• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Mengenai Derajat Stres Kerja Pada Perawat Bagian Rawat Inap di RSUD 'X' Kota Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Mengenai Derajat Stres Kerja Pada Perawat Bagian Rawat Inap di RSUD 'X' Kota Bandung."

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

iii Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT

Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai derajat

Stres Kerja pada Perawat Bagian Rawat Inap di RSUD ‘X’ Kota Bandung.

Penelitian ini dirancang sebagai penelitian deskriptif kuantitatif dengan metode survey dan analisis data dengan teknik persentil.

Stres kerja berkaitan dengan tuntutan dan sumber daya yang merupakan tanggung jawab, tekanan, kewajiban dan bahkan ketidakpastian yang dihadapi individu ditempat kerja yang dapat memunculkan akibat gejala fisiologis, psikologis dan perilaku (Robbins, 2008)

Alat ukur stress kerja yang digunakan berbentuk kuesioner yang di modifikasi dari teori stress kerja Robbins (2008). Validitas alat ukur stress kerja berkisar 0,023 sampai 0,802. Koefisien reliabilitas berdasarkan uji alpha crobach sebesar 0.949, dengan tingkat reliabilitas sangat tinggi. Populasi sasaran berjumlah 50 orang responden.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 34% perawat memiliki derajat stres kerja tinggi, 32% perawat memiliki derajat stres kerja sedang dan 34% perawat memiliki derajat stres kerja rendah

Kesimpulan yang diperoleh bahwa derajat stres kerja yang dialami oleh

perawat bagian rawat inap di RSUD ‘X’ Kota Bandung berbeda-beda dengan penyebaran yang merata yaitu derajat stres kerja tinggi, sedang dan rendah. Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa lama kerja, stressor (faktor lingkungan, organisasi, dan pribadi) serta perbedaan individu (persepsi, keyakinan pada lokus kontrol,dan keyakinan diri dapat mempengaruhi derajat stres kerja.

(2)

vi Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI

Halaman Judul ………. i

Halaman Pengesahan Pembimbing ………. ii

Halaman Abstrak ………. iii

Halaman Kata Pengantar ………... iv

Halaman Daftar Isi ……….... .. vi

Halaman Daftar Tabel ……….. x

Halaman Daftar Bagan ……….. ...xi

Halaman Daftar Lampiran ………...…xii

BAB I PENDAHULUAN ……….….. 1

1.1 Latar Belakang Masalah ………..….1

1.2 Identifikasi Masalah ………....11

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ………....12

1.3.1 Maksud penelitian ………..12

1.3.2 Tujuan penelitian ………....12

1.4 Kegunaan Penelitian ………...12

1.4.1 Kegunaan teoritis ………..12

1.4.2 Kegunaan praktis ………...12

1.5 Kerangka Pemikiran ………....13

(3)

vii Universitas Kristen Maranatha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA……….. 23

2.1 Stres Kerja ………. 23

2.1.1 Definisi Stres Kerja ……….. 23

2.1.2 Sumber-sumber Stres ……… ... 25

2.1.2.1 Faktor Lingkungan ………...………... 25

2.1.2.2 Faktor Organisasi ………... 25

2.1.2.3 Faktor Pribadi ………...………... 27

2.1.3 Stresor bersifat adiktif ………... 27

2.1.4 Perbedaan individu ………... 28

2.1.5 Akibat Stres ……….……….. 31

2.1.5.1 Gejala Fisiologis …….……...……….... 31

2.1.5.2 Gejala Psikologis ……….………,,,... 32

2.1.5.3 Gejala Perilaku ……...………..……… 33

2.1.6 Mengelola Stres ……… 33

2.1.6.1 Pendekatan Individual ………... 34

2.1.6.2 Pendekatan Organisasional ………... 36

2.2 Keperawatan ………... 40

2.2.1 Konsep Dasar Perawat ………. 40

2.2.2 Pengertian Perawat ……….... 41

2.2.3 Peran Perawat ……….... 42

2.2.4 Tugas Keperawatan Rawat Inap ..……….. 44

(4)

viii Universitas Kristen Maranatha

BAB III METODOLOGI PENELITIAN……… 48

3.1 Rancangan dan Prosedur Penelitian ……….. 48

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ………... 49

3.2.1 Variabel Penelitian ………... 49

3.2.2 Definisi Operasional ………. 49

3.3 Alat Ukur ………... 50

3.3.1 Kuesioner Derajat Stres Kerja ………..…………... 50

3.3.2 Sistem Penilaian ………... 52

3.3.3 Data Pribadi dan Data Penunjang ………. 53

3.3.3.1 Data Pribadi ………... 53

3.3.3.2 Data Penunjang ………. 53

3.3.4 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ………. 53

3.3.4.1 Validitas Alat Ukur ………...… 53

3.3.4.2 Reliabilitas Alat Ukur ………54

3.4 Populasi Sasaran dan Karakteristik Populasi ………...….. 56

3.4.1 Populasi Sasaran ………... 56

3.4.2 Karakteristik Populasi ………... 56

3.5 Teknik Analisis Data ………... 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………. 58

4.1 Gambaran Umum Populasi ……….... 58

4.1.1 Gambaran Populasi Berdasarkan Jenis Kelamin ……….. 58

(5)

ix Universitas Kristen Maranatha

4.1.3 Gambaran Populasi Berdasarkan Lama Kerja ………... 59

4.1.4 Gambaran Populasi Berdasarkan Status Marital ………... 59

4.2 Hasil Penelitian ……….. 60

4.2.1 Gambaran Derajat Stres kerja ……….. 60

4.2.2 Tabulasi Silang Derajat Stres kerja Dengan Gejala Stres Kerja ….….. 61

4.2.2.1 Tabulasi Silang Derajat Stres kerja Dengan Gejala Fisiologis …….. 61

4.2.2.2 Tabulasi Silang Derajat Stres kerja Dengan Gejala Psikologis …... 62

4.2.2.3 Tabulasi Silang Derajat Stres kerja Dengan Gejala Perilaku ………. 63

4.3 Pembahasan ……….... 64

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……… 79

5.1 Kesimpulan ……… 79

5.2 Saran ………...……… 81

5.2.1 Saran Teoritis ………...…. 81

5.2.2 Guna Laksana ……… 81

DAFTAR PUSTAKA ………... 83

DAFTAR RUJUKAN ……….. 84

(6)

x Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi Alat Ukur Derajat Stres Kerja ………... 48

