• Tidak ada hasil yang ditemukan

RANCANGAN PERBAIKAN PRODUKTIVITAS MENGGUNAKAN T O T A L P R O D U C T I V I T Y M O D E L ( T P M ) DI PT. MUTIARA MUKTI FARMA (MUTIFA) MEDAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "RANCANGAN PERBAIKAN PRODUKTIVITAS MENGGUNAKAN T O T A L P R O D U C T I V I T Y M O D E L ( T P M ) DI PT. MUTIARA MUKTI FARMA (MUTIFA) MEDAN"

Copied!
179
0
0

Teks penuh

(1)

RANCANGAN PERBAIKAN PRODUKTIVITAS MENGGUNAKAN T O T A L P R O D U C T I V I T Y M O D E L ( T P M )

DI PT. MUTIARA MUKTI FARMA (MUTIFA) MEDAN

TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh

MARULAK P. AMBARITA 0 8 0 4 0 3 0 5 7

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

2 0 1 3

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian dengan judul “Rancangan Perbaikan Produktivitas Menggunakan Total Productivity Model (TPM) di PT Mutiara Mukti Farma (Mutifa) Medan”

sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Teknik, Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

Adapun isi dari laporan ini adalah analisis produktivitas total dan produktivitas parsial perusahaan dan unit operasional (produk) dalam perusahaan.

Analisis produktivitas dilakukan untuk mendapatkan suatu rancangan strategi perbaikan produktivitas bagi perusahaan.

Penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan dalam penelitian ini, maka dengan kerendahan hati penulis mohon maaf dan menerima kritik saran yang membangun dalam penelitian ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA, MEDAN PENULIS.

September 2013

(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian laporan ini. Terima kasih untuk ilmu, inspirasi, motivasi dan dukungan luar biasa yang penulis dapatkan sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian tugas akhir ini. Pada kesempatan kali ini penulis mencoba untuk menyebutkan pihak atau nama dalam lembaran ucapan terima kasih ini.

1. Dosen Pembimbing I, Ir. Danci Sukatendel yang telah banyak membimbing dan mengajarkan ilmu serta motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini.

2. Dosen Pembimbing II, Ir.Ukurta Tarigan, MT dan juga selaku Sekretaris Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik USU yang telah banyak membimbing dan mengajarkan ilmu serta banyak mendukung penulis baik dari segi wawasan, relasi dan motivasi dalam melakukan penelitian dan pengerjaan laporan tugas akhir ini.

3. Ketua Departemen Teknik Industri FT USU, Ir. Khawarita Siregar, MT.

4. Bapak Amiruddin Pinem,SH, selaku Manager Personalia PT Mutiara Mukti Farma (Mutifa) yang telah banyak memberikan bantuan berupa bimbingan serta informasi dan data selama melakukan penelitian ini.

5. Ayah dan Ibu, U. Ambarita dan B. Sijabat yang selalu memberikan motivasi sehingga penulis mampu menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini.

(8)

6. Rekan-rekan Asisten di Laboratorium Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan Fakultas Teknik USU.

7. Rekan-rekan angkatan 2008 Teknik Industri Fakultas Teknik USU.

Kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan laporan ini dan tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, penulis mengucapkan terimakasih. Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua.

(9)

DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMAKASIH ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

ABSTRAK ... xix

I PENDAHULUAN ... I-1 1.1 Latar Belakang Masalah ... I-1 1.2 Perumusan Masalah ... I-3 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... I-4 1.3.1 Tujuan Penelitian ... I-4 1.3.2 Manfaat Penelitian ... I-4 1.4 Batasan dan Asumsi Penelitian ... I-5 1.5 Sistematika Penulisan Laporan ... I-6 II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... II-1 2.1 Sejarah Perusahaan... II-1

(10)

DAFTAR ISI (lanjutan)

BAB HALAMAN

2.2 Ruang Lingkup Bidang Usaha ... II-3 2.3 Struktur Organisasi Perusahaan ... II-3 2.4 Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab ... II-4 2.5 Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja ... II-4 2.6 Sistem Pengupahan dan Fasilitas Lainnya ... II-7 2.7 Proses Produksi ... II-8 2.7.1 Standar Mutu Bahan/Produk ... II-8 2.7.2 Bahan yang Digunakan ... II-9 2.7.3 Uraian Proses ... II-11 2.8 Mesin dan Peralatan ... II-17

III LANDASAN TEORI ... III-1 3.1 Sejarah dan Defenisi Produktivitas ... III-1 3.2 Klasifikasi Jenis Produktivitas ... III-1 3.2.1 Produktivitas Total ... III-2 3.2.2 Produktivitas Total Faktor... III-3 3.2.3 Produktivitas Parsial... III-3 3.3 Siklus Produktivitas ... III-4 3.4 Pengukuran Produktivitas ... III-5

(11)

DAFTAR ISI (lanjutan)

BAB HALAMAN

3.5 Dasar Total Productivity Model (TPM) ... III-8 3.5.1 Notasi untuk Total Productivity Model ... III-11 3.5.2 Elemen-Elemen Output Tangible ... III-13 3.5.3 Elemen- Elemen Input Tangible ... III-15 3.6 Analisis Produktivitas ... III-18 3.7 Evaluasi Produktivitas ... III-20 3.8 Perencanaan Peningkatan Produktivitas Perusahaan ... III-27 3.9 Inflasi dan Deflasi ... III-28 3.10 Depresiasi ... III-30

IV METODOLOGI PENELITIAN ... IV-1 4.1 Jenis Penelitian ... IV-1 4.2 Lokasi Penelitian ... IV-1 4.3 Kerangka Konseptual ... IV-1 4.4 Variabel Penelitian ... IV-2 4.4.1 Variabel Dependen ... IV-2 4.4.1 Variabel Independen ... IV-3 4.5 Pengumpulan Data ... IV-4 4.5.1 Sumber Data ... IV-4

(12)

DAFTAR ISI (lanjutan)

BAB HALAMAN

4.5.2 Metode Pengumpulan Data ... IV-5 4.6 Metode Pengolahan Data dan Analisis Data ... IV-5 4.6.1 Metode Pengolahan Data ... IV-5 4.6.2 Metode Analisis Data ... IV-9

V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... V-1 5.1 Pengumpulan Data ... V-1 5.1.1 Elemen-elemen Output ... V-1 5.1.2 Elemen-elemen Input ... V-4 5.2 Pengolahan Data... V-15 5.2.1 Perhitungan Deflator ... V-15 5.2.2 Perhitungan Harga Konstan ... V-19 5.2.3 Perhitungan Input Total ... V-22 5.2.4 Perhitungan Output Total ... V-25 5.3 Perhitungan Indeks Produktivitas ... V-26 5.3.1 Produktivitas Total Perusahaan ... V-26 5.3.2 Produktivitas Parsial Perusahaan ... V-26 5.3.2.1 Produktivitas Parsial Tenaga Kerja ... V-27 5.3.2.2 Produktivitas Parsial Material ... V-27 5.3.2.3 Produktivitas Parsial Modal ... V-28

(13)

DAFTAR ISI (lanjutan)

BAB HALAMAN

5.3.2.4 Produktivitas Parsial Energi ... V-29 5.3.3 Produktivitas Total Per Produk ... V-29 5.3.4 Break Event Point (BEP) Produktivitas Total ... V-31 5.3.5 Produktivitas Parsial Per produk ... V-34 5.3.5.1 Produktivitas Parsial Tenaga Kerja Antalgin ... V-34 5.3.5.2 Produktivitas Parsial Material Antalgin ... V-34 5.3.5.3 Produktivitas Parsial Energi Antalgin ... V-35 5.3.5.4 Produktivitas Parsial Modal Antalgin ... V-36 5.3.5.5 Produktivitas Parsial Tenaga Kerja Paracetamol . V-36 5.3.5.6 Produktivitas Parsial Material Paracetamol... V-36 5.3.5.7 Produktivitas Parsial Energi Paracetamol ... V-38 5.3.5.8 Produktivitas Parsial Modal Paracetamol ... V-38 5.3.5.9 Produktivitas Parsial Tenaga Kerja CTM... V-38 5.3.5.10 Produktivitas Parsial Material CTM ... V-40 5.3.5.11 Produktivitas Parsial Energi CTM... V-40 5.3.5.12 Produktivitas Parsial Modal CTM ... V-40

VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH ... VI-1 6.1 Analisis ... VI-1 6.1.1 Analisis Indeks Produktivitas Total ... VI-1

(14)

DAFTAR ISI (lanjutan)

BAB HALAMAN

6.1.2 Analisis Indeks Produktivitas Parsial ... VI-2 6.1.2.1 Analisis Indeks Produktivitas Tenaga Kerja ... VI-2 6.1.2.2 Analisis Indeks Produktivitas Parsial Material .... VI-3 6.1.2.3 Analisis Indeks Produktivitas Parsial Energi ... VI-4 6.1.2.4 Analisis Indeks Produktivitas Parsial Modal ... VI-4 6.1.3 Analisis Perubahan Produktivitas ... VI-5 6.1.4 Analisis Produktivitas Total dengan Fungsi Produktivitas

