SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur
Oleh :
ARIAWAN PRADANA
0813015007 / EA
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”
J AWA TIMUR
PERUSAHAAN TERHADAP PRAKTEK PERATAAN LABA
PADA PERUSAHAAN PROPERTI DAN REAL ESTATE
YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA
Yang diajukan
ARIAWAN PRADANA
0813015007 / EA
Telah diseminar kan dan disetujui untuk menyusun skr ipsi
Pembimbing Utama
Dra. Ec, Tituk Diah W, M.Aks Tanggal………
NIP. 19670123 199303 2001
Mengetahui Kapr ogdi Akuntansi
PERUSAHAAN TERHADAP PRAKTEK PERATAAN LABA
PADA PERUSAHAAN PROPERTI DAN REAL ESTATE
YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA
Yang diajukan
ARIAWAN PRADANA
0813015007 / EA
disetujui untuk Ujian Lisan oleh
Pembimbing Utama
Dra. Ec, Tituk Diah W, M.Aks Tanggal………
NIP. 19670123 199303 2001
Mengetahui Wakil Dekan I
PERUSAHAAN TERHADAP PRAKTEK PERATAAN LABA PADA PERUSAHAAN PROPERTI DAN REAL ESTATE
YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA
Disusun Oleh :
Ar iawan Pr adana putr a Affandi 0813015007/FE/EA
Telah Diper tahankan dan Diter ima Oleh Tim Penguji Skr ipsi Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Univer sitas Pembangunan Nasional ”Veter an” J awa Timur
Pada Tanggal 31 Mei 2013
Pembimbing : Tim penguji
Pembimbing Utama Ketua
Dra. Ec. Tituk Diah W, M.Aks Dra. Ec. Tituk Diah W, M.Aks
Sekr etaris
Dra. Ec. Sari Andayani, M.Aks Anggota
Dra.Er r y Andhaniwati,M.Aks, Ak
Mengetahui
Dekan Fakultas Ekonomi
Univer sitas Pembangunan Nasional ”Veter an” J awa Timur
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang
merupakan salah satu persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur dengan judul “PENGARUH PROFITABILITAS,
LEVERAGE DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP PRAKTEK
PERATAAN LABA PADA PERUSAHAAN PROPERTI DAN REAL ESTATE
YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA”
Penulis menyadari bahwa tanpa adanya bantuan dari beberapa pihak, maka
akan sulit bagi penulis untuk dapat menyusun skripsi ini. Sehubungan dengan hal
itu, maka dalam kesempatan istimewa ini penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam
mendukung kelancaran penulisan skripsi baik berupa dukungan, doa maupun
bimbingan yang telah diberikan. Secara khusus penulis dengan rasa hormat yang
mendalam mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP, selaku Rektor Univesitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, SE. MM, selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Pembangunan “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Dr. Hero Priono M.Si, Ak, selaku Ketua Program Studi
telah membimbing penulis dalam mengerjakan skripsi.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, segala kritik dan saran sangat penulis harapkan guna
meningkatkan mutu dari penulisan skripsi ini. Penulis juga berharap, penulisan
skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Surabaya, Mei 2013
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
ABSTRAKSI ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 9
1.3. Tujuan Penelitian ... 9
1.4. Manfaat Penelitian ... 10
BAB II TINJ AUAN PUSTAKA ... 11
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu ... 11
2.2. Landasan Teori... 16
2.2.1. Laporan Keuangan ... 16
2.2.2. Perataan Laba ... 26
2.2.3. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perataan Laba ... 31
2.2.4. Teori Keagenan ... 31
2.2.5. Alasan Untuk Perataan Laba ... 33
2.2.6. Ukuran Perusahaan ... 34
2.3. Kerangka Konseptual ... 28
2.4. Hipotesis... 28
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 42
3.2 Populasi dan Sampel ... 43
3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 45
3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 50
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Objek Penelitian ... 54
4.2. Hasil Pengujian Regresi... 58
4.3. Pembahasan ... 64
4.4. Implikasi Penelitian ... 65
4.5. Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu ... 66
4.6. Keterbatasan Penelitian ... 67
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 69
5.2. Saran ... 69
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 : Koefisien Regresi ... 57
Tabel 4.2 : Hasil Pengujian Hosmer and Lemeshow ... 59
Tabel 4.3 : Hasil Uji Overall Model Fit Block 0 ... 60
Tabel 4.4. : Hasil Uji Overall Model Fit Block 1 ... 61
Tabel 4.5 : Hasil Uji Koefisien Regresi ... 62
DAFTAR GAMBAR
PERUSAHAAN TERHADAP PRAKTEK PERATAAN LABA
PADA PERUSAHAAN PROPERTI DAN REAL ESTATE
YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA
Ar iawan Pr adana
0813015007 / EA
ABSTRAK
Perataan laba merupakan fenomena umum yang bertujuan untuk mengurangi variabilitas atas laba yang dilaporkan guna mengurangi resiko pasar atas saham perusahaan yang pada akhirnya dapat meningkatkan harga pasar perusahaan. Tindakan perataan laba ini telah dianggap tindakan yang logis dan rasional, namun bisa merugikan pihak lain. Tindakan perataan laba ini menyebabkan pengungkapan informasi mengenai penghasilan bersih atau laba menjadi menyesatkan, sehingga akan menyebabkan terjadinya kesalahan dalam pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan yaitu khususnya pihak eksternal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh profitabilitas, leverage dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap praktek perataan laba pada Perusahaan Properti dan Real Estate yang go publik di Bursa Efek Indonesia.
Populasi penelitian ini adalah perusahaan - perusahaan Properti dan Real Estate yang telah go publik dan telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) antara tahun 2008-2011. Teknik penentuan sampel yang dipergunakan dalam penelitian adalah purposive sampling, yaitu penentuan sampel dengan kriteria tertentu dengan jumlah 15 perusahaan. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji regresi linier berganda.
Berdasarkan hasil pengujian diatas variabel Profitabilitas memberikan kontribusi terhadap Perataan Laba. Berdasarkan hasil pengujian diatas variabel Leverage tidak memberikan kontribusi terhadap Perataan Laba. Berdasarkan hasil pengujian untuk variabel Ukuran Perusahaan tidak memberikan kontribusi terhadap Perataan Laba
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan pasar modal di indonesia dewasa ini melaju
semakin pesat. Pasar modal yang efisien akan mendukung perkembangan
ekonomi (Suwito dan Herawati, 2005). Pasar modal dipandang sebagai
salah satu sarana yang efektif untuk menarik dana dari masyarakat yang
kemudian akan disalurkan ke sektor-sektor yang produktif (Indriyo
Gitosudarmo dan Basri, 2002:239).
Berdasarkan pertimbangan tersebut, pasar modal harus
menciptakan suatu mekanisme yang dapat melindungi kepentingan pihak
investor, yaitu dengan memberikan informasi yang lengkap dan benar,
sehingga dapat memahami secara menyeluruh keadaan emiten bursa efek
dari berbagai aspek, terutama aspek keuangan.
Laporan keuangan merupakan kebutuhan yang mendasar bagi
investor dan calon investor dan juga informasi yang digunakan sebagai
hasil dari kegiatan operasional sebuah perusahaan yang dikeluarkan secara
periodik oleh perusahaan, yang akan menjadi sebuah pertanggungjawaban
perusahaan terhadap pihak-pihak yang berkepentingan seperti manajemen,
sarana untuk mempertanggung jawabkan apa yang telah dilakukan oleh
manajemen atas sumber daya perusahaan kepada para pemegang saham.
Laporan keuangan merupakan sarana atau alat penting yang
digunakan untuk menghubungkan manajer dan pemilik. Tujuan dari
laporan keuangan adalah untuk menyampaikan informasi yang berguna
dalam menilai kemampuan manajemen dalam menggunakan sumber daya
perusahaan secara efektif guna mencapai sasaran utama perusahaan
(Belkaoui, 2006: 217). Karena kinerja manajemen tercermin dalam
laporan keuangan perusahaan, maka laporan keuangan merupakan sarana
untuk mempertanggungjawabkan apa yang dilakukan oleh manajemen
atas sumber daya pemilik. Laporan keuangan tersebut harus memuat
informasi lengkap.