Tabel 3.2 Kriteria Peniliain Kuesioner Stres Kerja ……….. 52

Tabel 3.3 Rentang Skor Kategori Derajat Stres Kerja………. 52

Tabel 3.4 Kriteria Reliabilitas………... 55

Tabel 4.1 Populasi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin……….... 58

Tabel 4.2.Populasi Sampel Berdasarkan Rentang Usia………... 58

Tabel 4.3.Populasi Sampel Berdasarkan Lama Kerja………... 59

Tabel 4.4.Populasi Sampel Status Marital……… 59

Tabel 4.5 Gambaran Derajat Stres Kerja Populasi Sampel……….. 60

Tabel 4.6 Tabulasi Silang Derajat Stres kerja Dengan Gejala Fisiologis………. 61

Tabel 4.7 Tabulasi Silang Derajat Stres kerja Dengan Gejala Psikologis…….... 62

(7)

xi Universitas Kristen Maranatha DAFTAR BAGAN

(8)

xii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN I : KUESIONER PENGAMBILAN DATA………85

Data Pribadi………87

Kuesioner Data Penunjang……….88

Kuesioner Derajat Stres Kerja………92

LAMPIRAN II : VALIDITAS DAN RELIABILITAS ALAT UKUR………96

Lampiran 2.1 Validitas Alat Ukur………..97

Lampiran 2.2 Reliabilitas Alat Ukur………101

LAMPIRAN III : HASIL PENGOLAHAN DATA………....102

Lampiran 3.1 Hasil Pengolahan Data Derajat Stres Kerja………...103

Lampiran 3.1.1 Hasil Data Derajat Stres Kerja………103

Lampiran 3.1.2 Gejala Fisiologis……….103

Lampiran 3.1.3 Gejala Psikologis………103

Lampiran 3.1.4 Gejala Perilaku………...103

Lampiran 3.2 Tabulasi Silang Gejala Stres kerja dengan Derajat Stres Kerja…104 Lampiran 3.2.1 Gejala Fisiologis dengan Derajat Stres Kerja……….104

Lampiran 3.2.2 Gejala Psikologis dengan Derajat Stres Kerja………....104

Lampiran 3.2.3 Gejala Perilaku dengan Derajat Stres Kerja………...105

Lampiran 3.3 Tabulasi Silang Data Pribadi dengan Derajat Stres Kerja……….106

(9)

xiii Universitas Kristen Maranatha

Lampiran 3.3.2 Lama Kerja dengan Derajat Stres Kerja………106

Lampiran 3.3.3 Status Marital dengan Stres Kerja………..107

Lampiran 3.3.4 Jumlah anak dengan Derajat Stres Kerja………107

Lampiran 3.3.5 Status Pasangan dengan Derajat Stres Kerja………..108

Lampiran 3.4 Tabulasi Silang Faktor-faktor penyebab stres dengan Derajat Stres Kerja………109

Lampiran 3.4.1 Sumber Stres paling besar dengan Derajat Stres Kerja…...109

Lampiran 3.4.2 Sumber Stres yang dihayati dengan Derajat Stres Kerja…...109

Lampiran 3.4.3 Tuntutan Tugas dengan Derajat Stres Kerja………...110

Lampiran 3.4.4 Tuntutan Tugas dengan Derajat Stres Kerja………...110

Lampiran 3.4.5 Tuntutan Peran dengan Derajat Stres Kerja………...110

Lampiran 3.4.6 Tuntutan Peran dengan Derajat Stres Kerja………...111

Lampiran 3.4.7 Tuntutan Antar pribadi dengan Derajat Stres Kerja………...111

Lampiran 3.4.8 Tuntutan Antar pribadi dengan Derajat Stres Kerja…………...112

Lampiran 3.4.9 Tuntutan Antar pribadi dengan Derajat Stres Kerja…………...112

Lampiran 3.4.10 Faktor-faktor pribadi dengan Derajat Stres Kerja…………....112

Lampiran 3.5 Tabulasi Silang Perbedaan individual dengan Derajat Stres Kerja………113

Lampiran 3.5.1 Kendali internal dengan Derajat Stres Kerja……….113

Lampiran 3.5.2 Persepsi dengan Derajat Stres Kerja………..113

Lampiran 3.5.3 Persepsi dengan Derajat Stres Kerja………..114

Lampiran 3.5.4 Keyakinan diri dengan Derajat Stres Kerja………114

(10)
(11)

1

Universitas Kristen Maranatha BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan baik yang di selenggarakan pemerintah dan masyarakat yang berfungsi untuk melakukan upaya kesehatan dasar atau kesehatan rujukan dan upaya kesehatan penunjang. Rumah sakit dalam menjalankan fungsinya diharapkan senantiasa memperhatikan fungsi sosial dalam memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat. Keberhasilan rumah sakit dalam menjalankan fungsinya ditandai dengan adanya mutu pelayanan prima rumah sakit. (Depkes RI, 2002)

Menurut Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 yang dimaksudkan dengan rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna dengan menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah sakit diklasifikasi berdasarkan kepemilikan terdiri atas rumah sakit pemerintah yang meliputi rumah sakit yang langsung dikelola oleh Departemen Kesehatan, rumah sakit Pemerintah Daerah, rumah sakit militer, rumah sakit BUMN, dan rumah sakit swasta yang dikelola oleh masyarakat.