Parsial………... VI-6

6.1.5 Analisis Profit Perusahaan Terhadap Produktivitas

Total……….. . VI-9

6.2 Pemecahan Masalah ... VI-12 6.2.1 Perhitungan Jumlah Tenaga Kerja Aktual ... VI-12 6.2.2 Evaluasi Pohon Produktivitas ... VI-17 6.2.3 Usulan Kebijakan Perbaikan Produktivitas ... VI-22

VI KESIMPULAN DAN SARAN ... VII-1 7.1 Kesimpulan ... VII-1 7.2 Saran ... VII-2

DAFTAR PUSTAKA

(15)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

2.1 Struktur Organisasi PT Mutiara Mukti Farma (Mutifa) ... II-5 2.2 Blok Diagram Proses Produksi Obat Tablet ... II-12 3.1 Model Siklus Produktivitas “MEPI”... III-4 3.2 Elemen-elemen Input dalam Total Productivity Model ... III-9 3.3 Elemen-elemen Output dalam Total Productivity Model ... III-10 3.4 Produktivitas Produk i sebagai Rasio Output Tangible terhadap

Input Tangible ... III-13 3.5 Produktivitas Total Perusahaan sebagai Rasio Output Tangible

Total terhadap Input Tangible Total ... III-14 3.6 Dasar Total Productivity Model (TPM) Perusahaan dan Produk

Tunggal pada Periode t ... III-14 4.1 Kerangka Konseptual Penelitian ... IV-2 4.2 Blok Diagram Langkah-langkah Penelitian ... IV-10 4.3 Blok Diagram Pengolahan Data ... IV-11 6.1 Indeks Produktivitas Total Perusahaan ... VI-1 6.2 Indeks Produktivitas Parsial Tenaga Kerja ... VI-2 6.3 Indeks Produktivitas Parsial Material ... VI-3 6.4 Indeks Produktivitas Parsial Energi ... VI-4 6.5 Indeks Produktivitas Parsial Modal ... VI-5

(16)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

2.1 Rincian Tenaga Kerja PT Mutiara Mukti Farma ... II-6 2.2 Standar Mutu Antalgin... ... II-9 3.1 Kronologi Beberapa Defenisi Penting Produktivitas ... III-2 3.2 Kategori Pekerja dalam Organisasi ... III-16 3.3 Productivity Evaluation Tree (PET) ... III-25 5.1 Data Produk Jadi dan Produk Setengah Jadi Tablet Antalgin ... V-2 5.2 Data Produk Jadi dan Produk Setengah Jadi Tablet Paracetamol ... V-2 5.3 Data Produk Jadi dan Produk Setengah Jadi Tablet CTM... V-3 5.4 Jam Kerja Tenaga Kerja Langsung Tahun 2012 dan Tahun 2013 .. V-5 5.5 Gaji Tenaga Kerja Langsung Tahun 2012 dan 2013 ... V-6 5.6 Gaji Tenaga Kerja Tidak Langsung ... V-6 5.7 Total Biaya Tenaga Kerja Tahun 2012 dan 2013 ... V-7 5.8 Data Input Bahan Tablet Antalgin ... V-8 5.9 Data Input Bahan Tablet Paracetamol ... V-8 5.10 Data Input Bahan Tablet CTM ... ... V-9 5.11 Harga Beli dan Nilai Akhir Mesin dan Peralatan ... V-10 5.12 Depresiasi Mesin dan Peralatan ... ... V-11 5.13 Nilai Input Modal Kerja ... ... V-13 5.14 Biaya Perawatan Mesin dan Peralatan ... V-13 5.15 Biaya Energi Tahun 2012 dan 2013 ... V-14

(17)

DAFTAR TABEL (lanjutan)

TABEL HALAMAN

5.16 Indeks Harga Industri Farmasi dan Obat Tradisional ... V-15 5.17 Deflator Biaya Tenaga Kerja ... ... V-16 5.18 Deflator Biaya Material ... ... V-17 5.19 Deflator Biaya Energi ... ... V-17 5.20 Deflator Biaya Depresiasi Mesin dan Peralatan ... V-18 5.21 Deflator Biaya Perawatan Mesin dan Peralatan ... V-18 5.22 Deflator Output ... ... V-29 5.23 Harga Konstan Biaya Tenaga Kerja ... V-20 5.24 Harga Konstan Biaya Material ... ... V-20 5.25 Harga Konstan Biaya Energi ... ... V-21 5.26 Harga Konstan Modal Tetap ... ... V-21 5.27 Harga Konstan Modal Kerja ... ... V-22 5.28 Harga Konstan Output ... ... V-23 5.29 Input Total Tahun 2012 dan 2013.... ... V-24 5.30 Nilai Output Total ... ... V-25 5.31 Produktivitas Total Perusahaan ... ... V-26 5.32 Produktivitas Parsial Tenaga Kerja.. ... V-27 5.33 Produktivitas Parsial Material ... ... V-27 5.34 Produktivitas Parsial Modal ... ... V-28 5.35 Produktivitas Parsial Energi... ... V-29

(18)

DAFTAR TABEL (lanjutan)

TABEL HALAMAN

5.36 Produktivitas Total Antalgin ... ... V-30 5.37 Produktivitas Total Paracetamol ... ... V-30 5.38 Produktivitas Total CTM ... ... V-31 5.39 BEP Produktivitas Total Antalgin ... ... V-32 5.40 BEP Produktivitas Total Paracetamol... V-32 5.41 BEP Produktivitas Total CTM ... ... V-33 5.42 Produktivitas Parsial Tenaga Kerja Antalgin... V-34 5.43 Produktivitas Parsial Material Antalgin ... V-35 5.44 Produktivitas Parsial Energi Antalgin... V-35 5.45 Produktivitas Parsial Modal Antalgin ... V-36 5.46 Produktivitas Parsial Tenaga Kerja Paracetamol ... V-37 5.47 Produktivitas Parsial Material Paracetamol ... V-37 5.48 Produktivitas Parsial Energi Paracetamol ... V-38 5.49 Produktivitas Parsial Modal Paracetamol ... V-39 5.50 Produktivitas Parsial Tenaga Kerja CTM ... V-39 5.51 Produktivitas Parsial Material CTM ... V-40 5.52 Produktivitas Parsial Energi CTM ... ... V-41 5.53 Produktivitas Parsial Modal CTM ... ... V-41 6.1 Perhitungan Perubahan Produktivitas Total ... VI-6 6.2 Input Faktor Masing-Masing Produktivitas Parsial ... VI-7

(19)

DAFTAR TABEL (lanjutan)

TABEL HALAMAN

6.3 Weight Corresponding Input Factor ... VI-8 6.4 Profit dan Produktivitas Total ... VI-10 6.5 Waktu Pengerjaan Produksi Obat Tablet ... VI-11 6.6 Rekapitulasi Perhitungan Waktu Baku ... VI-16 6.7 Rekapitulasi Perhitungan Jumlah Tenaga Kerja Aktual ... VI-17

(20)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN HALAMAN

I. Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab ... L-1 II. Data Mesin dan Peralatan ... L-1 III. Surat Permohonan Tugas Sarjana ... L-2 IV. Surat Penjajakan ... L-3 V. Surat Balasan dari Perusahaan ... L-4 VI. Surat Keputusan Tugas Sarjana ... L-5 VII. Form Berita Acara Asistensi Dosen ... L-6

(21)

ABSTRAK

PT Mutiara Mukti Farma (Mutifa) merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi obat-obatan. Permasalahan yang dihadapi perusahaan adalah terdapat 4000-6000 tablet (0,02% - 0,03% dari total produksi setiap jenis tablet) obat yang tidak sesuai dengan standar mutu yang dihancurkan masih dapat dicetak kembali, 1000-3000 tablet (0,005% - 0,015% dari total produksi setiap jenis tablet) yang tidak dapat dicetak kembali menjadi waste. Proses ulang pencetakan obat tablet ini mengakibatkan perusahaan mengambil kebijakan penambahan jam kerja hingga 12 jam/ minggu untuk mencapai target produksi tepat waktu. Tujuan dari penelitian ini untuk melakukan evaluasi dan mendapatkan usulan rancangan perbaikan produktivitas terhadap hasil pengukuran yang memiliki indeks produktivitas rendah. Oleh karena itu perlu dilakukan pengukuran produktivitas menggunakan metode Total Produvtivity Model (TPM) pada PT Mutiara Mukti Farma terlebih dahulu.

Hasil pengukuran produktivitas total pada tahun 2012 adalah 1,45 dan pada tahun 2013 adalah 1,613. Penyebab rendahnya produktivitas perusahaan adalah proses ulang (overlap) pencetakan obat tablet, perbaikan kerusakan part mesin cetak obat tablet membutuhkan waktu yang lama, dan peningkatan biaya konsumsi energi.

