• Tidak ada hasil yang ditemukan

USULAN PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "USULAN PENELITIAN"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

USULAN PENELITIAN

FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN

MASKER GEL PEEL OFF DARI MINYAK SAWIT MURNI

DENGAN BASIS CARBOMER 940

NUR RAHMI SYAM

F1F113028

PROGRAM STUDI FARMASI

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS JAMBI

(2)

USULAN PENELITIAN

FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN

MASKER GEL PEEL OFF DARI MINYAK SAWIT MURNI

DENGAN BASIS CARBOMER 940

Diajukan sebagai salah satu syarat dalam  melakukan penelitian dalam rangka penulisan Skripsi pada Program Studi Farmasi

NUR RAHMI SYAM

F1F113028

PROGRAM STUDI FARMASI

JURUSAN FARMASI

(3)

3

(4)

1

HALAMAN PENGESAHAN

USULAN PENELITIAN

FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN MASKER GEL PEEL OFF DARI MINYAK SAWIT MURNI DENGAN BASIS CARBOMER 940

Oleh :  NUR RAHMI SYAM 

F1F113028

Disetujui : 

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Dr.rer.nat.Muhaimin., S.Pd., M.Si.  Uce Lestari., M.Farm., Apt. 

(5)
(6)

3

DAFTAR TABEL

Tabel         Halaman

1. Sifat Fisika dan Kimia Minyak Kelapa Sawit Sebelum dan Sesudah Dimurnikan

... 7

(7)

4

DAFTAR GAMBAR

Gambar         Halaman

1. Rumus   Bangun   Minyak   Sawit

... 6

(8)

5

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran         Halaman

1. Bagan   Alir   Penelitian

(9)

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia   merupakan   salah   satu   prodosen   utama   kelapa   sawit   dan olahannya di dunia (Hambrug, 2013). Kelapa sawit sebagai tanaman penghasil minyak   sawit   dan   inti   sawit   merupakan   salah   satu   primadona   tanaman perkebunan yang menjadi sumber penghasil devisa non migas bagi Indonesia

Di   provinsi   Jambi,   kelapa   sawit   merupakan   tanaman   perkebunan dengan luas areal kedua terbesar setelah karet. Sampai dengan tahun 2013 olein.   Nilai   tambah   produk   tersebut   tidak   begitu   besar.   Baru   sebagian   kecil produksi   CPO   yang   diolah   menjadi   produk­produk   oleokimia   dengan   nilai tambah  yang  cukup  tinggi.  Padahal,  perkembangan  industri  oleokimia  dasar merangsang pertumbuhan industri barang konsumen, seperti deterjen, sabun,

(10)

2

proteksi (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003). Oleh karena nya merupakan suatu peluang besar apabila minyak sawit dapat diolah menjadi suatu produk yang  memiliki  nilai  tambah  lebih  tinggi.  Terlebih    jika  dapat  diolah  menjadi sediaan   kosmetik  karena   mempunyai  sifat   fisik  yang   mudah  diabsorpsi   oleh kulit (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003).

Pemanfaatan efek antioksidan pada sediaan yang ditujukan untuk kulit wajah, lebih baik bila diformulasikan dalam bentuk sediaan kosmetika topikal dibandingkan   oral   (Draelos   and   Thaman,   2006).   Salah   satu   bentuk   sediaan kosmetika   topikal   adalah   masker   dalam   bentuk   gel,   seperti   masker   peel­off. Masker   berbentuk   gel   mempunyai   beberapa   keuntungan   diantaranya penggunaan yang mudah, serta mudah untuk dibilas dan dibersihkan. Selain itu, dapat juga diangkat atau dilepaskan seperti membran elastik. (Harry, 1973)

Pada proses pembuatan masker gel peel off ini dibutuhkan suatu basis sebagai   pembentuk   gel   (gelling   agent)   yang   ditambahkan   ke   dalam   suatu formula. Gelling agent yang digunakan harus bersifat netral, aman terutama

Berdasarkan   uraian   diatas,   maka   penulis   ingin   melakukan   penelitian mengenai   Formulasi   dan   Uji   Aktivitas   Antioksidan   Masker   Gel   Peel   Off   dari Minyak   Sawit   Murni   dengan   menggunakan   basis   Carbomer   940.   Pembuatan masker dengan bahan minyak sawit murni dikarenakan produk masker gel peel off   dari   minyak   sawit   murni   belum   dikembangkan,   sementara   minyak   sawit bagus untuk kulit wajah. 

1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah Identifikasi Masalah

(11)

3

dilakukan formulasi untuk dijadikan sediaan farmasi. Dengan demikian dapat meningkatkan nilai tambah dari minyak sawit murni tersebut. 

Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah :

1. Apakah minyak sawit murni dapat dibuat sebagai sediaan masker gel peel off ?

2. Manakah formulasi terbaik dan paling stabil diantara tiga formula? 3. Bagaimana aktivitas antioksidan dari formula yang dibuat ?

1.3 Tujuan Penelitian 

1. Untuk   membuat   masker   gel   peel­off   dengan   variasi   konsentrasi minyak sawit murni.

2. Untuk mengetahui formulasi terbaik dari tiga formula.

3. Untuk   mengetahui   kemampuan   aktivitas   antioksidan   masker   gel peel off dari minyak kelapa sawit murni.

1.4 Hipotesa Penelitian

Minyak kelapa sawit dapat dijadikan sediaan masker gel peel off dan memiliki aktivitas antioksidan.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah :

1. Memberikan pengetahuan kepada penulis cara pembuatan masker gel peel off menggunakan minyak sawit murni

2. Memberikan terobosan baru kepada industri atau ilmu pengetahuan tentang pemanfaatan minyak sawit murni

(12)

II.

TINJAUAN PUSTAKA

Akar   serabut  memiliki   sedikit  percabangan,   membentuk  anyaman   rapat  dan tebal. Sebagian akar serabut tumbuh lurus ke bawah (vertikal) dan sebagian tumbuh mendatar ke arah samping (horizontal). 

Batang : pada tahun­tahun pertama, sejak kecambah tumbuh menjadi tanaman kelapa sawit tidak tampak adaya pertumbuhan memanjang. Awalnya berbentuk poros batang dan disekitar poros tersebut terbentuk daun­daun yang ukurannya   semakin   bertambah   besar.   Setelah   tanaman   berumur   4   tahun, batang mulai memperlihatkan pertumbuhan memanjang. 

Daun :  daun dibentuk  di dekat  titik tumbuh.  Setiap bulan,  biasanya akan tumbuh dua lembar daun. Pertumbuhan daun awal dan daun berikutnya akan membentuk sudut 135˚. Daun pupus yang tumbuh keluar masih melekat dengan   daun   lainnya.   Arah   tumbuh   daun   pupus   tegak   lurus   ke   atas   dan berwarna  kuning.  Anak  daun  (leaf  let)  pada  daun  normal  berjumlah  80­120 lembar. 

Bunga : susunan bunga terdiri dari karangan bunga yang terdiri dari bunga jantan (tepung sari) dan bunga betina (putik). Namun, ada juga tanaman kelapa sawit yang hanya memproduksi bunga jantan. Umumnya bunga jantan dan   bunga   betina   terdapat   dalam   dua   tandan   terpisah.   Namun,   adakalanya bunga   jantan   dan   bunga   betina   terdapat   dalam   tandan   yang   sama.   Bunga jantan   selalu   masak   lebih   dahulu   daripada   bunga   betina.   Karena   itu,

(13)

5 menurun.   Meskipun   demikian,   tidak   berarti   hasil   produksi   minyaknya menurun. Hal ini disebabkan semakin tua umur tanaman, ukuran buah kelapa sawit   akan   semakin   besar.   Kadar   minyak   yang   dihasilkannnya   pun   akan semakin tinggi.  Berat tandan buah kelapa sawit bervariasi, dari beberapa ons 2. Mesokarp   (sabut).   Diantara   jaringan­jaringannya   ada   sel   pengisi

seperti   spons   atau   karet   busa   yang   sangat   banyak   mengandung minyak (CPO), jika buah sudah masak. 

(14)

6

kelapa   sawit   yang   telah   mengalami   proses   ekstraksi   dan   pengeringan. (Pardamean, 2011).

Sebagai   minyak   atau   lemak,   minyak   sawit   adalah   suatu   trigliserida, yaitu   senyawa   gliserol   dengan   asam   lemak.   Sesuai   dengan   bentuk   bangun rantai asam lemaknya, minyak sawit termasuk golongan minyak asam oleat­ linoleat. Minyak sawit berwarna merah jingga karena kandungan karotenoida (terutama   beta­karoten),   berkonsistensi   setengah   padat   pada   suhu   kamar (konsistensi dan titik lebur banyak ditentukan oleh kadar ALB nya) , dan dalam keadaan segar dan kadar asam lemak bebas yang rendah, bau dan rasanya cukup enak. (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003).