(12)

2

Universitas Kristen Maranatha serasi dan terpadu dengan peningkatan dan pencegahan serta pelaksanaan upaya rujukan. Rumah sakit umum memberikan pelayanan kepada berbagai penderita dengan berbagai jenis penyakit, memberi pelayanan diagnosis dan terapi untuk berbagai kondisi medik, seperti penyakit dalam, bedah, pediatrik, psikiatrik, ibu hamil dan lain sebagainya. Sedangkan rumah sakit khusus adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan berdasarkan jenis pelayanan tertentu seperti rumah sakit kanker, rumah sakit kusta, rumah sakit paru, rumah sakit ginjal dan lain-lain. (http://www.kedaiobat.co.cc/2010/05/tenaga-kesehatan-yang-bekerja-di-rumahsakit.html)

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) ‘X’ Kota Bandung merupakan salah

satu institusi pelayanan kesehatan milik Pemerintah Daerah Kota Bandung. RSUD

‘X’ Kota Bandung awalnya merupakan sebuah puskesmas dengan tempat

perawatan. Pada bulan April 1993 dengan adanya Perda No. 928 tahun 1992, Puskesmas dengan tempat perawatan ini menjadi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) kelas D. Penilaian yang dilakukan membuktikan bahwa RSUD kelas D ini memenuhi persyaratan menjadi RSUD kelas C pada bulan Desember tahun

1998 sesuai dengan SK Menkes No. 1373/ Menkes/ SK/ XII/98. RSUD ‘X’ Kota

Bandung memberikan pelayanan dalam bidang kesehatan secara umum dengan menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan unit gawat darurat. RSUD

‘X’ Kota Bandung memiliki misi memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu

(13)

3

Universitas Kristen Maranatha

RSUD ‘X’ Kota Bandung ini merupakan satu-satunya rumah sakit umum di

daerah ‘X’ Kota Bandung yang menjadi pusat rujukan dari pelayanan tingkat

dasar seperti puskesmas. Sebagian besar masyarakat dan Pegawai Negeri Sipil di

daerah ‘X’ Kota Bandung menggunakan hak ASKES nya di RSUD ‘X’ ini. RSUD

‘X’ menyediakan tiga klasifikasi ruangan rawat inap bagi pasien pria dan wanita.

Kelas I memberikan fasilitas untuk dua orang pasien, Kelas II memberikan fasilitas bagi tiga sampai empat orang pasien, serta Kelas III memberikan fasilitas

bagi lima sampai tujuh orang pasien. RSUD ‘X’Kota Bandung memiliki tenaga

medis yaitu dokter umum yang menangani penyakit secara umum yaitu penanganan penyakit anak dan penyakit orang dewasa atau lanjut usia. RSUD ‘X’ Kota Bandung memiliki dokter umum dan dokter spesialis yang menangani beberapa penyakit seperti khusus bagian dalam, bagian bedah, THT, kulit dan kelamin serta spesialis gigi

(14)

4

Universitas Kristen Maranatha kelengkapan fasilitas yang dapat membantu perawat untuk menyelesaikan kerjanya dengan baik.

RSUD ‘X’ Kota Bandung memiliki tenaga keperawatan dengan jumlah

keseluruhan 121 orang yang terbagi dalam dua bagian yaitu perawat bagian rawat inap berjumlah 50 orang dan perawat bagian rawat jalan berjumlah 71 orang.

Dalam kesehariannya, perawat yang bekerja dibagian rawat inap di RSUD ‘X’

Kota Bandung bekerja secara shift dengan pembagian tiga shift yaitu shift pagi dan siang dengan waktu 7 jam, shift malam dengan waktu kurang 10 jam dalam satu hari. Shift pagi dimulai pukul 7.00 pagi sampai pukul 14.00, shift siang dimulai pukul 14.00 sampai pukul 21.00 dan shift malam dimulai pukul 21.00 sampai pukul 7.00 pagi. Dalam setiap shift nya terdapat tiga sampai lima perawat jaga dalam setiap bagian ruangan dengan rata-rata jumlah pasien sebanyak dua sampai tujuh orang pasien di setiap kelas ruangan. Pembagian jadwal kerja ditentukan oleh masing-masing kepala ruangan di setiap bagian rawat inap. Terdapat empat bagian rawat inap yaitu rawat inap bagian anak, rawat inap bagian perinatologi, rawat inap bagian dalam dan rawat inap bagian bedah.

(15)

5

Universitas Kristen Maranatha keadaan masing-masing pasien pada setiap ruangan yang dijaganya pada kepala ruangan setiap harinya.

Perawat melakukan pemantauan dengan cara mengobservasi perkembangan kondisi pasien, serta bertanggung jawab dalam kebersihan dan fasilitas ruangan yang dijaga oleh masing-masing perawat. Perawat rawat inap RSUD ‘X’ Bandung memiliki tanggung jawab membantu pasien dan keluarga dalam memberikan informasi mengenai pemberian obat, waktu makan pasien serta hal-hal yang harus dipatuhi dan dihindari oleh pasien sebagai proses penyembuhan pasien. Perawat juga wajib memberikan informasi pada pasien dan keluarga pasien mengenai hal-hal yang akan dilakukan pada pasien dengan memberikan inform concern yang merupakan persetujuan pasien dan keluarga pasien atas tindakan yang akan dilakukan oleh perawat maupun dokter.

Berdasarkan data yang diperoleh dari reka medik RSUD ‘X’ Kota Bandung,

(16)

6

Universitas Kristen Maranatha Berdasarkan hasil wawancara dengan 12 orang perawat rawat inap RSUD

‘X’ Kota Bandung menyebutkan adapun kendala yang dihadapi oleh perawat

rawat inap RSUD ‘X’ Kota Bandung diantaranya adalah keterbatasan fasilitas

yang tersedia untuk melayani pasien seperti peralatan medis, kurangnya bantal, sprai, dan bahkan selimut robek yang membuat para perawat merasa bingung dan

cemas dalam mencari solusi untuk memenuhi permintaan pasien akan fasilitas tersebut. Keterbatasan peralatan medis merupakan hal yang menjadi keluhan pada

perawat rawat inap RSUD ‘X’ Kota Bandung karena menghambat perawat untuk

melakukan pekerjaannya. Keterbatasan fasilitas ruang jaga yang tersedia bagi perawat rawat inap dengan luas ruangan ± 2,5 x 3,5 m2 dirasakan kurang cukup luas dengan suhu ruangan yang dirasakan tidak nyaman dan lembab menjadikan perawat merasa terganggu, sulit konsentrasi dan merasa jenuh untuk diam diruang jaga tersebut. Sedangkan setiap harinya perawat harus jaga selama ± 7 jam dan memberikan pelayanan secara maksimal pada pasien yang dijaganya.

