• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Kelasa: Kelebat Bahasa dan Sastra

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Jurnal Kelasa: Kelebat Bahasa dan Sastra"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

Indra Tjahyadia, Sri Andayanib, Hosnol Wafac, Adi Sutrisnod

©2022, Kelasa, 17 (1), 16–34 | 16

Jurnal Kelasa: Kelebat Bahasa dan Sastra

http://kelasa.kemdikbud.go.id/jurnal/index.php/kelasa

p-ISSN : 1907-7165 e-ISSN: 2721-4672

ANALISIS STRUKTUR WACANA TEKS PUISI KARYA MASHURI DI HARIAN KOMPAS

Analysis of Discourse Structure of Poetry Texts by Mashuri in the Kompas Daily

Indra Tjahyadia, Sri Andayanib, Hosnol Wafac, Adi Sutrisnod

a,b,c,d Universitas Panca Marga

Pos-el: [email protected]; [email protected];

Abstrak

Artikel ini memfokuskan kajiannya pada struktur wacana yang terdapat dalam teks puisi karya Mashuri yang termuat di harian Kompas pada tanggal 6 Juni 2019. Tujuan dilakukannya kajian ini mendeskripsikan struktur wacana teks puisi karya Mashuri yang termuat di harian Kompas. Adapun urgensi dilakukannya kajian ini adalah mengungkap struktur wacana teks puisi karya penyair Jawa Timur. Teori yang digunakan sebagai landasan analisis dalam artikel ini adalah teori struktur wacana Teun A, van Dijk.

Pemilihan teori tersebut didasarkan relevansi teori tersebut terhadap kajian yang dilakukan. Metode yang digunakan dalam sebagai landasan metodis dalam artikel ini adalah metode penelitian kualitatif deskriptif. Temuan yang dihasilkan dalam penelitian adalah bahwa ketiga teks puisi Mashuri yang termuat di harian Kompas memiliki (1) tema cinta manusia yang tulus terhadap Tuhan dan manusia, (2) skema teks yang diawali internalisasi diri, setelah itu eksternalisasi diri, (3) pesan bahwa manusia tidak boleh tinggi hati di hadapan Tuhan, dan sesama manusia.

Kata-kata kunci: struktur makro, superstruktur, struktur mikro, teks puisi

Abstract

This article focuses its study on the discourse structure contained in Mashuri's poetry texts published in the Kompas daily on June 6, 2019. The purpose of this study is to describe the discourse structure of Mashuri's poetry texts published in the Kompas daily.

The urgency of this study is to reveal the discourse structure of the poetry texts by the poets of East Java. The theory used as the basis of analysis in this article is the theory of discourse structure of Teun A, van Dijk. The selection of the theory is based on the relevance of the theory to the study conducted. The method used as a methodical basis in this article is a descriptive qualitative research method. The findings of the research are that the three texts of Mashuri's poetry published in the Kompas daily have (1) the theme of sincere human love for God and humans, (2) a text scheme that begins with self-

Naskah Diterima Tanggal 13 Januari 2022—Direvisi Akhir Tanggal 21 Juni 2022—Disetujui Tanggal 23 Juni 2022 doi: https://doi.org/10.26499/kelasa.v17i1.251

(2)

17 | ©2022, Kelasa, 17 (1), 16–34 internalization, then self-externalization, (3) the message that Humans should not be arrogant before God and other humans.

Keywords: macro structure, superstructure, micro structure, poetry text

PENDAHULUAN

Puisi bukan hanya fenomena estetika, melainkan juga fenomena kewacanaan.

Seorang penyair, dalam menciptakan puisi, tidak hanya sekadar bertujuan untuk menghadirkan nilai-nilai keindahan kepada publik, tetapi juga bertujuan untuk mengomunikasikan maksud, ide, gagasan, dan perasaan yang dimilikinya kepada publik atau masyarakat melalui tindak kebahasaan. Oleh karena itu, bagi seorang penyair, puisi merupakan medium yang digunakan untuk berkomunikasi dengan publik atau masyarakat (Klarer, 2005; Pradopo, 2005; Teeuw, 2013; Wellek & Warren, 2014). Hal tersebut menjadikan puisi dapat dipahami sebagai wacana yang merupakan produk penggunaan bahasa (Brown & Yule, 1988; Djajasudarma, 1994; Tarigan, 2009).

Teks puisi merupakan rekaman verbal yang diproduksi oleh seorang penulis puisi atau penyair. Teks puisi mengandung pesan-pesan atau maksud-maksud tertentu yang dimiliki oleh penyair. Melalui teks tersebut, seorang penyair berusaha untuk mengomunikasikan maksud yang dimilikinya kepada masyarakat. Oleh karena itu, teks puisi tidak pernah tercipta dari kekosongan tendensi penyair (Klarer, 2005; Pradopo, 2005; Teeuw, 2013).

Menurut Teeuw (2013) tidak ada puisi yang tercipta dari kekosongan. Setiap penyair selalu memiliki maksud-maksud tertentu dalam tindak penciptaan karyanya. Hal tersebut tampak pada keberadaan pesan yang terdapat dalam puisi. Keberadaan pesan merupakan konsekuensi dari keberadaan teks puisi sebagai produk dari tindak komunikasi seorang sastrawan kepada masyarakatnya.

Penelitian ini berfokus pada analisis struktur wacana yang terdapat dalam teks puisi karya Mashuri yang termuat di harian Kompas pada tanggal 6 Juni 2019. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan struktur wacana yang terdapat dalam teks puisi karya Mashuri tersebut. Ada dua faktor yang membuat puisi karya Mashuri dipilih sebagai objek penelitian ini, yaitu faktor teks dan faktor pengarang.

Dalam tataran teks, puisi karya Mashuri menyajikan keunikan tema dan gagasan.

Menurut Budiman (2011) puisi-puisi karya Mashuri menghadirkan pandangan yang

(3)

©2022, Kelasa, 17 (1), 16–34 | 18 paradoksal terhadap realitas. Hal tersebut tampak pada pilihan tema puisi Mashuri yang cenderung menghadirkan perdebatan antara hal yang sakral dan profan. Selain itu, teks puisi Mashuri yang cenderung menyajikan kebebasan dalam tataran tipografi menjadikan puisi tersebut memiliki keunikan. Hal tersebut muncul karena pembaca harus melepaskan pemahaman umumnya tentang puisi agar dapat mengikuti pemahaman puisi yang ditawarkan oleh Mashuri dalam karyanya. Hal tersebut juga merepresentasikan orisinalitas gagasan puitik Mashuri. Oleh karena itu, teks puisi Mashuri merupakan teks puisi yang tidak hanya unik, tetapi juga memiliki gagasan yang menarik untuk dikaji (Budiman, 2011; Manuaba, 2015).

