• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan metode pembelajaran two stay two stray (tsts) pada materi sistem imun dalam meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas XI MIA 1 SMA Negeri 1 Prambanan Sleman, Yogyakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan metode pembelajaran two stay two stray (tsts) pada materi sistem imun dalam meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas XI MIA 1 SMA Negeri 1 Prambanan Sleman, Yogyakarta."

Copied!
273
0
0

Teks penuh

(1)

viii ABSTRAK

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY (TSTS) PADA MATERI SISTEM IMUN DALAM MENINGATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI MIA 1 SMA NEGERI

1 PRAMBANAN SLEMAN YOGYAKARTA. meningkatkan minat dan hasil belajar siswa pada materi sistem imun pada siswa kelas XI MIA 1 SMA Negeri 1 Prambanan dengan menerapkan metode pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS).

Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dengan subyek penelitian yaitu siswa kelas XI MIA 1 tahun ajaran 2014/2015 yang berjumlah 27 siswa. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus di mana setiap siklusnya terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Pengumpulan data dilaksanakan dengan menggunakan lembar observasi, hasil tes pada setiap siklus dan kuesioner.

Hasil penelitian yang diperoleh pada aspek afektif siswa pada siklus I memiliki kategori tinggi sebesar 44,44%, kategori sedang sebesar 55,56% dan kategori rendah 0%. Sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 88,89% dengan kategori tinggi dan 11,11% kategori sedang. Ketercapaian KKM pada siklus I yaitu 11,11% sedangkan pada siklus II sebesar 77,78%. Peningkatan juga terlihat pada nilai rata-rata siswa pada siklus I sebesar 46,05 menjadi 74,76 pada siklus II. Minat siswa di akhir siklus II diperoleh hasil dengan kriteria sedang sebesar 59,26% dan kategori tinggi sebesar 40,74%.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode Two

Stay Two Stray (TSTS) dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas XI

MIA 1 SMA Negeri 1 Prambanan Sleman Yogyakarta pada materi sistem imun.

Kata Kunci :

(2)

ix

ABSTRACT

THE IMPLEMENTATION OF TWO STAY TWO STRAY (TSTS) LEARNING METHOD ON IMMUNITY SYSTEM TOPIC TO INCREASE STUDENTS’S

INTERESTS AND OUTCOMES LEARNING CLASS XI MIA 1 IN SMA NEGERI 1 PRAMBANAN SLEMAN YOGYAKARTA.

Nining Sugiarti

SANATA DHARMA UNIVERSITY

2015

Outcomes learning student in SMA Negeri 1 Prambanan on immunity system topic were not able to reach minimum completness criteria (MCC) and the interest student was low. Therefore, this research aims to improve the interest and outcomes learning student on immunity system topic in class XI MIA 1 SMA Negeri 1 Prambanan by using Two Stay Two Stray (TSTS) learning methods.

The form of this research is Classroom Action Research (CAR) with the research subject is the students of class XI MIA 1 school year 2014/2015 which consist 27 students. This research is carried out in 2 cycles, where each cycles has consist of planning, acting, observing and reflecting. Data collection was carried out by using a sheet of observations, test achievement at each cycles and the questionnaire.

The research of result that obtained on affective aspects students on first cycle has a high category is 44,44%, the middle category is 55,56% and the low category is 0%. Whereas on the second cycle was increase become 88,89% with the high category and 11,11% is the middle category. The achievement of MCC on the first cycle is 11,11% whereas on the second cycle is 77,78%. The increase was also seen in the average value of students on the first cycle is 46,05 become 74,76 on the second cycle. The interest students in the last second cycle was obtainable result with the middle category is 59,26% and the high category is 40,74%.

Based on the result, this research showed that the implementation Two

Stay Two Stray (TSTS) learning method can improve the interest and outcomes

learning students class XI MIA 1 SMA Negeri 1 Prambanan Sleman Yogyakarta on the immunity system topic.

Word Keys :

(3)

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY (TSTS) PADA MATERI SISTEM IMUN DALAM MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI MIA 1 SMA NEGERI

1 PRAMBANAN SLEMAN, YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh : Nining Sugiarti NIM : 111434039

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)

i

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY (TSTS) PADA MATERI SISTEM IMUN DALAM MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI MIA 1 SMA NEGERI

1 PRAMBANAN SLEMAN, YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh : Nining Sugiarti NIM : 111434039

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(5)
(6)
(7)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini ku persembahkan untuk:

Allah SWT yang selalu memberikan pertolongan dan petunjuk-Nya dalam

setiap langkah hidupku

Kedua orangtua ku Bapak Mastar dan Ibu Tutiyah, kakak-kakakku (Teh

Erliyanti dan Mas Andi, Teh Ana dan Mas Ali, Teh Indah, Teh Ipus, Teh

Ima) dan Adek-adekku (Nok Lilis, Aa Aji, Aa Akhmad, Nok Epi, Aa Azis,

Dedek Iyos).

Tanteku (Aat), Keluarga Om-ku (Amak), Keluarga Wawak Iyak, keluarga

Wawak Ono, Keluarga Angnir, Wak Mu dan semua keluarga yang

mendukung dan mendoakan ku.

Aa Erika Iskandar As Saleh.

Almamater tercinta Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma

(8)

v

MOTTO

“Kekayaan tidak dilihat dari melimpahnya harta, tetapi dari

perasaan berpuas diri”

˜

Nabi Muhammad SAW

˜

“Sesungguhnya Sesudah Kesulitan itu ada Kemudahan”

(QS. Al

Insyirah : 6)

“Man Jadda Wajada : Barang Siapa yang Bersungguh

-sungguh akan Mendapatkannya”.

D-U-I-T

(9)
(10)
(11)

viii

ABSTRAK

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY (TSTS) PADA MATERI SISTEM IMUN DALAM MENINGATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI MIA 1 SMA NEGERI

1 PRAMBANAN SLEMAN YOGYAKARTA. meningkatkan minat dan hasil belajar siswa pada materi sistem imun pada siswa kelas XI MIA 1 SMA Negeri 1 Prambanan dengan menerapkan metode pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS).

Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dengan subyek penelitian yaitu siswa kelas XI MIA 1 tahun ajaran 2014/2015 yang berjumlah 27 siswa. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus di mana setiap siklusnya terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Pengumpulan data dilaksanakan dengan menggunakan lembar observasi, hasil tes pada setiap siklus dan kuesioner.

Hasil penelitian yang diperoleh pada aspek afektif siswa pada siklus I memiliki kategori tinggi sebesar 44,44%, kategori sedang sebesar 55,56% dan kategori rendah 0%. Sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 88,89% dengan kategori tinggi dan 11,11% kategori sedang. Ketercapaian KKM pada siklus I yaitu 11,11% sedangkan pada siklus II sebesar 77,78%. Peningkatan juga terlihat pada nilai rata-rata siswa pada siklus I sebesar 46,05 menjadi 74,76 pada siklus II. Minat siswa di akhir siklus II diperoleh hasil dengan kriteria sedang sebesar 59,26% dan kategori tinggi sebesar 40,74%.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode Two

Stay Two Stray (TSTS) dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas XI

MIA 1 SMA Negeri 1 Prambanan Sleman Yogyakarta pada materi sistem imun.

Kata Kunci :

(12)

ix ABSTRACT

THE IMPLEMENTATION OF TWO STAY TWO STRAY (TSTS) LEARNING METHOD ON IMMUNITY SYSTEM TOPIC TO INCREASE STUDENTS’S

INTERESTS AND OUTCOMES LEARNING CLASS XI MIA 1 IN SMA NEGERI 1 PRAMBANAN SLEMAN YOGYAKARTA.

Nining Sugiarti

SANATA DHARMA UNIVERSITY

2015

Outcomes learning student in SMA Negeri 1 Prambanan on immunity system topic were not able to reach minimum completness criteria (MCC) and the interest student was low. Therefore, this research aims to improve the interest and outcomes learning student on immunity system topic in class XI MIA 1 SMA Negeri 1 Prambanan by using Two Stay Two Stray (TSTS) learning methods.

The form of this research is Classroom Action Research (CAR) with the research subject is the students of class XI MIA 1 school year 2014/2015 which consist 27 students. This research is carried out in 2 cycles, where each cycles has consist of planning, acting, observing and reflecting. Data collection was carried out by using a sheet of observations, test achievement at each cycles and the questionnaire.