(17)

7

Universitas Kristen Maranatha

Peningkatan pasien yang terjadi di RSUD ‘X’ Kota Bandung menjadi

kendala cukup berat yang dirasakan oleh perawat rawat inap. RSUD ‘X’ Kota Bandung memberlakukan sistem penambahan waktu jaga dalam shift nya untuk

melayani pasien rawat inap. Perawat rawat inap RSUD ‘X’ Kota Bandung

mengakui bahwa dengan adanya penambahan waktu jaga dan beban kerja ini membuat mereka banyak mengeluh dan merasa mengalami penurunan kinerja dalam melayani pasien karena mereka merasa penambahan jam jaga tersebut melebihi kapasitas yang mereka miliki. Sehingga tuntutan tugas pekerjaan yang mudah pun mereka rasakan berat dan sulit untuk dikerjakan. Seperti keterlambatan dalam memberikan obat pada pasien, kesulitan dalam menuliskan hasil observasi pasien, dan kelambanan dalam memberikan pelayanan pada pasien seperti merespon panggilan pasien.

Menurut perawat rawat inap RSUD ‘X’ Kota Bandung, masalah pribadi yang

(18)

8

Universitas Kristen Maranatha konflik pribadi dalam bekerja sehingga terkadang sulit untuk konsentrasi saat melayani pasien serta kurang teliti mencatat hasil observasi keadaan pasien.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada kepala perawat RSUD

‘X’ Kota Bandung, menyatakan bahwa masalah yang sering terjadi pada perawat

bagian rawat inap adalah saat perawat tersebut mendadak tidak bisa bekerja dengan shift yang telah ditentukan karena adanya urusan pribadi. Khususnya apabila anak atau suami sedang sakit dan tidak ada perawat pengganti pada shift tersebut sehingga beberapa pekerjaan dan pelayanan pada pasien pun kurang berjalan maksimal. Perawat rawat inap dalam setiap bulannya selalu ada yang meminta ijin secara mendadak untuk tidak masuk kerja karena alasan pribadi sehingga kepala perawat pun kesulitan untuk mencari pengganti perawat dan menghambat proses pelayanan pasien. Sementara SDM perawat yang tersedia di

RSUD ‘X’ Kota Bandung memiliki jumlah yang sangat terbatas.

Masalah lainnya yang dikeluhkan pula oleh kepala perawat RSUD ‘X’ Kota

Bandung adalah masalah kedisiplinan perawat rawat inap. Dalam setiap tahunnya perawat diberikan jatah cuti selama 12 hari kerja, tetapi terkadang ada beberapa perawat yang mengambil cuti melebihi jatah yang seharusnya tanpa memberitahu kepala perawat sebelumnya. Alasan yang diberikan perawat mengambil cuti melebihi jatah biasanya karena sakit dan urusan keluarga mendadak dan bahkan adapula perawat yang tidak memberikan alasan.

Paparan diatas menggambarkan gejala-gejala stress kerja yang muncul pada

perawat rawat inap RSUD ‘X’ Kota Bandung sehubungan dengan tuntuan

(19)

9

Universitas Kristen Maranatha menyebabkan stres pada pekerjaan. Kondisi-kondisi yang cenderung menyebabkan stres disebut stresor. Ada tiga kategori kondisi-kondisi yang menyebabkan stres kerja yaitu faktor lingkungan, organisasioanal dan personal (Stephen P. Robbins, 2008).

Faktor lingkungan terdiri dari adanya ketidakpastian ekonomi, ketidakpastian politik dan perubahan tekonologi. Faktor organisasional terdiri dari tuntutan tugas (desain pekerjaan individual, kondisi kerja dan letak fisik), tuntutan peran (konflik peran, beban peran dan ambiguitas peran), dan tuntutan antarpersonal. Terakhir adalah faktor pribadi yang terdiri dari persoalan keluarga, persoalan ekonomi dan kepribadian. Ketika stres dialami oleh seorang individu, gejala-gejalanya dapat muncul kepermukaan sebagai akibat seperti reaksi fisiologis, psikologis, dan perilaku (Stephen P. Robbins, 2008)

(20)

10

Universitas Kristen Maranatha Berdasarkan survei awal yang dilakukan peneliti terhadap 12 orang perawat

bagian rawat inap di RSUD ‘X’ Kota Bandung, melalui kuesioner dan wawancara,

didapatkan hasil bahwa terdapat lima orang (41,6%) merasa tertekan sehingga menimbulkan sakit kepala, sulit untuk konsentrasi saat melayani pasien dalam jumlah banyak. Adanya penambahan jam jaga pada seitap shift karena jumlah pasien yang meningkat dirasa sebagai beban kerja yang berlebih sehingga membuat perawat banyak mengeluh dan jenuh dalam melakukan pekerjaan. Dari lima orang tersebut, terdapat dua orang (16,64%) merasa sulit untuk tidur dan mengalami pegal-pegal pada tubuh setelah melakukan pekerjaan, tiga orang (24,96%) merasa tegang dan cemas saat bekerja dengan penambahan jam jaga shift karena khawatir akan keadaan suami dan anak di rumah.

