DIPA FT
PROPOSAL
PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS LAMPUNG
PELATIHAN PEMBUATAN SABUN PADAT DARI MINYAK JELANTAH DAN SABUN CAIR RAMAH LINGKUNGAN DARI BAHAN MES
BAGI UMKM BERKAH RIDHO DI DESA SIDOSARI, KECAMATAN NATAR, KABUPATEN LAMPUNG SELATAN
TIM PENGUSUL
Simparmin br. Ginting, S.T., M.T. NIDN: 0011116602 SINTA ID: 6649090 Dr. Sri Ismiyati Damayanti, S.T.,M.Eng. NIDN: 0019047903 SINTA ID: 6032635 Muhammad Hanif, S.T., M.T. NIDN: 0002048105 SINTA ID: 6124208 Dr. Lilis Hermida, S.T., M.Sc. NIDN: 0008026902 SINTA ID: 5997745
JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG
2021
PENGESAHAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT DIPA FT UNILA Judul Pengabdian
Manfaat Sosial Ekonomi
:
:
Pelatihan Pembuatan Sabun Padat Dari Minyak Jelantah Dan Sabun Cair Ramah Lingkungan Dari Bahan Mes Bagi UMKM Berkah Ridho Di Desa Sidosari, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan
Minimasi Limbah Jelantah dan Penghematan Belanja Sabun Pabrikan bagi UMKM Berkah Ridho
Ketua Pengusul
a. Nama Lengkap : Simparmin Br Ginting, S.T., M.T.
b. Jabatan Fungsional c. Program Studi d. SINTA ID e. Nomor HP
f. Alamat surel (e-mail)
: : : : :
Lektor Kepala Teknik Kimia 6649090 081279051715
[email protected] Anggota (1)
a. Nama Lengkap : Dr. Sri Ismiyati Damayanti, S.T.,M.Eng. b. Program Studi : Teknik Kimia
c. SINTA ID : 6032635
Anggota (2)
a. Nama Lengkap : Muhammad Hanif, S.T., M.T.
b. Program Studi : Teknik Kimia
c. SINTA ID : 6124208
Anggota (3)
Nama Lengkap : Dr. Lilis Hermida, S.T., M.Sc.
Program Studi : Teknik Kimia
SINTA ID : 5997745
Biaya Kegiatan : Rp. 7.000.000,-
Sumber dana : DIPA FT Universitas Lampung 2021
Bandar Lampung, 24 Mei 2021 Mengetahui,
Wakil Dekan I, Ketua Pengusul,
(Irza Sukmana, S.T., M.T., Ph.D) NIP. 197008122001121001
(Simparmin Br. Ginting, S.T., M.T.) NIP. 196611111994022001
Menyetujui,
a.n Dekan Fakultas Teknik Unila, Wakil Dekan I,
(Irza Sukmana, S.T., M.T., Ph.D) NIP. 197008122001121001
DAFTAR ISI
Halaman Judul... ii
Daftar Isi... iii
Abstrak... iv
Bab 1. Pendahuluan ... 1
Bab 2. Solusi dan Target Luaran. ... 5
Bab 3. Metode Pelaksanaan... 9
Bab 4. Personalia Pengusul dan Keahlian... 14
Bab 5. Rekapitulasi Rencana Anggaran Belanja dan Jadwal Pelaksanaan ... 15
Daftar Pustaka... 16
ABSTRAK
Pengabdian ini bertujuan membantu pelaku UMKM Berkah Ridho yang bergerak di industri makanan di Desa Sidosari, Kec. Natar, Kab. Lampung Selatan, (mitra). Mitra tidak pernah mengganti jelantah (minyak bekas) dengan yang baru melainkan hanya menambahkan minyak baru ke jelantah untuk menggoreng makanan berikutnya. Mitra menganggap dengan menggunakan minyak goreng yang ber’merk’ maka jelantah sudah aman digunakan secara berulang, sehingga menghemat pengeluaran belanja minyak goreng tanpa mengetahui bahayanya, hal ini dikarenakan rendahnya tingkat pendidikan Mitra. Oleh sebab itu kegiatan PKM ini sangat perlu dilakukan untuk memberikan pemahaman pada mitra tentang bahayanya jelantah apabila dipakai secara berulang tanpa pernah diganti dengan yang baru. Metode yang dilakukan dalam pengabdian ini meliputi: sosialisai, pelatihan, dan praktek langsung mengolah dan membuat sabun cuci padat dan cair berbahan MES yang ramah lingkungan. Dalam sosialisasi akan dijelaskan bahaya jelantah bagi kesehatan dan lingkungan. Pelatihan dan praktek diberikan kepada mitra tentang cara mengelola, mengolah dan membuat sabun cuci padat dan cair yang ramah lingkungan berbahan MES untuk keperluan rumah tangga dan bahkan untuk dijual. Dengan demikian akan menghemat biaya belanja sabun cuci dan mengurangi ketergantungan pada sabun pabrikan. Bahkan bisa menjadi penghasilan tambahan bagi yang serius ingin menekuni usaha pembuatan sabun cuci ini.
