HUKUM PERDATA
HUKUM PERDATA
INTERNASIONAL
INTERNASIONAL
narzif
PERISTILAHAN
PERISTILAHAN
HUKUM PERDATA INTERNASIONAL (HPI)
HUKUM PERDATA INTERNASIONAL (HPI)
( PRIVATE INTERNATIONAL LAW –
( PRIVATE INTERNATIONAL LAW –
INTERNATIONAL PRIVATE RECHT )
INTERNATIONAL PRIVATE RECHT )
istilah “INTERNATIONAL” pada HPI tidak
istilah “INTERNATIONAL” pada HPI tidak
berarti menunjuk pada sumber hukum
berarti menunjuk pada sumber hukum
yang internsional, tapi menunjuk pada
yang internsional, tapi menunjuk pada
fakta, materi, peristiwa atau
fakta, materi, peristiwa atau
hubungan-hubungan yang bersifat internasional =>
hubungan yang bersifat internasional =>
karena adanya unsur asing => yang terjadi
karena adanya unsur asing => yang terjadi
atau terdapat dalam yurisdiksi suatu
atau terdapat dalam yurisdiksi suatu
negara.
Sumber hukumnya adalah
Sumber hukumnya adalah
nasional => sebagai bagian dari
nasional => sebagai bagian dari
hukum nasional
hukum nasional
Setiap negara merdeka/ berdaulat
Setiap negara merdeka/ berdaulat
=> memiliki sistim HPI
=> memiliki sistim HPI
PENGERTIAN
PENGERTIAN
Prof. Van Brakel
Prof. Van Brakel
HPI adalh hukum nasional yang dibuat
HPI adalh hukum nasional yang dibuat
untuk hubungan-hubungan internasional
untuk hubungan-hubungan internasional
Prof. Graveson
Prof. Graveson
HPI (Conflict of law) adalah bidang hukum
HPI (Conflict of law) adalah bidang hukum
yang berkenaan dengan perkara=perkara
yang berkenaan dengan perkara=perkara
yang didalamnya mengandung fakta yang
yang didalamnya mengandung fakta yang
relevan yang menunjukan perkaitan
relevan yang menunjukan perkaitan
dengan suatu sistem hukum lain, baik
dengan suatu sistem hukum lain, baik
karena aspek teritorial maupun aspek
karena aspek teritorial maupun aspek
Prof. Sudargo Gautama
Prof. Sudargo Gautama
Keseluruhan peraturan dan keputusan
Keseluruhan peraturan dan keputusan
hukum yang menunjukan stelsel hukum
hukum yang menunjukan stelsel hukum
manakah yang nerlaku atau apakah yang
manakah yang nerlaku atau apakah yang
meruoakan hukum, jika
meruoakan hukum, jika
hubungan-hubungan atau peristiwa-peristiwa antara
hubungan atau peristiwa-peristiwa antara
warga negara pada suatu waktu tertentu
warga negara pada suatu waktu tertentu
memperlihatkan titik-titik pertalian
memperlihatkan titik-titik pertalian
dengan stelsel-stelsel dan kaidah-kaidah
dengan stelsel-stelsel dan kaidah-kaidah
hukum dari dua atau lebih negara.
Prof. Sunaryati Hartono
Prof. Sunaryati Hartono
HPI menagtur setiap peristiwa atau hubungan
HPI menagtur setiap peristiwa atau hubungan
hukum yang mengadung unsur asing, baik
hukum yang mengadung unsur asing, baik
peristiwa itu termasuk bidang hukum publik
peristiwa itu termasuk bidang hukum publik
(seperti HTUN, Hukum Pajak atau Hukum
(seperti HTUN, Hukum Pajak atau Hukum
Pidana), maupun termasuk bidang Hukum
Pidana), maupun termasuk bidang Hukum
Perdata (seperti Hukum Perkawinan, HUkum
Perdata (seperti Hukum Perkawinan, HUkum
Waris, Hukum Dagang) => ebagai akibat dari
Waris, Hukum Dagang) => ebagai akibat dari
interaksi sosial masyarakat internasional yang
interaksi sosial masyarakat internasional yang
melewati batas-batas teritorial negara =>
melewati batas-batas teritorial negara =>
sehingga dapat disebut HPI sebagai Hukum
sehingga dapat disebut HPI sebagai Hukum
HPI
HPI
KESELURUHAN PERATURAN
KESELURUHAN PERATURAN
HUKUM NASIONAL YANG MENGATUR
HUKUM NASIONAL YANG MENGATUR
HUBUNGAN ATAU PERISTIWA
HUBUNGAN ATAU PERISTIWA
HUKUM YANG MENGANDUNG
HUKUM YANG MENGANDUNG
UNSUR ASING, DALAM INTERAKSI
UNSUR ASING, DALAM INTERAKSI
ANTAR ANGGOTA MASYARAKAT
ANTAR ANGGOTA MASYARAKAT
YANG TUNDUK PADA SISITEM
YANG TUNDUK PADA SISITEM
HUKUM YANG BERBEDA
HUKUM YANG BERBEDA
adanya
adanya
RUANG LINGKUP
RUANG LINGKUP
Secara materialSecara material
meliputi persoalan perdata sehari-hari meliputi persoalan perdata sehari-hari sepanjang sepanjang
mengandung adnya unsur asing (foreign element) mengandung adnya unsur asing (foreign element)
a. Hukum Perorangana. Hukum Perorangan
status personil, Kewaganegaraan ,Domisili, status personil, Kewaganegaraan ,Domisili, Badan Hukum.
Badan Hukum.
b. Hukum keluargab. Hukum keluarga
Perkawinan, Hubungan orang tua dan anak, Perkawinan, Hubungan orang tua dan anak, Perceraian, Adopsi dan Harta Perkawian.