Faktor kedua yang menjadi penyebab puisi-puisi karya Mashuri dipilih sebagai objek material dalam penelitian ini adalah faktor penulisanya. Dalam perpuisian Jawa Timur, Mashuri diposisikan sebagai salah satu penyair penting. Menurut Manuaba (2015), dalam perpuisian Jawa Timur, Mashuri merupakan tokoh sastra yang memberikan kontribusi bagi perkembangan. Hal tersebut disebabkan oleh puisi-puisi Mashuri yang ikut membangun tradisi perpuisian di Jawa Timur. Pengaruh puisi-puisi Mashuri tampak pada gaya berpuisi penyair-penyair yang hadir setelah generasi Mashuri. Oleh karena itu, penelitian terhadap puisi-puisi karya Mashuri penting dan relevan untuk dilakukan.

Sebagaimana telah dijelaskan pada paragraf sebelumnya, tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan struktur wacana teks puisi karya Mashuri. Hal tersebut berarti bahwa teks puisi Mashuri akan dipahami sebagai sebuah wacana yang memiliki struktur dengan unsur-unsur pembangun yang berada di dalamnya. Dalam studi wacana, teks dipahami sebagai rekaman verbal tindak komunikasi (Abidin, 2020; Andayani et al., 2021; Brown & Yule, 1988; Denzin & Lincoln, 2017; Humaira, 2018; Mashuri, 2019c; Tarigan, 2009; Teeuw, 2013; Tjahyadi, 2021b; teun A. van Dijk, 1993; T. A.

van Dijk, 1989, 2008). Teks puisi merupakan rekaman verbal tindak komunikasi yang dilakukan oleh penyair. Oleh karena itu, dalam studi wacana, teks puisi merupakan salah satu genre wacana (Tarigan, 2009; Tjahyadi, 2021a).

Selain objek material, penelitian ini juga memiliki objek formal yang digunakan sebagai landasan dalam melakukan analisis atas objek material. Objek formal dalam penelitian ini adalah teori Struktur Wacana Teks yang terdapat dalam teori Analisis Wacana Kritis model Teun A. van Dijk. Dalam teori analisis wacana kritis (AWK)

(4)

19 | ©2022, Kelasa, 17 (1), 16–34 model van Dijk, wacana terdiri atas tiga dimensi, yakni dimensi teks, dimensi kognisi, dan dimensi konteks sosial. Dimensi teks wacana memiliki struktur yang membangun di dalamnya. Oleh karena itu, upaya untuk memahami wacana tidak dapat dilepaskan dari upaya untuk memahami struktur dimensi teks yang dimiliki sebuah wacana. (Abidin, 2020; Andayani et al., 2021; Saadillah et al., 2020; Tjahyadi, 2021b; teun A. van Dijk, 1993; T. A. van Dijk, 1989, 2008).

Faktor lain yang menjadi penyebab teori struktur wacana teks model van Dijk dipilih sebagai landasan teoretis dalam analisis penelitian ini adalah relevansi keberadaan teori tersebut dalam studi teks sastra. Menurut Tarigan (2009) teks puisi merupakan salah satu genre wacana, maka teori analisis wacana dapat digunakan untuk menganalisis teks puisi. Menurut Saadillah et al. (2020) teori struktur wacana van Dijk dapat digunakan untuk mendeskripsikan struktur wacana teks sastra. Hal tersebut terjadi karena teori AWK van Dijk menyediakan fitur yang dapat digunakan untuk menganalisis struktur teks. Oleh karena itu, teori AWK van Dijk memiliki relevansi dalam pengkajian struktur teks sastra.

LANDASAN TEORI

Teori yang digunakan sebagai landasan teoretis dalam analisis objek adalah teori struktur wacana Teun A. van Dijk. Menurut van Dijk et al. (1985), analisis wacana dapat digunakan sebagai teori dan pendekatan dalam menganalisis karya sastra. Hal tersebut dapat terjadi karena analisis wacana merupakan teori dan pendekatan yang interdisipliner. Oleh karena itu, analisis wacana model van Dijk dipilih sebagai landasan teoretis dalam kajian ini.

Wacana merupakan produk dari tindak kebahasaan yang dilakukan oleh pengguna bahasa untuk mengomunikasikan pesan. (Abidin, 2020; Andayani et al., 2021; Brown & Yule, 1988; Djajasudarma, 1994; Humaira, 2018; Saadillah et al., 2020;

Tjahyadi, 2021b, 2021a; teun A. van Dijk, 1993; T. A. van Dijk, 1989, 2008). Sebagai produk dari tindak kebahasaan, wacana terdiri atas tiga dimensi, yakni dimensi teks, dimensi kognisi, dan dimensi konteks sosial (Abidin, 2020; Andayani et al., 2021;

Humaira, 2018; Saadillah et al., 2020; Tjahyadi, 2021b, 2021a; teun A. van Dijk, 1993;

T. A. van Dijk, 1989, 2008; Wijayanti et al., 2020)

(5)

©2022, Kelasa, 17 (1), 16–34 | 20 Dimensi teks merupakan dimensi intrinsik wacana. Teks merupakan rekaman verbal tindak kebahasaan yang dilakukan oleh aktor dalam proses komunikasi. Dalam dimensi teks, terdapat unsur-unsur kebahasaan yang digunakan oleh aktor dalam proses komunikasi. Adanya unsur-unsur kebahasaan tersebut membuat dimensi teks wacana menjadi dimensi yang memiliki aspek semantis atau makna lokal wacana (Abidin, 2020;

Andayani et al., 2021; Humaira, 2018; Saadillah et al., 2020; Tjahyadi, 2021b, 2021a;

teun A. van Dijk, 1993; T. A. van Dijk, 1989, 2008; Wijayanti et al., 2020).

Dalam teori AWK model van Dijk, dimensi teks wacana memiliki struktur yang terdiri atas tiga dimensi, yakni struktur makro, superstruktur, dan struktur mikro (Abidin, 2020; Andayani et al., 2021; Humaira, 2018; Saadillah et al., 2020; Tjahyadi, 2021b, 2021a; teun A. van Dijk, 1993; T. A. van Dijk, 1989, 2008; Wijayanti et al., 2020). Struktur makro merupakan struktur yang memuat gagasan inti suatu teks. Dalam struktur makro, terdapat topik atau tema teks. Elemen tersebut berfungsi memberikan gambaran umum sebuah teks. Dalam sebuah teks, topik dapat berujud frasa atau kalimat yang merupakan inti pembahasan (Abidin, 2020; Andayani et al., 2021; Humaira, 2018;

Saadillah et al., 2020; Tjahyadi, 2021b, 2021a; teun A. van Dijk, 1993; T. A. van Dijk, 1989, 2008; Wijayanti et al., 2020).

