PROPOSAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNGGULAN UNIVERSITAS LAMPUNG
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BAGI KAUM MILLENIAL SEBAGAI CROSS CUTTING INTERPRETERS DALAM
PENGEMBANGAN DESA WISATA
TIM PENGUSUL
DRA. DIAN KAGUNGAN, M.H SINTA ID 6041120
YULIA NETA, S.H.M.Si, M.H SINTA ID6103646
DR. FENI ROSALIA, M.Si SINTA ID6039509
JURUSAN ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG
2022
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BAGI KAUM MILLENIAL SEBAGAI CROSS CUTTING INTERPRETERS DALAM
PENGEMBANGAN DESA WISATA Abstrak
Tujuan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah peningkatan kemampuan kaum millennial (kaum muda) sebagai cross cutting interpreters (kelompokyang mampu bertemu dan diterima oleh semua pemangku kepentingan pariwisata baik di internal desa wisata maupun dengan pihak eksternal, seperti wisatawan, pemerintah daerah, pihak swasta (investor) maupun kelompok kepentingan tertentu. Karena dapat diterima oleh semua pihak, kaum millenial juga memiliki peran sebagai sang penafsir (interpreter group), melalui pendidikan pelatihan dan pendampingan dalam rangka pengembangan potensi unggulan pariwisata berbasis agrowisata di kampung kopi Rigis Jaya Kabupaten Lampung Barat
Target Khusus yang akan di capai : (i) pemberdayaan dan pendampingan kaum millennial pekon Rigis Jaya dalam rangka pengembangan potensi pariwisata berbasis agrowisata yang pada akhirnya akan bermuara pada meningkatnya kesejahteraan masyarakat lokal. (ii) Mendukung program pengembangan pariwisata unggulan “kampoeng kopi” Kabupaten Lampung Barat sebagai salah satu tujuan destinasi wisata internasional (iii) Agar promosi dan pemasaran Desa Wisata “kampoeng kopi” Rigis jaya semakin viral, dengan mengundang para youtuber, selebgram, travel vlogger, travel blogger, ataupun seseorang yang memiliki 3F (Followers, Fans, Friends) untuk berkunjung ke desa mereka. Hal ini termasuk dalam bagian digital influencer yang merupakan salah satu strategi komunikasi oleh Kementerian Pariwisata. Orang-orang tersebut nantinya akan mengunggah foto atau video mereka selama berada di desa wisata “kampoeng kopi”
Rigis Jaya dengan menyertakan komentar yang positif untuk membangun citra destinasi.
Hasil kegiatan ini akan dipublikasikan pada jurnal nasional dan diseminarkan pada forum konferensi Internasional. Metode yang digunakan: focus grup discussion, pelatihan, pendampingan/advokasi dalam kegiatan pemberdayaan yang diharapkan terus berlanjut. Lokasi kegiatan desa Rigis Jaya, Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Lampung Barat, peserta kegiatan ini berjumlah 40 orang meliputi: Kepala Kecamatan Air Hitam, Kepala Desa Rigis jaya beserta aparatur, ketua dan anggota kelompok sadar wisata (pokdarwis) BumDes, Pemuda/millenial dan Karangtaruna, perwakilan dari Dinas Pariwisata Kabupaten Lampung Barat, Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa, Lampung Barat, tim pelaksana dan fasilitator serta mahasiswa pendamping lapang
Luaran yang ditargetkan: Luaran utama:
a. Laporan kegiatan b. Publikasi jurnal c. Laporan keuangan d.Video Kegiatan Pengabdian Masyarakat disertai testimony mitra
Luaran tambahan: Proseeding (Artikel ilmiah) yang akan diseminarkan dalam forum skala internasional dan HAKI
Key words : pendidikan dan pelatihan, millennial, cross cutting interprete
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Analisis Situasi
Pemerintah Indonesia pada tahun 2021 menetapkan sektor pariwisata sebagai salah satu dimensi sektor unggulan dalam kerangka agenda pembangunan nasional atau yang lebih lazim dikenal sebagai Nawacita Jokowi-JK 2019-2024 (bumdes.id : 2020, kemenpar : 2020). Hal ini mendorong adanya akselerasi pengembangan dan pembangunan kepariwisataan hampir di seluruh wilayah Indonesia yang dilakukan oleh sejumlah stakeholder pariwisata.
Pada tahun 2021, Kementerian Pariwisata menargetkan 20 juta jumlah kunjungan wisatawan mancanegara. Untuk merealisasikan hal tersebut, pengembangan sejumlah destinasiberdasarkan aspek potensi alam, budaya, dan buatan terus gencar digalakkan (Kementerian Pariwisata : 2020). Di tahun 2021, pemerintahberfokus pada pelaksanaan program pengembangan 2.000 desa wisata yang tersebar di 14 provinsi. Hal ini bertujuan untuk merealisasikan 1,9 juta target kunjungan wisatawan mancanegara ke wilayah perdesaan sebagaimana telah ditetapkan pada aspek portofolio pariwisata.
Lampung merupakan salah satu provinsi yang ditetapkan dalam pengembangan desa wisata tersebut. Penetapan provinsi Lampung dengan brand Lampung The Tresure of Sumatera ini tidak terlepas dari sejumlah potensi pariwisata yang dimiliki.
Lampung yang mulai menggeluti dunia kepariwisataan selama kurang lebih lima tahun terakhir ini juga telah menjadi destinasi wisata yang cukup banyak dikunjungi wisatawan lokal dan mancanegara (Kagungan, dkk., 2020). Terbukti, Kabupaten Lampung Barat misalnya telah dikunjungi sekitar 7.352 orang
Agrowisata “kampoeng kopi” yang terletak di Pekon Rigis Jaya merupakan daerah penghasil kopi terbaik di Kabupaten Lampung Barat dan menjadi salah satu kawasan unggulan pariwisata Kabupaten Lampung Barat yang dikunjungi wisatawan
lokal maupun mancanegara terutama kaum millenial tercatat pada tahun 2020 telah dikunjungi wisatawan sebanyak 7.352 orang.