Perceraian, Adopsi dan Harta Perkawian.
c. Hukum Harta Kekayaanc. Hukum Harta Kekayaan
Hak-hak kebendaan, Perjanjian/ Perikatan, Hak-hak kebendaan, Perjanjian/ Perikatan, Perbuatan Melawan Hukum
Perbuatan Melawan Hukum
d. Hukum Warisd. Hukum Waris
Secara Formal
Secara Formal
Meliputi persoalan-persoalan yang
Meliputi persoalan-persoalan yang
berkaitan dengan :
berkaitan dengan :
a. Pilihan Hukum (Choice of Law)
a. Pilihan Hukum (Choice of Law)
Conflict of
Conflict of
Laws
Laws
b. Pilihan Hakim ( Chice of Court/
b. Pilihan Hakim ( Chice of Court/
Jurisdiction)
Jurisdiction)
Conflict of jurisdiction
Conflict of jurisdiction
c. Pengakuan Hakim Nasional terhadap
c. Pengakuan Hakim Nasional terhadap
FUNGSI HPI
FUNGSI HPI
Secara Material
Secara Material
a.
a.
Untuk melancarkan interaksi antar
Untuk melancarkan interaksi antar
anggota masyarakat internasional
anggota masyarakat internasional
b.
b.
Untuk memberikan kepastian hukum
Untuk memberikan kepastian hukum
c.
c.
Untuk mewujudkan keadilan sesuai
Untuk mewujudkan keadilan sesuai
dengan budaya hukum para pihak
dengan budaya hukum para pihak
d.
d.
Untuk mencapai kesejahteraan
Untuk mencapai kesejahteraan
melalui interaksi sosial
Secara Formal
Secara Formal
a.
a.
Untuk menentukan fakta-fakta hukum
Untuk menentukan fakta-fakta hukum
sebagai suatu perkara HPI
sebagai suatu perkara HPI
b.
b.
Untuk menentukan kewenangan
Untuk menentukan kewenangan
yurisdiksional suatu pengadilan
yurisdiksional suatu pengadilan
c.
c.
Untuk menetapkan hukum yang berlaku (
Untuk menetapkan hukum yang berlaku (
Lex Causae) melalui :
Lex Causae) melalui :
- menentukan fakta-fakta dam perkara
- menentukan fakta-fakta dam perkara
(titik taut)
(titik taut)
- melekukan kualifikasi terhadap fakta
- melekukan kualifikasi terhadap fakta
dan persoalan hukumnya
dan persoalan hukumnya
- menentukan kaidah HPI yang relevan
- menentukan kaidah HPI yang relevan
berdasarkan hukum nasional (Lex Fori)
berdasarkan hukum nasional (Lex Fori)
d. Untuk menyelesaikan perkara
d. Untuk menyelesaikan perkara
berdasarkan Lex Causae
PERBEDAAN HPI DENGAN
PERBEDAAN HPI DENGAN
HUKUM PUBLIK
HUKUM PUBLIK
INTERNASIONAL
INTERNASIONAL
HUKUM INTERNASIONAL PUBLIK
HUKUM INTERNASIONAL PUBLIK
- VOLKENRECHT
- VOLKENRECHT
- THE LAW OF NATION
- THE LAW OF NATION
- HUKUM ANTAR NEGARA / BANGSA
- HUKUM ANTAR NEGARA / BANGSA
Yaitu hukum yang bersifat supra
Yaitu hukum yang bersifat supra
nasional
nasional
yang mengatur
yang mengatur
hubungan hukum antar negara
hubungan hukum antar negara
( juga dengan SHI lainnya)
HUKUM PERDATA INTERNASIONAL
HUKUM PERDATA INTERNASIONAL
Yaitu
Yaitu
Hukum Nasional yang mengatur
Hukum Nasional yang mengatur
hubungan hukum antar anggota
hubungan hukum antar anggota
masyarakat yang tunduk pada sisten
masyarakat yang tunduk pada sisten
hukum yang berbeda dalam berbagai
hukum yang berbeda dalam berbagai
hubungan yang bersifat transnasional :
hubungan yang bersifat transnasional :
a.
a.
Negara “A” dengan Warganegara
Negara “A” dengan Warganegara
“B” => Izin investasi, Pemberian
“B” => Izin investasi, Pemberian
Konsesi, dll
Konsesi, dll
b.
b.
Warganegara “A” dengan
Warganegara “A” dengan
Warganrgaea “B” => Perkawinan, Jual
Warganrgaea “B” => Perkawinan, Jual
Beli, Kerjasama, dll.
SEJARAH PERKEMBANGAN
SEJARAH PERKEMBANGAN
HPI
HPI
PERKEMBANGAN ASAS-ASAS HPI mulai
PERKEMBANGAN ASAS-ASAS HPI mulai
zaman Romawi s/d abad ke 12 :
zaman Romawi s/d abad ke 12 :
a.a.
Zaman Romawi
Zaman Romawi
=> abad ke 2 s/d 6
=> abad ke 2 s/d 6
-
“
“
embrio” HPI pada zaman ini mulai
embrio” HPI pada zaman ini mulai
terlihat melalui interaksi antar wagra
terlihat melalui interaksi antar wagra
Romawi (civies) denga produk di
Romawi (civies) denga produk di
provinsi-provinsi yang menfadi bagian dari
provinsi yang menfadi bagian dari
wilayah kekaisaran karena pendudukan
wilayah kekaisaran karena pendudukan
=> pribumi di povinsi-provinsi ini
=> pribumi di povinsi-provinsi ini
dianggap sebagai orang asing yang
dianggap sebagai orang asing yang
tunduk pada hukumnya sendiri.
