• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN TENGAH TAHUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN TENGAH TAHUN"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

EFISIENSI USAHATANI MELALUI PENGEMBANGAN

TUMPANG SARI JAGUNG DAN KACANG TANAH UNTUK

PENINGKATAN PRODUKSI SERTA PENINGKATAN

PENDAPATAN PETANI

O l e h :

Shoffahayati

Hamdan

Miswarti

Afrizon

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

(2)

EFISIENSI USAHATANI MELALUI PENGEMBANGAN

TUMPANG SARI JAGUNG DAN KACANG TANAH UNTUK

PENINGKATAN PRODUKSI SERTA PENINGKATAN

PENDAPATAN PETANI

O l e h :

Shoffahayati

Hamdan

Miswarti

Afrizon

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan berkah dan rahmat-Nya sehingga Laporan Tengah Tahun kegiatan efisiensi usahatani melalui pengembangan tumpang sari jagung dan kacang tanah untuk peningkatan produksi serta peningkatan pendapatan petani dapat diselesaikan.

Laporan ini berisi tentang perkembangan pelaksanaan kegiatan mulai dari identifikasi permasalahan (penggalian data dukung) sampai pertumbuhan awal tanaman yaitu fase vegetatif.

Kami mengucapkan terima kasih kepada instansi terkait serta Kepala BPTP Bengkulu yang telah memberikan bimbingan dan arahannya dan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bengkulu, Juli 2009 Tim

(4)

DAFTAR ISI

halaman

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

DAFTAR GAMBAR iii

I. PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Justifikasi 2

C. Tujuan 2

D. Keluaran 2

II. TINJAUAN PUSTAKA 3

III.METODE PENELITIAN 5

A. Lokasi Kegiatan 5

B. Cakupan Kegiatan 5

C. Metode Pengkajian 5

D. Metode Analisis 6

E. Parameter yang diukur 6

IV.HASIL SEMENTARA 7

A. Identifikasi Masalah 7

B. Hasil pengkajian 8

V. KESIMPULAN SEMENTARA 12

A. Kesimpulan 12

(5)

DAFTAR GAMBAR

halaman

(6)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu sasaran pembangunan pertanian adalah kecukupan pangan, mempertahankan dan melestarikan swasembada beras. Tanaman pangan seperti jagung dan kacang tanah merupakan komoditas yang sangat penting sebagai bahan pangan sesudah beras. Dari tahun ketahun peranan kedua komoditas ini semakin meningkat sejalan dengan bertambahnya penduduk dan berkembangnya industri pangan dan pakan.

Sub sektor tanaman pangan menyumbang 45,67% terhadap sektor pertanian, sedangkan terhadap PDRB Propinsi Bengkulu sub sektor tanaman pangan selama tahun 2007 menyumbang 20,56 % (BPS, 2008). Sektor pertanian menyumbang 33 persen dari total PDRB (Priyotomo dkk, 2004). Bila dilihat dari besarnya sumbangan sektor pertanian tersebut maka sektor pertanian masih memegang peranan yang sangat penting untuk Propinsi Bengkulu. Pada sektor pertanian sumbangan terbesar berasal dari sub sektor tanaman pangan yaitu 51,91% (BPS, 2008) termasuk didalamnya produk palawija. Peranan penting dari sektor pertanian tersebut baik dalam hal pemenuhan kebutuhan pangan, bahan baku industri, maupun pemenuhan kebutuhan ekspor non migas untuk menghasilkan devisa.

Kabupaten Muko-Muko merupakan salah satu sentra produksi jagung dan kacang tanah, secara umum produksi kedua komoditas ini ditingkat petani masih rendah. Faktor penyebab rendahnya hasil diantaranya adalah (1) produktivitas lahan yang rendah, kurangnya pemupukan akibat sulit dan mahalnya harga pupuk, kemasaman tanah, kekahatan unsur mikro dan keracunan besi, (2) sulitnya mendapatkan bibit unggul bermutu yang tepat waktu, dan (3) belum diterapkannya teknologi sesuai anjuran.