Keyword: Sabun Jelantah Padat, Sabun Cair berbahan MES, Ramah Lingkungan
BAB 1. PENDAHULUAN
A. Analisis Situasi
Laporan dari Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) DKI Jakarta pernah menyatakan bahwa hanya 3 persen badan air di DKI Jakarta yang memenuhi Baku Mutu Air. Hal ini antara lain dipicu oleh tingginya pencemaran dari jelantah yang dibuang ke saluran air. Menurut Ahmad, sebagian besar sektor rumah tangga dan perusahaan pengolah makanan, termasuk warung makan, restoran dan lainnya masih membuang sisa jelantah ke saluran air, sekalipun dalam jumlah kecil (5 cc – 15 cc) terutama yang menempel di penggorengan mereka. Namun karena jutaan rumah tangga (pribadi maupun perusahaan), maka akumulasinya menjadi sangat besar, sekitar 5.000 sampai 15.000 liter minyak bekas pakai masuk ke badan air dan mengendap di dasar air, terutama di kawasan muara. Direktur Eksekutif Komite Penghapusan Bensin Bertimbel (KPBB), Ahmad Safrudin kepada Greeners mengatakan bahwa usaha untuk mengolah kembali jelantah menjadi minyak goreng tidak dimungkinkan sekalipun telah melalui tahapan penyaringan, penjernihan dan distilasi. Karena, minyak bekas pakai (jelantah) adalah jenis limbah yang berbahaya bagi kesehatan manusia, dan jika dibuang secara sembarangan berpotensi menjadi limbah B3 (berbahaya dan beracun). Sementara dari segi lingkungan, akan menyebabkan jelantah mengkontaminasi tanah dan air serta terakumulasi di badan- badan air terutama kawasan muara. Apabila tidak dikelola dengan baik, kandungan senyawa dengan karakteristik sebagai limbah B3 membuat jelantah berpotensi meracuni ekosistem, mengganggu keseimbangan BOD (biological oxide demand) dan COD (chemical oxide demand) pada badan-badan yang sangat berperan menopang kehidupan biota. (Greeners.co, 2016).
Masyarakat Bandar Lampung mengeluhkan maraknya penjualan minyak goreng bekas pakai atau jelantah ilegal untuk home industri di wilayah Lampung, khususnya Bandar Lampung. Salah satunya selain home industri di daerah kabupaten, jelantah juga di distribusikan di home industri penggorengan tahu di wilayah Gunung Sula Bandar Lampung. Hal ini seperti dikeluhkan oleh salah satu warga kelurahan Waykandis, Tanjungseneng Bandar Lampung, usai dirinya membeli tahu goreng langsung di home industri di salah satu wilayah Gunung Sulah, dirinya mengalami
2 gangguan tenggorokan. Karena harganya lebih murah dari harga yang dijual di pasar tradisional, warga tersebut membeli tahu goreng langsung pada home industrinya di wilayah Gunung Sulah, namun setelah ia konsumsi bersama keluarganya, mereka mengalami gangguan tenggorokan seperti batuk-batuk, kepala pusing dan lainnya.
Menurut warga tersebut ia melihat langsung cara penggorengan tahu yang menggunakan minyak goreng yang telah menghitam, dirinya sempat menanyakan kepada pemilik penggorengan tahu jika minyak yang digunakan adalah jelantah yang dibeli dari pengepul. (MediaMerdeka.co.,2018).
Di Desa Sidosari Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan merupakan lokasi mitra terdapat sejumlah pelaku UMKM yang bergerak dibidang usaha diantaranya: pedagang gorengan, warung makan, dan usaha makanan camilan seperti kripik pisang, kripik singkong, kripik tempe, dan lain-lain. Dari hasil survey dan wawancara tim PKM Universitas Lampung dengan kelompok UMKM didapat informasi bahwa selama ini mereka menggunakan minyak goreng bekas (jelantah) berulang kali untuk menggoreng makanan mereka, tanpa pernah mengganti jelantah dengan minyak goreng baru. Namun mereka akan menambahkan minyak goreng baru ke jelantah untuk memenuhi jumlah minyak yang dibutuhkan untuk menggoreng makanan berikutnya. Mereka beranggapan bahwa dengan menggunakan minyak goreng kemasan yang ber”merk” maka tidak masalah bila mereka menggunakan berulang kali jelantah tersebut. Hal ini mereka lakukan karena ketidaktahuan akan dampak buruk terhadap kesehatan dari penggunaan jelantah berulang kali, alasan mereka melakukan nya semata-mata hanyalah untuk alasan ekonomi menghemat biaya pengeluaran minyak goreng. Padahal jelantah ini bila digunakan berulang kali untuk menggoreng makanan akan berakibat buruk terhadap kesehatan, dan apabila dibuang begitu saja ke lingkungan akan merusak tanah, air, dan membuat saluran mampet seperti yang telah diuaraikan sebelumnya. Penggunaan minyak goreng bekas (jelantah) sudah umum ditemui baik di pedagang gorengan, rumah makan, industri makanan, maupun di rumah tangga. Penggunaan jelantah ini dapat mengurangi biaya pembelian minyak, sehingga akan mengurangi biaya pengeluaran belanja bulanan. Kebanyakan jelantah sebenarnya merupakan minyak yang telah rusak. Minyak yang tinggi kandungan LTJ (Lemak Tak Jenuh)-nya memiliki nilai tambah hanya pada gorengan pertama saja, sementara yang tinggi ALJ (Asam Lemak Jenuh)nya bisa lebih lama lagi, meski pada akhirnya akan rusak juga. Oleh proses penggorengan sebagian ikatan rangkap akan menjadi jenuh.