Menurut   Mangoensoekarjo   dan   Semangun   :   2003,   rumus   bangun minyak sawit adalah sebagai berikut : 

Gambar 1. Rumus Bangun Minyak Sawit

Kandungan Kimia Minyak Sawit

Minyak   kelapa   sawit   mengandung   beta­karotena   yang   cukup   tinggi, berkisar   antara  500­700   ppm,  yang   terdiri  atas   36%  alfa­karotena   dan  54% beta­karotena. Karotena ini banyak dipakai untuk obat kanker paru­paru dan kanker   payudara   ,   dan   juga   berfungsi   sebagai   pembentuk   vitamin   A   dalam tubuh manusia. Setiap satu ton minyak kelapa sawit mengandung lebih kurang 240 g karotena. Selain karotena, kandungan bahan lainnya yang mempunyai nilai komersial adalah tokoferol dan tokotrienol yang berkisar antara 600­1100 ppm. Senyawa ini berfungsi sebagai antioksidan dan bertindak sebagai bahan proteksi. (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003).

Sifat Fisikokimia Minyak Sawit

Sifat   fisika­kimia   minyak   kelapa   sawit   meliputi   warna,   bau,  flavor,

kelarutan, titik cair dan polymorphism, titik didih (boiling point), titik nyala dan titik api, bilangan iod, dan bilangan penyabunan.  Warna minyak ditentukan oleh adanya pigmen yang masih tersisa setelah proses pemucatan. Bau dan

(15)

7

Sifat Minyak Sawit Kasar Minyak Sawit Murni Titik cair : awal

Ketengikan   terjadi   karena   asam   lemak   pada   suhu   ruang   dirombak akibat hidrolisis atau oksidasi menjadi hidrokarbon, alkanal, atau keton. Untuk mencegah   terjadinya   proses   ketengikan   pada   minyak,   CPO   yang   dihasilkan disimpan didalam storage tank, dimana suhu di storage tank dijaga pada suhu 50­55˚C dan kadar air CPO harus rendah, karena adanya sejumlah air didalam minyak   dapat   menyebabkan   terjadinya   reaksi   hidrolisis   yang   dapat mengakibatkan ketengikan.

Pemanfaatan Olahan Sawit di Industri

Produk­produk  yang   dapat  dihasilkan   dari  minyak   sawit  sangat   luas, dengan   intensitas   modal   dan   teknologi   yang   bervariasi.   Dari   5,9   juta   ton produksi CPO Indonesia, sekitar 4,6 juta ton (78%) telah diolah di dalam negeri, yang sebagian besar dalam bentuk produk antara seperti RBD palm oil, stearin dan olein yang nilai tambahnya tidak begitu besar, dan sebagian kecil telah diolah   menjadi   produk   oleokimia   dengan   nilai   tambah   yang   cukup   tinggi. Produk olahan sawit dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu : bahan makanan (oleofood, oleomakanan), bahan non makanan (oleohemical, oleokimia), bahan kosmetika dan farmasi (cosmetics and pharmacy). 

(16)

8 sel   normal.   Antioksidan   menstabilkan   radikal   bebas   dengan   melengkapi kekurangan elektron yang memiliki radikal bebas, dan menghambat terjadinya reaksi  pembentukan  radikal  bebas  yang  dapat  menimbulakn  stress  oksidatif (Anonim, 2011). 

Antioksidan   bereaksi   dengan   radikal   bebas   dengan   cara   mengurangi konsentrasi   oksigen,   mencegah   pembentukan   singlet   oksigen   yang   reaktif, mencegah   inisiasi   rantai   pertama   dengan   menangkap   radikal   primer   seperti radikal hidroksil, mengikat katalis ion logam, mendekomposisi produk­produk primer   radikal   menjaadi   senyawa   non­radikal,   dan   memutus   rantai hidroperoksida. Antioksidan merupakan senyawa yang mendonasikan satu atau lebih elektron kepada senyawa oksidan, kemudian mengubah senyawa oksidan menjadi senyawa yang lebih stabil. Antioksidan dapat mengeliminasi senyawa radikal   bebas   di   dalam   tubuh   sehingga   tidak   menginduksi   suatu   penyakit (Shahidi, 1997)

Antioksidan   alami   yang   terkandung   dalam   tumbuhan   umumnya merupakan   senyawa   fenolik   atau   polifenolik   yang   dapat   berupa   flavonoid, turunan   asam   sinamat,   kumarin,   tokoferol   dan   asam­asam   polifungsional (Markham, 2002). 

(17)

9

Metode   yang   dapat   dilakukan   untuk   uji   aktivitas   antioksian   adalah metode DPPH (1,1­Difenil­2­pikrilhidrazil). Metode DPPH memberikan informasi reaktivitas   senyawa   yang   diuji   dengan   suatu   radikal   stabil.   Uji   aktivitas antioksidan   menggunakan   metode   DPPH   dipilih   karena   ujinya   sederhana, mudah, cepat dan peka serta hanya memerlukan sedikit sampel (Hanani et al, 2005).

