INTISARI
Hasil Survei Sosial Nasional pada tahun 2009 menyebutkan 66% penduduk Indonesia melakukan swamedikasi. Salah satu faktor yang mendorong dan mempengaruhi masyarakat untuk melakukan swamedikasi adalah iklan yang ada di media massa baik dalam bentuk tertulis maupun elektronik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi adanya hubungan tingkat pengetahuan dan sikap mengenai iklan obat sakit kepala di televisi terhadap tindakan penggunaan obat sakit kepala di kalangan mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Jenis penelitian ini merupakan observasional dengan rancangan cross sectional, menggunakan kuesioner dengan jumlah responden 81 orang yang dipilih secara purposive sampling di kalangan mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Hasil penelitian menunjukkan responden terbanyak perempuan (74%), usia
terbanyak ≤ 20 tahun (69,1%), fakultas terbanyak FKIP (51%), dan uang saku perbulan terbanyak Rp ≤ 1.000.000,00. Data pola melihat iklan obat sakit kepala di
televisi, tingkat pengetahuan, sikap, tindakan, dan hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap mengenai iklan obat sakit kepala di televisi terhadap tindakan penggunaan obat sakit kepala di kalangan Mahasiswa Universitas Sanata Dharma tidak dapat ditarik kesimpulan karena instrumen penelitian yang digunakan tidak valid secara konten.
ABSTRACT
National Social Survey in 2009 said that 66% of Indonesia's population does self medication. One of the factors that encourage and influence Indonesia people to do self medication is the advertisement in both the mass media and electronic. This research is aimed to identify the correlation between level of knowledge and attitudes headache medication advertising on television towards the use of headache medication among students in Sanata Dharma University Yogyakarta.
This research was observational with cross sectional design in which questionnaire was used. The respondents were 81 people which were chosen by purposive sampling among the students of Sanata Dharma University Yogyakarta.
The results showed that the most respondents were female (74%), the highest age was ≤ 20 years old (69.1%), the highest faculty was FKIP (51%), and the
highest monthly allowance was Rp ≤ 1,000,000.00. The pattern of the data saw that
headache medication advertisement on television, level of knowledge, attitudes, actions, and the relationship between the level of knowledge and attitudes about headache medication advertisement on television towards the use of headache medication among students of Sanata Dharma University cannot be concluded because the use of research instrument was invalid based on the content.
i
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP MENGENAI IKLAN OBAT SAKIT KEPALA DI TELEVISI TERHADAP TINDAKAN PENGGUNAAN OBAT SAKIT KEPALA DI KALANGAN MAHASISWA
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh: Rambu Roku Sowi
NIM : 118114145
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
ii
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP MENGENAI IKLAN OBAT SAKIT KEPALA DI TELEVISI TERHADAP TINDAKAN PENGGUNAAN OBAT SAKIT KEPALA DI KALANGAN MAHASISWA
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh: Rambu Roku Sowi
NIM : 118114145
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
2015
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Kupersembahkan untuk: Bapaku Tuhan Yesus Kristus, Orangtuaku, Sahabatku, dan Almamaterku
i
PRAKATA
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yesus Kristus atas berkat, kasih dan pertolongan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Mengenai Iklan Obat Sakit Kepala di Televisi terhadap Tindakan Penggunaan Obat Sakit Kepala di Kalangan Mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta”.
Selama masa perkuliahan hingga penyusunan skripsi, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak baik berupa bimbingan, perhatian, doa, dorongan, dan nasehat. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1. Ibu Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, pembimbing utama dan dosen penguji yang telah memberikan bimbingan, memberi masukan, dukungan dan memotivasi penulis hingga penyelesaian skripsi.
2. Bapak Enade Perdana Istyastono, Ph.D., Apt. dan Ibu Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt. selaku dosen penguji yang telah memberikan dukungan, masukan kritik dan saran bagi penulis dalam penyelesaian naskah skripsi ini.
3. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si, selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis selama masa studi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi
PRAKATA ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
INTISARI ... xvii
ABSTRACT ... xviii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A.Latar Belakang ... 1
1. Permasalahan ... 3
2. Keaslian penelitian... 4
3. Manfaat penelitian ... 6
B.Tujuan Penelitian ... 6
1. Tujuan umum ... 6
ii
2. Tujuan khusus ... 6
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA... 8
A.Pengobatan Sendiri ... 8
B.Sakit Kepala ... 10
C.Periklanan ... 12
1. Definisi ... 12
2. Fungsi iklan ... 12
3. Tujuan iklan ... 13
4. Televisi sebagai salah satu media iklan ... 13
5. Peraturan periklanan ... 14
D.Perilaku Kesehatan ... 15
E. Faktor Perilaku ... 19
F. Landasan Teori ... 21
G.Hipotesis ... 22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 23
A.Jenis dan Rancangan Penelitian ... 23
B.Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 23
1. Variabel penelitian ... 23
2. Definisi operasional ... 23
C. Subyek Penelitian, Besar Sampel, dan Teknik Sampling ... 26
1. Subyek penelitian... 26
2. Besar sampel ... 27
3. Teknik sampling ... 28
iii
D.Tempat dan Waktu Penelitian ... 29
E. Instrumen Penelitian ... 29
1. Uji validitas dan reliabilitas ... 31
F. Bahan Penelitian ... 32
G.Tata Cara Penelitian ... 32
1. Observasi awal ... 32
2. Perijinan ... 33
3. Pembuatan kuesioner ... 33
4. Penyebaran kuesioner ... 33
5. Pengolahan data ... 33
H.Tata Cara Analisis ... 34
I. Keterbatasan Penelitian ... 36
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 37
A.Karakteristik Demografi Responden ... 37
1. Jenis kelamin responden ... 37
2. Umur responden... 38
3. Fakultas responden ... 39
4. Uang saku perbulan responden ... 39
B.Pola Melihat Iklan Obat Sakit Kepala di Televisi ... 40
1. Lama waktu responden menonton televisi setiap hari ... 41
2. Frekuensi melihat iklan obat sakit kepala di televisi dalam tiga hari terakhir.. 41
3. Iklan obat sakit kepala yang pernah dilihat dalam tiga hari terakhir ... 42
4. Iklan obat sakit kepala yang paling sering dilihat ... 43
iv
5. Pola penggunaan obat sakit kepala oleh responden selama satu bulan
terakhir ... 44
6. Obat sakit kepala yang pernah digunakan ... 44
7. Sumber informasi yang paling mendukung dalam memilih obat sakit kepala . 45
C.Tingkat Pengetahuan, Sikap mengenai Iklan Obat Sakit Kepala di Televisi, dan Tindakan Penggunaan Obat Sakit Kepala ... 46
1. Tingkat pengetahuan responden mengenai iklan obat sakit kepala di televisi 46
2. Sikap responden mengenai iklan obat sakit kepala ... 48
3. Tindakan penggunaan obat sakit kepala oleh responden ... 52
D.Hubungan antara Tingkat Pengetahuan mengenai Iklan Obat Sakit Kepala di Televisi dan Tindakan Penggunaan Obat Sakit Kepala oleh Responden ... 54
E. Hubungan antara Sikap mengenai Iklan Obat Sakit Kepala di Televisi dan Tindakan Penggunaan Obat Sakit Kepala oleh Responden ... 55
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 57
A.Kesimpulan ... 57
B.Saran ... 58
DAFTAR PUSTAKA ... 60
LAMPIRAN ... 64
BIOGRAFI PENULIS ... 89
v
DAFTAR TABEL
Tabel I. Hasil pengukuran pengetahuan... 24 Tabel II. Pemberian skor untuk aspek pengetahuan ... 30 Tabel III. Pemberian skor untuk aspek sikap dan tindakan ... 30 Tabel IV. Blue Print pernyataan favorable dan unfavorable pada aspek