Jumlah kunjungan wisatawan ke agrowisata kampoeng kopi dapat dilihat melalui tabel dibawah ini: Tabel 1.2 Data Kunjungan Wisatawan Ke Agrowisata Kampoeng Kopi Rigis Jaya Tahun 2019-2021
No
Bulan Jumlah
Pengunjung 2020 No
Bulan Jumlah
Pengunjung 2021
1. Januari 520 1. Januari 2.998
2. Februari 529 2. Februari 698
3. Maret 156 3. Maret 329
4. April 6 4. April Tutup
5. Mei 2 5. Mei Tutup
6. Juni 456 6. Juni Tutup
7. Juli 0 7. Juli 1.334
8. Agustus 0 8. Agustus 700
9. September 5 9. September 67
10. Oktober 0 10. Oktober 230
11. November 0 11. November 324
12. Desember 0 12. Desember 672
Jumlah 12.694 Jumlah 7.352
Sumber: Kelompok Sadar Wisata Agrowisata Kampoeng Kopi Rigis Jaya,2021
Pengelolaan potensi pariwisata kampoeng kopi Desa Rigis Jaya mayoritas dilakukan oleh kelompok pemuda/millennial dan kelompok sadar wisata. Berdasarkan hasil observasi/kunjungan lapang serta kajian yang dilakukan Tim, menyimpulkan bahwa pengembangan potensi unggulan kampoeng kopi Rigis Jaya tidak diikuti dengan kemampuan kaum millenial sebagai cross cutting interpreters (kelompokyang mampu bertemu dan diterima oleh semua pemangku kepentingan pariwisata baik di internal desa wisata maupun dengan pihak eksternal, seperti wisatawan, pemerintah daerah, pihak swasta (investor) maupun kelompok kepentingan tertentu. Karena dapat diterima oleh semua pihak, kaum millenial juga memiliki peran sebagai sang penafsir (interpreter group). Secara umum, permasalahan yang dihadapi dalah masih rendahnya kemampuan sumber daya manusia (SDM) dan kemampuan manajerial serta masih terbatasnya anggaran. Selain itu belum maksimalnya partisipasi masyarakat dan keterlibatan stakeholder terhadap pengembangan potensi pariwisata unggulan “kampoeng kopi” Desa Rigis Jaya ini; dengan kata lain, meski telah berjalan selama sepuluh tahun namun sektor pariwisata masih belum mampu memberikan kontribusi ekonomi secara positif bagi masyarakat lokal setempat. Hal ini umumnya juga terjadi karena sejumlah kendala,seperti
kekurangan sumberdaya manusia yang berkualitas, rendahnya pengetahuan dan partisipasi masyarakat lokal dalam pengelolaan desa wisata, minimnya promosi pariwisata yang dilakukan, pendanaan dari pemerintah yang terbatas, tidak ada target pasar, diversifikasiproduk wisata yang cenderung sama dengan desawisata lainnya, dan sebagainya (Situmorang, dkk : 2019).
Fakta lain juga diungkapkan oleh Nugroho dan Palguna (2016) yang menjelaskan bahwa minimnya partisipasi kaum milenial dalam pengelolaan desa wisata di disebabkan atas 3 faktor. Pertama, adanya konsepsi ageism oleh kalangan senior yang memandang kaum milenial terlalu muda, kurang mampu dan belum matang, serta masih terlalu emosional dalam pengelolaan desa wisata. Kedua,kaum milenial kerap dibutakan dalam perangkap modernitas yang menawarkan kamuflase dalam bingkai hidup konsumerisme.
Sehingga, kaum milenial menjadi kurang percaya diri dalam mengaktualisasikan diri secara autensitas berbasis kearifan budaya lokal karena mereka telah terbawa arus kapitalisme global. Ketiga, adanya kekeliruan dalam memaknai suatu pekerjaan. Kaum milenial cenderung memandang suatu pekerjaan sebagai ruang untuk memenuhi kebutuhan ekonomi bukan sebagai wadah untuk berekspresi dan berkreativitas.
Implikasinya, mereka lebih memilih untuk mencari pekerjaan ke kota daripada mengembangkan potensi ekonomi yang ada di desa. Hal ini tentunya terjadi karena kekeliruan tersebut yang telah menumpulkan kreativitas mereka.
Realitas ini sangat disayangkan menimbang kaum milenial dianggap sebagai cross-cutting actor dengan stamina yang lebih prima, akrab dengan kecanggihan teknologi, menyukai tantangan dan hal-hal baru.
Oleh sebab itu Tim pengabdian memberikan solusi perlu dilakukannya pendidikan dan pelatihan bagi kaum millennial sebagai cross cutting intrepreters dalam pengembangan desa wisata berupa rekomendasi kebijakan bagi Desa Wisata Rigis jaya dalam mengatasi permasalahan terkait dengan promosi dan pemasaran produk pariwisata.
Pengabdian ini juga bertujuan untuk membangun partisipasi masyarakat dalam pengelolaan desa wisata, secara khusus bagi kaum millenial desa, melalui prioritas kegiatan yang bertujuan meningkatkan keterampilan manajerial maupun pembinaan dalam pengelolaan usaha kepariwisataan, “kampoeng kopi” di pekon Rigis Jaya; lebih dari itu mendukung program Kementerian Pariwisata Ekonomi Kreatif yakni
memotivasi masyarakat untuk menjaga dan meningkatkan kualitas lingkungan melalui perwujudan Sapta Pesona (aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah, dan kenangan) melalui pengembangan potensi unggulan pariwisata “kampoeng kopi” ini.
B. Permasalahan Mitra
Dari analisis situasi yang telah diuraikan, maka dapat diidentifikasi dan dirumuskan masalah-masalah sebagai berikut :
a. Rendahnya kapasitas millennial/pemuda yang tergabung dalam kelembagaan kelompok sadar wisata desa Rigis Jaya memiliki konsekuensi logis terhadap rendahnya tingkat kualitas pengelolaan wisata unggulan“kampoeng kopi” di desa Rigis Jaya termasuk pemasaran produk/promosinya
b. Kelembagaan desa, kelompok sadar wisata (pokdarwis), kelompok pemuda akan lebih kuat jika didukung dengan personil yang mengerti dan memahami tugas-tugas pokok dan fungsinya tidak terkecuali kemampuan manajerial, kemampuan teknis (technical skill) dalam pengelolaan dan pengembangan potensi unggulan pariwisata
“kampoeng kopi” desa Rigis Jaya
c. Diperlukan tindakan nyata antara lain melalui pendidikan pelatihan bagi kaum muda/
millennial, pokdarwis dan kelembagaan desa dalam rangka pengembangan potensi unggulan pariwisata “kampoeng kopi” desa Rigis Jaya
TUJUAN KEGIATAN
Rencana kegiatan pengabdian ini memiliki beberapa tujuan, yaitu :
a. peningkatan kemampuan kaum millennial (kaum muda) sebagai cross cutting interpreters (kelompokyang mampu bertemu dan diterima oleh semua pemangku kepentingan pariwisata baik di internal desa wisata maupun dengan pihak eksternal, seperti wisatawan, pemerintah daerah, pihak swasta (investor) maupun kelompok kepentingan tertentu. Karena dapat diterima oleh semua pihak, kaum milenial juga memiliki peran sebagai sang penafsir (interpreter group), melalui pendidikan pelatihan dan pendampingan dalam rangka pengembangan potensi unggulan pariwisata berbasis agrowisata di kampung kopi Rigis Jaya Kabupaten Lampung Barat
b. pengenalan dan pendampingan dari aspek manajerial (managerial skill) dan kemampuan teknis (techniccal skill) guna mempermudah kelembagaan kelompok sadar wisata bersama masyakarat Pekon Rigis Jaya mengembangkan potensi unggulan pariwisata kampoeng kopi melalui kegiatan pemberdayaan yang akan bermuara pada meningkatnya kesejahteraan masyarakat.