Prinsip   metode   uji   antioksidan   DPPH   didasarkan   pada   reaksi penangkapan atom hidrogen DPPH (reduksi DPPH) dari senyawa antioksidan. Reagen   DPPH   berperan   sebagai   radikal   bebas   yang   diredam   oleh   senyawa antioksidan yang terkandung dalam sampel. Selanjutnya DPPH akan tereduksi menjadi senyawa diphenyl picryl hydrazine (DPPH­H). Reduksi DPPH menjadi DPPH­H menyebabkan perubahan warna pada reagen DPPH, dari ungu menjadi kuning (Lupea et al, 2006).

Prosedur   ini   melibatkan   pengukuran   penururan   serapan   DPPH   pada panjang gelombang maksimalnya yaitu 

λ

515 nm, yang mana sebanding terhadap konsentrasi   penghambat   radikal   bebas   yang   ditambahkan   ke   larutan   reagen DPPH.   Aktivitas   tersebut   dinyatakan   sebagai   konsentrasi   efektif   (Effective Concentration),   EC50  atau   IC50  (Shivaprasad   et   al,   2005).   IC50  merupakan bilangan   yang   menunjukan   konsentrasi   sampel   (ppm)   yang   mampu menghambat   proses   oksidasi   sebesar   50%.   Semakin   kecil   nilai   IC50  berarti semakin tinggi aktivitas antioksidan. Secara spesifik suatu senyawa dikatakan sebagai antioksidan sangat kuat jika nilai IC50 kurang dari 50 ppm, kuat untuk IC50  bernilai 50­100 ppm, sedang jika bernilai 100­150 ppm, dan lemah jika nilai IC50 bernilai 151­200 ppm (Blois, 1958 dalam Prasetyanto, 2014). 

2.5 Masker

Masker   wajah   merupakan   salah   satu   sediaan   kosmetik   yang   biasa digunakan   wanita,   masker   adalah   salah   satu   pembersih   kulit   wajah   yang efektif. Sebaiknya gunakan masker selama 15­30 menit. Masker memiliki efek dan   manfaat   sebagai  deep   cleansing,   yaitu   membersihkan   kotoran   yang menempel pada lapisan kulit yang lebih dalam, mengikat sel­sel kulit yang telah mati,   memperbaiki   pori­pori   kulit,   membersihkan   sisa­sisa   kelebihan   lemak pada permukaan kulit, mengurangi iritasi kulit, memberikan kenyamanan pada kulit,   menghaluskan   lapisan   luar   kulit,   dan   memberi   nutrisi   sehingga   kulit terlihat cerah (Harry, 2000).

(18)

10

mencerahkan   kulit,   meningkatkan   metabolisme   sel   kulit,   meningkatkan peredaran darah dan getah bening, memberi rasa segar dan memberi nutrisi pada   kulit  sehingga   kulit  terlihat   cerah,  sehat,   halus  dan   kencang.  Saat   ini banyak sekali jenis masker yang diperjualbelikan, ada yang berbentuk bubuk, krim dan gel, bahkan ada juga yang terbuat dari kertas dan plastik. Masker buatan sendiri dari bahan­bahan alami seperti buah, sayurdan telur juga dapat menjadi pilihan. Masker dioleskan dengan bantuan kuas khusus untuk masker pada seluruh wajah, leher dan pundak dan dada bagian atas,kecuali bagian mata   dan   bibir,   karena   bagian   tersebut   sangat   sensitif.   Sambil   menunggu masker   mengering,  oleskan   eye­cream  di   sekitar  mata   dan  lip­conditioner   di bibir. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya kekeringan kulit di sekitar mata dan bibir.

Jenis­jenis masker menurut Harry (2000) yaitu : 1. Masker serbuk

(19)

11

berminyak.   Kenakan   masker   krim   pada   wajah   dan   leher,   tunggu hingga   kering   (15­20   menit)   dan   angkat   dengan   menggunakan handuk yang lembab hangat.

3. Masker gel

Masker gel juga termasuk salah satu masker yang praktis, karena setelah kering masker tersebut dapat langsung diangkat tanpa perlu dibilas.   Masker   gel   biasa   dikenal   dengan   sebutan   masker  peel­off. Manfaat masker gel antara lain dapat mengangkat kotoran dan sel kulit mati sehingga kulit menjadi bersih dan terasa segar. Masker gel juga dapat mengembalikan kesegaran dan kelembutan kulit, bahkan dengan   pemakaian   yang   teratur,   masker   gel   dapat   mengurangi kerutan halus yang ada pada kulit wajah. Cara kerja masker  peeloff

ini   berbeda   dengan   masker   jenis   lain.   Ketika   dilepaskan,   biasanya kotoran serta kulit ari yang telah mati akan ikut terangkat. Fungsi masker peel­off  sama dengan  scrub cream/ krim pengelupas. Karena itu   jika   memilih   menggunakan   masker  peel­off  sebaiknya   tidak bersamaan pemakaiannya dengan pengelupasan / peelingscrubbing. Beri selang waktu minimal 7 hari untuk melakukan keduanya. Jika tidak, kulit akan mengalami pengelupasan dua kali dengan tenggang waktu relatif singkat yang tidak cukup untuk melakukan regenerasi. Akibatnya kulit justru akan tampak kusam dan tidak berseri.

4. Masker kertas atau kain

Masker  jenis  kertas  atau  kain  biasanya  mengandung  bahan­bahan alami   yang   dapat   meluruhkan   sel­sel   kulit   mati,   membantu menyamarkan bercak atau noda hitam, mengecilkan pori­pori, serta memperhalus   kerutan   di   wajah.   Selain   itu   masker   ini   dapat merangsang   pertumbuhan   sel   kulit   baru   dan   membuat   kulit   lebih berseri.   Masker   kertas   biasanya   berbentuk   lembaran   menyerupai wajah dengan beberapa lubang di bagian mata, hidung dan mulut. Sedangkan masker kain berupa gulungan kecil yang harus diuraikan.

2.6 Masker Gel Peel­Off

(20)

12

manfaat   diantaranya   mampu   merilekskan   otot­otot   wajah,   membersihkan, menyegarkan, melembabkan, dan melembutkan kulit wajah (Vieira et al, 2009).

Masker   berbentuk   gel   mempunyai   beberapa   keuntungan   diantaranya penggunaan   yang   tidak   sulit,   serta   mudah   untuk   dibilas   dan   dibersihkan. Selain   itu,   dapat   juga   diangkat   atau   dilepaskan   seperti   membran   elastik (Harry,1973).

Gambar 2. Masker Gel Peel Off  2.7 Carbomer

Carbomer atau dengan nama lain carbopol merupakan polimer sintetik dari   asam   akrilat   dengan   bobot   molekul   tinggi.   Range   konsentrasi   carbomer sebagai gelling agent yaitu 0.5%­2% (Rowe et al, 2009). Carbomer berbentuk serbuk,   berwarna   putih   dan   higroskopis,   memiliki   bulk   density   208   kg/m³, dengan pH yang dihasilkan jika 1% terdispersi di air adalh 2.5­3 dan apabila 0.5%   terdispersi   di   air   adalah   2.7­3.5   (Salomone,1996).   Jika   konsentrasi carbomer   rendah,   gel   bersifat   pseudoplastis,   sebaliknya   jika   konsentrasi carbomer   tinggi   akan   menjadi   plastis.   Carbomer   tidak   toksik   dan   tidak mempengaruhi aktivitas biologi obat tertentu (Barry, 1983).

Carbomer bersifat stabil, higroskopik, penambahan temperatur berlebih dapat   mengakibatkan   kekentalan   menurun   sehingga   mengurangi   stabilitas. Carbomer mempunyai viskositas antara 40.000­60.000 (cP) digunakan sebagai bahan pengental yang baik, viskositasnya tinggi, menghasilkan gel yang bening (Rowe et al, 2006). Mekanisme pembentukan gel terjadi saat struktur polimer dari carbomer terikat dengan pelarut, dan terjadi ikatan silang pada polimer­ polimer sehingga molekul pelarut akan terjebak didalamnya, kemudian terjadi immobilisasi molekul pelarut dan terbentuk struktur yang kaku dan tegar yang tahan terhadap gaya maupun tekanan tertentu (Martin et al, 1993).

2.8 Evaluasi Masker Gel Peel­Off

(21)

13

Pengamatan   dilihat  secara   langsung   dari   tekstur,   warna   dan aroma   gel  yang   dibuat.   Gel   biasanya   jernih   dengan   konsentrasi setengah padat.

b. Uji homogenitas

Pengujian  homogenitas   dilakukan   dengan   cara   sampel   gel dioleskan pada sekeping kaca atau bahan yang transparan lain yang

Pengujian   kemampuan   menyebar   dilakukan   untuk   mengetahui kecepatan penyebaran gel saat dioleskan pada kulit (Voight, 1994). Daya sebar yang baik yaitu antara 5 sampai 7 cm (Garg et al, 2002). e. Pengujian viskositas

Pengujian   viskositas   sediaan   masker   gel   peel   off   merupakan faktor   penting   karena   mempengaruhi   parameter   daya   sebar   dan pelepasan   zat   aktif   dari   gel   tersebut.   Selain   itu,   gel   yang   memiliki viskositas optimum akan mampu menahan zat aktif tetap terdispersi dalam basis gel dan meningkatkan konsistensi gel tersebut (Madan and Singh, 2010). 

f. Uji kecepatan mengering

(22)

14

ditandai oleh adanya kemerahan, gatal­gatal, atau bengkak pada kulit lengan bawah bagian dalam yang diberi perlakuan.

h. Uji stabilitas dipercepat

(23)

III.

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian   ini   akan   dilaksanakan   di   Laboratorium   Agroindustri   dan Tanaman Obat Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Jambi. Penelitian ini

Penelitian   ini   dilaksanakan   dalam   beberapa   tahap   yaitu   persiapan sampel,   pembuatan   formulasi   masker   gel   peel   off,   uji   aktivitas   antioksidan masker gel peel off, evaluasi masker gel peel off. 

Persiapan Sampel

Sampel   diperoleh   dari   CV.   Total   Equipment   Pharmacy,   Kel. Sendangmulyo, Kec. Tembalang, Semarang, Jawa Tengah, Indonesia. 

Rancangan Formula 

Tabel 2. Formula Masker Gel Peel Off

Bahan Jumlah (% b/b) Fungsi

F1 F2 F3

Minyak Sawit Murni X1 X2 X3 Zat aktif

Carbomer 940 2 2 2 Gelling agent

Dinatrium EDTA 0,1 0,1 0,1 Chelating agent

Propilenglikol 3 3 3 Humektan

HPMC 3.5 3.5 3.5 Pembentuk lapisan film

Kalium Sorbat 0.1 0.1 0.1 Pengawet

Polisorbat 80 1 1 1 Cleansing agent

NaOH 2 N 0.08 0.08 0.08 Pembasa

Aquades ad 100 100 100 Pelarut

Pembuatan Masker Gel Peel­Off

HPMC   dikembangkan   dalam   aquades   dingin   sebanyak   3.5   gram,   lalu ditambahkan   aquades   suhu   ruang   sampai   mengembang   (massa   1).   Dalam wadah   terpisah   2   gram   Carbomer   940   dikembangkan   dalam   aquades,   lalu

(24)

16

dibasakan dengan NaOH 2N sebanyak 0.08 gram (massa 2). 0.1 gram kalium sorbat,  dan 0.1  gram dinatrium  EDTA dilarutkan  dalam aquades  (massa 3). Dalam   carbomer   940   yang   telah   mengembang   dimasukkan   massa   1   dan   3, digerus   homogen   kemudian   ditambahkan   3   gram   propilenglikol   dan dihomogenkan.   Ditambahkan   polisorbat   80   sebanyak   1   gram   lalu dihomogenkan   dengan   pengadukan   pelan.   Setelah   homogen   akan   terbentuk basis   gel,  kemudian   terakhir  ditambahkan   minyak  sawit   murni  sedikit   demi sedikit ke dalam basis gel, digerus homogen. 

Uji Aktivitas Antioksidan Masker Gel Peel Off

Sebanyak 2.5 gram sediaan dilarutkan dengan metanol pa dalam labu ukur 25 ml kemudian diaduk hingga homogen untuk membuat larutan induk 1000 ppm. Setelah itu dibuat beberapa seri konsentrasi larutan sediaan dari larutan   induk   1000   ppm.   Campurkan   2   ml   masing­masing   larutan   sediaan masker gel peel off dengan 2 ml DPPH dan 1 ml metanol, dihomogenkan, lalu disimpan di ruangan gelap selama 30 menit. Selanjutnya absorbansi larutan diukur   pada   panjang   gelombang   515   nm   dengan   menggunakan spektrofotometer UV­Vis.

Diambil   sedikit   sampel   sediaan   formula   masker   peel­off   kemudian diletakkan   sedikit   gel   pada   kaca   objek.   Diamati   susunan   partikel kasar atau ketidak homogenan, lalu dicatat.

c. Pemeriksaan pH

Diambil   sedikit   sampel   sediaan   formula   masker   lalu   dilarutkan dengan   sedikit   aquadest.   Dioleskan   sampai   merata   pada   semua bagian kertas pH. Diamati perubahan warna yang ditunjukkan pada kertas pH universal, lalu dicatat.

d. Uji daya sebar 

(25)

17

menit dan dicatat diameter gel yang menyebar. Kemudian beban 20 gram ditambahkan kembali di atas gel, didiamkan selama 1 menit dan dicatat   diameter   gel   yang   menyebar.   Beban   20   gram   selanjutnya ditambahkan diatas gel hingga beban maksimum 99 gram, dan setiap kali beban  ditambahkan diatas  gel didiamkan  selama 1  menit dan dicatat diameter gel yang menyebar. Dibuat grafik hubungan antara beban dan luas gel yang menyebar (Voight, 1994). 

e. Pengujian viskositas

Sebanyak   100   ml   gel   dimasukkan   ke   dalam   wadah   yang   telah disediakan.   Diletakkan   beban   dimulai   dari   beban   yang   terkecil   di tempat yang telah disediakan. Dibiarkan benang tertarik lalu dihitung berapa waktu yang dibutuhkan hingga jumlah putaran 50. 

f. Uji waktu mengering

Dioleskan   masker   ke   punggung   tangan   dan   diamati   waktu   yang diperlukan   sediaan   untuk   mengering,   yaitu   waktu   dari   saat   mulai dioleskannya   masker   hingga   benar­benar   terbentuk   lapisan   yang kering. 

g. Uji iritasi

Diambil   sedikit   sampel   sediaan   formula   masker   peel­off     lalu dioleskan pada kulit dengan diameter 2 cm selama 30 menit. Diamati adanya reaksi iritasi berupa panas, gatal, ataupun perih, lalu dicatat. h. Uji stabilitas metode cycling test

Sampel gel disimpan pada suhu 4˚C selama 24 jam lalu dipindahkan ke   dalam   oven   yang   bersuhu   40±2˚C   selama   24   jam   (satu   siklus), kemudian uji dilakukan sebanyak 6 siklus dan diamati perubahan fisik dari gel tersebut.

3.4 Analisis Data 

(26)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2007.  Gambaran Sekilas Industri Minyak Kelapa Sawit,   Departemen Perindustian, Jakarta.

Anonim. 2011. Khasiat Fantastis Kulit Manggis, Grasindo, Jakarta.

Anonim,   2014.  Jambi   dalam   Angka,   Badan   Pusat   Statistik   Provinsi   Jambi, 2901­2006.  Minyak   Kelapa   Sawit   Mentah,   Dewan   Standardisasi Indonesia, Jakarta. 

Barry, B.W. 1983. Dermatology Formulation, Marcell Dekker Inc, New York. Blois,   M.S.   1958.   Antioxidant   Determinattions   by   The   Use   of   a   Stable   Free

Radical. Nature, 181 : 1199­1200.

Draelos, Z.D. and L.A Thaman. 2006. Cosmetic Formulation of Skin Care Product, Taylor & Francis Group, New York. 

Garg, A., D. Aggarwal., S. Garg., and A.K. Sigla. 2002. Spreading of Semisolid Formulation, Pharmaceutical Technology, USA. 

Hamburg, 2013.  Market Brief Kelapa Sawit dan Olahannya, Indonesian Trade Promotion Center, Jerman.

Hanani,  E.,  A.  Mun’im.,  R.  Sekarini.  2005.  Identifikasi  Senyawa  Antioksidan dalam   Spons   Calispongia   sp   dari   Kepulauan   Seribu.  Majalah   Ilmu Kefarmasian. Vol. 2, No.3 : 127­133

Harry, R.G. 1973. Harry’s Cosmetology, Edisi 6, Chemical Publishing, New York. Harry, R.G. 2000. Harry Cosmetology, Chemical Publishing, New York.

Hui, Y.H. 1996. Bailey’s Industial Oil and Fat Product, John Wiley and Sons Inc, New York.

Johnson, R. and R. Steer.  Carbopol, dalam Rowe, R.C., P.J. Shesky., and S.C Owen. Handbook of Pharmaceutical Excipients, Edisi 5, Pharmaceutical, UK. 

Ketaren,  S. 1986.  Pengantar Teknologi  Minyak dan  Lemak Pangan,  UI Press, Jakarta.

Lestari,   P.M.,     Sutyasningsih,   dan   M.   Fadila.   2015.  Carbomer   980  Dalam Masker   Gel  Peel–Off  Sari   Buah   Nanas  (Ananas   comosus   L.   Merr.)

Farmasains. Vol. 2 : 6

(27)

19 Spectrophotometric Assay. Chem. 3 : 214­216. 

Madan, J., and R. Singh. 2010. Formulation and Evaluation of Aloe Vera Topical Gel. International Journal of Pharmaceutical Sciences, 2:551­555.

Mangoensoekarjo, S. dan H. Semangun. 2003.  Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Markham,   K.   2002.  Mengidentifikasai   Flavonoid,   Institut   Teknologi   Bandung, Bandung.

Martin, A., J. Swabrick., dan A. Cammarata. 1993. Farmasi Fisik : Dasar­dasar Farmasi Fisik dalam Ilmu Farmasetik, Edisi 3, UI Press, Jakarta. 

Morad, N.A., and A. Aziz. 2006. Process Design In Degumming and Bleaching of Palm Oil. Clear. Vote No : 74198.

Naibaho,   P.M.   1996.  Teknologi   Pengolahan   Kelapa   Sawit,   Pusat   Penelitian Kelapa Sawit, Medan.

Pardamean, M. 2011.  Cara Cerdas Mengelola Perkebunan Kelapa Sawit, ANDI, Yogyakarta. 

Pardamean, M. 2014.  Mengelola Kebun dan Kelapa Sawit, Penebar Swadaya, Jakarta

Prasetyanto, D.E., 2014. Isolasi dan Uji Antioksidan Fraksi Diklorometan dari Kulit   Batang   Manggis   Liar   (Garcinia   cf.   Cymosa),  Skripsi,   Universitas Jambi, Jambi.

Rowe, R.C., P.J. Sheskey., and S.C. Owen. 2006.  Handbook Of Pharmaceutical Excipients, Fifth Edition, Pharmaceutical Press, London. 

Rowe, R.C., P.J. Sheskey., and M.E. Quinn. 2009. Handbook Of Pharmaceutical Excipients, Sixth Edition, Pharmaceutical Press, London. 

Salomone, J.C. 1996. Polymetric Metrials Encyclopedia, Vol. 11, CRC Press USA, p. 8678.

Sastrosayono, S. 2006. Budi Daya Kelapa Sawit, Agromedia, Jakarta.

Shahidi,   F.   1997.  Natural   Antioxidants   Chemistry,   Health   Effects,   and Applications, AOAC Press, Champaign. 

Slavtcheff, C.S. 2000. Komposisi Kosmetik untuk Masker Kulit Muka,  Indonesia Paten 2000/0004913.

Vieira, R.P., A.R. Fernandes., T.M. Kaneko., V.O. Consiglieri., C.A. Pinto., C.S.C. Pereiera.,   A.R.   Baby.,   and   M.V.   Velasco.   2009.   Physical   and Physiochemical  Stability  Evaluation  of  Cosmetic  Formulation  Containg Soybean   Extract   Fermented   by   Bifidobacterium   Animalis.  Brazilian Journal of Pharmaceutical Sciences, Vol. 45

Voight,   R.   1994.  Buku   Pelajaran   Teknologi   Farmasi   Terjemahan.   UGM   Press, Yogyakarta. 

Wade A. and P.J. Weller. 2006.  Handbook of Pharmaceutical Exipient,  Edisi 5,

(28)

20

(29)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Bagan Alir Penelitian

21 Minyak Sawit Murni

Formulasi Masker Gel Peel Off

Uji Aktivitas Antioksidan Masker Gel Peel Off Minyak Sawit Murni

Cycling test Daya sebar Waktu mengering

Iritasi pH Viskositas Homogenitas Organoleptis Evaluasi

Gambar

Gambar 1. Rumus Bangun Minyak Sawit
Tabel 1. Sifat Fisika dan Kimia Minyak Kelapa Sawit Sebelum dan SesudahDimurnikan
Gambar 2. Masker Gel Peel Off 
Tabel 2. Formula Masker Gel Peel Off

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

tentang nilai tambah onggok di suatu perusahaan dalam jumlah yang sangat besar sedangkan penelitian ini meneliti tentang nilai tambah onggok yang diolah oleh masyarakat di

Salah satu produk yang dapat memberikan nilai tambah bagi CPO adalah dengan melalui reaksi transesterifikasi minyak kelapa sawit dengan sorbitol dalam media

Ini memberikan peluang kepada pelaku industri untuk lebih mengembangkan lagi industri turunan kelapa sawit yang pada gilirannya dapat meningkatkan nilai tambah

Saat ini kelapa sawit telah banyak diolah, tidak hanya menjadi minyak saja, tetapi juga produk-produk turunannya misalnya sabun, margarin, kertas dan lain sebagainya.

Peluang terkait dari potensi besar startup, apakah produknya bisa diterima oleh konsumen, memiliki nilai tambah produk yang lebih baik, kemampuan untuk produk bisa

Mencari bentuk lain dari produk minyak sawit merah dengan nilai tambah yang tinggi, sekaligus melindungi nutrisi utama, memperpanjang shelf life , dan membuka potensi

• Peningkatan Skala Proses Emulsifikasi Minuman Emulsi dari Minyak Sawit Merah dan Karakterisasi Sifat Reologinya HIKOM : Prospek Industrialisasi Produk Hilir Minyak Kelapa Sawit Sub

memproduksi  komoditi  perkebunan  yang  diusahakan  oleh  perusahaan  perkebunan  besar  seperti  karet,  teh,  kopi,  coklat,  minyak  sawit,  tebu.  Nilai