pengetahuan, sikap, dan tindakan ... 31 Tabel V. Hasil uji reliabilitas pada tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan . 32 Tabel VI. Hasil uji normalitas pada tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan . 35 Tabel VIII. Interpretasi terhadap koefisien korelasi ... 35 Tabel IX. Lama waktu responden menonton televisi setiap hari ... 41 Tabel X. Frekuensi responden melihat iklan obat sakit kepala di televisi
dalam tiga hari terakhir ... 42 Tabel XI. Iklan obat sakit kepala yang pernah dilihat responden ... 43 Tabel XII. Iklan obat sakit kepala yang paling sering dilihat responden ... 44 Tabel XIII. Sumber informasi yang paling mendukung responden dalam
memilih obat sakit kepala... 45 Tabel XIV. Gambaran jawaban responden aspek pengetahuan mengenai iklan
obat sakit kepala di televisi ... 46 Tabel XV. Gambaran jawaban responden aspek sikap mengenai iklan obat
sakit kepala di televisi ... 49 Tabel XVI. Gambaran jawaban responden aspek tindakan penggunaan obat
sakit kepala ... 52
vi
Tabel XVII. Uji korelasi Product Moment Pearson tingkat pengetahuan mengenai iklan obat sakit kepala di televisi terhadap tindakan penggunaan obat sakit kepala oleh responden ... 54 Tabel XVIII. Uji korelasi Product Moment Pearson aspek sikap terhadap
tindakan penggunaan obat sakit kepala oleh responden ... 56
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Karakteristik demografi responden berdasarkan jenis kelamin ... 38 Gambar 2. Karakteristik demografi responden berdasarkan umur ... 39 Gambar 3. Karakteristik demografi responden berdasarkan Fakultas ... 39 Gambar 4. Karakteristik demografi responden berdasarkan uang saku perbulan 40 Gambar 5. Tingkat pengetahuan responden mengenai iklan obat sakit kepala
di televisi ... 48 Gambar 6. Sikap responden mengenai iklan obat sakit kepala di televisi ... 51 Gambar 7. Tindakan penggunaan obat sakit kepala oleh responden ... 54
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner penelitian ... 65
Lampiran 2. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1787/MENKES/PER/XII/2010 tentang Iklan dan Publikasi Pelayanan Kesehatan ... 74
Lampiran 3. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 386/Men.Kes/SK/IV/1994 tentang Pedoman Periklanan Obat Bebas ... 78
Lampiran 4. Gambaran jawaban kuesioner aspek pengetahuan uji reliabilitas ... 82
Lampiran 5. Gambaran jawaban kuesioner aspek sikap uji reliabilitas ... 83
Lampiran 6. Gambaran jawaban kuesioner aspek tindakan uji reliabilitas ... 84
Lampiran 7. Hasil uji reliabilitas kuesioner aspek pengetahuan ... 85
Lampiran 8. Hasil uji reliabilitas kuesioner aspek sikap ... 85
Lampiran 9. Hasil uji reliabilitas kuesioner aspek tindakan ... 85
Lampiran 10. Hasil uji normalitas data penelitian aspek pengetahuan ... 86
Lampiran 11. Hasil uji normalitas data penelitian aspek sikap ... 86
Lampiran 12. Hasil uji normalitas data penelitian aspek tindakan ... 86
Lampiran 13. Korelasi aspek pengetahuan dan aspek tindakan ... 87
Lampiran 14. Korelasi aspek sikap dan aspek tindakan ... 87
Lampiran 15. Surat permohonan ijin penelitian ke Biro Administrasi Akademik (BAA) Universitas Sanata Dharma Yogyakarta ... 88
ix
INTISARI
Hasil Survei Sosial Nasional pada tahun 2009 menyebutkan 66% penduduk Indonesia melakukan swamedikasi. Salah satu faktor yang mendorong dan mempengaruhi masyarakat untuk melakukan swamedikasi adalah iklan yang ada di media massa baik dalam bentuk tertulis maupun elektronik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi adanya hubungan tingkat pengetahuan dan sikap mengenai iklan obat sakit kepala di televisi terhadap tindakan penggunaan obat sakit kepala di kalangan mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Jenis penelitian ini merupakan observasional dengan rancangan cross sectional, menggunakan kuesioner dengan jumlah responden 81 orang yang dipilih secara purposive sampling di kalangan mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Hasil penelitian menunjukkan responden terbanyak perempuan (74%), usia terbanyak ≤ 20 tahun (69,1%), fakultas terbanyak FKIP (51%), dan uang saku perbulan terbanyak Rp ≤ 1.000.000,00. Data pola melihat iklan obat sakit kepala di televisi, tingkat pengetahuan, sikap, tindakan, dan hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap mengenai iklan obat sakit kepala di televisi terhadap tindakan penggunaan obat sakit kepala di kalangan Mahasiswa Universitas Sanata Dharma tidak dapat ditarik kesimpulan karena instrumen penelitian yang digunakan tidak valid secara konten.
Kata kunci : swamedikasi, iklan obat, dan sakit kepala
x
ABSTRACT
National Social Survey in 2009 said that 66% of Indonesia's population does self medication. One of the factors that encourage and influence Indonesia people to do self medication is the advertisement in both the mass media and electronic. This research is aimed to identify the correlation between level of knowledge and attitudes headache medication advertising on television towards the use of headache medication among students in Sanata Dharma University Yogyakarta.
This research was observational with cross sectional design in which questionnaire was used. The respondents were 81 people which were chosen by purposive sampling among the students of Sanata Dharma University Yogyakarta. The results showed that the most respondents were female (74%), the highest age was ≤ 20 years old (69.1%), the highest faculty was FKIP (51%), and the highest monthly allowance was Rp ≤ 1,000,000.00. The pattern of the data saw that headache medication advertisement on television, level of knowledge, attitudes, actions, and the relationship between the level of knowledge and attitudes about headache medication advertisement on television towards the use of headache medication among students of Sanata Dharma University cannot be concluded because the use of research instrument was invalid based on the content.
Keywords: Self medication, drug advertising, and headache
1
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Kesehatan merupakan sesuatu hal yang penting dalam kehidupan, oleh karena itu masyarakat melakukan banyak usaha untuk menjaga dirinya agar tetap sehat dengan berobat ke dokter atau mengobati diri sendiri, misalnya untuk mengatasi gejala penyakit ringan seperti sakit kepala, batuk, demam, dan influenza. Upaya masyarakat untuk mengobati dirinya sendiri dikenal dengan istilah self medication atau swamedikasi (Tan dan Rahardja, 2010).
Pelaksanaan swamedikasi didasari oleh pemikiran bahwa pengobatan sendiri cukup untuk mengobati masalah kesehatan yang dialami tanpa melibatkan tenaga kesehatan. Hasil Susenas pada tahun 2009, Badan Pusat Statistik mencatat bahwa terdapat 66% orang sakit di Indonesia yang melakukan swamedikasi (Kartajaya, et al., 2011).
untuk membeli produk tersebut. Masyarakat perlu dibantu dengan informasi obat bebas yang obyektif, lengkap dan tidak menyesatkan untuk melakukan pengobatan sendiri secara aman dan efektif (Liliweri, 2013).
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia Tahun 2012 melakukan pengawasan iklan obat yang sudah beredar pada beberapa jenis media seperti media cetak, televisi dan radio sejumlah 2.366 iklan. Hasil pengawasan tersebut menunjukkan sebanyak 565 (23,88%) iklan tidak memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan.
Penyampaian iklan yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku akan membahayakan kesehatan, karena informasi dari iklan obat tersebut kurang lengkap. Pakar komunikasi Amerika Serikat, menyatakan televisi adalah media yang telah berhasil mengubah kebidupan sehari-hari manusia atau masyarakat (Biagi, 2010).
Mahasiswa merupakan masyarakat yang sedang menjalani pendidikan formal guna menjadi masyarakat yang lebih baik. Peran mahasiswa di masyarakat yaitu sebagai sumber informasi dan memberikan contoh yang baik kepada masyarakat sekitar. Mahasiswa juga memiliki peran sosial, dimana keberadaan dan segala perbuatannya tidak hanya bermanfaat bagi diri sendiri tetapi juga bagi lingkungan sekitar (Sarwono, 2007).
Masyarakat lebih memilih pengobatan mandiri daripada ke dokter karena biaya lebih murah. Hal ini didukung teori Djunarko dan Hendrawati (2011) yang menyatakan bahwa semakin tinggi biaya pelayanan kesehatan oleh rumah sakit, klinik, dokter, dan dokter gigi menyebabkan masyarakat memilih melakukan pengobatan mandiri untuk memperoleh biaya yang terjangkau dan lebih murah untuk mengobati penyakit yang dialaminya. Pada pelaksanaannya, swamedikasi dapat menjadi sumber terjadinya kesalahan pengobatan, mengingat begitu banyak produk iklan obat sakit kepala yang ditayangkan ditelevisi. Untuk menghindari kesalahan pengobatan diperlukan pengetahuan yang cukup untuk memilih obat.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti hubungan tingkat pengetahuan dan sikap mengenai iklan obat sakit kepala di televisi terhadap tindakan penggunaan obat sakit kepala di kalangan mahasiswa Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
1. Permasalahan
a. Seperti apa karakteristik demografi yang meliputi fakultas, jenis kelamin, umur, dan uang saku perbulan mahasiswa Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta?
b. Seperti apa pola melihat iklan obat sakit kepala di telivisi di kalangan mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta?
c. Seperti apa tingkat pengetahuan mengenai iklan obat sakit kepala di televisi di kalangan mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta?
d. Seperti apa sikap mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta mengenai iklan obat sakit kepala di televisi?
e. Seperti apa tindakan penggunaan obat sakit kepala di kalangan mahasiswa Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta?
f. Apakah terdapat hubungan tingkat pengetahuan dan sikap mengenai iklan obat sakit kepala di televisi terhadap tindakan penggunaan obat sakit kepala di kalangan mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta?
2. Keaslian penelitian
Sejauh penelusuran yang dilakukan, penelitian berjudul “Hubungan
Tingkat Pengetahuan dan Sikap Mengenai Iklan Obat Sakit Kepala di Televisi terhadap Tindakan Penggunaan Obat Sakit Kepala di Kalangan Mahasiswa Universitas Sanata Dharma” belum pernah dilakukan sebelumnya. Adapun
penelitian terkait sebelumnya adalah:
Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada waktu penelitian, jumlah populasi dan sampel. Hasil penelitian menunjukkan mahasiswa angkatan 1997-2000 kampus III Universitas Sanata Dharma tidak semua menggunakan obat berdasarkan iklan di media televisi, informasi yang mendukung mereka memilih obat sakit kepala adalah pengalaman, dokter, teman, dan apoteker. b. Penelitian Sulistiyawati (2004) tentang “Hubungan Antara Penilaian Iklan Obat
Sakit Salesma di Televisi dengan Pemilihan Obat Salesma di Kalangan Pengunjung 11 Apotek di Kota Yogyakarta Periode Maret-April Tahun 2004”. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada subyek, jenis iklan, lokasi penelitian, dan waktu penelitian. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang positif (r = 0,231) dan signifikan (p < 0,05) antara penilaian iklan obat salesma di televisi dengan pemilihan obat salesma di kalangan pengunjung 11 apotek di Kota Yogyakarta periode Maret-April tahun 2004, dengan tingkat hubungan rendah.
3. Manfaat penelitian a. Manfaat teoretis
Penelitian ini dapat memberikan informasi dan pengembangan bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang farmasi tentang tindakan penggunaan obat sakit kepala.
b. Manfaat praktis
Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi Departemen Kesehatan RI dan Balai Besar POM (BPOM) yang mengatur dan mengawasi iklan obat yang beredar, bagi industri farmasi yang melakukan iklan untuk produknya, iklan tersebut kiranya dapat berisi informasi yang yang bermanfaat bagi masyarakat.
B.Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum
Untuk menganalisis hubungan tingkat pengetahuan dan sikap mengenai iklan obat sakit kepala di televisi terhadap tindakan penggunaan obat sakit kepala di kalangan mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Tujuan khusus
a. Mengidentifikasi karakteristik demografi yang meliputi fakultas, jenis kelamin, umur, dan uang saku perbulan mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
c. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta mengenai iklan obat sakit kepala di televisi.
d. Mengidentifikasi sikap mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta mengenai iklan obat sakit kepala di televisi.
e. Mengidentifikasi tindakan penggunaan obat sakit kepala di kalangan mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
8
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A.Pengobatan Sendiri
Pengobatan sendiri merupakan upaya yang dilakukan untuk mengatasi penyakit atau gejala yang dialami diri sendiri, dengan pengetahuan dan persepsinya sendiri, tanpa bantuan atau suruhan seseorang yang ahli dalam bidang medik atau obat. Obat-obat yang digunakan dalam swamedikasi adalah obat tanpa resep dokter (OTR). Di Indonesia yang termasuk OTR meliputi obat wajib apotek (OWA) atau obat keras yang dapat diserahkan oleh apoteker kepada pasien di apotek tanpa resep dokter, obat bebas terbatas dan obat bebas (Djunarko dan Hendrawati, 2011).
Penggunaan obat tanpa resep dokter masih sering menimbulkan masalah bagi kesehatan, karena masih rendahnya tingkat pendidikan masyarakat tentang obat. Hal ini mengakibatkan dasar penentuan obat tanpa resep untuk pengobatan sendiri sering tidak rasional, yaitu umumnya bersumber pada pengalaman menggunakan obat tertentu pada waktu lampau, karena diberitahu orang lain (keluarga, tetangga, teman), atau bersumber dari iklan obat di media cetak maupun media elektronik (Tan dan Rahardja, 2010).
mendapatkan informasi yang obyektif dan tidak bias dari sumber yang tepat dan terpercaya (Tan dan Rahardja, 2010).
Obat bebas dan obat bebas terbatas merupakan kategori obat yang digunakan masyarakat dalam upaya pengobatan sendiri. Obat bebas dan obat bebas terbatas merupakan golongan obat tanpa resep, yang dapat dibeli secara bebas (tanpa resep) di apotek atau toko obat berijin. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 2380/A/SK/VI/83 tentang Tanda Khusus untuk Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas, pasal 3 ayat (1) dan (2), menyatakan bahwa tanda khusus untuk obat bebas adalah lingkaran berwarna hijau dengan garis tepi berwarna hitam dan obat bebas terbatas lingkaran berwarna biru dengan garis tepi berwarna hitam (Anonim, 2006).
Tan dan Rahardja (2010) berpendapat bahwa pengobatan sendiri dipengaruhi oleh empat faktor utama, yaitu keyakinan dan sikap, karakteristik demografi, status ekonomi, dan pendidikan atau pengetahuan konsumen. Beberapa faktor penentu yang berperan pada tindakan pengobatan sendiri antara lain adalah persepsi sakit, ketersediaan informasi tentang obat dan pengobatan, serta ketersediaan obat di masyarakat.
Menurut Djunarko dan Hendrawati (2011) Penggunaan OTR untuk swamedikasi biasanya pada kondisi sebagai berikut:
1. Perawatan simptomatik minor, misalnya tidak enak badan dan cedera ringan. 2. Penyakit yang bisa sembuh sendiri apabila daya tahan tubuh meningkat,
3. Pencegahan dan penyembuhan penyakit ringan misalnya mabuk perjalanan dan kutu air.
4. Penyakit kronis yang sebelumnya telah didiagnosis oleh dokter, misalnya asma dan arthritis.
5. Kondisi yang mengancam jiwa dan memerlukan pertolongan dengan segera. Keuntungan swamedikasi atau pengobatan sendiri menurut World Self-Medication Industry (2010), adalah membantu mencegah dan mengobati gejala dan penyakit yang tidak membutuhkan dokter, mengurangi pelayanan-pelayanan medis untuk meringankan penyakit-penyakit ringan, khususnya ketika keuangan dan sumber daya manusia terbatas, dan meningkatkan adanya pelayanan kesehatan untuk penduduk yang tinggal di daerah pedesaan atau terpencil. Sedangkan kekurangan swamedikasi menurut World Self-Medication Industry
(2010), adalah kurangnya perawatan kesehatan yang profesional dan kurangnya pengawasan untuk penyakit kronis, kurangnya kesempatan berinteraksi dengan tenaga kesehatan yang profesional, dan tidak tepat obat.
B.Sakit kepala
tanda adanya kerusakan organ tubuh atau adanya suatu hal yang tidak mengenakkan. Rasa sakit kepala yang dirasakan bisa bervariasi; beberapa mengalami sakit kepala yang amat sakit sehingga membutuhkan pengobatan, sementara yang lainnya tidak (Arif, 2008).
Sakit kepala digolongkan menjadi dua jenis menurut Berardi (2006) yaitu sebagai berikut:
1. Sakit kepala primer
Stres, cuaca atau ketidakseimbangan hormon dapat memicu sakit kepala primer, yang berlangsung dari beberapa jam hingga beberapa hari. Ada dua jenis utama sakit kepala primer, yaitu yang disebabkan oleh ketegangan otot wajah, leher, dan kepala (myogenik) dan pelebaran pembuluh darah (vasodilatasi) otak yang menekan saraf-saraf sehingga menimbulkan nyeri (vaskular).
2. Sakit kepala sekunder
Sakit kepala sekunder dapat disebabkan oleh influenza, radang sinus, tekanan darah tinggi, stroke ringan/stroke berat, cedera kepala, tumor otak, gangguan metabolisme (misalnya diabetes dan penyakit tiroid), gangguan saraf mata, sakit gigi, dan lain-lain.
C.Periklanan 1. Definisi
Iklan adalah setiap bentuk komunikasi nonpersonal mengenai suatu organisasi, produk, servis, atau ide yang dibayar oleh satu sponsor yang diketahui. Maksud „dibayar pada definisi tersebut menunjukkan fakta bahwa ruang atau
waktu bagi suatu pesan iklan pada umumnya harus dibeli. Maksud kata „nonpersonal‟ berarti suatu iklan melibatkan media massa (TV, radio, majalah,
koran) yang dapat mengirimkan pesan ke sejumlah besar kelompok individu pada saat bersamaan. Dengan demikian, sifat nonpersonal iklan berarti pada umumnya tidak tersedia kesempatan untuk mendapatkan umpan balik yang segera dari penerima pesan (Morissan, 2010).
Iklan juga merupakan salah satu bentuk promosi yang paling dikenal dan paling banyak dibahas orang, hal ini kemungkinan karena daya jangkaunya yang luas. Sedangkan iklan obat adalah pesan yang disampaikan melalui komunikasi media massa oleh perusahaan farmasi tertentu untuk meningkatkan pemasaran (Morissan, 2010).
2. Fungsi iklan
Menurut Lee dan Johnson (2004) fungsi iklan meliputi:
a. Fungsi informasi: Mengomunikasikan informasi produk, ciri-ciri, lokasi penjualannya, dan memberitahu konsumen tentang produk-produk baru. b. Fungsi persuasif: Membujuk para konsumen untuk membeli merek-merek
c. Fungsi pengingat: Terus-menerus mengingatkan para konsumen tentang sebuah produk sehingga konsumen akan tetap membeli produk yang diiklankan tanpa memperdulikan merek pesaingnya.
3. Tujuan iklan
Tujuan iklan adalah membantu pemakai dalam membuat keputusan rasional pada penggunaan obat yang telah ditetapkan sebagai obat tanpa resep. Tujuan iklan dapat diklasifikasikan menurut Kotler dan Keller (2009) apakah tujuannya, baik untuk menginformasikan, meyakinkan, mengingatkan, atau memperkuat adalah sebagai berikut:
a. Iklan informatif bertujuan menciptakan kesadaran merek dan pengetahuan tentang produk atau fitur baru produk yang ada.
b. Iklan persuasif bertujuan menciptakan kesukaan, preferensi, keyakinan, dan pembelian produk atau jasa.
c. Iklan pengingat bertujuan menstimulasikan pembelian berulang produk dan jasa.
d. Iklan penguat bertujuan meyakinkan pembeli saat ini bahwa mereka melakukan pilihan yang tepat.
4. Televisi sebagai salah satu media iklan
nonpersonal penyampaian pesan tanpa kotak personal atau interaksi. Saluran ini meliputi media, suasana, dan peristiwa (Liliweri, 2013).
Agar terjadi komunikasi yang efektif antara satu pihak dengan pihak yang lain, antara kelompok satu dengan kelompok lain, atau seseorang dengan yang lain diperlukan keterlibatan beberapa unsur komunikasi yaitu komunikator, komunikasi, pesan, dan saluran atau media. Dari berbagai media yang ada, iklan melalui media televisi dianggap sangat efektif dalam memperkenalkan suatu produk. Televisi adalah media 24 jam yang dapat menjangkau segala lapisan masyarakat mulai dari berbagai kelompok umur, kelas, sosial, gaya hidup, dan profesi (Liliweri, 2013).
5. Peraturan periklanan
Peraturan periklanan dan pelayanan kesehatan yang dikeluarkan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1787/MENKES/PER/XII/2010 mengkaji beberapa hal mengenai penyelenggaraan, persyaratan, pembinaan dan pengawasan iklan dan publikasi pelayanan kesehatan (MenKes, 2010).
World Health Organization (WHO) mengeluarkan Kriteria Etik Promosi Obat (Ethical Criteria for Medical Drug Promotion) pada tahun 1998. Dicantumkan di dalamnya bahwa informasi dalam iklan obat yang ditujukan kepada masyarakat meliputi:
a. Komposisi zat aktif dengan nama INN (International Nonpropietary Names) atau nama generik obatnya
d. Perhatian, kontraindikasi, dan peringatan e. Nama dan alamat produsen atau distributor
Secara umum iklan obat harus mengacu pada “Tata Krama dan Tata Cara
Periklanan Indonesia” berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No
386/MENKES/SK/IV/1994 tentang Pedoman Periklanan: Obat Bebas, Obat Tradisional, Alat Kesehatan, Kosmetika, Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga dan Makanan-Minuman (MenKes, 1994).
D.Perilaku Kesehatan
Menurut Skinner (cit., Notoadmojo, 2012), perilaku merupakan hasil hubungan antara rangsangan (stimulus) dengan reaksi (response). Secara operasional, perilaku dapat diartikan sebagai suatu respon atau reaksi seseorang terhadap rangsangan dari luar maupun dari dalam dirinya, respon ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan) atau bersifat aktif (dengan tindakan). Bentuk pasif terjadi didalam diri manusia dan tidak dapat dilihat langsung oleh orang lain, misalnya berpikir, berpendapat, bersikap. Bentuk perilaku ini masih terselubung (covert behavior). Bentuk perilaku yang lain adalah bentuk perilaku aktif yang dapat diamati secara langsung dan sudah tampak dalam bentuk tindakan nyata.
sikap terhadap kesehatan, serta tindakan yang berhubungan dengan kesehatan. Termasuk didalam perilaku kesehatan yang dapat diobservasi adalah perilaku hidup sehat (Sarwono, 2007).
Benyamin Bloom (cit., Notoadmojo, 2012) seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku manusia itu ke dalam tiga domain, sesuai dengan tujuan pendidikan. Bloom menyebutnya ranah atau kawasan, yaitu:
1. Kognitif 2. Afektif 3. Psikomotorik
Dalam perkembangannya, teori Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan menurut Notoadmojo (2012) , yaitu: 1. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, pembau, perasa, dan peraba. Tetapi sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (behavior).
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan menurut Notoadmojo (2012) yaitu:
b. Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
c. Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.
d. Analisis diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. f. Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap
suatu materi atau objek.
Pengukuran terhadap tingkat pengetahuan menurut Arikunto (2006) dikategorikan menjadi tiga yaitu:
a. Tingkat pengetahuan tergolong tinggi jika responden mampu menjawab pernyataan dengan skor nilai 76-100%.
b. Tingkat pengetahuan tergolong sedang jika responden mampu menjawab pernyataan dengan skor nilai 56-75%.
c. Tingkat pengetahuan tergolong rendah jika responden mampu menjawab pernyataan dengan skor nilai kurang dari 56%.
2. Sikap
adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Sikap mempunyai 3 komponen pokok menurut Notoadmojo (2012) yaitu:
a. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. c. Kecenderungan untuk bertindak.
Menurut Azwar (2009), sikap dapat bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif yaitu:
a. Sikap positif kecenderungan untuk mendekati, menyenangi, mengharapkan obyek tertentu.
b. Sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu.
3. Tindakan
Terbentuknya suatu perilaku baru, terutama pada orang dewasa, biasanya dimulai dari pengetahuan, dimana subyek tahu terlebih dahulu akan adanya stimulus, yang menimbulkan pengetahuan baru. Pengetahuan tersebut akan menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap tertentu. Stimulus atau objek yang sudah diketahui dan disadari tersebut akan menimbulkan respon lebih jauh lagi berupa tindakan. Namun, tindakan seseorang tidak harus didasari oleh pengetahuan atau sikap, karena juga dapat timbul dari persepsi, yaitu suatu pengalaman yang dihasilkan melalui pancaindra yang membentuk motivasi, yaitu dorongan bertindak untuk mencapai suatu tujuan (Notoadmojo, 2012).
E.Faktor perilaku
Perilaku manusia merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan, seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap, dan sebagainya. Proses pembentukan atau perubahan perilaku dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor baik dari dalam maupun luar individu. Perilaku konsumen dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan eksternal meliputi kebudayaan, kelas sosial, kelompok referensi, dan keluarga. Selain itu dipengaruhi oleh faktor-faktor internal meliputi motivasi, pengamatan, belajar, kepribadian dan konsep diri, dan sikap (Wawan, 2011).
WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang itu berperilaku tertentu adalah karena adanya empat alasan pokok, Notoadmodjo (2012), yaitu: 1. Pemahaman dan pertimbangan, yakni dalam bentuk pengetahuan, persepsi,
a. Pengetahuan: Diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain.
b. Kepercayaan: Diperoleh dari orang tua, kakek, atau nenek. Seseorang menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.
c. Sikap: Menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau dari orang lain yang paling dekat.
2. Orang penting sebagai referensi (personal reference). Perilaku orang, lebih-lebih perilaku anak kecil lebih-lebih banyak dipengaruhi oleh orang-orang yang di anggap penting. Apabila seseorang itu di percaya, maka apa yang ia katakan atau perbuatan cenderung untuk dicontoh.
3. Sumber-sumber daya. Sumber daya disini mencakup fasilitas, uang, waktu, tenaga, dan sebagainya. Semua itu berpengaruh terhadap perilaku seseorang atau kelompok masyarakat.
F.Landasan Teori
Pengobatan sendiri merupakan upaya yang dilakukan untuk mengatasi penyakit atau gejalanya yang dialami sendiri atau oleh orang sekitarnya, dengan pengetahuan dan persepsinya sendiri tanpa bantuan atau suruhan seseorang yang ahli dalam bidang medik atau obat. Untuk itu masyarakat perlu dibekali pengetahuan tentang obat bebas dan obat bebas terbatas agar penggunaan untuk pengobatan sendiri dapat tepat, rasional, dan aman. Agar upaya pengobatan sendiri dapat efektif, tepat, dan rasional maka diperlukan tersedianya tenaga, sarana dan prasarana untuk mendapatkan informasi yang obyektif dan tidak bias dari sumber yang tepat dan terpercaya.
Pengetahuan pengobatan sendiri dapat diperoleh dari keluarga, iklan, pengalaman sendiri, dokter, apoteker, dan tenaga kesehatan lainnya. Penyuluhan tentang kesehatan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dalam rangka mempertinggi derajat kesehatan masyarakat secara tidak langsung juga dapat menambah pengetahuan tentang pengobatan sendiri bagi seseorang.
G.Hipotesis
Perilaku merupakan respon individu yang disebabkan adanya stimulus atau suatu tindakan. Salah satu stimulus yang dapat mempengaruhi perilaku kesehatan yaitu iklan obat sakit kepala. Stimulus dari iklan pada akhirnya akan berujung pada keputusan pembelian yang dilakukan konsumen. Iklan obat sakit kepala di televisi merupakan suatu stimulus yang dapat mempengaruhi aspek pengetahuan dan sikap mengenai iklan obat sakit kepala di televisi, hal ini tentunya mungkin berpengaruh terhadap tindakan penggunaan obat sakit kepala di kalangan mahasiswa Universitas Sanata Dharma.
23
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah observasional dengan rancangan penelitian
cross-sectional. Dalam penelitian observasional tidak dilakukan pemberian perlakuan atau manipulasi terhadap subyek uji. Subyek uji diobservasi menurut keadaan apa adanya (in nature). Penelitian cross-sectional yaitu penelitian yang pengambilan datanya dilakukan dengan model pendekatan atau observasi dalam satu waktu atau point time approach (Swarjana, 2012).
B.Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel penelitian
a. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan dan sikap mahasiswa Kampus III Universitas Sanata Dharma mengenai iklan obat sakit kepala di televisi.
b. Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah tindakan penggunaan obat sakit kepala di kalangan mahasiswa Kampus III Universitas Sanata Dharma. 2. Definisi operasional
a. Responden adalah mahasiswa Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
c. Pengetahuan adalah semua hal yang dimiliki dan dipahami oleh mahasiswa mengenai iklan obat sakit kepala di televisi, meliputi definisi, penyelengggaraan, persyaratan, tata karma, dan tata cara periklanan. Hasil pengukuran pengetahuan dapat dibedakan atas 3 tingkatan yaitu tinggi, sedang dan rendah yang mengacu ke Arikunto (2006) terlihat pada Tabel I dibawah ini. Skor nilai untuk pengkategorian tersebut dihitung dari persentase jawaban yang benar.
Tabel I. Hasil pengukuran pengetahuan
Skor Nilai Kriteria
76-100% Tinggi
56-75% Sedang
<56% Rendah
d. Sikap adalah jawaban atau respon responden terhadap pernyataan-pernyataan dalam kuesioner mengenai iklan obat sakit kepala di televisi. Sikap diukur dengan range penilaian menggunakan mean score, sebagai berikut:
1) Sikap negatif, apabila termasuk dalam kategori skor antara 1-2,50 yang artinya responden lebih bersifat memihak atau mendukung pernyataan yang tidak sesuai dengan kriteria periklanan berdasarkan undang-undang yang berlaku.
e. Tindakan penggunaan obat sakit kepala adalah keputusan penggunaan obat sakit kepala oleh mahasiswa yang diambil berdasarkan pengetahuan dan sikapnya terhadap iklan obat sakit kepala di televisi. Tindakan diukur dengan range penilaian menggunakan mean score, sebagai berikut:
1) Tindakan yang tidak sesuai, apabila termasuk dalam kategori skor antara 1-2,50 yang artinya responden cenderung memutuskan untuk tidak menggunakan obat sakit kepala berdasarkan yang di iklankan di televisi. 2) Tindakan yang sesuai, apabila termasuk dalam kategori skor antara 2,51-4, yang artinya responden cenderung memutuskan untuk menggunakan obat sakit kepala berdasarkan iklan obat sakit kepala di televisi.
f. Karakteristik demografi yang dikategorikan dalam penelitian ini, adalah: 1) Jenis kelamin responden dikategorikan pria dan wanita.
2) Umur responden berada pada rentang 17-24 tahun yang dikategorikan menjadi 2 yaitu ≤ 20 tahun dan > 20 tahun.
3) Fakultas responden adalah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Psikologi, Sains dan Teknologi.
4) Uang saku perbulan responden dikategorikan menjadi 2, yaitu ≤ Rp 1.000.000,00 dan > Rp 1.000.000,00.
g. Pola melihat iklan obat sakit kepala di televisi dalam penelitian ini adalah: 1) Lama waktu responden menonton televisi
5) Pola penggunaan obat sakit kepala oleh responden selama 1 bulan terakhir
6) Obat sakit kepala yang digunakan oleh responden
7) Sumber informasi yang paling mendukung responden dalam memilih obat sakit kepala.
C.Subyek penelitian, besar sampel, dan teknik sampling 1. Subyek penelitian
Subyek penelitian yang digunakan adalah mahasiswa Kampus III Universitas Sanata Dharma yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Subyek penelitian selanjutnya disebut responden.
2. Besar sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi sumber data sebenarnya dalam penelitian. Populasi adalah keseluruhan penelitian yang terdiri dari manusia sebagai sumber data yang mempunyai karakteristik tertentu dalam suatu penelitian (Eriyanto, 2007). Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Kampus III Universitas Sanata Dharma.
Rumus untuk menentukan jumlah sampel dari populasi yang kecil atau populasi yang diketahui jumlah anggota populasi adalah sebagai berikut (Eriyanto, 2007):
Keterangan:
Z : Nilai Z merupakan tingkat kepercayaan (tingkat kepercayaan yang dipakai 90%, nilai Z adalah 1,65).
P (1-p) : Proporsi suatu kasus tertentu terhadap populasi, bila tidak diketahui proporsinya ditetapkan 50%.
E : Kesalahan sampel yang dikehendaki (sampling error 10%). N : Jumlah populasi 3574 (diperoleh dari data BAA tahun 2014).
Total responden = 67 + 14 = 81 orang.
3. Teknik sampling
Pengambilan sampel pada penelitian ini adalah secara non-random sampling dengan jenis purposive sampling. Pengambilan sampel secara non-random sampling yang berarti tidak semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan responden penelitian.
D.Tempat dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah lingkungan Kampus III Universitas Sanata Dharma Paingan Maguwoharjo Yogyakarta. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2014.
E.Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner. Kuesioner adalah sebuah form yang berisikan pernyataan-pernyataan yang telah ditentukan yang dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi (data) dari dan tentang orang- orang sebagai bagian dari sebuah survei (Swarjana, 2012).
Kuesioner terdiri dari 54 pernyataan yang terdiri dari 2 bagian. Bagian pertama merupakan pertanyaan mengenai karakteristik demografi responden yang meliputi nama, jenis kelamin, fakultas, umur, uang saku per bulan dan pola melihat iklan yang terdiri dari 8 pertanyaan. Pertanyaan bagian ini meliputi: Lama waktu menonton televisi, frekuensi melihat iklan obat sakit kepala, iklan obat sakit kepala yang pernah dilihat, iklan obat sakit kepala yang paling sering dilihat, pola penggunaan obat sakit kepala selama 1 bulan, obat sakit kepala yang digunakan dan sumber yang paling mendukung dalam memilih obat sakit kepala.
responden yang salah diberi skor (0) (Siregar, 2010). Pada aspek sikap dan tindakan disusun dengan modifikasi skala likert yang terdiri dari empat alternatif jawaban, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Nilai skor bergerak dari angka 1 sampai dengan 4, dengan tidak adanya respon netral. Hal tersebut dimaksudkan dengan tujuan untuk menghindari kecenderungan responden memilih jawaban tengah dan agar responden lebih tegas dalam memilih jawaban.
Selain itu pernyataan-pernyataan yang diberikan disusun berdasarkan sifat favorable dan unfavorable untuk melihat konsistensi jawaban responden. Pernyataan favorable adalah pernyataan yang isinya mendukung dan memihak atau mengatakan hal-hal positif tentang obyek. Sedangkan, pernyataan
[image:51.595.99.512.243.650.2]unfavorable adalah pernyataan yang isinya tidak mendukung atau mengatakan hal-hal negatif terhadap obyek.
Tabel II. Pemberian skor untuk aspek pengetahuan
Jawaban Responden *) Skor
Benar 1
Salah 0
Keterangan *) artinya: responden yang menjawab benar sesuai dengan kunci jawaban.
Tabel III. Pemberian skor untuk aspek sikap dan tindakan Alternatif Jawaban Pernyataan
Favorable
Pernyataan Unfavorable
Sangat Setuju (SS) 4 1
Setuju (S) 3 2
Tidak Setuju (TS) 2 3
Tabel IV. Blue Print pernyataan favorable dan unfavorable pada aspek pengetahuan, sikap, dan tindakan.
Aspek Sub Pokok Bahasan Nomor Pernyataan
Favorable Unfavorable
Pengetahuan Definisi 1 dan 2 -
Penyelenggaraan 3 dan 4
Persyaratan 5 dan 8 6 dan 7 Tata krama dan tata
cara periklanan Indonesia
11, 13, 14, 15, 16, 17,
dan 18
9, 10, dan 12
Jumlah item 13 5
Sikap Tata krama dan tata cara periklanan
indonesia
1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 10
7, 8, dan 9
Persyaratan - 11, 12, 13, dan 14
Jumlah item 7 7
Tindakan Pola Penggunaan 1, 2, 9, 10, 12, dan 13
3, 4, 5, 6, 7, 8, 11, dan 14
Jumlah item 6 8
1. Uji validitas dan reliabilitas
Setelah kuesioner dibuat, dilakukan uji validitas terhadap kuesioner tersebut. Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Jenis validitas yang digunakan adalah validitas isi suatu alat pengukur ditentukan oleh sejauh mana isi alat pengukur tersebut mewakili semua aspek yang dianggap sebagai aspek kerangka konsep (Singarimbun dan Effendi, 2006).
responden yang memiliki karakteristik yang mirip dengan karakteristik responden dari populasi yang akan diteliti selanjutnya disyaratkan minimal 30 orang. Kuesioner ini diuji coba terhadap 32 mahasiswa Kampus II Universitas Sanata Dharma.
[image:53.595.102.512.254.562.2]Reliabilitas merupakan derajat yang menunjukkan bahwa instrumen penelitian layak digunakan karena sudah terbukti dapat diandalkan dan terpercaya. Hal ini dapat dilihat berdasarkan konsistensi hasil dari suatu instrumen pengukuran, bahwa berapa kali pun pengukuran maupun pengujian dilakukan, maka hasil yang diberikan bersifat konsisten dan tak berubah-ubah (Notoadmojo, 2010). Koefisien reliabilitas dalam penelitian ini diukur dengan analisis reliabilitas yang menggunakan koefisien Alpha Cronbach.
Tabel V. Hasil uji reliabilitas pada tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan Variabel Hasil uji Alpha Cronbach Keterangan
Pengetahuan 0,721 Reliabel
Sikap 0,681 Reliabel
Tindakan 0,707 Reliabel
F. Bahan Penelitian
Bahan penelitian yang digunakan adalah jawaban responden di kuesioner yang telah dijawab dengan lengkap dan benar serta dikembalikan kepada peneliti.
G.Tata Cara Penelitian 1. Observasi awal
2. Perijinan
Perijinan dilakukan dengan cara mengusulkan atau memasukkan surat permohonan ijin penelitian ke Biro Administrasi Akademik (BAA) Universitas Sanata Dharma.
3. Pembuatan kuesioner
Pembuatan kuesioner dilakukan dengan cara merancang kuesioner yang akan peneliti gunakan, kemudian dilakukan uji validasi dan reliabilitas.
4. Penyebaran kuesioner
Penyebaran kuesioner dilakukan pada pagi sampai siang hari, dimana waktu tersebut merupakan waktu kuliah. Pengisian kuesioner dilakukan sendiri oleh responden yang diberi kesempatan mengerjakan kuesioner saat itu juga dan langsung dikembalikan.
5. Pengolahan data
a. Editing
Melakukan pemilihan kuesioner yang memenuhi kriteria inklusi sampel untuk digunakan dalam pengolahan data selanjutnya. Selain itu, dilakukan juga pemeriksaan kelengkapan isi kuesioner.
b. Processing
c. Cleaning
Tahapan terakhir dalam pengolahan data yaitu tahap cleaning. Pada tahap ini dilakukan pengecekan kembali kelengkapan data dan adakah kesalahan dalam proses pemasukkan data ke dalam program komputer.
H.Tata Cara Analisis
Analisis data dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu statistik deskriptif dan statistik korelasi. Statistik deskriptif menggunakan teknik persentase, yaitu jumlah responden yang memberikan jawaban sejenis dibagi dengan jumlah responden total dikalikan 100%. Metode ini digunakan untuk menganalisis karakteristik responden dan pola melihat iklan obat sakit kepala. Penyajian hasil data karakteristik responden dan pola melihat iklan obat sakit kepala disajikan dalam bentuk diagram bar atau pie.
Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap mengenai iklan obat sakit kepala di televisi terhadap tindakan penggunaan obat sakit kepala oleh mahasiswa Kampus III Universitas Sanata Dharma.
Tabel VI. Hasil uji normalitas pada tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan
Variabel Hasil uji Kolmogorov-Smirnov Keterangan
Pengetahuan 0,000 Tidak normal
Sikap 0,272 Normal
Tindakan 1,296e-05 Tidak normal
Pada penelitian ini digunakan korelasi Product Moment Pearson. Besar kecilnya korelasi selalu dinyatakan dengan angka. Angka korelasi ini disebut koefisien korelasi. Koefisien korelasi bergerak antara 0,000 dan ± 1,000. Koefisien korelasi dari 0,000 sampai + 1,000 menunjukkan korelasi yang positif, sedang dari 0,000 sampai – 1,000 menunjukkan korelasi yang negatif. Korelasi positif yang paling sempurna adalah + 1,000 dan korelasi negatif yang tertinggi adalah – 1,000 (Hadi, 2004).
Supangat (2007) memberikan pedoman untuk menginterpretasikan koefisien korelasi (r) yang ditemukan tersebut mempunyai hubungan yang besar atau kecil. Pedoman untuk memberikan interpretasi terhadap koefisien korelasi
[image:56.595.102.512.212.623.2]Product Moment Pearson dapat dilihat pada tabel VIII.
Tabel VIII. Interpretasi terhadap koefisien korelasi Koefisien Korelasi Tingkat Hubungan
0,00 – 0,55 tidak kuat 0,56 – 0,65 cukup kuat
0,66 – 0,75 Kuat
0,76 – 0,99 sangat kuat
I. Keterbatasan Penelitian
Dalam penentuan validitas konten instrumen penelitian melalui
37
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini terdiri dari 6 bagian yang dibahas sesuai dengan urutan tujuan penelitian yaitu karakteristik demografi responden, pola melihat iklan obat sakit kepala di televisi, tingkat pengetahuan mahasiswa mengenai iklan obat sakit kepala di televisi, sikap mahasiswa mengenai iklan obat sakit kepala di televisi, tindakan penggunaan obat sakit kepala di televisi, dan hubungan tingkat pengetahuan dan sikap mahasiswa terhadap tindakan penggunaan obat sakit kepala di televisi di kalangan mahasiswa Kampus III Universitas Sanata Dharma.
A.Karakteristik Demografi Responden
Karakteristik demografi responden pada penelitian ini meliputi jenis kelamin, umur, fakultas dan uang saku perbulan pada mahasiswa Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
1. Jenis kelamin responden
Hasil penelitian menunjukkan persentase responden yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan persentase responden yang berjenis kelamin laki-laki, yaitu 74% responden perempuan dan 26% responden laki-laki. Hasil ini menggambarkan bahwa mahasiswa yang sering menonton televisi adalah perempuan.
Gambar 1. Karakteristik demografi responden berdasarkan jenis kelamin
2. Umur responden
Hasil penelitian menunjukkan persentase responden yang memiliki umur ≤ 20 tahun (69,1%) dan umur > 20 tahun (30,9%). Menurut Baharuddin (2009) periodisasi perkembangan umur 17-24 tahun dapat disebut masa academia, saat seseorang memasuki perguruan tinggi atau akademik. Tahap ini merupakan tahap perkembangan fungsi kemampuan berdikari, self direction, dan self control.
Seorang remaja dapat mengalami proses pembudayaan dengan menghayati nilai-nilai ilmiah, disamping mempelajari macam-macam ilmu pengetahuan. Umur tersebut dapat juga dikatakan sebagai umur dewasa sehingga sudah dapat mengambil keputusan sendiri dan bertanggung jawab atas keputusan tersebut.
74% 26%
Perempuan
Gambar 2. Karakteristik demografi responden berdasarkan umur
3. Fakultas responden
Hasil penelitian menunjukkan responden terbanyak dari FKIP (50,6%), selanjutnya FST (27,2%) dan Fakultas Psikologi (22,2%).
Gambar 3. Karakteristik demografi responden berdasarkan Fakultas
4. Uang saku perbulan responden
Hasil penelitian menunjukkan persentase responden yang memiliki uang saku perbulan Rp ≤ 1.000.000,00 (85,2%) dan uang saku perbulan Rp >
69.1% 30.9%
≤ tahun >20 tahun
51%
27% 22%
FKIP
FST
1.000.000,00 (14,8%). Tingkat uang saku perbulan dari responden dikatakan mempengaruhi sikap seseorang dalam memelihara kesehatan. Tingkat pendapatan turut menentukan pengambilan keputusan dalam pengobatan sendiri. Tingkat pendapatan seseorang dapat mempengaruhi motivasi seseorang untuk mengambil suatu tindakan, dengan kata lain bahwa tingkat pendapatan yang tinggi maka motivasi seseorang untuk melakukan suatu tindakan juga tinggi, demikian juga sebaliknya jika tingkat penghasilan rendah maka motivasi untuk melakukan suatu tindakan juga rendah (Lubis, 2009).
Gambar 4. Karakteristik demografi responden berdasarkan uang saku perbulan
B.Pola Melihat Iklan Obat Sakit Kepala di Televisi
Data penelitian yang dihasilkan dalam penelitian ini tidak valid secara konten karena instrumen pada penelitian ini hanya menggunakan professional judgement yang dilakukan oleh satu orang ahli. Menurut Waltz (2007) pengujian validitas konten setidaknya melibatkan dua orang ahli dibidangnya.
85.2% 14.8%
1. Lama waktu responden menonton televisi setiap hari
[image:62.595.100.514.262.597.2]Hasil penelitian menunjukkan responden terbanyak menghabiskan waktu dalam satu hari untuk menonton televisi selama < 1 jam (26,0%). Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Sulistiyawati (2004) yang meneliti Hubungan antara Penilaian Iklan Obat Salesma di Televisi dengan Pemilihan Obat Salesma di Kalangan Pengunjung 11 Apotek di Kota Yogyakarta, semakin lama menonton televisi maka semakin besar kemungkinan untuk melihat dan memperhatikan iklan obat. Menurut Azwar (2009), dalam penyampaian informasi, iklan membawa pesan-pesan yang berisi sugesti yang mempengaruhi pengetahuan, sikap, maupun tindakan.
Tabel IX. Lama waktu responden menonton televisi setiap hari No Lama waktu menonton
televisi setiap hari
Jumlah Responden
Persentase (%)
1 < 1 jam 21 26,0
2 2≤ lama < 3 jam 19 23,4
3 1 ≤ lama < 2 jam 16 19,7
4 3≤ lama < 4jam 9 11,1
5 ≥ 5 jam 9 11,1
6 4≤ lama < 5 jam 7 8,6
Total responden 81 100
2. Frekuensi melihat iklan obat sakit kepala di televisi dalam tiga hari terakhir
(Kotler, 2002). Semakin tinggi frekuensi penayangan iklan semakin sering penonton menerima informasi produk dalam iklan dan merasakan manfaat iklan tersebut (Indriarto, 2006).
