1 PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU PEMERKOSAAN
YANG BERUSIA LANJUT
NASKAH PUBLIKASI
Disusun Dan Dijadikan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Syarat-Syarat Guna Mencapai Derajat Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Oleh:
DIANA MAYA SARI NIM C 100 070 076
FAKULTAS HUKUM
3 ABSTRAKSI
DIANA MAYA SARI, 2013, PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU PEMERKOSAAN YANG BERUSIA LANJUT ,FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYA SURAKARTA.
Seiring dengan kemajuan budaya dan ilmu pengetahuan (IPTEK), perilaku manusia di dalam hidup bermasyarakat dan bernegara justru semakin kompleks.Kejahatan yang dihadapi oleh manusia mengakibatkan masalah yang dihadapi oleh manusia menjadi datang silih berganti.Masalah kekerasan seksual merupakan salah satu bentuk kejahatan yang melecehkan dan menodai harkat kemanusiaan, serta patut dikategorikan sebagai jenis kejahatan melawan kemanusiaan.Tindak kekerasan seksual dapat terjadi pada siapapun dan dapat dilakukan oleh siapa saja baik orang dewasa maupun anak-anak tanpa memandang usia bahkan lanjut usia melakukan tindakan tersebut apalagi lebih beragam jika ditanya latar belakang tindakan tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertimbangan hakim, perbedaan putusan pemidanaan dan proses penyelesaian perkara pidana pada pelaku tindak pidana perkosaan yang berusia lanjut. Penelitian ini termasuk penelitian yuridis normatif yang bersifat diskriptif.Penilitian ini dilakukan dengan mengambil lokasi di Pengadilan Negeri Wonogiri dan Pengadilan Negeri Purwodadi.Data pada penelitian ini meliputi data primer dan data skunder.Data primer berupa sejumlah keterangan atau fakta yang secara langsung dari lokasi penelitian yang dipilih oleh penulis.Data sekunder digunakan sebagai pendukung data primer.Tehnik pengumpulan data adalah studi kepustakaan dan wawancara setelah semua data terkumpul, dilakukan analisis data.Setelah data terkumpul maka data yang telah ada dikumpulakan dianalisis secara kualitatif.
Hasil penelitian ini penulis berkesimpulan bahwa pertimbangan yang diambil hakim pada kedua putusan didasarkan pada pertimbangan hukum, pertimbangan fakta persidangan seperti terpenuhinya unsur-unsur yang didakwakanterbukti secara sah dan meyakinkan serta bukti-bukti yang sah, dan pertimbangan sosiologis bahwa perbuatan terdakwa dapat menghancurkan masa depan korban dan perbuatan perkosaan dianggap meresahkan masyarakat. Tidak ada perbedaan yang mendasar dalam putusan pemidanaan pada pelaku tindak pidana perkosaan yang berusia lanjut dengan orang dewasa tetap mengacu pada ketentuan pemutusan tindak pidana secara umum yaitu hal ini sudah sesuai dengan ketentuan hukum yang diatur dalam KUHP bahwa usia lanjut bukan faktor yang menghalangi seseorang untuk dikenai pidana. Proses penyelesaian perkara pidana pemerkosaan pada pelaku usia lanjut adalah sama dengan proses penyelesaian perkara pidana lainnya yang didasarkan pada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981.
4 A. PENDAHULUAN
Negara Indonesia adalah salah satu negara yang berdasarkan pada
hukum yang mana sistem yang dianut adalah sistem konstitusionalisme.
Pemerintahaan Indonesia berdasar atas konstitusi (hukum dasar), tidak
bersifat absolutisme (kekuasaan yang tidak terbatas). Hal ini sudah
dipertegas dalam Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen ke-3 Pasal 1
ayat (3) berbunyi; ”Negara Indonesia adalah Negara hukum”. Pancasila
merupakan sumber dari segala sumber hukum atau sumber hukum yang
tertinggi di dalam sistem atau tata hukum Indonesia. Pada intinya pancasila
bertujuan untuk mencapai kesusilaan, keselarasan, dan keseimbangan, serta,
kemampuan untuk mengayomi masyarakat bangsa, dan negara.1
Seiring dengan kemajuan budaya dan ilmu pengetahuan (IPTEK),
perilaku manusia di dalam hidup bermasyarakat dan bernegara justru
semakin kompleks. perilaku yang demikian apabila ditinjau dari segi
hukum, tentunya ada perilaku yang sesuai dengan norma dan ada yang dapat
dikategorikan sebagai bentuk pelanggaran dari norma. Perilaku yang
menyimpang dari norma biasanya akan menjadikan suatu permasalahan
baru di bidang hukum dan merugikan masyarakat.2
Kejahatan yang dihadapi oleh manusia mengakibatkan masalah yang
dihadapi oleh manusia menjadi datang silih berganti, sehingga dapatlah
dikatakan bahwa hal tersebut menjadikan manusia sebagai makhluk yang
kehilangan arah dan tujuan dimana manusia mempunyai ambisi, keinginan,
1 Natangsa Surbakti,2010, Filsafat Hukum,Surakarta: Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta, hal.126-129
5
tuntutan, yang dibalut dengan nafsu. Akan tetapi, karena hasrat yang
berlebihan gagal dikendalikan dan dididik, maka mengakibatkan
masalah-masalah yang dihadapinya semakin bertambah banyak dan beragam.