c. Mendukung program Kementerian pariwisata dan ekonomi kreatif dan Pemerintah Kabupaten Lampung Barat yakni Sapta Pesona (aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah, dan kenangan). Oleh karena itu, program-program yang dirumuskan dan diimplementasikan harus senantiasa melibatkan masyarakat dengan mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki sebagai salah satu upaya percepatan pengembangan potensi wisata unggulan “kampoeng kopi” termasuk pemasaran dan promosi produk-produknya
d. Publikasi jurnal nasional/internasional
C. Manfaat Kegiatan
a. Memberikan pengetahuan melalui pendidikan/pelatihan dan pendampingan dalam rangka pengembangan potensi unggulan pariwisata “kampoeng kopi” Desa Rigis Jaya Kecamatan Air Hitam Lampung Barat, termasuk kegiatan promosi/pemasaran produk-produk unggulan, melalui penguatan kapasitas kaum millennial/pemuda sebagai cross cutting interpreters, dengan demikian diharapkan dapat meningkatkan income dan kesejahteraan masyarakat desa tersebut.
b. Agar promosi dan pemasaran Desa Wisata “kampoeng kopi” Rigis jaya semakin viral, kaum milennial desa juga dapat mengundang para youtuber, selebgram, travel vlogger, travel blogger, ataupun seseorang yang memiliki 3F (Followers, Fans, Friends) untuk berkunjung ke desa mereka. Hal ini termasuk dalam bagian digital influencer yang merupakan salah satu stretegi komunikasi oleh Kemenpar. Orang- orang tersebut nantinyaakan mengunggah foto atau video mereka selama berada di desa wisata “kampoeng kopi” Rigis Jaya dengan menyertakan komentar yang positif untuk membangun citra destinasi.
c. Membangun kerjasama dengan mitra/stakeholder.
1. Penguatan kapasitas millennial/kaum muda dalam mengembangkan sektor pariwisata kampoeng kopi
2. Pendampingan dari aspek (techniccal skill) Melalui Diklat
Pengembangan Potensi Unggulan pariwisata
“kampoeng kopi” di Desa Rigis Jaya
3. Pendampingan dari aspek technical skill dalam kapasistas sebagai digital influencer dan cross cutting interpreters Kalangan millennial merupakan ujung
tombak pengembangan pariwisata(cross cutting entrepreters) agar promosi pariwisata “kampoeng kopi” Desa Rigis jaya semakin viral sekaligus sebagai digital influencer
Peningkatan Kapasitas Millenial/kaum muda Melalui Diklat pengembangan pariwisata “kampoeng kopi” di Desa Rigis Jaya
Peningkatan Kapasitas kaum
millennial/kaum muda melalui Diklat Pengembangan Potensi Unggulan pariwisata “kampoeng kopi” di Desa Rigis Jaya
PENDAMPINGAN DAN PEMBERDAYAAN Diklat Pengembangan Potensi
Unggulan pariwisata “kampoeng kopi”
bagi kaum millennial(kaum muda) sebagai CROSS CUTTING
INTERPRETERS SOSIALISASI
PENDIDIKAN
PELATIHAN
ROAD MAP PENGABDIAN
Strategi Kegiatan Tujuan
BAB II
SOLUSI DAN TARGET LUARAN
A. SOLUSI YANG DITAWARKAN UNTUK PENYELESAIAN MASALAH
Minimnya sumberdaya manusia yang berkualitas merupakan salah akar permasalahan dari sejumlah kendala pengembangan Desa Wisata Rigis Jaya maupun desa lainnya di KabupatenLampung Barat Sehingga, keterlibatan kaum milenial dalam pengelolaan desa wisata sangat dibutuhkan. Generasi yang identik dengan semangat tinggi, penuh kreativitas, kaya inovasi, berpikiran terbuka, dan berwawasan luas ini diharapkan mampu memberikan perubahan bagi Desa Wisata Rigis Jaya . Hal ini didukung pula dengan realitas bahwa kaum milenial yang berurbanisasi ke wilayah perkotaan. Dengan begitu, kaum milenial sudah sepatutnya kembali ke desa untuk menciptakan peluang usaha dan lapangan pekerjaan, tidak lagi sebagai pencari kerja di kota.
Sebagai tombak pembangunan desa, kaum milenial harus mampu melawan konsepsi ageism yang ditujukan kepada mereka dan merubah cara pandang dalam menyikapi dunia kerja. Salah satu langkah awal yang dapat dilakukan oleh kaum milenial dalam pengelolaan desa wisata adalah memainkan peran mereka sebaga cross- cutting interpreter. Artinya, kaum milenial yang diterima oleh seluruh elemen ini berperan untuk memecah kebekuan dan kebuntuan komunikasi antar pemangku kepentingan pariwisata.
Berdasarkan hasil temuan di lapangan, pengelolaan Desa Wisata Rigis Jaya masih sangat minim sinergitas antar pemangku kepentingan dan pelaku pariwisata. Hal ini dapat dilihat dari pengelolaan daya tarik wisata maupun produk pariwisata hasil olahan berbahan dasar kopi masih dilakukan sendiri-sendiri.
Rencana kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini akan dilakukan dalam bentuk FGD, pelatihan sekaligus pendampingan bagi pemuda/millenial, karangtaruna, kelompok sadar wisata sebagai ujung tombak/garda terdepan dalam pemasaran potensi
unggulan pariwisata kampoeng kopi Desa Rigis Jaya Kecamatan Air Hitam Kabupaten Lampung Barat. Sebagaimana diketahui banyak sekali produk olahan berbahan dasar kopi antara lain dodol kopi, aneka kue kering, hand sanitizer berbahan dasar kopi, syrup kopi yang masih kurang promosi/pemasarannya
Berdasarkan observasi/kunjungan lapang dan kajian Tim terdapat temuan masih rendahnya kemampuan SDM mayoritas kaum muda/millennial dalam mengelola potensi unggulan pariwisata “kampoeng kopi” desa Rigis Jaya, padahal potensi pariwisata ini telah dikenal sampai manca negara dan sudah banyak dikunjungi wisatawan lokal dan mancanegara. Selain itu, partisipasi dari stakeholder juga masih jauh dari yang diharapkan.