Sebagaimana telah disampaikan, struktur wacana tidak hanya terdiri atas struktur makro, tetapi juga memiliki tataran superstruktur dan struktur mikro. Superstruktur adalah kerangka teks atau skema teks. Setiap teks memiliki kerangka atau skema penyajian masing-masing. Penyajian kerangka tersebut didasarkan pada kebutuhan pencipta teks sebagai pengirim pesan. Struktur mikro adalah struktur yang terdapat dalam teks. Analisis struktur mikro adalah analisis satuan lingual teks. Pada analisis struktur mikro, penganalisis memfokuskan analisisnya bagian terkecil dari suatu teks atau komponen struktural wacana yang dapat diamati. Analisis tersebuti bertujuan untuk untuk mengungkap tataran semantik, stilistik, dan retorik teks (Abidin, 2020; Andayani et al., 2021; Humaira, 2018; Saadillah et al., 2020; Tjahyadi, 2021b, 2021a; teun A. van Dijk, 1993; T. A. van Dijk, 1989, 2008; Wijayanti et al., 2020).

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan untuk analisis dalam artikel ini adalah metode kualitatif deskriptif. Kualitatif deskriptif merupakan metode penelitian yang bertujuan untuk

(6)

21 | ©2022, Kelasa, 17 (1), 16–34 mendeskripsikan hasil analisis atas objek (Denzin & Lincoln, 2017). Metode tersebut dipilih karena tujuan penelitian ini tidak hanya untuk menganalisis, tetapi juga berusaha mendeksripsikan struktur wacana yang terdapat dalam puisi karya Mashuri. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam kajian ini adalah teknik pengumpulan data dokumen yang berupa tiga teks puisi, yakni teks puisi “Sowan”, “Takdir Daun”, dan

“Jula-Juli Remah Roti” karya Mashuri. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik simak dan teknik catat. Dalam tahapan tersebut, data yang telah disimak atau dianalisis tersebut, kemudian dicatat dan dituangkan kedalam bentuk dokumen hasil analisis.

PEMBAHASAN

Secara terperinci, terdapat tiga hal yang dibahas dalam penelitian ini, yakni (1) analisis struktur makro, (2) analisis superstruktur, dan (3) analisis struktur mikro. Ketiga analisis tersebut dilakukan pada ketiga teks puisi karya Mashuri yang termuat di harian Kompas (06-06-2019). Ketiga teks puisi tersebut adalah teks puisi “Sowan”, “Takdir Daun”, dan “Jula-Juli Remah Roti”.

Analisis Struktur Makro Teks Puisi Mashuri

Van Dijk (dalam Humaira, 2018; Nuraeni, 2017; Nurlaily, 2019; Payuyasa, 2017) mendefinisikan struktur makro sebagai elemen tema atau topik yang merupakan gagasan inti suatu teks. Struktur makro adalah tataran makna wacana secara keseluruhan (T. A. van Dijk & etc, 1997). Elemen tersebut berfungsi memberikan gambaran umum sebuah teks. Dalam sebuah teks, topik dapat berujud frasa atau kalimat yang merupakan inti pembahasan. Berdasarkan pemahaman tersebut, analisis pada subbagian ini dipusatkan pada frasa atau kalimat inti yang terdapat dalam ketiga teks puisi karya Mashuri yang dimuat di harian Kompas (06-06-2019).

Teks puisi “Sowan” karya Mashuri terdiri atas satu bait puisi berbentuk paragraf yang terdiri atas dua kalimat. Kalimat pertama menceritakan tentang akhir perjalanan pencarian aku-lirik atas sesuatu yang dianggapnya murni dan memiliki nilai ilahiah. Hal itu tampak pada kutipan puisi “Sowan” (Mashuri, 2019b) berikut.

akhirnya sampai juga aku di tepi danaumu, mencicipi bening tirta, mencoba menjadi pengail dekil yang tak berharap dapat menangkap ikan-ikan purwapurna, kerna miskin teknik, umpan, dan doa.

(7)

©2022, Kelasa, 17 (1), 16–34 | 22 Kalimat kedua dari teks puisi tersebut menceritakan tentang kesan yang didapatkan oleh aku-lirik ketika sampai di tempat yang diinginkan. Di kalimat tersebut aku-lirik menceritakan perasaan bahagia, kagum, lega, dan yakin akan mendapatkan keselamatan yang didapatkan setelah sampai di tempat yang dituju dalam perjalanan pencariannya. Hal itu tampak pada kutipan kalimat kedua puisi “Sowan” (Mashuri, 2019b) berikut.

tapi memandang air danaumu nan tenang adalah pesta sesungguhnya.

biarlah langgam ulam itu tetap berenang dan berterbangan di sana, menghiasi kedung dan angkasanya, agar netra dan nasab pengetahuan ini – pencarian ini – masih bersandar pada ritus murni, tidak berlarat dalam corat-coret luka di dinding zaman – retak berkah, kelabu, mengambang – seperti bangkai mina yang kini marak membusuk di jalanan.

Berdasarkan analisis struktur makro tersebut, dapat disimpulkan bahwa topik puisi

“Sowan” karya Mashuri adalah kebahagiaan hakiki yang diperoleh manusia setelah menjalani perjalanan spiritual. Hal tersebut tampak pada topik kalimat pertama yang merupakan subtopik puisi yang menjelaskan tentang kegiatan yang dilakukan oleh aku- lirik ketika sampai di tempat yang dituju. Hal itu juga diperkuat dengan topik yang terdapat dalam kalimat kedua yang merupakan subtopik puisi tersebut yang memiliki gagasan utama tentang kesan bahagia, lega, kagum, dan yakin tentang keselamatan hidup setelah manusia sampai di tempat yang dituju. Jadi, topik puisi Sowan karya Mashuri adalah kebahagiaan hakiki yang didapatkan oleh seseorang setelah melakukan perjalanan spiritual.

Puisi kedua karya Mashuri berjudul “Takdir Daun”. Puisi tersebut terdiri atas satu bait berbentuk paragraf yang memiliki dua kalimat. Kalimat pertama memiliki topik tentang kerendahan hati aku-lirik ketika berhadapan dengan sosok yang dicintainya. Hal itu tampak pada kutipan puisi “Takdir Daun” (Mashuri, 2019d): “aku hanya selembar daun kering, ning, luruh terbawa angin.”