Peluang peningkatan produksi jagung daan kacang tanah masih memungkinkan untuk diperoleh karena hingga saat ini hasil yang dicapai ditingkat petani masih di bawah potensi hasil penelitian. Kesenjangan hasil tersebut mengidentifikasikan penerapan teknologi pada tingkat petani belum optimal. Rata-rata produksi jagung saat ini 6 ton/ha dan kacang tanah 0,76 ton/ha, sedangkan produksi hasil penelitian bisa mencapai 21 ton/ha untuk jagung dan 2,5 ton/ha kacang tanah (Damiri, 2008).

(7)

Komponen inovasi teknologi belum mendapat perhatian yang serius dari petani sehingga produktivitasnya masih rendah. Kondisi ini diperburuk oleh mahal dan sulitnya memperoleh sarana produksi seperti pupuk, benih dan pestisida sehinga petani memberikan input seadanya yang mengakibatkan hasil yang diperoleh tidak memadai. Inovasi teknologi pola tumpangsari dalam usahatani jagung dan kacang tanah harus dilakukan untuk mencapai hasil yang optimal. Inovasi ini diharapkan dapat meningkatkan produktivitas lahan dan produksi sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani.

B. Justifikasi

Ditinjau dari potensi sumberdaya lahan dan produksi Kabupaten Muko-Muko cukup potensial untuk pengembangan tanaman jagung dan kacang tanah. Terutama dengan penggunaan varietas unggul. Penggunaan varietas unggul sangat responsif terhadap masukan teknologi disertai dengan penyediaan sarana produksi secara optimal untuk memperolah produksi yang optimal. Disisi lain input produksi seperti pupuk, benih, pestisida sukar didapat harga relatif mahal dibandingkan dengan harga komoditi sehingga pendapatan petani tetap rendah. Dalam kondisi yang demikian petani harus meningkatkan efesiensi penggunaan input produksinya terutama penggunan pupuk kimia. Penggunaan pupuk yang tepat jumlah, waktu dan cara untuk lokasi yang spesifik akan sangat menguntungkan secara teknis dan ekonomis. Tujuan umum dari kegiatan ini adalah (1). Untuk menyediakan paket teknologi budidaya tumpangsari jagung daan kacang tanah spesifik lokasi yang efektif dan efisien, sesuai kondisi agroekosistem dan sosial ekonomi masyarakat pengguna, (2). Mewujudkan pertanian berkelanjutan dan berdaya saing.

C. Tujuan

Tujuan spesifik dari kegiatan ini diantaranya adalah: (1) Untuk memperoleh paket teknologi budidaya pola tumpangsari jagung dan kacang tanah spesifik lokasi yang efektif dan efisien.(2) Untuk meningkatkan pendapatan petani sekitar 30%. (3) Mengetahui efisiensi ekonomis teknologi tumpang sari jagung dan kacang tanah

D. Luaran

Perkiraan keluaran dari kegiatan ini adalah : (1) Diperoleh paket teknologi budidaya pola tumpangsari jagung kacang tanah spesifik lokasi yang efektif dan

(8)

efisien,(2) Meningkatnya pendapatan petani sekitar 20-30%. (3) Diperolehnya paket teknologi tumpangsari jagung dan kacang tanah yang efisien.

II.TINJAUAN

PUSTAKA

Strategi pembangunan pertanian ke depan adalah meningkatkan kualitas dan produktivitas sumberdaya manusia masyarakat pertanian, menata kebijaksanaan pembangunan ekonomi dan pengembangan kelembagaan pertanian dalam arti luas dan peningkatan muatan teknologi. Sedangkan visi pembangunan pertanian adalah mewujudkan masyarakat yang sejahtera khususnya petani melalui pembangunan sistem agribisnis dan usaha-usaha agribisnis yang berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan dan desentralisasi.

Jagung termasuk komoditas yang diproduksi untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam program peningkatan ketahanan pangan dan sebagian besar diusahakan oleh para pelaku usaha dengan skala kecil (Pasandaran, 2000). Di beberapa wilayah di Indonesia, jagung merupakan makanan pokok sehari-hari. Peningkatan diversifikasi pangan masyarakat dengan jenis pangan non beras seperti jagung dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan, merupakan langkah yang tepat.