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.1
(2004: 1.3), laporan keuangan yang lengkap terdiri dari komponen neraca,
laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan
atas laporan keuangan. Secara umum, semua bagian dari laporan keuangan
tersebut adalah penting dan diperlukan dalam pengambilan keputusan.
Namun, perhatian pemakai laporan keuangan lebih terpusat pada
informasi tentang laba yang terdapat dalam laporan laba rugi, tanpa
memperhatikan prosedur yang digunakan untuk menghasilkan informasi
laba tersebut (Beattie, et al., 1994 dalam Assih dan Gudono, 2000).
Manajer, sebagai pengelola perusahaan, lebih banyak mengetahui
dibandingkan pemilik (pemegang saham). Oleh karena itu, sebagai
pengelola, manajer berkewajiban untuk memberikan sinyal mengenai
kondisi perusahaan kepada pemilik. Namun, informasi yang disampaikan
kadang tidak sesuai dengan kondisi perusahaan yang sebenarnya.
Kondisi ini dikenal sebagai informasi yang tidak simetris atau
asimetri informasi. Asimetri antara manajemen (agent) dengan pemilik
(principal) dapat memberikan kesempatan kepada manajer untuk
melakukan manajemen laba (earnings management) (Richardson, 1998
dalam Ujiyantho, 2007).
Pola manajemen laba menurut Scott (2000: 383-384) terdiri dari
taking bath, income maximization, income minimization, dan income
smoothing. Salah satu bentuk dari manajemen laba yang merupakan
fenomena menarik dalam akuntansi adalah kejadian yang berkaitan
dengan perataan laba (income smoothing) yang dilakukan manajer.
Aktivitas ini dilakukan karena berbagai alasan. Informasi laba merupakan
perhatian utama untuk menilai kinerja dan pertanggungjawaban
manajemen. Sebagai agen, manajer secara moral bertanggung jawab untuk
mengoptimalkan keuntungan para pemilik, dan sebagai imbalannya akan
memperoleh kompensasi sesuai dengan kontrak. Dengan demikian,
terdapat dua kepentingan yang berbeda dalam perusahaan, dimana
masing-masing pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan
tingkat kemakmuran yang dikehendaki. Sesuai dengan teori keagenan,
Menurut Ujiyantho (2007), teori keagenan menggunakan tiga
asumsi sifat manusia yaitu: (1) manusia pada umumnya mementingkan
diri sendiri (self interest), (2) manusia memiliki daya pikir terbatas
mengenai persepsi masa yang akan datang (bounded rationality), dan (3)
manusia selalu menghindari resiko (risk averse). Oleh karena itu,
berdasarkan asumsi sifat dasar manusia tersebut manajer sebagai manusia
akan bertindak opportunistic, yaitu mengutamakan kepentingan
pribadinya.
Manajemen laba (Earning management) adalah suatu konsep yang
dilakukan perusahaan dalam mengelola laporan keuangan supaya laporan
keuangan terlihat memiliki kualitas (quality of financial reporting)
(Wildani, 2008). Oleh karena pentingnya laporan keuangan ini manajemen
mempunyai kecenderungan untuk melakukan tindakan yang dapat
membuat laporan keuangan menjadi lebih baik, kadang kala manajemen
melakukan hal-hal yang mengubah laporan laba rugi untuk kepentingan
pribadinya seperti mempertahankan jabatan atau mendapatkan bonus yang
tinggi. Biasanya laba yang stabil yaitu tidak banyak fluktuasi dari suatu
periode ke periode lain dinilai sebagai suatu prestasi baik. Upaya
menstabilkan laba ini disebut income smoothing.
Perataan laba (income smoothing) dapat didefinisikan sebagai cara
yang digunakan manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba yang
dilaporkan agar sesuai dengan target yang diinginkan baik secara artificial
rekayasa transaksi (Merry, 2006). Perataan laba merupakan fenomena
umum yang bertujuan untuk mengurangi variabilitas atas laba yang
dilaporkan guna mengurangi resiko pasar atas saham perusahaan yang
pada akhirnya dapat meningkatkan harga pasar perusahaan. Tindakan
perataan laba ini telah dianggap tindakan yang logis dan rasional, namun
bisa merugikan pihak lain.
Tindakan perataan laba ini menyebabkan pengungkapan informasi
mengenai penghasilan bersih atau laba menjadi menyesatkan, sehingga
akan menyebabkan terjadinya kesalahan dalam pengambilan keputusan
oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan yaitu khususnya
pihak eksternal. Oleh karena itu Merry (2006) menjelaskan bahwa
perataaan laba merupakan salah satu hal yang sering dilakukan
manajeman untuk menyesatkan informasi laporan keuangan. Berdasarkan
kenyataan yang ada, seringkali pengguna laporan keuangan hanya
berfokus pada informasi laba tanpa memperhatikan bagaimana laba
tersebut dihasilkan. Hal ini mendorong manajemen perusahaan untuk
melakukan manipulasi laba.
Kecurangan dan kesalahan dalam pelaporan keuangan telah
banyak dilakukan oleh perusahaan-perusahaan besar.Terungkapnya
berbagai kasus kecurangan laporan keuangan ini dimulai dari peristiwa
runtuhnya salah satu perusahaan raksasa di Amerika Serikat yaitu Enron
Corporation pada tahun 2001. Selanjutnya disusul oleh perusahaan
Communication, Xerox Corp, dan Wordcom (Kieso dan Weygand,
2010;422). Kasus yang terjadi pada negara Adi Kuasa ini menunjukan
kepada seluruh dunia bahwa perusahaan yang dikatakan besar ternyata
dapat juga terjadi kecurangan di dalamnya. Menurut the Committee of
Sponsoring Organizations of the Treadway Commission (COSO) dalam
berita Audit Internal (2010) menyebutkan bahwa sembilan dari sepuluh
kasus-kasus yang diselidiki Securities and Exchange Commission (SEC)
tersebut menyebutkan CEO dan/atau CFO perusahaan yang bersangkutan
diduga terlibat dalam kecurangan. Kecurangan pelaporan keuangan di
definisikan sebagai tindakan disengaja atau lalai, berupa tindakan atau
peniadaan, yang menghasilkan laporan keuangan yang menyesattkan
secara material.
Dari kasus-kasus diatas menunjukan bahwa manajemen laba telah
dilakukan oleh perusahaan-perusahaan besar. Dalam aktivitasnya
perusahaan sudah dipastikan ingin mencapai tujuan perusahaan dengan
sebaik-baiknya. Kondisi perusahaan yang tidak sehat seringkali oleh
manajemen ditutupi dengan menampilkan atau melaporkan kinerja
keuangannya tetap baik dengan melakukan manajemen laba.
Income smoothing merupakan bagian dari managemen laba dan
merupakan bagian dari creative accounting yaitu setiap dan semua langkah
yang digunakan untuk memainkan angka-angka keuangan, termasuk memilih
dan melakukan prinsip-prinsip akuntansi secara agresif/berani baik yang
(Hidayat, 2007). Istilah manajemen laba sering dihubungkan dengan prilaku
manajemen atau para pembuat laporan keuangan.
Semakin besar ukuran suatu perusahaan maka semakin banyak
mendapatkan perhatian baik dari para analisis, investor maupun pemerintah.
Perusahaan besar cenderung akan menghindari fluktuasi laba yang drastis,
karena perusahaan nantinya akan dibebani pajak yang besar dan juga untuk
menghindari permintaan kenaikan gaji dari serikat (Kieso dan Weygand
2010;260).Profitabilitas juga diduga dapat mempengaruhi perataan laba.