Sebanyak empat orang (33,3%) dari 15 orang perawat rawat inap menyatakan bahwa daya tahan tubuh terasa menurun dan kurang semangat dalam melayani pasien sehingga terkadang mereka melakukan penundaan untuk merespon panggilan pasien. satu orang (8,3%) diantara empat orang tersebut menyatakan bahwa dirinnya kurang puas dan tidak semangat dalam merespon/melayani pasien karena upah yang diterima tidak sepadan dengan beban kerja yang dikerjakan dan adanya masalah ekonomi pribadi. Sedangkan tiga orang (24,9%) diantaranya mengaku sering menggerutu apabila mendapat panggilan dari pasien, dan cenderung tidak banyak bicara saat berinteraksi dengan pasien khususnya saat mengalami masalah pribadi.

Sisanya adalah enak orang (50%) dari 15 orang perawat rawat inap merasa

(21)

11

Universitas Kristen Maranatha Kota Bandung. Sebanyak empat orang (33,3) diantara enam orang tersebut merasa tegang dan bingung saat harus menghadapi keluhan dan permintaan pasien mengenai fasilitas ruangan maupun medis, mereka mengeluarkan keringat berlebihan saat harus berurusan dengan pasien ataupun keluarga pasien. Sedangkan dua orang (16,6%) mengaku bahwa mereka akan merasa lebih relaks dan santai saat menghadapi keluhan dari pasien dan keluarga pasien serta tuntutan kerja dari kepala ruangan setelah mengkonsumsi obat penenang dengan dosis yang cukup.

Data dan fakta yang telah diutarakan merupakan gambaran beberapa gejala stres berupa fisiologis, psikologis, dan perilaku yang muncul pada perawat bagian rawat inap yang sehubungan dengan tuntutan pekerjaan. Berdasarkan data dan fakta yang telah dipaparkan di atas bahwa perawat rawat inap dihadapkan pada situasi kerja dan tuntutan tugas yang sama, namun penghayatan stres kerja yang ditampilkan berbeda-beda, maka peneliti tertarik untuk meneliti “Studi Deskriptif mengenai derajat stres kerja pada perawat bagian rawat inap di RSUD ‘X’ Kota Bandung”.

1.2Identifikasi Masalah

Dari penelitian ini ingin diketahui seberapa besar derajat stres kerja yang dialami oleh perawat bagian rawat inap di RSUD ‘X’ Kota Bandung.

(22)

12

Universitas Kristen Maranatha Untuk memperoleh gambaran mengenai derajat stres kerja yang dialami

perawat bagian rawat inap di RSUD ‘X’ Kota Bandung.

Tujuan :

Untuk memperoleh gambaran mengenai derajat stres kerja pada perawat

bagian rawat inap di RSUD ‘X’ Kota Bandung yang tercermin dari gangguan

fisiologis, psikologis, dan perilaku

1.4Kegunaan Penelitian 1.4.1Kegunaan Teoritis

a) Memberikan informasi mengenai derajat stres kerja pada perawat bagian rawat inap di RSUD ‘X’ Kota Bandung ke dalam bidang ilmu Psikologi Industri dan Organisasi dan ilmu kesehatan

b) Memberikan masukan bagi peneliti lain yang berminat melakukan penelitian lanjutan mengenai derajat stres kerja.

1.4.2Kegunaan Praktis

a) Memberikan informasi kepada RSUD ‘X’ Kota Bandung untuk

keperluan pengelolaan fasilitas di RSUD ‘X’ Kota Bandung serta

pengelolaan SDM perawat dengan memperhatikan derajat stres kerja pada perawat bagian rawat inap serta faktor-faktor penyebabnya. b) Memberikan informasi kepada perawat bagian rawat inap di RSUD

(23)

13

Universitas Kristen Maranatha Diharapkan mereka dapat mengelola stres kerja yang dirasakan dengan pendekatan individual dan pendekatan organisasional

1.5 Kerangka Pemikiran

Perawat merupakan tenaga profesional yang perannya tidak dapat dikesampingkan dari semua bentuk pelayanan rumah sakit. Peran ini disebabkan karena tugas perawat mengharuskan kontak paling lama dengan pasien. Demikian pula perawat di bagian rawat inap RSUD ‘X’ Kota Bandung, memiliki peran

penting dalam memberikan pelayanan bagi pasien RSUD ‘X’ Kota Bandung yang

setiap tahunnya mengalami peningkatan. Perawat bagian rawat inap RSUD ‘X’

Kota Bandung memiliki tanggung jawab dalam memberikan pelayanan pada pasien dalam proses peneyembuhan. Perawat rawat inap dituntut untuk selalu siap siaga dalam melayani pasien serta diharapkan bersikap penuh perhatian dan kasih sayang terhadap pasien maupun keluarga pasien dalam melaksanakan tugasnya. Selain itu perawat bagian rawat inap RSUD ‘X’ Kota Bandung harus bersedia untuk menambah waktu/jam pada setiap shift saat meningkatnya jumlah pasien

rawat inap karena keterbatasan tenaga perawat di RSUD ‘X’ Kota Bandung.

Banyaknya tuntutan pekerjaan yang dihadapi oleh seorang perawat bagian rawat inap dapat menyebabkan stres kerja.

(24)

14

Universitas Kristen Maranatha (demand) dan sumber daya (resources). Tuntutan merupakan tanggung jawab, tekanan, kewajiban, dan bahkan ketidakpastian yang dihadapi para individu di tempat kerja. Sumber daya adalah hal-hal (atau benda-benda) yang berada dalam kendali seorang individu yang dapat digunakan untuk memenuhi tuntutan.

Tuntutan tugas-tugas sebagai perawat bagian rawat inap tidak lepas dari kondisi-kondisi yang dapat menyebabkan stres (job stressors). Penyebab stres (job stressors) terdiri dari faktor lingkungan, faktor organisasi dan faktor pribadi.

Faktor lingkungan merupakan ketidakpastian lingkungan seperti ketidakpastian ekonomi dan perubahan teknologi. Ketidakpastian ekonomi pada perawat bagian

rawat inap RSUD ‘X’ Kota Bandung seperti keadaan ekonomi yang memburuk

yang akan membuat mereka cemas kelangsungan hidupnya, sementara penghasilan sebagai perawat rawat inap masih kurang mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari.