The research of result that obtained on affective aspects students on first cycle has a high category is 44,44%, the middle category is 55,56% and the low category is 0%. Whereas on the second cycle was increase become 88,89% with the high category and 11,11% is the middle category. The achievement of MCC on the first cycle is 11,11% whereas on the second cycle is 77,78%. The increase was also seen in the average value of students on the first cycle is 46,05 become 74,76 on the second cycle. The interest students in the last second cycle was obtainable result with the middle category is 59,26% and the high category is 40,74%.

Based on the result, this research showed that the implementation Two

Stay Two Stray (TSTS) learning method can improve the interest and outcomes

learning students class XI MIA 1 SMA Negeri 1 Prambanan Sleman Yogyakarta on the immunity system topic.

Word Keys :

(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan

nikmat sehat serta rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

yang berjudul “Penerapan Metode Pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) pada

Materi Sistem Imun dalam Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Siswa Kelas XI

MIA 1 SMA Negeri 1 Prambanan Sleman Yogyakarta” dengan baik.

Skripsi ini dapat tersusun atas bantuan, dorongan dan bimbingan dari

berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih

kepada:

1. Bapak Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D. selaku rektor Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan FKIP dan Bapak Dr. Marcellinus Andy

Rudhito, S.Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan ijin

penelitian kepada penulis.

3. Bapak Drs. Antonius Tri Priantoro, M.For.Sc. selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Biologi yang telah memberikan motivasi dan dorongan kepada

penulis selama penulis menempuh studi di Universitas Sanata Dharma.

4. Ibu Maslichah Asy’ari M.Pd. selaku dosen pemimbing yang telah banyak

meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, masukan dan arahan

dengan sabar dan teliti kepada penulis selama penyusunan dan penyelesaian

(14)

xi

5. Segenap dosen program studi Pendidikan Biologi yang dengan tulus dan

segenap hati membagikan ilmu kepada penulis.

6. Para karyawan dan staf sekretariat Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu

pengetahuan Alam Universitas Sanata Dharma.

7. Bapak, Ibu, kakak-kakakku, adik-adikku, tante, om dan seluruh keluarga

besar penulis yang selalu memberikan dukungan, dorongan dan tak lupa do’a

yang selalu mengiringi langkahku.

8. Aa Erika Iskandar As saleh yang telah memberikan dorongan, dukungan,

semangat dan kasih sayang.

9. Bapak Drs. Mawardi Hadisuyitno selaku Kepala SMA Negeri 1 Prambanan

Sleman Yogyakarta yang telah memberikan ijin penelitian.

10.Bapak Rochmat Yuwono, S.Pd. selaku guru pembimbing di sekolah yang

telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian di kelas beliau.

11.Siswa-siswi kelas XI MIA 1 SMA Negeri 1 Prambanan Sleman yogyakarta

atas kerjasama dan partisipasi dalam penelitian yang telah dilakukan.

12.Rekan observer : Fenti A, Fenti D, Lia W yang telah membantu keberhasilan

pelaksanaan penelitian.

13.Teman-teman kos Mushola Al-Hidayah: Mbak Ani, Mbak Wulan, Mbak

Chint, Mbak Wahyu dan Niken yang telah menyemangati, menemani,

mendukung penulis selama belajar di Universitas Sanata Dharma.

14.Sahabat-sahabat penulis : Fenti A, Galuh, Ela, Helen, Ria, Lia A, Ricca, Reni,

Dyah yang selalu memberikan dorongan dan motivasi kepada penulis baik

(15)
(16)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1. Pengertian Belajar... 11

2. Unsur Belajar ... 12

3. Ciri-Ciri Perilaku Belajar... 15

4. Jenis Belajar ... 16

5. Ketuntasan Belajar ... 18

6. Hasil Belajar ... 21

7. Indikator Hasil Belajar... 26

(17)

xiv

1. Pengertian Minat ... 28

2. Macam-Macam Minat ... 29

3. Indikator Minat ... 30

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat ... 31

C. Metode Pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) ... 33

1. Pengertian Metode Pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) ... 33

2. Tahapan Metode Pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) ... 34

3. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) ... 36

D. Materi Sistem Imun ... 37

E. Penelitian yang Relevan ... 38

F. Kerangka Berpikir ... 40

G. Hipotesa Tindakan ... 43

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 44

A. Jenis Penelitian ... 44

C. Rancangan Penelitian ... 45

1. Pra Tindakan ... 46

2. Siklus I ... 47

3. Siklus II ... 50

D. Instrumen Penelitian... 52

1. Instrumen Pembelajaran ... 53

2. Instrumen Pengumpulan Data ... 54

E. Validitas Instrumen ... 59

F. Teknik Analisa Data ... 61

1. Analisis Kognitif (Tes) ... 61

(18)

xv

3. Analisis Minat (Non Tes) ... 64

G. Indikator Keberhasilan Penelitian ... 65

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 66

A. Deskripsi Penelitian ... 66

1. Deskripsi Siklus I ... 66

2. Deskripsi Siklus II ... 76

B. Hasil Penelitian ... 81

1. Analisa Peningkatan Hasil Belajar Siswa Aspek Kognitif ... 81

2. Analisa Hasil Belajar Siswa Aspek Afektif ... 83

3. Analisa Minat Siswa terhadap Pembelajaran ... 84

C. Pembahasan ... 85

1. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Aspek Kognitif ... 85

2. Hasil Belajar Siswa Aspek Afektif ... 89

3. Minat Siswa terhadap Pembelajaran... 91

4. Faktor-Faktor Pendukung Metode Pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) ... 92

5. Kendala-Kendala dalam Penerapan Metode Pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) ... 93

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 95

A. Kesimpulan ... 95

B. Saran ... 96

DAFTAR PUSTAKA ... 98

(19)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 : Penentuan Nilai KKM... 20

Tabel 3.1 : Kisi-Kisi Lembar Kuesioner ... 58

Tabel 3.2 : Kriteria Hasil Prosentase Skor Observasi Aspek Afektif Siswa ... 64

Tabel 3.3 : Panduan Penskoran Kuesioner/Angket ... 64

Tabel 3.4 : Kategori Minat Siswa ... 65

Tabel 3.5 : Indikator Keberhasilan Siswa ... 65

Tabel 4.1 : Hasil Analisa Data Pretes Siswa ... 81

Tabel 4.2 : Hasil Analisa Data Posttes Siswa Siklus I ... 82

Tabel 4.3 : Hasil Analisa Data Posttes Siswa Siklus II... 83

Tabel 4.4 : Hasil Belajar Siswa Aspek Afektif Siswa Siklus I ... 84

Tabel 4.5 : Hasil Belajar Siswa Aspek Afektif Siswa Siklus II ... 84

Tabel 4.6 : Hasil Analisa Minat Siswa ... 85

(20)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : Bagan Kerangka Berpikir ... 42

Gambar 3.1 : Bagan Penelitian Tindakan Kelas Menurut Kurt Lewin ... 44

Gambar 4.1 : Siswa Mengerjakan Soal Pretest ... 68

Gambar 4.2 : Para siswa sedang Mengerjakan LKS 1 dan Mencari Informasi dari Referensi yang Ada ... 69

Gambar 4.3 : Siswa Menerapkan Metode Pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) ... 70

Gambar 4.4 : Siswa Mempresentasikan Hasil Diskusi Di Depan Kelas ... 71

Gambar 4.5 : Siswa Mengerjakan Soal Posttes 1 ... 73

Gambar 4.6 : Siswa Mengerjakan Lembar Kerja ... 78

Gambar 4.7 : Siswa sedang Bertamu ke Kelompok Lain ... 79

Gambar 4.8 : Siswa Mempresentasikan Hasil Diskusinya ... 79

Gambar 4.9 : Siswa Mengerjakan Soal Posttes 2 ... 80

Gambar 4.10 : Grafik Peningkatan Nilai Posttes 1 dan Posttes 2 ... 86

Gambar 4.11 : Grafik Hasil Observasi Aspek Afektif Siklus I dan Siklus II ... 90

(21)

xviii

Lampiran 15 : Panduan Penskoran Soal Pretes ... 159

Lampiran 16 : Kisi-Kisi Soal Posttes 1 ... 161

Lampiran 28 : Hasil Analisa Aspek Kognitif Siswa ... 190

Lampiran 29 : Hasil Analisa Aspek Afektif Siswa Siklus I ... 191

Lampiran 30 : Hasil Analisa Aspek Afektif Siswa Siklus II ... 194

Lampiran 31 : Data Hasil Pengolahan Kuesioner Di Akhir Siklus ... 197

Lampiran 32 : Contoh Pekerjaan Pretes Siswa yang Mendapat Nilai Tinggi ... 199

Lampiran 33 : Contoh Pekerjaan Pretes Siswa yang Mendapat Nilai Rendah ... 203

Lampiran 34 : Contoh Pekerjaan Posttes 1 Siswa yang Mendapat Nilai Tinggi ... 207