Kejahatan yang terjadi dewasa ini bukan hanya menyangkut kejahatan
terhadap nyawa dan harta benda saja, akan tetapi kejahatan terhadap
kesusilaan, seperti pelecehan dan tindak kekerasan seksual.
Masalah kekerasan seksual merupakan salah satu bentuk kejahatan
yang melecehkan dan menodai harkat kemanusiaan, serta patut
dikategorikan sebagai jenis kejahatan melawan kemanusiaan (crime againts
humanity) atau kesusilaan.3 Penyimpangan-penyimpangan yang terjadi
dapat berakibat fatal bagi korban-korbannya karena hal tersebut sering
terjadi pada suatu krisis sosial dimana keadaan tersebut tidak lepas dari
peranan kaidah sosial yang ada. Hingga kini masih merupakan suatu yang
sifatnya kontraversional di masyarakat kita setiap terjadi kasus pelecehan
seksual diatur atau tidak seringkali masih dijumpai pendapat yang beragam,
terutama yang terkait dengan apakah suatu tindakan itu termasuk pelecehan
seksual atau bukan dan lebih beragam lagi jika ditanya latar belakang
tindakan tersebut.
Tindak kekerasan seksual dapat terjadi pada siapapun dan dapat
dilakukan oleh siapa saja baik orang dewasa maupun anak-anak tanpa
memandang usia. Bahkan lanjut usia melakukan tindakan tersebut. Hal ini
disebabkan lanjut usia juga masih memiliki minat terhadap lawan jenis
6
dikarenakan lanjut usia juga masih memiliki nafsu seksual yang efektif
seperti halnya sama dengan orang dewasa. Hal tersebut ditunjukkan dengan
usaha berkunjung ke lawan jenis.
Dengan adanya fenomena tersebut menunjukkan bahwa orang lanjut
usia (manula) sekalipun sering melakukan tindak pidana kekerasan seksual
atau pemerkosaan. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan,
faktor-faktor yang mempengaruhi lanjut usia melakukan tindak pidana perkosaan
tersebut adalah: (a) Lingkungan yang mendukung pelaku dalam melakukan
tindak pidana; (b) Lingkup pergaulan pelaku; (c) Faktor ekonomi; (d) Faktor
kepribadian pelaku yang rentan sehingga secara spontan melakukan tindak
pidana perkosaan tanpa memperhatikan dampaknya.4 Untuk mengantisipasi
atas kejahatan yang dilakukan oleh lanjut usia, keluarga atau pihak terkait
harus memberikan perhatian atau penanganan yang lebih intensif agar
tindakan-tindakan pemerkosaan tidak terjadi, hal ini bisa dilakukan dengan :
(a) Melakukan penyuluhan untuk upaya preventif tindak pidana perkosaan,
(b) Membuka unit layanan khusus untuk kekerasan terhadap korban, dan (c)
Melakukan penanganan terhadap kasus tindak pidana perkosaan yang terjadi
sebagai upaya shock therapy terhadap mereka yang potensial untuk
melakukan tindak pidana perkosaan khususnya, dan kekerasan terhadap
perempuan secara umum.5
Sebagai salah satu dari pelaksanaan hukum yaitu hakim diberi
wewenang oleh Undang-Undang untuk menerima, memeriksa, serta
memutus suatu perkara pidana. Oleh karena itu hakim dalam mengenai
4 Maria, Ulfa, Dalam makalahPerkosaan Yang dilakukan oleh Lanjut Usia dan
7
suatu perkara harus dapat berbuat adil sebagai seorang hakim dalam
memberikan putusan kemungkinan dipengaruhi oleh hal yang ada pada
dirinya dan sekitarnya karena pengaruh dari faktor agama, kebudayaan,
pendidikan, nilai, norma, dan sebagainya sehingga dapat dimungkinkan
adanya perbedaan cara pandang sehingga mempengaruhi pertimbangan
dalam memberikan putusan.6
B. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Ciri dalam suatu negara hukum adalah terdapat hakim yang bebas dan
tidak memihak.Hakim adalah pejabat peradilan negara yang diberi wewenang
oleh undang-undang untuk mengadili.7Hakim, berbeda dengan
pejabat-pejabat yang lain, harus benar-benar menguasai hukum bukan sekedar
mengandalkan kejujuran dan kemauan baiknya. Untuk terjaminnya
pelaksanaan keputusan yang adil dan tidak memihak, maka Undang-Undang
Nomor 4 Tahun 2004 yang mana dalam Pasal 1 disebutkan bahwa kekuasaan
kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk menyelenggarakan
peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan pancasila demi
terselenggaranya Negara Hukum RI. Dalam tugas dan kewajibannya hakim
wajib untuk menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa
keadilan yang hidup dalam masyarakat supaya dalam menciptakan
keputusan-keputusan yang tepat dapat menjawab masalah-masalah yang baru
timbul.