(25)

15

Universitas Kristen Maranatha perawat bagian rawat inap lambat dalam merespon panggilan pasien. Begitu pula dengan keterbatasan fasilitas medis dan non medis (bantal, selimut, sprai,gordyn)

yang ada di RSUD ‘X’ Kota Bandung yang dapat dihayati sebagai stresor bagi

perawat bagian rawat inap karena menghambat proses kerja dalam memenuhi/melayani kebutuhan pasien. Adanya keterbatasan fasilitas ruang jaga yang disediakan bagi perawat jaga, dapat memicu ketidaknyamanan, kejenuhan saat perawat melakukan tugas jaganya yang akan berdampak pada performa perawat rawat inap dalam melayani pasien.

Tuntutan peran terdiri dari konflik peran, beban kerja dan ambiguitas peran.

Tuntutan peran sebagai perawat bagian rawat inap RSUD ‘X’ Kota Bandung

mengharuskan mereka untuk mengikuti aturan RSUD dan menjalankan aturan tersebut sebaik mungkin. Aturan yang dibuat RSUD bagi perawat bagian rawat inap adalah bekerja dengan cara shift dengan waktu selama 7 jam, namun apabila ada peningkatan jumlah pasien rawat inap, semua perawat rawat inap diharuskan menambah jam shift nya karena keterbatasan sumber daya perawat yang ada di

RSUD ‘X’ Kota Bandung. Beberapa perawat yang memiliki anak mengeluhkan

adanya konflik peran yang dirasakannya, karena mereka harus menambah

waktunya bekerja di RSUD ‘X’ untuk memberi pelayanan pada pasien, sementara

anak dan suami dirumah pun membutuhkan pelayanan mereka. Adanya beban

kerja serta konflik peran dapat dihayati perawat RSUD ‘X’ Kota Bandung dapat

(26)

16

Universitas Kristen Maranatha Terakhir adalah faktor personal yang terdiri dari persoalan keluarga, ekonomi dan kepribadian. Adanya persoalan keluarga yang dialami oleh perawat

bagian rawat inap RSUD ‘X’ Kota Bandung dapat mempengaruhi performa

mereka dalam menjalani pekerjaannya sebagai perawat dirumah sakit. Persoalan keluarga yang terjadi biasanya disebabkan karena tuntutan ekonomi keluarga dan sistem kerja shift pada perawat rawat inap sehingga tidak bisa sepenuhnya memantau anak ataupun melayani suami dirumah sehingga menyebabkan persoalan dalam keluarga. Apabila persoalan keluarga dihayati sebagai penyebab stres maka perawat bagian rawat inap akan mengalami hilangnya konsentrasi, mudah marah-marah, membolos atau mangkir dari kerja saat memiliki masalah perkawinan, masalah mendisiplinkan anak-anak. Namun apabila tidak dihayati sebagai penyebab stress maka tidak melibatkan masalah yang terjadi dalam keluarga pada saat berada di lingkungan kerja dengan tetap memfokuskan diri pada pekerjaan.

(27)

17

Universitas Kristen Maranatha Apabila kerpibadian dihayati sebagai penyebab stres maka perawat bagian rawat inap akan mengalami kecemasan, mudah marah-marah, depresi, sulit tidur saat merespon pasien maupun situasi kerja dengan aspek-aspek negative karena sifat dasar perawat bagian rawat inap tersebut yang memperburuk situasi. Apabila tidak dihayati sebagai penyebab stres perawat bagian rawat inap akan lebih mampu untuk menahan emosi atau sifat dasar negatif diri mereka.

Setiap perawat bagian rawat inap dapat menghadapi stressor yang sama, namun penghayatan yang dimiliki berbeda-beda sehingga derajat stresnya pun akan berbeda. Perbedaan penghayatan derajat stress tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan individual. Menurut Robbins (2008) Perbedaan individual mencakup enam variabel yakni perbedaan persepsi, pengalaman kerja, dukungan sosial, keyakinan pada lokus kontrol, keyakinan diri, dan permusuhan. Perbedaan persepsi adalah bahwa setiap individu memilik penghayatan dan interpretasi yang berbeda-beda terhadap situasi stressfull, misalnya perawat rawat inap ada yang merasa tertekan hingga berakibat gangguan fisik, psikologis maupun fisik yang berat akibat tuntuan dan tanggung jawab yang dipegangnya dalam merawat dan bertanggung jawab atas proses penyembuhan pasien tetapi ada juga yang merasa tertekan namun tidak sampai mengalami gangguan yang berarti karena menghayati tuntutan sebagai suatu kewajiban dan berusaha untuk melakukannya dengan baik.

(28)

18

Universitas Kristen Maranatha sosial merupakan sesuatu yang dapat membantu individu menghadapi stres dan diharapkan dapat meminimalisir stres. Contohnya, dukungan keluarga, teman, sahabat, rekan kerja dan orang-orang terdekat. Keyakinan pada lokus kontrol adalah keyakinan akan kemampuan diri dalam menghadapi masalah. Perawat bagian rawat inap yang memiliki pusat kendali internal lebih dapat menghadapi tuntutan dan yakin bahwa tuntutan itu dapat diselesaikan, sedangkan perawat bagian rawat inap yang memiliki pusat kendali eksternal lebih mungkin bersikap pasif dan merasa tidak berdaya. Keyakinan diri adalah yakin akan kemampuan diri sendiri dalam menurunkan stres. Perawat bagian rawat inap yang memiliki keyakinan diri yang tinggi akan bereaksi lebih positif terhadap masalah seperti jam kerja yang panjang dan beban kerja yang berlebihan daripada perawat bagian rawat inap yang memiliki tingkat keyakinan diri yang rendah. Permusuhan, hal ini dapat meningkatkan stres. Perawat bagian rawat inap yang cepat marah, suka membangun musuh, dan menampilkan sikap sinis kepada pasien memiliki kemungkinan lebih besar mengalami stres dalam banyak situasi. (Stephen.P. Robbins, 2008)