Kalimat kedua memiliki topik tentang keinginan untuk membalas segala kebaikan yang telah diberikan kepada aku-lirik oleh sosok yang disebut ning. Hal itu tampak pada kutipan puisi “Takdir Daun” (Mashuri, 2019d) berikut.

bila kini aku merona di pigura yang menempel di dinding dunia, kerna hidupku berarus di degup jantungmu, kerna perkenan tanganmu yang sudi memungutku dari bumi lusuh. lalu apa yang pantas aku balas kepadamu, selain cinta dan rindu.

(8)

23 | ©2022, Kelasa, 17 (1), 16–34 Berdasarkan analisis tersebut, tampak bahwa puisi “Takdir Daun” karya Mashuri memiliki dua subtopik. Subtopik pertama berasal dari topik kalimat pertama yang bercerita tentang kerendahan hati seseorang dihadapan seseorang yang dicintainya.

Subtopik kedua berasal dari topik kalimat kedua yang bercerita tentang keinginan tulus seseorang untuk membalas cinta kepada seseorang yang dicintainya. Berdasarkan kedua subtopik tersebut, dapat disimpulkan bahwa topik puisi “Takdir Daun” karya Mashuri adalah ketulusan cinta seseorang.

“Jula-Jali Remah Roti” adalah judul puisi ketiga Mashuri yang dimuat di harian Kompas. Berbeda dengan dua puisi sebelumnya, puisi ketiga Mashuri yang dimuat di harian Kompas pada tanggal 6 Juni 2019 hadir dengan wujud lebih kompleks.Puisi karya Mashuri yang berjudul “Jula-Jali Remah Roti” terdiri atas tujuh bait. Bait pertama menceritakan tentang otokritik yang dilakukan oleh aku-lirik. Hal itu tampak pada kutipan puisi “Jula-Jali Remah Roti” (Mashuri, 2019a) berikut.

tuku sewek bedah pinggire tambah tuwek owah pikire membeli jarit bedah pinggirnya semakin tua berpikiran gila

Bait kedua puisi tersebut memiliki topik penyerahan diri aku-lirik kepada sesuatu yang dikasihinya. Hal itu tampak pada kutipan berikut.

aku meringkuk di ceruk mangkokmu – mirip remah roti sisa-sisa beruk di atas batu – di sebuah kebon binatang rindu. bila angin bertiup, ia akan jatuh ke kolam dan menjadi jatah ikan-ikan. bila angin tenang, ia akan

didatangi burung-burung menjadi pengganjal paruh perut yang lapar, tapi aku adalah kepunyaanmu.

(Mashuri, 2019a)

Bait ketiga puisi “Jula-Jali Remah Roti” karya Mashuri (2019) hadir dengan topik tentang kebahagiaan yang dirasakan aku-lirik ketika melakukan penyerahan diri terhadap sesuatu yang dicintainya. Hal itu tampak pada kutipan bait ketiga yang terdapat dalam teks puisi “Jula-Juli Remah Roti” (Mashuri, 2019) berikut.

aku ingin terus bertafakur dalam sunyi di lekukmu nan terukur dan murni. aku tak peduli pada mata bumi yang merayakan rotasi – kerna aku punya garis edar sendiri yang berpusar ke jantungmu. kerna di peluk dan degupmu,

kureguk kehangatan abadi.

(9)

©2022, Kelasa, 17 (1), 16–34 | 24 Bait keempat puisi “Jula-Juli Remah Roti” menyajikan topik mengenai otokritik aku- lirik. Hal itu tampak pada kutipan berikut.

tuweke klapa akeh santene tuweke awak akeh ngawure kelapa tua banyak sanannya diri yang tua banyak ngawurnya

Berbeda dengan bait keempat, bait kelima puisi tersebut bertopik tentang ketulusan aku- lirik ketika berserah diri kepada sesuatu yang dicintainya meski aku-lirik dipandang sebagai manusia hina. Hal tersebut tampak pada kutipan bait kelima puisi “Jula-Juli Remah Roti” (Mashuri, 2019a) berikut.

meski remah roti ini hanya penggembira ikan-ikan dan burung-burung, tapi adanya karenamu, adalah

kepunyaanmu. ia akan tetap setia meringkuk di

mangkokmu, sambil sesekali menertawakan dunia dan diri sendiri – yang nisbi…

Bait keenam puisi “Jula-Juli Remah Roti” tersebut memiliki topik tentang aku-lirik yang tidak pernah luput dari kesalahan. Hal itu tampak pada kutipan bait keenam puisi tersebut berikut.

mangan kupat diduduhi bening santen menawi lepat dibaleni mbenjing sonten makan ketupat berkuah santan bening bila bersalah akan diulangi besok sore (Mashuri, 2019a)

Bait ketujuh merupakan bait penutup atau bait terakhir dari puisi ”Jula-Juli Remah Roti”. Pada bait tersebut hanya terdapat dua kata. Topik bait tersebut adalah tentang pemujaan aku-lirik kepada Tuhan. Hal itu tampak pada kutipan bait ketujuh puisi tersebut: “hu ya!”

Berdasarkan analisis struktur makro pada teks puisi “Jula-Juli Remah Roti”

karya Mashuri, tampak bahwa topik puisi tersebut adalah cinta manusia kepada Tuhan.

Hal itu diperlihatkan pada ketujuh subtopik yang terdapat dalam puisi tersebut.

Analisis Superstruktur Teks Puisi Mashuri

Upaya untuk mendeskripsikan struktur wacana teks puisi karya Mashuri yang termuat di harian Kompas (06-06-2019) tidak bisa hanya dilakukan pada analisis struktur makro, tetapi juga harus didasarkan pada analisis superstruktur teks puisi

(10)

25 | ©2022, Kelasa, 17 (1), 16–34 tersebut. Menurut Van Dijk (dalam Humaira, 2018; Nuraeni, 2017; Nurlaily, 2019;

Payuyasa, 2017) superstruktur adalah kerangka teks atau skema teks. Setiap teks memiliki kerangka atau skema penyajiannya masing-masing. Penyajian kerangka tersebut didasarkan pada kebutuhan pencipta teks atau aktor pemroduksi wacana sebagai pengirim pesan (T. A. van Dijk, 2009; T. A. van Dijk & etc, 1997).

Teks puisi Mashuri yang berjudul “Sowan” disajikan dengan kerangka yang sederhana, yakni berisi satu bait dengan dua kalimat di dalamnya. Kalimat pertama merupakan kalimat pembuka. Pada kalimat pertama puisi tersebut Mashuri menyajikan perasaan yang dirasakan oleh aku-lirik terhadap dirinya sendiri. Kalimat tersebut menyampaikan pengakuan pribadi aku-lirik mengenai perasaan yang dirasakan setelah sampai di tempat yang dituju. Itu sebagaimana tampak pada kutipan kalimat berikut.

akhirnya sampai juga aku di tepi danaumu, mencicipi bening tirta, mencoba menjadi pengail dekil yang tak berharap dapat menangkap ikan-ikan purwapurna, kerna miskin teknik, umpan, dan doa.