Selain karena variabel ini terkait langsung dengan objek perataan laba, dan
jika bonus yang dibayarkan kepada pihak manajemen dikaitkan dengan laba
bersih, maka manajemen mempunyai kepentingan pribadi dengan pengaruh
perubahan laba akuntansi terhadap rencana kompensasi mereka (Kieso dan
Weygand, 2010;261).Sebuah perusahaan dengan rasio debt to equity tinggi
cenderung akan terhambat oleh perjanjian hutang (Kieso dan Weygandt,
2010;261) dan akan mengalami kesulitan dana dari piak luar. Perusahaan
dengan menggunakan leverage yang tinggi membuat perusahaan berusaha
untuk memberikan informasi laba yang lebih baik, agar para kreditur masih
percaya kepada perusahaan tersebut. Semakin tinggi leverage, maka
perusahaan semakin melakukan perataan laba. Karena leverage keuangan
yang lebih besar tidak diragukan lagi meningkatkan resiko bagi para
pemegang saham (Weston dan Copeland yang di alih bahasakan oleh Wasana
Hal ini juga dialami pada perusahaan property yang go public di
Bursa Efek Indonesia. Perataan laba perusahaan property dari tahun 2009
– 2011 dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 1.1. Perataan Laba Perusahaan Pr operty tahun 2009-2011
No Perusahaan
Berdasarkan data diatas perataan laba yang dilakukan perusahaan
property dari tiap tahun cenderung mengalami peningkatan. Dari tahun
2009 rata-rata perataan laba sebesar -1.05 meningkat pada tahun 2010
sebesar 0.33 dan kembali naik pada tahun 2012 sebesar 1.62. Dan untuk
perataan laba yang terkecil diperoleh PT. Modernland Realty Tbk pada
tahun 2009 sebesar -16.57, sedangkan yang terbesar diperoleh PT.
menyebabkan pengungkapan informasi mengenai penghasilan bersih atau
laba menjadi menyesatkan, sehingga akan menyebabkan terjadinya kesalahan
dalam pengambilan keputusan oleh pihak yang berkepentingan dengan
perusahaan yaitu khususnya pihak eksternal.Peningkatan perataan laba
diindikasikan karena Profitabilitas, Leverage dan Total Aktiva. Perusahaan
dengan menggunakan leverage yang tinggi membuat perusahaan berusaha
untuk memberikan informasi laba yang lebih baik, agar para kreditur masih
percaya kepada perusahaan tersebut. Semakin tinggi leverage, maka
perusahaan semakin melakukan perataan laba. Karena leverage keuangan
yang lebih besar tidak diragukan lagi meningkatkan resiko bagi para
pemegang saham
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1 2009
menyatakan bahwa tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi
tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang bermanfaat
bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat
keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban
manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan
kepada mereka. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, suatu laporan
keuangan menyajikan informasi mengenai perusahaan yang meliputi:
aktiva, kewajiban, ekuitas, pendapatan dan beban termasuk keuntungan
dan kerugian, dan arus kas (paragraf 05). Selanjutnya, dinyatakan bahwa
perusahaan harus menyusun laporan keuangan atas dasar akrual, kecuali
Sesuai dengan agency theory, motivasi manajemen akrual dapat
dikelompokkan ke dalam dua kategori: opportunistic dan signaling
(Beaver, 2002). Pada motivasi opportunistic, manajemen melalui
kebijakan aggressive accounting menghasilkan angka laba lebih tinggi
daripada laba yang sesungguhnya. Apabila laporan laba tidak dapat
menggambarkan laba yang sesungguhnya, maka laporan laba mengarah
pada overstate earnings. Laba yang mengarah pada overstate earnings
mengakibatkan laba menjadi kabur (opaque). Motivasi opportunistic yang
dilakukan oleh manajemen berhubungan dengan kompensasi berdasarkan
kontrak yang disepakati dengan pihak pemilik.
Dari latar belakang tersbut diatas, maka peneliti tertarik untuk
mengadakan penelitian dengan judul : “Pengaruh Profitabilitas, Leverage
dan Ukuran Perusahaan Terhadap Praktek Perataan Laba Perusahaan
Properti dan Real Estate Yang Go Publik di Bursa Efek Indonesia”.
1.2. Perumusan Masalah
Permasalahan dalam penelitian ini adalah : Apakah Profitabilitas,
Leverage dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap praktek perataan
laba pada Perusahaan Properti dan Real Estate yang go publik di Bursa
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguhi dan menganalisis secara
empiris praktek perataan laba oleh perusahaan – perusahaan di Indonesia.
Beberapa tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian ini adalah :
Menguji dan membuktikan ada tidaknya pengaruh Profitabilitas, Leverage
dan ukuran perusahaan Terhadap praktik perataan laba pada Perusahaan
Properti dan Real Estate yang go publik di Bursa Efek Indonesia.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian diharapkan dapat dirasakan oleh berbagai pihak
yang berkepentingan dalam pengambilan keputusan bisnisnya. Pihak –
pihak yang dimaksud dalam penelitian ini adalah :
1. Bagi peneliti
Penelitian ini sangat berguna karena memberikan gambaran,
memperluas wawasan serta untuk dapat membandingkan antara teori
akuntansi tentang perataan laba dalam laporan keuangan yang telah
diterima dengan yang terjadi dalam praktek.
2. Bagi universitas
Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan informasi dan
tambahan referensi penelitian lain tentang materi yang berhubungan
dengan perataan laba.
3. Bagi perusahaan
Diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi manajemen
BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA
2.1. Hasil Penelitian Ter dahulu
Penelitian dalam bentuk jurnal riset yang berhubungan dengan
praktik perataan penghasilan bersih/laba pernah dilakukan. Berikut ini
ditemukan hasil penelitian terdahulu dalam bentuk jurnal riset yang ada
kaitannya dengan praktik perataan penghasilan bersih/laba.
1) Ernawati, 2010, Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Dan
Financial Leverage Terhadap Praktek Income Smoothing
(Survey pada Perusahaan Manufaktur Sektor Aneka Industri yang
Listing di Bursa Efek Indonesia)
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh ukuran perusahaan,
profitabilitas, dan financial leverage terhadap tindakan perataan laba
pada perusahaan manufaktur sektor aneka industri yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan
manufaktur sektor aneka industri yang terdaftar dalam Indonesia Stock
Exchange (IDX) dalam rentang tahun 2008-2010. Sampel penelitian
adalah sebanyak 15 perusahaan dengan 45 observasi. Analisis data
menggunakan analisis regresi linear berganda untuk menguji pengaruh
industri terhadap tindakan perataan laba. Hasil penelitian
menunjukkan, bahwa secara simultan ukuran perusahaan,
Profitabilitas, dan financial leverage tidak berpengaruh signifikan
terhadap praktek income smoothing. Secara parsial hanya profitabilitas
saja yang memberikan pengaruh yang signifikan terhadap praktek
income smoothing, sedangkan ukuran perusahaan dan financial
leverage berpengaruh terhadap praktek income smoothing tetapi tidak
signifikan.
2) Bestivano , 2013, Pengaruh Ukuran Perusahaan, Umur Perusahaan,
Profitabilitas, Dan Leverage Terhadap Perataan Laba Pada
Perusahaan Yang Terdaftar Di BEI ( Studi Empiris pada
Perusahaan Perbankan di BEI )
Penelitian ini bertujuan untuk menguji : 1)Pengaruh ukuran
perusahaan terhadap perataan laba. 2)Pengaruh umur perusahaan
terhadap perataan laba. 3)Pengaruh profitabilitas terhadap perataan
laba. 4)Pengaruh leverage terhadap perataan laba.