3 Penggunaan yang lama dan berkali-kali dapat menyebabkan ikatan rangkap teroksidasi, membentuk gugus peroksida dan monomer siklik. (Ramdja, dkk.,2021)
Sebenarnya jelantah ini apabila dikelola dan diolah dengan cara yang tepat masih bisa memberikan nilai ekonomis karena masih bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk pembuatan sabun, lilin, biodiesel, dan lain-lain. Namun dikarenakan rendahnya tingkat pendidikan mitra (ada yang hanya lulus SD, SMP, SMA, dan bahkan ada yang tidak sekolah) dan kurangnya penyuluhan yang diberikan kepada mereka sehingga mereka tidak tahu bagaimana cara mengolah jelantah tersebut melainkan dipakai secara terus-menerus tanpa pernah mengganti dengan minyak yang baru. Hal inilah yang membuat keprihatinan dari tim PKM Universitas Lampung terhadap warga Desa Sidosari, khususnya pelaku UMKM yang bergerak dibidang usaha makanan.
Gambar 1: Beberapa sample produk camilan kripik UMKM Sidosari dan minyak goreng bekas (jelantah) yang digunakan berulang kali untuk menggoreng produk
4 B. Permasalahan Mitra
Berdasarkan hasil survey dan identifikasi permasalahan, hal yang dihadapi mitra adalah :
1. Mitra tidak mengetahui adanya bahaya dari penggunaan berulang kali minyak goreng bekas (jelantah) terhadap kesehatan. Hal ini dikarenakan rendahnya tingkat pendidikan dan kurangnya penyuluhan tentang bahaya penggunaan secara berulang, pengelolaan dan pengolahan serta pemanfaatan dari limbah jelantah.
2. Mitra tidak mengetahui cara mengelola dan mengolah jelantah, agar dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan sabun padat dan sabun cair berbahan MES. Bila diberikan penyuluhan dan pelatihan cara mengelola dan mengolah limbah jelantah sehingga bisa dipakai sebagai bahan baku pembuatan sabun ramah lingkungan, maka hal ini akan memberikan nilai ekonomis dari jelantah, dan akan mengurangi biaya pengeluaran per bulan untuk membeli sabun pabrikan untuk keperluan cuci mencuci, mengepel lantai, bahkan bisa menjadi sumber pendapatan baru bagi warga yang berminat menekuni usaha pembuatan sabun ramah lingkungan.
C. Tujuan Kegiatan
Berdasarkan identifikasi dan rumusan masalah yang dihadapi mitra, maka tujuan dari kegiatan PKM ini adalah:
1. Memberikan penyuluhan/ edukasi kepada mitra agar dapat mengetahui apa saja bahaya bagi kesehatan tubuh bila jelantah digunakan secara berulang untuk menggoreng makanan, dan apa saja bahaya bagi lingkungan bila jelantah dibuang ke tanah, atau saluran pembuangan.
2. Memberikan penyuluhan agar mitra mampu mengelola dan mengolah limbah jelantah untuk digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun cuci padat yang ramah lingkungan.
3. Memberi pelatihan cara membuat sabun padat ramah lingkungan dari jelantah agar mitra dapat membuat sabun cuci sendiri.
4. Memberi pelatihan cara membuat sabun cairramah lingkungan berbahan MES agar mitra dapat membuat sabun cuci cair sendiri.
5 D. Manfaat Kegiatan
Dengan terlaksana nya kegiatan PKM ini maka diharapkan mitra sudah tidak lagi menggunakan jelantah nya secara berulang untuk menggoreng makanan/ produk nya, namun diolah sendiri menjadi sabun cuci padat dan cair ramah lingkungan untuk rumah tangga sehingga mengurangi ketergantungan pada sabun pabrikan. Dengan membuat sabun cuci sendiri memanfaatkan limbah jelantah dan MES akan menghemat biaya pengeluaran bulanan untuk membeli sabun cuci, membantu meningkatkan kesehatan tubuh dan mengurangi pencemaran lingkungan.