Kebutuhan jagung dan kacang tanah terus meningkat ,baik untuk pangan pakan dan maupun untuk bahan baku industri. Pada tahun 2005 Indonesia mengimpor jagung 1,80 jua ton dan pada tahun 2010 diperkirakan mencapai 2,20 juta ton kalau produksi nasionalak segera dipacu (Puslitbangtan, 2007)

Produksi jagung Propinsi Bengkulu tahun 2007 mencapai 83.385 ton dengan luas panen 27.117 ha . Hampir 30 % yaitu 25.271 ton dengan luas panen 8.876 ha berasal dari kabupaten Mukomuko dan produksi kacang 5.430 ton dengan luas panen 5.477 ha. Hampir 30 % berasal dari Kabupaten Mukomuko yaitu 1.351 ton dengan luas panen 1.372 ha. (BPS, 2008) Jika dilihat dari kebutuhan konsumsi penduduk, sebenarnya apa yang dicapai sudah mencukupi, namun menjadi bermasalah atau tidak mencukupi kebutuhan regional karena jagung juga dibutuhkan untuk pakan ternak dan industri. Demikian banyaknya manfaat yang dapat diperoleh dari tanaman jagung, menjadikan jagung sebagai komoditas yang bernilai ekonomis tinggi untuk dikembangkan.

(9)

surut, tadah hujan dan lahan kering. Berbagai pola tanam yang memasukkan jagung sebagai komponennya telah berkembang di masyarakat selama ini seperti monokultur, tanaman sela di antara tanaman perkebunan maupun dikombinasikan dengan tanaman semusim lainnya (tumpang sari, tumpang gilir dan lain-lain).

Pengembangan tanaman jagung di lahan kering tentunya tidak terlepas dari permasalahan sosial ekonomi dan biofisik, maka untuk meningkatkan kesejahteraan petani perlu dilakukan pengelolaan usahatani yang efisien. Pengelolaan usahatani terdiri dari pemilihan berbagai alternatif penggunaan sumberdaya yang terbatas seperti llahan, tenaga kerja, modal, waktu dan pengelolaan. Hal ini dilakukan agar dapat dicapai tujuan sebaik-baiknya dalam lingkungan yang penuh resiko dan kesukaran lain

yang dihadapi dalam berusahatani (Soekartawi at al., 1986).

Untuk memanfaatkan potensi lahan guna memperoleh keuntungan maksimal dilakukan pendekatan pengelolaan pola tanam tumpang sari jagung dan kacang tanah secara terpadu. Dengan pola ini akan terjadi efisiensi usahatani baik dari segi tenaga dan biaya.

Peluang peningkatan produksi jagung dan kacang tanagh di Kabupaten Mukomuko masih besar. Dengan penerapan budidaya yang baik dan produkfitas akan meningkat dan ditunjang dengan ketersediaan lahan kering yang luas. Rendahnya hasil jagung dan kacang tanah disebakan sebagian besar pertanaman dilakukan pada kering dan lahan rawa dengan tingkat kesuburan yang relatif rendah, bereaksi masam, pengelaan tanaman dan lingkungan seadanya. Menurut Gunarto (2007) kesuburan tanah memberikan kontribusi sebesar 55 % terhadap produksi tanaman. Pada lahan yang diusahakan secara intensif mengakibatkan kadar bahan organik tanah terutama kesuburan biologi dan fisik tanah menurun dratis. Pengembalian kesuburan tanah dapat dilakukan dengan penambahan bahan organik berbentuk kompos, pupuk kandang dan pupuk hijau.

Penggunaan bahan organik dapat memperbaiki sifat fisik , kimia dan biologi tanah. Penambahan pupuk kandang meningkatkan kandungan organik karbon, kapasitas penahan air dan hasil tanaman termasuk biomas dan biji. Bahan organik berfungsi sebagai pengomplek unsur hara, pengendali logam dan residu di dalam tanah. Bahan organik dalam budidaya jagung dapat bersinergi dengan komponen lainnya dalam memacu pertumbuhan tanaman sehinga mengurangi biaya produksi (Akil, 2008)

(10)

III. METODE PENELITIAN

A. Lokasi Kegiatan

Pengkajian dilaksanakan di sentra-sentra produksi jagung dan kacang tanah di Kabupaten Mukomuko yaitu di Desa Sumber Makmur Kecamatan Lubuk Pinang Penentuan lokasi tersebut bersama dan berkoordinasikan dengan Dinas Pertanian Kabupaten Mukomuko.