Jenis penelitian adalah penelitian kausatif. Populasi dalam
penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. Pemilihan sampel dengan metode purposive
sampling. Analisis data dengan regresi logistik dan uji t untuk
profitabilitas dan leverage terhadap tindakan perataan laba pada
perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa: 1) semakin besar ukuran
perusahaan maka semakin besar probabilitas untuk melakukan
perataan, 2) Semakin lama umur perusahaan maka tidak semakin
besar probabilitas untuk melakukan perataan laba, 3) Semakin
besar tingkat profitabilitas maka tidak semakin besar probabilitas
untuk melakukan perataan laba, 4) Semakin besar tingkat leverage,
maka tidak semakin besar probabilitas untuk melakukan perataan
laba
3) Yosika, 2011, Analisis Pengaruh Npm, Roa, Company Size,
Financial Leverage Dan Der Terhadap Praktek Perataan Laba Pada
Perusahaan Property Dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya praktek perataan laba diantaranya yaitu
NPM, ROA, company size, financial leverage dan DER terhadap
praktek perataan laba. Perataan laba adalah cara yang digunakan
manajemen untuk mengurangi fluktuasi yang dilaporkan agar
sesuai dengan target yang diinginkan baik secara artificial melalui
metode akuntansi maupun secara real melalui transaksi. Penelitian
sekunder yang digunakan berupa laporan keuangan periode
2007-2009. Indeks Eckel digunakan untuk mengklasifikasikan
perusahaan yang melakukan atau tidak melakukan praktek perataan
laba. Data dianalisis menggunakan regresi linier berganda logistik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan kelima
variabel berpengaruh terhadap praktek perataan laba. Secara parsial
hanya NPM, financial leverage, dan DER yang memengaruhi
praktek perataan laba. Variabel yang berpengaruh paling dominan
adalah financial leverage
Penelitian yang dilakukan saat ini memiliki persamaan dengan
penelitian terdahulu yaitu dalam hal permasalahan yaitu sama – sama
meneliti tentang perataan laba, sekaligus juga memiliki persamaan dalam
hal pengukuran variabel yakni sama – sama menggunakan metode
analisis regresi linier berganda, meskipun sama – sama melakukan
penelitian terhadap Bursa Efek Indonesia tetapi tahun penelitiannya tidak
Tabel 2.1
Persamaan & Perbedaan Penelitian Ter dahulu dan Sekarang
Sumber : Peneliti
No
.
Peneliti Judul Variabel Obyek
1. Ernawati, 2010 Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Dan Financial Leverage Terhadap Praktek Income Smoothing
Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Financial Leverage dan Praktek Income Smoothing
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Laporan Keuangan
2.2.1.1. Pengertian Laporan Keuangan
Pada awalnya laporan keuangan bagi suatu perusahaan hanyalah
sebagai “alat penguji” dari pekerjaan bagian pembukuan, tetapi untuk
selanjutnya laporan keuangan tidak hanya sebagai alat penguji saja, tetapi
juga sebagai dasar untuk dapat menentukan atau menilai posisi keuangan
perusahaan.
Menurut Baridwan (1997 : 17) laporan keuangan merupakan
ringkasan dari suatu proses pecatatan, merupakan ringkasan dari suatu
proses pencatatan, merupakan suatu ringkasan dari transaksi – transaksi
keuangan yang terjadi selama tahun buku bersangkutan.
Menurut Munawir (1997 : 2) mengemukakan bahwa yang
dimaksud dengan laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi
yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data
keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak – pihak yang
berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut.
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (1999 : 2), yaitu : “Laporan
Keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan”. Laporan
keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan rugi laba,
laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai
cara misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan
laporan keuangan. Disamping itu juga termasuk skedul dan informasi yang
berkaitan dengan laporan tersebut.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpukan bahwa
laporan keuangan merupakan suatu daftar informasi yang berisi laporan
utama yang memuat tentang posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan
yang disajikan pada akhir periode akuntansi, yang merupakan alat bagi
pihak – pihak yang berkepentingan dengan perusahaannya untuk
mengetahui kondisi keuangan dan keberhasilan aktivitasnya.
2.2.1.2. Tujuan Lapor an Keuangan
Menurut Baridwan (1997 : 4) tujuan umum laporan keuangan
sesuai dengan prinsip Akuntansi Indonesia dapat dinyatakan sebagai
berikut :
a. Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya
mengenai sumber – sumber ekonomi dan kewajiban serta modal
perusahaan.
b. Untuk memberikan yang dapat dipercaya mengenai perubahan
dalam sumber – su,ber ekonomi netto (sumber dikuangi kewajiban)
suatu perusahaan yang timbul dari aktivitas – aktivitas usaha dalam
rangka memperoleh laba.
c. Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu para
pemakai laporan keuangan dalam mengestimasi potensi perusahaan
d. Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan
dalam sumber – sumber ekonomi dan kewajiban, seperti informasi
mengenai aktivitas pembelanjaan dan penanaman.
e. Untuk menyediakan informasi lain yang berhubungan dengan
laporan keuangan yang relevan untuk kebutuhan pemakai laporan.
f. Disamping itu laporan keuangan akan dapat digunakan oleh
manajemen untuk :
1) Mengukur tingkat biaya dari berbagai kegiatan perusahaan.
2) Untuk menentukan atau mengukur efisiensi tiap – tiap
bagian – bagian, proses atau produksi serta untuk
menentukan derajat keuntungan yang dapat dicapai oleh
perusahaan yang bersangkutan.
3) Untuk menilai dan mengukur hasil kerja tiap – tiap individu
yang telah diserahkan wewenang dan tabggung jawab.
4) Untuk menentukan perlu tidaknya digunakan kebijaksanaan
atau prosedur yang baru untuk mencapai hasil yang lebih
baik.
Tujuan Laporan Keuangan menurut Standar Akuntansi Keuangan
(1999 : 3) yaitu :
a. Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang
menyangkut posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat
bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan
b. Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini memenuhi
kebutuhan bersama sebagai besar pemakai. Namun demikian,
laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang
mungkin dibutuhkan pemakai dalam pengambilan keputusan
ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan
dari kejadian masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan
informasi non keuangan.
c. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan
manajemen, atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber
daya yang diberdayakan kepadanya. Pemakai yang ingin menilai
apa yang telah dilakukan atau pertanggungjawaban manajemen
berbuat demikian agar mereka dapat membuat keputusan ekonomi,
keputusan ini mungkin mencakup, misalnya keputusan untuk
menahan atau menjual investasi dalam perusahaan atau keputusan
untuk mengangkat kembali atau mengganti manajemen.
Dari beberapa tujuan di atas, dapat disimpulkan bahwa laporan
keuangan dibuat oleh manajemen dengan tujuan
mempertanggungjawabkan tugas – tugas yang dibebankan kepadanya oleh
para pemilik perusahaan. Laporan keuangan juga digunakan oleh pihak –
pihak di luar perusahaan guna menginformasikan posisi keuangan. Selain
itu laporan keuangan bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai guna
2.2.1.3. Karakteristik Kualitatif Lapor an Keuangan
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (1999 : 5), karakteristik
kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan
keuangan berguna bagi pemakai. Terdapat empat karakteristik kualitatif
pokok yaitu :
a. Dapat dipahami
Karakteristik ini mengandung pengertian bahwa kualitas
penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah
kemudahannya untuk segera dipahami oleh pemakai. Asumsi dasar
dalam hal ini adalah para pemakai laporan keuangan mempunyai
pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis,
akuntansi serta kemampuan untuk mempelajari informasi dengan
ketekunan yang wajar.
b. Relevan
Informasi dikatakan relevan bila dapat memenuhi
kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan.
Disamping itu informasi dikatakan memiliki relevan bila dapat
mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu
pemakai mengevaluasi masa lalu, masa kini atau masa depan,
menegaskan atau megoreksi hasil evaluasi di masa lalu.
c. Keandalan
Informasi memiliki kualitas andal (realible) jika bebas dari
diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus dan jujur
(faithful representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang
secara wajar diharapkan dapat disajikan.
d. Dapat dibandingkan
Pemakai harus dapat memperbandingkan laporan keuangan
perusahaan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan
(trend) posisi dan kinerja keuangan. Pemakai juga harus dapat
memperbandingkan laporan keuangan antar perusahaan,
mengevaluasi posisi keuangan dan kinerja serta perubahan posisi
keuangan secara relatif.