BAB 2. Solusi Dan Target Luaran
a. Solusi, luaran, dan capaian luaran kegiatan
Solusi yang ditawarkan oleh tim pengusul dalam permasalahan mitra melalui kegiatan PKM ditampilkan pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Permasalan Mitra dan Solusi yang Ditawarkan
No Permasalahan Mitra Solusi
1 Tidak mengetahui adanya bahaya dari penggunaan berulang minyak goreng bekas (jelantah) terhadap kesehatan dan lingkungan.
Memberikan penyuluhan/ edukasi kepada mitra agar mengetahui apa saja bahaya dari jelantah bagi kesehatan tubuh dan lingkungan.
2 Tidak mengetahui cara mengelola, mengolah, dan memanfaatkan limbah minyak jelantah menjadi bahan baku pembuatan sabun ramah lingkungan
Memberikan penyuluhan dan pelatihan agar mitra bisa mengelola, mengolah, dan membuat sendiri sabun cuci yang ramah lingkungan dari limbah jelantah dan MES untuk kebutuhan rumah tangga bahkan bisa untuk dijual.
Luaran yang diharapkan dari solusi yang ditawarkan ditampilkan pada Tabel 2.2.
6 Tabel 2.2. Solusi yang Ditawarkan dan Luaran
NO Solusi Luaran
1 Memberikan penyuluhan/ edukasi kepada mitra agar mengetahui apa saja bahaya jelantah bagi kesehatan tubuh dan lingkungan.
Minyak jelantah tidak digunakan lagi secara berulang untuk menggoreng makanan/ produk.
2 Memberikan penyuluhan dan pelatihan agar mitra dapat mengelola, mengolah, dan membuat sendiri sabun cuci ramah lingkungan dari limbah jelantah dan MES untuk kebutuhan rumah tangga bahkan bisa untuk dijual.
1.Terbentuknya kelompok pengepul minyak jelantah (bank minyak jelantah).
2.Modul cara pengolahan jelantah untuk bahan baku sabun.
3.Modul cara membuat sabun cuci padat dan cair yang ramah lingkungan menggunakan peralatan yang ada di rumah.
Capaian luaran yang ditargetkan tampak pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3. Capaian Luaran Kegiatan
No Jenis luaran Indikator Capaian
Luaran wajib
1 Publikasi ilmiah di jurnal nasional ber ISSN/prosiding ber ISBN1} Diterima 2 Publikasi pada media cetak/online/repository PT2) Sudah terbit 3 Peningkatan daya saing (peningkatan kualitas, kuantitas, serta nilai
tambah barang, jasa, diversifikasi produk, atau sumber daya lainnya) 3)
Ada peningkatan
4 Peningkatan penerapan iptek di masyarakat (mekanisasi, IT, dan manajemen) 3)
Ada peningkatan
5 Perbaikan tata nilai masyarakat (seni budaya, sosial, politik, keamanan, ketentraman, pendidikan, kesehatan) 4)
Ada perbaikan
6 Video kegiatan berdurasi sekitar 5 menit Sudah diupload
7 Artikel ilmiah yang dipresentasikan di pertemuan ilmiah dengan pnyelenggara LPPM Unila
Sudah dilaksanakan
Luaran tambahan
1 Publikasi di Jurnal Internasional 1) Tidak ada
2 Jasa, rekayasa sosial, metode atau sistem, produk/barang 5) Sabun padat dan cair
3 Inovasi Teknologi Tepat Guna5) Tidak ada
4 Hak kekayaan intelektual (Paten, Paten sederhana, Hak Cipta, Merek Dagang, Desain Produk Industri, Perlindungan varietas tanaman, Perlindungan desain topografi sirkuit terpadu) 6)
Belum ada
5 Buku Ajar (ISBN)2) Tidak ada
7 b. Tinjauan Pustaka
Pemanasan berulang minyak pada suhu tinggi (160–190oC) dalam jangka waktu yang lama menyebabkan terjadinya predisposisi minyak menjadi oksidasi termal sehingga warna menjadi gelap disebabkan oleh proses oksidasi terhadap tokoferol (Vitamin E), hidrolisis minyak dengan adanya air mengakibatkan lemak terhidrolisis menjadi gliserol dan asam lemak. Reaksi ini dipercepat oleh basa, asam, dan enzim- enzim. Hidrolisis menurunkan mutu minyak goreng, akibatnya asam lemak bebas bertambah. Oksidasi dan ketengikan, disebabkan oleh proses otooksidasi radikal asam lemak tidak jenuh dalam minyak. Selanjutnya polimerisasi yaitu pembentukan suatu senyawa polimer selama proses menggoreng terjadi karena reaksi polimerisasi adisi dari asam lemak tidak jenuh, mudah terjadi pada minyak yang mengandung asam-asam lemak tidak jenuh dalam jumlah besar, polimerisasi juga menyebabkan terjadinya perubahan konfigurasi asam lemak dari cis menjadi isomer trans dan mempercepat pembentukan lipid teroksidasi dan terpolimerisasi dalam media penggorengan.
