viii ABSTRAK
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY (TSTS) PADA MATERI SISTEM IMUN DALAM MENINGATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI MIA 1 SMA NEGERI
1 PRAMBANAN SLEMAN YOGYAKARTA. meningkatkan minat dan hasil belajar siswa pada materi sistem imun pada siswa kelas XI MIA 1 SMA Negeri 1 Prambanan dengan menerapkan metode pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS).
Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dengan subyek penelitian yaitu siswa kelas XI MIA 1 tahun ajaran 2014/2015 yang berjumlah 27 siswa. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus di mana setiap siklusnya terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Pengumpulan data dilaksanakan dengan menggunakan lembar observasi, hasil tes pada setiap siklus dan kuesioner.
Hasil penelitian yang diperoleh pada aspek afektif siswa pada siklus I memiliki kategori tinggi sebesar 44,44%, kategori sedang sebesar 55,56% dan kategori rendah 0%. Sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 88,89% dengan kategori tinggi dan 11,11% kategori sedang. Ketercapaian KKM pada siklus I yaitu 11,11% sedangkan pada siklus II sebesar 77,78%. Peningkatan juga terlihat pada nilai rata-rata siswa pada siklus I sebesar 46,05 menjadi 74,76 pada siklus II. Minat siswa di akhir siklus II diperoleh hasil dengan kriteria sedang sebesar 59,26% dan kategori tinggi sebesar 40,74%.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode Two
Stay Two Stray (TSTS) dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas XI
MIA 1 SMA Negeri 1 Prambanan Sleman Yogyakarta pada materi sistem imun.
Kata Kunci :
ix
ABSTRACT
THE IMPLEMENTATION OF TWO STAY TWO STRAY (TSTS) LEARNING METHOD ON IMMUNITY SYSTEM TOPIC TO INCREASE STUDENTS’S
INTERESTS AND OUTCOMES LEARNING CLASS XI MIA 1 IN SMA NEGERI 1 PRAMBANAN SLEMAN YOGYAKARTA.
Nining Sugiarti
SANATA DHARMA UNIVERSITY
2015
Outcomes learning student in SMA Negeri 1 Prambanan on immunity system topic were not able to reach minimum completness criteria (MCC) and the interest student was low. Therefore, this research aims to improve the interest and outcomes learning student on immunity system topic in class XI MIA 1 SMA Negeri 1 Prambanan by using Two Stay Two Stray (TSTS) learning methods.
The form of this research is Classroom Action Research (CAR) with the research subject is the students of class XI MIA 1 school year 2014/2015 which consist 27 students. This research is carried out in 2 cycles, where each cycles has consist of planning, acting, observing and reflecting. Data collection was carried out by using a sheet of observations, test achievement at each cycles and the questionnaire.
The research of result that obtained on affective aspects students on first cycle has a high category is 44,44%, the middle category is 55,56% and the low category is 0%. Whereas on the second cycle was increase become 88,89% with the high category and 11,11% is the middle category. The achievement of MCC on the first cycle is 11,11% whereas on the second cycle is 77,78%. The increase was also seen in the average value of students on the first cycle is 46,05 become 74,76 on the second cycle. The interest students in the last second cycle was obtainable result with the middle category is 59,26% and the high category is 40,74%.
Based on the result, this research showed that the implementation Two
Stay Two Stray (TSTS) learning method can improve the interest and outcomes
learning students class XI MIA 1 SMA Negeri 1 Prambanan Sleman Yogyakarta on the immunity system topic.
Word Keys :
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY (TSTS) PADA MATERI SISTEM IMUN DALAM MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI MIA 1 SMA NEGERI
1 PRAMBANAN SLEMAN, YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Biologi
Oleh : Nining Sugiarti NIM : 111434039
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
i
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY (TSTS) PADA MATERI SISTEM IMUN DALAM MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI MIA 1 SMA NEGERI
1 PRAMBANAN SLEMAN, YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Biologi
Oleh : Nining Sugiarti NIM : 111434039
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini ku persembahkan untuk:
Allah SWT yang selalu memberikan pertolongan dan petunjuk-Nya dalam
setiap langkah hidupku
Kedua orangtua ku Bapak Mastar dan Ibu Tutiyah, kakak-kakakku (Teh
Erliyanti dan Mas Andi, Teh Ana dan Mas Ali, Teh Indah, Teh Ipus, Teh
Ima) dan Adek-adekku (Nok Lilis, Aa Aji, Aa Akhmad, Nok Epi, Aa Azis,
Dedek Iyos).
Tanteku (Aat), Keluarga Om-ku (Amak), Keluarga Wawak Iyak, keluarga
Wawak Ono, Keluarga Angnir, Wak Mu dan semua keluarga yang
mendukung dan mendoakan ku.
Aa Erika Iskandar As Saleh.
Almamater tercinta Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma
v
MOTTO
“Kekayaan tidak dilihat dari melimpahnya harta, tetapi dari
perasaan berpuas diri”
˜
Nabi Muhammad SAW
˜
“Sesungguhnya Sesudah Kesulitan itu ada Kemudahan”
(QS. Al
–
Insyirah : 6)
“Man Jadda Wajada : Barang Siapa yang Bersungguh
-sungguh akan Mendapatkannya”.
D-U-I-T
viii
ABSTRAK
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY (TSTS) PADA MATERI SISTEM IMUN DALAM MENINGATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI MIA 1 SMA NEGERI
1 PRAMBANAN SLEMAN YOGYAKARTA. meningkatkan minat dan hasil belajar siswa pada materi sistem imun pada siswa kelas XI MIA 1 SMA Negeri 1 Prambanan dengan menerapkan metode pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS).
Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dengan subyek penelitian yaitu siswa kelas XI MIA 1 tahun ajaran 2014/2015 yang berjumlah 27 siswa. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus di mana setiap siklusnya terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Pengumpulan data dilaksanakan dengan menggunakan lembar observasi, hasil tes pada setiap siklus dan kuesioner.
Hasil penelitian yang diperoleh pada aspek afektif siswa pada siklus I memiliki kategori tinggi sebesar 44,44%, kategori sedang sebesar 55,56% dan kategori rendah 0%. Sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 88,89% dengan kategori tinggi dan 11,11% kategori sedang. Ketercapaian KKM pada siklus I yaitu 11,11% sedangkan pada siklus II sebesar 77,78%. Peningkatan juga terlihat pada nilai rata-rata siswa pada siklus I sebesar 46,05 menjadi 74,76 pada siklus II. Minat siswa di akhir siklus II diperoleh hasil dengan kriteria sedang sebesar 59,26% dan kategori tinggi sebesar 40,74%.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode Two
Stay Two Stray (TSTS) dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas XI
MIA 1 SMA Negeri 1 Prambanan Sleman Yogyakarta pada materi sistem imun.
Kata Kunci :
ix ABSTRACT
THE IMPLEMENTATION OF TWO STAY TWO STRAY (TSTS) LEARNING METHOD ON IMMUNITY SYSTEM TOPIC TO INCREASE STUDENTS’S
INTERESTS AND OUTCOMES LEARNING CLASS XI MIA 1 IN SMA NEGERI 1 PRAMBANAN SLEMAN YOGYAKARTA.
Nining Sugiarti
SANATA DHARMA UNIVERSITY
2015
Outcomes learning student in SMA Negeri 1 Prambanan on immunity system topic were not able to reach minimum completness criteria (MCC) and the interest student was low. Therefore, this research aims to improve the interest and outcomes learning student on immunity system topic in class XI MIA 1 SMA Negeri 1 Prambanan by using Two Stay Two Stray (TSTS) learning methods.
The form of this research is Classroom Action Research (CAR) with the research subject is the students of class XI MIA 1 school year 2014/2015 which consist 27 students. This research is carried out in 2 cycles, where each cycles has consist of planning, acting, observing and reflecting. Data collection was carried out by using a sheet of observations, test achievement at each cycles and the questionnaire.