Rancangan perbaikan produktivitas yang diusulkan adalah evaluasi produktivitas menggunakan metode Productivity Evaluation Tree (PET) menghasilkan pengurangan nilai input biaya tenaga kerja melalui perhitungan tenaga kerja aktual sehingga produktivitas total meningkat sebesar 0,065. Usulan kebijakan untuk perusahaan yaitu dengan menggunakan tenaga kerja aktual 25 orang yang sebelumnya sejumlah 27 orang.

Kata Kunci : Metode Total Productivity Model (TPM), Produktivitas, Indeks Produktivitas, Productivity Evaluation Tree (PET).

(22)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Produktivitas merupakan salah satu kunci sukses bagi perusahaan dalam menghadapi persaingan bisnis yang semakin kompetitif, yaitu dengan cara mempertahankan dan meningkatkan kinerja perusahaan untuk bersaing dengan perusahaan-perusahaan lainnya terutama perusahaan dengan bidang usaha sejenis.

Untuk itu, perusahaan perlu mengetahui tingkat produktivitas perusahaan dan membandingkan dengan ukuran produktivitas standar yang ditetapkan oleh manajemen, mengukur dan membandingkan tingkat perbaikan produktivitas dengan industri sejenis. Produktivitas dapat dijadikan ukuran keberhasilan suatu perusahaan dalam pemanfaatan sumber daya faktor produksi dalam menghasilkan suatu produk.

Produktivitas erat kaitannya dengan perbandingan output terhadap input.

Tinggi rendahnya produktivitas berkaitan dengan efisiensi sumberdaya (input) dalam menghasilkan suatu produk atau jasa (output) (Bain,1982). Rendahnya tingkat produktivitas dapat mempengaruhi tingkat profitabilitas perusahaan.

Apabila perusahaan memiliki tingkat profitabilitas tinggi tetapi tingkat produktivitas rendah maka akan terjadi tingkat profitabilitas tidak berlanjut dalam jangka panjang dan akan menggerogoti keuntungan perusahaan (Gasvers,1998).

Pada tingkat perusahaan, produktivitas digunakan sebagai sarana manajemen menganalisa dan mendorong efisiensi produksi juga untuk mengetahui seberapa

(23)

optimal pemanfaatan sumberdaya yang dimilikinya dalam menghasilkan output yang ditargetkan, oleh karena itu dilakukan pengukuran produktivitas sebagai cara peningkatan produktivitas.

PT Mutiara Mukti Farma (Mutifa) bergerak di bidang industri farmasi.

Produk yang dihasilkan PT Mutiara Mukti Farma berupa obat-obatan terdiri dari 7 jenis yaitu tablet, sirup, salep, serbuk oral, serbuk obat luar, bedak, dan kapsul.

Di PT Mutiara Mukti Farma belum pernah dilakukan pengukuran produktivitas.

Produktivitas perusahaan hanya dinilai berdasarkan perhitungan profit yang diperoleh dari hasil penjualan produk. Pengamatan pada unit produksi obat tablet terdapat 4000-6000 tablet (0,02% - 0,03% dari total produksi setiap jenis tablet) obat yang tidak sesuai dengan standar mutu yang dihancurkan yang masih dapat dicetak kembali, 1000-3000 tablet (0,005% - 0,015% dari total produksi setiap jenis tablet) yang tidak dapat dicetak kembali menjadi waste. Proses ulang (overlap) pencetakan obat tablet ini mengakibatkan perusahaan mengambil kebijakan penambahan jam kerja hingga 12 jam/ minggu untuk mencapai target produksi tepat waktu. Kondisi ini berpengaruh pada produktivitas perusahaan.

Ada beberapa metode pengukuran produktivitas berdasarkan pendekatan indeks produktivitas antara lain Total Productivity Model (TPM), metode Marvin E. Mundel, metode American Productivity Center (APC), model Hines, Metode Craig-Harris, model Kendrick-Creamer. Penelitian ini menggunakan metode Total Productivity Model (TPM), model ini cocok digunakan untuk industri manufaktur untuk mengukur produktivitas perusahaan dan produktivitas parsial faktor-faktor produksi. Kelebihan metode ini yaitu menggunakan persamaan matematis

(24)

sederhana dimana output dan input perusahaan dinyatakan dalam satuan nilai moneter dan analisis metode ini dapat mengukur indeks produktivitas tingkat perusahaan dan tingkat unit operasional secara rinci sehingga diketahui unit-unit operasional yang memberikan keuntungan dan tidak memberikan keuntungan bagi perusahaan, juga menunjukkan sumberdaya input yang digunakan secara tidak efisien sehingga tindakan korektif dapat diambil oleh pihak manajemen.

Apabila produktivitas dari sistem industri telah dapat diukur, langkah berikutnya adalah mengevaluasi tingkat produktivitas aktual dan mebandingkan dengan rencana yang telah ditetapkan. Kesenjangan yang terjadi antara tingkat produktivitas aktual dan rencana (productivity gap) merupakan masalah produktivitas yang harus dievaluasi dan dicari penyebabnya. Berdasarkan evaluasi ini, selanjutnya dapat direncanakan kembali target produktivitas yang akan dicapai baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Untuk mencapai target produktivitas yang telah direncanakan itu, berbagai program dapat dilakukan untuk meningkatkan produktivitas secara terus menerus. Siklus produktivitas itu dapat diulang kembali secara kontinu untuk mencapai peningkatan produktivitas secara terus menerus dalam sistem industri.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang akan dibahas adalah pentingnya mengetahui tingkat produktivitas PT Mutiara Mukti Farma melalui pengukuran dan analisis produktivitas menggunakan pendekatan metode

(25)

Total Productivity Model (TPM) untuk mendapatkan suatu rancangan perbaikan produktivitas.

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Pada bagian ini akan dijelaskan tujuan dan manfaat yang diperoleh dari pelaksanaan penelitian.

1.3.1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu melakukan evaluasi dan mendapatkan usulan rancangan perbaikan produktivitas terhadap hasil pengukuran yang memiliki indeks produktivitas rendah.

1.3.2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu:

1. Sebagai pertimbangan bagi perusahaan dalam mengambil suatu kebijakan dalam penggunaan sumber daya yang ada dalam perusahaan agar diperoleh hasil yang optimum.

2. Perusahaan dapat menilai efisiensi penggunaan sumber daya sehingga dapat meningkatkan produktivitas melalui peningkatan efisiensi penggunaan sumber daya tersebut.

3. Mahasiswa mendapatkan pengalaman dalam menerapkan teori produktivitas dalam suatu perusahaan.

(26)

1.4. Batasan Masalah dan Asumsi

Batasan masalah yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

1. Pengukuran produktivitas hanya menyangkut faktor-faktor yang dapat diukur (tangible) secara kuantitatif karena hasil yang diperlukan adalah bersifat kuantitatif.

2. Analisis produktivitas hanya dilakukan pada unit operasional produk tablet yaitu obat tablet Antalgin, obat tablet CTM, dan obat tablet Paracetamol yang merupakan obat tablet yang diproduksi setiap bulan.

3. Data yang diamati adalah produksi obat tablet Antalgin, obat tablet CTM, dan obat tablet Paracetamol pada bulan Juli tahun 2012 sampai dengan Juni tahun 2013.

4. Elemen-elemen input yang diteliti hanya meliputi tenaga kerja, kapital/modal, material, dan energi.

5. Elemen-elemen output yang diteliti hanya meliputi produk jadi dan produk setengah jadi.

6. Analisis produktivitas menggunakan metode Total Productivity Model (TPM) untuk menghitung produktivitas total dan parsial.

Adapun asumsi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : 1. Kegiatan produksi berjalan normal dan tidak mengalami perubahan.

2. Tenaga kerja tidak berubah dan dianggap sudah menguasai tugas.

3. Mesin-mesin produksi tidak mengalami perubahan dan sesuai dengan teknologi yang digunakan saat ini.

(27)

1.5. Sistematika Penulisan Laporan

Penulisan Tugas Akhir ini terdiri dari beberapa bab, dimana setiap bab akan menerangkan penelitian ini secara bertahap dengan urutan yang saling berhubungan. Sistematika penulisan yang dipergunakan adalah sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan

Pada bab ini berisi latar belakang permasalahan produktivitas yang terjadi di PT Mutiara Mukti Farma kemudian merumuskan masalah tersebut ke dalam perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan dan asumsi penelitian, dan manfaat penelitian.

BAB II Gambaran Umum Perusahaan

Pada bab ini berisi sejarah berdirinya PT Mutiara Mukti Farma , struktur organisasi yang diterapkan di perusahaan, rincian tugas dan tanggung jawab dalam perusahaan, uraian proses produksi obat tablet, jenis mesin yang digunakan dalam proses produksi obat tablet, sistem pengupahan tenaga kerja.