-
Bagi civies Romawi berlaku
Bagi civies Romawi berlaku
ius Civile
ius Civile
=>
=>
unruk mengakomodasikan kebutuhan
unruk mengakomodasikan kebutuhan
pergaulan “antar bangsa” berkembang
pergaulan “antar bangsa” berkembang
menjadi
menjadi
Ius Gentium
Ius Gentium
=> yang meliputi :
=> yang meliputi :
1. hukum orang-perorangan (Ius Privatum)
1. hukum orang-perorangan (Ius Privatum)
=> embrio HPI
=> embrio HPI
2. kewenangan Negara (Ius Publicium)
2. kewenangan Negara (Ius Publicium)
-
Asas-asas HPI yang tumbuh &
Asas-asas HPI yang tumbuh &
berkembang pada masa ini :
berkembang pada masa ini :
1.
1.
Lex Rei Sitae/ Lex situs
Lex Rei Sitae/ Lex situs
Terhadap
Terhadap
benda=benda tetap tunduk pada
benda=benda tetap tunduk pada
hukum dimana benda itu berada
hukum dimana benda itu berada
2.
2.
Lex Domicili
Lex Domicili
Hak dan Kewajiban
Hak dan Kewajiban
seseorang tunduk pada hukum dimana
seseorang tunduk pada hukum dimana
di memiliki tempat tinggal tetap
di memiliki tempat tinggal tetap
3.
3.
Lex Loco Contraktus
Lex Loco Contraktus
Terhadap
Terhadap
perjanjian berlaku hukum pada tempat
perjanjian berlaku hukum pada tempat
b.
b.
Asas Personal – Genealogis
Asas Personal – Genealogis
Abad ke 6 s/d 10
Abad ke 6 s/d 10
-
Hukum dalam prose penyelesaian sengketa
Hukum dalam prose penyelesaian sengketa
adalah hukum dari pihak tergugat
adalah hukum dari pihak tergugat
-Kecakapan membuat Perjanjian =>
Kecakapan membuat Perjanjian =>
berdasarkan hukum personal
berdasarkan hukum personal
masing-masing pihak
masing pihak
-
Pewarisan dilaksanakan berdasarkan
Pewarisan dilaksanakan berdasarkan
hukum personal pihak pewaris
hukum personal pihak pewaris
-
Pengalihan hak milik dilaksanakan sesuai
Pengalihan hak milik dilaksanakan sesuai
hukum pihak yanh mengalihkan
hukum pihak yanh mengalihkan
-
Perbuatan melawan hukum diselesaikan
Perbuatan melawan hukum diselesaikan
berdasrkan hukum si pelakunya
berdasrkan hukum si pelakunya
-
Pengesahan perkawinan dilaksanakan
Pengesahan perkawinan dilaksanakan
sesuai dengna hukum pihak suami
c.
c.
Asas Teritorial
Asas Teritorial
Abad ke 11 s/d 12, terjadinya
Abad ke 11 s/d 12, terjadinya
transformasi struktur masyarakat dari
transformasi struktur masyarakat dari
geneologis ke masyarakat teritorialistik,
geneologis ke masyarakat teritorialistik,
dengan dua ciri utama:
dengan dua ciri utama:
- Di kawasan Eropa Utara (Inggris, Prancis,
- Di kawasan Eropa Utara (Inggris, Prancis,
Jerman) munculnya kelompok-kelompok
Jerman) munculnya kelompok-kelompok
feodal yang cenderung memberlakukan
feodal yang cenderung memberlakukan
hukum mereka secara eksklusif terhadap
hukum mereka secara eksklusif terhadap
siapa saja yang berada dalam teritori
siapa saja yang berada dalam teritori
mereka
mereka
tuan-tuan tanah tidak
tuan-tuan tanah tidak
mengakui hukum asing atau hak-hak
mengakui hukum asing atau hak-hak
yang telah diperoleh berdasrkan hukum
yang telah diperoleh berdasrkan hukum
asing.
- Di Kawasan Eropa Selatan=> munculnya
- Di Kawasan Eropa Selatan=> munculnya
kota-kota perdagangan di Italia dengan
kota-kota perdagangan di Italia dengan
wilayah tertentu yang otonom
wilayah tertentu yang otonom
menimbulkan keanekaragaman sistem
menimbulkan keanekaragaman sistem
hukum kota-kota (municipal laws) =>
hukum kota-kota (municipal laws) =>
adanya interaksi sosial antar kota =>
adanya interaksi sosial antar kota =>
menimbulkan persoalan pengakuan
menimbulkan persoalan pengakuan
terhadap hukum dan hak-hak asing
terhadap hukum dan hak-hak asing
(kota lain)
(kota lain)
kondisi ini dianggap
kondisi ini dianggap
sebagai pemicu munculnya
sebagai pemicu munculnya
teori
teori
stasuta
Sejarah Perkembangan
Sejarah Perkembangan
HPI
HPI
di ITALIA (abad ke 13 s/d
di ITALIA (abad ke 13 s/d
15)
15)
Accursius
Accursius
(1228)=> awal tumbuhnya
(1228)=> awal tumbuhnya
Teori Statuta => Bila seseorang berasal ari
Teori Statuta => Bila seseorang berasal ari
suatu kota di Itlia, digugat di kota lain,
suatu kota di Itlia, digugat di kota lain,
maka ia tidak dapat dituntut berdasarkan
maka ia tidak dapat dituntut berdasarkan
hukum dari kota lain itu, karena ia bukan
hukum dari kota lain itu, karena ia bukan
subyek hukum dari kota lain itu.
subyek hukum dari kota lain itu.
Bortalus
Bortalus
(1315-1357) = Bapak HPI.
(1315-1357) = Bapak HPI.