(Mashuri, 2019a)

Kalimat kedua berisi penjelasan tentang perasaan aku-lirik ketika berhadapan dengan sesuatu di luar dirinya. Hal itu tampak pada kutipan kalimat puisi “Sowan”

karya Mashuri (2019b) berikut.

tapi memandang air danaumu nan tenang adalah pesta sesungguhnya.

Biarlah langgam ulam itu tetap berenang dan berterbangan di sana, menghiasi kedung dan angkasanya, agar netra dan nasab pengetahuan ini – pencarian ini – masih bersandar pada ritus murni, tidak berlarat dalam corat-coret luka di dinding zaman – retak berkah, kelabu, mengambang – seperti bangkai mina yang kini marak membusuk di jalanan.

Skema yang sama juga tampak pada puisi karya Mashuri yang berjudul “Takdir Daun”.

Pada puisi tersebut terdapat skema yang sederhana, yakni terdiri atas satu bait dengan kalimat pertama sebagai pembuka yang menjelaskan atau menceritakan tentang apa yang dirasakan oleh aku-lirik terhadap dirinya sendiri. Kalimat tersebut menyampaikan pengakuan pribadi aku-lirik mengenai apa yang dirasakan setelah sampai di tempat yang dituju. Hal tersebut tampak pada kutipan puisi “Takdir Daun” (Mashuri, 2019d):

“aku hanya selembar daun kering, ning, luruh terbawa angin.”

(11)

©2022, Kelasa, 17 (1), 16–34 | 26 Sebagaimana skema atau kerangka teks pada puisi “Sowan”, puisi “Takdir Daun” juga menyajikan penjelasan tentang perasaan aku-lirik ketika berhadapan dengan hal di luar dirinya pada kalimat kedua. Hal itu tampak pada kutipan berikut.

bila kini aku merona di pigura yang menempel di dinding dunia, kerna hidupku berarus di degup jantungmu, kerna perkenan tanganmu yang sudi memungutku dari bumi lusuh. lalu apa yang pantas aku balas kepadamu, selain cinta dan rindu.

(Mashuri, 2019d)

Skema teks yang sama juga disajikan oleh Mashuri dalam puisinya yang berjudul “Jula- Juli Remah Roti”. Hanya saja skema teks puisi Jula-Juli Remah Roti” memiliki skema yang lebih kompleks dibanding skema yang terdapat dalam teks puisi “Sowan” dan

“Takdir Daun”. Hal itu disebabkan oleh teks puisi “Jula-Juli Remah Roti” yang menyajikan jumlah bait lebih banyak dibanding teks puisi “Sowan” dan “Takdir Daun”.

Dalam teks puisi “Jula-Juli Remah Roti”, Mashuri juga menyajikan skema yang mendahulukan perenungan diri sendiri terlebih dulu atau internalisasi diri, baru setelah itu pengenalan diri terhadap berbagai hal yang berada di luar diri, yakni eksternalisasi diri. Namun, upaya internalisasi diri dalam teks puisi tersebut dilakukan dengan cara menempatkan bait berbentuk jula-juli. Menurut Prawoto & Pramulia (2020) jula-juli adalah parikan khas Jawa Timur yang berjenis pantun jenaka dan dikemas dengan menggunakan bahasa Jawa dialek Jawa Timur. Pada umumnya jula-juli terdiri atas empat larik.

Dalam puisi “Jula-Juli Remah Roti” (Mashuri, 2019a) jula-juli berfungsi sebagai bait yang menceritakan perenungan pribadi aku-lirik. Hal itu tampak pada kutipan bait pertama puisi tersebut berikut.

tuku sewek bedah pinggire tambah tuwek owah pikire membeli jarit bedah pinggirnya semakin tua berpikiran gila

Namun, jula-juli tersebut tidak hanya terdapat pada bait pertama saja. Pada puisi

“Jula-Juli Remah Roti”, jula-juli dihadirkan oleh Mashuri pada bait keempat dan keenam. Sebagaimana pada bait pertama puisi tersebut, jula-juli pada bait keempat dan keenam berfungsi sebagai bait yang menceritakan tentang perenungan pribadi aku-lirik atau internalisasi diri. Hal itu tampak pada kutipan bait keempat dan keenam puisi tersebut berikut.

(12)

27 | ©2022, Kelasa, 17 (1), 16–34 tuweke klapa akeh santene

tuweke awak akeh ngawure kelapa tua banyak sanannya diri yang tua banyak ngawurnya

(Bait keempat puisi “Jula-Juli Remah Roti”)

mangan kupat diduduhi bening santen menawi lepat dibaleni mbenjing sonten makan ketupat berkuah santan bening bila bersalah akan diulangi besok sore (Bait keenam puisi “Jula-Juli Remah Roti”)

Bait kedua, ketiga, kelima, dan ketujuh puisi “Jula-Juli Remah Roti” karya Mashuri bercerita tentang ekstrenalisasi diri atau respon yang dihasilkan oleh aku-lirik ketika berhadapan dengan hal di luar dirinya. Hal itu tampak pada kutipan bait ketiga puisi tersebut.

aku ingin terus bertafakur dalam sunyi di lekukmu nan terukur dan murni. aku tak peduli pada mata bumi yang merayakan rotasi – kerna aku punya garis edar sendiri yang berpusar ke jantungmu. kerna di peluk dan degupmu, kureguk kehangatan abadi.

Berdasarkan analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa ketiga teks puisi karya Mashuri yang termuat di harian Kompas (06/06/2019) memiliki skema yang sama, yakni diawali dengan internalisasi diri, kemudian pengenalan terhadap eksternalisasi diri. Internalisasi selalu menyajikan kalimat-kalimat yang memperlihatkan upaya untuk perenungan diri aku-lirik. Eksternalisasi dihadirkan melalui kalimat-kalimat yang memperlihatkan upaya aku-lirik untuk memberikan respon terhadap dunia di luar dirinya.

Analisis Struktur Mikro Teks Puisi Mashuri

Analisis struktur mikro adalah analisis satuan lingual teks. Menurut Van Dijk (dalam Humaira, 2018; Nuraeni, 2017; Nurlaily, 2019; Payuyasa, 2017) analisis struktur mikro adalah analisis bagian terkecil dari suatu teks atau komponen struktural wacana yang dapat diamati. Analisis ini bertujuan untuk untuk mengungkap tataran semantik, stilistik, dan retorik teks (T. A. van Dijk & etc, 1997).