Kegiatan ini sangatlah penting dilakukan, dalam rangka pendampingan dari aspek kemampuan teknis (techniccal skill) guna mempermudah kaum muda/millennial, agar promosi dan pemasaran Desa Wisata “kampoeng kopi” Rigis jaya semakin viral, kaum milennial desa juga dapat mengundang para youtuber, selebgram, travel vlogger, travel blogger, ataupun seseorang yang memiliki 3F (Followers, Fans, Friends) untuk berkunjung ke desa mereka. Hal ini termasuk dalam bagian digital influencer yang merupakan salah satu strategi komunikasi oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Orang-orang tersebut nantinyaakan mengunggah foto atau video mereka selama berada di desa wisata “kampoeng kopi” Rigis Jaya dengan menyertakan komentar yang positif untuk membangun citra destinasi. Oleh karena itu, program-program yang dirumuskan dan diimplementasikan harus senantiasa melibatkan masyarakat dengan mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki sebagai salah satu upaya pengembangan potensi unggulan pariwisata kampoeng kopi di desa Rigis Jaya yang akan menjadi lokasi kegiatan pengabdian ini.
Secara singkat, kerangka pemecahan masalah sebagai solusi yang ditawarkan Tim dalam rangka rencana kegiatan pengabdian masyarakat ini, dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini :
Tabel 2. Kerangka Pemecahan Masalah
ASPEK IMPLIKASI KONDISI SAAT
INI
PENINGKATAN (REKONSTRUKSI) Pengetahuan Pemuda, karangtaruna
dan pokdarwis Desa Rigis Jaya memahami tugas pokok dan fungsinya
Rendahnya kapasitas SDM mayoritas kalangan muda di pedesaan
Dikuasainya kemampuan teknis dan kemmapuan manajerial
Strategi/manaje men pemasaran
Meningkatnya motivasi para kaum muda terkait
pengembangan potensi unggulan pariwisata kampoeng kopi yang selama ini terkendala pula oleh anggaran dan media untuk promosi
Rendahnya motivasi untuk pengembangan kembali potensi unggulan pariwisata kampoeng kopi Desa Rigis Jaya
Diklat dan pendampingan melalui kegiatan pemberdayaan yang dilakukan
Kelembagaan dan jaringan
Membangun kerjasama
kelembagaan/stakehol der dan peranserta masyarakat
Pemerintah Kab Lambar belum optimal
mempromosikan potensi wisata unggulan kampoeng kopi -Pengelolaan belum berdampak sebagai sumber ekonomi masyarakat
Sinergitas yang terjalin antara kelembagaan desa, pemuda, kelompok sadar wisata, dan stakeholder dalam rangka
pengembangan potensi unggulan dan promosi pariwisata kampoeng kopi
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini menargetkan beberapa hal:
a. Peningkatan kapasitas millennial/kaum muda desa Rigis Jaya sebagai cross cutting interpreters dan sekaligus sebagai digital influencer dalam rangka pengembangan pariwisata kampoeng kopi termasuk promosi produk-produk olahannya
b. LUARAN kegiatan ini adalah sebagai berikut :
1). Publikasi Jurnal, tahun rencana publikasi akhir tahun 2022, setelah kegiatan ini selesai) dan akan diseminarkan pula dalam konferensi ilmiah internasional “International Indonesia Conference Interdiciplinary Science” output nya adalah proseeding2 ), HAKI
5). Video Kegiatan Pengabdian Masyarakat berdurasi 5 menit yang disertai dengan testimony mitra kegiatan
E. Tabel Rencana Target Capaian Luaran
No. Jenis Luaran Indikator
Capaian Luaran Wajib
1 Publikasi ilmiah pada jurnal ber ISSN/Prosiding ber ISBN 1) Published 2 Publikasi pada media cetak/online/repository PT 2) Published,
repository 3 Peningkatan daya saing (peningkatan kualitas, kuantitas,
serta nilai tambah barang, jasa, diversifikasi produk, atau sumber daya lainnya) 3)
Belum/Tidak ada
4 Peningkatan penerapan iptek di masyarakat (mekanisasi,
IT,dan manajemen) 3) Penerapan
5 Perbaikan tata nilai masyarakat (seni budaya, sosial, politik, keamanan, ketentraman, pendidikan, kesehatan) 4)
Produk/legal draft model
Luaran Tambahan
1 Publikasi di Jurnal Internasional 1) Accepted 2 Jasa, rekayasa sosial, metode atau sistem, produk/barang 5) Draft/legal
draft model
3 Inovasi baru/TTG 5) Penerapan
4 Hak kekayaan intelektual (Paten, Paten sederhana, Hak Cipta, Merek Dagang, Desain Produk Industri, Perlindungan varietas tanaman, Perlindungan desain topografi sirkuit terpadu) 6)
Sertifikat HAKI
5 Buku ber ISBN2) Publish
Keterangan:
1) Isi dengan belum/tidak ada, draf, submitted, reviewed, atau accepted/published
2) Isi dengan belum/tidak ada, draf, proses editing/sudah terbit 3) Isi dengan belum/tidak ada, produk, penerapan, besar peningkatan 4) Isi dengan belum/tidak ada, draf, terdaftar atau sudah dilaksanakan
5) Isi dengan belum/tidak ada, draf, produk, penerapan 6) Isi dengan belum/tidak ada, draf, atau terdaftar/granted
F.STUDI PUSTAKA
1. Pengertian Millenial, Millenial Sebagai Cross Cutting Intrepreters
Kaum muda penikmat wisata (millenials) merupakan gagasan yang timbul berdasarkan penelitian yang dilakukan (Kagungan et al., 2020) yang menyatakan bahwa pandemi covid-19 yang memberikan tekanan besar sekaligus pukulan pahit kepada industri pariwisata, menyebabkan kedatangan wisatawan asing sulit diharapkan. Wisatawan domestik menjadi andalan, khususnya kalangan milenial yang memiliki ketertarikan tinggi untuk mengeksplorasi destinasi baru, dengan demikian diharapkan secara perlahan industri pariwisata akan bangkit kembali.
Kaum milenial yang disebut juga sebagai generasi Y dan/atau digital generation ialah individu yang lahir dari tahun 1980-1990 atauyang saat ini berusia 16-36 tahun. Generasi ini tumbuh seiring dengan perkembangan teknologi dan internet dan dianggap sebagai generasi modern yang aktif bekerja, penelitian, memiliki pola pikir inovatif tentang organisasi, optimis, serta memiliki kemauan untuk bekerja secara kompetitif, terbuka dan fleksibel (Putra, 2016 ; Anonim,2017; Pratseyani,2017; mentalfloss.com, 2019 ; Frey, 2018).