Sebagai pencetus teori statuta (sebagai
Sebagai pencetus teori statuta (sebagai
pengembangan pendapat Accurius).
pengembangan pendapat Accurius).
Bortalus berpendapat bahwa
Bortalus berpendapat bahwa
statuta-statuta suatu kota dapat dikelompokan
statuta suatu kota dapat dikelompokan
atas 3 jenis statuta, yaitu :
1.
1. Statuta Personalia =>menyangkut dgn Statuta Personalia =>menyangkut dgn statuspersonal atau kedudukan hukum statuspersonal atau kedudukan hukum
seseorang, dengan objek pengaturan seseorang, dengan objek pengaturan
meliputi masalah-masalah pribadi dan meliputi masalah-masalah pribadi dan
keluarga =>Statuta personalia inidiberikan keluarga =>Statuta personalia inidiberikan
kpd warga yg bertempat tinggal tetap di kpd warga yg bertempat tinggal tetap di wilayah kota ybrs. => Statuta Personalia wilayah kota ybrs. => Statuta Personalia
tetap melekat dan berlaku dimanapun warga tetap melekat dan berlaku dimanapun warga
tsb berada =>bersifat ekstra teritorial. tsb berada =>bersifat ekstra teritorial. 2.
2. Statuta Realia => menyangkut dg status Statuta Realia => menyangkut dg status hukum kebendaan => Thd statuta ini
hukum kebendaan => Thd statuta ini
berlaku prinsip teritorial => hanya berlaku berlaku prinsip teritorial => hanya berlaku
di wilayah kota yg memperlakukannya => di wilayah kota yg memperlakukannya => Statuta ini berlaku thd siapa saja (warga Statuta ini berlaku thd siapa saja (warga
kota/pendatang/orang asing) yg berada di kota/pendatang/orang asing) yg berada di
wilayah kota tsb. wilayah kota tsb. 3.
3. Statuta Mixta => menyangkut dg perbuatan-Statuta Mixta => menyangkut dg perbuatan-perbuatan hukum => Thd statuta ini berlaku perbuatan hukum => Thd statuta ini berlaku
Sejarah Perkembangan
Sejarah Perkembangan
HPI
HPI
di PERANCIS (abad ke 16)
di PERANCIS (abad ke 16)
Charles Dumoulin
Charles Dumoulin
(1500-1566)
(1500-1566)
=>Memperluas lingkup Statuta
=>Memperluas lingkup Statuta
Personalia =>Memasukan perjanjian sbg
Personalia =>Memasukan perjanjian sbg
objek pengaturannya, dgn argumentasi :
objek pengaturannya, dgn argumentasi :
Para pihak dalam perjanjian memiliki
Para pihak dalam perjanjian memiliki
kebebasan berkontrak, termasuk kebebasan
kebebasan berkontrak, termasuk kebebasan
memilih hukum yg berlaku dlm kontrak
memilih hukum yg berlaku dlm kontrak
mereka.
mereka.
Kebebasan memilih hukum tsb akan melekat
Kebebasan memilih hukum tsb akan melekat
terus bagi para pihak dimanapun mereka
terus bagi para pihak dimanapun mereka
berada. => Merupakan masalah status
berada. => Merupakan masalah status
personal seseorang yg bersifat ekstra
personal seseorang yg bersifat ekstra
teritorial.
Bertrand Dargentre
Bertrand Dargentre
(1523-16030
(1523-16030
=>Memperluas lingkup Statuta Realia
=>Memperluas lingkup Statuta Realia
=>Memasukan perjanjian dan perbuatan
=>Memasukan perjanjian dan perbuatan
hukum lain sebagai objek pengaturannya,
hukum lain sebagai objek pengaturannya,
dgn argumentasi :
dgn argumentasi :
Adanya kedudukan seseorang (Statuta Adanya kedudukan seseorang (Statuta
Personalia) yg berkaitan dgn hak milik orang tsb Personalia) yg berkaitan dgn hak milik orang tsb atas suatu benda (Statuta Realia), atau ada juga atas suatu benda (Statuta Realia), atau ada juga perbuatan-perbuatan hukum (Statuta Mixta) yg perbuatan-perbuatan hukum (Statuta Mixta) yg dilakukan di teritorial tertentu.
dilakukan di teritorial tertentu.
Apabila seseorang meninggal dunia yg Apabila seseorang meninggal dunia yg
meninggalkan benda-benda tetap di berbagai meninggalkan benda-benda tetap di berbagai negara, maka warisan itu tdk hanya diatur oleh negara, maka warisan itu tdk hanya diatur oleh satu sitem hukum, tetapi setiap benda tersebut satu sitem hukum, tetapi setiap benda tersebut tunduk pada hukum tempat letak benda itu (Lex tunduk pada hukum tempat letak benda itu (Lex Rei Sitae).
Sejarah Perkembangan
Sejarah Perkembangan
HPI
HPI
di BELANDA (abad ke 17)
di BELANDA (abad ke 17)
Ulrik Huber
Ulrik Huber
(1636-1694)
(1636-1694)
=>Mengembangkan konsep Statuta menjadi
=>Mengembangkan konsep Statuta menjadi
kedaulatan eksklusif negara. =>Penyelesaian
kedaulatan eksklusif negara. =>Penyelesaian
perkara HPI bertitik tolak dari 3 prinsip dsar,
perkara HPI bertitik tolak dari 3 prinsip dsar,
yaitu :
yaitu :
Hukum Statuta Negara hanya berlaku dalam Hukum Statuta Negara hanya berlaku dalam
batas-batas teritorial negara tsb.
batas-batas teritorial negara tsb.