Tataran semantik adalah tataran makna lokal sebuah teks. Hal itu terjadi karena, dalam tataran semantik, fokus analisis dipusatkan pada pemaknaan yang dibangun melalui satuan lingual yang terdapat dalam teks. Namun, upaya untuk mengungkap

(13)

©2022, Kelasa, 17 (1), 16–34 | 28 makna sebuah teks tidak dapat dilakukan secara semantik saja, butuh juga analisis pada tataran stilistik, dan retoris.

Analisis tataran stilistik adalah analisis teks pada tataran diksi atau pilihan kata yang digunakan oleh penulis atau penutur dalam menyampaikan pesan, maksud, dan makna. Analisis tataran retoris adalah analisis grafis, metafora, dan ekspresi yang digunakan oleh penulis atau penutur pada teks yang diproduksinya. Grafis, metafora, dan ekspresi digunakan oleh penulis atau penutur agar pesan, maksud, dan makna yang disampaikan oleh teks ciptaannya dapat diterima dengan jelas oleh pembaca atau pendengarnya. Oleh karena itu, analisis struktur mikro teks model analisis wacanan Van Dijk tidak dapat hanya dilakukan dalam tataran semantik saja, tetapi juga harus dilakukan melalui tataran stilistik dan retorik (Humaira, 2018; Nuraeni, 2017; Nurlaily, 2019; Payuyasa, 2017)

Teks puisi “Sowan” karya Mashuri memiliki makna bahwa pencapaian yang diraih melalui ketulusan dan keikhlasan tidak akan menghasilkan kesombongan pada diri manusia. Hal itu tampak pada kutipan kalimat pertama puisi tersebut yang sekaligus merupakan kalimat konteks pembuka puisi berikut.

akhirnya sampai juga aku di tepi danaumu, mencicipi bening tirta, mencoba menjadi pengail dekil yang tak berharap dapat menangkap ikan-ikan purwapurna, kerna miskin teknik, umpan, dan doa.

(Mashuri, 2019b)

Pada kutipan kalimat tersebut tampak betapa aku-lirik mendapatkan kepuasaan dan kebahagiaan mendalam atas apa yang diraihnya. Namun, kebahagiaan dan kepuasan tersebut tidak membuat aku-lirik lupa diri atau membuat aku-lirik menjadi sosok yang sombong. Kerendahan hati tetap diperlihatkan oleh Mashuri melalui pernyataan aku- lirik yang berbentuk frasa: menjadi pengail dekil.

Dalam tataran stilistik, pilihan kata pengail dekil, yang mereferensi identitas aku-lirik, menyampaikan maksud bahwa meski aku-lirik telah mampu meraih apa yang dituju, tetapi tetap saja aku-lirik memiliki watak tidak sombong. Kata pengail dekil merupakan metafora dari seseorang yang merasa dirinya adalah sosok yang hina atau rendah. Hal itu berarti Mashuri melalui kalimat pembuka puisi “Sowan”, khususnya pada frasa yang berbunyi “mencoba menjadi pengail dekil yang tak berharap dapat menangkap ikan-ikan purwapurna, kerna miskin teknik, umpan, dan doa.”, bermaksud menyampaikan pesan bahwa meski telah meraih sesuatu yang dituju, seseorang harus

(14)

29 | ©2022, Kelasa, 17 (1), 16–34 tetap merasa mawas diri, rendah hati, dan tidak boleh sombong. Hal itu berarti, melalui kalimat pembuka puisinya yang berjudul “Sowan”, Mashuri ingin menyampaikan pesan bahwa meski telah meraih sesuatu yang dituju, seseorang harus tetap merasa mawas diri, rendah hati, dan tidak boleh sombong.

Pesan tersebut semakin ditegaskan oleh Mashuri melalui kalimat kedua yang merupakan konteks kalimat penjelas puisi “Sowan”. Hal itu tampak pada kutipan berikut.

tapi memandang air danaumu nan tenang adalah pesta sesungguhnya.

Biarlah langgam ulam itu tetap berenang dan berterbangan di sana, menghiasi kedung dan angkasanya, agar netra dan nasab pengetahuan ini – pencarian ini – masih bersandar pada ritus murni, tidak berlarat dalam corat-coret luka di dinding zaman – retak berkah, kelabu, mengambang – seperti bangkai mina yang kini marak membusuk di jalanan.

(Mashuri, 2019b)

Puisi kedua Mashuri yang termuat di harian Kompas (06/06/2019) adalah puisi berjudul Takdir Daun. Puisi tersebut bermakna bahwa cinta dan ketulusan membuat seseorang rendah hati. Dalam tataran semantik, hal tersebut diperlihatkan oleh Mashuri melalui kalimat pertama puisi tersebut. Hal itu tampak pada kutipan berikut: “aku hanya selembar daun kering, ning, luruh terbawa angin.”

Kutipan kalimat di atas merupakan kalimat pertama sekaligus kalimat pembuka puisi “Takdir Daun” karya Mashuri. Penggunaan kalimat tersebut dimaksudkan oleh Mashuri untuk menyampaikan maksud kerendahan hati dan ketidaksombongan watak yang dimiliki oleh aku-lirik. Frasa hanya selembar daun kering … luruh terbawa angina memiliki makna simbolis yang merujuk pada sosok yang melakukan penyerahan terhadap dunia dan kehidupan. Hal tersebut diperjelas dalam konteks kalimat penjelas yang terdapat dalam kalimat kedua puisi tersebut.

bila kini aku merona di pigura yang menempel di dinding dunia, kerna hidupku berarus di degup jantungmu, kerna perkenan tanganmu yang sudi memungutku dari bumi lusuh. lalu apa yang pantas aku balas kepadamu, selain cinta dan rindu.

Penggunaan frasa lalu apa yang pantas aku balas kepadamu, selain cinta dan rindu oleh Mashuri sebagai frasa penutup kalimat penjelas memiliki maksud untuk menegaskan ketulusan dan kerendahan hati serta kecintaan yang dalam yang dimiliki oleh aku-lirik terhadap subjek di luar dirinya. Penggunaan frasa tersebut bermaksud

(15)

©2022, Kelasa, 17 (1), 16–34 | 30 untuk menggambarkan perasaan dan watak aku-lirik yang rendah hati dan memiliki rasa cinta yang tulus. Berdasarkan analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa puisi “Takdir Daun” karya Mashuri memiliki pesan tentang pentingnya ketulusan cinta dan kerendahan hati manusia di hadapan manusia lainnya.