Penggunaan minyak goreng yang dipanaskan berulang kali diketahui dapat menginduksi genotoksisitas dan karsinogenisitas, merusak kesehatan seperti: risiko penyakit kardiovaskular, endotel penyelewengan fungsi, gangguan respon vasorelaxation, hipertensi, peningkatan peroksidasi lipid, LDL, dan aterosklerosis. (A.
Viantini dan Yustinah, 2015), (Venkata and Subramanyam, 2016).
Sementara dari segi lingkungan, jika minyak jelantah dibuang menyebabkan tanah dan air terkontaminasi dan akan terakumulasi di badan-badan air. Apabila tidak dikelola dengan baik, kandungan senyawa dengan karakteristik sebagai limbah B3 membuat minyak jelantah berpotensi meracuni ekosistem, mengganggu keseimbangan BOD (biological oxide demand) dan COD (chemical oxide demand) pada badan-badan yang sangat berperan menopang kehidupan biota. (Greeners.co, 2016). Minyak jelantah dapat membentuk lapisan minyak dalam air, menurunnya konsentrasi oksigen terlarut di dalam air, menjadikan pencahayaan matahari kurang maksimal sehingga organisme di dalam air kekurangan cahaya, pada suhu rendah limbah minyak jelantah akan membeku sehingga menyumbat saluran pipa, membuat saluran air pembuangan terganggu (Travis et al, 2008). Limbah minyak jelantah yang dibuang ke lingkungan akan mengalami degradasi biologi yang menyebabkan pencemaran lingkungan berupa turunnya kadar COD dan BOD dalam perairan yang dapat menimbulkan bau yang busuk jika dibuang ditempat terbuka (Djaeni, 2002).
8 Dari uraian yang telah disampaikan maka limbah jelantah ini sebaik nya dikelola dan diolah saja menjadi bahan baku untuk pembuatan sabun padat dan sabun cair ramah lingkungan. Untuk membuat sabun padat maupun cair bahan utama yang dibutuhkan adalah asam lemak yang terdapat di dalam jelantah, lye (NaOH untuk sabun padat dan KOH untuk sabun cair), dan air. Berikut adalah reaksi penyabunan (saponifikasi) asam lemak dengan larutan basa (lye) untuk menghasilkan sabun padat/
cair dan gliserol seperti ditampilkan pada Gambar 1.
Gambar 1. Reaksi Penyabunan (Saponifikasi)
Kelebihan dari sabun buatan sendiri ini masih mengandung gliserol/ gliserin yang berfungsi melembabkan kulit, ramah lingkungan biodegradable, karena tidak menggunakan bahan deterjen seperti surfaktan sintetik antara lain SLS ( Sodium Lauryl Sulfate ) atau SLES ( Sodium Laureth Sulfate ), paraben yang dapat menyebabkan kulit iritasi, kering karena tidak mengandung gliserol/ gliserin sulit untuk diurai dan membutuhkan waktu yang lama, sehingga dapat menyebabkan pencemaran lingkungan.
Sabun cair berbahan MES (Methyl Ester Sulfonate), MES sendiri pembuatannya berasal dari metil ester minyak sawit (Elaeis Guineensis) di mana Indonesia merupakan produsen kedua terbesar kedua di dunia maka memungkinkan Indonesia sebagai pelopor produsen surfaktan MES ini. MES adalah surfaktan anionik yang dapat dibuat dengan sulfonasi metil ester asam lemak jenuh, yang berasal dari lemak dan minyak alami. MES berbentuk serpihan berwarna putih. Digunakan pada pembuatan sabun laundry dan bekerja sebagai surfaktan untuk daya bersih. Surfaktan berasal dari kata surface active agent yakni senyawa kimia yang bisa mengaktifkan permukaan suatu zat lain yang awalnya tidak dapat berinteraksi. MES mempunyai tingkat deterjensi yang lebih baik dibandingkan dengan LABS atau LAS dalam pengujian pencucian dalam temperature sedang, sekalipun pada tingkat kesadahan air,
9 MES lebih unggul dibandingkan surfaktan lain. Jikalau surfaktan lain tidak tahan pada konsentrasi tertentu maka MES bisa diajak jadi teman untuk bersinergi misalnya dengan menambahkan surfaktan lain untuk meningkatkan busa. MES terdegradasi secara signifikan lebih cepat daripada LAS dan secara substansial terdegradasi di sekitar satu hari. MES mempertahankan aktivitas enzim yang lebih baik dibandingkan dengan surfaktan lainnya. Efek dari builder juga tidak memberi efek yang signifikan.
Pembuatan sabun cair dari bahan MES ini sangat mudah.
BAB 3. METODE PELAKSANAAN
a. Metode yang akan dipakai dalam menyelesaikan permasalahan mitra adalah : 1. Penyuluhan/ edukasi tentang bahaya minyak jelantah bagi kesehatan apabila
digunakan berulang kali untuk menggoreng makanan dan jika dibuang ke lingkungan.
2. Pelatihan/ praktek pengolahan minyak jelantah untuk bahan baku pembuatan sabun
3. Pelatihan/ praktek membuat sabun padat dari jelantah dan sabun cair berbahan MES
b. Deskripsi kegiatan yang akan diterapkan :
1. Penyuluhan tentang bahaya minyak jelantah oleh tim PKM:
i. Penyebab kerusakan minyak jelantah.
ii. Bahaya penggunaan minyak jelantah bagi kesehatan tubuh.
iii. Bahaya minyak jelantah bagi lingkungan tanah dan air.
2. Pelatihan/ praktek pengolahan minyak jelantah oleh tim PKM, mahasiswa, dan mitra
i. Merendam minyak jelantah dengan kulit pisang selama sehari, lalu saring dengan saringan kain untuk memisahkan jekantah dari ampas sisa makanan ii. Menghilangkan bau jelantah menggunakan rerempahan, herbal
iii. Menjernihkan jelantah menggunakan arang atau zeolite.
10 3. Pelatihan/ praktek membuat sabun padat jelantah dan cair berbahan MES oleh
tim PKM, mahasiswa, dan mitra:
i. Tahap persiapan alat dan bahan
ii. Tahap penimbangan bahan-bahan membuat sabun iii. Tahap pembuatan larutan lye (basa)
iv. Tahap pencampuran bahan-bahan v. Tahap pencetakan sabun padat
c. Prosedur Kerja untuk mendukung metode:
1. Tim menyiapakan slide presentasi dan handout untuk dibagikan ke peserta penyuluhan berisi tentang materi bahaya penggunaan jelantah bagi kesehatan dan lingkungan, dan modul cara pengolahan jelantah, dan cara pembuatan sabun cuci padat dan cair.
2. Pelatihan/ praktek pengolahan minyak jelantah oleh tim PKM, mahasiswa, dan mitra.
Prosedur pengolahan jelantah sebagai berikut:
i. Merendam minyak jelantah dengan kulit pisang selama sehari, lalu saring dengan saringan kain untuk menghilangkan ampas sisa makanan.
ii. Merebus minyak jelantah dengan rerempahan sereh, laos, pandan untuk menghilangkan bau sampai mendidih, lalu saring pakai saringan kain iii. Merendam minyak jelantah dengan arang atau zeolite untuk
menjernihkan warna jelantah lalu saring dengan kain saring
3. Pelatihan/ praktek membuat sabun padat jelantah dan sabun cair berbahan MES oleh tim PKM, mahasiswa, dan mitra:
Tahapan dalam pembuatan sabun padat dan cair ditampilkan pada Tabel 3.1-3.6.
Tabel 3.1. Alat Yang Dibutuhkan Pada Pembuatan Sabun Padat Dan Cair
• Saringan rapat atau kain bekas untuk menyaring minyak dengan arang, serta menyaring herbal yang telah diblender
• Pandan/sereh bisa juga direbus, jika tidak ada blender.
• Pengaduk kayu atau whisker manual, atau
• kompor untuk memasak adonan sabun cair berbahan MES
• Gelas takar (plastik tahan panas atau stainless atau kaca)
• Wadah stainless steel atau wadah plastik yang tahan panas (jangan menggunakan
11 hand blender
• Sapatula
• Timbangan (sebaiknya timbangan digital supaya mendapatkan angka yang presisi)
wadah dari aluminium). Wadah ini dipakai untuk mengaduk adonan sabun
• Cetakan tahan panas, cetakan puding dari silikon, bekas kardus susu cair.
Tabel 3.2. Alat APD Yang Dibutuhkan Pada Pembuatan Sabun Padat Dan Cair Alat Pelindung Badan (APD)
• Sarung tangan dan baju lengan Panjang untuk melindungi dari cipratan lye
• Masker untuk melindungi terhirupnya larutan lye
• Kaca mata google untuk melindungi mata
• Sarung tangan dan baju lengan Panjang untuk melindungi dari cipratan lye
• Masker untuk melindungi terhirupnya larutan lye
• Kaca mata laboratorium (googles) untuk melindungi mata
Tabel 3.3. Bahan-Bahan Yang Dibutuhkan Pada Pembuatan Sabun Padat Dan Cair
BAHAN-BAHAN SABUN PADAT BAHAN-BAHAN SABUN CAIR
• Minyak jelantah 400 gram
• Minyak kelapa 100 gram
• NaOH 75,1 gram
• Pandan/sereh 7-10 lembar diblender
• jahe, sereh kunyit salam lengkuas
• Air 190 gram
• MES (Methyl Ester Sulfonate) 1000 gram
• Garam 750-1000 gram
• Sodium Tripolyphosphate (STPP) 10 gram
• Citrun 5 gram
• Air 5 liter (merebus MES)
• Air 17-20 liter untuk melarutkan garam dan lainnya
12 Tabel 3.4. Cara Pembuatan Sabun Padat
1. Selalu pakai alat pelindung badan (APD) 2. Rendam kulit pisang kedalam minyak
jelantah ±24 jam.