Setiap orang (warga negara / orang asing) yg Setiap orang (warga negara / orang asing) yg
berada dalam teritorial suatu negara, merupakan
berada dalam teritorial suatu negara, merupakan
subjek hukum dan harus tunduk pada hukum
subjek hukum dan harus tunduk pada hukum
negara tersebut.
negara tersebut.
Meskipun demikian berdasarkan asas “sopan Meskipun demikian berdasarkan asas “sopan
Santun” antar negara
Santun” antar negara (comitas gentium)(comitas gentium) =>hukum =>hukum dari negara asal tetap berlaku dimana saja
dari negara asal tetap berlaku dimana saja
sepanjang tidak bertentangan dgn kepentingan
sepanjang tidak bertentangan dgn kepentingan
subjek hukum di negara yg menjadi pengakuan.
Johannes Voet (1647-1714) =>Mempertegas
Johannes Voet (1647-1714) =>Mempertegas
asas Comitas Gentium :
asas Comitas Gentium :
Pemberlakuan hukum asing di suatu negara Pemberlakuan hukum asing di suatu negara
bukanlah merupakan kewajiban Hukum
bukanlah merupakan kewajiban Hukum
Internasional (publik) atau bukan karena adanya
Internasional (publik) atau bukan karena adanya
sifat hubungan hukum pada suatu perkara HPI,
sifat hubungan hukum pada suatu perkara HPI,
tetapi hanya demi sopan santun pergaulan antar
tetapi hanya demi sopan santun pergaulan antar
negara.
negara.
Suatu negara tidak berhak menuntut Suatu negara tidak berhak menuntut
pemberlakuan hukumnya di negara lain.
pemberlakuan hukumnya di negara lain.
Pemberlakuan asas sopan santun tersebut harus Pemberlakuan asas sopan santun tersebut harus
ditaati oleh setiap negara =>asas ini dianggap
ditaati oleh setiap negara =>asas ini dianggap
sebagai bagian dari hukum nasional.
sebagai bagian dari hukum nasional.
Suatu perbuatan hukum tunduk pada hukum Suatu perbuatan hukum tunduk pada hukum
setempat (Locus Regit Actum)
TEORI-TEORI MODERN
TEORI-TEORI MODERN
HPI abad ke 19
HPI abad ke 19
VON SAVIGNY (1849 )
VON SAVIGNY (1849 )
Titik tolak torinya => suatu hubungan hukum yang sama Titik tolak torinya => suatu hubungan hukum yang sama harus memberi penyelesaian yang sama pula, baik
harus memberi penyelesaian yang sama pula, baik
diselesaikan oleh hakim negara A, maupun hakim negara B diselesaikan oleh hakim negara A, maupun hakim negara B => sehingga putusannya juga akan sama-sama di => sehingga putusannya juga akan sama-sama di mana-mana.
mana.
Pengakuan terhadap hukum asing bukan hanya berdasrakan Pengakuan terhadap hukum asing bukan hanya berdasrakan comitas, tapi berdasarkan pada manfaat dan fungsi yang comitas, tapi berdasarkan pada manfaat dan fungsi yang dipenuhinya bagi semua pihak.
dipenuhinya bagi semua pihak.
Untuk setiap bentuk hubungan hukum, dapat ditentukan Untuk setiap bentuk hubungan hukum, dapat ditentukan tempat kedudukan hukum nya (Legal Seat) melalui
tempat kedudukan hukum nya (Legal Seat) melalui
pengamatan terhadap hubungan hukum tersebut dengan pengamatan terhadap hubungan hukum tersebut dengan bentuk titik-titik taut => jika sudah ditemukan tempat bentuk titik-titik taut => jika sudah ditemukan tempat kedudukan hukum => maka sistem hukum pada tempat kedudukan hukum => maka sistem hukum pada tempat itulah yang digunakan sebagai Lex Causae.
itulah yang digunakan sebagai Lex Causae.
Tempat kedudukan hukum itu merupakan “pusat gaya berat” Tempat kedudukan hukum itu merupakan “pusat gaya berat” (center of gravity) dari suatu hubungan hukum => yang
(center of gravity) dari suatu hubungan hukum => yang banyak dimanfaatkan untuk menentukan hukum yang banyak dimanfaatkan untuk menentukan hukum yang
seharusnya berlaku dalam suatu perjanjian ( the proper law seharusnya berlaku dalam suatu perjanjian ( the proper law of contract)
MANCINI (1851)
MANCINI (1851)
TITIK TOLAK TEORINYA => semua bangsa mempunyai TITIK TOLAK TEORINYA => semua bangsa mempunyai
kedudukan yang sama dalam masyarakat antar bangsa => kedudukan yang sama dalam masyarakat antar bangsa =>
timbulnya hukum internasional karena adanya hidup bersama timbulnya hukum internasional karena adanya hidup bersama
antar bangsa => timbulnya negara karena adanya bangsa. antar bangsa => timbulnya negara karena adanya bangsa.