6 Oemar Seno Aji, 1997, Hukum Hakim Pidana, Jakarta: Bumi Aksara, hal. 12 7
8
Terdakwa adalah seorang Lanjut Usia yang bernama Simin Hadi, lahir di
Wonogiri yang berumur 66 Tahun; Berjenis kelamin laki-laki; Kebangsaan
Indonesia; yang bertempat Tinggal di DK. Keplekan RT 03/RW 07 Ds. Selorejo,
Kec. Girimarto, Kab. Wonogiri diajukan ke persidangan karena telah didakwa
oleh penuntut umum melakukan perbuatan cabul (perkosaan) terhadap anak.
Terjadinya kejadian perkosaan ialah pada hari Kamis 16 Desember 2010 hingga
Rabu 10 Agustus 2011, bertempat di Dusun Keplekan RT 03/07 Desa Selorejo
Kecamatan Girimarto Kabupaten Wonogiri, terdakwa “Dengan Sengaja
Melakukan Kekerasan Atau Ancaman Kekerasan Memaksa Anak Untuk Melakukan Persetubuhan Dengannya”, yang dilakukan oleh terdakwa yaitu dengan cara membangunkan korban yang sedang tidur di kamar belakang bersama
adik korban lalu menyeretnya ke depan TV. Selanjutnya terdakwa menindih tubuh
korban lalu terdakwa memasukkan penis ke dalam vagina korban dengan cara
menggesek-gesekkan alat kelamin terdakwa ke dalam vagina korban hingga lebih
kurang lima menit dapat orgasme mengeluarkan sperma (air mani) korban
berontak tetapi korban kalah tenaga ...Bahwa setelah melakukan persetubuhan terdakwa berkata kepada korban “Ojo ngomong karo sopo-sopo, mengko
konangan polisi dadi ribet, malah sing lapor tak pateni”. Si korban mendengar perkataan tersebut cuma bisa terdiam dan takut melawan
Mengenai tuntutan Penuntut Umum terhadap kasus pemerkosaan
pada anak yang dilakukan oleh terdakwa terhadap korban, maka penuntut
umum mengajukan kepada Majelis Hakim Pengadilan Negeri Wonogiri
yang memeriksa dan mengadili perkara ini agar memutuskan:
1) Menyatakan terdakwa; bersalah melakukan tindak pidana dengan
sengaja melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa anak
melakukan persetubuhan dengannya, sebagaimana diatur dan diancam
dalam Pasal 81 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
9
2) Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa, oleh karena itu dengan pidana
penjara selama 7 tahun dikurangi selama terdakwa di tahanan, denda
sebesar Rp. 60.000.000- (enam puluh juta rupiah), subsidair 6 (enam)
bulan kurungan;
3) Menetapkan agar terdakwa dibebani membayar biaya perkara sebesar
Rp. 2.500,- (dua ribu lima ratus rupiah).
Mengenai tuntutan Penuntut Umum terhadap kasus pemerkosaan
pada anak yang dilakukan oleh terdakwa (MSB) terhadap korban (SRY),
maka penuntut umum mengajukan kepada Majelis Hakim Pengadilan
Negeri Purwodadi yang memeriksa dan mengadili perkara ini agar
memutuskan:
1) Menyatakan terdakwa MSB; bersalah melakukan tindak pidana dengan
sengaja melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa anak
melakukan persetubuhan dengannya, sebagaimana diatur dan diancam
dalam Pasal 81 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
Tentang Perlindungan Anak.
2) Menjatuhkan pidana terhadap MSB, oleh karena itu dengan pidana
penjara selama 12 tahun dikurangi selama terdakwa di tahanan, denda
sebesar Rp. 60.000.000- (enam puluh juta rupiah), subsidair 5 (lima)
bulan kurungan.