B. Cakupan Kagiatan

- Pengkajian ini dilaksanakan dilahan petani dan berjasama sebagai kooperator

untuk tanaman jagung dan kacang tanah.

- Pengkajian menguji komponen teknologi (Pola Tumpangsari dan varietas

unggul), kesesuaian dan daya adaptasi dengan kondisi biofisik dan sosial ekonomi masyarakat.

- Perlakuan terdiri dari penggunaan varietas unggul dan pola tumpang sari.

- Peran aktif petani sebagai penilai paket teknologi yang dihasilkan dan

memberikan masukan untuk bahan perbaikan.

- Pengkajian berorientasi pada kondisi lingkungan setempat dengan berdasarkan

masalah spesifik yang dihadapi petani.

C. Metode Pengkajian

Untuk mengatahui tingkat pendapatan petani, permasalah usahatani, keragaan teknologi dan kelembagaan yang mendukung sistem usahatani akan dilakukan RRA. Pengkajian ini menggunakan varietas jagung Hibrida NK 22 dan 2 varietas kacang tanah (Tuban dan kancil ) dengan luasan masing-masing perlakukan 0,1 ha. Kegiatan ini dirancang dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 6 perlakuan dan 3 ulangan . Kombinasi pola tanam tumpang sari sebagai perlakukan dan petani sebagai ulangannya. Pola tumpang sari yang digunakan adalah :

1. Jarak tanam jagung 100 cm x 20 cm dengan satu butir per lobang tanam. Pada

gawangan tanaman jagung ditanam kacang tanah sebanyak 2 baris dengan jarak tanam kacang tanag 40 cm x 20 cm dengan satu butie per lobang tanam. Jarak tanaman jagung dengan kacang tanah 30 cm.

(11)

2. Jarak tanam jagung 120 cm x 20 cm dengan satu butir per lobang tanam. Pada gawangan tanaman jagung ditanam kacang tanah sebanyak 3 baris dengan jarak tanam kacang tanag 35 cm x 20 cm dengan satu.

3. Jarak tanam jagung 100 cmx 75 x 20 cm dengan satu butir per lobang tanam.

Pada gawangan tanaman jagung ditanam kacang tanah sebanyak 2 baris dengan jarak tanam kacang tanag 40 cm x 20 cm dengan satu butir per lobang tanam.

4. Jarak tanam jagung 120 cm x 75 cm x 20 cm dengan satu butir per lobang

tanam. Pada gawangan tanaman jagung ditanam kacang tanah sebanyak 3 baris dengan jarak tanam kacang tanag 35 cm x 20 cm dengan satu butie per lobang tanam. Jarak tanaman jagung dengan kacang tanah 25 cm.

5. Monokultur kacang tanah dengan jarak tanam 40 cm x 20 cm, 35 cm x20 cm ,

Satu butir per lobang tanam.

6. Monokultur jagung dengan jarak tanam 100x 20 cm, 75 cm x 20 cm, 100 x 20 cm, 100 cm x 75 dengan satu butir per lobang tanam.

D. Metode Analisis

Data hasil RRA dirumuskan untuk memperoleh gambaran usahatani existing dan kebutuhan teknologi spesifik lokasi. Data primer hasil pengkajian dianalisis dengan uji-t dan uji lanjut untuk mengetahui pola tumpang sari yang efektif dan efisien. Analisis usahatani dilakukan untuk melihat keuntungan/nilai tambah yang diperoleh. Selanjutnya dilakukan penilaian secara menyeluruh untuk melihat penerapan hasil pengkajian dengan analisis deskriptif

E. PARAMETER YANG DIUKUR

a.Keragaan agronomis tanaman b.Komponen hasil riil

c.Respon petani

(12)

IV. HASIL SEMENTARA

A. Indentifikasi Masalah

Sebelum pelaksanaan PRA dilakukan koordinasi dengan Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Muko-Muko untuk mensosialisasikan kegiatan Pengkajian Efisiensi Usahatani Melalui Pengembangan Tumpang Sari Jagung dan Kacang Tanah untuk peningkatan Produksi dan Pendapatan Petani. Dari hasil koordinasi ini disepakati lokasi kegiatan pengakajian dilakukan di desa Sumber Makmur SP 8 Kecamatan Lubuk Pinang yang merupakan sentra produksi Jagung dan Palawija. Selanjutnya dilakukan identifikasi masalah dan peluang pengembangan tumpang sari jagung dan kacang tanah. Kegiatan ini dilakukan oleh Tim Pengkajian bersama dengan petugas Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Mukomuko, PPL dan masyarakat desa.