Hukum personil seseorang ditentukan oleh nasionalitasnya => Hukum personil seseorang ditentukan oleh nasionalitasnya =>
kebangsaan kebangsaan
Dalam setiap sistem hukum terdapat 2 jenis hubungan hukum :Dalam setiap sistem hukum terdapat 2 jenis hubungan hukum :
- kaidah-kaidah hukum yang menyangkut kepentingan - kaidah-kaidah hukum yang menyangkut kepentingan perseorangan
perseorangan
- kaidah-kaidah hukum untuk melindungi dan menjaga - kaidah-kaidah hukum untuk melindungi dan menjaga ketertiban hukum
ketertiban hukum
Berdasarkan kriteria tersebut => terdapat 3 asas HPIBerdasarkan kriteria tersebut => terdapat 3 asas HPI
- kaidah-kaidah untuk kepentingan perseorangan berlaku bagi - kaidah-kaidah untuk kepentingan perseorangan berlaku bagi setiap warganegar dimanapun dan kapanpun juga => prinsip setiap warganegar dimanapun dan kapanpun juga => prinsip
persinil persinil
- kaidah-kaidah untuk menjaga ketertiban umum bersifat - kaidah-kaidah untuk menjaga ketertiban umum bersifat teritorial => berlaku bagi setiap orang yang berada dalam teritorial => berlaku bagi setiap orang yang berada dalam
wilayah yurisdiksi suatu negara => prinsip teritorial wilayah yurisdiksi suatu negara => prinsip teritorial
TITIK TAUT
TITIK TAUT
Peristilahan
Peristilahan
=> Titik taut – Titik pertalian –
=> Titik taut – Titik pertalian –
Points of Contact – Connecting factors –
Points of Contact – Connecting factors –
Aanknopingspunten (Belanda) –
Aanknopingspunten (Belanda) –
Aanknupfunspunkte ( Jerman)
Aanknupfunspunkte ( Jerman)
Pengertian
Pengertian
=> Faktor-faktor atau Fakta-fakta
=> Faktor-faktor atau Fakta-fakta
dalam suatu peristiwa hukum (HPI) yang
dalam suatu peristiwa hukum (HPI) yang
menunjukan adanya relevansi antara peristiwa
menunjukan adanya relevansi antara peristiwa
tsb dengan suatu tempat tertentu => sistem
tsb dengan suatu tempat tertentu => sistem
hukum yang berlaku => di negara tertentu
hukum yang berlaku => di negara tertentu
Kegunaan
Kegunaan
=> Untuk membantu melekukan
=> Untuk membantu melekukan
pilihan hukum => Choice of Law
pilihan hukum => Choice of Law
-
Untuk menentukan hukum yang berlaku / Hk yg
Untuk menentukan hukum yang berlaku / Hk yg
dipilih => Lex Causae
dipilih => Lex Causae
-
Untuk proses penyelesaian suatu peristiwa =>
Untuk proses penyelesaian suatu peristiwa =>
perkara HPI
FAKTOR / FAKTA TITIK TAUT
FAKTOR / FAKTA TITIK TAUT
- Kewarganegaraan yang bersangkutanKewarganegaraan yang bersangkutan - Bendera kapal (laut/udara)Bendera kapal (laut/udara)
- Tempat domisili tetap seseorang/tempat kedudukan Tempat domisili tetap seseorang/tempat kedudukan
suatu Badan Hukum suatu Badan Hukum
- Tempat kediaman/alamat seseorang beradaTempat kediaman/alamat seseorang berada - Tempat letaknya suatu benda beradaTempat letaknya suatu benda berada
- Tempat terjadinya suatu perbuatan hukum dilakukanTempat terjadinya suatu perbuatan hukum dilakukan - Tempat timbulnya akibat suatu perbuatan hukum Tempat timbulnya akibat suatu perbuatan hukum
=> pelaksanaan perjanjian => pelaksanaan perjanjian
- Tempat terjadinya perbuatan melanggar hukumTempat terjadinya perbuatan melanggar hukum - Tempat perbuatan-perbuatan resmi dilakukanTempat perbuatan-perbuatan resmi dilakukan - Tempat penyelesaian perkara diajukanTempat penyelesaian perkara diajukan
PEMBEDAAN / MACAM-MACAM
PEMBEDAAN / MACAM-MACAM
TITIK TAUT
TITIK TAUT
1.
1.
TITIK TAUT PRIMER
TITIK TAUT PRIMER
Fakta/faktor yang
Fakta/faktor yang
menunjukan suatu peristiwa adanya unsur
menunjukan suatu peristiwa adanya unsur
asing dalam suatu peristiwa hukum => HPI=>
asing dalam suatu peristiwa hukum => HPI=>
sehingga TTP adalah titik taut yang
sehingga TTP adalah titik taut yang
membedakan suatu peristiwa sebagai suatu
membedakan suatu peristiwa sebagai suatu
peristiwa HPI => bukan hanya sebagai
peristiwa HPI => bukan hanya sebagai
peristiwa hukum intern semata
peristiwa hukum intern semata
TTP = Titik
TTP = Titik
Taut Pembeda
Taut Pembeda
2.
2.
TITIK TAUT SEKUNDER
TITIK TAUT SEKUNDER
Fakta/faktor yang
Fakta/faktor yang
menentukan hukum mana yang harus
menentukan hukum mana yang harus
diberlakukan bagi suatu peristiwa hukum =>
diberlakukan bagi suatu peristiwa hukum =>
sehingga TTS adalah titik taut yang akan
sehingga TTS adalah titik taut yang akan
menentukan Lex Causae/ applicable law
menentukan Lex Causae/ applicable law
CARA MENENTUKAN LEX CAUSAE
CARA MENENTUKAN LEX CAUSAE
1.Perhatikan peristiwa hukum yang terjadi => cari titik 1.Perhatikan peristiwa hukum yang terjadi => cari titik
taut primer berdasarkan Lex Fori => Apakah peristiwa taut primer berdasarkan Lex Fori => Apakah peristiwa hukum tersebut peristiwa HPI atau bukan?
hukum tersebut peristiwa HPI atau bukan?