BAB III Landasan Teori

Pada bab ini berisi teori-teori yang digunakan dalam analisis pemecahan masalah meliputi pengertian produktivitas, klasifikasi jenis produktivitas, metode pengukuran produktivitas. Pada penelitian ini dikhusunkan membahas teori tentang metode analisis produktivitas menggunakan Total Productivity Model (TPM).

(28)

BAB IV Metodologi Penelitian

Pada bab ini berisi identifikasi jenis penelitian, lokasi penelitian, kerangka konseptual penelitian yang menjadi dasar berpikir dalam melakukan penelitian, sumber data yang digunakan dalam penelitian, metode pengumpulan data, metode pengolahan dan analisis data. Selanjutnya pada metodologi penelitian dijelaskan langkah-langkah penelitian dan langkah- langkah pengolahan data dalam bentuk flow chart.

BAB V Pengumpulan dan Pengolahan Data

Bab ini berisi pengumpulan sekunder yang diperoleh dari penelitian di PT Mutiara Mukti Farma yaitu jumlah dan harga jual produk jadi dan setengah jadi, biaya tenaga kerja, biaya material, depresiasi bangunan, depresiasi mesin dan peralatan, biaya perawatan mesin dan peralatan, dan nilai kas dan persediaan. Data tersebut kemudian diolah menggunakan metode Total Productivity Model (TPM) dengan cara menhitung deflator dari Indeks harga yang diperoleh dari Biro Pusat Statistik, kemudian menghitung harga konstan dari tiap elemen input dan output, selanjutnya menghitung input total dan ouput total, dan membandingkan output terhadap input untuk mendapatkan indeks produktivitas total dan indeks produktivitas parsial.

BAB VI Analisis Pemecahan Masalah

Bab ini membahas analisis hasil pengolahan data yaitu produktivitas total dan produktivitas parsial kemudian dilakukan evaluasi evaluasi produktivitas menggunakan Productivity Evaluation Tree (PET) untuk

(29)

mendapatkan usulan rancangan perbaikan produktivitas di PT Mutiara Mukti Farma.

BAB VII Kesimpulan dan Saran

Bab ini berisi kesimpulan yang diperoleh dari hasil pemecahan masalah dan saran-saran yang diberikan kepada pihak perusahaan.

(30)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

Pada tahun 1975 didirikan bangunan oleh H. T. M. Panggabean dengan surat izin bangunan No. 41/RKT/S/MBU/72/1975 dari Dinas Bangunan Kodati II Medan. Bangunan ini kemudian digunakan sebagai industri Farmasi dengan nama Sejati Pharmaceutical Industries yang memproduksi anggur obat dengan merek SIAGOGO. Industri ini telah berproduksi selama beberapa tahun sebelum kemudian H. T. M. Panggabean menjual bangunan tersebut kepada Drs. Weslyn H. Siahaan pada tanggal 31 Januari 1980. Selain itu, perusahaan Sejati Pharmaceutical Industries juga dipindahnamakan menjadi PT Mutiara Mukti Farma. PT Mutiara Mukti Farma ini berdiri dengan Drs. Weslyn H. Siahaan sebagai direktur utama berdasarkan akte No. 112 tanggal 31 Januari 1980.

PT Mutiara Mukti Farma memperoleh izin untuk mendirikan industri farmasi yang berfungsi memproduksi obat-obatan berdasarkan surat keputusan Menteri Kesehatan RI No. 0098/A/SK/PAB/I/81. Sejak dikeluarkannya surat izin produksi Departemen Kesehatan RI c/q Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan No. 213/AA/III/81, maka PT Mutiara Mukti Farma mulai memproduksi obat-obatan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia wilayah barat umunya dan daerah Sumatera Utara pada khususnya.

PT Mutiara Mukti Farma didaftarkan pada tanggal 10 Juni 1980 di Pengadilan Negeri Medan dengan No. 85/PT/1980 atas Keputusan Menteri

(31)

Kehakiman RI No. Y.A.5/289/10 tanggal 3 Juni 1980 dan dicantumkan pada tambahan berita negara RI No. 24 tanggal 24 Maret 1981 dengan merek dan alamat: PT Mutiara Mukti Farma Industri Farmasi Jl. Brigjen Katamso No. 200 Medan.

Pada tanggal 29 November 1988, dengan akte No. 35 diadakanlah perubahan akte atas pemegang saham serta manajemen perusahaan yang selanjutnya diputuskan melalui Menteri Kehakiman RI No.

C2.1134.HT.01.04.Th.89 tanggal 31 Januari 1989. Akte tersebut menyatakan bahwa berdasarkan pada keputusan rapat Dewan Komisaris serta pemegang saham menetapkan Bapak Jacob sebagai penanggung jawab dengan jabatan Direktur Utama sampai batas waktu yang belum ditentukan.

Dalam perkembangannya dalam memproduksi obat-obatan, PT Mutiara Mukti Farma membangun pabrik yang baru di Jalan Karya Raya No. 68 Namorambe Desa Delitua Kabupaten Deli Serdang dengan luas tanah 8.622 m2.

Operasional pabrik PT Mutiara Mukti Farma yang baru ini berpedoman pada Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Pembangunan pabrik baru dimulai pada tahun 1992 dan pemakaiannya diresmikan oleh Dirjen Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan RI pada tanggal 27 Juli 1994. Kemudian diadakan perubahan izin industri farmasi yang menggunakan CPOB dengan No.

PO.01.01.2.01796 yang dikeluarkan Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Depkes RI tanggal 22 Juli 1994.

(32)

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

PT Mutiara Mukti Farma memproduksi berbagai jenis obat-obatan antara lain:

1. Tablet, yaitu obat serbuk yang dipadatkan hingga berbentuk bulat gepeng.

2. Kaplet, yaitu tablet yang dibentuk memanjang seperti kapsul.

3. Kapsul, yaitu obat serbuk yang diisi ke dalam cangkang kapsul berbentuk tabung kecil yang mudah larut. Cangkang kapsul ini terbuat dari gelatin karena sifatnya yang stabil ketika berada di luar tubuh namun dapat mudah larut di dalam tubuh. Gelatin merupakan hasil olahan dari kolagen, sejenis protein, yang umum terdapat dalam tulang, kulit, atau jaringan pengikat binatang.

4. Serbuk, yaitu obat berbentuk bubuk yang dikemas dalam plastik.

5. Salep, yaitu obat yang berbentuk gel.

6. Sirup, yaitu obat yang berbentuk cair.

7. Injeksi, yaitu obat yang diisikan ke dalam alat suntik.

8. Antibiotik.

2.3. Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi adalah susunan dan hubungan-hubungan antar komponen bagian-bagian dan posisi-posisi dalam suatu perusahaan. PT Mutiara Mukti Farma menggunakan struktur organisasi lini dan fungsional. Hal ini ditunjukkan dengan adanya hubungan lini antara direktur dengan para manajer bidang ( manajer umum dan akuntansi, manajer produksi, manajer quality control,

(33)

manajer penjualan, manajer keuangan, manajer research and development, dan manajer quality assurance), para manajer bidang dengan staf, dan kepala bagian terhadap karyawan.

Struktur fungsional dijumpai pada kelompok manajer bidang (termasuk staf dan supervisor) dan karyawan. Sebagai contoh karyawan bagian produksi berhubungan dengan kepala bagian produksi untuk urusan pekerjaannya dan dengan kasir untuk pembayaran gaji. Bagan struktur organisasi PT Mutiara Mukti Farma dapat dilihat pada Gambar 2.1 di halaman berikut.

2.4. Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab

Uraian tugas dan tanggung jawab di PT Mutiara Mukti Farma secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 1.

2.5. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja

Dalam menjalankan operasional sehari-hari, PT Mutiara Mukti Farma memiliki tenaga kerja sebanyak 151 orang. Rincian tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Jam kerja bagian produksi terdiri dari jam kerja normal dan jam kerja lembur. Jam kerja normal untuk hari Senin-Kamis dan Sabtu yaitu 7 jam dengan jam kerja lembur 3 jam, untuk hari jumat jam kerja normal 6 jam dengan jam kerja lembur 3 jam.

(34)

Dewan Komisaris

Direktur

Manajer Umum dan Akuntansi

Manajer Keuangan Manajer

Quality Control

Manajer Produksi Manajer Penjualan Manajer

Research and Development

Staf Research and Development Staf Penjualan

SuperVisor Kasir

Analis Laboratorium

Kepala Bagian Produksi

Kepala Bagian Teknisi

Kepala Bagian Gudang Barang Jadi

Kepala Bagian Gudang kemasan

Kepala Bagian Gudang Bahan Baku

Karyawan Staf Personalia

Staf Akuntansi

Manajer Quality Assurance

Staf Quality Assurance Lini

Fungsional

Karyawan Karyawan Karyawan Karyawan

Gambar 2.1. Struktur Organisasi PT Mutiara Mukti Farma

(35)

Tabel 2.1. Rincian Tenaga Kerja PT Mutiara Mukti Farma

No Uraian Jabatan Jumlah (Orang)

1 Direktur 1

2 Manajer 7

3 Administrasi Kantor 4

4 Riset dan Pengembangan 5

5 Administrasi Produksi 7

6 Laboratorium 7

7 Penjualan 4

8 Karyawan Bagian Produksi 80

9 Keuangan 3

10 Satpam 4

11 Gudang 15

12 Teknisi 8

13 Cleaning Service 6

Jumlah 151

Sumber : PT Mutiara Mukti Farma

Waktu kerja di PT Mutiara Mukti Farma terdiri dari 2 bagian, yaitu bagian kantor dan bagian keamanan. Perincian waktu kerja tersebut yaitu:

1. Bagian kantor

a. Untuk hari Senin hingga Jumat, bekerja dari pukul 08.30 hingga 12.00 WIB, istirahat dari pukul 12.00 hingga 13.00 WIB, kemudian bekerja kembali dari pukul 13.00 hingga 16.30 WIB.

b. Untuk hari Sabtu, bekerja dari pukul 08.00 hingga 13.00 WIB.

2. Bagian keamanan

a. Shift I bekerja dari pukul 07.00 hingga 19.00 WIB.

b. Shift II bekerja dari pukul 19.00 hingga 07.00 WIB.

(36)

2.6. Sistem Pengupahan dan Fasilitas Lainnya

Para karyawan diberikan penghargaan atas prestasi dan hasil kerjanya dengan pemberian upah dan fasilitas-fasilitas yang dapat memastikan kesejahteraan karyawan serta meningkatkan produktivitas kerja. Aturan atau pedoman pengupahan yang diikuti perusahaan merupakan kebijakan Upah Minimum Regional (UMR) yang telah ditetapkan Pemerintah. UMR untuk daerah Sumatera Utara yang berlaku pada tahun 2010 adalah sebesar Rp. 965.000 per bulan.

Sistem pengupahan yang diterapkan pada perusahaan adalah:

1. Pemberian upah dilakukan setiap bulan, yaitu pada awal bulan.

2. Perhitungan upah lembur yang diberikan perusahaan kepada karyawan yaitu:

a. 1 jam dibayar sebesar 1,5 kali upah 1 jam kerja normal.

b. 2 jam dibayar sebesar 2 kali upah setiap 1 jam kerja normal.

c. 3 jam ke atas dibayar sebesar 3 kali upah setiap 1 jam kerja normal.

3. Upah yang diberikan meliputi gaji pokok, tunjangan tetap, dan tunjangan tidak tetap yang di dalamnya termasuk uang makan dan transpor.

Perusahaan juga memperhatikan keselamatan kerja para karyawan dengan memberikan Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) berupa jaminan hari tua, kecelakaan kerja, kematian, dan kesehatan. Untuk pelaksanaan Jamsostek, pihak perusahaan mengadakan pengutipan iuran sebesar 2% dari gaji karyawan.

Selain upah dan fasilitas Jamsostek, perusahaan juga memperhatikan kebutuhan karyawan untuk memperoleh istirahat dan memenuhi kepentingan pribadi karyawan dengan memberikan jatah cuti kepada karyawan yang telah

(37)

bekerja paling sedikit selama satu tahun. Lama cuti yang diberikan perusahaan dalam setahun adalah 12 hari. Untuk karyawan yang sedang hamil atau melahirkan berhak mendapatkan cuti selama 3 bulan dan cuti menstruasi 2 hari kerja setiap bulannya.

2.7. Proses Produksi

Proses produksi merupakan cara untuk menambah nilai (value) suatu barang dengan memanfaatkan faktor-faktor produksi seperti tenaga kerja, mesin, peralatan, material, metode, dan modal. PT Mutiara Mukti Farma membutuhkan bahan baku, bahan tambahan, bahan penolong, mesin, peralatan, tenaga kerja serta manajemen yang baik untuk melakukan proses agar mampu menghasilkan berbagai jenis obat-obatan. Dalam pelaksanaan penelitian ini, kegiatan proses produksi yang diamati adalah proses pembuatan obat tablet dengan jenis obat berupa obat tablet Antalgin.

2.7.1. Standar Mutu Produk

PT Mutiara Mukti Farma telah menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) terkait dengan standar mutu bahan/produknya, seperti yang diwajibkan kepada seluruh industri farmasi. Ketentuan ini didasarkan pada Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 43/MENKES/SK/II/1988 tentang CPOB dan Keputusan Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Depkes RI No. 04510/A/SK/XII/1989 tentang petunjuk operasional penerapan CPOB.

Peraturan tersebut mengatur seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu yang

(38)

bertujuan menjamin obat yang dihasilkan selalu memenuhi persyaratan mutu yang telah ditentukan sesuai dengan manfaat obat tersebut.

Oleh karena itu, maka pihak perusahaan menetapkan bahwa setiap bahan yang diterima dan produk yang dihasilkan harus melalui proses pengawasan yang ketat, mulai dari masuknya bahan, bahan dalam proses, sampai menjadi produk jadi. Setiap bahan dan produk tersebut wajib sesuai dengan standar mutu CPOB.

Salah satu standar mutu produk PT Mutiara Mukti Farma yaitu Antalgin dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2. Standar Mutu Antalgin

No Keterangan Standar

1. Berat 490 – 510 mg

2. Kekerasan 4 – 8 kg/cm2

3. Kerapuhan < 8 %

4. Kelarutan 15 – 16 menit

5. Waktu hancur 4 – 5 menit

6. Diameter 1,211 cm

7. Tebal 0,32 cm

Sumber: PT Mutiara Mukti Farma

2.7.2. Bahan yang Digunakan

Dalam proses pembuatan obat, bahan-bahan yang digunakan yaitu:

1. Bahan baku

Bahan baku merupakan bahan utama di dalam proses produksi yang sifat dan bentuknya akan diubah. Bahan ini diolah langsung di dalam proses produksi hingga menghasilkan produk jadi. Sumber bahan baku obat utamanya berasal dari pabrik-pabrik di China dan India seperti Wu Xi dan Jiang Su. Untuk

(39)

produksi obat tablet Antalgin, bahan baku yang digunakan dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

a. Bahan berkhasiat

Bahan ini memiliki jumlah yang relatif besar dibandingkan dengan bahan lain dan penggunaannya disesuaikan dengan jenis obat yang akan diproduksi berdasarkan formulasi yang telah ditetapkan. Untuk pembuatan obat tablet Antalgin, bahan berkhasiat yang digunakan yaitu Antalgin Cina.

b. Bahan tidak berkhasiat

Bahan ini tidak memiliki pengaruh terhadap khasiat obat yang akan dihasilkan. Kandungan bahan tidak berkhasiat pada obat tablet Antalgin yaitu:

1. Laktosa dan Amilum, sebagai bahan pengisi pada obat.

2. Magnesium Stearat dan Talkum, sebagai pelicin obat.

3. Nipasol, sebagai bahan pengawet.

4. Primojel 5. Talcum Bp.

6. Tixosil 2. Bahan penolong

Bahan penolong adalah bahan-bahan yang digunakan dalam proses produksi dan ditambahkan ke dalam proses pembuatan produk untuk memperlancar proses produksi dimana komponennya tidak terdapat pada produk akhir.

Bahan penolong yang digunakan dalam pembuatan obat tablet Antalgin yaitu

(40)

air murni (H2O) yang telah disterilisasi. Air ini berfungsi sebagai pengikat sementara pada saat proses pencampuran zat.

3. Bahan tambahan

Bahan tambahan adalah bahan yang digunakan atau dipakai sebagai pelengkap dalam produk akhir untuk meningkatkan mutu produk. Contoh bahan tambahan untuk pembuatan obat tablet Antalgin yaitu kertas strip, kotak kemasan strip, dan kotak kardus.

2.7.3. Uraian Proses

Proses produksi untuk obat tablet secara umum di PT Mutiara Mukti Farma terdiri dari proses penimbangan, pencampuran, granulasi, pengeringan, lubrikasi, hingga pencetakan dan pengemasan. Tahapan proses tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Urutan proses produksi pembuatan obat tablet yaitu:

1. Penimbangan bahan

Penimbangan merupakan proses pengukuran berat bahan yang akan digunakan dalam proses produksi. Proses penimbangan dilakukan dengan menggunakan timbangan sebagai berikut:

a. Timbangan duduk, digunakan untuk menimbang bahan baku yang relatif berat (10 g – 1 kg), misalnya untuk penimbangan amylum.

b. Timbangan Berkoz, digunakan untuk menimbang bahan baku yang ringan ringan ( 0 – 300 g), misalnya untuk penimbangan Brillian Blue.

(41)

c. Timbangan Digital, digunakan untuk menimbang bahan baku tertentu yang sangat ringan, yaitu dengan berat 20 – 60 mg.

Penimbangan Bahan

Pencampuran Bahan

Granulasi Basah

Pengeringan

Granulasi Kering

Lubrikasi

Pencetakan Obat

Pengayakan dan Pemeriksaan

Pengemasan

Gambar 2.2. Blok Diagram Proses Produksi Obat Tablet

Bahan baku dan bahan lain yang akan diproduksi ditimbang atas dasar surat perintah pembuatan obat yang telah ditetapkan komposisinya sesuai dengan banyaknya obat yang akan diproduksi dan formulasinya. Bahan-bahan ini sebelum tiba di gudang diperiksa terlebih dulu oleh staf pengawasan mutu untuk mengidentifikasi apakah mutu dan spesifikasinya telah sesuai dengan yang dijanjikan oleh perusahaan pemasok bahan baku. Pemeriksaan bahan baku meliputi:

(42)

a. Pemeriksaan organoleptis, yaitu bentuk, warna, bau, dan rasa.

b. Pemeriksaan kimiawi, yaitu kualitatif, kuantitatif, dan pH.

c. Pemeriksaan fisik, yaitu kelarutan, titik lebur, berat jenis, dan kekentalan.

d. Pemeriksaan kemasan, yaitu ukuran dan kondisi kemasan.

e. Pemeriksaan etiket, meliputi: ukuran, kebenaran tulisan, desain, warna, kerapian catatan dan lambang (obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras.)

2. Pencampuran bahan

Pencampuran dilakukan dengan menggunakan sistem pencampuran batch.

Bahan-bahan yang akan dicampurkan ditimbang sesuai takaran lalu dimasukkan ke dalam mixer. Bahan yang dicampur antara lain Antalgin serbuk, amilum, lactose, kolidon, nipasol, Brilliant Blue, vanili, dan air.

Kemudian campuran tersebut diberi pasta Amilum yang berfungsi sebagai pengikat sambil terus diaduk. Setelah tercampur rata, bahan ini dibawa ke bagian Granulasi Basah.

3. Granulasi basah

Proses ini bertujuan untuk membagi campuran menjadi bentuk bulatan (granul) kecil seragam yang memiliki komposisi yang homogen. Granul yang terbentuk masih bersifat basah karena adanya kandungan air dari pasta di dalam campuran. Pembentukan granul ini akan memudahkan proses pengeringan karena ukuran granul yang lebih kecil akan mempercepat proses pengeringan. Granulasi basah dilakukan dengan ayakan berukuran 7 mesh.

(43)

4. Pengeringan

Setelah melalui Granulasi Basah, bahan obat tersebut dikeringkan. Proses ini bertujuan untuk mengurangi kadar air yang terkandung di dalam granul. Alat yang dapat digunakan untuk proses ini yaitu oven pengering atau Fluid Bed Dryer. Proses pengeringan dengan Fluid Bed Dryer memakan waktu yang relatif lebih singkat dan memberikan massa yang lebih homogen, namun kapasitasnya lebih kecil dibandingkan dengan oven pengering. Proses pengeringan dengan Fluid Bed Dryer memerlukan waktu sekitar 30 menit dengan suhu pengeringan sekitar 60 0C, sedangkan dengan oven pengering memerlukan waktu sekitar 8 – 10 jam dengan suhu pengeringan sekitar 60 0C.

Pengeringan ini akan mengurangi kadar air sebesar 1 – 3 %.

5. Granulasi kering

Bahan obat yang telah melalui proses pengeringan akan digranulasi kembali.

Granulasi kering merupakan proses pembentukan granul yang lebih kecil dan halus serta memiliki ukuran yang relatif homogen dengan bobot yang seragam. Hal ini berguna untuk memudahkan proses pencetakan. Proses granulasi kering ini menggunakan ayakan dengan ukuran 12, 10, dan 8 mesh.

Ukuran 12 mesh digunakan untuk tablet dengan ukuran yang lebih kecil, sedangkan untuk ukuran 10 dan 8 mesh digunakan untuk tablet dengan ukuran lebih besar.

6. Lubrikasi

Setelah bahan obat melewati proses Granulasi Kering, proses selanjutnya adalah lubrikasi. Lubrikasi adalah proses pencampuran bahan pelicin ke

(44)

granul kering agar pada saat proses pencetakan obat tidak lengket dan kualitasnya lebih baik. Zat pelicin yang ditambahkan yaitu Magnesium Stearat dan Talkum. Proses ini juga membantu menyeragamkan bobot granul kering sehingga diperoleh kadar yang seragam.

7. Pencetakan obat

Setelah lubrikasi, bahan obat ditimbang terlebih dahulu untuk mengetahui berat bahan yang akan dicetak karena adanya ketetapan berat bahan untuk sejumlah obat tablet yang akan diproduksi yang formulasinya diatur dalam surat perintah pembuatan obat. Dalam proses pencetakan, biasanya dilakukan pencetakan percobaan agar obat yang dicetak sesuai dengan bentuk yang ditetapkan. Obat yang tidak sesuai akan dihancurkan dan dicetak kembali.

8. Pengayakan dan Pemeriksaan

Setelah selesai dicetak, obat diayak dengan ayakan 10 mesh untuk menghilangkan debu dan serpihan obat sekaligus memeriksa apakah ada obat yang rusak pada waktu pencetakan. Proses terakhir yaitu pemeriksaan dengan cara mengambil sampel dari obat yang dicetak tersebut untuk dilakukan pengujian di laboratorium. Pengujian yang dilakukan seperti:

a. Keseragaman berat, yang dilakukan dengan pengambilan 10 tablet dan diukur berat totalnya, kemudian tablet ditimbang satu-persatu. Berat tablet yang menyimpang dari berat rata-rata akan dibuang.

b. Waktu hancur, yang dilakukan dengan mencelupkan enam butir tablet ke dalam aquadest, kemudian waktu hancur tablet tersebut dihitung dengan

(45)

alat Disintegration Tester. Waktu hancur tablet harus kurang dari 15 menit.

c. Diameter dan tebal tablet. Perbandingan diameter tablet harus berada diantara 1,3 kali dan 3 kali tebal tablet.

d. Kekerasan tablet, yang diukur dengan menggunakan alat Strong Cobb Hardness Tester. Tablet dijepit dengan anvil dan punch, kemudian diputar hingga tanda lampu menyala.

e. Waktu larut, yang dilakukan dengan cara memasukkan enam butir tablet ke dalam larutan media disolusi. Setelah waktu yang ditentukan habis, larutan disedot dan diperiksa dengan Dissolution Tester. Waktu telah ditetapkan pada masing-masing monografi.

f. Kadar zat berkhasiat, dilakukan dengan cara membaca kadar dan menyesuaikan dengan yang tercantum pada monografi.

9. Pengemasan

Tujuan dari pengemasan yaitu menjaga obat agar tidak terkontaminasi bahan lain atau kotoran dari luar. Selain itu, pengemasan juga memberikan label keterangan mengenai obat yang dikemas. Pengemasan untuk obat tablet terdiri dari 3 cara, yaitu:

a. Kemasan strip

Mesin yang digunakan untuk proses pengemasan ini yaitu mesin kemas strip. Setelah dikemas, obat diberi stempel nomor batch dengan waktu pembuatan dan waktu kadaluarsa obat tersebut. Satu strip obat berisi 10 butir obat tablet. Strip-strip tersebut kemudian dimasukkan ke dalam

(46)

kotak strip yang dapat diisi 10 kemasan strip. Kotak-kotak strip tersebut kemudian dimasukkan ke dalam kotak kardus yang dapat menampung 100 kotak strip.

b. Kemasan blister

Mesin yang digunakan untuk proses pengemasan ini yaitu mesin kemas blister. Setelah dikemas, obat diberi stempel nomor batch dengan waktu pembuatan dan waktu kadaluarsa obat tersebut. Satu blister obat berisi 10 butir obat tablet. Blister-blister tersebut kemudian dimasukkan ke dalam kotak blister yang dapat diisi 10 kemasan blister. Kotak-kotak blister tersebut kemudian dimasukkan ke dalam kotak kardus yang dapat menampung 100 kotak blister. Perbedaan strip dengan blister yaitu bagian atas kemasan blister tampak transparan dan isinya dapat terlihat.

c. Kemasan botol (pot)

Untuk kemasan botol atau pot, sebanyak seribu butir tablet dihitung dan diisi ke dalam plastik. Setelah itu, sebungkus bahan pengawet juga dimasukkan ke dalam plastik, kemudian plastik ditutup dengan cara dilekatkan dengan menggunakan panas. Kemudian bungkusan plastik berisi obat tersebut beserta lembar petunjuk pemakaiannya dimasukkan ke dalam pot. Untuk menjamin kemasan, tutup pot diberi segel.

2.8. Mesin dan Peralatan

Mesin-mesin yang digunakan untuk proses produksi pada PT Mutiara Mukti Farma antara lain mesin pengering (oven), mesin fluid bed dryer, mesin

(47)

lubrikasi, mesin Granulasi, mesin Pencampuran (mixer), mesin cetak obat. Untuk spesifikasinya secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 2.

Jenis peralatan yang digunakan pada PT Mutiara Mukti Farma adalah timbangan duduk, timbangan Berkoz, timbangan Digital, yang berfungsi untuk menimbang berat bahan tertentu.