2.2.1.4. J enis – J enis Laporan Keuangan
Laporan keuangan perusahaan menurut beberapa pendapat yang
lengkap meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan Ekuitas,
laporan arus kas.
1) Neraca
Salah satu bentuk laporan yang paling utama adalah neraca.
Beberapa ahli mengungkapkan definisi yang berbeda, tetapi pada
hakikatnya mempunyai pengertian yang sama.
Menurut Prastowo (1995 : 16) Neraca adalah laporan
keuangan yang memberikan informasi mengenai posisi keuangan
Menurut Munandar (1979 : 1) Neraca ialah laporan yang
disusun secara sistematis, tentang posisi finansial perusahaan pada
suatu saat tertentu.
Menurut Niswonger et. al. (1996 : 25) Neraca adalah suatu
daftar aktiva, kewajiban dan modal pemilik perusahaan pada
tanggal yang biasanya pada tanggal terakhir suatu bulan atau tahun.
Menurut Baridwan (1997 : 18) Neraca adalah laporan yang
menunjukkan keandalan keuangan suatu unit usaha pada tanggal
tertentu.
Sedangkan menurut Munawir ( 1997 : 13) Neraca adalah
laporan sistematis tentang aktiva, hutang serta modal dari suatu
perusahaan pada suatu saat tertentu.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
neraca merupakan daftar yang menggambarkan posisi keuangan
suatu perusahaan yang meliputi aktiva, kewajiban dan ekuitas pada
saat tertentu.
2) Laporan Laba Rugi (Income Statement)
Laporan Laba Rugi (Income Statement) merupakan salah
satu komponen laporan keuangan yang sangat penting bagi
pemakai informasi laporan keuangan. Laporan laba rugi
menunjukkan pendapatan dari penjualan, berbagai biaya dan laba
Menurut Prastowo (1995 : 16) laporan laba rugi adalah
laporan keuangan yang memberikan informasi mengenai
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode
tertentu.
Menurut Munandar (1979 : 16) laporan laba rugi ialah
laporan yang disusun secara sistematis, tentang revenues
(penghasilan) yang diperoleh dan tentang expenses (biaya) yang
menjadi beban tanggungan perusahaan dalam usahanya selama satu
periode tertentu.
Menurut Niswonger et. al. (1996 : 25) perhitungan rugi laba
adalah ikhtisar dari pendapatan dan beban suatu perusahaan dalam
periode tertentu misalnya sebulan atau setahun.
Menurut Baridwan (1997 : 30) laporan laba rugi adalah
suatu laporan yang menunjukkan pendapatan – pendapatan dan
biaya – biaya dari suatu unit usaha untuk suatu peride tertentu.
Selisih antara penghasilan – penghasilan dan biaya merupakan laba
yang diperoleh atau rugi yang diderita perusahaan.
Dari beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa laporan laba rugi adalah laporan yang menggambarkan hasil
dari aktivitas operasional perusahaan yang berupa pendapatan –
3) Laporan Perubahan Ekuitas (Owners Equity)
Menurut Niswonger et. al. (1996 : 25) mendefinisikan
bahwa perubahan ekuitas pemilik adalah merupakan ikhtisar
perubahan ekuitas pemilik suatu perusahaan yang telah terjadi
dalam suatu periode tertentu.
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (1999 : 1.12)
Laporan perubahan ekuitas sebagai komponen utama yang
menunjukkan :
1) Laba atau rugi bersih periode yang bersangkutan.
2) Setiap pos pendapatan dan beban, keuntungan atau kerugian
diakui secara langsung dalam ekuitas.
3) Pengaruh kumulatif dari perubahan kebijakan akuntansi dan
perbaikan terhadap kesalahan mendasar sebagaimana diatur
dalam PSAK terkait.
4) Transaksi modal dengan pemilik dengan distribusi kepada
pemilik.
5) Saldo akumulasi laba atau rugi pada awal dan akhir periode
serta perubahannya.
6) Rekonsiliasi antara nilai tercatat dari masing – masing jenis
modal saham, agio dan cadangan pada awal dan akhir periode
4) Laporan Arus Kas (Statement of Cash Flow)
Menurut Niswonger et. al. (1996 : 25) Arus kas adalah
suatu ikhtisar penerimaan dan pengeluaran kas dari sebuah
kesatuan usaha untuk periode waktu tertentu, seperti sabulan atau
setahun.
Menurut Baridwan (1997 : 43) tujuan laporan aliran kas
adalah untuk menyajikan informasi relevan tentang penerimaan
dan pengeluaran kas suatu perusahaan selama satu periode.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (1999 : 2.1) Laporan
Arus Kas adalah salah satu laporan keuangan yang memberi
informasi historis mengenai perubahan kas dan setara kas pada
suatu periode tertentu, Setiap perusahaan diwajibkan untuk
menyususn laporan arus kas sebagai bagian yang tidak terpisahkan
dari laporan keuangan setiap periode penyajian laporan keuangan.
Aliran kas dklafisikasikan dalam tiga kelompok yaitu penerimaan
dan pengeluaran kas yang berasal dari aktivitas operasi, investasi,
dan pendanaan (financing).
Setelah membaca beberapa pendapat diatas, peneliti
menarik kesimpulan bahwa laporan arus kas adalah laporan yang
menggambarkan aliran kas baik penerimaan maupun pengeluaran
5) Catatan Atas Laporan Keuangan
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (1999 : 1.12).
Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan naratif atau
rincian jumlah yang tertera dalam neraca, laporan laba rugi, arus
kas dan laporan perubahan ekuitas serta informasi tambahan seperti
kewajiban kontinjensi dan komitmen. Catatan atas laporan
keuangan juga mencakup informasi yang diharuskan dan
dianjurkan untuk diungkapkan dalam Pernyataan Standar
Akuntansi keuangan serta pengungkapan – pengungkapan lain
yang diperlukan untuk menghasilka penyajian laporan keuangan
secara wajar.
2.2.2. Perataan Laba
2.2.2.1. Pengertian Perataan Laba
Sejalan dengan konsep manajemen laba, pembahasan konsep
perataan laba / penghasilan ini juga menggunakan kerangka pikir teori
keagenan, bahwa perataan penghasilan timbul ketika terjadi konflik
kepentingan antara manajemen dan pemilik. Manajemen melakukan
perataan laba untuk menciptakan suatu aliran laba yang stabil dan
mengurangi fluktuasi dalam laba yang dilaporkan dan meningkatkan
kemampuan investor untuk memprediksi aliran kas di masa yang akan
Definisi perataan laba (Income Smoothing) menurut Jatiningrum,
merupakan praktik yang umum dilakukan manajer untuk mengurangi
perubahan naik turunnya (fluktuasi) laba, yang diharapkan mempunyai
pengaruh yang bermanfaat bagi evaluasi kinerja manajemen.
Definisi perataan laba yang terbaik dikemukakan oleh Beidlmen
sebagai berikut :
“Meratakan earnings yang dilaporkan dapat didefinisikan sebagai
pengurangan secara sengaja fluktuasi disekitar tingkat earnings tertentu
yang dianggap normal bagi sebuah perusahaan. Dalam pengertian ini
perataan laba mempresentasi sebuah upaya yang dilakukan oleh
manajemen perusahaan untuk mengurangi variasi tidak normal dalam
earnings sepanjang diizinkan oleh prinsip akuntansi dan manajemen yang
sehat”.