The research of result that obtained on affective aspects students on first cycle has a high category is 44,44%, the middle category is 55,56% and the low category is 0%. Whereas on the second cycle was increase become 88,89% with the high category and 11,11% is the middle category. The achievement of MCC on the first cycle is 11,11% whereas on the second cycle is 77,78%. The increase was also seen in the average value of students on the first cycle is 46,05 become 74,76 on the second cycle. The interest students in the last second cycle was obtainable result with the middle category is 59,26% and the high category is 40,74%.
Based on the result, this research showed that the implementation Two
Stay Two Stray (TSTS) learning method can improve the interest and outcomes
learning students class XI MIA 1 SMA Negeri 1 Prambanan Sleman Yogyakarta on the immunity system topic.
Word Keys :
x
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
nikmat sehat serta rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir
yang berjudul “Penerapan Metode Pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) pada
Materi Sistem Imun dalam Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Siswa Kelas XI
MIA 1 SMA Negeri 1 Prambanan Sleman Yogyakarta” dengan baik.
Skripsi ini dapat tersusun atas bantuan, dorongan dan bimbingan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada:
1. Bapak Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D. selaku rektor Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan FKIP dan Bapak Dr. Marcellinus Andy
Rudhito, S.Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan ijin
penelitian kepada penulis.
3. Bapak Drs. Antonius Tri Priantoro, M.For.Sc. selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Biologi yang telah memberikan motivasi dan dorongan kepada
penulis selama penulis menempuh studi di Universitas Sanata Dharma.
4. Ibu Maslichah Asy’ari M.Pd. selaku dosen pemimbing yang telah banyak
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, masukan dan arahan
dengan sabar dan teliti kepada penulis selama penyusunan dan penyelesaian
xi
5. Segenap dosen program studi Pendidikan Biologi yang dengan tulus dan
segenap hati membagikan ilmu kepada penulis.
6. Para karyawan dan staf sekretariat Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu
pengetahuan Alam Universitas Sanata Dharma.
7. Bapak, Ibu, kakak-kakakku, adik-adikku, tante, om dan seluruh keluarga
besar penulis yang selalu memberikan dukungan, dorongan dan tak lupa do’a
yang selalu mengiringi langkahku.
8. Aa Erika Iskandar As saleh yang telah memberikan dorongan, dukungan,
semangat dan kasih sayang.
9. Bapak Drs. Mawardi Hadisuyitno selaku Kepala SMA Negeri 1 Prambanan
Sleman Yogyakarta yang telah memberikan ijin penelitian.
10.Bapak Rochmat Yuwono, S.Pd. selaku guru pembimbing di sekolah yang
telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian di kelas beliau.
11.Siswa-siswi kelas XI MIA 1 SMA Negeri 1 Prambanan Sleman yogyakarta
atas kerjasama dan partisipasi dalam penelitian yang telah dilakukan.
12.Rekan observer : Fenti A, Fenti D, Lia W yang telah membantu keberhasilan
pelaksanaan penelitian.
13.Teman-teman kos Mushola Al-Hidayah: Mbak Ani, Mbak Wulan, Mbak
Chint, Mbak Wahyu dan Niken yang telah menyemangati, menemani,
mendukung penulis selama belajar di Universitas Sanata Dharma.
14.Sahabat-sahabat penulis : Fenti A, Galuh, Ela, Helen, Ria, Lia A, Ricca, Reni,
Dyah yang selalu memberikan dorongan dan motivasi kepada penulis baik
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii
ABSTRAK ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1. Pengertian Belajar... 11
2. Unsur Belajar ... 12
3. Ciri-Ciri Perilaku Belajar... 15
4. Jenis Belajar ... 16
5. Ketuntasan Belajar ... 18
6. Hasil Belajar ... 21
7. Indikator Hasil Belajar... 26
xiv
1. Pengertian Minat ... 28
2. Macam-Macam Minat ... 29
3. Indikator Minat ... 30
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat ... 31
C. Metode Pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) ... 33
1. Pengertian Metode Pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) ... 33
2. Tahapan Metode Pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) ... 34
3. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) ... 36
D. Materi Sistem Imun ... 37
E. Penelitian yang Relevan ... 38
F. Kerangka Berpikir ... 40
G. Hipotesa Tindakan ... 43
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 44
A. Jenis Penelitian ... 44
C. Rancangan Penelitian ... 45
1. Pra Tindakan ... 46
2. Siklus I ... 47
3. Siklus II ... 50
D. Instrumen Penelitian... 52
1. Instrumen Pembelajaran ... 53
2. Instrumen Pengumpulan Data ... 54
E. Validitas Instrumen ... 59
F. Teknik Analisa Data ... 61
1. Analisis Kognitif (Tes) ... 61
xv
3. Analisis Minat (Non Tes) ... 64
G. Indikator Keberhasilan Penelitian ... 65
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 66
A. Deskripsi Penelitian ... 66
1. Deskripsi Siklus I ... 66
2. Deskripsi Siklus II ... 76
B. Hasil Penelitian ... 81
1. Analisa Peningkatan Hasil Belajar Siswa Aspek Kognitif ... 81
2. Analisa Hasil Belajar Siswa Aspek Afektif ... 83
3. Analisa Minat Siswa terhadap Pembelajaran ... 84
C. Pembahasan ... 85
1. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Aspek Kognitif ... 85
2. Hasil Belajar Siswa Aspek Afektif ... 89
3. Minat Siswa terhadap Pembelajaran... 91
4. Faktor-Faktor Pendukung Metode Pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) ... 92
5. Kendala-Kendala dalam Penerapan Metode Pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) ... 93
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 95
A. Kesimpulan ... 95
B. Saran ... 96
DAFTAR PUSTAKA ... 98
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 : Penentuan Nilai KKM... 20
Tabel 3.1 : Kisi-Kisi Lembar Kuesioner ... 58
Tabel 3.2 : Kriteria Hasil Prosentase Skor Observasi Aspek Afektif Siswa ... 64
Tabel 3.3 : Panduan Penskoran Kuesioner/Angket ... 64
Tabel 3.4 : Kategori Minat Siswa ... 65
Tabel 3.5 : Indikator Keberhasilan Siswa ... 65
Tabel 4.1 : Hasil Analisa Data Pretes Siswa ... 81
Tabel 4.2 : Hasil Analisa Data Posttes Siswa Siklus I ... 82
Tabel 4.3 : Hasil Analisa Data Posttes Siswa Siklus II... 83
Tabel 4.4 : Hasil Belajar Siswa Aspek Afektif Siswa Siklus I ... 84
Tabel 4.5 : Hasil Belajar Siswa Aspek Afektif Siswa Siklus II ... 84
Tabel 4.6 : Hasil Analisa Minat Siswa ... 85
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 : Bagan Kerangka Berpikir ... 42
Gambar 3.1 : Bagan Penelitian Tindakan Kelas Menurut Kurt Lewin ... 44
Gambar 4.1 : Siswa Mengerjakan Soal Pretest ... 68
Gambar 4.2 : Para siswa sedang Mengerjakan LKS 1 dan Mencari Informasi dari Referensi yang Ada ... 69
Gambar 4.3 : Siswa Menerapkan Metode Pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) ... 70
Gambar 4.4 : Siswa Mempresentasikan Hasil Diskusi Di Depan Kelas ... 71
Gambar 4.5 : Siswa Mengerjakan Soal Posttes 1 ... 73
Gambar 4.6 : Siswa Mengerjakan Lembar Kerja ... 78
Gambar 4.7 : Siswa sedang Bertamu ke Kelompok Lain ... 79
Gambar 4.8 : Siswa Mempresentasikan Hasil Diskusinya ... 79
Gambar 4.9 : Siswa Mengerjakan Soal Posttes 2 ... 80
Gambar 4.10 : Grafik Peningkatan Nilai Posttes 1 dan Posttes 2 ... 86
Gambar 4.11 : Grafik Hasil Observasi Aspek Afektif Siklus I dan Siklus II ... 90
xviii
Lampiran 15 : Panduan Penskoran Soal Pretes ... 159
Lampiran 16 : Kisi-Kisi Soal Posttes 1 ... 161
Lampiran 28 : Hasil Analisa Aspek Kognitif Siswa ... 190
Lampiran 29 : Hasil Analisa Aspek Afektif Siswa Siklus I ... 191
Lampiran 30 : Hasil Analisa Aspek Afektif Siswa Siklus II ... 194
Lampiran 31 : Data Hasil Pengolahan Kuesioner Di Akhir Siklus ... 197
Lampiran 32 : Contoh Pekerjaan Pretes Siswa yang Mendapat Nilai Tinggi ... 199
Lampiran 33 : Contoh Pekerjaan Pretes Siswa yang Mendapat Nilai Rendah ... 203
Lampiran 34 : Contoh Pekerjaan Posttes 1 Siswa yang Mendapat Nilai Tinggi ... 207
xix
Lampiran 36 : Contoh Pekerjaan Posttes 2 Siswa yang Mendapat Nilai
Tinggi ... 215
Lampiran 37 : Contoh Pekerjaan Posttes 2 Siswa yang Mendapat Nilai
Rendah ... 219
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan
seseorang. Melalui pendidikan, seseorang dapat dipandang terhormat,
memiliki karir yang baik dan menjalankan norma-norma yang ada dan sesuai
di masyarakat. Pendidikan dapat diajarkan sejak seseorang tersebut berada di
dalam kandungan. Pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri
atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi
merupakan bagian dari pendidikan formal. Sedangkan pendidikan yang
terjadi di keluarga dan lingkungan masyarakat sekitar merupakan pendidikan
informal.