(48)

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Sejarah dan Defenisi Produktivitas1

Pertama kali kata produktivitas mulai disebutkan pada tahun 1766 oleh Quesnay. Lebih dari seabad kemudian Littre mendefenisikan produktivitas sebagai “kemampuan untuk memproduksi”. Sampai pada penghujung abad ke-19 dicapai suatu defenisi yang lebih tepat bahwa produktivitas merupakan hubungan antara output dan metode yang digunakan untuk menghasilkan output.

Pada tahun 1950, Organisasi Kerjasama Ekonomi Eropa (OEEC) menghasilkan defenisi baru produktivitas yang lebih resmi yaitu :

“Produktivitas adalah suatu nilai yang didapat dengan membagi output dengan salah satu faktor dari produksi. Dengan cara ini dimungkinkan untuk menyatakan produktivitas dari modal, investasi, material, atau material dengan tujuan bahwa output dinilai dari hubungannya dengan modal, investasi, material, dan lain-lain.”

Secara lengkap defenisi produktivitas dari zaman ke zaman dapat dilihat pada Tabel 3.1 pada halaman berikut.

3.2. Klasifikasi Jenis Produktivitas2

Pada kata produktivitas, terdapat tiga jenis defenisi yang masing-masing

1 David J Sumanth.1984. Productivity Engineering and Management. Halaman 3-4.

2 Ibid. Hal.7-8.

(49)

Tabel 3.1. Kronologi Beberapa Defenisi Penting Produktivitas Abad Nama Filosof Tahun Defenisi Produktivitas Abad

ke-18 Quesnay 1766 Pertama kali muncul kata “produktivitas”

Abad

ke-19 Littre 1883 “Kemampuan untuk memproduksi”

Abad ke-20

1900

“Hubungan antara output dan metode yang digunakan untuk memproduksi output tersebut.”

OEEC 1950 “Nilai yang didapat dari membagi Output dengan salah satu faktor produksi”

Davis 1955 “Perubahan yang didapat pada produk dari perluasan sumberdaya”

Fabricant 1962 “Rasio antara output terhadap input”

Kendrick-

Kreamer 1965 “Defenisi fungsional untuk parsial, total faktor, dan produktivitas parsial”

Siegel 1976 “Kelompok rasio output terhadap input”

Sumanth 1979 “Total produktivitas adalah rasio output terhadap input yang dapat diukur”

memiliki arti sedikit berbeda, yaitu produktivitas total, produktivitas total-faktor, dan produktivitas parsial.

3.2.1. Produktivitas Total

Produktivitas adalah rasio dari jumlah total output terhadap jumlah total input. Sehingga pengukuran produktivitas total merefleksikan pengaruh dari semua input dalam menghasilkan output, dengan rumus sebagai berikut :

Produktivitas Total = Jumlah Total Output Jumlah Total Input

Pada tingkat perusahaan, produktivitas total ini merupakan produktivitas total sistem perusahaan. Output dapat berupa produk, jasa, dan produk/jasa sampingan yang dihasilkan perusahaan. Sedangkan input dapat berupa bahan, tenaga kerja, modal, energi, lahan, informasi, manajemen, yang diperlukan untuk menghasilkan

(50)

output-output tersebut diatas. Periode untuk menghitung output maupun input harus sama, misalnya satu tahun, kuartal, atau satu bulan.

3.2.2. Produktivitas Total Faktor

Produktivitas total faktor adalah rasio dari output bersih terhadap jumlah input tenaga kerja dan modal yang bersangkutan. Output bersih adalah total output dikurangi dengan pembelian barang atau jasa antara (input) antara yang digunakan dalam proses produksi. Perbedaannya dengan produktivitas total adalah pembagi dari rasio produktivitas total faktor hanya terdiri dari input tenaga kerja dan modal.

3.2.3. Produktivitas Parsial

Produktivitas parsial adalah rasio dari output terhadap salah satu faktor input, sering disebut juga sebagai produktivitas faktor tunggal (single-factor productivity). Sebagai contoh, produktivitas tenaga kerja merupakan ukuran produktivitas parsial input tenaga kerja yang diukur berdasarkan rasio output terhadap input tenaga kerja. Produktivitas parsial digunakan untuk mendeteksi penyebab terjadinya penurunan atau peningkatan produktivitas sehingga dapat dilakukan proses perbaikan produktivitas yang lebih terfokus pada langkah selanjutnya.

(51)

3.3. Siklus Produktivitas3

Siklus produktivitas yang diperkenalkan David J. Sumanth disebut dengan

“MEPI” (Measurement, Evaluation, Planning, Improvement). Siklus ini dapat dilihat pada Gambar 3.1 di bawah ini:

Pengukuran (Measurement) Produktivitas

Perencanaan (Planning) Produktivitas

Penilaian (Evaluation) Produktivitas Perbaikan (Improvement)

Produktivitas

Gambar 3.1. Model Siklus Produktivitas “MEPI”

Konsep siklus ini memperlihatkan bahwa peningkatan produktivitas harus dimulai oleh kegiatan pengukuran, penelitian, dan perencanaan dari produktivitas itu sendiri. Keempat tahap ini sangat penting dilaksanakan karena siklus tersebut menunjukan bahwa program penelitian produktivitas merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan dan melibatkan seluruh operasi kegiatan perusahaan.

Apabila produktivitas dari sistem ini telah dapat diukur, langkah berikutnya adalah mengevaluasi tingkat produktivitas aktual itu untuk di perbandingkan dengan rencana yang telah ditetapkan. Kesenjangan yang terjadi antara tingkat produktivitas aktual dengan rencana (productivity gap) merupakan masalah produktivitas yang harus dievaluasi dan dicari akar penyebab yang menimbulkan kesenjangan produktivitas itu. Berdasarkan evaluasi itu, selanjutnya dapat direncanakan kembali target produktivitas yang akan dicapai baik dalam

3 Ibid. Hal. 47-48.

(52)

jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Konsep siklus produktivitas ini memperlihatkan bahwa peningkatan produktivitas harus didahului oleh kegiatan pengukuran, penilaian, dan perencanaan produktivitas itu sendiri. Untuk mencapai produktivitas yang direncanakan ini berbagai program formal dapat dilakukan untuk peningkatan produktivitas terus-menerus. Analisis Produktivitas adalah suatu cara yang dilakukan untuk mengetahui kesenjangan yang terjadi antara tingkat produktivitas aktual dengan rencana masalah produktivitas yang menimbulkan kesenjangan produktivitas.

3.4. Pengukuran Produktivitas 4

Pengukuran adalah sebuah langkah awal yang bersifat normatif dalam melakukan suatu perencanaan baik untuk tujuan perbaikan atau peningkatan maupun tujuan pengembangan. Jika seorang manajer mengingatkan seluruh karyawannya untuk terus memperbaiki dan meningkatkan produktifitas, maka perintah ini tidak mempunyai makna apabila tidak dijelaskan berapa tingkat produktifitas yang saat ini telah dicapai oleh masing-masing unit kerja dan bagaimana penilaian manajemen terhadap capaian produktifitas tersebut. Bila capaian dinilai masih sangat rendah maka perintah perbaikan produktifitas mungkin harus ditindak lanjuti secara serius oleh masing-masing kepala unit yang bertanggung jawab. Tetapi apabila informasi tentang capaian saat ini tidak diberikan maka masing-masing unit memandang instruksi tersebut lebih bersifat

4 Sukaria Sinulingga. 2010.Analisis dan Rekayasa Produktivitas. Universitas Sumatera Utara. Hal 36-37.85-90.

(53)

saran. Informasi tentang capaian produktifitas saat ini hanya dapat diperoleh melalui kegiatan pengukuran secara langsung.

Pengukuran produktivitas jika dilakukan secara rutin akan memberikan manfaat besar kepada manajemen perusahaan karena:

1. Perusahaan dapat menilai seberapa baik pemanfaatan setiap unit sumberdaya produksi pada tahun ini dibandingkan dengan tahun lalu.

2. Setiap unit kerja pada perusahaan akan mendapat informasi tentang capaian produktifitas pada unitnya dibandingkan dengan capaian pada unit-unit kerja lainnya dalam perusahaan. Situasi ini sangat bermanfaat dalam membangun kompetisi yang sehat antar unit dalam perusahaaan karena sangat efektif digunakan sebagai dasar pemberian insentif berdasarkan unit kerja.

3. Hasil pengukuran produktivitas merupakan informasi berharga bagi manajemen dalam menilai sumberdaya apa saja yang dimiliki atau dikelola perusahaan yang termasuk sumberdaya kritis, semi kritis dan non-kritis sehingga penentuan target output dan perencanaan pengembangan sumberdaya dan prioritasnya untuk periode berikutnya dapat disusun dengan lebih akurat.

4. Hasil pengukuran produktivitas dapat digunakan sebagai salah satu faktor utama dalam menilai daya saing atau posisi perusahaan dalam persaingan dengan para kompetitor utamanya.