2.Jika ternyata merupakan peristiwa HPI => lakukan 2.Jika ternyata merupakan peristiwa HPI => lakukan
kualifikasi => berdasarkan Lex FORI : kualifikasi => berdasarkan Lex FORI :
- Kualifikasi FaktaKualifikasi Fakta => pengkategorian fakta-fakta => pengkategorian fakta-fakta
yang ada pada suatu peristiwa hukum ke dalam yang ada pada suatu peristiwa hukum ke dalam
kategori hukum yang sudah ada dalam sistem hukum kategori hukum yang sudah ada dalam sistem hukum tertentu, Misalnya : Masalah harta warisan,
tertentu, Misalnya : Masalah harta warisan, Wanprestasi, Keabsahan Kontrak, dsb
Wanprestasi, Keabsahan Kontrak, dsb
- Kualifikasi HukumKualifikasi Hukum => pengkategorian kaedah => pengkategorian kaedah
hukum yang ada pada suatu sistem hukum ke dalam hukum yang ada pada suatu sistem hukum ke dalam pengelompokan suatu kategori hukum tertentu,
pengelompokan suatu kategori hukum tertentu,
Misalnya : Perbuatan Melawan Hukum, Pelaksanaan Misalnya : Perbuatan Melawan Hukum, Pelaksanaan Perjanjian, dsb
3. Perhatikan peristiwa hukum yang terjadi => cari titik taut
3. Perhatikan peristiwa hukum yang terjadi => cari titik taut
sekunder berdasarkan Lex Fori => sebagai proses untuk
sekunder berdasarkan Lex Fori => sebagai proses untuk
menentukan sistem hukum mana yang berlaku => Lex
menentukan sistem hukum mana yang berlaku => Lex
Causae.
Causae.
Pengecualian terhadap penerapan Lex Fori : Pengecualian terhadap penerapan Lex Fori :
- Kewarganegaraan => ditentukan oleh hukum yang Kewarganegaraan => ditentukan oleh hukum yang
bersangkutan
bersangkutan
- Kebendaan => hukum dimana benda itu beradaKebendaan => hukum dimana benda itu berada
- Perbuatan melawan hukum => hukum dimana perbuatan Perbuatan melawan hukum => hukum dimana perbuatan
hukum tersebut dilakukan
hukum tersebut dilakukan
- Kontrak => hukum yang dipilih para pihakKontrak => hukum yang dipilih para pihak
- Konvensi HPI yang telah disetujui oleh negara-negara Konvensi HPI yang telah disetujui oleh negara-negara
peserta
peserta
4. Titik taut yang didapat menurut Lex Causae => akan
4. Titik taut yang didapat menurut Lex Causae => akan
menentukan kaedah dari sistem hukum yang harus berlaku
menentukan kaedah dari sistem hukum yang harus berlaku
=> Lex Causae => Lex Fori => sistem hukum yang lain ?
=> Lex Causae => Lex Fori => sistem hukum yang lain ?
5. Selesaikan masalah HPI berdasrkan kaedah hukum materil
5. Selesaikan masalah HPI berdasrkan kaedah hukum materil
yang harus berlaku
yang harus berlaku
PENYELESAIAN
PENYELESAIAN
PERKARA HPI
PERKARA HPI
Peristiwa hukum di bidang
Peristiwa hukum di bidang
hukum
hukum
perdata
perdata
Dapat berupa peristiwa hukum perdata
Dapat berupa peristiwa hukum perdata
internasional Faktor-faktor yg
internasional Faktor-faktor yg
menentukan hal ini adalah : Ada
menentukan hal ini adalah : Ada
atau tidak adanya unsur-unsur asing /
atau tidak adanya unsur-unsur asing /
forign element dalam perkara tsb (Titik
forign element dalam perkara tsb (Titik
Taut)
Apabila di dalam peristiwa hukum perdata
Apabila di dalam peristiwa hukum perdata
ada tdp unsur asing maka peristiwa
ada tdp unsur asing maka peristiwa
itu termasuk dalam HPI
itu termasuk dalam HPI
Faktor yg membedakan apakah termasuk
Faktor yg membedakan apakah termasuk
HPI atau bukan ditentukan oleh Titik
HPI atau bukan ditentukan oleh Titik
Taut Primer / Titik Taut Pembeda (T
Taut Primer / Titik Taut Pembeda (T
T
T
P), terdiri
P), terdiri
dari :
dari :
1.
1. KewarganegaraanKewarganegaraan 2.
2. Bendera kapalBendera kapal 3.
3. DomisiliDomisili 4.
4. Tempat kediamanTempat kediaman 5.
5. Tempat kedudukan pribadi hukumTempat kedudukan pribadi hukum 6.
Faktor yg menentukan sistem hukum yg
Faktor yg menentukan sistem hukum yg
berlaku dinamakan Titik Taut
berlaku dinamakan Titik Taut
Penentu/ / Titik Taut Sekunder (TTS)
Penentu/ / Titik Taut Sekunder (TTS)
TTS tdk banyak diatur melalui perundang-
TTS tdk banyak diatur melalui
perundang-undangan tetapi sebagian T
undangan tetapi sebagian T
T
T
S ditemui
S ditemui
dalam jurisprudensi Contoh beberapa
dalam jurisprudensi Contoh beberapa
hubungan hukum dan hukum yg berlaku
hubungan hukum dan hukum yg berlaku
HUBUNGAN HUKUM mengenai:Lex causae
HUBUNGAN HUKUM mengenai:Lex causae
Status personil
Status personil
Lex domiciliLex domiciliPerjanjian kerja
Perjanjian kerja
Lex contraktusLex contraktusTestamen
Testamen
Lex loci actus Lex loci actus Perjj Jual Beli Lex`ActusTahap-tahap Penyelesaian Perkara HPI
Tahap-tahap Penyelesaian Perkara HPI
PERISTIWA HUKUM
TIDAK PERLU ADA KETETAPAN/ KEPUTUSAN PENGADILAN ADA UNSUR ASING: H.P.I
(HUKUM ANTAR TATA HUKUM EXTERN)
HUKUM ANTAR TATA HUKUM INTERN PERLU ADA KETETAPAN/
KEPUTUSAN PENGADILAN
TIDAK ADA UNSUR ASING
HUKUM INTERN
LEX FORI HUKUM ASING
TIDAK TERJADI RENVOI LEX FORI
Beberapa catatan
Beberapa catatan
sebagai
sebagai
Petunjuk
Petunjuk
Apabila hakim merasa berwenang mengadili
Apabila hakim merasa berwenang mengadili
perkara HPI, setelah memperhatikan Titik
perkara HPI, setelah memperhatikan Titik
Pertalian Primer, maka langkah selanjutnya :
Pertalian Primer, maka langkah selanjutnya :
1.