3) Menetapkan agar terdakwa dibebani membayar biaya perkara sebesar
10
Penyelesaian hukum pada tindak pidana pemerkosaan oleh pelaku
berusia lanjut tetap menggunakan ketentuan umum yang dipersyaratkan dalam
hukum pidana formil untuk menjamin kepastian hukum dan memberikan efek
jera bagi terdakwa.Pemberian hukuman ini menjadi pembelajaran bagi
masyarakat di kemudian hari agar tidak melakukan perbuatan yang melanggar
hukum.
C. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan
sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pertimbangan hakim dalam memutuskan pidana pemerkosaan yang
pelakunya berusia lanjut didasarkan pada pertimbangan hukum,
pertimbangan fakta persidangan, dan pertimbangan sosiologis.
Pertimbangan Hukum, terdakwa didakwa dengan dakwaan subsidaritas,
maka terlebih dahulu Majelis Hakim harus membuktikan dakwaan ke satu
primair yaitu melanggar Pasal 81 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, dengan unsur-unsur sebagai
berikut setiap orang (barangsiapa), dengan sengaja memaksa anak
melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain.
Pertimbangan fakta persidangan berupa keterangan saksi-saksi,
keterangan ahli, surat, petunjuk dan keterangan terdakwa. Pertimbangan
sosiologis berupa, hal-hal yang memberatkan dan hal-hal yang
11
2. Tidak ada perbedaan yang mendasar dalam putusan pemidanaan pada
pelaku tindak pidana perkosaan yang berusia lanjut dengan orang dewasa.
Pertimbangan hakim dalam memutus tindak pidana perkosaan terhadap
pelaku yang berusia lanjut tetap mengacu pada ketentuan pemutusan
tindak pidana secara umum yaitu berdasarkan pertimbangan hukum, fakta
persidangan, dan pertimbangan sosiologis. Hal ini sudah sesuai dengan
ketentuan hukum yang diatur dalam KUHP bahwa usia lanjut bukan
faktor yang menghalangi seseorang untuk dikenai pidana. Artinya faktor
usia lanjut bukan termasuk faktor yang menghapuskan, mengurangi atau
memberatkan hukuman. Satu-satunya faktor yang dapat meringankan
hukuman adalah pertimbangan sosiologis, ini tergantung pada penilaian
hakim terhadap perbuatan terdakwa, dampaknya terhadap korban, apakah
sudah ada denda, kondisi terdakwa, dan lain-lain.
3. Proses penyelesaian perkara pidana pemerkosaan pada pelaku usia lanjut
adalah sama dengan proses penyelesaian perkara pidana lainnya yang
didasarkan pada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981. Diawali dengan
adanya laporan kriminal yang diajukan kepada pihak yang berwenang
yaitu kepolisian. Setelah diproses penyelidik melakukan penyelidikan
karena penyelidik yang memiliki wewenang menerima laporan atau
pengaduan dari seseorng tentang adanya tindak pidana serta mencari
keterangan dari barang bukti. Penyelidik kemudian membuat dan
menyampaikan laporan hasil pelaksanaan penyelidikan kepada penyidik.
12
segera menyerahkan berkas perkara itu kepada penuntu umum. Apabila
ternyata masih kurang lengkap, penuntut umum segera mengembalikan
berkas perkara itu kepada penyidik disertai petunjuk untuk dilengkapi.
Setelah penuntut umum telah menerima atau menerima kembali hasil
penyidikan dan telah dinyatakan sudah memenuhi persyaratan maka
penuntut umum melimpahkan perkara ke pengadilan. Tahap berikutnya
adalah proses pemeriksaan perkara di muka sidang pengadilan.
Selanjutnya hasil pemeriksaan di persidangan, alat bukti, keterangan saksi
dan keterangan terdakwa. Jika unsur perbuatan terdakwa telah mencocoki
rumusan delik yang terdapat dalam Pasal 81 Undang-Undang Nomor 23
tahun 2002 tentang Perlindungan Anak maka perbuatan terdakwa
merupakan hal yang bersifat melawan hukum. Terdakwa meskipun sudah
tua adalah orang yang menurut hukum mampu bertanggung jawab (tidak
sakit, tidak pikun, dan tidak mengalami gangguan jiwa) dan melakukan
13 DAFTAR PUSTAKA
Bisri, Ilhami, 2005,Sistem Hukum Indonesia, Prinsip-prinsip dan Implementasi Hukum Indonesia, Jakarta: Grafindo Persada.