Setelah itu saring. (Pic 1 dan 2)
3. Rebus minyak jelantah dengan penambahan bumbu dapur seperti yang sudah dijelaskan diatas. Lalu rebus sampai timbul busa di atas permukaan minyak. Buang busa yang mengapung. Saring semua bumbu dapur.
Lalu dinginkan minyak sampai benar benar dingin. (Pic 3 dan 4)
4. Dalam wadah, masukan minyak lainnya.
Aduk sampai tercampur rata. Lalu tambahkan arang bambu. Aduk lagi.
5. Membuat basa (lye) solution: Masukan soda api kedalam larutan air/pandan/teh/kopi. Sampai larut dan larutan mendingin. (Pic 5)
6. Tuang basa solution kedalam campuran minyak jelantah dan minyak lainnya 7. Aduk dengan hand blender atau mixer atau
centong kayu panjang sampai adonan membentuk pasta gigi atau mayonaise. Itu tanda sudah trace, lalu tambahkan 1 sachet molto/pengharum pakaian. Atau bisa juga gunakan parfum. Molto disini sebagai pengganti pelembut pakaian, jangan gunakan parfum bila sudah menggunakan molto.
8. Tuang kedalam wadah cetakan. Diamkan 24 jam lalu siap dipotong dan sabun siap memasuki masa curing/diangin anginkan selama 2 minggu. Setelah itu siap dipakai untuk kebutuhan cuci mencuci. Adonan sabun bisa dibentuk di cetakan puding seperti pada gambar (Pic 6 dan 7).
Gambar 2. Tahapan Proses Pembuatan Sabun Padat dari Minyak Jelantah
13 Tabel 3.5. Cara Membuat Sabun Cair Berbahan MES
1. Rebus air sebanyak 5 x berat MES, saat sudah mulai mendidih, apinya kecilkan.
Lalu tuang MES, aduk – aduk terus hingga semua Mes larut dengan sempurna. Jika sudah larut semuanya, apinya matikan. Angkat hasil rebusan MES nya, dan biarkan sampai dingin 2. Timbang sesuai takaran : garam,
STPP, citrun, foam booster. Masukan dalam wadah plastik (teko atau baskom). Lalu tuang air 2 liter, aduk – aduk hingga semua larut dan tercampur dengan sempurna.
3. Tambahkan lagi air 8 liter secara bertahap sambil terus di aduk- aduk.
4. Tuang air rebusan MES secara bertahap sambil terus di aduk – aduk sampai larutannya kental seperti gel.
5. 5. Tuang lagi air sebanyak 7 – 10 liter secara bertahap sambil terus di aduk - aduk, jika airnya belum habis tapi larutannya di rasa sudah cukup tingkat kekentalannya, maka stop penambahan airnya.
6. Tuang pewarna secukupnya. Jika menggunakan pewarna serbuk, maka larutkan dulu dengan air secukupnya, lalu tuang dalam adonan sambil terus di aduk -aduk sampai mendapatkan warna yang di kehendaki.
7. Tuang parfum, aduk -aduk lagi. Biarkan selama 1 – 3 jam sampai busanya turun.
Jika sudah, ditergen siap digunakan dan di kemas.
d. Pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan
Pihak yang terlibat dalam kegiatan, sesuai yang dijabarkan pada metode, deskripsi, dan prosedur kerja adalah tim dosen Unila, mahasiswa, dan kelompok UMKM Berkah Ridho.
e. Partisipasi mitra
Kelompok UMKM dan IRT berpartisipasi menyediakan tempat, jelantah, rerempahan, dan kompor.
f. Evaluasi dan keberlanjutan program
Monitoring dan evaluasi tidak hanya dilakukan setelah kegiatan selesai, namun dilaksanakan selama program berlangsung agar sesuai dengan yang diharapkan di awal.
Keberlanjutan program masih diperlukan terhadap produk makanan camilan untuk pengemasan dan pemasaran dan juga perbaikan mutu sabun.
14 BAB 4. PERSONALIA PENGUSUL DAN KEAHLIAN
1. Jenis Kepakaran yang Diperlukan
Dalam melaksanakan program pengabdian kepada masyarakat, selain kepakaran yang bersifat keilmuan, juga kepakaran dalam hal berkoordinasi dengan warga desa, secara umum memiliki beberapa karakter khas yang berbeda dengan lingkungan kampus. Oleh sebab itu, kepakaran yang diperlukan untuk kegiatan pengabdian ini adalah kemampuan berkomunikasi dan berkoordinasi dengan warga, kemampuan dalam edukasi dan penyampaian IPTEK, kemampuan praktek pembuatan sabun jelantah padat dan cair, kemampuan dalam memperkenalkan dan memasarkan produk kepada khalayak lain.