Dari hasil penelahaan data sekunder dan primer, pengamatan lapangan, diskusi dengan petani Desa Sumber Makmur SP 8 Kecamatan Lubuk Pinang masalah yang dihadapi adalah sebagai berikut :

1. Sarana produksi

Kendala yang dihadapi petani jagung terutama menyangkut ketersediaan pupuk kimia dan pupuk kandang. Jenis pupuk Urea dan NPK sangat sulit diperoleh petani sehingga membuka peluang beredarnya pupuk palsu, dengan kondisi ini petani hanya menggunakan pupuk seadanya. Sedangkan untuk pupuk kandang harus didatangkan dari Payakumbuh (Sumatera Barat), pupuk kandang yang berasal dari kotoran ayam ini diangkut menggunakan truk yang membeli jagung petani. Di daerah ini juga belum ada sarana irigasi yang memadai, sehingga penanaman jagung sangat bergantung pada curah hujan.

2. Teknis Budidaya

Penerapan pola tumpangsari tanaman jagung dan kacang tanah jarang dilakukan petani, hal ini disebabkan intensitas penyuluhan yang masih kurang yang ada keraguan petani untuk menanam jagung dan kacang tanah bersamaan. Menurut mereka pertanaman jagung akan terganggu pertumbuhannya bila ditanam bersamaan, apalagi pada lahan baru ditanami kacang tanah. Penerapan teknologi budidaya yang belum optimal tentunya berakibat pada rendahnya produksi

(13)

penyakit terutama pada tanaman kacang tanah. Hama utama tanaman kacang tanah adalah pengerek polong dan orong-orong.

3. Permodalan

Secara umum kelompok tani yang ada merupakan kelompok baru yang masih sangat butuh bimbingan. Kelompok tani ini belum terlibat pada kegiatan budidaya secara bersama dan juga untuk memenuhi kebutuhan sarana produksi dan permodalan usahatani kelompok.

B. Indentifikasi kebutuhan Teknologi

Kebutuhan inovasi Teknologi merupakan langkah antisipasi masalah yang dihadapi petani. Dengan memanfaatkan potensi dan peluang yang ada di Desa Sumber Makmur SP 8. Langkah antisipasi dapat berupa :

- Upaya menetralisir sumber masalah - Upaya menanggulangan masalah

- Upaya memanfaatkan peluang yang ada.

Salah upaya memanfaatkan peluang ada adalah dengan melakukan Demplot Pengkajian Efisiensi Usahatani Melalui Tumpangsari Jagung dan Kacang Tanah. Diharapkan melalui kegitan ini dapat meningkatkan produksi sekitar 30 %

B. Hasil Pengkajian

1. Kegiatan lapangan Pengkajian Efisiensi Usahatani melalui tumpang sari jagung dan Kacang tanah sampai dengan pembuatan laporan ini baru berumur sekitar 2 bulan. Perkembangan pertumbuhan tanaman dapat dilihat pada gambar 1. Kegiatan mulai dilaksanakan pada bulan April 2009. Pada minggu pertama bulan April dilakukan koordinasi dengan dinas intansi terkait dan sekaligus pelaksanaan PRA. Identifikasi dan penetapan lokasi dan petanii kooperator dilakukan pada minggu ke 2 dan 3 bulan April 2009 dan sekaligus penetapan paket teknologi Pengolahan tanah dilakukan pada minggu ke empat dan penanaman kacang dilakukan pada awal Mei yaitu pada tanggal 3 Mei 2009. Selanjutnya penanaman jagung dilakukan pada tanggal 7 Mei 2009. Pola tumpangsari yang dilaksanakan adalah : pola 1 (jarak tanam jagung 100 x 20 cm dan 2 baris kacang tanah 40 x 20 cm)) dan pola 2 (jarak tanam

(14)

jagung 120 x 20 cm dan 3 baris kacang tanah 35 x 20 cm). Pola 3 (Jarak tanam 100 x 75 x 20 cm ) Pola 4 ( Jarak tanam 120 x 75 x 20 cm ). Pola 5 ( Monokultur Jagung). Pola 6 (Monokultur kacang tanah ).Masing-masing pola ditanam pada plot berukuran 10 x 20 meter. Petani koopetaor sebayak 3 orang ( 3 ulangan).