1. Hakim mengadili berdasarkan acara Lex Fori, Hakim mengadili berdasarkan acara Lex Fori, pada tahap ini melakukan kwalifikasi
pada tahap ini melakukan kwalifikasi
berdasarkan Lex Fori. Stlh hakim menentukan
berdasarkan Lex Fori. Stlh hakim menentukan
macam hubungan hukum (mis : mengenai perjj.
macam hubungan hukum (mis : mengenai perjj.
jual beli), maka dpt ditntukan hukum mana yg
jual beli), maka dpt ditntukan hukum mana yg
berlaku utk perkara tsb / lex causae.
berlaku utk perkara tsb / lex causae.
2.
2. Bila Lex Causae tlh diketemukan , Lex Causae ini Bila Lex Causae tlh diketemukan , Lex Causae ini dpt berupa Lex Fori juga atau mungkin berupa
dpt berupa Lex Fori juga atau mungkin berupa
hukum asing. Bila ternyata Lex Causae
hukum asing. Bila ternyata Lex Causae
menentukan hukum asing, maka mungkin terjadi
menentukan hukum asing, maka mungkin terjadi
Renvoi (apbl sistem hukum yg dipergunakan
Renvoi (apbl sistem hukum yg dipergunakan
hakim menerima renvoi, sistem hukum asing
hakim menerima renvoi, sistem hukum asing
tersebut bisa menunjuk kembali kpd hukum Lex
tersebut bisa menunjuk kembali kpd hukum Lex
Fori, atau menunjuk kepada sistem hukum
Fori, atau menunjuk kepada sistem hukum
negara lain).
3.
3.
Apbl akhirnya Lex Causae adlh hukum asing,
Apbl akhirnya Lex Causae adlh hukum asing,
maka beberap hal yg hrs diperhatikan :
maka beberap hal yg hrs diperhatikan :
a.
a. Bila hukum asing yg seharusnya dipergunakan Bila hukum asing yg seharusnya dipergunakan menurut hakim ternyata bertentangan dg
menurut hakim ternyata bertentangan dg
ketertiban umum, kaka dlm perkara tsb
ketertiban umum, kaka dlm perkara tsb
digunakan Lex Fori.
digunakan Lex Fori.
b.
b. Dlm hal diterapkan asas resiprositas/ timbal Dlm hal diterapkan asas resiprositas/ timbal
balik, mungkin berakibat, hukum asing tsb tidak
balik, mungkin berakibat, hukum asing tsb tidak
diberlakukan maka sebagai gantinya dpt
diberlakukan maka sebagai gantinya dpt
digunakan Lex Fori.
digunakan Lex Fori.
c.
c. Apbl hukum asing tsb berlaku akibat tlh Apbl hukum asing tsb berlaku akibat tlh dilakukannya penyeludupan hukum, maka
dilakukannya penyeludupan hukum, maka
seluruh perbuatan hukum pihak yg melakukan
seluruh perbuatan hukum pihak yg melakukan
penyeludupan hukum tsb batal demi hukum.
penyeludupan hukum tsb batal demi hukum.
d.
d. Apbl diterapkannya hukum asing akan Apbl diterapkannya hukum asing akan
menimbulkan ketidak adilan, atau hukum asing
menimbulkan ketidak adilan, atau hukum asing
tidak mengatur hal (objek) perkara tsb, dapat
tidak mengatur hal (objek) perkara tsb, dapat
dilakukan penyesuaian/adaptasi, ajustment.
Keterangan
Keterangan
Lex PatriaeLex Patriae = Hkm Nasional dari negara dimana = Hkm Nasional dari negara dimana
seseorang menjadi Warga negara
seseorang menjadi Warga negara
Lex DomiciliLex Domicili = Hkm negara dimana seseorang = Hkm negara dimana seseorang
berdomicili
berdomicili
Lex ResitaeLex Resitae = Hkm tempat benda terletak = Hkm tempat benda terletak
Lex Locisolutionis, Lex Loci ExecitionisLex Locisolutionis, Lex Loci Execitionis = Hk intern = Hk intern
tempat dilakukannya isi perjanjian
tempat dilakukannya isi perjanjian
Lex ActusLex Actus = Hkm negara yg mempunyai hubungan = Hkm negara yg mempunyai hubungan
erat dg transaksi yg dilakukan
erat dg transaksi yg dilakukan
Lex Loci Delicti CommisiLex Loci Delicti Commisi = Hkm ditempat = Hkm ditempat
dilakukannya penyelewengan hukum
dilakukannya penyelewengan hukum
Lex Loci CelebrationisLex Loci Celebrationis = Hkm tempat dilakukannya = Hkm tempat dilakukannya
perbuatan hukum
perbuatan hukum
Lex ForiLex Fori = Hkm intern dari sistem hukum yg berlaku = Hkm intern dari sistem hukum yg berlaku
diwilayah peradilan berada.
diwilayah peradilan berada.
Lex CausaeLex Causae = Hkm yg digunakan untuk perkara = Hkm yg digunakan untuk perkara
HPI/Hk yg dipilih