(22)

xix

Lampiran 36 : Contoh Pekerjaan Posttes 2 Siswa yang Mendapat Nilai

Tinggi ... 215

Lampiran 37 : Contoh Pekerjaan Posttes 2 Siswa yang Mendapat Nilai

Rendah ... 219

(23)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan

seseorang. Melalui pendidikan, seseorang dapat dipandang terhormat,

memiliki karir yang baik dan menjalankan norma-norma yang ada dan sesuai

di masyarakat. Pendidikan dapat diajarkan sejak seseorang tersebut berada di

dalam kandungan. Pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri

atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi

merupakan bagian dari pendidikan formal. Sedangkan pendidikan yang

terjadi di keluarga dan lingkungan masyarakat sekitar merupakan pendidikan

informal.

Dunia pendidikan saat ini sudah berkembang pesat seiring dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ilmu pengetahuan dan

teknologi yang berkembang pesat didukung juga oleh perkembangan

pendidikan yang berkualitas dan bermutu. Terwujudnya pendidikan yang

bermutu membutuhkan upaya yang terus menerus untuk selalu meningkatkan

kualitas pendidikan. Upaya peningkatan kualitas pendidikan memerlukan

upaya peningkatan kualitas pembelajaran karena muara dari berbagai

program pendidikan adalah terlaksananya program pembelajaran yang

berkualitas. Oleh karena itu, upaya meningkatkan kualitas pendidikan tidak

akan tercapai tanpa adanya peningkatan kualitas pembelajaran (Uno dan

(24)

Peningkatan kualitas pembelajaran sangat berpengaruh pada

aspek-aspek yang dapat menunjang keberhasilan pendidikan. Aspek-aspek-aspek tersebut

diantaranya kurikulum, sarana dan prasarana, guru, siswa, serta metode

pembelajaran yang digunakan. Keberhasilan pendidikan dalam proses belajar

mengajar yang dilakukan oleh guru dapat dilakukan dengan cara melakukan

perubahan antara lain dalam hal memperbaiki kondisi lingkungan belajar,

perubahan metode mengajar, maupun menggunakan media pembelajaran

yang menarik minat siswa dalam belajar di kelas. Keberhasilan guru dalam

mengajar tidak hanya tercermin dalam aspek kognitif atau kemampuan dalam

berpikir saja, namun ada aspek sikap atau afektif maupun psikomotor juga

harus dikembangkan siswa dalam proses pembelajaran tersebut. Hal ini

sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam

Undang-Undang No. 20 tahun 2003 pasal 3 menyebutkan “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab”. Serta lebih lanjut

mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia

seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang

(25)

kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta

rasa tanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Biologi merupakan salah satu cabang sains yang ada dalam dunia

pendidikan. Namun kebanyakan siswa menganggap mata pelajaran Biologi

hanya teori saja. Hal ini menimbulkan berkurangnya minat terhadap mata

pelajaran tersebut. Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan salah satu

guru Biologi di SMA Negeri 1 Prambanan Sleman Yogyakarta yaitu bahwa

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada mata pelajaran Biologi kelas XI

MIA yaitu 75 atau dalam penilaian yang sesuai dengan kurikulum 2013 yaitu

3,00. Di kelas XI MIA 1 terdapat sebanyak 64,52% siswa tidak mencapai

KKM 75 pada materi sistem imun. Selain itu, minat belajar siswa pada materi

sistem imun pun kurang. Berdasarkan hasil observasi di kelas XI MIA 1

terdapat beberapa siswa yang masih mengobrol dan bermain-main saat guru

sedang menerangkan. Minat yang kurang ini dapat menyebabkan hasil belajar

yang kurang pula. Minat yang kurang ini disebabkan karena pembelajaran

yang dilakukan guru masih menggunakan metode ceramah dan materi

tentang sistem imun merupakan materi yang terletak diakhir bab pada

semester genap di kelas XI MIA sehingga waktu yang tertinggal hanya cukup

untuk memberikan materi saja. Sehingga guru dalam melakukan evaluasi

terkait materi sistem imun memberikan ulangan diakhir semester (evaluasi

akhir).

Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang

(26)

dengan materi dan kondisi siswa tersebut. Seorang guru yang menggunakan

metode pembelajaran yang tepat dan dengan kondisi siswa yang tepat, maka

respon yang diberikan siswa dalam proses pembelajaran dapat berjalan

dengan baik. Hal ini berpengaruh terhadap hasil belajar siswa baik dari aspek

kognitif, afektif maupun psikomotorik. Sebaliknya jika guru memberikan

metode yang kurang tepat, maka respon siswa terhadap pembelajaran kurang

dan bahkan mengalami penurunan hasil belajar. Untuk itu guru diharapkan

dapat mengolah kelas dengan baik menggunakan metode pembelajaran yang

dapat menarik siswa sehingga proses belajar dapat berjalan dengan baik

sesuai dengan yang telah dirancang dalam rancangan pembelajaran.

Setiap guru dalam melakukan proses mengajar menggunakan metode

yang berbeda-beda. Bahkan guru yang mengampu mata pelajaran yang sama

namun mengajar di kelas yang berbeda bisa menggunakan metode yang

berbeda. Hal ini karena menyesuaikan materi dan kondisi siswa dalam

melaksanakan kegiatan belajar. Metode yang digunakanpun harus sesuai

dengan materi yang diajarkan agar dapat berjalan dengan baik. Metode

pembelajaran atau strategi pembelajaran merupakan salah satu komponen

utama di dalam kurikulum. Selain itu komponen lain dalam kurikulum yang

dapat menunjang proses pembelajaran yaitu tujuan pembelajaran, materi

pembelajaran, organisasi kurikulum dan evaluasi pembelajaran. Antara

komponen kurikulum yang satu dengan komponen kurikulum yang lain

(27)

Beberapa pemahaman mengenai kurikulum menurut para pakar

pendidikan yaitu (1) kurikulum dipandang sebagai suatu bahan tertulis yang

berisi uraian tentang program pendidikan suatu sekolah yang harus

dilaksanakan dari tahun ke tahun. (2) kurikulum dilukiskan sebagai bahan

tertulis untuk digunakan para guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai

pendidik. (3) kurikulum merupakan suatu usaha untuk menyampaikan

asas-asas dan ciri-ciri yang penting dari suatu rencana dalam bentuk yang

sedemikian rupa, sehingga dapat dilaksanakan guru di sekolah. (4) kurikulum

diartikan sebagai tujuan pengajaran, pengalaman-pengalaman belajar,

alat-alat pelajaran dan cara-cara penilaian yang direncanakan dan digunakan

dalam pendidikan. (5) kurikulum dipandang sebagai program pendidikan

yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan-tujuan

pendidikan. Dari pemahaman di atas, dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu

(1) kurikulum sebagai suatu rencana atau bahan tertulis yang dapat dijadikan

pedoman bagi para guru di sekolah. (2) kurikulum sebagai program yang

direncanakan dan dilaksanakan dalam situasi yang nyata di kelas (Siregar dan

Nara, 2010).

Kurikulum yang digunakan di SMA Negeri 1 Prambanan Sleman

Yogyakarta tetap menggunakan kurikulum 2013. Kurikulum 2013 sering

disebut juga dengan kurikulum berbasis karakter. Kurikulum 2013

merupakan sebuah kurikulum yang mengutamakan pada pemahaman, skill

dan pendidikan karakter di mana siswa dituntut untuk paham atas materi,

(28)

sopan santun dan sikap disiplin yang tinggi (Erick, 2014 dalam

http://www.gubuginformasi.com/2014/04/apa-itu-kurikulum-2013.html).