2. Secara umum pertumbuhan vegetatif tanman jagung dan kacang tanah cukup baik. Hal ini terlihat dari penampakan penamplan pertanaman pada setiap perlakukan. Saat ini sampai awal bulan juli sudah dilakukan pemeliharaan yang meliputi pemupukan dan pengendalian gulma secara kimia dan manual. 3. Kondisi riil di lapangan untuk setiap perlakuan serta pengamtan beberapa

sampel tanaman jagung dan kacang tanah adalah sebagai berikut :

Pola I : Pertumbuhan vegetatif tanaman kacang tanah cukup baik dengan ini

tanaman rata-rata 80 cm, saat ini sedang dalam tahap pematangan biji. Sebagian tanaman sekitar 25 % terserang hama pengerek biji yang ditandai dengan warna hitam pada polong. Sebagian daun juga terserang hama pengerek daun. Pengendalian terhadap hama ini sudah ilakukan sebanyak 6 kali penyemprotan dengan insektisida. Untuk tanaman jagung terlihat pertumbuhan vegetatif kurang optimal, Hal ini diduga disebabkan keterlambatan pemupukan pertama. Sewaktu jadwal pemupukan pertama air belum tersedia karena hujan belum turun.

Pola 2. Pertumbuhan vegettif tanaman kacang tanah cukup baik dengan tinggi

tanaman rata-rata 70, 5 cm. Saat ini sedang dalam tahap proses pematangan biji. Sebagian tanaman kacang tanah sekitar 30 % terserang hama pengerek polong yang ditandai dengan warna hitam pada polong. Sebagian daun juga terserang hama penggerek. Untuk tanaman jagung terlihat pertumbuhan vegetatif kurang optimal, Hal ini diduga disebabkan keterlambatan pemupukan pertama. Sewaktu jadwal pemupukan pertama air belum tersedia karena hujan belum turun. Tanaman sudah mulai berbuah dan dalam proses pematangan tongkol .

(15)

yang ditandai dengan warna hitam pada polong. Sebagian daun juga terserang hama penggerek daun walaupun sudah dilakukan penyemprotan dengan insektisida. . Untuk tanaman jagung terlihat pertumbuhan vegetatif sangat baik, Tanaman sudah berbuah dan dalam proses pematangan tongkol.

Pola 4. Pertumbuhan vegettif tanaman kacang tanah cukup baik dengan tinggi

tanaman rata-rata 71.2 cm. Saat ini sedang dalam tahap proses pematangan biji. Sebagian tanaman kacang sekitar 25 % terserang hama pengerek polong yang ditandai dengan warna hitam pada polong. Sebagian daun juga terserang hama penggerek daun walaupun sudah dilakukan penyemprotan dengan insektisida. . Untuk tanaman jagung terlihat pertumbuhan vegetatif sangat baik, Tanaman sudah berbuah dan dalam proses pematangan tongkol.

Pola 5. Pertumbuhan vegettif tanaman kacang tanah cukup baik dengan

tinggi tanaman rata-rata 72 cm. Saat ini sedang dalam tahap proses pematangan biji. Sebagian tanaman kacang sekitar 20 % terserang hama pengerek polong yang ditandai dengan warna hitam pada polong. Sebagian daun juga terserang hama penggerek daun walaupun sudah dilakukan penyemprotan dengan insektisida.

Pola 6. Pertumbuhan tanaman jagung terlihat pertumbuhan vegetatif sangat

(16)

Gambar 1. Kondisi pertanaman tumpangsari jagung dan kacang tanah pola 1 saat berumur 1 bulan

(17)

V. KESIMPULAN SEMENTARA

1. Koordinasi dan kerjasama dengan Pemda melalui Dinas Petanian, Perkebunan

dan Kehutanan sangat baik. Dimana kegiatan ini sangat mendukung program utama mereka dan menunjuk seorang petugas untuk mendampingan kegiatan ini.