(29)

19

Universitas Kristen Maranatha berkaitan dengan pekerjaan dapat menyebabkan ketidakpuasan terkait dengan pekerjaan. Ketidakpuasan merupakan efek psikologis paling sederhana dan paling nyata dari stres. Namun stres juga muncul dalam beberapa kondisi psikologis lain-misalnya, ketegangan, kecemasan, kejengkelan, kejenuhan, dan sikap yang suka menunda-nunda pekerjaan. Sedangkan gejala-gejala stres yang berkaitan dengan perilaku meliputi perubahan dalam tingkat produktivitas, kemangkiran, dan turnover, selain itu juga perubahan dalam kebiasaan makan, pola merokok, konsumsi alkohol, bicara yang gagap, serta kegelisahan dan ketidakteraturan waktu tidur.

Konsekuensi dari semua hal diatas adalah derajat stres kerja pada Perawat bagian rawat inap di RSUD ‘X’ Kota Bandung dapat dikatakan tinggi, sedang dan rendah. Derajat stres dikatakan tinggi apabila individu mempersepsikan bahwa tuntutan pekerjaan sebagai sesuatu yang negatif dan dapat menghambat individu sehingga individu merasakan gejala-gejala akibat stres baik fisiologis, psikologis, atau perilaku dengan derajat yang tinggi. Perawat bagian rawat inap yang mengalami stres dengan derajat tinggi akan lebih mudah mengalami gangguan kesehatan yang serius sperti tekanan darah tinggi, penyakit jantung, stroke, dan sakit kepala yang terus menerus. Perawat rawat inap dengan stres tinggi akan memunculkan gejala psikologis misalnya merasa selalu cemas, tegang, jenuh, dan mudah marah. Gejala perilaku misalnya banyak mengeluh, ketidakpuasan dengan pekerjaan, keluar dari pekerjaan, dan tidur tidak nyenyak.

(30)

20

Universitas Kristen Maranatha bagian rawat inap yang memiliki derajat stres sedang mengalami gejala gangguan fisiologis lebih ringan daripada derajat stres tinggi dan tidak berlangsung secara terus menerus. Adapun gejala psikologis dan perilaku yang muncul seperti kejenuhan atau kecemasan dengan pekerjaan yang mereka lakukan, tetapi mereka masih dapat menanganinya, selain itu tidak terdapat gejala gangguan perilaku yang berat. Sedangkan derajat stres dapat dikatakan rendah bila individu mempersepsi tuntutan pekerjaan sebagai sesuatu yang positif dan tidak menghambat sehingga individu serta tidak merasakan gejala-gejala yang berarti diakibatkan oleh stres. (Stephen. P. Robbins, 2008).

Robbins (2008) menyatakan tingkat stres rendah sampai menengah merangsang tubuh dan meningkatkan kemampuannya untuk bereaksi. Individu-individu yang demikian sering melakukan tugas secara lebih baik, tekun, atau cepat. Namun terlalu banyak stres membebani seseorang dengan tuntutan yang tak dapat dipenuhinya, sehingga menghasilkan kinerja lebih rendah. Tingkat stres yang mampu dikendalikan mampu membuat karyawan melakukan pekerjaanya dengan lebih baik, karena membuat mereka mampu meningkatkan intensitas kerja, kewaspadaan, dan kemampuan berkreasi, tetapi tingkat stres yang berlebihan membuat kinerja mereka akan mengalami penurunan.

(31)

21

Universitas Kristen Maranatha Bagan 1.1 Kerangka pikir

Tinggi

Sedang

Rendah Perawat bagian rawat

inap RSUD’X’

Bandung

Stres kerja - gejala fisiologis - gejala psikologis - gejala perilaku

Perbedaan Individual - Persepsi

- Pengalaman kerja - Dukungan sosial - Keyakinan pada lokus kontrol - Keyakinan diri - Permusuhan

(32)

22

Universitas Kristen Maranatha 1.6 Asumsi

1. Derajat stres perawat bagian rawat inap RSUD ‘X’ dapat mempengaruhi intensitas gejala-gejala stres yang muncul antara lain gejala fisiologis, gejala psikologis, dan gejala perilaku.

2. Derajat stres kerja yang dialami oleh Perawat bagian rawat inap RSUD ‘X’ Kota Bandung memiliki tingkat yang berbeda-beda, yaitu tinggi, sedang, dan rendah.

3. Perawat bagian rawat inap RSUD ‘X’ memiliki perbedaan individual dalam menghayati derajat stres

(33)

79

Universitas Kristen Maranatha BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan, makan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Perawat rawat inap di RSUD ‘X’ Kota Bandung memiliki derajat stres

kerja yang berbeda-beda dengan penyebaran yang merata yaitu derajat stres kerja tinggi, sedang dan rendah

2. Pada perawat dengan derajat stres kerja tinggi, akan memunculkan gejala-gejala stres kerja dengan derajat tinggi. Gejala fisiologis yang dimunculkan berupa gangguan pencernaan, gangguan jantung, pernafasan, sakit kepala, daya tahan tubuh, gangguan otot dan persendian serta keringat. Gejala psikologis yang muncul yakni mudah marah, kecemasan, kejenuhan, merasa depresi, kurangnya motivasi dan ketidakpuasan dalam bekerja. Sedangkan gejala perilaku yang muncul yakni menurunnya produktifitas, masalah absensi, gangguan makan dan tidur, menggerutu dan mengeluh.

(34)

80

Universitas Kristen Maranatha Sedangkan gejala perilaku yang muncul yakni gangguan makan, mengeluh, gangguan cara bicara dan ketergantungan obat.