Dunia pendidikan saat ini sudah berkembang pesat seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ilmu pengetahuan dan
teknologi yang berkembang pesat didukung juga oleh perkembangan
pendidikan yang berkualitas dan bermutu. Terwujudnya pendidikan yang
bermutu membutuhkan upaya yang terus menerus untuk selalu meningkatkan
kualitas pendidikan. Upaya peningkatan kualitas pendidikan memerlukan
upaya peningkatan kualitas pembelajaran karena muara dari berbagai
program pendidikan adalah terlaksananya program pembelajaran yang
berkualitas. Oleh karena itu, upaya meningkatkan kualitas pendidikan tidak
akan tercapai tanpa adanya peningkatan kualitas pembelajaran (Uno dan
Peningkatan kualitas pembelajaran sangat berpengaruh pada
aspek-aspek yang dapat menunjang keberhasilan pendidikan. Aspek-aspek-aspek tersebut
diantaranya kurikulum, sarana dan prasarana, guru, siswa, serta metode
pembelajaran yang digunakan. Keberhasilan pendidikan dalam proses belajar
mengajar yang dilakukan oleh guru dapat dilakukan dengan cara melakukan
perubahan antara lain dalam hal memperbaiki kondisi lingkungan belajar,
perubahan metode mengajar, maupun menggunakan media pembelajaran
yang menarik minat siswa dalam belajar di kelas. Keberhasilan guru dalam
mengajar tidak hanya tercermin dalam aspek kognitif atau kemampuan dalam
berpikir saja, namun ada aspek sikap atau afektif maupun psikomotor juga
harus dikembangkan siswa dalam proses pembelajaran tersebut. Hal ini
sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam
Undang-Undang No. 20 tahun 2003 pasal 3 menyebutkan “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab”. Serta lebih lanjut
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang
kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta
rasa tanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Biologi merupakan salah satu cabang sains yang ada dalam dunia
pendidikan. Namun kebanyakan siswa menganggap mata pelajaran Biologi
hanya teori saja. Hal ini menimbulkan berkurangnya minat terhadap mata
pelajaran tersebut. Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan salah satu
guru Biologi di SMA Negeri 1 Prambanan Sleman Yogyakarta yaitu bahwa
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada mata pelajaran Biologi kelas XI
MIA yaitu 75 atau dalam penilaian yang sesuai dengan kurikulum 2013 yaitu
3,00. Di kelas XI MIA 1 terdapat sebanyak 64,52% siswa tidak mencapai
KKM 75 pada materi sistem imun. Selain itu, minat belajar siswa pada materi
sistem imun pun kurang. Berdasarkan hasil observasi di kelas XI MIA 1
terdapat beberapa siswa yang masih mengobrol dan bermain-main saat guru
sedang menerangkan. Minat yang kurang ini dapat menyebabkan hasil belajar
yang kurang pula. Minat yang kurang ini disebabkan karena pembelajaran
yang dilakukan guru masih menggunakan metode ceramah dan materi
tentang sistem imun merupakan materi yang terletak diakhir bab pada
semester genap di kelas XI MIA sehingga waktu yang tertinggal hanya cukup
untuk memberikan materi saja. Sehingga guru dalam melakukan evaluasi
terkait materi sistem imun memberikan ulangan diakhir semester (evaluasi
akhir).
Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang
dengan materi dan kondisi siswa tersebut. Seorang guru yang menggunakan
metode pembelajaran yang tepat dan dengan kondisi siswa yang tepat, maka
respon yang diberikan siswa dalam proses pembelajaran dapat berjalan
dengan baik. Hal ini berpengaruh terhadap hasil belajar siswa baik dari aspek
kognitif, afektif maupun psikomotorik. Sebaliknya jika guru memberikan
metode yang kurang tepat, maka respon siswa terhadap pembelajaran kurang
dan bahkan mengalami penurunan hasil belajar. Untuk itu guru diharapkan
dapat mengolah kelas dengan baik menggunakan metode pembelajaran yang
dapat menarik siswa sehingga proses belajar dapat berjalan dengan baik
sesuai dengan yang telah dirancang dalam rancangan pembelajaran.
Setiap guru dalam melakukan proses mengajar menggunakan metode
yang berbeda-beda. Bahkan guru yang mengampu mata pelajaran yang sama
namun mengajar di kelas yang berbeda bisa menggunakan metode yang
berbeda. Hal ini karena menyesuaikan materi dan kondisi siswa dalam
melaksanakan kegiatan belajar. Metode yang digunakanpun harus sesuai
dengan materi yang diajarkan agar dapat berjalan dengan baik. Metode
pembelajaran atau strategi pembelajaran merupakan salah satu komponen
utama di dalam kurikulum. Selain itu komponen lain dalam kurikulum yang
dapat menunjang proses pembelajaran yaitu tujuan pembelajaran, materi
pembelajaran, organisasi kurikulum dan evaluasi pembelajaran. Antara
komponen kurikulum yang satu dengan komponen kurikulum yang lain
Beberapa pemahaman mengenai kurikulum menurut para pakar
pendidikan yaitu (1) kurikulum dipandang sebagai suatu bahan tertulis yang
berisi uraian tentang program pendidikan suatu sekolah yang harus
dilaksanakan dari tahun ke tahun. (2) kurikulum dilukiskan sebagai bahan
tertulis untuk digunakan para guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai
pendidik. (3) kurikulum merupakan suatu usaha untuk menyampaikan
asas-asas dan ciri-ciri yang penting dari suatu rencana dalam bentuk yang
sedemikian rupa, sehingga dapat dilaksanakan guru di sekolah. (4) kurikulum
diartikan sebagai tujuan pengajaran, pengalaman-pengalaman belajar,
alat-alat pelajaran dan cara-cara penilaian yang direncanakan dan digunakan
dalam pendidikan. (5) kurikulum dipandang sebagai program pendidikan
yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan-tujuan
pendidikan. Dari pemahaman di atas, dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu
(1) kurikulum sebagai suatu rencana atau bahan tertulis yang dapat dijadikan
pedoman bagi para guru di sekolah. (2) kurikulum sebagai program yang
direncanakan dan dilaksanakan dalam situasi yang nyata di kelas (Siregar dan
Nara, 2010).
Kurikulum yang digunakan di SMA Negeri 1 Prambanan Sleman
Yogyakarta tetap menggunakan kurikulum 2013. Kurikulum 2013 sering
disebut juga dengan kurikulum berbasis karakter. Kurikulum 2013
merupakan sebuah kurikulum yang mengutamakan pada pemahaman, skill
dan pendidikan karakter di mana siswa dituntut untuk paham atas materi,
sopan santun dan sikap disiplin yang tinggi (Erick, 2014 dalam
http://www.gubuginformasi.com/2014/04/apa-itu-kurikulum-2013.html).
Kurikulum 2013 mempunyai tujuan agar siswa memiliki kompetensi sikap,
keterampilan dan pengetahuan yang lebih baik serta lebih kreatif, inovatif dan
kritis dalam memecahkan masalah yang ada sesuai dengan apa yang telah
dipelajari di sekolah dan mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Kurikulum 2013 menuntut siswa-siswi aktif dalam proses belajar di
kelas (student center) sedangkan guru hanya sebagai fasilitator dalam proses
belajar mengajar dan tetap pada tugas guru yaitu membimbing
siswa-siswinya dalam proses tersebut. Sehingga proses belajar dapat berjalan
dengan baik yakni guru menjalankan tugasnya dan siswa mendapatkan
haknya dalam belajar. Dalam proses belajar mengajar terkadang ada juga
siswa yang kurang paham dengan penjelasan yang diberikan oleh guru,
namun siswa lebih paham dengan penjelasan yang diberikan teman
sejawatnya. Sehingga dibutuhkan metode pembelajaran yang menarik minat
siswa dan dalam proses belajar mengajar tersebut ada suatu kegiatan yang
mengaktifkan siswa-siswinya.
Untuk mengatasi hal tersebut di atas, peneliti menggunakan metode
pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam proses belajar dan
meningkatkan minat serta hasil belajar siswa khususnya pada materi sistem
imun. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
pembelajaran Dua Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two Stray / TSTS). Dengan
disajikan oleh guru dalam proses belajar mengajar, melainkan siswa bisa juga
belajar dari siswa lainnya dan sekaligus mempunyai kesempatan untuk
mengajarkan kepada siswa yang belum paham bahkan kepada kelompok
lainnya. Sehingga akan lebih banyak lagi ilmu yang siswa informasikan ke
siswa lainnya.
Metode Two Stay Two Stray (TSTS) lebih berorientasi kepada
keaktifan, kemampuan berbicara atau bertanya siswa dapat ditingkatkan dan
siswa lebih berani dalam mengungkapkan pendapatnya. Dilihat dari kodisi
siswa selama observasi di kelas XI MIA 1, saat kegiatan berdiskusi kelompok
dapat berjalan dengan baik. Namun hanya siswa-siswi tertentu yang aktif dan
mengemukakan pendapatnya ketika presentasi maupun saat guru memberikan
pertanyaan. Oleh karena itu, dengan metode pebelajaran Two Stay Two Stray
(TSTS) kemampuan siswa dalam berbicara atau bertanya dan mengemukakan
pendapat dapat ditingkatkan.
Dengan demikian diasumsikan bahwa penerapan metode
pembelajaran Two Stay Two Stray mampu membuat suasana belajar di kelas
menjadi lebih aktif, partisipatif dan menyenangkan. Hal ini dikarenakan
siswa diberi kesempatan untuk berdiskusi dengan siswa lainnya dalam
membahas materi pelajaran khususnya sistem imun. Sehingga diharapkan
siswa akan memperoleh pemahaman pelajaran yang luas dalam berdiskusi
dengan teman sejawatnya.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti merumuskan
STAY TWO STRAY (TSTS) PADA MATERI SISTEM IMUN DALAM
MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI
MIA 1 SMA NEGERI 1 PRAMBANAN SLEMAN, YOGYAKARTA”.
B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan uraian latar belakang masalah di atas, rumusan
masalah dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah penerapan metode Two Stay Two Stray (TSTS) dapat
meningkatkan minat belajar siswa pada materi sistem imun di kelas XI
MIA 1 SMA Negeri 1 Prambanan Sleman, Yogyakarta?
2. Apakah penerapan metode Two Stay Two Stray (TSTS) dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada materi sistem imun di kelas XI
MIA 1 SMA Negeri1 Prambanan Sleman, Yogyakarta?
C. Batasan Masalah
Agar pengkajian masalah dalam penelitian ini tidak terlalu luas, maka
diperlukan adanya batasan masalah. Batasan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Materi pokok yang akan digunakan dalam penelitian yaitu materi sistem
imun dengan kompetensi dasar 3.14 mengaplikasikan pemahaman
tentang prinsip–prinsip sistem imun untuk meningkatkan kualitas hidup
manusia dengan kekebalan yang dimilikinya melalui program imunisasi
dasar 4.16 menyajikan data jenis-jenis imunisasi (aktif dan pasif) dan
jenis penyakit yang dikendalikannya.
2. Parameter keberhasilan yang diukur dalam penelitian ini adalah minat
dan hasil belajar. Hasil belajar yang akan diukur meliputi aspek kognitif
dan aspek afektif. Aspek kognitif diukur berdasarkan hasil post-test yang
diberikan setiap akhir siklus pembelajaran sedangkan aspek afektif diukur
berdasarkan hasil observasi selama proses pembelajaran berlangsung.
Sedangkan minat belajar siswa diukur dengan kuesioner atau angket yang
dibagikan pada akhir siklus II.
3. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan
pada semester 2 tahun ajaran 2014/2015, di kelas XI MIA 1 SMA Negeri
1 Prambanan Sleman, Yogyakarta.
D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian tindakan
kelas ini adalah
1. Untuk mengetahui peningkatan minat belajar siswa pada materi sistem
imun di kelas XI MIA 1 SMA Negeri 1 Prambanan Sleman, Yogyakarta
melalui penerapan metode pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS).
2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada materi sistem
imun di kelas XI MIA 1 SMA Negeri 1 Prambanan Sleman, Yogyakarta
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
a. Sebagai pengembangan pengetahuan tentang penelitian dalam
pembelajaran Biologi.
b. Peneliti dapat mengaplikasikan ilmu yang telah didapatkan di bangku
kuliah.
c. Penelitian ini bermanfaat untuk menyelesaikan tugas akhir untuk
memperoleh gelar sarjana pendidikan.
2. Bagi Guru
a. Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan metode
pembelajaran dengan tujuan agar dapat meningkatkan proses
pembelajaran khususnya mata pelajaran Biologi.
b. Sebagai bahan masukan untuk guru dalam pemilihan metode
pembelajaran yang kreatif dan inovatif dalam proses belajar mengajar.
3. Bagi Siswa
a. Sebagai wahana baru dalam proses meningkatkan minat dan hasil
belajar dalam pembelajaran Biologi.
b. Siswa dapat memahami pembelajaran Biologi dengan lebih baik.
4. Bagi Sekolah
a. Sebagai bahan masukan dalam upaya meningkatkan kualitas
11
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar
1. Pengertian Belajar
Belajar adalah kegiatan berproses dan merupakan unsur yang
sangat fundamental dalam penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan,
hal ini berarti keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan sangat
tergantung pada keberhasilan proses belajar siswa di sekolah dan
lingkungan sekitarnya (Jihad dan Haris, 2008). Pengertian belajar oleh
Syah (2008) belajar merupakan tahapan perubahan perilaku siswa yang
relatif positif dan mantap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang
melibatkan proses kognitif.
Belajar adalah suatu proses dan aktivitas yang selalu dilakukan dan
dialami manusia sejak manusia di dalam kandungan, buaian, tumbuh
berkembang dari anak-anak, remaja sehingga menjadi dewasa, sampai ke
liang lahat, sesuai dengan prinsip pembelajaran sepanjang hayat (Suyono
dan Hariyanto, 2011). Lebih lanjut Suyono dan Hariyanto mengatakan
belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh
pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap
dan mengokohkan kepribadian.
Siregar dan Nara (2010) menyatakan bahwa belajar merupakan
sebuah proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan
berlangsung seumur hidup, sejak masih bayi (bahkan dalam kandungan)
sesuatu adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan
tingkah laku tersebut menyangkut perubahan yang bersifat pengetahuan
(kognitif) dan keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai
dan sikap (afektif).
Belajar adalah sebuah proses yang kompleks yang di dalamnya
terkandung beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut adalah :
a. Bertambahnya jumlah pengetahuan
b. Adanya kemampuan mengingat dan memproduksi
c. Ada penerapan pengetahuan
d. Menyimpulkan makna
e. Menafsirkan dan mengkaitkannya dengan realitas, dan
f. Adanya perubahan sebagai pribadi
(Siregar dan Nara, 2010).
Dalam berbagai definisi di atas, ditekankan bahwa belajar adalah
proses perubahan tingkah laku akibat pengalaman, yang relatif menetap,
menuju kebaikan, perubahan positif-kualitatif. Perubahan tingkah laku
yang menyangkut perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif),
keterampilan (psikomotor) maupun perubahan nilai dan sikap (afektif).
Konsep belajar ini menekankan bahwa belajar tidak hanya dari segi
teknis, tetapi juga tentang nilai juga norma.
2. Unsur Belajar
Unsur-unsur belajar adalah faktor-faktor yang menjadi indikator
aliran behaviorisme dalam Suyono dan Hariyanto (2011) menyatakan
terdapat tujuh unsur utama dalam proses belajar yang meliputi:
a. Tujuan. Belajar dimulai karena adanya suatu tujuan yang ingin
dicapai. Tujuan ini muncul karena adanya sesuatu kebutuhan.
Perbuatan belajar atau pengalaman belajar akan efektif bila diarahkan
kepada tujuan yang jelas dan bermakna bagi individu.
b. Kesiapan. Agar mampu melaksanakan perbuatan belajar dengan baik,
anak perlu memiliki kesiapan, baik kesiapan fisik, psikis maupun
kesiapan yang berupa kematangan untuk melakukan sesuatu yang
terkait dengan pengalaman belajar.
c. Situasi. Kegiatan belajar berlangsung dalam situasi belajar. Adapun
yang dimaksud dengan situasi belajar ini adalah tempat, lingkungan
sekitar, alat dan bahan yang dipelajari, guru, kepala sekolah, pegawai
administrasi, dan seluruh warga sekolah yang lain.
d. Interpretasi. Di sini anak melakukan interpretasi yaitu melihat
hubungan diantara komponen-komponen situasi belajar, melihat
makna dari hubungan tersebut dan menghubungkannya dengan
kemungkinan pencapaian tujuan.
e. Respon. Berlandaskan hasil interpretasi tentang kemungkinan dalam
mencapai tujuan belajar, maka anak membuat respon. Respon ini
dapat berupa usaha yang terencana dan sistematis, baik juga berupa
f. Konsekuensi. Berupa hasil, dapat hasil positif (keberhasilan) maupun
hasil negatif (kegagalan) sebagai konsekuensi respon yang dipilih
siswa.
g. Reaksi terhadap kegagalan. Kegagalan dapat menurunkan semangat,
motivasi, memperkecil usaha-usaha belajar selanjutnya. Namun, dapat
juga membangkitkan siswa karena dia mau belajar dari kegagalannya.
Dari berbagai unsur utama dalam belajar menurut Cronbach, yang
menjadi fokus penelitian ini yaitu siswa, guru dan metode. Sementara itu,
para konstruktivis memaknai unsur-unsur belajar sebagai berikut:
a. Tujuan Belajar. Tujuan belajar yaitu membentuk makna. Makna
diciptakan para pembelajar dari apa yang mereka lihat, dengar,
rasakan dan alami. Konstruksi makna dipengaruhi oleh pengertian
terdahulu yang telah dimiliki siswa.
b. Proses Belajar adalah proses konstruksi makna yang berlangsung terus
menerus, setiap kali berhadapan dengan fenomena atau pengalaman
baru diadakan rekonstruksi, baik secara kuat atau lemah. Proses
belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta melainkan lebih
sebagai pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian yang
baru. Belajar bukanlah hasil perkembangan, melainkan perkembangan
itu sendiri.
c. Hasil Belajar dipengaruhi oleh pengalaman belajar sebagai hasil
interaksi dengan dunia fisik dan lingkungannya. Hasil belajar
konsep-konsep, tujuan, dan motivasi yang mempengaruhi interaksi
dengan bahan yang dipelajari.
3. Ciri-Ciri Perilaku Belajar
Siregar dan Nara (2010) mengatakan bahwa seseorang dikatakan
telah belajar kalau sudah terdapat perubahan tingkah laku dalam dirinya.
Sehingga menyimpulkan ciri-ciri belajar adalah sebagai berikut :
a. Adanya kemampuan baru atau perubahan. Perubahan tingkah laku
tersebut bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor)
maupun nilai dan sikap (afektif).
b. Perubahan itu tidak berlangsung sesaat saja, melainkan menetap atau
dapat disimpan.
c. Perubahan itu tidak terjadi begitu saja, melainkan harus dengan usaha.
Perubahan terjadi akibat interaksi dengan lingkungan.
d. Perubahan tidak semata-mata disebabkan oleh pertumbuhan fisik atau
kedewasaan, tidak karena kelelahan, penyakit atau pengaruh
obat-obatan.
Adapun ciri-ciri perubahan khas yang menjadi karakteristik
perilaku belajar yang penting menurut Syah (2008) adalah:
a. Perubahan intensional dalam arti bukan pengalaman atau praktik
yang dilakukan dengan sengaja dan disadari, atau dengan kata lain
bukan kebetulan.
b. Perubahan positif dan aktif dalam arti baik, bermanfaat, serta sesuai
sendirinya seperti karena proses kematangan, tetapi karena usaha
siswa itu sendiri.
c. Perubahan efektif dan fungsional dalam arti perubahan tersebut
membawa pengaruh, makna dan manfaat tertentu bagi siswa.
Perubahan proses belajar fungsional dalam arti bahwa ia relatif
menetap dan setiap saat apabila dibutuhkan perubahan tersebut dapat
diproduksi dan dimanfaatkan.
4. Jenis Belajar
Manusia memiliki beragam potensi, karakter dan kebutuhan dalam
belajar. Karena itu banyak tipe-tipe belajar yang dilakukan oleh manusia.
Gagne dalam Siregar dan Nara (2010) mencatat ada delapan tipe belajar
yaitu sebagai berikut:
a. Belajar isyarat (signal learning). Menurut Gagne, ternyata tidak
semua reaksi spontan manusia terhadap stimulus sebenarnya tidak
menimbulkan respon. Dalam konteks inilah signal learning terjadi.
b. Belajar stimulus respon. Belajar tipe ini memberikan respon yang
tepat terhadap stimulus yang diberikan. Reaksi yang tepat diberikan
penguatan (reinforcement) sehingga terbentuk perilaku tertentu
(shaping).
c. Belajar merantaikan (chaining). Tipe belajar chaining merupakan cara
belajar dengan membuat gerakan-gerakan motorik, sehingga akhirnya
d. Belajar asosiasi verbal (verbal association). Tipe belajar verbal
association merupakan belajar menghubungkan suatu kata dengan
suatu objek yang berupa benda, orang atau kejadian dan merangkaikan
sejumlah kata dalam urutan yang tepat.
e. Belajar membedakan (discrimination). Tipe belajar discrimination
memberikan reaksi yang berbeda-beda pada stimulus yang
mempunyai kesamaan.
f. Belajar konsep (concept learning). Belajar mengklasifikasikan
stimulus atau menempatkan objek-objek dalam kelompok tertentu
yang membentuk suatu konsep. (Konsep: satuan arti yang mewakili
sejumlah objek yang memiliki kesamaan ciri).
g. Belajar dalil (rule learning). Tipe belajar rule learning merupakan tipe
belajar untuk menghasilkan aturan atau kaidah yang terdiri dari
penggabungan beberapa konsep. Hubungan antara konsep biasanya
dituangkan dalam bentuk kalimat.
h. Belajar memecahkan masalah (problem solving). Tipe belajar problem
solving merupakan tipe belajar yang menggabungkan beberapa kaidah
untuk memecahkan masalah, sehingga terbentuk kaidah yang lebih
tinggi (higher order rule).
Jenis belajar yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah jenis
belajar yang aktif, menyenangkan dan partisipatif. Dalam penelitian ini
siswa dituntut untuk lebih kritis dalam menyerap materi maupun dalam
kegiatan bertamu siswa dapat mengembangkan stimulus-respon. Pada saat
kegiatan bertamu, siswa yang bertugas sebagai tuan rumah menstimulus
dengan jawaban-jawaban yang akan diberikan kepada tamu. Sedangkan
siswa yang bertugas sebagai tamu dapat merespon jawaban yang
diberikan dari tuan rumah. Sehingga diharapkan dapat memecahkan
masalah terkait jawaban-jawaban tersebut.
5. Ketuntasan Belajar
Pembelajaran tuntas (mastery learning) dalam proses pembelajaran
berbasis kompetensi adalah pendekatan dalam pembelajaran yang
mempersyaratkan peserta didik menguasai secara tuntas seluruh standar
kompetensi maupun kompetensi dasar mata pelajaran tertentu.
Ketuntasan belajar siswa dalam belajar Biologi yang ideal adalah
bahwa seluruh siswa (100%) di sebuah kelas telah dapat menguasai
seluruh tujuan pembelajaran-pembelajaran khusus (100%) yang telah
ditetapkan oleh gurunya. Namun demikian karena syarat ketentuan belajar
siswa dalam Biologi yang ideal seperti itu sulit untuk dicapai, maka di
dalam buku pedoman kegiatan belajar mengajar kurikulum 1994 tentang
ketuntasan siswa dalam belajar Biologi ditetapkan dua hal berikut (1)
Secara individual, seorang siswa dikatakan telah tuntas mempelajari
sebuah pokok bahasan, apabila siswa tersebut telah dapat menguasai
paling sedikit 65% dari seluruh TPK (Tujuan Pembelajaran Khusus) yang
telah ditetapkan oleh seorang guru pada sebuah pokok bahasan; (2) Secara
bahasan, apabila paling sedikit 85% siswa di kelas itu telah menguasai
paling sedikit 65% dari seluruh TPK (Tujuan Pembelajaran Khusus) yang
telah ditetapkan oleh guru (Wahyudin dalam Damayanti, 2008).
Sedangkan ketuntasan belajar menurut Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP) yaitu ketuntasan belajar setiap indikator yang telah
ditetapkan dalam suatu kompetensi dasar yaitu 75%. Satuan pendidikan
harus menentukan kriteria ketuntasan minimal dengan
mempertimbangkan tingkat kemampuan rata-rata peserta didik serta
kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan
pembelajaran. Satuan pendidikan diharapkan meningkatkan kriteria
ketuntasan belajar secara terus menerus untuk mencapai kriteria
ketuntasan ideal (Sungkowo dalam Damayanti, 2008).
Salah satu prinsip penilaian pada kurikulum berbasis kompetensi
adalah menggunakan acuan kriteria, yakni menggunakan kriteria tertentu
dalam menentukan kelulusan peserta didik. Kriteria paling rendah untuk
menyatakan peserta didik mencapai ketuntasan dinamakan Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM). Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
penentuan kriteria ketuntasan minimal adalah tingkat kompleksitas,
kemampuan daya dukung dan tingkat kemampuan (intake) peserta didik.
Penetapan nilai KKM dibuat skala penilaian yang disepakati oleh guru
mata pelajaran. Untuk memudahkan analisis setiap indikator, perlu dibuat
Tabel 2.1 Penentuan Nilai KKM
Aspek yang dinilai Kriteria dan Skala Penilaian
Kompleksitas Tinggi, <65 Sedang, 65-79 Rendah, 80-100
Daya Dukung Tinggi, 80-100 Sedang, 65-79 Rendah, <65
Intake Siswa Tinggi, 80-100 Sedang, 65-79 Rendah, <65
Berdasarkan tabel 2.1 penentuan nilai KKM dapat ditentukan dengan
mempertimbangkan tiga aspek diantaranya kompleksitas, daya dukung
dan intake siswa. Berikut penjelasan mengenai ketiga aspek:
1. Kompleksitas. Semakin tinggi tingkat kompleksitas maka semakin
kecil untuk skor penentuan nilai KKM. Hal ini karena kompleksitas
merupakan tingkat kesulitan materi pada setiap indikator, kompetensi
dasar maupun standar kompetensi.
2. Daya dukung. Semakin tinggi daya dukung maka semakin tinggi
untuk skor penentuan nilai KKM. Daya dukung merupakan faktor
penunjang kegiatan belajar siswa yang meliputi sarana dan prasarana
yang dimiliki sekolah, ketersediaan tenaga kerja, biaya operasional
pendidikan dan manajemen sekolah.
3. Intake siswa. Penentuan nilai KKM yang ditentukan dengan intake
siswa yaitu didasarkan pada kemampuan siswa. Intake bisa didasarkan
pada hasil penerimaan siswa baru dan nilai yang dicapai siswa pada
kelas sebelumnya.
6. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah segala sesuatu yang menjadi milik siswa
sebagai akibat dari kegiatan belajar yang dilakukannya (Juliah dalam
Jihad dan Haris, 2008). Menurut Hamalik (2013) hasil-hasil belajar
adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,
sikap-sikap, apresiasi, abilitas dan keterampilan. Dari kedua pernyataan
tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian hasil belajar adalah
perubahan tingkah laku siswa secara nyata setelah dilakukan proses
belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan pengajaran.
Menurut Susanto (2013) hasil belajar yaitu perubahan-perubahan
yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif,
afektif dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar. Pengertian
hasil belajar sebagaimana diuraikan diatas dipertegas lagi oleh
Nawawi dalam Susanto (2013) yang menyatakan bahwa hasil belajar
dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari
materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang
diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu.
Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak dapat
dipisahkan satu sama lain. Belajar menunjuk pada apa yang harus
dilakukan seseorang sebagai subjek yang menerima pelajaran (sasaran
didik), sedangkan mengajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan
menghafal dan bukan pula mengingat. Belajar adalah suatu proses
yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang.
Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam
berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap
dan tingkah laku, ketrampilan, kecakapan dan kemampuan, daya
reaksi, daya penerimaan, dan aspek lain yang ada pada individu
tersebut (Sudjana, 2012).
Setiap proses belajar yang dilaksanakan oleh peserta didik akan
menghasilkan hasil belajar. Di dalam proses pembelajaran, guru
sebagai pengajar sekaligus pendidik memegang peranan dan tanggung
jawab yang besar dalam rangka membantu meningkatkan keberhasilan
peserta didik dipengaruhi oleh kualitas pengajaran dan faktor internal
dari siswa itu sendiri. Hal ini diperkuat oleh Nasution (2006)
mengemukakan hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak
belajar mengajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang
diberikan guru.
Dalam proses belajar mengajar terjadi interaksi antara guru dan
siswa sebagai makna utama yang memegang peranan penting untuk
mencapai tujuan pengajaran yang efektif. Kedudukan siswa dalam
proses belajar mengajar adalah sebagai subjek dan sekaligus sebagai
objek dalam pengajaran sehingga proses belajar mengajar adalah
kegiatan belajar siswa dalam mencapai suatu tujuan pengajaran. Hasil
menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh guru
untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan
pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami apa
yang diajarkan oleh guru dan diiringi dengan perubahan tingkah laku
yang lebih baik lagi. Hasil belajar siswa biasanya dinyatakan dalam
bentuk nilai, di mana nilai tersebut diperoleh dari penampilan siswa
sehari-hari ketika belajar. Hasil belajar diukur dengan berbagai cara,
misalnya proses bekerja, hasil karya, penampilan, rekaman dan tes.
b. Jenis Hasil Belajar
Secara garis besar hasil belajar terdiri atas tiga hal, yaitu hasil
belajar aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotor.
1) Aspek Kognitif
Aspek kognitif berkaitan dengan hasil belajar intelektual
yang terdiri dari enam aspek, yaitu mengingat, mengerti, memakai,
menganalisis, menilai dan mencipta (Siregar dan Nara, 2010).
2) Aspek Afektif
Menurut taksonomi Krathwol dalam Mardapi (2008), aspek
afektif berkaitan dengan sikap dan nilai yang terdiri dari lima
aspek, yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi
dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.
3) Aspek Psikomotor
Melalui bidang belajar psikomotorik anak memperoleh
persendian tubuh (motorik) dan alat-alat indera seperti mata dan
telinga.
Dalam penelitian ini terdapat batasan mengenai hasil belajar.
Hasil belajar dalam penelitian ini mencakup 2 aspek yaitu hasil belajar
aspek kognitif dan aspek afektif.
c. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut Wasliman dalam Susanto (2013) hasil belajar yang
dicapai oleh siswa merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor
yang mempengaruhi, baik faktor internal maupun faktor eksternal.
Secara perinci, uraian mengenai faktor internal dan faktor eksternal
sebagai berikut:
1) Faktor Internal
Merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri siswa,
yang mempengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor internal ini
meliputi kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar,
ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan
kesehatan.
2) Faktor Eksternal
Faktor yang berasal dari luar diri siswa yang mempengaruhi
hasil belajar yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. Keadaan
keluarga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Keluarga yang
morat-marit keadaan ekonominya, pertengkaran suami istri,
sehari-hari berperilaku yang kurang baik dari orang tua
berpengaruh dalam hasil belajar peserta didik.
Faktor eksternal salah satunya adalah sekolah. Hal-hal yang
dapat mempengaruhi hasil belajar siswa di sekolah meliputi kondisi
kelas saat belajar, sarana dan prasarana (ruang kelas yang kondusif,
viewer, papan tulis, spidol, wifi, dll), metode yang digunakan dan
waktu sekolah. Kondisi kelas saat belajar seperti membuat
kegaduhan saat guru menerangkan, memperhatikan saat guru
menerangkan. Sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah dalam
menunjang kegiatan belajar siswa seperti ruang belajar yang
kondusif, viewer, papan tulis, spidol, wifi dll. Sedangkan metode
yang digunakan guru dalam proses belajar yaitu dapat membuat
suasana belajar yang menyenangkan, membuat siswa aktif sehingga
terjadi interaksi antara guru dan siswa maupun siswa dan siswa.
Selain itu waktu sekolah merupakan waktu terjadinya proses
belajar berlangsung. Pagi hari pukul 07.00 semangat siswa dalam
belajar lebih tinggi dari pada siang hari yaitu setelah jam istirahat
pertama maupun kedua biasanya menurun.
Selanjutnya, dikemukakan oleh Wasliman dalam Susanto (2013)
bahwa sekolah merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan
hasil belajar siswa. Semakin tinggi kemampuan belajar siswa dan
kualitas pengajaran di sekolah, maka semakin tinggi pula hasil belajar
Fokus dalam penelitian ini yakni faktor internal dan faktor
eksternal yakni sekolah terutama pada metode mengajar.
7. Indikator Hasil Belajar
Menurut Sudjana dalam Jihad dan Haris (2008) mengemukakan
bahwa terdapat dua kriteria yang menjadi keberhasilan pengajar yang
bersifat umum. Dua kriteria tersebut yaitu:
a. Kriteria ditinjau dari sudut prosesnya.
Kriteria dari sudut prosesnya menekankan kepada pengajaran
sebagai suatu proses yang merupakan interaksi dinamis sehingga
siswa sebagai subyek mampu mengembangkan potensinya melalui
belajar sendiri. Untuk mengukur keberhasilan pengajaran dari sudut
prosesnya dapat dikaji melalui beberapa persoalan di bawah ini:
1) Apakah pengajaran direncanakan dan dipersiapkan terlebih dahulu
oleh guru dengan melibatkan siswa secara sistematik?
2) Apakah kegiatan siswa belajar dimotivasi guru sehingga ia
melakukan kegiatan belajar dengan penuh kesabaran, kesungguhan
dan tanpa paksaan untuk memperoleh tingkat penguasaan,
pengetahuan, kemampuan serta sikap yang dikehendaki dari
pengajar itu?
3) Apakah guru memakai multi media?
4) Apakah siswa mempunyai kesempatan untuk mengontrol dan
5) Apakah proses pengajaran dapat melibatkan semua siswa dalam
kelas?
6) Apakah suasana pengajaran atau proses belajar mengajar cukup
menyenangkan dan merangsang siswa belajar?
7) Apakah kelas memiliki sarana belajar yang cukup kaya, sehingga
menjadi laboratorium belajar?
b. Kriteria ditinjau dari hasilnya.
Di samping tinjauan dari segi proses, keberhasilan pengajaran
dapat dilihat dari segi hasil. Berikut ini adalah beberapa persoalan
yang dapat dipertimbangkan dalam menentukan keberhasilan
pengajaran ditinjau dari segi hasil atau produk yang dicapai siswa:
1) Apakah hasil belajar yang diperoleh siswa dari proses pengajaran
nampak dalam bentuk perubahan tingkah laku secara menyeluruh?
2) Apakah hasil belajar yang dicapai siswa dari proses pengajaran
dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa?
3) Apakah hasil belajar siswa yang diperoleh siswa tahan lama diingat
dan mengendap dalam pikirannya, serta cukup mempengaruhi
perilaku dirinya?
4) Apakah yakin bahwa perubahan yang ditunjukkan oleh siswa
merupakan akibat dari proses pengajaran?
Kriteria yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kriteria dilihat
dari proses dan hasilnya. Kriteria yang dilihat dari proses bagaimana
oleh guru yang dapat dilihat dari aspek afektif siswa. Sedangkan kriteria
yang dilihat dari hasilnya yaitu dilihat dari proses tersebut dan posttes
siswa yang dapat dilihat dari aspek kognitif siswa.
B. Minat
1. Pengertian Minat
Minat merupakan salah satu faktor internal yang mempengaruhi hasil
belajar. Minat diartikan sebagai kecenderungan subyek yang menetap
untuk merasa tertarik pada bidang studi atau pokok bahasan tertentu dan
merasa senang mempelajari materi itu (Winkel, 2009). Minat adalah suatu
rasa suka dan ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang
menyuruh (Slameto, 2010). Minat adalah kecenderungan yang tetap
untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Minat akan
mempengaruhi keseriusan dalam mengikuti suatu kegiatan. Kegiatan
yang diminati seseorang, diperhatikan terus menerus yang disertai dengan
rasa senang (Slameto, 2010).
Menurut Hamalik (2007) kegiatan belajar yang didasari dengan
penuh minat akan lebih mendorong siswa belajar lebih baik sehingga
akan meningkatkan hasil belajar. Minat belajar ini akan muncul jika siswa
merasa tertarik terhadap berbagai hal yang akan dipelajari, atau jika siswa
tersebut menyadari kaitan hal-hal yang akan dipelajarinya tersebut
terhadap pertumbuhan dan perkembangan pribadinya.
Adanya minat terhadap obyek yang dipelajari akan mendorong orang
Karena minat merupakan komponen psikis yang berperan mendorong
seseorang untuk meraih tujuan yang diinginkan, sehingga ia bersedia
melakukan kegiatan berkisar obyek yang diminati (Khodijah, 2014).
Kondisi belajar mengajar yang efektif adalah adanya minat dan
perhatian dalam belajar. Minat merupakan suatu sifat yang relatif
menetap pada diri seseorang. Minat ini besar sekali pengaruhnya terhadap
belajar sebab dengan minat seseorang akan melakukan sesuatu yang
diminatinya. Sebaliknya tanpa minat seseorang tidak mungkin melakukan
sesuatu (Daryanto dan Muljo, 2012). Hal ini diperkuat oleh William
James dalam Daryanto dan Muljo (2012) bahwa minat siswa merupakan
faktor utama yang menentukan derajat keaktifan belajar siswa.
Dari uraian di atas, maka minat belajar merupakan ketertarikan atau
rasa suka yang dimiliki oleh siswa terhadap sesuatu yaitu materi ajar
sebagai aktivitas atau proses untuk memperoleh pengetahuan tanpa
adanya paksaan. Minat besar berpengaruh terhadap belajar karena jika
bahan yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tersebut
tidak akan belajar dengan baik (Slameto, 2010).
2. Macam-Macam Minat
Menurut Rosyidah dalam Susanto (2013), timbulnya minat pada
diri seseorang pada prinsipnya dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu
minat yang berasal dari pembawaan dan minat yang timbul karena adanya
pengaruh dari luar. Pertama, minat yang timbul dari pembawaan, timbul
faktor keturunan atau bakat alamiah. Kedua, minat timbul karena adanya
pengaruh dari luar diri individu, timbul seiring dengan proses
perkembangan individu yang bersangkutan. Minat ini sangat dipengaruhi
oleh lingkungan, dorongan orang tua dan kebiasaan atau adat.
3. Indikator Minat
a. Ketertarikan
Siswa yang berminat terhadap suatu pelajaran maka ia akan
memiliki perasaan ketertarikan untuk belajar.
b. Perhatian
Perhatian merupakan konsentrasi atau aktivitas jiwa seseorang
terhadap pengamatan, pengertian ataupun yang lainnya dengan
mengesampingkan hal lain daripada itu. Jadi, siswa akan mempunyai
perhatian dalam belajar, jiwa dan pikiran terfokus dengan apa yang
dipelajarinya.
c. Motivasi
Motivasi merupakan suatu usaha atau pendorong yang dilakukan
secara sadar untuk melakukan tindakan belajar dan mewujudkan
perilaku yang terarah demi tercapainya tujuan yang diharapkan dalam
situasi interaksi belajar yang akan mendorong siswa semangat untuk
belajar.
d. Pengetahuan
Selain dari perasaan senang dan perhatian, untuk mengetahui
dilihat dari pengetahuan yang dimilikinya. Siswa yang berminat
terhadap suatu pelajaran maka ia akan mempunyai pengetahuan yang
luas tentang pelajaran serta bagaimana manfaat belajar dalam
kehidupan sehari-hari (Harun dalam Jannah, 2010).
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat
Faktor-faktor yang mempengaruhi minat dapat dikelompokkan
menjadi dua yaitu yang bersumber dari dalam diri (faktor internal)
maupun yang berasal dari luar (faktor eksternal). Faktor internal meliputi
niat, rajin, motivasi dan perhatian. Faktor eksternal meliputi keluarga,
guru dan fasilitas sekolah, teman sepergaulan, media massa. Penjelasan
secara rinci sebagai berikut (Budiyarti, 2011):
a. Faktor internal:
1) Niat, merupaan titik sentral yang pokok dari segala bentu perbuatan
seseorang.
2) Rajin dan kesungguhan dalam belajar seseorang akan memperoleh
sesuatu yang dikehendaki dengan cara maksimal dalam menuntut
ilmu tentunya dibutuhkan kesungguhan belajar yang matang dan
ketekunan yang intensif pada diri orang tersebut.
3) Motivasi, merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi minat
seseorang karena adanya dorongan yang timbul dalam diri
seseorang untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan.
4) Perhatian, minat timbul bila ada perhatian dengan kata lain minat
merupakan pengarahan tenaga jiwa yang ditujukan kepada suatu
obyek yang akan menimbulkan perasaan suka.
b. Faktor eksternal:
1) Keluarga, adanya perhatian dukungan dan bimbingan dari keluarga
khususnya orang tua akan memberikan motivasi yang sangat baik
bagi perkembangan minat anak.
2) Guru dan fasilitas sekolah, faktor guru merupakan faktor yang
penting pada proses belajar mengajar, cara guru menyajikan
pelajaran di kelas dan pengusaan materi pelajaran yang tidak
membuat siswa malas, akan mempengaruhi minat belajar siswa.
Demikian pula sarana dan fasilitas yang kurang mendukung seperti
buku pelajaran, ruang kelas, laboratorium yang tidak lengkap dapat
mempengaruhi minat siswa.
3) Teman sepergaulan, sesuai dengan masa perkembangan siswa yang
senang membuat kelompok dan banyak bergaul dengan kelompok
yang diminati, teman pergaulan yang ada di sekelilingnya
berpengaruh terhadap minat belajar anak.
4) Media massa, kemajuan teknologi seperti VCD, telephon, HP,
televisi dan media cetak lainnya seperti buku bacaan, majalah dan
surat kabar, semuanya itu dapat mempengaruhi minat belajar siswa.
Faktor yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah faktor
eksternal yaitu dalam hal materi dan metode yang digunakan oleh guru
C. Metode Pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS)
1. Pengertian Metode Pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS)
Menurut Suprijono (2009), Metode Two Stay Two Stray atau
metode dua tinggal dua tamu. Pembelajaran dengan metode itu diawali
dengan pembagiaan kelompok. Setelah kelompok terbentuk, guru
memberikan tugas berupa permasalahan-permasalahan yang harus
mereka diskusikan jawabannya.
Setelah diskusi intrakelompok usai, dua orang dari masing-masing
kelompok meninggalkan kelompoknya untuk bertamu kepada kelompok
yang lain. Anggota kelompok yang tidak mendapat tugas sebagai duta
(tamu) mempunyai kewajiban menerima tamu dari suatu kelompok.
Tugas mereka adalah menyajikan hasil kerja kelompoknya kepada tamu
tersebut. Dua orang yang bertugas sebagai tamu diwajibkan bertamu
kepada semua kelompok. Jika mereka telah usai menunaikan tugasnya,
mereka kembali ke kelompoknya masing-masing.
Setelah kembali ke kelompok asal, baik siswa yang bertugas
bertamu maupun mereka yang bertugas menerima tamu mencocokkan
dan membahas hasil kerja yang telah mereka tunaikan.
2. Tahapan Metode Pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS)
Menurut Fitrianto dalam Susilomurti (2014), metode pembelajaran
Two Stay Two Stray (TSTS) terdiri dari beberapa tahapan sebagai
a. Persiapan
Pada tahap persiapan ini, hal yang dilakukan guru adalah
memuat silabus dan penilaian, desain pembelajaran, menyiapkan
tugas siswa dan membagi siswa dalam beberapa kelompok dengan
masing-masing anggota 4 siswa dan setiap anggota kelompok harus
heterogen berdasarkan prestasi akademik siswa dan suku.
b. Presentasi guru
Pada tahap ini guru menyampaikan indikator pembelajaran,
mengenal dan menjelaskan materi sesuai dengan rencana
pembelajaran yang telah dibuat.
c. Kegiatan kelompok
Pada kegiatan ini pembelajaran menggunakan lembar
kegiatan yang berisi tugas-tugas yang harus dipelajari oleh tiap-tiap
siswa dalam satu kelompok. Setelah menerima lembar kegiatan yang
berisi permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan konsep
materi dan klasifikasinya, siswa mempelajarinya dalam kelompok
kecil (4 siswa) yaitu mendiskusikan masalah tersebut bersama-sama
anggota kelompoknya. Masing-masing kelompok menyelesaikan
atau memecahkan masalah yang diberikan dengan cara mereka
sendiri. Kemudian 2 dari 4 anggota dari masing-masing kelompok
meninggalkan kelompoknya dan bertamu ke kelompok yang lain,
sementara 2 anggota yang tinggal dalam kelompok bertugas