5. Hasil penukuran produktivitas sangat membantu dalam penentuan target- target perbaikan baik pada tingkat unit kerja maupun pada tingkat perusahaan secara keseluruhan.

(54)

6. Data capaian produktivitas perusahaan dari periode ke periode merupakan salah satu faktor pendukung kuat bagi manajemen dalam melakukan aktifitas tawar-menawar bisnis secara kolektif (collective bargaining).

Ada beberapa macam model pengukuran produktivitas di tingkat perusahaan, yaitu:

1. Model American Productivity Center (APC)

American Productivity Center (APC) menganjurkan suatu pengukuran produktivitas yang menghubungkan profitabilitas dengan produktivitas serta faktor perbaikan harga (price recovery) yang merupakan suatu model total faktor. Model ini mengasumsikan bahwa suatu perusahaan memperoleh keuntungan yang berasal dari dua sumber yaitu produktivitas dan pemulihan harga. Model ini menekankan output yang dihasilkan setiap periode dikalikan dengan harga per unit menurut periode basis untuk mendapatkan productivity performance index. Prices dan unit cost setiap periode dikalikan dengan jumlah pada tahun berjalan untuk mendapatkan price recovery index.

2. Model The Total Productivity Model (TPM)

Sumanth (1979) mengembangkan model pengukuran produktivitas dengan memperhatikan pengaruh utama semua faktor input terhadap output yang sifatnya tangible. Model tersebut dapat digunakan tidak hanya pada tingkat agregat tetapi juga pada tingkat operasional misalnya tingkat departemen.

Keunikan dari model tersebut tidak hanya mengukur indeks produktivitas total tetapi juga menunjukan input ataupun sumber daya tertentu yang memerlukan perbaikan utilisasi.

(55)

3. Model Marvin E. Mundel

Perbedaan model Marvin E. Mundel dengan model perhitungan produktivitas lain adalah model Marvin E. Mundel memperkenalkan penggunaan angka indeks produktivitas dalam dua bentuk. Bentuk pengukuran pertama merupakan rasio antara indeks performansi pada periode pengukuran dan indeks performansi pada periode dasar sedangkan bentuk kedua merupakan rasio antara indeks output dengan indeks input. Bentuk pertama dapat digunakan sebagai perbandingan produktivitas periode awal dengan periode selanjutnya.

3.5. Dasar Total Productivity Model (TPM) 5

Total Productivity Model (TPM) adalah salah satu model dasar dari beberapa versi pengukuran produktivitas. TPM didasarkan pada pengukuran produktivitas total dan pengukuran produktivitas parsial. Model ini dapat diterapkan di setiap perusahaan manufaktur atau perusahaan jasa. Defenisi total produktivitas dalam TPM sebagai berikut:

Produktivitas Total = output total (𝑡𝑎𝑛𝑔𝑖𝑏𝑙𝑒) input total (𝑡𝑎𝑛𝑔𝑖𝑏𝑙𝑒) Dimana :

Output total (tangible)= nilai dari semua produk jadi yang diproduksi + nilai produk setengah jadi yang diproduksi + dividen dari sekuritas + bunga dari surat berharga + pendapatan lainnya.

Dan,

5 David J Sumanth.1984. Productivity Engineering and Management. Halaman 152-162.

(56)

Input total (tangible) = nilai dari faktor input tenaga kerja + bahan + capital + energi + pengeluaran lainnya

Tangible dalam hal ini diartikan pada dasarnya secara langsung dapat diukur.

Jumlah output yang tidak dapat diukur dan elemen-elemen input yang tidak dapat diukur relatif kecil dibandingkan dengan jumlah output total yang dapat diukur dan input total yang dapat diukur, sehingga dapat diabaikan untuk tujuan praktis.

Elemen-elemen input tangible dan output tangible seperti pada Gambar berikut :

Input (tangible)

Kapital (Modal) Material Energi Pengeluaran Lain-Lain Pekerja

Manajer Profesional Birokrat Tenaga administrasi

Manusia

Tetap Tanah Bangunan Mesin- mesin Peralatan

Lancar Inventory Kas Accounts receiveable Notes receiveable

Bahan baku Part dari luar

Minyak bumi Gas Batubara Air Listrik

Perjalanan Pajak-pajak Tenaga ahli Pemasaran Pengolahan informasi Alat tulis kantor Riset dan pengembangan Biaya-biaya umum

Gambar 3.2. Elemen-elemen Input dalam Total Productivity Model

(57)

Output (tangible)

Produk setengah jadi

Dividen dari sekuritas

Bunga surat berharga

Pendapatan lainnya Produk jadi

diproduksi Untuk dijual

Untuk kebutuhan

internal

Untuk dijual

Untuk kebutuhan

internal

Gambar 3.3. Elemen-elemen Output dalam Total Productivity Model Perlu diketahui bahwa output di sini mengacu pada semua output yang dihasilkan, dan input mengacu pada semua sumber daya dikonsumsi atau dikeluarkan untuk menghasilkan output. Baik input maupun output digambarkan dalam harga konstan yang berlaku pada periode dasar. Dengan kata lain, input tangible dan output tangible harus dinyatakan dalam nilai moneter (mata uang) karena semua elemen-elemen input dan output tidak memiliki satuan yang sama.

Beberapa kelebihan dari metode Total Productivity Model sebagai berikut : a. Menyediakan agregat indeks produktivitas tingkat perusahaan dan tingkat unit

operasional secara rinci

b. Menunjukkan unit operasional yang memberikan keuntungan dan tidak memberikan keuntungan.

c. Menunjukkan sumberdaya input secara khusus yang digunakan secara tidak efisien sehingga tindakan korektif dapat diambil.

d. Sesuai dengan prinsip matematika sehingga analisis sensitivitas dan validasi model menjadi relatif lebih mudah.

e. Terintegrasi dengan fase evaluasi, perencanaan, dan perbaikan siklus produktivitas. Dengan demikian TPM menawarkan cara tidak hanya mengukur tetapi juga mengevaluasi, merencanakan, dan memperbaiki seluruh

(58)

produktivitas sebuah organisasi/perusahaan secara keseluruhan sebaik unit operasionalnya.

f. Menawarkan manfaat bagi manajemen untuk mengendalikan produktivitas total unit operasional utama lebih ketat ketika melakukan pengawasan rutin untuk unit operasional kurang kritis.

g. Menyediakan informasi berharga untuk perencana strategis dalam membuat keputusan berhubungan dengan diversifikasi produk atau jasa.

3.5.1. Notasi untuk Total Productivity Model

Berikut ini notasi dan rumus yang digunakan dalam Total Productivity Model:

TPF = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑐𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑦 𝑜𝑓 𝑎 𝐹𝑖𝑟𝑚 (Produktivitas Total Perusahaan) TPF = 𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡 total perusahaan

𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡 total perusahaan

TPi = produktivitas total produk i = 𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡 total produk i 𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡 total produk i Keterangan :

PPij = produktivitas parsial produk i dengan faktor input j {j} = {H, M, C, E, X}

H = Input manusia (meliputi seluruh tenaga kerja) M = Input material dan part yang dibeli dari luar

C =Input Kapital/modal (meliputi biaya tahunan modal tetap dan modal kerja)

Gambar

Tabel 2.1. Rincian Tenaga Kerja PT Mutiara Mukti Farma
Tabel 3.1. Kronologi Beberapa Defenisi Penting Produktivitas  Abad   Nama Filosof  Tahun  Defenisi Produktivitas  Abad
Gambar 3.1. Model Siklus Produktivitas “MEPI”
Gambar 3.4. Produktivitas Produk i sebagai Rasio Output Tangible terhadap  Input Tangible
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bab II merupakan gambaran umum dari perusahaan yang berisi sejarah berdirinya PT Karya Murni Perkasa, struktur organisasi yang diterapkan di perusahaan, rincian tugas dan

PT Mutiara Mukti Farma telah menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) terkait dengan standar mutu bahan/produknya, seperti yang diwajibkan kepada seluruh industri

Tanggung jawab perdata pelaku usaha dalam pelanggaran label pangan menurut

asuransi dan kewajiban finansial lain terkait dengan tanah dan bangunan serta operasional KSP Slumbung Barat (Slumbar) dan Slumbung Timur (Slumtim) menjadi tanggung jawab

Mata kuliah ini memberikan pemahaman dasar dan wawasan tentang Islam, baik dari segi ruang lingkup ajarannya, sejarah dan perkembangannya, maupun metode pengembangan pemi-

Dewan Direksi memiliki tanggung jawab keseluruhan dalam penentuan tujuan manajemen risiko perusahaan dan kebijakan, dan pada saat yang sama mempertahankan tanggung

Sebelum melaksanakan penelitian, Peneliti membuat kisi-kisi Instrumen yang akan digunakan dalam proses penelitian Tindakan Kelas kisi-kisi instrumen berisi tentang : (a) Tentang

Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakekatnya adalah suatu kegiatan yang secara sadar dan disengaja serta penuh tanggung jawab yang dilakukan oleh orang dewasa kepada anak