Millenial Sebagai Cross Cutting Intrepreters
Cross-cutting actor merupakan kelompokyang mampu bertemu dan diterima oleh semua pemangku kepentingan pariwisata baik di internal desa wisata maupun dengan pihak eksternal, seperti wisatawan, pemerintah daerah, pihak swasta (investor) maupun kelompok kepentingan tertentu. Karena dapat diterima olehsemua pihak, kaum milenial juga memiliki peran sebagai sang penafsir (interpreter group). Perkawinan kedua konsep ini akan menjadikan kaum milenial sebagai actor cross-cuttinginterpreter atau penafsir pelintas batas (Nugroho dan Palguna, 2016).
Kaum millennial (kaum muda) sebagai cross cutting interpreters (kelompokyang mampu bertemu dan diterima oleh semua pemangku kepentingan pariwisata baik di internal desa wisata maupun dengan pihak eksternal, seperti wisatawan, pemerintah daerah, pihak swasta (investor) maupun kelompok kepentingan tertentu. Karena dapat diterima oleh semua pihak, kaum millenial juga memiliki peran sebagai sang penafsir (interpreter group), melalui pendidikan pelatihan dan pendampingan dalam rangka pengembangan potensi unggulan pariwisata berbasis agrowisata di kampung kopi Rigis Jaya Kabupaten Lampung Barat termasuk kegiatan promosinya.
Viral Marketing
Viral marketing merupakan bentuk pemasaran dari mulut ke mulut berbasis internet (e- word of mouth marketing) yang fungsi promosinya bersifat networking dan dirancang seperti virus berjangkit dari satu orang ke orang lainnya secara cepat dan luas.Adapun media yang dapat digunakan dalam viral marketing ialah, e- mail, situs jejaring sosial, video viral, dan e-book viral. Secara stuktur dasar viral marketing dibedakan menjadi, (1) Active Viral Marketing yang diasosiasikan dengan konsep tradisional word-of- mouth karena pemakai bisasanya terlibat secara personal dalam proses menjaring konsumen baru. (2) Frictionless Viral Marketing yang tidak mensyaratkan partisipasi aktif dari konsumen untuk mengiklankan atau menyebarkan informasi suatu produk.
Dalam hal ini, dorongan awal untuk promosi viral didahului oleh pihak perusahaan pembuat produk itu sendiri (Achyunda, dkk: 2017; Andini, dkk: 2014; Situmorang, 2010).
2. Tujuan Pengembangan Desa Wisata
a. berkembangnya lingkungan kehidupan masyarakat desa serta potensi kebudayaan dan wisata yang terdapat di masing-masing desa wisata;
b. terpelihara dan terbinanya secara terus menerus tata kehidupan, seni budaya masyarakat
c. memanfaatkan potensi lingkungan guna kepentingan wisata budaya, wisata agro, ekowisata dan wisata bahari dalam rangka peningkatan kesejahteraan sosial di lingkungan masyarakat desa.
3. Fungsi Desa Wisata:
a. sebagai sarana informasi b. sarana penelitian dan pengembangan
c. sarana seni budaya d. sarana edukatif dan rekreasi e. sarana pariwisata
Tujuan pembangunan pariwisata berkelanjutan menurut Fennel dalam Sunaryo (2013:47) pada dasarnya harus selalu diupayakan agar tercapai sasaran dan tujuan utama, yaitu:
1. Membangun pemahaman dan kesadaran bahwa pariwisata dapat berkontribusi secara nyata terhadap pelestarian lingkungan dan pembangunan ekonomi.
2. Meningkatkan keseimbangan dalam pembangunan.
3. Meningkatkan kualitas hidup masyarakat setempat.
4. Meningkatkan kualitas pengalaman bagi wisatawan atau pengunjung.
5. Meningkatkan dan menjaga kelestarian dan kualitas lingkungan bagi generasi mendatang.
Pembangunan pariwisata berkelanjutan setidaknya harus memperhatikan faktor lingkungan alam, sosial budaya, maupun ekonomi sehingga dapat meminimalisir dampak-dampak negatif yang dapat ditimbulkan akibat pembangunan kepariwisataan.
Oleh karena itu pembangunan berkelanjutan terutama sektor pariwisata diharapkan mampu untuk memperhatikan semua aspek yang mempengaruhi kualitas ekosistem secara keseluruhan, dan juga dapat diterima atau tidak mengganggu sistem sosial dan budaya masyarakat setempat. Layak secara ekonomi dan menguntungkan bagi negara, daerah dan masyarakat, khususnya dapat mensejahterakan dan memberdayakan masyarakat setempat. Menekankan penggunaan teknologi yang ramah lingkungan dengan memanfaatkan sumber daya lokal dan dapat diadopsi oleh masyarakat setempat yang berorientasi jangka panjang.
4. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat Pariwisata
Tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayaan menurut Sulistiyani (2017:80) adalah untuk membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian tersebut meliputi kemandirian berpikir, bertindak, dan mengendalikan apa yang mereka lakukan tersebut. Dengan demikian, untuk menjadikan masyarakat yang mandiri dibutuhkan dukungan kemampuan berupa sumber daya manusia yang utuh
dengan kondisi kognitif, konatif, psikomotorik dan afektif, dan sumber daya lainnya yang bersifat fisik-material.
Menurut Sunaryo (2013:220)tujuan pemberdayaan masyarakat melalui kepariwisataan, setidaknya meliputi:
a. Mendorong masyarakat yang berada di destinasi pariwisata untuk mengenali dan menyadari masalah kepariwisatan yang dihadapinya serta secara bersama-sama dan mandiri memecahkan masalah tersebut;
b. Memperkuat organisasi atau kelompok di bidang kepariwisataan sebagai wadahkerjasama, keswadayaan, dan pertanggungjawaban;
c. Memperkuat bergaining position (posisi tawar) kelompok kepariwisataan itu dihadapan pemerintah, elit, maupun pemilik modal;
d. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam berbagai urusan kepariwisataan melalui wadah kelompok sosial tersebut;
e. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan SDM pariwisata yang ada melalui wadah kelompoknya;
f. Membangun tata kelola kepariwisataan yang baik dan membuka akses yang luas terhadap keadilan;
g. Memperkuat posisi masyarakat setempat dalam usaha kepariwisataan;
h. Memperkuat kapasitas kelompok masyarakat dibidang kepariwisataan;
i. Meningkatkan jangkauan informasi masyarakat terhadap berbagai isu maupun permasalahan kepariwisataan yang menyangkut kehidupan masyarakat;
j. Meningkatkan kemandirian masyarakat pariwisata melalui kelompok dalam hal permodalan, membuat keputusan dan “menghidupi” kelompok; dan
k. Mendorong peningkatan kemakmuran ekonomi, kesetaraan politik, dan kesejahteraan sosial masyarakat melalui kepariwisataan.
Pendapat di atas, dapat disimpulkan dan diartikan bahwa tujuan pemberdayaan masyarakat adalah perbaikan pada aspek-aspek yang ada didalam masyarakat.
Sehingga dengan adanya perbaikan aspek-aspek tersebut dapat merubah dan mewujudkan kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan terwujudnya kehidupan yang lebih baik diharapkan dapat tercipta masyarakat yang mandiri dan memiliki kemampuan untuk mengubah masa depan yang lebih baik.
5.Tinjauan tentang Agrowisata
Budi Purwo Nurgoho (2017:10) mendefinisikan agrowisata sebagai sebuah bentuk kegiatan yang memanfaatkan area pertanian sebagai objek wisata dengan tujuan memperluas pengetahuan serta pengalaman yang berbeda. Agrowisata diharapkan dapat meningkatkan perekonomian serta kesejahteraan masyarakat sekaligus diharapkan dapat melestarikan sumber daya alam yang ada. Jadi dapat disimpulkan bahwa agrowisata merupakan sebuah usaha yang memanfaatkan lahan pertanian sebagai objek wisata dengan menonjolkan sumber daya alam di daerah tersebut dan melibatkan peran masyarakat dalam pengelolaan nya
Agrowisata merupakan rangkaian kegiatan pariwisata yang memanfaatkan potensi pertanian sebagai objek wisata, baik berupa potensi bentang alam dikawasan pertanian maupun keanekaragaman kegiatan produksi, teknologi pertanian dan budaya masyarakat lainnya. Pengembangan agrowisata bertujuan untuk memperluas pengetahuan serta pengalaman dibidang pertanian yang mencakup kehutanan dan sumber daya pertanian.
LUARAN YANG DIHASILKAN :
1) Laporan Hasil Kegiatan Pengabdian Masyarakat dan Publikasi Jurnal serta Laporan pertanggungjawaban Keuangan
2).Seminar hasil kegiatan pengabdian ini pada forum lokal/internasional 3.Proseeding
4. HAKI
5. Video Kegiatan durasi 5 menit yang berisi testimony kegiatan yang dilakukan
BAB III
METODE PELAKSANAAN
A. Metode Dan Tahapan Dalam Kegiatan Ke Masyarakat
a.Metode dari aspek kognitif dimana Tim akan memberikan pengetahuan tentang peningkatan kapasitas melalui pendidikan dan pelatihan kepada millenial/kaum muda desa Rigis Jaya dan disesuaikan dengan tema kegiatan pengabdian ini
b.Metode FGD dan Advokasi dimana Tim akan menghubungkan aspirasi dan inspirasi masyarakat desa Rigis Jaya khususnya kaum muda/millennial dengan pemerintah terkait dan para stakeholder yang concern terhadap program pengembangan pariwisata unggulan
“kampoeng kopi”
d.Monitoring dan Evaluasi terhadap hasil kegiatan yang telah dilakukan. Tim berharap kegiatan pemberdayaan terus berlanjut
B. Deskripsi kegiatan yang akan didesiminasi kemasyarakat.
Adapun skenario pelatihanyang akan dilakukan adalah sebagai berikut Tabel 1Skenario pelatihanyang akan dilakukan
1. Nama Materi : 1 Millenial Sebagai Cross Cutting
Enterpreters Dalam Pengembangan Desa Wisata
Pertemuan ke - : 1 Waktu Penyampaian : 2 jam
Metode Penyampaian : FGD, Ceramah, Diskusi dan Simulasi Sarana : LCD in Focus dan Papan Tulis
2. Nama Materi : Promosi digital berbasis viral marketing DesaWisata
Pertemuan ke - : 2 Waktu Penyampaian : 2 jam
Metode Penyampaian : Ceramah, Diskusi, dan Simulasi
Sarana : LCD in Focus, Papan Tulis dan Peralatan Simulasi
3. Nama Materi : Millenial Sebagai digital influencer Dalam Pengembangan Desa Wisata Rigis Jaya Pertemuan ke - : 3
Waktu Penyampaian : 2 jam
Metode Penyampaian : Pendampingan dan Praktek Sarana : LCD in Focus dan Papan Tulis
4. Nama Materi : Sinergitas Stakeholder Dalam Pengembangan Potensi Pariwisata Unggulan “Kampoeng Kopi”
Pertemuan ke - : 4 Waktu Penyampaian : 2 jam
Metode Penyampaian : Ceramah, fgd, diskusi dan simulasi Sarana : LCD in Focus dan Papan Tulis 5. Nama Materi : Sinergitas Stakeholder Dalam
Pengembangan Potensi Pariwisata Unggulan “Kampoeng Kopi”
Pertemuan ke - : 5 dan ke 6 Waktu Penyampaian : 4 jam
Metode Penyampaian : FGD, Ceramah, Praktek dan Simulasi Sarana : Alat Peraga, LCD in Focus dan Papan Tulis C. Prosedur kerja untuk mendukung realisasi metode yang ditawarkan.
Langkah awal, observasi dan kunjungan lapang Tim serta analisis kearifan lokal masyarakat setempat berkaitan rencana pelaksanaan kegiatan
Langkah kedua, pendidikan dan pelatihan.
Langkah ketiga, mengadakan FGD dan ekspose kegiatan
Langkah keempat, rekomendasi kebijakan kepada Pemerintah Kabupaten Lampung Barat dan stakeholder yang concern terhadap pengembangaan potensi unggulan pariwisata “kampoeng kopi” secara berkelanjutan
D. Pihak-pihak yang terlihat dalam dalam kegiatan pengabdian Unggulan UniversitasLampung.
1. LPPM Universitas Lampung
2. Tim Pengabdi yang berasal dari Universitas Lampung:
3. Tim Pendukung kegiatan yang berasal dari mahasiswa 2 orang, alumni 1 orang, staf/administrasi 1 orang, 5.Aparatur Desa Rigis Jaya beserta jajaran, Kelompok Sadar Wisata. dan 20 orang Pemuda/karang taruna, pihak Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Lampung Barat, Fasilitator Lapang 1 orang, perwakilan Dinas Pariwisata Kabupaten Lampung Barat dan Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa Kab LamBar dan
mahasiswa serta stakeholder. Jumlah khalayak sasaran antara ini adalah 40 orang.
E. Keterlibatan Mitra
Mitra yang terlibat dalam kegiatan ini adalah pokdarwis “kampoeng kopi” Desa Rigis Jaya, dan Dinas Pariwisata Lampung Barat , Dinas Pariwisata Propinsi Lampung, Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabupaten Lampung Barat dan stakeholder F. Evaluasi Pelaksanaan Program dan Keberlanjutan Program.
Evaluasi dari kegiatan ini dilakukan melalui Pre Test dan Post Test. Hal ini dilakukan untuk menilai kemampuan para peserta secara kuantitatif.Pre Test dilakukan sebelum pelatihan untuk mengukur kemampuan awal para peserta pelatihan.Post Test dilakukan setelah kegiatan pelatihan untuk mengukur efektivitas pelatihan terhadap peningkatan kemampuan peserta untuk memahami aspek konseptual, teknis dan manajerial dari materi yang disajikan, selanjutnya akan diadakan pemantuan/evaluasi dari kegiatan yang telah dilakukan. Bahkan evaluasi dan pemantauan akan tetap dilakukan untuk melihat keberlanjutan kegiatan.
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini menargetkan beberapa hal:
LUARAN kegiatan ini adalah sebagai berikut :
1)Laporan Hasil Kegiatan Pengabdian Masyarakat dan Publikasi Jurnal serta Laporan pertanggungjawaban Keuangan
2).Seminar hasil kegiatan pengabdian ini pada forum lokal/internasional 3.Proseeding
4. HAKI
5. Video Kegiatan durasi 5 menit berisi testimony pelaksanaan kegiatan
Pada tahap pelaksanaan, Tim Pengabdi didukung mitra dan fasilitator handal yang ahli dan berkompeten dengan substansi kegiatan ini
Demikian juga pada tahap evaluasi, mitra berhak memberikan penilaian keberhasilan kegiatan ini. Selain itu, pihak LPPM Unila juga turut membantu dalam kegiatan monitoring evaluasinya.
BAB IV
PERSONALIA PENGUSUL DAN KEAHLIAN
A. Jenis Kepakaran yang diperlukan dalam menyelesaikan seluruh persoalan atau kebutuhan mitra.
Tabel 1 Tim Pengabdi : N
o
Nama Jabatan Bidang Keahlian Jurusan Alokasi waktuJam/
Minggu 1. Dra.Dian
Kagungan, M.H
Ketua Hukum dan Kebijakan Pemberdayaan masyarakat
Administrasi Negara FISIP
20
2. Yulia Neta, S.H. M.Si, M.H
Anggota Hukum dan pemberdayaan masyarakat
Hukum FH
15
3. Dr. Feni Rosalia
Anggota Governance dan kemitraan
Pemerintahan FISIP
15 4. Nurlika
NPM
1816041021
Anggota ANE/Kebijakan publik
Mahasiswa ANE
10
5 Ega Putrina NPM
1816041015
Anggota ANE/Kebijakan publik
Mahasiswa ANE
10
Tabel 2. Kebutuhan dan Kepakaran
Substansi Kegiatan Penyampai materi/
Pendamping/fasilitator
1.Millenial Sebagai Cross Cutting
Enterpreters Dalam Pengembangan Desa Wisata
Dra. Dian Kagungan, M.H dan fasilitator yang concern terhadap
substansi kegiatan 2. Promosi digital berbasis viral marketing
Desa Wisata
Dra. Dian Kagungan, M.H dan fasilitator yang concern terhadap substansi kegiatan
3.Millenial Sebagai digital influencer Dalam Pengembangan Desa Wisata Rigis Jaya
Yulia Neta, S.H.M.Si, M.H dan Tim fasilitator lapang
4. Sinergitas Stakeholder Dalam Pengembangan Potensi Pariwisata Unggulan “Kampoeng Kopi”
Feni Rosalia dan Tim dan fasilitator lapang
B. Nama tim pengusul dan uraikan kepakaran dan tugasmasing-masing dalam kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat skema UnggulanUnila
Tabel 3 SUSUNAN ORGANISASI TIM DAN PEMBAGIAN TUGAS No Nama
NIDN
Institusi Asal
Bidang Ilmu (kepakaran)
Uraian Tugas
1 Dian Kagungan.
Dra. M.H NIDN 0015086903 FISIP Universitas Lampung
Kebijakan Publik/kebijakan pemberdayaan masyarakat (20 jam/mggu)
Pimpinan tim dalam
kegiatan dan observasi lapang dan kunjungan lapang,
memimpin FGD dan advokasi/pendampingan, bertanggungjawab menyelesaikan laporan kegiatan, luaran kegiatan, mengikuti Konf Internas, monev bertanggungjawab dalam administrasi keuangan (laporan keuangan)
2 Yulia Neta, S.H.
M.Si, M.H
NIDN 0016076402 FH Unila
Hukum dan pemberdayaan masyarakat
Wakil pimpinan kegiatan dalam observasi lapang dan kunjungan lapang, memimpin FGD dan
advokasi/pendampingan, melakukan kajian/ekstraksi pasal-pasal yang relevan dengan kegiatan ini, membantu menyelesaikan laporan kegiatan, luaran kegiatan, mengikuti Konf Internas, monev
3 Dr. Feni Rosalia, M.Si
Ilmu Pemerintahan (governance dan Komunikasi pembangunan/
pengembangan desa wisata
(15 jam/mggu)
Sekretaris kegiatan,
perizinan, observasi lapang dengan melibatkan
mahasiswa, Focus Group Discusion, membantu dalam kegiatan fasilitasi,
penyusunan laporan akhir, luaran kegiatan, serta
membantu
persentasi/seminar, monev,publikasi Jurnal /proseeding serta membantu pengurusan
pertanggungjawaban administrasi keuangan 4 Nurlika Isnovianti
NPM 1816041021
Mahasiswa ANE (10 jam/mggu)
Pendamping lapang dalam kegiatan PKM ini antara lain membantu dalam persiapan kegiatan pengabdian termasuk kegiatan
administrasi/perizinan, fgd (termasuk dokumentasi kegiatan ) dan membantu ketua dalam mengolah data kegiatan
5 Ega Putrina NPM1816041015
Mahasiswa ANE (10 jam/mggu)
Pendamping lapang dalam kegiatan PKM ini, membantu dalam persiapan kegiatan pengabdian, fgd (termasuk dokumentasi kegiatan ) dan membantu ketua dalam mengolah data kegiatan.
BAB V
RENCANA ANGGARAN BELANJA DAN JADWAL PELAKSANAAN 5.1. Rencana Anggaran Belanja
I . Pengadaan alat/Perangkat Penunjang Kegiatan PPM Tabel Lampiran 1.1.a Bahan/Perangkat Penunjang (i)
No. Nama Perangkat Penunjang
Satuan Vol Harga satuan (Rp)
Total Harga (Rp)
1. Bahan
Pustaka/literatur dan perangkat penunjang kegiatan PPM (materi dan penunjang
kegiatan diklat)
buah 20 200.000 4.000.000,00
Jumlah Rp.4.000.000,00 Lampiran 1.1.b Perangkat Penunjang (ii)
No Nama Alat Satuan Volume Biaya
Satuan (Rp)
Total Harga
1. Koordinasi dengan Desa Rigis Jaya dan Pemkab Lampung Barat
Kali 2 500.000 1.000.000
2. Sinkronisasi dengan kondisi lapang
Orang 10 50.000 500.000
3 Transport lokal dan akomodasi
HOK 10 50.000 500.000
Jumlah Rp.2.000.000,00 II. Travel expenditure/Perjalanan Lapang
No. Uraian Pembiayaan
QTY
Harga Satuan (Rp)
Jumlah ( Rp )
II Transportasi, Akomodasi Perjalanan dan Pelaks kegiatan a.Transportasi dan akomodasi
Tim untuk perjalanan lapang ke lokasi pengabdian (survey /kunjungan lapang tim dalam rangka pelaksanaan studi pendahuluan)
30 hari 50.000,00 1.500.000,00
b.Pelaksanaan kegiatan PPM 1 paket 4.500.000,00 4.500.000,00
Sub Total Biaya II 6.000.000,00
III. Bahan Habis Pakai No Uraian Pembiayaan
Bahan Habis Pakai
QTY Harga
Satuan (Rp)
Jumlah (Rp)
1 Isi staples kecil 10 kotak 5.000,00 50.000,00 2 Cutter besar dan isinya 10 buah 4.000,00 40.000,00
3 File box 2 buah 50.000,00 100.000,00
4 Blinder Clip besar 1 kotak 15.000,00 15.000,00
5 Pensil 2 B 10 buah 3.500,00 35.000,00
6 Kuitansi Sedang 10 buah 3.000,00 30.000,00
7 Ballpoint Boxi 10 buah 20.000,00 200.000,00
8 Buku Tulis Besar 10 buah 10.000,00 100.000,00 9 Kertas A 4 80 gram 10 rim 40.000,00 400.000,00 10 Kertas F 4 80 gram 10 rim 40.000,00 400.000,00 11 Tinta Printer Canon
(Black) 10 buah 50.000,00 500.000,00
12 Tinta Printer Canon
(Warna) 10 buah 50.000,00 500.000,00
13 Kaset Tape Recorder 5 buah 10.000 50.000
14 Batu Baterai Tape
Recorder 5 pasang 20.000 100.000
15 Sumbangan rek lab 1 paket 1.000.000 1.000.000 16 Copi dokumen
lengkap/materi keg PPM 1 paket 480.000 480.000
Sub Total Biaya 1 4.000.000,00
IV. Laporan, seminar dan publikasi Penyusunan Laporan, Seminar dan Publikasi
QTY Harga satuan
a.Penyusunan Laporan 10 eskp 100.000 1.000.000,00 b. Penggandaan Laporan 10 eksp 50.000 500.000,00
c.Seminar 1 paket 1.000.000 1.000.000,00
e.Publikasi jurnal 1 paket 1.000.000 1.000.000,00
Sub Total Biaya III 4.000.000,00
Pemantauan internal 500.000,00
Total Biaya (I, II, III, IV) Rp. 20.000.000,00
Terbilang : Dua puluh Juta Rupiah
5.2 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
No Kegiatan Bulan ke
1 2 3 4 5 6 7 8 1 Pengurusan Perizinan dan
administrasi kegiatan
X
2 Observasi dan kunjungan Lapang Tim
X
3 Analisis kearifan lokal
masyarakat di lokasi kegiatan terutama berkaitan dengan partisipasi kaum
millennial/kaum muda dalam pengembangan desa wisata Rigis Jaya termasuk
partisipasi stakeholder
X
4 Pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada
masyarakat sekaligus pre test terhadap peserta pelatihan
X
5 Pelaporan dan penyusunan luaran (output kegiatan)
X
6 Pemantauan dan simulasi X
7 Evaluasi Pelaksanaan kegiatan X
8 Seminar dan Publikasi X
Daftar Pustaka
Achyunda, Reva, Roro Retno Eva, Itca Istia Wahyuni. 2017. Narasi sebagai StrategiViraMarketing pada Akun Foodstagram @Makanpakereceh. E - Proceeding of Management Volume 4 Nomor 2, Halaman 1950-1958.
Bandung : Telkom University.
Andini, Natasya Putri, Suharyono, Sunarti. 2019. Pengaruh Viral Marketing Terhadap Kepercayaan Pelanggan dan Keputusan Pembelian (Studi Pada Mahasiswa Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Angkatan 2016 yang Melakukan Pembelian Online Melalui Media Sosial Instagram). Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), Volume 11, Nomor 1, Halaman 1-6. Malang : Universitas Brawijaya.
Anonim. 2017. Pengembangan Desa Wisata : Desa Membangun Indonesia.
Disampaikan oleh Tim Percepatan Wisata Desa dan Kota :Jakarta.
Anonim. 2017. The Urban Middle-Class Millenials Indonesia : Financial and Online Behavior. Jakarta Selatan : PT Alvara Strategi Indonesia.
Hadiwijoyo, Suryo Sakti. 2016. Perencanaan Pariwisata Perdesaan Berbasis Masyarakat. Yogyakarta: Graha Ilmu
Nugroho, Saptono, A.A Ngurah Palguna. 2016. Generasi Mudal dalam Praktik Desa Wisata di Kabupaten Badung. Dalam Suryawan, Ida Bagus, Ida Ayu Suryasih, I Putu Anom (Ed.) Perkembangan dan Pengembangan Desa Wisata : 111 - 127. Depok : Herya Media.
Nuryanti, Wiendu. 1993. Concept, Perspective, and Challenges. Laporan Konferensi Internasional mengenai Pariwisata Budaya. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press. 1993.
Prasetyani, Retnaayu. 2017. Generasi Millenial dan Inovasi Jejaring Demokrasi Teman Ahok. Jurnal Polinter Prodi Ilmu Politik Fisip UTA’45 3 (1) : 44 – 52.
Putra, Yanuar Surya, 2016. Theoritical Review : Teori Perbedaan Generasi.
Jurnal Among Makarti 9 (18) : 123 – 134.
Situmorang, Fransisco, Narraya Narottama, 2019 Peran Kaum Millenial Dalam Pengembangan Digital Nomadic Tourism Sebagai Badan Usaha Milik Desa : Studi kasus di Desa Wisata Pelaga Kabupaten Badung, Bali