Kurikulum 2013 mempunyai tujuan agar siswa memiliki kompetensi sikap,

keterampilan dan pengetahuan yang lebih baik serta lebih kreatif, inovatif dan

kritis dalam memecahkan masalah yang ada sesuai dengan apa yang telah

dipelajari di sekolah dan mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Kurikulum 2013 menuntut siswa-siswi aktif dalam proses belajar di

kelas (student center) sedangkan guru hanya sebagai fasilitator dalam proses

belajar mengajar dan tetap pada tugas guru yaitu membimbing

siswa-siswinya dalam proses tersebut. Sehingga proses belajar dapat berjalan

dengan baik yakni guru menjalankan tugasnya dan siswa mendapatkan

haknya dalam belajar. Dalam proses belajar mengajar terkadang ada juga

siswa yang kurang paham dengan penjelasan yang diberikan oleh guru,

namun siswa lebih paham dengan penjelasan yang diberikan teman

sejawatnya. Sehingga dibutuhkan metode pembelajaran yang menarik minat

siswa dan dalam proses belajar mengajar tersebut ada suatu kegiatan yang

mengaktifkan siswa-siswinya.

Untuk mengatasi hal tersebut di atas, peneliti menggunakan metode

pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam proses belajar dan

meningkatkan minat serta hasil belajar siswa khususnya pada materi sistem

imun. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

pembelajaran Dua Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two Stray / TSTS). Dengan

(29)

disajikan oleh guru dalam proses belajar mengajar, melainkan siswa bisa juga

belajar dari siswa lainnya dan sekaligus mempunyai kesempatan untuk

mengajarkan kepada siswa yang belum paham bahkan kepada kelompok

lainnya. Sehingga akan lebih banyak lagi ilmu yang siswa informasikan ke

siswa lainnya.

Metode Two Stay Two Stray (TSTS) lebih berorientasi kepada

keaktifan, kemampuan berbicara atau bertanya siswa dapat ditingkatkan dan

siswa lebih berani dalam mengungkapkan pendapatnya. Dilihat dari kodisi

siswa selama observasi di kelas XI MIA 1, saat kegiatan berdiskusi kelompok

dapat berjalan dengan baik. Namun hanya siswa-siswi tertentu yang aktif dan

mengemukakan pendapatnya ketika presentasi maupun saat guru memberikan

pertanyaan. Oleh karena itu, dengan metode pebelajaran Two Stay Two Stray

(TSTS) kemampuan siswa dalam berbicara atau bertanya dan mengemukakan

pendapat dapat ditingkatkan.

Dengan demikian diasumsikan bahwa penerapan metode

pembelajaran Two Stay Two Stray mampu membuat suasana belajar di kelas

menjadi lebih aktif, partisipatif dan menyenangkan. Hal ini dikarenakan

siswa diberi kesempatan untuk berdiskusi dengan siswa lainnya dalam

membahas materi pelajaran khususnya sistem imun. Sehingga diharapkan

siswa akan memperoleh pemahaman pelajaran yang luas dalam berdiskusi

dengan teman sejawatnya.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti merumuskan

(30)

STAY TWO STRAY (TSTS) PADA MATERI SISTEM IMUN DALAM

MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI

MIA 1 SMA NEGERI 1 PRAMBANAN SLEMAN, YOGYAKARTA”.

B. Rumusan Masalah

Sesuai dengan uraian latar belakang masalah di atas, rumusan

masalah dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah penerapan metode Two Stay Two Stray (TSTS) dapat

meningkatkan minat belajar siswa pada materi sistem imun di kelas XI

MIA 1 SMA Negeri 1 Prambanan Sleman, Yogyakarta?

2. Apakah penerapan metode Two Stay Two Stray (TSTS) dapat

meningkatkan hasil belajar siswa pada materi sistem imun di kelas XI

MIA 1 SMA Negeri1 Prambanan Sleman, Yogyakarta?

C. Batasan Masalah

Agar pengkajian masalah dalam penelitian ini tidak terlalu luas, maka

diperlukan adanya batasan masalah. Batasan masalah dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Materi pokok yang akan digunakan dalam penelitian yaitu materi sistem

imun dengan kompetensi dasar 3.14 mengaplikasikan pemahaman

tentang prinsip–prinsip sistem imun untuk meningkatkan kualitas hidup

manusia dengan kekebalan yang dimilikinya melalui program imunisasi

(31)

dasar 4.16 menyajikan data jenis-jenis imunisasi (aktif dan pasif) dan

jenis penyakit yang dikendalikannya.

2. Parameter keberhasilan yang diukur dalam penelitian ini adalah minat

dan hasil belajar. Hasil belajar yang akan diukur meliputi aspek kognitif

dan aspek afektif. Aspek kognitif diukur berdasarkan hasil post-test yang

diberikan setiap akhir siklus pembelajaran sedangkan aspek afektif diukur

berdasarkan hasil observasi selama proses pembelajaran berlangsung.

Sedangkan minat belajar siswa diukur dengan kuesioner atau angket yang

dibagikan pada akhir siklus II.

3. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan

pada semester 2 tahun ajaran 2014/2015, di kelas XI MIA 1 SMA Negeri

1 Prambanan Sleman, Yogyakarta.

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian tindakan

kelas ini adalah

1. Untuk mengetahui peningkatan minat belajar siswa pada materi sistem

imun di kelas XI MIA 1 SMA Negeri 1 Prambanan Sleman, Yogyakarta

melalui penerapan metode pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS).

2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada materi sistem

imun di kelas XI MIA 1 SMA Negeri 1 Prambanan Sleman, Yogyakarta

(32)

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

a. Sebagai pengembangan pengetahuan tentang penelitian dalam

pembelajaran Biologi.

b. Peneliti dapat mengaplikasikan ilmu yang telah didapatkan di bangku

kuliah.

c. Penelitian ini bermanfaat untuk menyelesaikan tugas akhir untuk

memperoleh gelar sarjana pendidikan.

2. Bagi Guru

a. Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan metode

pembelajaran dengan tujuan agar dapat meningkatkan proses

pembelajaran khususnya mata pelajaran Biologi.

b. Sebagai bahan masukan untuk guru dalam pemilihan metode

pembelajaran yang kreatif dan inovatif dalam proses belajar mengajar.

3. Bagi Siswa

a. Sebagai wahana baru dalam proses meningkatkan minat dan hasil

belajar dalam pembelajaran Biologi.

b. Siswa dapat memahami pembelajaran Biologi dengan lebih baik.

4. Bagi Sekolah

a. Sebagai bahan masukan dalam upaya meningkatkan kualitas

(33)

11

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar

1. Pengertian Belajar

Belajar adalah kegiatan berproses dan merupakan unsur yang

sangat fundamental dalam penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan,

hal ini berarti keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan sangat

tergantung pada keberhasilan proses belajar siswa di sekolah dan

lingkungan sekitarnya (Jihad dan Haris, 2008). Pengertian belajar oleh

Syah (2008) belajar merupakan tahapan perubahan perilaku siswa yang

relatif positif dan mantap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang

melibatkan proses kognitif.

Belajar adalah suatu proses dan aktivitas yang selalu dilakukan dan

dialami manusia sejak manusia di dalam kandungan, buaian, tumbuh

berkembang dari anak-anak, remaja sehingga menjadi dewasa, sampai ke

liang lahat, sesuai dengan prinsip pembelajaran sepanjang hayat (Suyono

dan Hariyanto, 2011). Lebih lanjut Suyono dan Hariyanto mengatakan

belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh

pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap

dan mengokohkan kepribadian.

Siregar dan Nara (2010) menyatakan bahwa belajar merupakan

sebuah proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan

berlangsung seumur hidup, sejak masih bayi (bahkan dalam kandungan)

(34)

sesuatu adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan

tingkah laku tersebut menyangkut perubahan yang bersifat pengetahuan

(kognitif) dan keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai

dan sikap (afektif).

Belajar adalah sebuah proses yang kompleks yang di dalamnya

terkandung beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut adalah :

a. Bertambahnya jumlah pengetahuan

b. Adanya kemampuan mengingat dan memproduksi

c. Ada penerapan pengetahuan

d. Menyimpulkan makna

e. Menafsirkan dan mengkaitkannya dengan realitas, dan

f. Adanya perubahan sebagai pribadi

(Siregar dan Nara, 2010).