2. Tim Pengusul, kepakaran, dan tugas
Kepakaran dan tugas tim pengusul ditampilkan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Kepakaran dan Tugas Tim Pegusul
No Nama Kepakaran Tugas
1 Simparmin Br Ginting, S.T., M.T.
Bidang riset material maju, Sudah biasa membuat sabun padat dan cair, Pengalaman berinteraksi dengan warga desa lokasi pengabdian.
Koordinasi internal tim Unila, koordinasi dengan warga, bertanggaung jawab memberikan edukasi bahaya jelantah, praktek sabun, dan pelaporan.
2 Dr. Sri Ismiyati Damayanti, S.T., M. Eng.
Bidang riset bioproses, Pengalaman berinteraksi dengan warga desa lokasi pengabdian.
Bertanggung jawab untuk praktek sabun dan publikasi.
3 Muhammad Hanif, S.T., M.T.
Bidang riset Ekstraksi oleokimia Pengalaman berinteraksi dengan warga desa lokasi pengabdian.
Bertanggung jawab praktek sabun, pembuatan video dan publikasi.
4 Dr. Lilis Hermida, S.T., M.Sc.
Bidang riset material maju, sudah bisa berinteraksi dengan masyarakat dalam pengabdian
Bertanggung jawab praktek sabun, dan publikasi.
15 BAB 5. REKAPITULASI RENCANA ANGGARAN BELANJA DAN JADWAL
PELAKSANAAN
Tabel 4.2. Rekapitulasi Rencana Anggaran Belanja (RAB)
No Uraian Jumlah (Rp) Persentase (%)
1. Pengadaan Alat dan Bahan 3.150.000 45
2. Travel Expenditure 700.000 20
3. ATK/BHP 1.680.000 24
4. Laporan/ desiminasi/ publikasi 770.000 11
Jumlah Total 7.000.000 100
1. Jadwal Pelaksanaan
Untuk memudahkan koordinasi dan pelaksanaan kegiatan, maka disusun rencana dan jadwal kerja mengacu pada metode kegiatan, ditampilkan pada Tabel 5.3.
Tabel 4.3. Jadwal Pelaksanaan
Nama Kegiatan Bulan Lokasi
1 2 3 4 5 6
1. Penjajakan/pengurusan izin Unila-Desa Sidodadi
2. Penyiapan modul pelatihan, perlatan, bahan habis pakai
Unila-Tanjung Karang 3. Penyiapan tenaga pendamping
(mahasiswa)
Unila
4. Pelaksanaan Pelatihan Desa Sidodadi
5. Pendampingan Desa Sidodadi
6. Evaluasi Desa Sidodadi
7. Pembuatan laporan hasil dan seminar
16 DAFTAR PUSTAKA
A., Frima Viantini., Yustinah. (2015). Pengaruh Temperatur Pada Proses Pemurnian Minyak Goreng Bekas Dengan Buah Mengkudu. Konversi, 4(2).
Ayu, Dini. (2018). Maraknya Penjualan Minyak Jelantah Ilegal Untuk Home Industri Makanan. https://mediamerdeka.co/2018/06/28/maraknya-penjualan-minyak- jelantah-ilegal-untuk-home-industri-makanan/.
Bezimeni ID. (2018). Mengenal MES (Methyl Ester Sulfonate) Dan Bagaimana Cara Membuat Sabun Deterjen Laundry. Mengenal MES (Methyl Ester Sulfonate) Dan Bagaimana Cara Membuat Sabun Deterjen Laundry – Laundry Indonesia
Djaeni, M. (2002). Pengolahan Limbah Minyak Goreng Bekas Menjadi Gliserol Dan Minyak Diesel Melalui Proses Transesteifikasi. Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia. Yogyakarta.
Kosasih, Danny. (2016). Minyak Jelantah Berpotensi Cemari Air Dan Tanah.
https://www.greeners.co/berita/minyak- jelantah-berpotensi-cemari-air-dan- tanah/.
Ramdja, A. Fuadi., Febrina, Lisa.,Krisdianto, Daniel. (2010). Pemurnian Minyak Jelantah Menggunakan Ampas Tebu Sebagai Adsorben. Jurnal Teknik Kimia, 17(1).
Travis, M.J. Weisbrond, N., Gros, A. (2008). Accumulation Of Oil And Grease In Soils Irrigated With Greywater Ang Their Potential Role In Soil Water Repellency. Sci.
Total Environ, 394, 68-74.
Venkata, Rekhadevi Perumalla., Subramanyam, Rajagopal. (2016). Evaluation Of The Deleterious Health Effect Of Consumption Of Repeatedly Heated Vegetable Oil.
Toxicology Report 3, 636-643.