Puisi “Jula-Juli Remah Roti” merupakan puisi ketiga Mashuri yang terdapat di harian Kompas (06-06-2019). Secara umum, puisi tersebut memiliki tataran semantis yang sama dengan dua puisi Mashuri yang dimuat di harian tersebut, yakni puisi

“Sowan”, dan puisi “Takdir Daun”. Hal itu tampak pada kutipan kalimat dari puisi

“Jula-Juli Remah Roti” karya Mashuri (2019a) berikut.

tuku sewek bedah pinggire tambah tuwek owah pikire membeli jarit bedah pinggirnya semakin tua berpikiran gila

aku meringkuk di ceruk mangkokmu – mirip remah roti sisa-sisa beruk di atas batu – di sebuah kebon binatang rindu. bila angin bertiup, ia akan jatuh ke kolam dan menjadi jatah ikan-ikan. bila angin tenang, ia akan didatangi burung-burung menjadi pengganjal paruh perut yang lapar, tapi aku adalah kepunyaanmu.

Pada bait tuku sewek bedah pinggire/ tambah tuwek owah pikire/ membeli jarit bedah pinggirnya/ semakin tua berpikiran gila// … memperlihatkan makna lokal mengenai otokritik aku-lirik. Namun, pada bait berikutnya, aku-lirik melakukan perenungan terhadap keberadaannya dalam relasi dengan dunia di luar diri. Itu tampak pada kalimat aku meringkuk di ceruk mangkokmu – mirip remah roti sisa-sisa beruk di atas batu – di sebuah kebon binatang rindu. Kalimat tersebut memperlihatkan makna lokal kerendahan hati aku-lirik ketika berhadapan dengan dunia atau lingkungan di luar dirinya. Sehebat apa pun yang telah dicapai oleh aku-lirik, hal tersebut tidak membuat aku-lirik menjadi sombong atau lupa diri.

Dalam tataran stilistik, puisi “Jula-Juli Remah Roti” karya Mashuri (2019) menggunakan gaya bahasa yang menggabungkan antara bentuk gaya bahasa jula-juli dengan gaya bahasa puisi bebas. Gaya bahasa jula-juli merupakan gaya bahasa pantun berbahasa Jawa dialek Jawa Timur. Menurut (Prawoto & Pramulia, 2020) jula-juli adalah genre sastra daerah yang berasal dari Jawa Timur. Jula-juli memiliki struktur gaya bahasa yang sama dengan model pantun, yakni memiliki rima yang tertata teratur, yakni a-b-a-b.

(16)

31 | ©2022, Kelasa, 17 (1), 16–34 Gaya bahasa berbentuk jula-juli digunakan Mashuri dalam puisi “Jula-Juli Remah Roti” pada bait pertama, keempat, dan keenam. Gaya bahasa puisi bebas digunakan Mashuri dalam puisi tersebut pada bait kedua, ketiga, kelima, dan ketujuh.

Hal itu tampak pada kutipan berikut.

tuku sewek bedah pinggire tambah tuwek owah pikire membeli jarit bedah pinggirnya semakin tua berpikiran gila

aku meringkuk di ceruk mangkokmu – mirip remah roti sisa-sisa beruk di atas batu – di sebuah kebon binatang rindu. bila angin bertiup, ia akan jatuh ke kolam dan menjadi jatah ikan-ikan. bila angin tenang, ia akan didatangi burung-burung menjadi pengganjal paruh perut yang lapar, tapi aku adalah kepunyaanmu.

aku ingin terus bertafakur dalam sunyi di lekukmu nan terukur dan murni. aku tak peduli pada mata bumi yang merayakan rotasi – kerna aku punya garis edar sendiri yang berpusar ke jantungmu. kerna di peluk dan degupmu, kureguk kehangatan abadi.

tuweke klapa akeh santene tuweke awak akeh ngawure kelapa tua banyak sanannya diri yang tua banyak ngawurnya

meski remah roti ini hanya penggembira ikan-ikan dan burung-burung, tapi adanya karenamu, adalah kepunyaanmu. ia akan tetap setia meringkuk di mangkokmu, sambil sesekali menertawakan dunia dan diri sendiri – yang nisbi…

mangan kupat diduduhi bening santen menawi lepat dibaleni mbenjing sonten makan ketupat berkuah santan bening bila bersalah akan diulangi besok sore

hu ya!

(Mashuri, 2019a)

Dalam tataran retoris, Mashuri menggunakan keta-kata kiasan yang merujuk pada alam dan keislaman dalam puisinya yang berjudul “Jula-Juli Remah Roti”. Kata- kata kiasan yang merujuk pada harmonisasi alam dengan manusia seperti bila angin

(17)

©2022, Kelasa, 17 (1), 16–34 | 32 bertiup, ia akan jatuh ke kolam dan menjadi jatah ikan-ikan merupakan upaya Mashuri untuk membangun simbolisasi kesatuan antara manusia dengan alam. Kesatuan antara alam dengan manusia merupakan sesuatu yang bersifat spiritual. Upaya untuk memperlihatkan spiritualitas harmoni alam dengan manusia dilakukan Mashuri dengan cara menggabungkan majas bersimbol alam dengan majas yang merujuk pada simbolisasi nilai-nilai keimanan Islam. Hal itu berdampak pada terbentuknya gambaran spiritualitas alam dan manusia yang harmoni pada puisi “Jula-Juli Remah Roti”.

PENUTUP

Berdasarkan analisis yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa teks puisi karya Mashuri yang berjudul “Sowan”, “Takdir Daun”, dan “Jula-Juli Remah Roti” memiliki struktur wacana dalam tataran makro, superstruktur, dan mikro.

Selain itu, berdasarkan analisis truktur makro, ketiga teks puisi Mashuri yang termuat di harian Kompas (06-06-2019) tersebut memiliki tema cinta manusia yang tulus terhadap Tuhan dan manusia. Berdasarkan analisis superstruktur, ketiga teks puisi karya Mashuri tersebut memiliki skema internalisasi diri, lalu eksternalisasi diri. Berdasarkan analisis struktur mikro, ketiga teks puisi Mashuri tersebut memiliki pesan bahwa manusia tidak boleh sombong di hadapan Tuhan, alam semesta, dan juga pada manusia lainnya

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z. (2020). Pidato Anies Baswedan dalam “Jakarta Education Expo 2017”:

Analisis Wacana Kritis. Kelasa, 14(2), 171–182.

https://doi.org/10.26499/kelasa.v14i2.4

Andayani, S., Tjahyadi, I., & Wafa, H. (2021). Analisis Wacana Kritis Model Van Dijk Dalam Pemberitaan Krisis Energi Di Media Daring Cnbcindonesia. Com.

Conference on Innovation and Application of Science and Technology (CIASTECH), Ciastech, 177–186.

Brown, G., & Yule, G. (1988). Discourse Analysis. Cambridge University Press.

Budiman, K. (2011). Ngaceng Tapi Retak: Puisi Iyut Fitra Dan Mashuri.

http://manuskripdody.blogspot.com/2011/03/ngaceng-tapi-retak-puisi-iyut-fitra- dan.html

Denzin, N. K., & Lincoln, Y. S. (2017). Handbook of Qualitative Research. Sage Publication.