Dalam berbagai definisi di atas, ditekankan bahwa belajar adalah

proses perubahan tingkah laku akibat pengalaman, yang relatif menetap,

menuju kebaikan, perubahan positif-kualitatif. Perubahan tingkah laku

yang menyangkut perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif),

keterampilan (psikomotor) maupun perubahan nilai dan sikap (afektif).

Konsep belajar ini menekankan bahwa belajar tidak hanya dari segi

teknis, tetapi juga tentang nilai juga norma.

2. Unsur Belajar

Unsur-unsur belajar adalah faktor-faktor yang menjadi indikator

(35)

aliran behaviorisme dalam Suyono dan Hariyanto (2011) menyatakan

terdapat tujuh unsur utama dalam proses belajar yang meliputi:

a. Tujuan. Belajar dimulai karena adanya suatu tujuan yang ingin

dicapai. Tujuan ini muncul karena adanya sesuatu kebutuhan.

Perbuatan belajar atau pengalaman belajar akan efektif bila diarahkan

kepada tujuan yang jelas dan bermakna bagi individu.

b. Kesiapan. Agar mampu melaksanakan perbuatan belajar dengan baik,

anak perlu memiliki kesiapan, baik kesiapan fisik, psikis maupun

kesiapan yang berupa kematangan untuk melakukan sesuatu yang

terkait dengan pengalaman belajar.

c. Situasi. Kegiatan belajar berlangsung dalam situasi belajar. Adapun

yang dimaksud dengan situasi belajar ini adalah tempat, lingkungan

sekitar, alat dan bahan yang dipelajari, guru, kepala sekolah, pegawai

administrasi, dan seluruh warga sekolah yang lain.

d. Interpretasi. Di sini anak melakukan interpretasi yaitu melihat

hubungan diantara komponen-komponen situasi belajar, melihat

makna dari hubungan tersebut dan menghubungkannya dengan

kemungkinan pencapaian tujuan.

e. Respon. Berlandaskan hasil interpretasi tentang kemungkinan dalam

mencapai tujuan belajar, maka anak membuat respon. Respon ini

dapat berupa usaha yang terencana dan sistematis, baik juga berupa

(36)

f. Konsekuensi. Berupa hasil, dapat hasil positif (keberhasilan) maupun

hasil negatif (kegagalan) sebagai konsekuensi respon yang dipilih

siswa.

g. Reaksi terhadap kegagalan. Kegagalan dapat menurunkan semangat,

motivasi, memperkecil usaha-usaha belajar selanjutnya. Namun, dapat

juga membangkitkan siswa karena dia mau belajar dari kegagalannya.

Dari berbagai unsur utama dalam belajar menurut Cronbach, yang

menjadi fokus penelitian ini yaitu siswa, guru dan metode. Sementara itu,

para konstruktivis memaknai unsur-unsur belajar sebagai berikut:

a. Tujuan Belajar. Tujuan belajar yaitu membentuk makna. Makna

diciptakan para pembelajar dari apa yang mereka lihat, dengar,

rasakan dan alami. Konstruksi makna dipengaruhi oleh pengertian

terdahulu yang telah dimiliki siswa.

b. Proses Belajar adalah proses konstruksi makna yang berlangsung terus

menerus, setiap kali berhadapan dengan fenomena atau pengalaman

baru diadakan rekonstruksi, baik secara kuat atau lemah. Proses

belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta melainkan lebih

sebagai pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian yang

baru. Belajar bukanlah hasil perkembangan, melainkan perkembangan

itu sendiri.

c. Hasil Belajar dipengaruhi oleh pengalaman belajar sebagai hasil

interaksi dengan dunia fisik dan lingkungannya. Hasil belajar

(37)

konsep-konsep, tujuan, dan motivasi yang mempengaruhi interaksi

dengan bahan yang dipelajari.

3. Ciri-Ciri Perilaku Belajar

Siregar dan Nara (2010) mengatakan bahwa seseorang dikatakan

telah belajar kalau sudah terdapat perubahan tingkah laku dalam dirinya.

Sehingga menyimpulkan ciri-ciri belajar adalah sebagai berikut :

a. Adanya kemampuan baru atau perubahan. Perubahan tingkah laku

tersebut bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor)

maupun nilai dan sikap (afektif).

b. Perubahan itu tidak berlangsung sesaat saja, melainkan menetap atau

dapat disimpan.

c. Perubahan itu tidak terjadi begitu saja, melainkan harus dengan usaha.

Perubahan terjadi akibat interaksi dengan lingkungan.

d. Perubahan tidak semata-mata disebabkan oleh pertumbuhan fisik atau

kedewasaan, tidak karena kelelahan, penyakit atau pengaruh

obat-obatan.

Adapun ciri-ciri perubahan khas yang menjadi karakteristik

perilaku belajar yang penting menurut Syah (2008) adalah:

a. Perubahan intensional dalam arti bukan pengalaman atau praktik

yang dilakukan dengan sengaja dan disadari, atau dengan kata lain

bukan kebetulan.

b. Perubahan positif dan aktif dalam arti baik, bermanfaat, serta sesuai

(38)

sendirinya seperti karena proses kematangan, tetapi karena usaha

siswa itu sendiri.

c. Perubahan efektif dan fungsional dalam arti perubahan tersebut

membawa pengaruh, makna dan manfaat tertentu bagi siswa.

Perubahan proses belajar fungsional dalam arti bahwa ia relatif

menetap dan setiap saat apabila dibutuhkan perubahan tersebut dapat

diproduksi dan dimanfaatkan.

4. Jenis Belajar

Manusia memiliki beragam potensi, karakter dan kebutuhan dalam

belajar. Karena itu banyak tipe-tipe belajar yang dilakukan oleh manusia.

Gagne dalam Siregar dan Nara (2010) mencatat ada delapan tipe belajar

yaitu sebagai berikut:

a. Belajar isyarat (signal learning). Menurut Gagne, ternyata tidak

semua reaksi spontan manusia terhadap stimulus sebenarnya tidak

menimbulkan respon. Dalam konteks inilah signal learning terjadi.

b. Belajar stimulus respon. Belajar tipe ini memberikan respon yang

tepat terhadap stimulus yang diberikan. Reaksi yang tepat diberikan

penguatan (reinforcement) sehingga terbentuk perilaku tertentu

(shaping).

c. Belajar merantaikan (chaining). Tipe belajar chaining merupakan cara

belajar dengan membuat gerakan-gerakan motorik, sehingga akhirnya

(39)

d. Belajar asosiasi verbal (verbal association). Tipe belajar verbal

association merupakan belajar menghubungkan suatu kata dengan

suatu objek yang berupa benda, orang atau kejadian dan merangkaikan

sejumlah kata dalam urutan yang tepat.

e. Belajar membedakan (discrimination). Tipe belajar discrimination

memberikan reaksi yang berbeda-beda pada stimulus yang

mempunyai kesamaan.

f. Belajar konsep (concept learning). Belajar mengklasifikasikan

stimulus atau menempatkan objek-objek dalam kelompok tertentu

yang membentuk suatu konsep. (Konsep: satuan arti yang mewakili

sejumlah objek yang memiliki kesamaan ciri).

g. Belajar dalil (rule learning). Tipe belajar rule learning merupakan tipe

belajar untuk menghasilkan aturan atau kaidah yang terdiri dari

penggabungan beberapa konsep. Hubungan antara konsep biasanya

dituangkan dalam bentuk kalimat.

h. Belajar memecahkan masalah (problem solving). Tipe belajar problem

solving merupakan tipe belajar yang menggabungkan beberapa kaidah

untuk memecahkan masalah, sehingga terbentuk kaidah yang lebih

tinggi (higher order rule).

Jenis belajar yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah jenis

belajar yang aktif, menyenangkan dan partisipatif. Dalam penelitian ini

siswa dituntut untuk lebih kritis dalam menyerap materi maupun dalam

(40)

kegiatan bertamu siswa dapat mengembangkan stimulus-respon. Pada saat

kegiatan bertamu, siswa yang bertugas sebagai tuan rumah menstimulus

dengan jawaban-jawaban yang akan diberikan kepada tamu. Sedangkan

siswa yang bertugas sebagai tamu dapat merespon jawaban yang

diberikan dari tuan rumah. Sehingga diharapkan dapat memecahkan

masalah terkait jawaban-jawaban tersebut.