Chazwi, Adam, 2005,Tindakan Pidana Mengenai Kesopanan, Jakarta: Raja Grafindo.
Ekotama, Suryono, 2001,A Brotus Provocatus Bagi Korban Perkosaan, Yogyakarta: Universitas Atmajaya Yogyakarta.
Hamzah, Andi, 1991, Asas-asas HukumPidana, Rineka Cipta, Jakarta: Cetakan Pertama
Hamzah, Andi, 2008,Hukum Acara Pidana Indonesia Kedua. Jakarta: Sinar Grafika
Kaelan, 2004.Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.
Lamintang, PAF, 1984, Hukum Penitensier Indonesia, Bandung: Armico
Maryam, Siti, 2008, Mengenai Usia Lanjut dan Pera watannya, Jakarta: Salemba Medika.
Muladi dan Barda Nawawi Arief, 1984.Pidana dan Pemidanaan, Semarang: Banda Penyediaan Bahan Kuliah.
Mulyadi,Lilik, 2007,Putusan Hakim dalam Hukum Acara Pidana. Bandung: PT. Citra Aditya.
Soesilo, R., 1996,Kitab Undang-undang Hukum Pidana Serta Komentarnya. Politera Bogor.
Santoso, Topo, 1997, Seksualitas dan Hukum Pidana, Jakarta: IND-HILL-CO cet.I.
Seno Aji, Oemar, 1997,Hukum Hakim Pidana, JakartA: Bumi Aksara Hal 12.
Soekanto, Soerjono, 1986,Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press.
Soekanto, Soerjono dan Abdurahman, 2003, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Rineka Cipta
14
Sudaryono dan Natangsa Surbakti, 2005, Buku Pegangan Kuliah Hukum Pidana I, Surakarta: Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta
Sudarto, 1990, Hukum Pidana I, Yayasan Sudarto d/a Fakultas Hukum UNDIP Semarang.
Sudarto, 2007,Hukum dan Hukum Pidana.Bandung Alumni.
Surabakti, Natangsa, 2010,Filsafat Hukum, Surakarta Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Syafiodin, M. Hisyam dan Faturachman, 2005,Hukum bagi Pemerkosa dan Perlindungan bagi Korban.Jurnal Mendobrak Budaya Patriarki, UGM.
Tanjung,Bgd Armaidi, 2007,Free Sex No Nikah Yes, Jakarta: Amzah.
Wahid, Abdul & Muhammad Irvan, 2001,Perlindungan Terhadap Korban Kekeraan Seksual (Adoka sitas Hak Aksi Perempuan). Bandung: PT. Refika Aditama.
Waluyo, Bambang, 2008,Pidana dan Pemidanaan, Jakarta: Sinar Grafika.
Widiastuti,Tri Wahyu, 2009,Kebijakan Hukum Pidana dalam Perlidnungan Korban Pemerkosaan. Magister Ilmu Hukum UNDIP Semarang..
Agus Achir, Yaumil, 1998, Memahami Makna Usia Lanjut, Makalah diterbitkan
di http://www.kalbe.co.id, Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas
Indonesia
Akhmadi, 2005, Perma salahan Lanjut Usia (Lansia), dalam
http://www.raja wana.com.Diakses Kamis 29 Mei 2012 pukul 12:30
Fajrin, 2012, Pidana dan pemida naan, dalam http://kitab pidana.blogspot.com/2012/04/pidana-dan-pemidanaan.html
Siadari, Ray Pratama, 2012, Pengertian Jenis-jenis dan tujuan Pemidanaan, dalam http://raypratama.blogspot.com/2012/02/pengertianjenisjenisdan -tujuan-pemidanaan.html
Suhartini Ratna., Lanjut Usia Tinjauan Lanjut Usia, dalam http://www.da mandiri. or. Id/ file/Ratna Suhartini Unnair bab 2, pdf
Scribd, com, Jum’at 20 Januari 2011, 14:29 WIB: Makalah Lansia, dalam
http://www.scribd.com/doc/59040479.
Tri Bawono, Bambang, 2004, Faktor-faktor Yang MenjadiPertimbanganHakim
Dalam Jurnal Hukum Online,
15
Ulfa, Maria, Dalam Makalah Perkosaan Yang dilakukan oleh Lanjut Usia da n Penanggulangannya, http://www.mariaulfa.umm.pdf.
Wordpress.com, Jum’at, 10 November 2010, 13:37 wib: Upaya Penanggulangan Penanganan Kejahatan, dalam http://wordpress.com/2010/11/08/ upaya-penanggulangan kejahatan.
Peraturan Perundang-undangan Kitab Undang-undang Hukum Pidana
Undang-Undang Nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana