BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Pada era globalisasi seperti sekarang, persaingan antar negara semakin ketat. Oleh
karena itu, Negara Indonesia dengan gencar meningkatkan kualitas bangsa di segala bidang,
agar dapat bersaing dengan negara-negara lain. Dalam hal ini peran masyarakat Indonesia,
khususnya mahasiswa sangatlah penting. Karena mahasiswa merupakan produk dari
perguruan tinggi yang dituntut untuk berpikir kritis dan tegas. Untuk mencapai tujuan
tersebut mahasiswa diharapkan mampu mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang
diperolehnya dengan mengikuti Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).
Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) adalah suatu cara untuk mengaplikasikan
ilmu pengetahuan yang selama ini diperoleh di bangku perkuliahan, memberikan
pengetahuan mengenai lingkungan kerja dan kegiatan - kegiatan suatu perkantoran
khususnya di bidang perpajakan. Pengalaman ini merupakan guru yang baik dan sangat
berharga karena semakin banyak praktik yang dilakukan akan semakin sempurna dan matang
di bidang yang ditekuni, khususnya di bidang perpajakan.
Menurut Roechmat Soemitro dalam buku perpajakan : teori dan kasus oleh Siti
Resmi, pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang
dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung
dapat ditunjukkan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum (Resmi,
2011:1). Dengan sifat pemungutan pajak tersebut pajak merupakan salah satu sumber
penerimaan Negara paling besar di samping penerimaan lainnya, misalnya minyak bumi dan
gas bumi. Pajak merupakan salah satu usaha pemerintah untuk meningkatkan penerimaan
Sejak diberlakukan reformasi perpajakan pada tahun 1983, maka sistem perpajakan
yang sebelumnya adalah official assessment system yaitu sistem pemungutan pajak yang
memberikan wewenang kepada pemerintah untuk menentukan besarnya pajak yang terutang
menjadi self assessment system yaitu sistemyang dalam pemungutannya negara memberikan
kepercayaan kepada wajib pajak untuk menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri pajak
yang terutang.
Perpajakan Indonesia yang menganut sistem self assessment dapat dibagi menurut
sifat, mekanisme pemungutan dan juga lembaga pemungutannya. Pajak terbagi menurut
sifatnya yaitu:
1. Menurut sifatnya
1.1.Pajak Subjektif, yaitu pajak yang penggunaannya memerhatikan keadaan pribadi
wajib pajak atau pengenaan pajak yang memperhatikan keadaan subjek pajaknya.
Contoh : Pajak Penghasilan.
1.2.Pajak Objektif, yaitu pajak yang pengenaannya memerhatikan objeknya baik berupa
benda keadaan, perbuatan atau peristiwa yang mengakibatkan timbulnya kewajiban
membayar pajak, tanpa memerhatikan keadaan pribadi Subjek Pajak ( Wajib Pajak)
maupun tempat tinggal. Contoh : Pajak Pertambahan Nilai.
2. Menurut mekanisme pemungutan
2.1.Pajak Langsung, yaitu pajak yang beban pajaknya tidak bisa dipindahkan atau
dialihkan kepada orang lain. Contoh : Pajak Penghasilan.
2.2.Pajak Tidak Langsung, yaitu pajak yang beban pajaknya dapat dipindahkan atau
dialihkan kepada orang lain. Contoh : Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan
atas Barang Mewah.
3.1.Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Pusat dan digunakan untuk
membiayai rumah tangga negara. Contoh : Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan
Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
3.2.Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah dan digunakan
untuk membiayai rumah tangga daerah. Contoh : Pajak Bumi dan Bangunan sektor
Pedesaan dan Perkotaan, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan bangunan, Pajak
Kendaraan Bermotor, Pajak Hotel dan Pajak Restoran.
Berdasarkan pembagian pajak berdasarkan sifat, mekanisme pemungutan dan juga
lembaga pemungutannya diatas, dapat dilihat bahwa Pajak Pertambahan Nilai merupakan
pajak tidak langsung yang dikenakan atas konsumsi barang maupun jasa. Pajak ini dikenakan
hanya terhadap nilainya saja dan dipungut beberapa kali pada berbagai mata rantai jalur
perusahaan. Pertambahan nilai itu timbul karena digunakannya faktor – faktor produksi pada
setiap jalur perusahaan dalam menyiapkan, menghasilkan,menyalurkan dan
memperdagangkan barang atau pemberian pelayanan jasa.
Untuk itu perlu diketahui yang merupakan objek dan subjek Pajak Pertambahan Nilai.
Objek Pajak Pertambahan Nilai adalah penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak
atau barang tidak berwujud di dalam daerah pabean atau dari luar daerah pabean.
Subjek Pajak Pertambahan Nilai adalah orang pribadi atau badan yang menghasilkan
barang, mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan seperti
barang yang menurut tujuan semula untuk tidak diperjualbelikan tetapi kemudian
diperjualbelikan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar daerah pabean, melakukan
usaha jasa, memanfaatkan jasa dari luar daerah pabean. Subjek pajak mempunyai kewajiban
melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.
Subjek pajak yang telah mendaftarkan diri untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena
penyerahan BKP atau JKP dengan menggunakan Faktur Pajak. Faktur Pajak adalah bukti
pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang
Kena Pajak atau penyerahan Jasa Kena Pajak (Mulyo Agung, 2011:59)
Pajak Pertambahan Nilai yang menganut sistem self assessment mengharuskan
Pengusaha Kena Pajak menyetor dan melaporkan sendiri Pajak Pertambahan Nilai yang telah
dipungut. Pajak Pertambahan Nilai disetor ke Bank Persepsi Pemerintah atau Kantor Pos
dengan menggunakan Surat Setoran Pajak serta melampirkan Faktur Pajak sebagai bukti
pemotongan.
Pengusaha Kena Pajak yang telah menyetor Pajak Pertambahan Nilai, kemudian
melaporkannya jumlah pajak yang terutang menggunakan Surat Pemberitahuan Masa Pajak
Pertambahan Nilai (SPT Masa PPN) yang dapat dilakukan dengan cara manual maupun
elektronik. Penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai secara manual
dengan mengambil sendiri formulir 1111 di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau di Kantor
Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) atau dengan mendownload
formulir dari situs Direktorat Jenderal Pajak melalui situs
Sedangkan pelaporan SPT Masa PPN secara elektronik dilakukan secara online yang
real time melalui situs
Setelah
diisi dengan lengkap dan benar SPT Masa PPN dilaporkan sendiri ke KPP tempat Pengusaha
Kena Pajak terdaftar atau melalui kantor pos atau jasa pengiriman.
Dengan melihat uraian singkat diatas, penulis melihat masih banyak lagi yang perlu
diketahui tentang Pajak Pertambahan Nilai. Untuk itu penulis merasa tertarik untuk
mengetahui lebih jauh mengenai permasalahan tentang Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang atau Penyedia Jasa Aplikasi/ Application
Service Provider (ASP). Setelah data – data terekam dengan benar, Pengusaha Kena Pajak
mencetak formulir SPT Masa PPN untuk kemudia dilaporkan sendiri ke KPP tempat
dituangkan ke dalam sebuah judul laporan yaitu :
“Prosedur Pengolahan Surat
Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 1111 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan”
B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Praktik Kerja Lapangan Mandiri merupakan salah satu persyaratan yang wajib
dilaksanakan oleh mahasiswa untuk dapat menyelesaikan studi di Program Studi Diploma III
Administrasi Perpajakan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera
Utara.
1.Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Adapun tujuan dari pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri adalah :
1.1.Untuk mengetahui Prosedur Pengolahan Surat Pemberitahuan Masa Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) 1111 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan.
1.2.Untuk mengetahui perkembangan penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) di
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan.
1.3.Untuk mengetahui faktor penghambat dalam Prosedur Pengolahan Surat
Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 1111 di Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Medan Belawan.
2.Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Adapun manfaat dari pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri adalah:
2.1 Bagi Mahasiswa
a. Menambah wawasan dan pengetahuan di bidang perpajakan khususnya tata cara
pelaporan Pajak Pertambahan Nilai.
b. Untuk mempraktikkan dan menerapkan ilmu pengetahuan serta mengaplikasikannya ke
c. Sebagai wadah untuk mempersiapkan keahlian keterampilan dan pengalaman yang
diperoleh sewaktu melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.
2.2 Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU
a. Membuka interaksi antara Mahasiswa, Dosen, dan Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Belawan.
b. Meningkatkan kerjasama yang baik antara pihak Program Studi Diploma III
Administrasi Perpajakan dengan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan.
c. Mendapatkan masukan berupa ide, saran dan gagasan untuk penyempurnaan kurikulum
Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan sehingga mampu mencapai standar
mutu pendidikan yang lebih baik.
2.3 Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan
a. Sebagai bahan masukan dalam pengambilan keputusan masalah yang berhubungan
dengan tata cara pelaporan Pajak Pertambahan Nilai.
b. Membantu pihak Instansi Pemerintah dalam hal sosialisasi kepada masyarakat melalui
mahasiswa peserta PKLM yang telah menyelesaikan studi agar dapat mengaplikasikan
ilmu perpajakan yang dipelajarinya kepada masyarakat.
C. Uraian Teoritis
Sebelum memasuki pembahasan mengenai Prosedur Pengolahan Surat Pemberitahuan
Masa Pajak Pertambahan Nilai 1111, ada baiknya kita terlebih dahulu kita membahas
mengenai pengertian prosedur yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tahap –
tahap suatu kegiatan untuk menyelesaikan suatu aktivitas atau masalah.
1.Pengertian Pajak
Definisi Pajak menurut Prof. DR. Rochmat Soemitro, SH :
Pajak adalah iuran rakyat kepada negara berdasarkan undang-undang yang dapat dipaksakan
dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran – pengeluaran umum ( Mardiasmo,
2008:1).
Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki unsur :
1.1 Iuran dari rakyat kepada negara
1.2 Berdasarkan undang-undang.
1.3 Tanpa jasa timbal balik dari negara secara langsung yang dapat ditunjuk dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga negara.
Definisi pajak menurut Dr. Soeparman Soemahamidjaja, dalam bukunya Pajak Atas Gotong
Royong, Universitas Padjajaran, Bandung, 1964, mengatakan :
Pajak adalah iuran wajib, berupa uang atau barang, yang dipungut oleh penguasa berdasarkan
norma – norma hukum, guna menutup biaya produksi barang – barang dan jasa - jasa
kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum (Erly Suandy, 2008:9).
Sedangkan definisi pajak menurut Undang – undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada Negara yang
terutang oleh Orang Pribadi atau Badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang –
undang dengan tidak mendapat imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
2.Fungsi Pajak
2.1 Fungsi Budgetair
Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran –
pengeluaran pemerintah.
Contoh : Dimasukkannya dalam APBN sebagai penerimaan dalam negeri.
2.2 Fungsi Regulerend
Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah
dalam bidang sosial dan ekonomi.
Contoh : Pajak yang dikenakan terhadap minuman keras untuk mengurangi konsumsi
minuman keras.
3. Pengertian Pajak Pertambahan Nilai
Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi di dalam negeri,
baik konsumsi barang maupun konsumsi jasa. Oleh karena itu, atas barang yang tidak di
dalam daerah pabean (diekspor), dikenakan pajak dengan tarif 0% ( nol persen). Sebaliknya,
atas impor barang dikenakan pajak yang sama dengan produksi dalam negeri. Sesuai dengan
pertimbangan keadaan ekonomi, sosial, budaya, tidak semua jenis barang dan jasa yang
dikenakan pajak.
4.Legal Karakter Pajak Pertambahan Nilai
Menurut Untung Sukardji dalam bukunya Pajak Pertambahan Nilai, Pajak
Pertambahan Nilai memiliki karakteristik sebagai berikut :
4.1 Pajak Pertambahan Nilai merupakan Pajak Tidak Langsung
Karakter ini memberikan suatu konsekuensi yuridis bahwa antara pemikul beban pajak
(destinataris pajak) dengan penanggung jawab atas pembayaran pajak ke kas negara
4.2 Pajak Objektif
Yang dimaksud dengan pajak objektif adalah suatu jenis pajak yang saat timbulnya
kewajiban pajak ditentukan oleh faktor objektif.
4.3 Multi Stage Tax
Karakteristik Pajak Pertambahan Nilai yang dikenakan pada setiap mata rantai jalur
produksi maupun jalur distribusi.
4.4 Indirect Substraction Method
Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut tidak langsung disetorkan ke kas negara, Pajak
Pertambahan Nilai yang disetor ke kas negara merupakan hasil perhitungan pajak
masukan dan pajak keluaran. Pajak masukan yang diperhitungkan untuk memperoleh
jumlah Pajak Pertambahan Nilai yang harus dibayar ke kas negara merupakan kredit
pajak. Untuk mengetahui kebenaran jumlah pajak masukan dan pajak keluaran,
Pengusaha Kena Pajak diwajibkan untuk membuat faktur pajak.
4.5 Pajak atas Konsumsi Dalam Negeri
Pajak Pertambahan Nilai hanya dikenakan atas konsumsi Barang Kena Pajak dan/atau
Jasa Kena Pajak yang dilakukan di dalam negeri.
4.6 Pajak Pertambahan Nilai Bersifat Netral
Pajak Pertambahan Nilai bersifat netral karena Pajak Pertambahan Nilai yang
dikenakan atas konsumsi barang dan jasa dan pemungutannya menganut prinsip tempat
tujuan.
4.7 Tidak Menimbulkan Dampak Pengenaan Pajak Berganda
Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas nilai tambah dan Pajak Pertambahan Nilai
yang dibayar dapat diperhitungkan dengan Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut.
4.8 Pajak Pertambahan Nilai yang Diterapkan di Indonesia Adalah Pajak Pertambahan
Artinya seluruh biaya yang dikeluarkan untuk perolehan barang modal dapat dikurangi
dari dasar pengenaan pajak.
5. Tipe Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai
Memperhatikan tipe pemungutan atau perlakuan perolehan barang modal, dapat
diklasifikasikan dalam :
5.1 Consumption Type Value Added Tax
Pada tipe ini semua pembelian yang digunakan untuk produksi untuk produksi termasuk
barang modal dikurangkan dari nilai tambahnya sehingga memberikan sifat netral Pajak
Pertambahan Nilai atas pola produksi
5.2 Net Income Type Value Added tax
Ada tipe ini tidak dimungkinkan adanya pengutangan pembelian barang modal, dari
dasar pengenaan. Pengurangan tersebut diperkenankan hanya sebesar penyusutan yang
ditentukan pada saat menghitung net income dalam rangka perhitungan Pajak
Penghasilan.Caraini berakibat pengenaan pajak dua kali atas barang modal.
5.3 Gross Product Type Value Added Tax
Tipe ini menyatakan bahwa pembelian barang modal tidak diperkenankan sama sekali
untuk dikurangkan dari dasar pengenaan pajak. Akibatnya sama saja yaitu barang modal
dikenakan pajak dua kali pada saat pembelian dan dilakukan melalui hasil produksi yang
dijual kepada konsumen.
6. Prinsip Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai
Dari mekanisme pemungutan Pajak Pertambahan Nilai, terdapat 2 (dua) prinsip
pemungutan yaitu:
6.1 Prinsip Tempat Tujuan (Destination)
Pada prinsip ini bahwa Pajak Pertambahan Nilai dipungut di tempat barang atau jasa
6.2 Prinsip Tempat Asal (Origin Principle)
Pada prinsip tempat asal ini diartikan Pajak Pertambahan Nilai dipungut di tempat
asal barang atau jasa yang akan dikonsumsi.
7. Pemungut Pajak Pertambahan Nilai
Badan – badan tertentu dan bendaharawan yang ditunjuk untuk memungut dan
menyetor Pajak Pertambahan Nilai yang terutang oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang
melakukan penyerahan barang atau jasa kena pajak adalah:
7.1 Kantor Bendaharawan Pemerintah.
7.2 Bendaharawan Pemerintah Pusat dan daerah baik tingkat I maupun tingkat II.
7.3 Pertamina.
7.4 Kontraktor bagi hasil dan Kontrak Karya dibidang minyak dan gas bumi dan
pertambangan umum lainnya.
7.5 Bank Pemerintah dan Bank Pembangunan Daerah.
D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Karena terbatasnya kemampuan penulis dan agar tidak menyimpang dari tujuan
semula, maka penulis membatasi ruang lingkup yang akan dibahas dalam Praktik Kerja
Lapangan Mandiri ini adalah :
1. Sistem pengolahan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 1111
di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan.
2. Prosedur pada pelayanan Tempat Pelayanan Terpadu (TPT).
3. Aplikasi pengolahan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
1111.
4. Petugas yang melakukan pengolahan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan
E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Adapun metode yang dipakai oleh penulis adalah :
1. Tahap Persiapan
Dalam tahap ini, penulis melakukan berbagai persiapan yang menyangkut Praktik
Kerja Lapangan Mandiri ini, mulai dari penentuan judul, tempat praktik kerja lapangan
mandiri, mencari bahan untuk membuat proposal, serta konsultasi dengan dosen.