5. Ketuntasan Belajar

Pembelajaran tuntas (mastery learning) dalam proses pembelajaran

berbasis kompetensi adalah pendekatan dalam pembelajaran yang

mempersyaratkan peserta didik menguasai secara tuntas seluruh standar

kompetensi maupun kompetensi dasar mata pelajaran tertentu.

Ketuntasan belajar siswa dalam belajar Biologi yang ideal adalah

bahwa seluruh siswa (100%) di sebuah kelas telah dapat menguasai

seluruh tujuan pembelajaran-pembelajaran khusus (100%) yang telah

ditetapkan oleh gurunya. Namun demikian karena syarat ketentuan belajar

siswa dalam Biologi yang ideal seperti itu sulit untuk dicapai, maka di

dalam buku pedoman kegiatan belajar mengajar kurikulum 1994 tentang

ketuntasan siswa dalam belajar Biologi ditetapkan dua hal berikut (1)

Secara individual, seorang siswa dikatakan telah tuntas mempelajari

sebuah pokok bahasan, apabila siswa tersebut telah dapat menguasai

paling sedikit 65% dari seluruh TPK (Tujuan Pembelajaran Khusus) yang

telah ditetapkan oleh seorang guru pada sebuah pokok bahasan; (2) Secara

(41)

bahasan, apabila paling sedikit 85% siswa di kelas itu telah menguasai

paling sedikit 65% dari seluruh TPK (Tujuan Pembelajaran Khusus) yang

telah ditetapkan oleh guru (Wahyudin dalam Damayanti, 2008).

Sedangkan ketuntasan belajar menurut Badan Standar Nasional

Pendidikan (BSNP) yaitu ketuntasan belajar setiap indikator yang telah

ditetapkan dalam suatu kompetensi dasar yaitu 75%. Satuan pendidikan

harus menentukan kriteria ketuntasan minimal dengan

mempertimbangkan tingkat kemampuan rata-rata peserta didik serta

kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan

pembelajaran. Satuan pendidikan diharapkan meningkatkan kriteria

ketuntasan belajar secara terus menerus untuk mencapai kriteria

ketuntasan ideal (Sungkowo dalam Damayanti, 2008).

Salah satu prinsip penilaian pada kurikulum berbasis kompetensi

adalah menggunakan acuan kriteria, yakni menggunakan kriteria tertentu

dalam menentukan kelulusan peserta didik. Kriteria paling rendah untuk

menyatakan peserta didik mencapai ketuntasan dinamakan Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM). Hal-hal yang harus diperhatikan dalam

penentuan kriteria ketuntasan minimal adalah tingkat kompleksitas,

kemampuan daya dukung dan tingkat kemampuan (intake) peserta didik.

Penetapan nilai KKM dibuat skala penilaian yang disepakati oleh guru

mata pelajaran. Untuk memudahkan analisis setiap indikator, perlu dibuat

(42)

Tabel 2.1 Penentuan Nilai KKM

Aspek yang dinilai Kriteria dan Skala Penilaian

Kompleksitas Tinggi, <65 Sedang, 65-79 Rendah, 80-100

Daya Dukung Tinggi, 80-100 Sedang, 65-79 Rendah, <65

Intake Siswa Tinggi, 80-100 Sedang, 65-79 Rendah, <65

Berdasarkan tabel 2.1 penentuan nilai KKM dapat ditentukan dengan

mempertimbangkan tiga aspek diantaranya kompleksitas, daya dukung

dan intake siswa. Berikut penjelasan mengenai ketiga aspek:

1. Kompleksitas. Semakin tinggi tingkat kompleksitas maka semakin

kecil untuk skor penentuan nilai KKM. Hal ini karena kompleksitas

merupakan tingkat kesulitan materi pada setiap indikator, kompetensi

dasar maupun standar kompetensi.

2. Daya dukung. Semakin tinggi daya dukung maka semakin tinggi

untuk skor penentuan nilai KKM. Daya dukung merupakan faktor

penunjang kegiatan belajar siswa yang meliputi sarana dan prasarana

yang dimiliki sekolah, ketersediaan tenaga kerja, biaya operasional

pendidikan dan manajemen sekolah.

3. Intake siswa. Penentuan nilai KKM yang ditentukan dengan intake

siswa yaitu didasarkan pada kemampuan siswa. Intake bisa didasarkan

pada hasil penerimaan siswa baru dan nilai yang dicapai siswa pada

kelas sebelumnya.

(43)

6. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah segala sesuatu yang menjadi milik siswa

sebagai akibat dari kegiatan belajar yang dilakukannya (Juliah dalam

Jihad dan Haris, 2008). Menurut Hamalik (2013) hasil-hasil belajar

adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,

sikap-sikap, apresiasi, abilitas dan keterampilan. Dari kedua pernyataan

tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian hasil belajar adalah

perubahan tingkah laku siswa secara nyata setelah dilakukan proses

belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan pengajaran.

Menurut Susanto (2013) hasil belajar yaitu perubahan-perubahan

yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif,

afektif dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar. Pengertian

hasil belajar sebagaimana diuraikan diatas dipertegas lagi oleh

Nawawi dalam Susanto (2013) yang menyatakan bahwa hasil belajar

dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari

materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang

diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu.

Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak dapat

dipisahkan satu sama lain. Belajar menunjuk pada apa yang harus

dilakukan seseorang sebagai subjek yang menerima pelajaran (sasaran

didik), sedangkan mengajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan

(44)

menghafal dan bukan pula mengingat. Belajar adalah suatu proses

yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang.

Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam

berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap

dan tingkah laku, ketrampilan, kecakapan dan kemampuan, daya

reaksi, daya penerimaan, dan aspek lain yang ada pada individu

tersebut (Sudjana, 2012).

Setiap proses belajar yang dilaksanakan oleh peserta didik akan

menghasilkan hasil belajar. Di dalam proses pembelajaran, guru

sebagai pengajar sekaligus pendidik memegang peranan dan tanggung

jawab yang besar dalam rangka membantu meningkatkan keberhasilan

peserta didik dipengaruhi oleh kualitas pengajaran dan faktor internal

dari siswa itu sendiri. Hal ini diperkuat oleh Nasution (2006)

mengemukakan hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak

belajar mengajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang

diberikan guru.

Dalam proses belajar mengajar terjadi interaksi antara guru dan

siswa sebagai makna utama yang memegang peranan penting untuk

mencapai tujuan pengajaran yang efektif. Kedudukan siswa dalam

proses belajar mengajar adalah sebagai subjek dan sekaligus sebagai

objek dalam pengajaran sehingga proses belajar mengajar adalah

kegiatan belajar siswa dalam mencapai suatu tujuan pengajaran. Hasil

(45)

menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh guru

untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan

pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami apa

yang diajarkan oleh guru dan diiringi dengan perubahan tingkah laku

yang lebih baik lagi. Hasil belajar siswa biasanya dinyatakan dalam

bentuk nilai, di mana nilai tersebut diperoleh dari penampilan siswa

sehari-hari ketika belajar. Hasil belajar diukur dengan berbagai cara,

misalnya proses bekerja, hasil karya, penampilan, rekaman dan tes.

b. Jenis Hasil Belajar

Secara garis besar hasil belajar terdiri atas tiga hal, yaitu hasil

belajar aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotor.

1) Aspek Kognitif

Aspek kognitif berkaitan dengan hasil belajar intelektual

yang terdiri dari enam aspek, yaitu mengingat, mengerti, memakai,

menganalisis, menilai dan mencipta (Siregar dan Nara, 2010).

2) Aspek Afektif

Menurut taksonomi Krathwol dalam Mardapi (2008), aspek

afektif berkaitan dengan sikap dan nilai yang terdiri dari lima

aspek, yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi

dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.

3) Aspek Psikomotor

Melalui bidang belajar psikomotorik anak memperoleh

(46)

persendian tubuh (motorik) dan alat-alat indera seperti mata dan

telinga.

Dalam penelitian ini terdapat batasan mengenai hasil belajar.

Hasil belajar dalam penelitian ini mencakup 2 aspek yaitu hasil belajar

aspek kognitif dan aspek afektif.

c. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Wasliman dalam Susanto (2013) hasil belajar yang

dicapai oleh siswa merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor

yang mempengaruhi, baik faktor internal maupun faktor eksternal.

Secara perinci, uraian mengenai faktor internal dan faktor eksternal

sebagai berikut:

1) Faktor Internal

Merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri siswa,

yang mempengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor internal ini

meliputi kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar,

ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan

kesehatan.

2) Faktor Eksternal

Faktor yang berasal dari luar diri siswa yang mempengaruhi

hasil belajar yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. Keadaan

keluarga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Keluarga yang

morat-marit keadaan ekonominya, pertengkaran suami istri,

(47)

sehari-hari berperilaku yang kurang baik dari orang tua

berpengaruh dalam hasil belajar peserta didik.

Faktor eksternal salah satunya adalah sekolah. Hal-hal yang

dapat mempengaruhi hasil belajar siswa di sekolah meliputi kondisi

kelas saat belajar, sarana dan prasarana (ruang kelas yang kondusif,

viewer, papan tulis, spidol, wifi, dll), metode yang digunakan dan

waktu sekolah. Kondisi kelas saat belajar seperti membuat

kegaduhan saat guru menerangkan, memperhatikan saat guru

menerangkan. Sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah dalam

menunjang kegiatan belajar siswa seperti ruang belajar yang

kondusif, viewer, papan tulis, spidol, wifi dll. Sedangkan metode

yang digunakan guru dalam proses belajar yaitu dapat membuat

suasana belajar yang menyenangkan, membuat siswa aktif sehingga

terjadi interaksi antara guru dan siswa maupun siswa dan siswa.

Selain itu waktu sekolah merupakan waktu terjadinya proses

belajar berlangsung. Pagi hari pukul 07.00 semangat siswa dalam

belajar lebih tinggi dari pada siang hari yaitu setelah jam istirahat

pertama maupun kedua biasanya menurun.

Selanjutnya, dikemukakan oleh Wasliman dalam Susanto (2013)

bahwa sekolah merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan

hasil belajar siswa. Semakin tinggi kemampuan belajar siswa dan

kualitas pengajaran di sekolah, maka semakin tinggi pula hasil belajar

(48)

Fokus dalam penelitian ini yakni faktor internal dan faktor

eksternal yakni sekolah terutama pada metode mengajar.

7. Indikator Hasil Belajar

Menurut Sudjana dalam Jihad dan Haris (2008) mengemukakan

bahwa terdapat dua kriteria yang menjadi keberhasilan pengajar yang

bersifat umum. Dua kriteria tersebut yaitu:

a. Kriteria ditinjau dari sudut prosesnya.

Kriteria dari sudut prosesnya menekankan kepada pengajaran

sebagai suatu proses yang merupakan interaksi dinamis sehingga

siswa sebagai subyek mampu mengembangkan potensinya melalui

belajar sendiri. Untuk mengukur keberhasilan pengajaran dari sudut

prosesnya dapat dikaji melalui beberapa persoalan di bawah ini:

1) Apakah pengajaran direncanakan dan dipersiapkan terlebih dahulu

oleh guru dengan melibatkan siswa secara sistematik?

2) Apakah kegiatan siswa belajar dimotivasi guru sehingga ia

melakukan kegiatan belajar dengan penuh kesabaran, kesungguhan

dan tanpa paksaan untuk memperoleh tingkat penguasaan,

pengetahuan, kemampuan serta sikap yang dikehendaki dari

pengajar itu?

3) Apakah guru memakai multi media?

4) Apakah siswa mempunyai kesempatan untuk mengontrol dan

(49)

5) Apakah proses pengajaran dapat melibatkan semua siswa dalam

kelas?

6) Apakah suasana pengajaran atau proses belajar mengajar cukup

menyenangkan dan merangsang siswa belajar?

7) Apakah kelas memiliki sarana belajar yang cukup kaya, sehingga

menjadi laboratorium belajar?

b. Kriteria ditinjau dari hasilnya.

Di samping tinjauan dari segi proses, keberhasilan pengajaran

dapat dilihat dari segi hasil. Berikut ini adalah beberapa persoalan

yang dapat dipertimbangkan dalam menentukan keberhasilan

pengajaran ditinjau dari segi hasil atau produk yang dicapai siswa:

1) Apakah hasil belajar yang diperoleh siswa dari proses pengajaran

nampak dalam bentuk perubahan tingkah laku secara menyeluruh?

2) Apakah hasil belajar yang dicapai siswa dari proses pengajaran

dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa?

3) Apakah hasil belajar siswa yang diperoleh siswa tahan lama diingat

dan mengendap dalam pikirannya, serta cukup mempengaruhi

perilaku dirinya?

4) Apakah yakin bahwa perubahan yang ditunjukkan oleh siswa

merupakan akibat dari proses pengajaran?

Kriteria yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kriteria dilihat

dari proses dan hasilnya. Kriteria yang dilihat dari proses bagaimana

(50)

oleh guru yang dapat dilihat dari aspek afektif siswa. Sedangkan kriteria

yang dilihat dari hasilnya yaitu dilihat dari proses tersebut dan posttes

siswa yang dapat dilihat dari aspek kognitif siswa.

B. Minat

1. Pengertian Minat

Minat merupakan salah satu faktor internal yang mempengaruhi hasil

belajar. Minat diartikan sebagai kecenderungan subyek yang menetap

untuk merasa tertarik pada bidang studi atau pokok bahasan tertentu dan

merasa senang mempelajari materi itu (Winkel, 2009). Minat adalah suatu

rasa suka dan ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang

menyuruh (Slameto, 2010). Minat adalah kecenderungan yang tetap

untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Minat akan

mempengaruhi keseriusan dalam mengikuti suatu kegiatan. Kegiatan

yang diminati seseorang, diperhatikan terus menerus yang disertai dengan

rasa senang (Slameto, 2010).

Menurut Hamalik (2007) kegiatan belajar yang didasari dengan

penuh minat akan lebih mendorong siswa belajar lebih baik sehingga

akan meningkatkan hasil belajar. Minat belajar ini akan muncul jika siswa

merasa tertarik terhadap berbagai hal yang akan dipelajari, atau jika siswa

tersebut menyadari kaitan hal-hal yang akan dipelajarinya tersebut

terhadap pertumbuhan dan perkembangan pribadinya.

Adanya minat terhadap obyek yang dipelajari akan mendorong orang

(51)

Karena minat merupakan komponen psikis yang berperan mendorong

seseorang untuk meraih tujuan yang diinginkan, sehingga ia bersedia

melakukan kegiatan berkisar obyek yang diminati (Khodijah, 2014).

Kondisi belajar mengajar yang efektif adalah adanya minat dan

perhatian dalam belajar. Minat merupakan suatu sifat yang relatif

menetap pada diri seseorang. Minat ini besar sekali pengaruhnya terhadap

belajar sebab dengan minat seseorang akan melakukan sesuatu yang

diminatinya. Sebaliknya tanpa minat seseorang tidak mungkin melakukan

sesuatu (Daryanto dan Muljo, 2012). Hal ini diperkuat oleh William

James dalam Daryanto dan Muljo (2012) bahwa minat siswa merupakan

faktor utama yang menentukan derajat keaktifan belajar siswa.

Dari uraian di atas, maka minat belajar merupakan ketertarikan atau

rasa suka yang dimiliki oleh siswa terhadap sesuatu yaitu materi ajar

sebagai aktivitas atau proses untuk memperoleh pengetahuan tanpa

adanya paksaan. Minat besar berpengaruh terhadap belajar karena jika

bahan yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tersebut

tidak akan belajar dengan baik (Slameto, 2010).

2. Macam-Macam Minat

Menurut Rosyidah dalam Susanto (2013), timbulnya minat pada

diri seseorang pada prinsipnya dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu

minat yang berasal dari pembawaan dan minat yang timbul karena adanya

pengaruh dari luar. Pertama, minat yang timbul dari pembawaan, timbul

(52)

faktor keturunan atau bakat alamiah. Kedua, minat timbul karena adanya

pengaruh dari luar diri individu, timbul seiring dengan proses

perkembangan individu yang bersangkutan. Minat ini sangat dipengaruhi

oleh lingkungan, dorongan orang tua dan kebiasaan atau adat.