Menurut Assih dan Gudono (2000 : 37) Manajemen Laba diartikan
sebagai suatu proses yang dilakukan dengan sengaja, dalam batasan
general accepted accounting principles, untuk mengarah pada suatu
tingkat yang diinginkan atas laba yang dilaporkan. Perataan laba termasuk
dalam pengertian manajemen laba tersebut, perataan laba dapat dipandang
sebagai cara pengurangan dalam variabilitas laba selama sejumlah periode
tertentu atau dalam satu periode, yang mengarah pada tingkat yang
diharapkan atas laba yang dilaporkan. Bidlement (1973) percaya bahwa
manajemen melakukan perataan laba untuk menciptakan suatu aliran laba
et al (1976) menyatakan bahwa manajer melakukan perataan laba untuk
mengurangi fluktuasi dalam laba yang dilaporkan dan meningkatkan
kemampuan investor untuk memprediksi aliran kas di masa yang akan
datang.
2.2.2.2. Sifat dan Motivasi Perataan Laba
Tindakan perataan laba merupakan tindakan yang umum / rasional.
Perataan laba sengaja dilakukan terhadap penghasilan dimaksudkan
supaya sesuai dengan yang diharapkan atau standar yang diinginkan
(Jatiningrum, 2000).
Perataan laba merupakan perilaku yang rasional didasarkan pada
asumsi dalam positive accounting theory bahwa agent (dalam hal ini
manajemen) adalah individual yang rasional yang memperhatikan
kepentingan dirinya. Konsisten dengan asumsi tersebut maka motivasi
yang mempengaruhi pilihan manajer atas kebijakan tertentu adalah
memaksimumkan kepentingannya. Sedangkan kepentingan manajer
tergantung pada nilai perusahaan. Dan manajer percaya bahwa pasar
mendasarkan pada angka akuntansi. Fluktuasi atas laba dan tidak dapat
diprediksinya laba yang akan datang merupakan sebab penentu risiko
pasar atas saham. (Assih dan Gudono, 2000 : 38).
Topik perataan laba ( income smoothing ) terkait erat dengan
konsep manajemen laba ( Salno dan Baridwan, 2000 : 19 ). Penjelasan
theory ) yang menyatakan bahwa praktik manajemen laba dipengaruhi
oleh konflik kepentingan antara manajemen ( agent ) dan pemilik (
principal ) yang timbul ketika setiap pihak berusaha untuk mencapai atau
mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendakinya dalam
hubungan keagenan, manajer memiliki asimetri informasi terhadap pihak
eksternal perusahaan, seperti kreditor dan investor. Asimetri informasi
terjadi ketika manajer memiliki informasi internal perusahaan relatif lebih
banyak dan mengetahui informasi tersebut relatif lebih cepat dibandingkan
pihak eksternal tersebut. Dalam kondisi demikian manajer dapat
menggunakan informasi yang diketahuinya untuk memanipulasi pelaporan
keuangan dalam usaha memaksimalkan kemakmurannya.
Intervensi manajemen yang mengandung kejahatan moral ( moral
hazard ), dengan memanfaatkan asimetri informasi disebut manajemen
laba. Salah satu bentuk manajemen laba yang banyak diteliti adalah
perataan laba ( income smoothing ). Sejalan dengan konsep manajemen
laba, pembahasan konsep perataan penghasilan ini juga menggunakan
kerangka pikir teori keagenan, bahwa perataan penghasilan timbul ketika
terjdi konflik kepentingan antara manajemen ( agent ) dan pemilik (
principal ). Kesenjangan informasi antara kedua pihak menimbulkan /
memicu munculnya perataan laba ( Salno dan Baridwan, 2000 ).
Masing – masing pihak dalam hubungan keagenan terdorong oleh
motivasi yang berbeda sesuai dengan kepentingannya. Dipandang dari sisi
manajer termotivasi untuk melakukan perataan penghasilan pada dasarnya
ingin mendapat berbagai keuntungan ekonomi dan psikologis, yaitu (1)
mengurangi total pajak terutang, (2) meningkatkan kepercayaan diri
manajer yang bersangkutan karena penghasilan yang stabil mendukung
kebijakan deviden yang stabil pula, (3) meningkatkan hubungan antara
manajer dan karyawan karena pelaporan penghasilan yang meningkat
tajam memberi kemungkinan munculnya tuntutan kenaikan gaji dan upah,
dan (4) siklus peningkatan dan penurunan penghasilan dapat ditandingkan
dan gelombang optimisme dan pesimisme dapat diperlunak.
Di lain pihak, pemilik mendukung perataan penghasilan karena
adanya motivasi internal dan motivasi eksternal. Motivasi internal
menunjukkan maksud pemilik intuk meminimalisasi biaya kontrak
manajer dengan membujuk manajer agar melakukan praktik manajemen
laba. Motivasi eksternal ditunjukkan oleh usaha pemilik saat ini untuk
mengubah persepsi investor / potensial mengenai nilai perusahaan.
Menurut Gordon (1964) serta Mousen dan Downs (1965) dalam
Belkaoui (2000 : 38) bahwa manajer perusahaan mungkin termotivasi
untuk melakukan perataan laba demi keamanan, dengan anggapan bahwa
stabilitas dalam pendapatan dan untuk menyeimbangkan kecepatan
pertumbuhan yang sangat tinggi melebihi aliran penghasilan rata – rata
dengan batas kemampuan terbesar. Gordon mengemukakan tentang
a) Sebagai standar seorang manajer perusahaan dalam menyeleksi
prinsip akuntansi adalah memaksimalkan kegunaan atau
kesejahteraan yang dicapai.
b) Kegunaan dan fungsi jaminan keamanan pekerjaan, tingkatan dan
kecepatan pertumbuhan dalam suatu penghasilan.
c) Kepuasan pemegang saham atas tugas yang diberikan kepada
manajer dalam penyelenggaraan kegiatan dalam perusahaan.
d) Kepuasan pemegang saham terlihat apabila perusahan berkembang
dengan penghasilan dengan kecepatan ertumbuhan yang merata.
Berdasarkan dari keempat point diatas telah diterima oleh umum
atau berdasarkan kenyataan, bahwa tindakan manajer yang berdasarkan
kriteria diatas memperlihatkan batasan kekuatanperusahaan, ruang gerak
akuntansi, pemerataan laporan penghasilan dan pemerataan kecepatan
pertumbuhan pendapatan. Pemerataan kecepatan pertumbuhan pendapatan
yang dimaksud adalah jika kecepatan pertumbuhan tinggi, jika terjadi
penurunan maka akuntan harus mengambil tindakan
2.2.3. Faktor – Faktor yang Mempengar uhi Perataan Laba
Faktor – faktor pendorong perataan laba itu dapat dibedakan atas
faktor konsekuensi ekonomi dari pilihan akuntansi dan faktor – fakor laba.
Faktor – faktor konsekuensi ekonomi dari pilihan akuntansi merupakan
kondisi yang terpengaruh oleh angka – angka akuntansi, sehingga
mempengaruhi kondisi itu. Kondisi yang terpengaruh oleh angka – angka
akuntansi itu misalnya pembayaran bonus dan harga saham.
Selain faktor – faktor konsekuensi ekonomi, faktor – faktor lain
yang mendorong perataan laba adalah angka – angka laba itu sendiri.
Faktor – faktor laba adalah angka – angka yang dengan sendirinya juga
ikut mendorong perilaku perataan laba. Misalnya perbedaan antara laba
yang diharapkan dengan laba sesungguhnya. Sebaliknya semakin besar
selisih antara laba yang diharapkan dengan laba sesungguhnya, maka
manajer akan semakin terdorong untuk meratakan laba
Berdasarkan pengaruh perataan laba terhadap kekayaan
manajemen, maka dapat disimpulkan bahwa faktor – fakor pendorong
perataan laba merupakan cerminan dari berbagai upaya manajemen untuk
menghindari konflik dengan pihak – pihak lain yang berkepentingan
dengan perusahaan (Prasetio, dkk, 2002 : 49).
