• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROPOSAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT SKEMA UNGGULAN UNIVERSITAS LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PROPOSAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT SKEMA UNGGULAN UNIVERSITAS LAMPUNG"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PROPOSAL

PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT SKEMA UNGGULAN UNIVERSITAS LAMPUNG

PELATIHAN BAHASA INGGRIS BAGI PENGELOLA PARIWISATA PADA MASA PANDEMIC COVID-19 DI

KABUPATEN TANGGAMUS

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

2021

(2)

Pelatihan Bahasa Inggris bagi Pengelola Pariwisata Pada Masa Pandemik Covid-19 di Kabupaten Tanggamus

ABSTRAK

Kabupaten Tanggamus memiliki satu destinasi wisata yang selama ini dikenal berkelas karena diminati dan dikunjungi tidak saja oleh para wisatawan lokal tetapi juga dari mancanegara. Destinasi wisata ini berada di Teluk Kiluan, Kecamatan Kelumbayan. Namun hampir setahun terakhir, sejak pandemik Covid-19 kawasan ini sepi pengunjung sebagaimana destinasi wisata lainnya di berbagai belahan dunia. Salah satu kelemahan dari pengelolaan pariwisata di kawasan ini khususnya pada masa pandemik adalah keterampilan komunikasi bahasa Inggris lisan maupun tulisan (korespondensi propmosi) oleh para pengelola dan praktisi pariwisata dengan wisatawan dan calon wisatawan mancanegara. Para pengelola wisata dan masyarakat pegiat pariwisata perlu dibekali dengan kemampuan komunikasi bahasa Inggris dan pelayanan wisata yang sesuai dengan sandard prosedur kesehatan pada masa pandemik. Seiring dengan pandemik, situasi komunikasi juga mengalami dinamika linguistik, yaitu munculnya norma, diksi serta aspek-aspek kebahasaan baru dalam komunikasi baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa asing, muncul “new norms” baik lisan maupun tulisan dalam berbahasa yang membutuhkan adaptasi. Dengan demikian, kegiatan Program Kemitraan Masyarakat (PKM) ini bertujuan untuk membantu pemerintah dan pengelola pariwisata setempat melalui pelatihan bahasa Inggris dengan lanskap linguistik yang baru pada masa pademik dan sosialisasi perilaku budaya yang sesuai dengan standar prosedur kesehatan dalam berkomunikasi kepada calon wisatawan dan wisatawan mancanegara yang berkunjung dan berminat ke destinasi wisata di Tanggamus khususnya Teluk Kiluan. Target kegiatan PKM ini adalah pengelola dan praktisi pariwisata yang ada di kabupaten Tanggamus. Kegiatan ini menggunakan metode: (1) pelatihan dan workshop dengan menyajikan materi melalui tatap muka dengan standar prosedur kesehatan tentang pentingnya bahasa Inggris dalam bidang pariwisata sesuai dengan lanskap linguistik yang dinamis pada masa pandemik, dan (2) pelatihan bahasa Inggris pariwisata lisan dan tulisan kepada pengelola pariwisata melalui simulasi, diskusi, dialog dan bermain peran. Dengan demikian, pengelola pariwisata lokal akan termotivasi dan terampil berkomunikasi bahasa Inggris sesuai dengan tantangan industri pariwisata pada masa pandemik secara global.

Kata kunci: pariwisata, masa pandemik, komunikasi bahasa Inggris, kabupaten Tanggamus

(3)

1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Analisis situasi

Kabupaten Tanggamus sebagai salah satu kabupaten di Provinsi Lampung memiliki beberapa destinasi wisata yang sangat potensial untuk dikembangkan. Kabupaten ini terbentuk berdasarkan Undang- Undang Nomor 2 Tahun 1997, tanggal 21 Maret 1997 dengan ibu kota Kota Agung Pusat, dengan luas wilayah 4.654,98 Km² yang mencakup daratan 2.855,46 Km² dan luas lautan 1,799,50 Km²) dengan jumlah penduduk 580.383 jiwa (2017) dan kepadatan penduduk 124 jiwa/km². Kabupaten Tanggamus ini secara geografis terletak pada posisi 104°18’ - 105°12’

Bujur Timur dan 5°05’ - 5°56’ Lintang Selatan, terdiri dari 19 kecamatan: Kecamatan Air Naningan, Bandar Negeri Semuong, Kecamatan Bulok, Kecamatan Cukuh Balak, Kecamatan Gisting, Kecamatan Kota Agung Barat, Kecamatan Kota Agung Pusat, Kecamatan Kota Agung Timur, Kecamatan Kelumbayan, Kecamatan Kelumbayan Barat, Kecamatan Limau, Kecamatan Pematang Sawa, Kecamatan Pugung, Kecamatan Pulau Panggung, Kecamatan Semaka, Kecamatan Sumberejo, Kecamatan Talang Padang, Kecamatan Ulubelu, dan Kecamatan Wonosobo.

Selain potensi pertanian, kabupaten ini juga memiliki potensi pariwisata sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD). Kondisi perekonomian yang terkait dengan industri pariwisata selama setahun terakhir masa pandemic Covid 19 mengalami kemerosotan dengan berkurangnya kegiatan wisata dan jumlah pengunjung. Padahal sebelumnya destinasi wisata seperti Kiluan merupakan salah satu destinasi yang cukup diminati dan dikunjungi banyak wisatawan baik lokal maupun internasional yang berdampak positif terhadap kegiatan wisata dan perekonomian masyarakat di wilayah Kabupaten Tanggamus. Keindahan alam dan keberagaman budaya yang merupakan modal dasar untuk pariiwsata dapat dikembangkan menjadi beragam produk yang menarik bagi wisatawan. Padahal sektor pariwisata ini dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, namun peluang tersebut kini terganggu tidak saja karena situasi pandemik tetapi juga perlunya inovasi pengelolaan dan dukungan lainnya yang lebih baik. Hal ini menjadi tantangan sekaligus memberikan peluang bagi para investor dan pengelola industri pariwisata yang ada di Kabupaten Tanggamus. Pengelolaan yang optimal dan inovatif, didukung dengan pembangunan sarana dan prasarana akan menambah daya tarik destinasi wisata ini bagi para wisatawan (“Potensi Kabupaten Tanggamus,” 2018).

(http://tanggamus.go.id/web/?page_id=117).

(4)

2

Gambar 1 bagian dari pantai di Teluk Kiluan, Tanggamus (Sumber: dokumentasi pribadi)

Pengembangan pariwisata di Tanggamus dan daerah lainnya di Lampung juga didukung oleh pemerintah provinsi Lampung berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 6 Tahun 2012 tentang Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA). Dengan adanya peraturan daerah tersebut, kerjasama, koordinasi dan sinergi antar berbagai pihak dan daerah yang berkaitan dengan pengembangan pariwisata tentu saja dapat dilakukan dengan maksimal sehingga industri pariwisata di Provinsi Lampung dapat terorganisasi dan terkendali dengan baik dalam upaya menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke Lampung dan sekaligus berdampak positif pada sektor ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

Sementara ini, data kunjungan wisatawan ke Provinsi Lampung pada tahun 2013 menunjukkan angka 3.467.715 dengan wisatawan lokal masih menempati posisi tertinggi yaitu 97% atau sekitar 3.392.315, sisanya merupakan wisatawan mancanegara. Pada tahun 2014, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara bahkan pernah mencapai 69.000. Secara purata, terdapat sekitar 3000 wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Lampung setiap bulan (http://www.investasi.lampungprov.go.id/berita-30-potensi-pariwisata-provinsi-lampung.html).

Selain itu, dalam konteks pengembangan sektor pariwisata pemerintah Provinsi Lampung juga telah menetapkan Tujuh Kawasan Unggulan Strategis Pariwisata sejak 2014, yaitu Kota Bandar Lampung, Tanjung Setia dan Krui, Pulau Sebesi dan Gunung Krakatau, Taman Nasional Way Kambas, Bakauheni dan Menara Siger, Taman Nasional Bukit Barisan, dan Teluk Kiluan.

Diantara ketujuh kawasan unggulan strategis pariwisata tersebut, destinasi wisata Teluk Kiluan di kabupaten Tanggamus merupakan salah satu yang dikembangkan. Dalam perencanaan pariwisata kedepan dan jangka panjang, jika semua potensi destinasi wisata ini diintegrasikan dalam pengembangannya tentu saja akan sangat berdampak besar dan lebih baik bagi kegiatan

(5)

3

pariwisata dan ekonomi Lampung. Hal ini menjadi tantangan sekaligus peluang yang harus dijawab oleh seluruh pemangku kepentingan di Lampung.

Dari segi potensi destinasi wisata di Tanggamus , Teluk Kiluan dapat dikatakan memiliki daya tarik dan pesona tersendiri bagi wisatawan, antara lain, dengan adanya atraksi lumba-lumba di laut lepas, Laguna Gayau yang dikenal dengan kolam renangnya yang alami dan terletak di balik bukit Teluk Kiluan, dan snorkeling. Selain itu, terdapat pantai di Teluk Kiluan yang berpasir putih dengan kontur pantai yang landai hingga tebing-tebing berbatuan yang memiliki

daya tarik tersendiri (lihat Gambar 2).

Gambar 2 Pantai Teluk Kiluan (Sumber: dokumentasi pribadi)

Dengan berbagai sarana dan prasarana yang tersedia dan terus berkembang seperti seperti akses jalan, rumah makan, penyewaan mobil dan sepeda motor, jasa tour & travel, penginapan, kegiatan ekonomi masyarakat juga selama ini, sebelum masa pandemik, cukup menggairahkan, termasuk usaha masyarakat berupa kuliner, souvenir, ikan hasil tangkapan warga, dll. Hal ini tentu saja berdampak positif pada perekonomian masyarakat lokal jika pengelolaan kepariwisataan di sekitar Teluk Kiluan tersebut dikelola dengan baik, khususnya dalam hal komunikasi atau penyampaian informasi oleh para pelaku pariwisata dan masyarakat pegiat wisata kepada para wisatawan mancanegara. Dalam hal ini, mereka tentu saja harus menggunakan bahasa Inggris untuk berkomunikasi baik secara lisan maupun berkorespondensi dalam bentuk promosi kepada para wisatawan dan calon wisatawan di berbagai negara yang potensial wisatawan.

1.2 Permasalahan mitra

Berdasarkan kunjungan pelaksana pengabdian ini ke lokasi wisata pada tahun lalu dan selanjutnya berdasarkan interaksi dan komunikasai lewat telepon dan media sosial dengan beberapa pelaku pariwisata dan ketua kelompok sadar wisata di Teluk Kiluan, mereka berharap

(6)

4

mendapatkan pencerahan atau pelatihan yang sesuai dengan tantangan yang mereka hadapi saat ini, yaitu kemampuan komunikasi bahasa Inggris yang relevan dengan situasi pandemik dan pencerahan tentang promosi pariwisata masa pandemik dengan para calon pengunjung di luar negeri. Selain itu mereka mengatakan bahwa masyarakat lokal yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam kegiatan pariwisata, seperti pedagang dan pekerja informal juga perlu memiliki kemampuan bahasa Inggris praktis ketika berinteraksi dengan para wisatawan dari luar negeri.

Pengembangan potensi kepariwisataan akan dapat berhasil dengan baik dan maksimal, jika SDM lokal juga mampu berkomunikasi bahasa Inggris dengan baik untuk memberikan informasi yang sesuai kepada seluruh (calon) wisatawan mancanegara yang datang ke Tanggamus dan khususnya ke destinasi wisata Teluk Kiluan. Dengan penguasaan bahasa Inggris secara praktis baik lisan dan tulisan oleh pengelola pariwisata dan SDM terkait, para wisatawan mancanegara akan lebih puas dalam pelayanan dan merasa lebih akrab berinteraksi dengan “tuan rumah” di kawasan wisata tersebut. Misalnya, masyarakat dengan sederahana dapat menjelaskan dengan baik dan benar mengenai jenis-jenis wisata dan layanan yang bisa dinikmati oleh para wisatawan, memandu wisatawan menuju suatu objek wisata tertentu, serta menjelaskan jenis- jenis kuliner lokal, souvenisr dan keunikan lain dan sebagainya yang disukai oleh wisatawan yang secara umum hanya bisa berbahasa Inggris.

Gambar 3 wisatawan mancanegara di Teluk Kiluan (Sumber: dokumentasi pribadi)

1.3 Tujuan dan manfaat kegiatan

PKM ini bertujuan untuk membantu pemerintah setempat, masyarakat, dan para pengelola pariwisata setempat mendapatkan pelatihan bahasa Inggris pariwisata (English for Tourism) agar

(7)

5

mereka mampu berkomunikasi dan menyampaikan informasi dengan benar kepada para wisatawan mancanegara yang berkunjung ke kawasan wisata Teluk Kiluan dimana kegiatan ini diharapkan bermanfaat untuk mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) setempat agar mampu berkomunikasi dan berinteraksi dengan wisatawan mancanegara baik lisan maupun secara tulisan (promosi) ke berbagai negara dengan media yang sudah berkembang dan variatif.

BAB 2 SOLUSI DAN TARGET LUARAN

Gambaran tentang permasalahan mitra adalah perlunya para pengelola dan praktisi wisata memiliki keterampilan berbahasa Inggris pariwisata sesuai dengan dinamika linguitik (lanskap linguistik masa pandemik) baik lisan maupun tulisan dan pencerahan tentang standar perilaku para pengelola dan pelaku pariwisata pada masa pandemik Covid-19 sesuai standar prosedur kesehatan. Permasalahan ini membutuhkan kepakaran dan pengalaman dalam bidang bahasa Inggris dan standard perilaku masyarakat pada masa pandemik. Pakar yang akan membantu mengatasi masalah ini adalah Dr. Tuntun Sinaga,M.Hum, Prof. Cucu Sutarsyah, M.A., Gede Eka Putrawan, S.S., M.Hum dibantu oleh dua mahasiswa yang terkait dengan kegiatan dan topik pengabdian.

Berdasarkan analisis situasi dan permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat mitra seperti yang dijelaskna di atas, kegiatan pengambdian ini menjadi solusi sistematis dan praktis yang dapat ditawarkan kepada masyarakat atau pegiat pariwisata untuk menghadapi situasi industri pariwisata yang sepi dan lesu di masa pandemik. Melalui kegiatan pelatihan bahasa Inggris lisan dan tulisan (English for Tourism) tidak saja dapat meningkatkan keterampilan berbicara (speaking) tetapi juga secara tertulis (writing) dalam bahasa Inggris kepada wisatawan maupun calon wisatawan melalui media sosial yang dapat diakses oleh para calon wisatawan di manca negara.

Pembelajaran bahasa menekankan tidak saja pada keterampilan dasar berbahasa yang meliputi keterampilan menyimak (listening), keterampilan berbicara (speaking), keterampilan membaca (reading), dan keterampilan menulis (writing). Masing-masing keterampilan ini saling berkaitan satu dengan yang lainnya (keterampilan integratif) dan secara lebih khusus bahasa bersifat dinamis, dalam arti bahwa situasi dan konteks pandemik telah mengubah lanskap bahasa dan perilaku berbahasa yang sebelumnya tidak ditemukan. Inilah salah satu tantangan dalam belajar bahasa, setiap orang dituntut bersikap adaptif dengan perkembangan zaman dan situasi seperti masa pandemik saat ini.

Dari sudut pandang pendidikan, pembelajaran bahasa dapat dirancang secara praktis sesuai dengan kebutuhan pembelajar dalam konteks English for Scpecific Purposes (ESP).

Dalam hal ini pembelajar diberi materi bermuatan budaya pariwisata dan kegiatan belajar yang

(8)

6

menjadi pengalaman nyata dalam berkomunikasi sesuai tuntutan norma bahasa, kalimat, dan sejumlah kosakata umum dan khusus di bidang tertentu. Dalam proses pembelajaran, sejumlah sistem bahasa dapat digunakan dalam berkomunikasi secara nyata dalam interaksi komunikasi (Davies dan Elder, 2006 dalam Achmad, 2012:14). Belajar bahasa juga tidak lepas pula dari konteks dan situasi komunikasi, dan ada kalanya suatu tuturan menimbulkan makna baru yang scera akademik disebut pragmatik. Konteks ini harus pula dipahami oleh pembelajar bahasa (Littlewood, 1981 dalam Achmad, 2012:15).

Pendekatan yang akan diterapkan dalam pelatihan bahasa Inggris dalam kegiatan PKM ini adalah pendekatan komunikatif, bahwa kemampuan menggunakan bahasa dalam komunikasi merupakan suatu tujuan yang harus dicapai dalam pembelajaran bahasa. Bahasa dipandang tidak hanya sebagai seperangkat norma atau kaidah tetapi lebih luas lagi juga sebagai sarana untuk berkomunikasi. Bahasa diletakkan sesuai fungsinya, yaitu fungsi komunikatif. Menurut Littlewood (1981) pendekatan komunikatif didasarkan pada pemikiran untuk membuka diri bagi pandangan yang lebih luas tentang bahasa. Artinya, orang melihat bahasa tidak terbatas pada tata bahasa dan kosakata, tetapi juga pada fungsi komunikatifnya.

Selain itu, pendekatan komunikatif juga berorientasi pada proses belajar-mengajar bahasa berdasarkan tugas dan fungsi berkomunikasi. Prinsip dasar pendekatan komunikatif ialah: a) materi harus terdiri dari bahasa sebagai alat berkomunikasi, b) desain materi harus lebih menekankan pada proses belajar-mengajar dan bukan pada pokok bahasan, dan c) materi harus memotivasi siswa untuk berkomunikasi secara wajar atau natural (Pateda, 1990:86). Dalam pendekatan komunikatif, yang menjadi acuan adalah kebutuhan peserta didik (target belajar) dan fungsi bahasa. Pendekatan ini berusaha membuat peserta didik memiliki kecakapan berbahasa.

Dengan sendirinya, acuan pokok setiap unit pelajaran ialah fungsi bahasa dan bukan tatabahasa.

Dengan kata lain, tatabahasa disajikan bukan sebagai tujuan akhir, tetapi sarana untuk melaksanakan maksud komunikasi.

Strategi belajar-mengajar dalam pendekatan komunikatif didasarkan pada cara belajar siswa aktif, yang sekarang dikenal dengan student-centered learning (SCL). Cara belajar aktif ini merupakan perngembangan dari teori Dewey learning by doing (1854-1952) (Pannen, dkk., 2001:42). Dewey sangat tidak setuju dengan belajar dengan menghafal (rote learning). Dewey menerapkan prinsip-prinsip yang melibatkan peserta didik dalam proses belajar secara spontan dan aktif dalam proses belajar mengajar (learning by doing). Dengan demikian, kemampuan pembelajar dalam berkomunikasi baik lisan dan tulisan siswa diharapkan meningkat.

Ciri utama pendekatan komunikatif terlatek pada dua kegiatan yang saling berkaitan erat, yakni adanya kegiatan-kegiatan komunikatif fungsional (functional communication activities) dan kegiatan-kegiatan yang sifatnya interaksi sosial (social interaction activities). Kegiatan komunikatif fungsional terdiri atas empat hal, yakni: (a) mengolah infomasi; (b) berbagi dan mengolah informasi; (c) berbagi informasi dengan kerja sama terbatas; dan (d) berbagi informasi dengan kerja sama tak terbatas. Kegiatan interaksi sosial terdiri atas enam hal, yakni: (a)

(9)

7

improvisasi lakon-lakon pendek yang lucu; (b) aneka simulasi; (c) dialog dan bermain peran; (d) sidang-sidang konversasi; (e) diskusi; dan (f) berdebat. Dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini, kegiatan interaksi sosial yang akan diterapkan melalui pendekatan komunikatif mencakup simulasi, dialog dan bermain peran, serta diskusi yang akan dilakukan selama dua bulan dengan jumlah pertemuan seluruhnya adalah 6. Topik atau materi yang akan dibahas meliputi pre-test, introducing yourself and other people, showing and/or writing places of interest, making recommendations 1, making recommendations 2, in the restaurant, giving directions, shopping 1, shopping 2, tour guide 1, tour guide 2, discussing a tour 1, on the ferry, at the festival, dealing with a situation, dan post-test.

Berdasarkan pemaparan di atas, gambaran Ipteks yang akan ditransfer kepada mitra meliputi:

1. Pengorganisasian ide dalam komunikasi , baik lisan maupun tulisan

Peserta akan diajarkan bagaiman mengorganisasi ide secara terstuktur dan mudah dipahami ketika berkomunikasi dalam bahasa Inggris baik lisan maupun tertulis..

2. Pelafalan dan intonasi dan penggunaan kosa kata dan gramatika bahasa Inggris dapat menbimbulkan salah pengertian (miskomunikasi).

3. Kelancaran dan ketepatan berbahasa Inggris pariwisata secara komunikatif

Kegiatan PKM ini diharapkan menjadi salah satu aspek pendukung untuk berkomunikasi dengan lancar, melalui role play dan simulasi sesuai situasi komunkasi pariwisata.

4. Penampilan berkomunikasi

Selain aspek kebahasaan, aspek non bahasa seperti perilaku dan sikap menghadapi standard prosedur kesehatan masa pandemik juga penting dalam komunikasi masa pandemik Covid-19. Peserta juga akan dilatih bagaimana seharusnya bersikap dan berpenampilan saat berkomunikasi dengan wisatawan lokal maupun manca negara pada masa pandemik Covid.19.

Dengan demikian, rencana target capaian luaran dari kegiatan dapat dirumuskan sebagai berikut.

Tabel 1 Rencana target capaian luaran

No. Jenis luaran Indikator capaian

Luaran wajib

1 Laporan akhir kegiatan Ada

2 Laporan penggunaan anggaran Ada

3 Publikasi ilmiah pada jurnal ber ISSN/Prosiding ber ISBN Ada, accepted/published

4 Video kegiatan Ada

Luaran tambahan

(10)

8

1 Publikasi di jurnal internasional Tidak ada

2 Produk Iptek Tidak ada

3 HKI berpotensi paten Tidak ada

4 Makalah dipresentasikan di seminar Ada, accepted/published

5 Buku ber-ISBN Tidak ada

BAB 3 METODE PELAKSANAAN

Sesuai dengan permasalahan, kegiatan pengabdian ini akan menggunakan metode pelaksanaan yang meliputi: (1) pelatihan dan workshop dengan menyajikan materi melalui tatap muka (luring) tentang pentingnya bahasa Inggris dalam kegiatan pariwisata, dan (2) pelatihan bahasa Inggris bagi pengelola dan praktisi pariwisata setempat baik teori maupun praktik melalui simulasi, dialog dan bermain peran, serta diskusi.

Ada pun prosedur kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah: (1) ceramah dan diskusi/tanyajawab tentang program pengembangan diri sebagai pengelola dan praktisi pariwisata dalam hal ketrampilan bahasa dan pentingnya bahasa Inggris dalam kegiatan pariwisata, dan (2) penyajian materi bahasa Inggris baik teori maupun praktik yang meliputi teori, praktik, simulasi dengan setting komunikasi pariwisata, latihan dan simulasi komunikasi lisan dan tulisan untuk menjelaskan destinasi wisata Teluk Kiluan secara khusus dan Tanggamus secara umum, latihan dan simulasi menjelaskan informasi kuliner dan suvenir lokal, latihan dan simulasi menjelaskan tempat-tempat menginap di kawasan wisata sekitar Teluk Kiluan, dan lain sebagainya. Ada pun acuan kegiatan pelatihan ini dapat digambarkan sepewrtiberikut.

1. pre-test akan dilaksanakan sebelum pelatihan dengan menggunakan lembar evaluasi untuk mengetahui kondisi awal peserta.

2. Perlakuan pelatihan, peserta akan diberikan pelatihan bahasa Inggris (lisan dan tulisan) melalui metode simulasi, dialog dan bermain peran, serta diskusi.

3. post-test akan dilakukan pada akhir kegiatan untuk melihat kemampuan bahasa Inggris peserta dengan menggunakan lembar evaluasi setelah pelatihan.

Lembar observasi juga digunakan untuk melihat kemampuan peserta sebelum dan sesudah pelatihan dilakukan. Observasi mencakup beberapa aspek yaitu: (1) penyampaian isi/pesan komunikasi (35%); (2) fluency/accuracy (35%); (3) pronunciation dan intonation/writing aspects( spt grammar dan diksi) (20); dan (4) appearance (10%). Selain itu, evaluasi dalam bentuk wawancara juga akan dilakukan pada akhir kegiatan, yang bertujuan untuk mengetahui tanggapan dan kendala yang mungkin dihadapi peserta sekaligus sebagai masukan untuk kemungkinan pelaksanaan kegiatan selanjutnya.

(11)

9

Selain itu, masyarakat pegiat wisata dan pemerintah setempat (termasuk dari Dinas pariwisata) diharapkan turut mendukung kegiatan ini dalam bentuk fasilitasi tempat pelatihan dan dengan mendorong para pengelola dan pegiat pariwisata untuk ambil bagian dalam kegiatan pengabdian ini.

BAB 4 PERSONALIA PENGUSUL DAN KEAHLIAN

Tim pelaksana pengabdian Program Kemitraan Masyarakat (PKM) ini terdiri dari ketua dan dua anggota yang semuanya merupakan dosen tetap Prodi Pendidikan Bahasa Inggris, Jurusan Bahasa dan Seni, FKIP Unila dengan disiplin dan pengalaman yang relevan dengan kegiatan PKM ini. Berikut adalah personalia pengusul dan jenis keahlianya.

Tabel 2 Personalia pengusul dan keahlian

No. Pengusul Jabatan Kepakaran

1 Dr. Tuntun Sinaga, M.Hum. Ketua Bahasa Inggris, Komunikasi lintas budaya, dan ESP (Pariwisata)

2 Prof. Cucu Sutarsyah, M.A Anggota Bahasa Inggris & Reading, dan Writing 3 Gede Eka Putrawan,

M.Hum

Anggota Bahasa Inggris & Translation

Selain dosen, kegiatan ini juga akan melibatkan dua orang mahasiswa dari Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris FKIP sebagai tenaga pendamping lapangan dan administrasi.

Kompetensi dan pengalaman keduanya akan menunjang kelancaran dan keberhasilan kegiatan PKM ini.

(12)

10

BAB 5 RENCANA ANGGARAN BELANJA DAN JADWAL PELAKSANAAN 5.1 Rencana anggaran biaya

Anggaran biaya untuk kegiatan pengabdian ini sebesar Rp. 20.000.000,- (dua puluh juta rupiah).

Adapun rekapitulasi penggunaan anggaran dan rincian penggunaannya disajikan pada tabel berikut.

Tabel 3 Rekapitulasi Rencana Anggaran

Tabel 4 Rincian Penggunaan Anggaran

No Rincian Unit Satuan

Harga Satuan

(Rp) Jumlah (Rp) A Alat dan Bahan

1 Tinta Refill Blueprint black 2 Botol 36,500.00 73,000.00 2 Tinta Refill Blueprint colour 2 Botol 37,500.00 75,000.00

3 Catridge Canon Warna 2 Buah 235,000.00 470,000.00

4 Catridge Canon Hitam 2 Buah 220,000.00 440,000.00

5 Flashdisk 6 Buah 146,000.00 876,000.00

6 Papan tulis flipchart 1 Buah 720,500.00 720,500.00

7 CD-R 1 Kotak 100,000.00 100,000.00

8 Paper Clip No. 5 2 Dus 35,500.00 71,000.00

9 Binder Clip 5 Kotak 12,000.00 60,000.00

10 Isi staples kecil 3 Kotak 6,500.00 19,500.00

11 Penggandaan proposal 12 eks. 36,000.00 432,000.00

No. Komponen Biaya Biaya (Rp)

1. Pengadaan alat dan bahan 6,054,000.00

2. Perjalanan, penginapan dan konsumsi peserta : Travel Expenditure

6,000,000.00

3. ATK/BHP 4.146.000.00

4. Laporan/Diseminasi/Publikasi 3.800.000.00

Total Biaya 20.000.000

(13)

11

11 Penggandaan modul kegiatan 40 eks. 17,925.00 717,000.00

12 Penulisan modul 1 paket 1,500,000.00 1,500,000.00

13 Backdrop & banner 2 buah 250,000.00 500,000.00

Jumlah 6,058,000.00

B Travel Expenditure & Akomodasi

1 Sewa kendaraan 6 hari 500,000.00 3,000,000.00

2 Dokumentasi 2 paket 500,000.00 1.000,000.00

3 Penginapan 4 malam 500,000.00 2,000,000.00

Jumlah 6,000,000.00

C ATK/BHP

1 Kertas A4 70 gr 6 rim 40,000.00 240,000.00

2 Kertas A4 80 gr 6 rim 43,000.00 258,000.00

3 Ballpoint 2 lusin 90,000.00 180,000.00

4 Blocknote 40 buah 7,500.00 300,000.00

5 Spidol warna 2 lusin 95,000.00 190,000.00

6 Buku agenda 6 Buah 36,000.00 216,000.00

7 Kuitansi 4 buah 13,000.00 52,000.00

8 Box File 6 buah 50,000.00 300,000.00

9 Bahan Modul 2 Kegiatan 1250.000 2.500.000.00

Jumlah 4.146.000.00

D Laporan/Publikasi

1 Penggandaan Laporan 6 eks. 50,000.00 300,000.00

2 Publikasi Jurnal Ilmiah 1 paket 2,500,000.00 2,500,000.00

3 Pengolahan data 1 kegiatan 1000.000.00. 1.000.000.00

3.800.000.00

Jumlah Total (A+B+C+D) 20,000,000.00

(14)

12 5.2 Jadwal Pelaksanaan

Kegiatan pengabdian ini akan dilaksanakan selama enam bulan, dimulai dari rencana pembuatan proposal hingga publikasi hasil pengabdian seperti yang disajikan sebagai berikut.

Tabel 4.3 Jadwal Pelaksanaan PKM

No Jenis Kegiatan 2021

1 2 3 4 5 6

1 Pengajuan proposal 2 Pelaksanaan pengabdian

3 Penyusunan laporan dan publikasi

DAFTAR PUSTAKA

1. Achmad, Syarifuddin, 2012, Pelatihan kepariwisataan dan bahasa Inggris praktis bagi remaja dan praktisi pariwisata pantai Olele kecamatan Kabila Bone Kabupaten Bone Bolangol, Pengabdian Masyarakat-PNBP

2. Aladjem, R., & Jou, B. (2016). Informal language learning in authentic setting, using mobile devices and SNS. In Proceedings of the International Conference on E-Learning 2016 (pp. 161–164).

3. Candra, K. D. P., Ariyaningsih, N. N. D., & Maharani, P. D. (2018). Pelatihan bahasa Inggris komunikatif untuk kelompok life guard di daerah Kuta. Widyabhakti Jurnal Ilmiah Populer, I(1), 1–6.

4. Ibrahim, C. W. I. R. B. C. W. (2018). Social Media Tools for Informal Language Learning: A Comprehensive Theoretical Framework. Asian Social Science, 14(4), 46.

https://doi.org/10.5539/ass.v14n4p46

5. Jumaat, N. F., Ahmad, N., Abu Samah, N., Ashari, Z. M., Ali, D. F., & Abdullah, A. H.

(2019). Facebook as a platform of social interactions for meaningful learning.

International Journal of Emerging Technologies in Learning, 14(4), 151–159.

https://doi.org/10.3991/ijet.v14.i04.9363

6. Kabupaten Tanggamus. (2018). Retrieved August 20, 2018, from https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Tanggamus

7. Littlewood, W. (1981). Communicative language teaching. Cambridge: Cambridge University Press.

(15)

13

8. Pannen, P., & dkk. (2001). Konstruktivisme dalam pembelajaran. Jakarta:

Departemen Pendidikan Nasional.

9. Pateda, M. (1990). Sosiolinguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

10. Potensi Kabupaten Tanggamus. (2018). Retrieved August 20, 2018, from http://tanggamus.go.id/web/?page_id=117

11. Potensi Pariwisata Provinsi Lampung. (2018). Retrieved August 20, 2018, from http://www.investasi.lampungprov.go.id/berita-30-potensi-pariwisata-provinsi- lampung.html

12. Putri, I. G. A. V. W., Santika, I. D. A. D. M., & Candra, K. D. P. (2018). Pelatihan bahasa Inggris komunikatif untuk kelompok kerja “Serangan Transport” di desa adat Serangan. Jurnal Pengabdian Dan Pemberdayaan Masyarakat, 2(1), 111–119.

13. Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (2012). Indonesia.

Gambar

Gambar 1 bagian dari pantai di Teluk Kiluan, Tanggamus  (Sumber: dokumentasi pribadi)
Gambar 2 Pantai Teluk Kiluan  (Sumber: dokumentasi pribadi)
Gambar 3 wisatawan mancanegara di Teluk Kiluan  (Sumber: dokumentasi pribadi)
Tabel 1 Rencana target capaian luaran
+4

Referensi

Dokumen terkait

b) Memiliki rekam jejak yang baik dalam program pengabdian dan pemberdayaan masyarakat (laporan) dan terpenuhinya luaran pada kegiatan program pengabdian kepada masyarakat

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat dalam bentuk sosialisasi dan pelatihan teknologi Whatssapp Business untuk pengembangan kegiatan usaha koperasi / UMKM..

Manfaat umum yang ingin dicapai dari program pengabdian pada masyarakat ini adalah meningkatkan pengetahuan dan pemahaman BUMDes dan stakeholders (utamanya pelaku usaha

Solusi yang ditawarkan dalam kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat ini adalah melakukan sosialisasi peraturan, prosedur dan persayaratan pengajuan IMB, pemetaan dan

Kegiatan pengabdian ini dilaksanakan melalui 5 tahapan proses pelaksanaan, pada tahap pertama mengenai koordinasi kegiatan dengan kader Posyandu Melati II, tahapan

LAPORAN AKHIR PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNGGULAN UNIVERSITAS LAMPUNG SOSIALISASI DAN FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD) DAMPAK DESTRUCTIVE FISHING TERHADAP KEBERLANJUTAN SEKTOR

Melalui kegiatan ini akan diinformasikan kepada petani, kelompok tani, dan gabungan kelompok tani yang ada di Kabupaten Pringsewu tentang teknologi pemupukan yang tepat

Tahap Pelaksanaan Tahapan pelaksanaan kegiatan pengabdian sebagai berikut: 1 identifikasi kehadiran peserta pengabdian; 2 pemberian metode ceramah, demonstrasi, diskusi, dan tanya