4. Lama kerja mempengaruhi derajat stres kerja perawat bagian rawat inap di

RSUD ‘X’ Kota Bandung. Sebagian besar perawat dengan lama kerja 0-5

tahun cenderung memiliki derajat stres kerja tinggi. Sebagian besar perawat dengan lama kerja 6 – 18 tahun memiliki derajat stres kerja sedang sampai rendah.

5. Faktor organisasi dan faktor pribadi berpengaruh cukup besar pada perawat dengan derajat stres kerja tinggi.

6. Faktor pribadi berpengaruh cukup besar pada perawat dengan derajat stres kerja sedang.

7. Faktor lingkungan berpengaruh cukup besar pada perawat dengan derajat stres kerja rendah.

8. Perbedaan individual yaitu persepsi, keyakinan pada lokus kontrol,dan keyakinan diri mempengaruhi perbedaan derajat stres kerja perawat bagian

rawat inap di RSUD ‘X’ Kota Bandung. Perawat yang memiliki Persepsi

(35)

81

Universitas Kristen Maranatha 5.2 Saran

5.2.1 Saran Teoritis

1. Untuk memperkaya ilmu Psikologi khususnya bidang Industri dan Organisasi, dapat dilakukan penelitian mengenai korelasi derajat stres kerja pada bidang pekerjaan yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan selain perawat seperti dokter, bidan, atau paramedis

2. Untuk peneliti lain yang berminat, disarankan untuk melakukan penelitian lanjutan mengenai derajat stres kerja pada perawat rawat inap dengan menyertakan faktor-faktor pemicu stres dan perbedaan individu yang dapat mempengaruhi derajat stres kerja.

5.2.2 Guna Laksana

1. Bagi pihak rumah sakit apabila memungkinkan disarankan untuk menambah jumlah sumber daya perawat rawat inap dan memperhatikan fasilitas-fasilitas yang berhubungan dengan pekerjaan perawat dalam rangka menurunkan stresor pada perawat.

2. Bagi pihak rumah sakit disarankan untuk membantu proses adaptasi pada perawat dengan lama kerja 0 sampai 5 tahun dengan memberikan program orientasi, pelatihan kerja dalam memahami budaya organisasi untuk mengurangi resiko stres yang tinggi.

(36)

82

Universitas Kristen Maranatha 4. Bagi perawat yang memiliki derajat stres kerja tinggi disarankan untuk

(37)

83

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Aziz, A. 2007. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Depkes RI, Standar Pelayanan Rumah Sakit. Direktorat Jenderal

Pelayanan Medik, Cetakan ke-3, Jakarta, 1997.

Luthans, Fred. 2002, Organizational Behavior 7th edition. New York: McGraw – Hill International Editions.

Robbins, Stephen P. 2006. Organizational Behavior 12th edition. New Jersey : Prentice Hall International Edition.

(38)

84

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN

Ayuningtyas, Putri, 2006. Studi Deskriptif Mengenai Derajat Stres Pada Manajer Menengah Atas Dalam Menjalankan Persiapan Pensium di Kantor Pusat PT ‘X’ Bandung. Skripsi. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha

Elfa, Fresna 2008. Studi Deskriptif Mengenai Derajat Resiliency Pada Perawat Wanita Yang Telah Menikah Di Unit Rawat Inap Ruang Bedah Rumah Sakit Umum ‘X’ Jambi. Skripsi. Bandung: Fakultas Psikologi

Universitas Kristen Maranatha

Novena, Angela Kewas. 2009. Studi Deskriptif Mengenai Derajat Stres Pada Karyawan Garmen Bagian Produksi PT ‘X’ Di Bandung. Skripsi. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha http://etd.eprints.ums.ac.id/2705/1/J210040036/idblognetwork/peran-perawat.html (diakses pada tanggal 15 Januari 2011)

http://psikologi.binadarma.ac.id/jurnal/jurnal_azazahindriyani.pdf (diakses pada tanggal 13 Februari 2011)

http://psikologi.binadarma.ac.id/jurnal/jurnal_rita.pdf (diakses pada tanggal 13 Maret 2011)

http://www.kedaiobat.co.cc/2010/05/tenaga-kesehatan-yang-bekerja-di-rumahsakit.html (diakses pada tanggal 17 Maret 2011)

http://irwandykapalawi.wordpress.com/2007/10/28/faktor-faktor-yang- berhubungan-dengan-beban-kerja-perawat-di-unit-rawat-inap-rsj-dadi-makassar-tahun-2006/ (diakses pada tanggal 17 Maret 2011)

Referensi

Dokumen terkait

54 Tahun 2010 Pasa l 83 Ayat 2 huruf a “ ULP menyatakan seleksi gagal apabila peserta yang lulus kualifiksi pada proses prakualifikasi kurang dari 5 (lima) untuk seleksi umum

Untuk dapat menjalankan aplikasi kamusku sesuai dengan tujuannya sistem operasi yang diperlukan adalah windows 2000. Karena data dapat ditambah, kapasitas file basis data tidak

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama R.I, menyatakan bahwa lembaga di bawah ini telah melakukan updating data Pendidikan Islam (EMIS) Periode Semester GENAP

Untuk kelompok usia <15 tahun terjadi peningkatan jumlah perokok, peningkatan tertinggi pada kelompok usia 10-14 tahun, Sumatra Barat merupakan provinsi tertinggi di yaitu

Indonesia memiliki beragam suku dan budaya, hal tersebut menyebabkan Indonesia kaya akan kulinernya, salah satunya adalah jajanan pasar. Namun peranan jajanan pasar mulai

Gambaran pelaksanaan klinik sanitasi dapat dilihat dari berbagai aspek, yaitu petugas, sarana prasarana, dana, pedoman, jumlah penderita penyakit berbasis lingkungan (khususnya

Salah satu bentuk dokumen ilmiah kegiatan KKIN 2016 adalah diterbitkannya buku Prosiding ber- ISSN yang merupakan kumpulan artikel hasil penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan Sekretaris Daerah tentang Pembentukan Tim Pendamping Program Pinjaman