Tabel X. Frekuensi responden melihat iklan obat sakit kepala di televisi dalam tiga hari terakhir
No Frekuensi melihat iklan obat sakit kepala di
televisi
Jumlah Responden
Persentase (%)
1 1-2 kali 38 47,0
2 3-4 kali 27 33,3
3 5-6 kali 11 13,6
4 7-8 kali 2 2,5
5 >10 kali 2 2,5
6 9-10 kali 1 1,2
7 Total responden 81 100
3. Iklan obat sakit kepala yang pernah dilihat dalam tiga hari terakhir
Tabel XI. Iklan obat sakit kepala yang pernah dilihat responden No Merek dagang *) yang
pernah dilihat di televisi
Jumlah Responden
Persentase(%)
1 Bodrex® 52 64,2
2 Panadol® 35 43,2
3 Paramex® 28 34,6
4 Oskadon® 20 24,7
5 INZA® 16 19,7
6 Lainnya 1 1,2
7 Total 152 187,6
Keterangan *) artinya: jawaban responden boleh lebih dari satu
4. Iklan obat sakit kepala yang paling sering dilihat
Tabel XII. Iklan obat sakit kepala yang paling sering dilihat responden No Merek dagang *) yang
paling sering dilihat di televisi Jumlah Responden (N=81) Persentase (%)
1 Bodrex® 36 44,4
2 Panadol® 23 28,4
3 Paramex® 23 28,4
4 Oskadon® 11 13,6
5 INZA® 9 11,1
6 Lainnya 0 0
Keterangan *) artinya: jawaban responden boleh lebih dari satu
5. Pola penggunaan obat sakit kepala oleh responden selama satu bulan terakhir
Hasil penelitian menunjukkan responden yang pernah menggunakan obat sakit kepala selama satu bulan terakhir sejak pengisian kuesioner yang dilakukan pada bulan oktober yaitu 27,2%, sedangkan responden yang tidak pernah menggunakan obat sakit kepala yaitu 72,8%. Sebagian besar responden memilih untuk membiarkan sakit kepala tersebut atau beristirahat untuk menghilangkan rasa nyeri daripada menggunakan obat sakit kepala.
6. Obat sakit kepala yang pernah digunakan
7. Sumber informasi yang paling mendukung dalam memilih obat sakit kepala
[image:66.595.100.517.250.611.2]Hasil penelitian menunjukkan bahwa keluarga (63,0%) merupakan sumber informasi yang paling mendukung responden dalam memilih obat sakit kepala. Keluarga mempunyai pengaruh yang besar dalam memilih obat sakit kepala mana yang cocok dengan dirinya. Selanjutnya dokter atau tenaga kesehatan lainnya (34,6%), dan pengalaman sendiri (19,7%). Keluarga termasuk kelompok primer yang memungkinkan untuk berinteraksi dengan responden secara terus menerus dan informal (Kotler, 2001) dan menurut Ali (2009), tugas keluarga dalam pemeliharaan kesehatan adalah mengambil keputusan untuk tindakan kesehatan yang tepat, dan memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit.
Tabel XIII. Sumber informasi yang paling mendukung responden dalam memilih obat sakit kepala.
No Sumber Informasi *) Jumlah
Responden (N=81)
Persentase (%)
1 Keluarga 51 63,0
2 Dokter atau tenaga kesehatan lainnya
28 34,6
3 Pengalaman sendiri 16 19,7
4 Iklan televisi 10 12,3
5 Teman 8 9,9
6 Lainnya (internet) 1 1,2
C.Tingkat Pengetahuan, Sikap mengenai Iklan Obat Sakit Kepala di Televisi dan Tindakan Penggunaan Obat Sakit Kepala
1. Tingkat pengetahuan responden mengenai iklan obat sakit kepala di televisi
[image:67.595.97.515.230.699.2]Variabel pengetahuan mengenai iklan obat sakit kepala di televisi ini terdiri dari 18 pernyataan yang digunakan untuk mengukur seberapa paham responden tentang definisi, penyelenggaraan, persyaratan, tata karma, dan tata cara periklanan.
Tabel XIV. Gambaran jawaban responden aspek pengetahuan mengenai iklan obat sakit kepala di televisi
No Pernyataan Persentase jawaban
responden (%)
Benar Salah
1 Definisi sakit kepala 42,0 58,0
2 Definisi iklan 98,8 1,2 3 Memberikan informasi yang mendidik, bertanggung
jawab
98,8 1,2
4 Pembuatan iklan harus berdasarkan peraturan per UU
97,5 2,5
5 Bahasa yang sederhana 96,3 3,7 6 Diperbolehkan memberikan informasi keunggulan 7,4 92,6
7 Diperankan oleh tenaga kesehatan 26,0 74,0
8 Dilarang memberikan informasi yang menyesatkan 92,6 7,4 9 Diperbolehkan anjuran dari profesi kesehatan 19,8 80,2
10 Diperbolehkan mendorong penggunaan berlebihan atau terus menerus
88,9 11,1
11 Mencantumkan informasi baca aturan pakai jika sakit berlanjut hubungi dokter
97,5 2,5
12 Diperbolehkan menunjukkan efek menyembuhkan 24,7 75,3
Gambar 5. Tingkat pengetahuan responden mengenai iklan obat sakit kepala di televisi
Berdasarkan pernyataan-pernyataan untuk mengukur tingkat pengetahuan responden tentang iklan obat sakit kepala di televisi, sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi yaitu dengan jumlah persentase 63,0 %, sedangkan responden yang lainnya memiliki tingkat pengetahuan yang sedang dengan persentase sebesar 37,0 %. Notoatmodjo (2003) mengatakan bahwa pengetahuan atau kognitif merupakan faktor yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Tindakan yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Sebelum seseorang mengambil tindakan, ia harus tahu terlebih dahulu apa arti atau tahu manfaat tindakan tersebut bagi dirinya atau keluarganya.
2. Sikap responden mengenai iklan obat sakit kepala
Variabel sikap mengenai iklan obat sakit kepala di televisi ini terdiri dari 14 pernyataan. Setiap pernyataan sikap pada penelitian ini dianalisis untuk
0 10 20 30 40 50 60 70
Rendah Sedang Tinggi
0
37.0 %
mengetahui kecenderungan jawaban responden ke arah positif ataupun negatif, mengenai peraturan periklanan obat yang meliputi persyaratan, tata karma, dan tata cara periklanan.
Tabel XV. Gambaran jawaban responden aspek sikap mengenai iklan obat sakit kepala di televisi
No Pernyataan Persentase jawaban
responden (%)
Kecenderungan (SS+S)/(TS+STS)
SS S TS STS
1 Mencantumkan nama industri farmasi
21,0 59,2 17,3 2,5 Setuju 2 Mencantumkan kandungan
zat aktif obat
43,2 45,7 9,9 1,2 Setuju 3 Mencantumkan informasi
peringatan
51,8 42,0 5,0 1,2 Setuju 4 Mencantumkan informasi
perhatian
45,7 48,1 5,0 1,2 Setuju 5 Mencantumkan efek
samping obat
49,4 44,4 6,2 - Setuju 6 Mencantumkan
kontraindikasi
50,6 40,7 7,4 1,2 Setuju 7 Menunjukkan efek cepat
menyembuhkan
8,6 49,4 34,6 7,4 Setuju 8 Mencantumkan kata
“segera” 2,5 19,7 61,7 16,0 Tidak Setuju
9 Iklan obat yang sering muncul di televisi dapat menjamin keamanannya
5,0 33,3 46,9 14,8 Tidak Setuju 10 Iklan obat sakit kepala di
televisi tidak menarik perhatian
16,0 42,0 38,3 3,7 Setuju 11 Rekomendasi tenaga
kesehatan menjamin khasiat manjur
7,4 58,0 27,2 7,4 Setuju 12 Iklan obat yang diperankan
tenaga kesehatan dapat menjamin keamanannya
6,2 51,8 35,8 6,2 Setuju 13 Ketidakpahaman akan
informasi iklan obat sakit kepala
8,6 35,8 49,4 6,2 Tidak Setuju 14 Iklan obat di televisi tidak
membantu dalam pemilihan obat sakit kepala
Hasil menunjukkan responden memilki sikap yang positif, ditunjukkan dengan sebagian besar dari pernyataan dijawab benar oleh responden 11 dari 14 pernyataan. Sikap responden negatif pada 3 pernyataan tentang iklan obat sakit kepala yang menunjukkan efek cepat menyembuhkan, rekomendasi tenaga kesehatan menjamin khasiat manjur, dan iklan obat sakit kepala aman bila iklannya diperankan oleh tenaga kesehatan dijawab setuju. Hal ini bertolak belakang dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 386/MENKES/SK/IV/1994 tentang Pedoman Periklanan: Obat Bebas, Obat