2.2.4. Teori Keagenan
Penelitian ini juga didukung oleh teori keagenan (agency theory)
Hanna Meilani Salno (2000 : 9). Teori Keagenan (agency theory)
menyatakan bahwa praktik perataan laba dipengaruhi oleh konflik
kepentingan antara manajemen (agent) dan pemilik (principal) yang timbul
ketika setiap pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat
kemakmuran yang dikehendakinya. Dalam hubungan keagenan manajer
kreditor dan investor. Asimetri informasi terjadi ketika manajer memiliki
informasi internal perusahaan relatif lebih banyak dan mengetahui
informasi tersebut relatif lebih cepat dibandingkan pihak eksternal
tersebut. Dalam Kondisi demikian, manajer dapat menggunakan informasi
yang diketahuinya untuk memanipulasi pelaporan keuangan dalam usaha
memaksimalkan kemakmurannya.
2.2.5. Alasan Untuk Perataan Laba
Banyak alasan yang dikemukakan oleh para manajer dalam
melakukan perataan laba. Konsep mengenai perataan laba menyatakan
bahwa adalah hal yang logis dan rasional bagi para manajer untuk
meratakan laba dengan menggunakan alat akuntansi tertentu. Adapun
alasan yang diajukan dalam kaitannya untuk melakukan praktik perataan
laba sebagai berikut (Jin, 1998 : 11)
1. Dengan penyusunan pos pendapatan dan biaya secara bijaksana yang
melalui periode beberapa tahun, manajemen dapat mengurangi
kewajiban perusahaan secara keseluruhan.
2. Aliran laba yang merata dapat meningkatkan keyakinan investor
karena laba yang stabil akan mendukung kebijakan deviden yang stabil
pula sebagaimana yang diinginkan oleh para investor.
3. Perataan laba dapat meningkatkan hubungan antara manajer dan
menimbulkan permintaan akan upah yang lebih tinggi dari para
karyawan.
4. Aliran laba yang merata dapat memiliki pengaruh psikologis pada
ekonomi dalam hal kenaikan atau penurunan dapt dihindarkan serta
rasa pesimis dan optimis dapat dikurangi.
Penelitian lain yang berkaitan dengan penjelasan mengenai
dilakukannya perataan laba antara lain dilakukan oleh Assih dan Gudono
(2000) yang menyatakan bahwa dengan melakukan perataan laba
diharapkan perusahaan dapat menghindari reaksi pasar yang terlalu besar
pada saat perusahaan mengumumkan informasi laba karena dengan tingkat
variabilitas yang kecil pada laba yang diununkan pelaku pasar dapat
melakukan prediksi atas laba perusahaan yang akan datang dengan lebih
baik. Selain itu dengan mengurangi variabilitas laba yang dilaporkan
perusahaan diharapkan dapat mengurangi reaksi pasar yang besar pada
saat laba diumumkan.
2.2.6. Teknik perataan Laba
Berbagai teknik yang digunakan dalam perataan laba diantaranya
adalah sebagai berikut:
1. Perataan melalui waktu terjadinya transaksi atau pengakuan transaksi
melalui kebijakan manajemen itu sendiri (accrual), misalnya:
pengeluaran biaya riset dan pengembangan. Selain itu banyak juga
ini dapat menyebabkan meningkatnya jumlah piutang dan penjualan
pada akhir bulan terakhir tiap kuarter, sehingga laba kelihatan stabil
pada periode tertentu.
2. Perataan melalui alokasi untuk beberapa periode tertentu. Manajer
memiliki kewenangan untuk mengalokasikan pendapatan dan atau
beban untuk periode tertentu. Misalnya, jika penjulan meningkat maka
manajemen dapat membebankan biaya riset dan penelitian serta
amortisasi goodwill pada periode itu untuk mensabilkan laba.
3. Perataan melalui klasifikasi. Manajemen memiliki kewenangan dan
kebijakan sendiri untuk mengklasifikasikan pos-pos rugi laba dalam
katagori yang berbeda. Misalnya, jika pendapatan operasi sulit untuk
didefenisikan maka manajer dapat mengklasifikasikan pos itu pada
pendapatan operasi atau pendapatan non operasi. Dalam hal ini dapat
digunakan sewaktu-waktu untuk meratakan laba melihat kondisi
pendapatan periode itu.
Teknik-teknik itu memang mungkin untuk dilakukan karena
Prinsip Akuntasi Berterima Umum (PABU) memberikan berbagai pilihan
dalam mencatat berbagai peristiwa keuangan. Manajemen memiliki
keleluasan untuk mengganti satu metode ke metode lain. Keleluasan untuk
memakai teknik-teknik akuntansi dalam mencatat terbukti telah
disalahgunakan oleh manajemen untuk melakukan perataan laba. Bahkan
mengunakan teknik-teknik akuntansi yaitu dengan merubah kebijakan
akuntansi. (Sopa Sugiarto, 2003). Koch (1981) Menyatakan bahwa peratan
laba dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
1. Artificial smoothing, perataan laba yang mengacu pada prosedur
akuntansi yang diimplementasikan dimana manajemen melakukan
tindakan untuk mengakui biaya dan atau pendapatan dari satu
periode ke periode lain (manipulasi melalui metode akuntansi).
2. Real smoothing, Perataan laba yang mengacu pada transaksi aktual
yang dilakukan oleh entitas dimana manajemen mempunyai kendali
terhadap transaksi yang akan mempengaruhi laba di masa depan
(manipulasi melalui transaski).
2.2.7. Ukuran Perusahaan
Ukuran secara umum dapat diartikan sebagai suatu perbandingan
besar kecilnya suatu objek. Menurut Agnes Sawir (2004:101-102) ukuran
perusahaan dinyatakan sebagai determinan dari struktur keuangan dalam
hampir setiap studi untuk alasan yang berbeda : Ukuran perusahaan dapat
ditentukan berdasarkan penjualan, total aktiva, tenaga kerja, dan lain-lain,
yang semuanya berkorelasi tinggi (Machfoedz, 1994). Machfoeds (1994) dan
Moses (1987) melakukan pengujian terhadap perusahaan besar yang memiliki
kecenderungan lebih besar untuk pemerataan laba ( biger firms have greater
propensity to smooth income). Hasil pengujian tersebut menyatakan bahwa
melakukan perataan laba dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil.
Untuk itu, perusahaan besar kemungkinan melakukan praktik perataan laba
untuk mengurangi fluktuasi laba yang besar, fluktuasi laba yang besar
menunjukkan risiko yang besar pula dalam investasi sehingga mempengaruhi
kepercayaan investor terhadap perusahaan.
Ukuran perusahaan bisa diukur dengan menggunakan total aktiva,
pendapatan atau modal dari perusahaan tersebut. Salah satu tolak ukur yang
menunjukkan besar kecilnya perusahaan adalah ukuran aktiva dari perusahaan
tersebut. Perusahaan yang memiliki total aktiva besar menunjukkan bahwa
perusahaan tersebut telah mencapai tahap kedewasaan, dimana dalam tahap
ini arus kas perusahaan sudah positif dan dianggap memiliki prospek yang
baik dalam jangka waktu yang relatif stabil dan lebih mampu menghasilkan
laba dibandingkan perusahaan dengan total asset yang kecil.
2.2.8. Saham
Surat – surat berharga jangka panjang yang diperjualbelikan di
pasar modal sering pula disebut efek. Menurut Riyanto (1995 : 176)
bentuk – bentuk efek dalam rangka investasi jangka panjang adalah :
obligasi, saham preferen, saham biasa.
1. Obligasi
Obligasi adalah surat pengakuanutang yang dikeluarkan
oleh pemerintah atau perusahaan atau lembaga – lembaga lain
tertentu dan kesanggupan untuk membayar bunga secara periodik
atas dasar presentase tertentu yang tetap. Tujuan utama dari analisa
efek dalam penilaian obligasi adalah “rate of return” atau “Yield”
yang diharapkan dari obligasi tersebut.
