 Mainan yang digunakan (objek toy photography) merupakan merk yang sudah terkenal sehingga bisa menjadi free publicity bagi komunitas.

 Salah satu komunitas yang khusus hanya bergerak di bidang toy photography.

4. Threats (Ancaman)

 Pandangan negatif masyarakat terhadap hobi mengkoleksi mainan pada umur dewasa.

2. Toy Photography Indonesia (Toygraphy ID)

Berikut analisis SWOT untuk komunitas Toygraphy ID, yaitu : 1. Strength (Kekuatan)

 Anggota senior sudah berpengalaman dalam bidang toys photography.

 Komunitas dibuka untuk semua orang yang ingin masuk (tidak dibatasi).

2. Weakness (Kelemahan)

 Tidak memiliki gimmick tersendiri yang dapat membedakan komunitas ini dengan komunitas toy photography lainnya.

3. Opportunity (Peluang)

 Hobi fotografi dan koleksi mainan banyak digemari oleh banyak orang.

 Mainan yang digunakan (objek toy photography) merupakan merk yang sudah terkenal sehingga bisa menjadi free publicity bagi komunitas.

 Salah satu komunitas yang khusus hanya bergerak di bidang toy photography.

 Merupakan komunitas toy photography tertua di Indonesia.

(16)

4. Threats (Ancaman)

 Pandangan negatif masyarakat terhadap hobi mengkoleksi mainan pada umur dewasa.

 Banyak komunitas serupa mulai bermunculan.

2.2.1.6. Kesimpulan

Dari hasil analisis SWOT, dapat disimpulkan kalau komunitas BTSTP Indonesia memiliki kelemahan pada umur komunitas yang masih muda dan anggotanya yang masih tergolong awam dengan bidang toy photography. Dimana komunitas Toygraphy Indonesia telah mengestabilisasi seni toy photography terlebih dahulu, serta anggotanya yang juga benar-benar memahami genre fotografi maninan.

Dari segi branding BTSTP Indonesia juga memiliki permasalahan dimana nama komunitas yang cukup susah untuk disebut dan diingat, nama BTSTP merupakan akronim dari “Behind The Scene Toy Photography”, sedangkan Toygraphy Indonesia memiliki nama komunitas yang lebih simpel dan mudah untuk diingat karena namanya yang hanya merupakan perpaduan kata “Toy Photography”. Meskipun begitu, BTSTP Indonesia memiliki logo yang kompatibel dengan namanya. Logo BTSTP Indonesia memiliki kesan elegan dan memberi kesan keseriusan dengan warna hitam dan emas, logo juga menggambarkan siluet mainan-mainan yang hendak difoto memeberitahu kalau komunitas ini bergerak pada bidang fotografi mainan. Hal ini kontras dengan logo Toygraphy Indonesia yang menggunakan banyak warna dan bentuk yang kekanak-kanakan menyerupai balon. Hal ini memberi kesan kalau komuntas Toygraphy Indonesia yang menyambut bagian kekanak-kanakan dari para kolektor mainan, menganggap toyphotography hanya sekedar hobi sebagi hiburan. Untuk media publikasi, kedua komunitas menggunakan media sosial seperti Instagram untuk mempromosikan komunitas masing-masing. Anggota komunitas akan meng-upload karya toyphotography mereka ke media sosial pribadi mereka, kemudian karya yang dianggap menarik akan di repost di akun

(17)

komunitas masing-masing, tentunya dengan izin pemilik karya aslinya.

Biasanya para Netizen secara tidak sengaja akan menemukan karya toy photography tersebut.

Gambar 2.5 Logo Toygraphy ID Sumber :

https://id.wordpress.org/

Gambar 2.6 Logo BTSTP ID Sumber :

https://www.facebook.com/btstpindonesia/

Komunitas BTSTP Indonesia memiliki keunggulan dengan adanya gimmick dimana anggotanya wajib untuk menampilkan behind the scene atau proses pemotretan karya toy photography mereka. Dengan memanfaatkan gimmick ini, pameran fotografi ini bisa menonjolkan sisi profesionalisme dari toys photography dengan menunjukkan proses pengerjaan sebuah karya. Dengan merubah image dari sebuah hobi, diharapkan komunitas ini bisa lebih berkembang dan memperluas demografi mereka dalam merekut anggota.

Gambar

Gambar 2.1 Logo komunitas BTSTP Indonesia  Sumber :
Gambar 2.3 Lightbox  Sumber :
Gambar 2.4 Toys Purnakawan  Sumber: Helmy, 2013 p.10
Gambar 2.6 Logo BTSTP ID  Sumber :

Referensi

Dokumen terkait

Pada Gambar 4.3 terlihat bahwa siswa mampu membuat sebuah kesimpulan dan alasan dari pekerjaan mereka, dan pada Gambar 4.4 juga terlihat bahwa S24 juga mampu membuat

Hasil karya fotografi dikerjakan dengan menggunakan kamera, yang memiliki cara kerja yang sama dengan cara kerja mata manusia, kamera memiliki lensa, dan mengambil

Menurut hasil wawancara anakan ayam onagadori berbeda dengan anakan ayam kampung, dari segi postur tubuh terlihat lebih tinggi dan corak warnanya ada tanda khusus pada

Dari data data yang HARVEST Movie Land peroleh di lapangan, terlihat peluang yang sangat besar untuk bisa mengembangkan bisnis ini dengan menyediakan produk, layanan dan

Dapat disimpulkan bahwa sebuah merek atau brand adalah sebuah produk yang diikuti dengan elemen-elemen pendukung yang membuat produk tersebut memiliki diferensiasi

Gambar 1 Lensa dengan angka diafragma untuk menghasilkan depth of field pada kamera fotografi... Bukaan besar, bukaan diafragma yang besar digunakan untuk menghasilkan foto dengan

Dalam sebuah komunitas fotografi, sudah tentu tidak asing dengan kegiatan hunting. Yakni memburu atau mengambil gambar yang diinginkan oleh sang fotografer. Seperti halnya juga

Macam-macam dari angle foto yaitu Eye angle adalah pengambilan gambar sejajar obyek dengan mata, Low Angle yaitu pengambilan gambar lebih rendah dari objek foto