2. Studi Literatur
Penulis mengumpulkan data yang menyangkut masalah yang akan dibahas melalui
sumber bacaan seperti : buku perpajakan, Undang – undang perpajakan, artikel ilmiah
maupun literatur yang berhubungan dengan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.
3. Observasi Lapangan
Dalam tahap ini penulis melakukan peninjauan/ pengamatan secara langsung pada
objek praktik kerja lapangan dan meninjau secara langsung kondisi tempat pelaksanaan
kegiatan untuk mengetahui sistem kerja yang berlaku pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Belawan.
4. Pengumpulan Data
Pada tahap ini penulis mengumpulkan data melalui dua cara yaitu data primer dan
sekunder yang bertujuan untuk pengumpulan data yang berhubungan dengan penyusunan
laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.
a. Data Primer
Yaitu data yang dimabil berdasarkan pengamatan terhadap lingkungan kerja dan
wawancara dengan pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan.
Dalam pembahasan mengenai Prosedur Pengolahan Surat Pemberitahuan Masa Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) 1111 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan yang
b. Data Sekunder
Yaitu data yang diperoleh dari sumber – sumber lain yang digunakan sebagai data
tambahan seperti studi kepustakaan, buku – buku peraturan perundang-undangan Pajak
Pertambahan Nilai (PPN), dan bentuk – bentuk laporan.
5. Analisis dan Evaluasi Data
Setelah penulis memperoleh data yang diperlukan, penulis akan menganalisa dan
mengevaluasi data atau keterangan mengenai Prosedur Pengolahan Surat Pemberitahuan
Masa Pajak Pertambahan Nilai 1111 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan.
F. Metode Pengumpulan Data
Adapun cara pengumpulan sumber – sumber data yang digunakan ialah sebagai berikut:
1.Daftar Wawancara (Interview Guide)
Dalam hal ini penulis mengajukan pertanyaan langsung kepada para pegawai yang
berhubungan dengan masalah yang dibahas atau bertanya langsung kepada pegawai yang
dianggap mampu memberikan data primer dan informasi yang diperlukan dalam penyusunan
laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan
Belawan.
2.Daftar Observasi (Observation Guide)
Dalam metode ini penulis melakukan pengamatan langsung ke lokasi Praktik Kerja
Lapangan Mandiri untuk melihat dan mengetahui berbagai masalah yang menjadi objek
penelitian.
3.Daftar Dokumentasi (Optional)
Studi dokumentasi dengan mempelajari buku dan/atau literatur, hasil – hasil penelitian,
meminta dokumen atau data – data pendukung yang berhubungan dengan Praktik Kerja
G. Sistematika Penulisan Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Untuk mempermudah pemahaman dalam pembahasan Praktik Kerja Lapangan Mandiri
ini maka penulis membaginya ke dalam lima bab. Adapun rincian dari tiap – tiap bab yang
terdiri dari :
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini penulis menjelaskan secara singkat latar belakang yang menjadi
pemikiran dalam pemilihan judul. Bab ini berisikan latar belakang PKLM, tujuan dan
manfaat PKLM, uraian teoritis, ruang lingkup PKLM, metode PKLM, metode pengumpulan
data dan sistematika penulisan laporan PKLM.
BAB II : GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI Dalam bab ini penulis menguraikan secara singkat mengenai lokasi PKLM, struktur
organisasi, uraian tugas pokok dan fungsi, serta gambaran mengenai pegawai Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan.
BAB III : GAMBARAN DATA PRAKTIK TENTANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI
Dalam bab ini penulis menguraikan tentang pengertian pajak, pengertian Pajak
Pertambahan Nilai, subjek dan objek Pajak Pertambahan Nilai, tarif serta dasar pengenaan
pajak.
BAB IV: ANALISIS DAN EVALUASI DATA
Pada bab ini akan berisi tentang analisa penulis dan mengevaluasi data yang diperoleh
mengenai tata cara pelaporan Pajak Pertambahan Nilai.
BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini berisikan kesimpulan dan saran. Dimana dalam bab ini disimpulkan uraian
mengatasi masalah yang ada. Bab ini merupakan penutup dari bab – bab sebelumnya yang
berisi kesimpulan dan saran yang kiranya dapat meningkatkan pelayanan kepada wajib pajak
khususnya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan.