• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROPOSAL PENELITIAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNGGULAN UNIVERSITAS LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PROPOSAL PENELITIAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNGGULAN UNIVERSITAS LAMPUNG"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

PROPOSAL

PENELITIAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNGGULAN UNIVERSITAS LAMPUNG

PENINGKATAN PEMAHAMAN HUKUM TERHADAP PRAKTIK ILLEGAL,UNREPORTED, AND UNREGULATED (IUU) FISHING DAN BATAS-

BATAS WILAYAH LAUT MENURUT HUKUM INTERNASIONAL DAN NASIONAL PADA DESA KETAPANG, PADANG CERMIN, PESAWARAN

ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

2021

(2)

IDENTITAS DAN URAIAN UMUM

1. Judul Penelitian: Peningkatan Pemahaman Hukum Terhadap Praktik Illegal, Unreported, and Unregulated Fishing dan Batas-Batas Wilayah Laut Menurut Hukum Internasional dan Nasional Pada Desa Ketapang, Padang Cermin, Pesawaran

2. Tim Peneliti :

No. Nama Jabatan Bidang Keahlian

Program Studi Alokasi Waktu (jam/minggu) 1 Dr. Rudi

Natamiharja, S.H., DEA.

Ketua Hukum

Internasional

Ilmu Hukum 12

2 Ria Wierma Putri, S.H., M.H.

Anggota Hukum Internasional

Ilmu Hukum 8 3 Yunita Maya Putri,

S.H., M.H.

Anggota Hukum Internasional

Ilmu Hukum 8 4 Rehulina Tarigan,

S.H., M.H.

Anggota Hukum Laut Internasional

Ilmu Hukum 8 5 Rinaldy Amirullah,

S.H., M.H.

Anggota Hukum Pidana Ilmu Hukum 6

3. MasaPelaksanaan

Mulai : bulan Mei tahun 2021 Berakhir : bulan Agustus tahun 2021 5. Usulan Biaya : Rp. 10.000.000,00

6. Lokasi Pengabdian : Desa Ketapang, Kecamatan Padang Cermin, Pesawaran, Lampung 7. Instansi lain yang terlibat Instansi yang terlibat dalam pelaksanaan adalah Pemerintah Desa

Ketapang sebagai mitra calon pengguna yang berkontribusi memberikan bantuan berupa fasilitasi pertemuan-pertemuan dalam rangka pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat..

8. Kontribusi mendasar pada suatu bidang ilmu: Peningkatan Pemahaman Hukum Terhadap Praktik Illegal, Unreported and Unregulated Fishing dan Batas-Batas Wilayah Laut Menurut Hukum Internasional dan Nasional.

9. Jurnal ilmiah yang menjadi sasaran untuk setiap penerima hibah: Artikel ilmiah sebagai luaran dari pengabdian ini akan dipublikasikan pada jurnal fiat justiscia bereputasi sinta 2., serta video kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang akan diupload pada platform youtube.

(3)

DAFTAR ISI

IDENTITAS DAN URAIAN UMUM... i

DAFTAR ISI ... ii

ABSTRAK ... 1

BAB 1. PENDAHULUAN ... 2

A. Analisis Situasi ... 2

B. Permasalahan Mitra ... 5

C. Tujuan Kegiatan ... 6

D. Manfaat Kegiatan ... 6

BAB II. SOLUSI DAN TARGET LUARAN... 7

A. Solusi yang Ditawarkan ... 7

B. Target Luaran ... 7

BAB III. METODE PELAKSANAAN ... 8

A. Metode dan Tahapan Kegiatan ... 8

B. Deskripsi Kegiatan ... 8

C. Prosedur Kerja ... 9

D. Pihak-Pihak yang Terlibat ... 9

E. Partisipasi Mitra ... 9

F. Evaluasi Pelaksanaan Program dan Keberlanjutan Program ... 9

BAB IV. PERSONALIA PENGUSUL DAN KEAHLIAN ... 10

BAB V. RENCANA ANGGARAN DAN JADWAL PENGABDIAN ... 11

A. Rencana Anggaran Biaya ... 11

B. Jadwal Pengabdian ... 12

DAFTAR PUSTAKA ... 14

(4)

ABSTRAK

Praktik Illegal, Unreported and Unregulated (IUU) fishing dilakukan oleh nelayan asing di perairan Indonesia dan nelayan Indonesia di perairan asing.1 Menurut data tahun 2019, Ditjen PSDKP-KPP telah memulangkan sekitar 127 nelayan Indonesia yang tertangkap melakukan penangkapan ikan ilegal di berbagai negara seperti Malaysia, Timor Leste, Myanmar, Thailand, Australia dan India. Pada tahun 2020 lalu, setidaknya KPP membebaskan 15 nelayan Indonesia yang ditangkap oleh Agensi Penguatkuasaan Maritim Malaysia (APMM) akibat praktik illegal fishing. Hal tersebut disebabkan salah satunya oleh ketidakpahaman para nelayan Indonesia bahwa mereka telah melampaui batas perairan Indonesia dan masuk kedalam wilayah perairan negara lain. Faktor lainnya yaitu kurangnya pengawasan serta pembinaan terhadap nelayan-nelayan Indonesia dalam melakukan penangkapan ikan yang legal.2 Sehingga, kedepannya pemerintah Indonesia dapat secara efektif melakukan pembinaan, pengawasan, serta peningkatan kesadaran dan pengetahuan nelayan kaitannya dengan batas-batas wilayah perairan Indonesia. Nelayan Desa Ketapang sebagai target sasaran pengabdian ini belum memiliki kesadaran dan pemahaman yang baik terkait batas-batas wilayah kelautan di daerahnya. Sehingga, tidak jarang melewati batas Zona Ekonomi Ekslusif laut Indonesia. Hal tersebut sangatlah berbahaya, sebab para nelayan-nelayan Desa Ketapang bisa saja dikenai sanksi pidana akibat tuduhan IUU fishing.

Pengabdian ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman hukum masyarakat terhadap praktik IUU fishing serta batas-batas wilayah pemanfaatan laut menurut hukum internasional dan nasional. Selain itu, pengabdian ini bertujuan untuk menggerakkan masyarakat untuk lebih bersinergis membangun desa nelayan paham hukum. Metode yang digunakan dalam pengabdian masyarakat melalui lokakarya dan rembug desa.

Dengan metode tersebut diharapkan akan terjadi komunikasi dua arah, baik antara narasumber dengan peserta maupun antara sesama peserta sendiri.

Kata Kunci : Masyarakat desa, IUU Fishing, Zona Maritim Laut, Peraturan Indonesia, Hukum Internasional, Pelestarian Laut.

1 Desi Yunitasari, “Penegakan Hukum Di Wilayah Laut Indonesia Terhadap Kapal Asing yang Melakukan Illegal Fishing Mengacu Pada Konvensi United Nations Convention On Law Of The Sea 1982”, Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Undiksha Vol 8 No 1, 2020, hlm 6.

2 Kementrian Kelautan dan Perikanan, “Pemulangan Nelayan Indonesia”, diakses melalui https://kkp.go.id/djpsdkp/stasiunbelawan/artikel/11565-pemulangan-nelayan-indonesia

(5)

BAB 1. PENDAHULUAN

A. Analisis Situasi

Tingkat konsumsi ikan oleh negara-negara di dunia serta consumption footprint yang meliputi pemanfaatan hasil laut lainnya telah mencapai angka 154 juta ton per tahun.

Indonesia merupakan salah satu negara dengan wilayah laut paling luas didunia, memiliki tingkat konsumsi makanan laut yang cukup tinggi, yaitu mencapai 44,67 kg untuk satu orang per tahunnya. Data tersebut diambil pada tahun 2017, dan kemungkinan besar meningkat setiap tahunnya. Lebih jauh lagi, data tersebut menunjukkan peningkatan konsumsi ikan dan makanan laut sebanyak 38% sejak tahun 1961.3 Ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap sumber protein dari makanan laut mendorong tingginya permintaan (demand) pada industri perikanan. Mengutip data Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP), pada 2014 beberapa provinsi dengan pertumbuhan konsumsi terbesar antara lain yaitu provinsi DI Yogyakarta sebesar 22,28%, Nusa Tenggara Barat sebesar 14,78%, Jawa Tengah sebesar 12,31%, DKI Jakarta sebesar 11,46%, dan Provinsi Jawa Timur sebesar 10,12%.4 Sedangkan provinsi Lampung tidak masuk kedalam daftar konsumsi terbesar di Indonesia, namun kebutuhan sumber protein laut masih dianggap tinggi dengan jumlah konsumsi 29,03 kg/ kapita pada tahun 2014.5

Akibat demand sumber daya perikanan yang tinggi, beberapa praktik ilegal dilakukan oleh pihak-pihak tidak bertanggungjawab, salah satunya illegal fishing atau penangkapan ikan secara ilegal. Penangkapan ikan ilegal merugikan lautan dunia karena adanya pengurangan jumlah ikan yang tidak terkendali. Hal ini dilaporkan menyebabkan hilangnya miliaran dolar manfaat ekonomi tahunan dan menciptakan kerusakan lingkungan yang signifikan. Lebih jauh lagi, praktik penangkapan ikan yang tidak berkelanjutan memiliki konsekuensi buruk bagi pasokan makanan (food supply).

Penangkapan ikan illegal merupakan salah satu permasalahan global yang membutuhkan

3 Our World Data, “Fish and seafood consumption per capita, 1961 to 2017”, diakses melalui https://ourworldindata.org/grapher/fish-and-seafood-consumption-per-capita?tab=chart

4 Kementerian kelautan dan perikananan, “Produktivitas Perikanan Indonesia”, diakses melalui http://

kkp.go.id/wp-content/uploads/2018/01/KKPDirjen-PDSPKP-FMB-Kominfo-19-Januari2018.pdf. Diunduh 27 Agustus 2018

5 Pemerintah Provinsi Lampung, “Jumlah Konsumsi di Lampung”, diakses pada https://lampungprov.go.id/detail-post/jumlah-konsumsi-ikan-di-lampung-meningkat

(6)

penanganan serius. Meninjau kondisi di 54 negara dan di laut lepas, penelitian pada 2009 memperkirakan total nilai kerugian penangkapan ikan ilegal di seluruh dunia saat ini berkisar di angka 10 miliar dan 23,5 miliar dolar per tahun, mewakili antara 11 dan 26 juta ton ikan yang diambil secara ilegal.6

Berdasarkan laporan Kementerian kelautan dan perikanan terkait pertumbuhan industri sektor perikanan, pada 2019 produksi perikanan nasional mengalami kenaikan pada angka diatas 23 juta ton.7 Kenaikan produksi perikanan nasional memberikan dampak positif bagi ekonomi Indonesia. Namun, perkembangan industri perikanan ini lebih banyak dilandasi oleh pertimbangan teknologi dan ekonomi, dan cenderung mengabaikan pertimbangan lainnya seperti lingkungan, sosial budaya, serta kelestarian sumberdaya perikanan. Sumberdaya perikanan yang merupakan akses milik bersama, mendorong maraknya ekploitasi sumber kelautan sebesar-besarnya. Eksploitasi sumber laut tersebut diperparah dengan adanya overfishing yang masih secara langsung berhubungan dengan Penangkapan ikan illegal, tidak dilaporkan , dan tidak diatur (Illegal, Unreported, and Unregulated Fishing, dikenal dengan IUU Fishing). Pencegahan terhadap IUU Fishing dalam hukum internasional diatur dalam UNCLOS 1982 sebagai kodifikasi utama hukum laut internasional dan International Pla of Action to Prevent, Deter, and Eliminate Illegal, Unreported, and Unregulated Fishing (IPOA-UII).

Secara umum, illegal fishing tidak hanya menjadi permasalahan di dunia, namun juga Indonesia sebagai negara kepulauan. Pada tingkat nasional, perlindungan terhadap sumberdaya laut diatur dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, namun peraturan ini dianggap memiliki celah dalam mengatur IUU fishing. UU Perikanan tersebut mengatur perizinan bagi seseorang (person) atau entitas asing legal (foreign legal entity) untuk melakukan penangkapan ikan di Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia sesuai dengan yang diatur dalam hukum internasional (United Nation Conventions on the Law of the Sea atau dikenal dengan UNCLOS).8 Pada tahun 2020 sendiri, dikutip dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), terdapat setidaknya 44 kasus IUU fishing

6 David J Agnew, dkk, “Estimating the Worldwide Extent of Illegal Fishing”, Plos one vol 4, issue 2, 2009, hlm 2.

7 Badan Riset dan SDM Kelautan dan Perikanan, “Revolusi Industri 4.0 di Sektor Kelautan & Perikanan Indonesia”, diakses melalui https://kkp.go.id/brsdm/poltekkarawang/artikel/14858-revolusi-industri-4-0-di- sektor-kelautan-and-perikanan-indonesia

8 Sri Asih R, “Illegal, Unreported, and Unregulated Fishing: The Impacts and Policy for its Completion in Coastal West of Sumatera”, Jurnal Hukum Internasional Vol 14 No 2, 2017, hlm 239.

(7)

oleh kapal nelayan asing, dengan total 849 kasus sepanjang tahun 2015-2020. Data tersebut menunjukkan urgensi luar biasa terhadap permasalahan ini.

Praktik IUU fishing dilakukan oleh nelayan asing di perairan Indonesia dan nelayan Indonesia di perairan asing.9 Menurut data tahun 2019, Ditjen PSDKP-KPP telah memulangkan sekitar 127 nelayan Indonesia yang tertangkap melakukan penangkapan ikan ilegal di berbagai negara seperti Malaysia, Timor Leste, Myanmar, Thailand, Australia dan India. Pada tahun 2020 lalu, setidaknya KPP membebaskan 15 nelayan Indonesia yang ditangkap oleh Agensi Penguatkuasaan Maritim Malaysia (APMM) akibat praktik illegal fishing. Hal tersebut disebabkan salah satunya oleh ketidakpahaman para nelayan Indonesia bahwa mereka telah melampaui batas perairan Indonesia dan masuk kedalam wilayah perairan negara lain. Faktor lainnya yaitu kurangnya pengawasan serta pembinaan terhadap nelayan-nelayan Indonesia dalam melakukan penangkapan ikan yang legal.10 Sehingga, kedepannya pemerintah Indonesia dapat secara efektif melakukan pembinaan, pengawasan, serta peningkatan kesadaran dan pengetahuan nelayan kaitannya dengan batas-batas wilayah perairan Indonesia.

Indonesia melindungi wilayah perairannya melalui Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perikanan, Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 27 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan di Bidang Kelautan dan Perikanan. Indonesia telah berupaya mengakomodir kebutuhan hukum masyarakat melalui serangkaian peraturan tentang perlindungan dan pelestarian laut tersebut. Namun, peraturan-peraturan membutuhkan strategi implementasi yang konkrit serta peran dari berbagai pihak, mulai dari pemerintah, pelaku industri dan masyarakat luas.

Desa Ketapang, Kecamatan Padang Cermin, Pesawaran merupakan salah satu desa nelayan di Provinsi Lampung. Perairan di sekitar Desa Ketapang memiliki potensi sumberdaya perikanan dan biota perairan yang cukup besar. Daerah pesisir di sekitar area Desa Ketapang juga dimanfaatkan sebagai lokasi wisata karena keindahan alam dan ekosistem bawah lautnya, seperti objek wisata Pantai Klara, Pantai Sari Ringgung dan

9 Desi Yunitasari, “Penegakan Hukum Di Wilayah Laut Indonesia Terhadap Kapal Asing yang Melakukan Illegal Fishing Mengacu Pada Konvensi United Nations Convention On Law Of The Sea 1982”, Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Undiksha Vol 8 No 1, 2020, hlm 6.

10 Kementrian Kelautan dan Perikanan, “Pemulangan Nelayan Indonesia”, diakses melalui https://kkp.go.id/djpsdkp/stasiunbelawan/artikel/11565-pemulangan-nelayan-indonesia

(8)

Pulau Mahitam. Mayoritas matapencaharian warga sekitar adalah penyedia jasa wisata atau nelayan. Para nelayan di Desa Ketapang selain melakukan penangkapan ikan untuk kebutuhan area mereka, juga mendistribusikan hasil lautnya ke daerah-daerah lain. Hal tersebut menjadikan Desa Ketapang sebagai kawasan ekonomi perikanan di Pesawaran, Lampung. Menurut survei yang dilakukan pengabdi, para nelayan di Desa Ketapang belum memiliki kesadaran dan pemahaman yang baik terkait batas-batas wilayah kelautan di daerahnya. Selain itu, banyak dari nelayan setempat ikut serta dalam kapal nelayan berbendera Indonesia untuk melakukan penangkapan ikan di tengah samudera tanpa mengetahui peraturan yang berlaku. Sehingga, para nelayan tidak jarang melewati batas Zona Ekonomi Ekslusif laut yang diukur dari pesisir daerahnya, dan tidak mengetahui aturan penangkapan ikan sesuai hukum nasional dan internasional. Hal tersebut sangatlah berbahaya, sebab para nelayan-nelayan Desa Ketapang bisa saja dikenai sanksi pidana akibat tuduhan melakukan IUU fishing, atau bahkan ditangkap oleh pengawas laut negara tetangga..

Maka dari itu, dalam mewujudkan masyarakat desa yang memiliki pemahaman hukum terkait penangkapan ikan yang legal dan berwawasan lingkungan, pengabdi menganggap pelaksanaan sosialisasi sangatlah penting demi keberlangsungan dan kenyamanan hidup warga setempat. Perwujudan ini dilakukan melalui pengabdian yang berjudul “Peningkatan Pemahaman Hukum Terhadap IUU Fishing dan Batas-Batas Wilayah Laut Menurut Hukum Internasional dan Nasional Pada Desa Ketapang, Padang Cermin, Pesawaran”

B. Permasalahan Mitra

Berdasarkan hasil wawancara kami dengan Ketua RT setempat, masyarakat desa sasaran kegiatan masih memiliki pemahaman yang minim terkait dampak lingkungan laut dari Illegal, Unreported, and Unregulated Fishing (IUU Fishing). Selain itu, pemahaman hukum nelayan sasaran tentang zona-zona laut yang diatur dalam peraturan internasional dan nasional juga masih tergolong sangat rendah. Hal tersebut disebabkan oleh tidak adanya perhatian dari pemerintah dalam menyediakan informasi, sosialisasi, serta pembinaan terkait pemanfaatan laut yang aman dan ramah lingkungan kepada nelayan setempat.

(9)

Sesuai dengan penjabaran analisis situasi diatas, maka dapat diidentifikasi dan dirumuskan masalah-masalah sebagai berikut:

a. Nelayan Desa Ketapang belum memiliki pemahaman dan kesadaran tentang apa itu praktik IUU Fishing dan bahayanya bagi ekosistem laut.

b. Nelayan Desa Ketapang belum memiliki pemahaman hukum tentang sanksi pidana dan regulasi internasional terkait IUU Fishing.

c. Nelayan Desa Ketapang belum memiliki pemahaman tentang batas-batas wilayah laut yang dapat dimanfaatkan berdasarkan peraturan nasional dan internasional.

d. Kurangnya perhatian pemerintah daerah dalam rangka mengawasi, membina dan menjamin keamanan masyarakat, khususnya terkait dengan upaya sosialisasi serta penyediaan sarana prasarana pemanfaatan laut.

C. Tujuan Kegiatan

Tujuan dari kegiatan PKM Unggulan ini adalah untuk meningkatkan pemahaman hukum masyarakat terhadap IUU fishing, serta batas-batas wilayah pemanfaatan laut menurut hukum internasional dan nasional. Selain itu, pengabdian ini bertujuan untuk menggerakkan masyarakat untuk lebih bersinergis membangun desa nelayan berwawasan lingkungan.

D. Manfaat Kegiatan

Manfaat dari pengabdian ini kepada masyarakat Desa sasaran adalah masyarakat Desa Ketapang dapat secara mandiri melakukan perannya sebagai salah satu pihak yang berkewajiban untuk menjaga lingkungan sekitarnya serta menjunjung tinggi hukum di negara Indonesia. Manfaat lainnya yaitu dapat memberikan pengetahuan hukum terkait sanksi pidana praktek IUU fishing. Pada akhirnya, pengabdian ini diharapkan dapat menjadikan Desa Ketapang sebagai desa melek hukum dan berwawasan lingkungan.

(10)

BAB II. SOLUSI DAN TARGET LUARAN

A. Solusi yang Ditawarkan

Sebagai salah satu desa pesisir yang memiliki potensi sumberdaya perikanan dan biota perairan yang cukup besar, para nelayan sebagai subjek sasaran pengabdian ini diharapkan memiliki pemahaman terhadap dampak IUU fishing terhadap pengurangan jumlah ikan dan penurunan pasokan pangan. Selain itu, para nelayan juga diharapkan dapat mengetahui implikasi hukum dari praktik IUU fishing sebagai akibat kurangnya pemahaman hukum nelayan dalam memanfaatkan hasil laut. Perwujudan harapan-harapan tersebut ditawarkan melalui sosialisasi hukum serta pendampingan bagi nelayan desa sasaran, yang merupakan satu rangkaian pengabdian dengan judul “Pemahaman Hukum Terhadap Praktik IUU Fishing dan Batas-Batas Wilayah Laut Menurut Hukum Internasional dan Nasional Pada Desa Ketapang, Padang Cermin, Pesawaran”

B. Target Luaran

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat unggulan ini akan menghasilkan luaran luaran yaitu:

1. Satu artikel yang dipublikasikan di jurnal pengabdian ber-ISSN;

2. Video kegiatan pengabdian kepada masyarakat.

(11)

BAB III. METODE PELAKSANAAN

A. Metode dan Tahapan Kegiatan

Metode pelaksanaan yang digunakan dalam pengabdian kepada masyarakat ini adalah melalui:

1. Sosialisasi dan diskusi yaitu penyampaian materi kepada tokoh masyarakat dan ketua asosiasi nelayan di Desa Ketapang yang berkaitan dengan pengembangan dan peningkatan pemahaman hukum nelayan desa sasaran. Materi sosialisasi terdiri dari:

a. Pemahaman nelayan terhadap praktik IUU fishing kaitannya dengan dampak jangka panjang berupa ketidakseimbangan ekosistem laut, serta keberlanjutan lingkungan laut sebagai sumberdaya pangan manusia.

b. Pemahaman hukum nelayan terhadap sanksi pidana praktik IUU fishing, serta keberlanjutan pesisisr laut mereka.

c. Pemahaman hukum nelayan terhadap batas-batas wilayah pemanfaatan laut menurut peraturan internasional dan nasional.

2. Bimbingan terhadap nelayan desa ketapang mengenai peningkatan kesadaran masyarakat pesisir akan pentingnya menjaga kelestarian habitat perairan dan sumberdaya ikan

B. Deskripsi Kegiatan

Kegiatan yang dilaksanakan berupa sosialisasi kepada masyarakat terkait peningkatan pemahaman hukum terhadap praktik IUU Fishing dan batas-batas wilayah laut menurut hukum internasional dan nasional. Fokus penelitian yang akan didiseminasikan ke masyarakat adalah peraturan-peraturan Indonesia dan internaisonal yang memuat perlindungan dan pelesatarian laut, serta sanksi pidana bagi para pelanggar. Kegiatan ini juga akan menghasilkan produk berupa modul kebijakan-kebijakan pemerintah kaitannya dengan larangan IUU fishing, pembagian zona maritim dan informasi singkat terkait bagian laut mana saja yang dapat dimanfaatkan secara legal. Modul informasi ini

(12)

diharapkan dapat menjadi guidelines dalam menciptakan desa nelayan yang melek hukum dan berwawasan lingkungan.

C. Prosedur Kerja

D. Pihak-Pihak yang Terlibat

Pihak-pihak yang terlibat dalam pengabdian ini adalah asosiasi nelayan di Desa Ketapang, Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran, Lampung.

E. Partisipasi Mitra

Pihak pertama yaitu nelayan Desa Ketapang akan berpartisipasi sebagai target utama dalam pengabdian ini. Selain itu, pelaksanaan keseluruhan kegiatan akan didukung oleh tokoh masyarakat desa sasaran, misalnya penyediaan lokasi sosialisasi. Sedangkan pihak kedua, yaitu tim pengabdi akan berpartisipasi saat pelaksanaan kegiatan, khususnya pada saat pelaksanaan sosialisasi peningkatan pemahaman hukum terhadap praktik IUU Fishing dan batas-batas wilayah laut menurut hukum internasional dan nasional.

F. Evaluasi Pelaksanaan Program dan Keberlanjutan Program

Evaluasi pelaksanaan program akan dilakukan setelah berakhirnya rangkaian kegiatan pengabdian di desa sasaran sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Keberlanjutan program ini yaitu disusunnya penelitian lanjutan berskala nasional yang akan berfokus pada pembinaan nelayan dalam rangka pencegahan praktik illegal fishing dan sosialisasi batas-batas wilayah laut menurut hukum nasional dan internaisonal.

Survei lokasi, Analisis Situasi dan, Perencanaan

Program

Pengajuan kerjasama dengan mitra dan pembagian tugas

Pelaksanaan Program Monitoring dan

Evaluasi

(13)

BAB IV. PERSONALIA PENGUSUL DAN KEAHLIAN

Agar pengabdian ini dapat berjalan sebagaimana mestinya, maka perlu dilakukan pembagian tugas serta pembentukan tim yang memadai berdasarkan keahlian dan tugas yang telah dipetakan. Adapun susunan personalia dan keahlian dari tim pengabdian ini adalah sebagaimana berikut:

No Nama Bidang Ilmu Alokasi

Waktu (jam/minggu)

Uraian Tugas

1 Dr. Rudi Natamiharja, S.H., DEA.

Ilmu Hukum, Hukum Internasional

12

jam/minggu

Melakukan analisis pendekatan sosial dan budaya di lokasi pengabdian. Lalu, bertanggungjawab penuh terhadap pelaksanaan pengabdian.

2 Ria Wierma Putri, S.H., M.H.

Ilmu Hukum, Hukum Internasional

8 jam/minggu Melakukan edukasi terhadap masyarakat terkait apa itu illegal, unreported and unregulated fishing

3 Yunita Maya Putri, S.H., M.H.

Ilmu Hukum, Hukum Internasional

8 jam/minggu Melakukan edukasi terhadap masyarakat terkait sanksi pidana IUU fishing menurut hukum internasional.

4 Rehulina Tarigan, S.H., MH

Ilmu Hukum, Hukum Laut Internasional

8 jam/minggu Melakukan edukasi terhadap masyarakat terkait pembagian zona maritim laut menurut UNCLOS 1982

5 Rinaldy Amirullah

Ilmu Hukum, Hukum Pidana

8 jam/minggu Melakukan edukasi terhadap masyarakat terkait sanksi pidana IUU fishing menurut hukum nasional

(14)

BAB V. RENCANA ANGGARAN DAN JADWAL PENGABDIAN

A. Rencana Anggaran Biaya

(15)

B. Jadwal Pengabdian

No. Uraian Kegiatan

Bulan ke-1

Bulan ke-2

Bulan ke-3

Bulan ke-4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1.

Pengembangan dan peningkatan pemahaman hukum nelayan desa sasaran

Persiapan Dokumen dan Keberangkatan

Sosialisasi dan Edukasi mengenai pemahaman nelayan terhadap praktik IUU Fishing fishing kaitannya dengan dampak jangka panjang berupa ketidakseimbangan ekosistem laut, serta keberlanjutan lingkungan laut sebagai sumberdaya pangan manusia

Sosialisasi pemahaman hukum nelayan terhadap sanksi pidana IUU Fishing.

Sosialisasi Pemahaman hukum nelayan batas- batas wilayah

pemanfaatan laut menurut peraturan internasional dan nasional

2.

Pendampingan pemanfaatan laut dan penerapan materi kegiatan

Bimbingan terhadap nelayan desa ketapang

(16)

mengenai peningkatan kesadaran masyarakat pesisir akan pentingnya menjaga kelestarian habitat perairan dan sumberdaya ikan Pembuatan modul kebijakan-kebijakan pemerintah kaitannya dengan larangan illegal fishing, pembagian zona maritim dan informasi singkat terkait bagian laut mana saja yang dapat dimanfaatkan secara legal

4. Evaluasi

5.

Laporan

Tahap seminar laporan Pembuatan Artikel Ilmiah

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Riset dan SDM Kelautan dan Perikanan. “Revolusi Industri 4.0 di Sektor Kelautan &

Perikanan Indonesia”. https://kkp.go.id/brsdm/poltekkarawang/artikel/14858-revolusi- industri-4-0-di-sektor-kelautan-and-perikanan-indonesia

Desi Yunitasari. 2020. “Penegakan Hukum Di Wilayah Laut Indonesia Terhadap Kapal Asing yang Melakukan Illegal Fishing Mengacu Pada Konvensi United Nations Convention On Law Of The Sea 1982”, Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Undiksha Vol 8 No 1.

David J Agnew, dkk. 2009. “Estimating the Worldwide Extent of Illegal Fishing”, Plos one Vol 4, Issue 2.

Kementerian kelautan dan perikananan. 2018. “Produktivitas Perikanan Indonesia. http://

kkp.go.id/wp-content/uploads/2018/01/KKPDirjen-PDSPKP-FMB-Kominfo-19- Januari2018.pdf.

Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2019. “Pemulangan Nelayan Indonesia”.

https://kkp.go.id/djpsdkp/stasiunbelawan/artikel/11565-pemulangan-nelayan-indonesia Our World Data. 2017. “Fish and seafood consumption per capita”. 1961 to 2017.

https://ourworldindata.org/grapher/fish-and-seafood-consumption-per-capita?tab=chart Pemerintah Provinsi Lampung. 2014. “Jumlah Konsumsi di Lampung”.

https://lampungprov.go.id/detail-post/jumlah-konsumsi-ikan-di-lampung-meningkat Sri Asih R. 2017. “Illegal, Unreported, and Unregulated Fishing: The Impacts and Policy

for its Completion in Coastal West of Sumatera”. Jurnal Hukum Internasional Vol 14 No 2.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Strategi dalam mengatasi kemiskinan dan ketimpangan sosial dalam pembangunan inklusif pada sektor pariwisata sangat menentukan berhasil atau tidaknya proses pembangunan yang

Akibat positif yang dihasilkan adalah pemerintah akan memilki akuntabilitas yang lebih kuat (Hasbullah, 2006) .Negara melalui sistem pemerintahan yang baik dapat

Kegiatan pengabdian ini dilakukan dalam rangka meningkatkan peran serta masyarakat mitra dalam upaya pemutusan rantai penyebaran Covid-19 10 melalui pembentukan satuan

Dengan kondisi guru-guru yang belum banyak menguasai teknik analisis data menggunakan SPSS maka perlu diadakan Pelatihan Analisis Data dengan menggunakan aplikasi

Ada pun prosedur kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah: (1) ceramah dan diskusi/tanyajawab tentang program pengembangan diri sebagai pengelola dan

Bila diberikan penyuluhan dan pelatihan cara mengelola dan mengolah limbah jelantah sehingga bisa dipakai sebagai bahan baku pembuatan sabun ramah lingkungan, maka hal

Manfaat umum yang ingin dicapai dari program pengabdian pada masyarakat ini adalah meningkatkan pengetahuan dan pemahaman BUMDes dan stakeholders (utamanya pelaku usaha

Melalui kegiatan ini akan diinformasikan kepada petani, kelompok tani, dan gabungan kelompok tani yang ada di Kabupaten Pringsewu tentang teknologi pemupukan yang tepat