3. Indikator Minat

a. Ketertarikan

Siswa yang berminat terhadap suatu pelajaran maka ia akan

memiliki perasaan ketertarikan untuk belajar.

b. Perhatian

Perhatian merupakan konsentrasi atau aktivitas jiwa seseorang

terhadap pengamatan, pengertian ataupun yang lainnya dengan

mengesampingkan hal lain daripada itu. Jadi, siswa akan mempunyai

perhatian dalam belajar, jiwa dan pikiran terfokus dengan apa yang

dipelajarinya.

c. Motivasi

Motivasi merupakan suatu usaha atau pendorong yang dilakukan

secara sadar untuk melakukan tindakan belajar dan mewujudkan

perilaku yang terarah demi tercapainya tujuan yang diharapkan dalam

situasi interaksi belajar yang akan mendorong siswa semangat untuk

belajar.

d. Pengetahuan

Selain dari perasaan senang dan perhatian, untuk mengetahui

(53)

dilihat dari pengetahuan yang dimilikinya. Siswa yang berminat

terhadap suatu pelajaran maka ia akan mempunyai pengetahuan yang

luas tentang pelajaran serta bagaimana manfaat belajar dalam

kehidupan sehari-hari (Harun dalam Jannah, 2010).

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat

Faktor-faktor yang mempengaruhi minat dapat dikelompokkan

menjadi dua yaitu yang bersumber dari dalam diri (faktor internal)

maupun yang berasal dari luar (faktor eksternal). Faktor internal meliputi

niat, rajin, motivasi dan perhatian. Faktor eksternal meliputi keluarga,

guru dan fasilitas sekolah, teman sepergaulan, media massa. Penjelasan

secara rinci sebagai berikut (Budiyarti, 2011):

a. Faktor internal:

1) Niat, merupaan titik sentral yang pokok dari segala bentu perbuatan

seseorang.

2) Rajin dan kesungguhan dalam belajar seseorang akan memperoleh

sesuatu yang dikehendaki dengan cara maksimal dalam menuntut

ilmu tentunya dibutuhkan kesungguhan belajar yang matang dan

ketekunan yang intensif pada diri orang tersebut.

3) Motivasi, merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi minat

seseorang karena adanya dorongan yang timbul dalam diri

seseorang untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan.

4) Perhatian, minat timbul bila ada perhatian dengan kata lain minat

(54)

merupakan pengarahan tenaga jiwa yang ditujukan kepada suatu

obyek yang akan menimbulkan perasaan suka.

b. Faktor eksternal:

1) Keluarga, adanya perhatian dukungan dan bimbingan dari keluarga

khususnya orang tua akan memberikan motivasi yang sangat baik

bagi perkembangan minat anak.

2) Guru dan fasilitas sekolah, faktor guru merupakan faktor yang

penting pada proses belajar mengajar, cara guru menyajikan

pelajaran di kelas dan pengusaan materi pelajaran yang tidak

membuat siswa malas, akan mempengaruhi minat belajar siswa.

Demikian pula sarana dan fasilitas yang kurang mendukung seperti

buku pelajaran, ruang kelas, laboratorium yang tidak lengkap dapat

mempengaruhi minat siswa.

3) Teman sepergaulan, sesuai dengan masa perkembangan siswa yang

senang membuat kelompok dan banyak bergaul dengan kelompok

yang diminati, teman pergaulan yang ada di sekelilingnya

berpengaruh terhadap minat belajar anak.

4) Media massa, kemajuan teknologi seperti VCD, telephon, HP,

televisi dan media cetak lainnya seperti buku bacaan, majalah dan

surat kabar, semuanya itu dapat mempengaruhi minat belajar siswa.

Faktor yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah faktor

eksternal yaitu dalam hal materi dan metode yang digunakan oleh guru

(55)

C. Metode Pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS)

1. Pengertian Metode Pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS)

Menurut Suprijono (2009), Metode Two Stay Two Stray atau

metode dua tinggal dua tamu. Pembelajaran dengan metode itu diawali

dengan pembagiaan kelompok. Setelah kelompok terbentuk, guru

memberikan tugas berupa permasalahan-permasalahan yang harus

mereka diskusikan jawabannya.

Setelah diskusi intrakelompok usai, dua orang dari masing-masing

kelompok meninggalkan kelompoknya untuk bertamu kepada kelompok

yang lain. Anggota kelompok yang tidak mendapat tugas sebagai duta

(tamu) mempunyai kewajiban menerima tamu dari suatu kelompok.

Tugas mereka adalah menyajikan hasil kerja kelompoknya kepada tamu

tersebut. Dua orang yang bertugas sebagai tamu diwajibkan bertamu

kepada semua kelompok. Jika mereka telah usai menunaikan tugasnya,

mereka kembali ke kelompoknya masing-masing.

Setelah kembali ke kelompok asal, baik siswa yang bertugas

bertamu maupun mereka yang bertugas menerima tamu mencocokkan

dan membahas hasil kerja yang telah mereka tunaikan.

2. Tahapan Metode Pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS)

Menurut Fitrianto dalam Susilomurti (2014), metode pembelajaran

Two Stay Two Stray (TSTS) terdiri dari beberapa tahapan sebagai

(56)

a. Persiapan

Pada tahap persiapan ini, hal yang dilakukan guru adalah

memuat silabus dan penilaian, desain pembelajaran, menyiapkan

tugas siswa dan membagi siswa dalam beberapa kelompok dengan

masing-masing anggota 4 siswa dan setiap anggota kelompok harus

heterogen berdasarkan prestasi akademik siswa dan suku.

b. Presentasi guru

Pada tahap ini guru menyampaikan indikator pembelajaran,

mengenal dan menjelaskan materi sesuai dengan rencana

pembelajaran yang telah dibuat.

c. Kegiatan kelompok

Pada kegiatan ini pembelajaran menggunakan lembar

kegiatan yang berisi tugas-tugas yang harus dipelajari oleh tiap-tiap

siswa dalam satu kelompok. Setelah menerima lembar kegiatan yang

berisi permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan konsep

materi dan klasifikasinya, siswa mempelajarinya dalam kelompok

kecil (4 siswa) yaitu mendiskusikan masalah tersebut bersama-sama

anggota kelompoknya. Masing-masing kelompok menyelesaikan

atau memecahkan masalah yang diberikan dengan cara mereka

sendiri. Kemudian 2 dari 4 anggota dari masing-masing kelompok

meninggalkan kelompoknya dan bertamu ke kelompok yang lain,

sementara 2 anggota yang tinggal dalam kelompok bertugas

Gambar

Tabel 2.1 Penentuan Nilai KKM
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir
Gambar 3.1 Bagan Penelitian Tindakan Kelas Menurut Kurt Lewi
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Lembar Kuesioner
+7

Referensi

Dokumen terkait

Natsume : Nagato zuibun tono no chikara ni natterusoune. Natsume tidak berubah sama sekali ya. Koyasha : berubah berubah nenek nenek. Natsume : Nagato sepertinya menjadi sangat

Akhir kata peneliti mengucapkan rasa syukur dan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan memotivasi sehingga skripsi dengan judul “Pengembangan

[r]

Selain dengan tes, penelitian ini menggunakan instrumen pengembangan bahan ajar berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk kedua kelas yang digunakan untuk

MENURUT ORGANI SASI / BAGI AN ANGGARAN, UNI T ORGANI SASI , PUSAT,DAERAH DAN KEWENANGAN. KODE PROVINSI KANTOR PUSAT KANTOR DAERAH DEKONSEN

Dari hasil analisis statistik uji-t, faktor muat mempengaruhi besarnya nilai tundaan untuk angkot jurusan Abdul Muis – Dago dan angkot jurusan Dago – Abdul

Dengan kembalinya warga ke desa pada Februari 2014, maka dari itu peneliti ingin melihat, bagaimana kondisi kehidupan masyarakat Desa Kutambelin saat ini dalam bidang sosial

setting dengan ASPn terhadap viabilitas sel pulpa secara in vitro. Membandingkan efek penambahan KMTn pada ASPn sebelum