2. Permasalahan yang dihadapi petani dalam pengembangan tanaman palawija

terutama jagung dan kacang tanah antara lain :

- Ketersediaan air . Pada lahan tadah hujan ketersediaan air sangan tergantung

hujan. Pemda kab Muko-Muko sudah pengupayakan pembuatan saluran irigasi yang pelaksanaannya sedang berjalan dan belum selesai.

- Ketersedian sarana produksi teruma pupuk dan obat-obatan sulit didapat dan

harganya mahal sehinga petani tidak mampu membelinya.

- Pengetahuan tentang Pengendalian hama dan penyakit masih kurang

.

3. Jarak tanam Jagung kacang tanah sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman jagung dan kacang, hal ini terlihat pada jarak tanam jagung dan kacang tanah yang rapat pertumbuhan kacang tanah lebih tinggi dan pertumbuhan jagungnya lebih pendek dibanding dengan yang monokultur.

(18)

Daftar Pustaka

Akil, M. 2008. Peningkatan Produksi Jagung Dengan Pemberian Bahan Organik Di Lahan Kering. Prosiding Simposium V Tanaman Pangan. Inovasi Teknologi Tanaman Pangan. Buku 3. Penelitian dan Pengembangan Palawija. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Litbang Pertanian. Hal 803-813.

Biro Pusat Statistik. 2008. Bengkulu Dalam Angka. BPS. Bengkulu

Damiri, A. 2008. Laporan Akhir Primatani Kab. Rejang Lebong. BPTP Bengkulu

Gunarto, L. 2007. Dengan Teknologi AGPI Produksi Padi Ditingkatkan Secara Efisien dan Berkelanjutan. Lembaga Pertanian Organik Indonesia (LP2OI). 4p Pasandaran, E. 2000. Kebijakan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Dalam

Rangka Otonomi Daerah. Makalah Seminar Hasil Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi Sumatera Selatan. Kerjasama Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Puntikayu dengan Fakultas Pertanian dan Program Pasca Sarjana Universitas Sriwijaya. Palembang 1-2 Maret 2000. Priyotomo E. Rudi H. Hamdan. Laporan Analisis Kebijakan Pembangunan Pertanian di

Propinsi Bengkulu. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu.

Puslitbangtan. 2007. Jagung Hibrida Unggul Baru. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Vol.29 No.4. Hal 1-2

Soekartawi, A. Soeharjo, J.L. Dillon dan J.B. Hardaker. 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian Untuk Pengembangan Petani Kecil. Penerbit Universitas Indonesia.

Gambar

Gambar 1.  Kondisi pertanaman tumpangsari jagung dan kacang tanah pola 1 saat  berumur 1 bulan

Referensi

Dokumen terkait

Saran yang dapat diterapkan dalam upaya peningkatan mutu pelayanan rekam medis rawat inap pasien BPJS di RSI Sultan Agung Semarang adalah 1) Review kuantitatif pada

PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN BERUPA : Alat pengolahan KELAPA ditargetkan 7 unit telah melampaui target sampai dengan tahun 2014 yang mencapai 8 unit, Pengolahan KAKAO di targetkan 5

Melalui kegiatan menyimak, siswa dapat menentukan kosakata yang berkaitan dengan lingkungan sehat berdasarkan teks percakapan yang dibacakan guru dengan benar.. Siswa dapat

SD NEGERI KEDUNG BARUK I NO 275 Perbaikan Gol/Masa Kerja (sesuai Gaji Juli 2017)... SMP KATOLIK SANTO STANISLAUS 2 SK

Edi Purnomo, Bc.. Edi

Ragam tafsir bermunculan ke dalam tradisi keilmuan Islam -khususnya al-Qur’ān- sebenarnya berangkat dari asumsi bahwa mufassir atau si pembaca teks tidak diatur

Nama : Cif Cream Porcelain Cleaner Fungsi : Pembersih porselen, membersihkan noda membandel. Spesifikasi : Netto 185 ml, cairan

Tabel 4.3 memperlihatkan tidak didapatkan perbedaan bermakna antara proporsi rumah positif larva di daerah kontrol dan intervensi sebelum pemberian Bti yang berarti