Rate of return dan nilai obligasi relatif mudah ditentukan
selama obligasi tersebut diperkirakan tidak akan gagal dalam
pembayaran bunga secara periodik dan pembayaran modal
pokoknya (principal). Discount rate yang digunakan dalam
penentuan nilai masing – masing obligasi adalah berbeda – beda
tergantung kepada besarnya tingkat risiko tidak terbayarnya bunga
dan principalnya.
2. Saham Preferen
Saham Preferen (preferred stock) adalah saham yang
disertai dengan preferensi tertentu diatas saham biasa dalam hal
pembagian dividen dan pembagian kekayaan dalam pembubaran
perusahaan. Saham preferen ini biasanya memberikan dividen yang
tetap setiap tahunnya sama halnya obligasi. Pada umumnya saham
preferen ini tidak mempunyai hari jatuh (perpetuity).
Saham preferen memiliki tiga keunggulan di mata investor
karena tiga alasan sebagai berikut : (1) pendapatan lancar yang
tinggi dan dapat diprediksi, (2) memiliki keamanan, dan (3) biaya
kerugian yakni, rentan terhadap iflasi dan tingkat bunga yang tinggi
dan sangat kurang berpotensi untuk peralihan modal.
3. Saham biasa
Saham biasa adalah saham yang menempatkan pemiliknya
paling yunior terhadap pembagian dividen dan hak atas harta
kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi.
Saham biasa ini mempunyai harga nominal , yang nilainya
ditetapkan oleh emiten. Harga nominal yang ditentukan oleh
emiten ini berbeda dengan harga perdana dari suatu saham. Harga
perdana adalah harga sebelum suatu saham dicatatkan di bursa
efek. Jika suatu saham terjual dengan harga perdana yang lebih
tinggi dari harga nominalnya, maka selisih itu disebut agio saham.
2.2.9. Pengaruh Pr ofitabilitas, Leverage dan Total Aktiva Ter hadap
Perataan Laba
Perhatian investor yang besar pada tingkat profitabilitas perusahaan
dapat mendorong manajer untuk melakukan perataan laba ( Assih dan
Gudono, 2000). Pendapatan ini didukung oleh hasil penelitian Moses
(1987) dalam Suwito dan Arleen (2005) yang menunjukkan bahwa Income
smoothing berkaitan dengan jumlah akrual dari profit / loss yang diperoleh
oleh perusahaan. Begitu juga berdasarkan teori Gordon dalam Belkaoui
(2000:57) bahwa tindakan manajemen untuk meratakan laba yang
yang meningkat seiring dengan rata-rata tingkat pertumbuhan Income
korporasi dan stabilitas Income-nya. Return On Asset (ROA) merupakan
ukuran penting untuk menilai sehat atau tidaknya perusahaan, yang
mempengaruhi investor untuk membuat keputusan. Perusahaan yang
memiliki ROA yang lebih tinggi cenderung melakukan perataan laba
dibandingkan dengan perusahaan yang lebih rendah karena manajemen
tahu akan kemampuan untuk mendapatkan laba pada masa yang akan
datang, sehingga memudahkan dalam menunda atau mempercepat praktik
perataan laba (Budiasih, 2007). Dari uraian diatas, penelitian menduga
bahwa semakin besar profitabilitas, maka semakin besar pula dorongan
perusahaan melakukan praktik perataan laba.
Leverage ratio digunakan untuk mengukur seberapa jauh
perusahaan dibiayai oleh hutang. Hal ini mengidentifikasikan seberapa
besar tingkat resiko perusahaan yang dapat berdampak pada nilai
perusahaan diduga semakin tinggi tingkat leverage ratio, maka semakin
besar risiko yang harus ditanggung oleh pemilik modal dan kreditor juga
akan semakin meningkat. Oleh karena itu, untuk mengimbangi tingkat
resiko yang tingg, maka pihak manajemen akan melakukan perataan laba
agar dapat menarik minat investor untuk berinvestasi, tindakan manajer
untuk meratakan laba ini diduga karena manajer ingin menunjukkan bahwa
perusahaan yang di pimpinnya mempunyai resiko yang rendah dan
merupakan lahan yang menarik untuk menanamkan modal bagi para
investor atau kreditor adalah risk average (menghindari atau menolak
resiko) maka investor atau kreditor akan enggan menanamkan modal atau
meminjamkan dananya bila perusahaan yang bersangkutan memiliki rasio
leverage yang besar (Narsa dalam Pratamasari, 2006). Hutang yang besar
mengakibatkan risiko semakin meningkat, jadi semakin besar resiko
leverage maka resiko yang ditanggung oleh pemilik modal juga akan
semakin meningkat. Rasio leverage yang besar menyebabkan turunnya
minat investor untuk menurunkan modalnya pada perusahaan tersebut.
Sehingga dapat memicu adanya tindakan perataan laba. Dari uraian diatas,
peneliti menduga bahwa semakin besar financial leverage, maka semakin
besar pula dorongan perusahaan melakukan praktek perataan laba. Tolak
ukur yang menunjukkan besar kecilnya suatu perusahaan, antara lain total
penjualan, rata-rata tingkat penjualan dan total aktiva (Pratamasari, 2006).
Ukuran perusahaan merupakan suatu indikator yang dapat menunjukkan
kondisi perusahaan. Disini terdapat beberapa parameter yang dapat
digunakan untuk menentukan ukuran perusahaan, seperti banyaknya
jumlah pegawai pada perusahaan untuk melakukan aktifitas operasi
perusahaan, nilai penjualan pendapatan yang diperoleh dan jumlah aktiva
yang dimiliki perusahaan. Ukuran perusahaan disinyalir sebagai salah satu
faktor yang berpengaruh terhadap praktik perataan laba.
Perusahaan-perusahaan yang lebih besar memiliki dorongan yang lebih besar pula
untuk melakukan perataan laba dibandingkan dengan
melakukan praktik perataan laba untuk mengurangi fluktuasi laba yang
besar. Hal ini dilakukan karena fluktuasi laba yang besar menunjukkan
risiko yang besar dalam investasi sehingga mempengaruhi kepercayaan
investor terhadap perusahaan. Maka dari uraian diatas, peneliti menduga
bahwa semakin besar ukuran perusahaan, maka semakin besar pula
dorongan perusahaan melakukan praktek perataan laba.
2.2. Kerangka Pikir
Berikut disajikan secara sistematis skema pola pikir penelitian :
Gambar 1 : Diagram Kerangka Pikir
Variabel bebas Variabel tak bebas
Pengaruh
2.4. Hipotesis
Dalam pengertian hipotesis merupakan suatu kesimpulan atau
pendapat yang masih kurang dan belum final, jadi masih perlu dibuktikan
dengan analisis ataupun uraian lebih lanjut. X1 = Profitabilias
X3 = Ukuran Perusahaan
Y = perataan laba
Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan pada sub bab
sebelumnya dan dihubungkan dengan pengertian hipotesis itu sendiri,
maka hipotesis yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut :
• Bahwa Profitabilitas, Leverage dan ukuran perusahaan mempunyai
pengaruh terhadap praktik perataan laba pada Perusahaan Properti dan
BAB III
METODE PENELITIAN
3. 1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
3.1.1. Definisi Operasional Variabel
a. Perataan Laba (Y)
Perataan laba dapat didefinisikan sebagai suatu cara yang
dipakai oleh manajemen untuk mengurangi variabilitas laba
diantara deretan jumlah laba yang dilaporkan. Untuk
mengelompokkan perusahaan sebagai perata laba atau bukan
dengan menggunakan indeks Eckel dengan rumus :
Indeks Perataan Laba =
S CV
CV ∆
∆Ι
(Bestivano, 2013:14)
Dengan kriteria, perusahaan dianggap telah melakuakan
tindakan perataan laba bila :
CV ∆S > CV ∆I
Dimana :
∆S = Perubahan penjualan dalam satu periode
∆I = Perubahan penghasilan bersih / laba dalam satu periode
CV= Koefisien variabel dari variabel, yaitu standar deviasi dibagi
dengan nilai yang diharapkan.