Dijk, T. A. van. (2009). Society and Discourse: How Social Context Influence Text and Talk. Cambridge University Press.

Dijk, T. A. van, & etc. (1997). Discourse as Structure and Process (T. A. van Dijk (ed.)). Sage Publication Ltd.

Dijk, T. A. van, Leech, G., Pavel, T. G., Enkvist, N. E., & Plett, H. F. (1985). Discourse

(18)

33 | ©2022, Kelasa, 17 (1), 16–34 and Literature : Interdisciplinary Approaches to Language, Discourse and

Ideology. In T. A. van Dijk (Ed.), Critical theory ; v. 3. Jhon Benjamins Publishing Company.

Djajasudarma, T. F. (1994). Wacana: Pemahaman dan Hubungan Antarunsur. Eresco.

Humaira, H. W. (2018). Analisis Wacana Kritis (AWK) Model Teun A. Van Dijk pada Pemberitaan Surat Kabar Republika. Literasi, 2(1), 32–40.

https://doi.org/http://dx.doi.org/10.25157/literasi.v2i1.951 Klarer, M. (2005). Introduction to Literary Studies. Routledge.

Manuaba, I. B. P. (2015). PETA SASTRA INDONESIA SASTRAWAN JAWA TIMUR. LITERA, 14(2). https://doi.org/10.21831/ltr.v14i2.7199

Mashuri. (2019a). Jula-Juli Remah Roti. Kompas.

Mashuri. (2019b). Sowan. Kompas.

Mashuri. (2019c). Takdir Daun. Puisikompas.Wordpress.Com.

https://puisikompas.wordpress.com/2019/07/08/puisi-mashuri-4/#more-926 Mashuri. (2019d). Takdir Daun. Kompas.

Nuraeni, D. (2017). Struktur Wacana Dalam Novel Rindu Karya Tere Liye. Jurnal Diksatrasia, 1(2), 39–51.

Nurlaily, A. S. (2019). Unsur Seksualitas Yang Direpresentasikan Tokoh Novel Pasung Jiwa Karya Okky Madasari: Analisis Wacana Kritis Teun a. Van Dijk.

METASASTRA: Jurnal Penelitian Sastra, 11(2), 145.

https://doi.org/10.26610/metasastra.2018.v11i2.145-156

Payuyasa, I. N. (2017). Analisis Wacana Kritis Model Van Dijk Dalam Program Acara Mata Najwa di Metro TV. 5(November), 14–24.

Pradopo, R. D. (2005). Pengkajian Puisi. UGM Press.

Prawoto, E. C., & Pramulia, P. (2020). Fungsi Kidung Jula-Juli Ludruk Jawa Timur.

Jurnal Arbitrer, 2(1), 203–212.

https://doi.org/https//doi.org/10.30598/arbitrervol2no1hlm203-212 FUNGSI Saadillah, A., Haeniah, N., & Jumriah. (2020). ANALISIS WACANA KRITIS TEUN

VAN DIJK DALAM CERPEN“ TUKANG DONGENG” KARYA KEN HANGGARA. Jurnal Lingue, 2(2), 80–87.

https://doi.org/http://dx.doi.org/10.33477/lingue.v2i2.1829 Tarigan, H. G. (2009). Pengajaran Wacana. Angkasa.

Teeuw, A. (2013). Sastra dan Ilmu Sastra. Pustaka Jaya.

Tjahyadi, I. (2021a). Analisis Kohesi Gramatikal Dalam Teks Puisi Pasar Dan Wanita Yang Kencing Di Semak Karya Mardi Luhung. PARAFRASE : Jurnal Kajian Kebahasaan & Kesastraan, 20(2), 95–110.

https://doi.org/10.30996/parafrase.v20i2.4112

Tjahyadi, I. (2021b). Wacana New Normal Dalam Meme Bertanda # Memenewnormal Di Media Sosial Instagram. Prosiding KIMLI 2021, 156–160.

http://repository.upm.ac.id/id/eprint/2621

van Dijk, teun A. (1993). Principles of critical discourse analysis. Discourse & Society, 4(2), 249–283. https://doi.org/10.1177/0957926593004002006

van Dijk, T. A. (1989). Structures of Discourse and Structures of Power. Annals of the International Communication Association, 12(1), 18–59.

https://doi.org/10.1080/23808985.1989.11678711

van Dijk, T. A. (2008). Discourse and Social Context: A Sociocognitive Approach.

Cambridge University Press.

Wellek, R., & Warren, A. (2014). Teori Kesusastraan. Gramedia Pustaka Utama.

Wijayanti, A., Djunaidi, B., & Suryadi, S. (2020). Analisis Wacana Kritis Puisi

(19)

©2022, Kelasa, 17 (1), 16–34 | 34

“Munajat 212” Karya Neno Warisman Analisis Model Teun A. Van Dijk.

Silampari Bisa: Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa Indonesia, Daerah, Dan Asing, 3(2), 484–500. https://doi.org/10.31540/silamparibisa.v3i2.1018

Referensi

Dokumen terkait

Perbedaan penggunaan bahasa antara tokoh laki-laki dan perempuan dalam sebuah drama web merupakan representasi hubungan bahasa dan gender. Penelitian ini bertujuan untuk

Berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya, penelitian ini mengungkap bagaimana suara perempuan dimunculkan melalui narasi yang terdapat pada novel dan film Sabtu

Sementara itu, bahasan yang secara khusus mengkaji nama berdasarkan pendekatan sosio-onomastika masih sangat terbatas, yang salah satunya adalah Toponimi di Jantung

Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa sekalipun guru telah memahami pentingnya aspek budaya untuk meningkatkan pemaknaan siswa terhadap wacana ataupun teks

Berdasarkan hasil penelitian prinsip kerja sama dalam transaksi jual beli antara pedagang dan pelangganan terjadi pelanggaran prinsip kerja sama pedagang sayur dan

Sumber data dalam penelitian ini adalah wacana yang dimuat dalam rubrik opini di harian Suara Medeka edisi Juli 2013 yang diduga mengandung tindak tutur ekspresif.. Dalam rubrik opini

Data penelitian dianalisis dengan menggunakan metode analisis teks dan wacana, dalam metode ini dilakukan analisis terhadap teks karangan bebas mahasiswa untuk mengidentifikasi

Puisi/3 .16 Tidak Iya Iya Berdasarkan pada tabel di atas dapat diketahui bahwa, materi teks LHO KD 3.1, teks eksposisi KD 3.3, anekdot KD 3.5, hikayat KD 3.7, negosiasi KD 3.10, debat