• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN SIKAP KEPEMIMPINAN SISWA MELALUI PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN DI SMK IKHLAS JAWILAN KABUPATEN SERANG. Skripsi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGEMBANGAN SIKAP KEPEMIMPINAN SISWA MELALUI PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN DI SMK IKHLAS JAWILAN KABUPATEN SERANG. Skripsi"

Copied!
207
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN SIKAP KEPEMIMPINAN SISWA MELALUI PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN DI SMK IKHLAS JAWILAN

KABUPATEN SERANG Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Disusun oleh:

Dian Rosdiana NIM 11160182000024

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2021

(2)

i

(3)

i

(4)

ii

(5)

iii

(6)

i

ABSTRAK

Dian Rosdiana, NIM 11160182000024. “Pengembangan Sikap Kepemimpinan Siswa melalui Pendidikan Kepramukaan”. Program Studi Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2021.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengembangan Sikap Kepemimpinan Siswa Melalui Pendidikan Kepramukaan di SMK Ikhlas Jawilan dengan melihat dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan kepramukaan, pengawasan dan evaluasi serta faktor pendukung dan faktor penghambat pelaksanaan kegiatan pramuka dalam mengembangkan sikap kepemimpinan siswa. Penelitian ini merupakan penelitian kulitatif dengan teknik pengumpulan data berupa studi dokumentasi dan wawancara.

Hasil penelitian ini mengungkapkan beberapa hal penting: Pertama, pelaksanaan kegiatan kepramukaan yang terdiri dari tahapan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan. Kedua, dalam mengembangkan sikap kepemimpinan siswa melalui pendidikan kepramukaan melalui beberapa strategi yang digunakan yaitu mulai dari pembiasaan, memberikan contoh dan teladan, memberikan hukuman dan apresiasi, hingga melakukan penyadaran. Ketiga yaitu faktor pendukung pelaksanaan kegiatan kepramukaan di SMK Ikhlas Jawilan adalah siswa yang antusias, partisipasi dewan guru serta antusiasmen dan dukungan penuh dari Kepala Sekolah. Sedangkan faktor penghambatnya adalah durasi yang dialokasikan untuk kegiatan pramuka cukup sedikit, sarana prasarana yang kurang mendukung, dan juga jumlah Pembina yang masih kurang memadai.

Penelitian ini dimaksudkan untuk tujuan akademik dan sosial dengan harapan bahwa penelitian ini bermanfaat bagi seluruh komponen-komponen sekolah dalam mengembangkan lebih banyak program dan menumbuhkan disiplin di kalangan siswa.

Kata kunci : Ekstrakulikuler Pramuka, Kepemimpinan

(7)

ii

ABSTRACT

Dian Rosdiana, NIM 11160182000024. "Development of Student Leadership Attitudes through Scouting Education". Education Management Study Program, Faculty of Tarbiyah and Teacher Training, Syarif Hidayatullah State Islamic University (UIN) Jakarta 2021.

This study aims to determine the development of student leadership attitudes through scouting education at SMK Ikhlas Jawilan by looking at the planning, implementation of scouting activities, monitoring and evaluation as well as supporting factors and inhibiting factors for scouting activities in developing student leadership attitudes. This research is a qualitative research with data collection techniques in the form of documentation studies and interviews.

The results of this study reveal several important things: First, the implementation of scouting activities which consist of planning, implementing, and monitoring stages. Second, in developing student leadership attitudes through scouting education through several strategies used, starting from habituation, giving examples and examples, giving punishment and appreciation, to raising awareness. Third, the supporting factors for the implementation of scouting activities at SMK Ikhlas Jawilan are enthusiastic students, the participation of the teacher council and the enthusiasm and full support of the Principal. While the inhibiting factors are the duration allocated for scouting activities is quite small, the infrastructure is less supportive, and also the number of coaches that are still insufficient.

This research is intended for both academic and social purposes with the hope that this research will benefit all school components in developing more programs and fostering discipline among students.

Keywords: Scout Extracurricular, Leadership

(8)

iii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim Assalamu‟alaikum wr.wb

Puji syukur ke hadirat Allah SWT, dengan ridho-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai syarat dalam mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Shalawat serta salam tak lupa kami curahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan umatnya hingga akhir zaman. Shalawat serta salam semoga senantiasa teriring kepada uswah yang mulia Nabi Muhammad SAW. keluarganya, para sahabat dan pengikutnya hingga akhir zaman.

Melalui segenap usaha, do’a, serta penantian yang tidak sebentar, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, tentu dengan bantuan, arahan, bimbingan, serta motivasi dari berbagai pihak. Penulis sampaikan rasa terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan kepada penulis baik semasa perkuliahan maupun semasa menyelesaikan skripsi ini. Dengan segala kerendahan dan ketulusan hati penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Amany Lubis, MA. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Sururin, M.Ag., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Drs. Mu’arif SAM M.Pd., Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan dan juga selaku Dosen Pembmbing II yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya dalam membantu, membimbing, dan mengarahkan dalam penulisan skripsi

4. Bapak Drs. Dindin Sobiruddin, M.Kom., Dosen Pembimbing I penulisan skripsi, yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya dalam membimbing membantu, mengarahkan, dan memotivasi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

(9)

iv

5. Seluruh Dosen dan Staff Program Studi Manajemen Pendidikan yang telah mendidik, membimbing dan memotivasi serta memberikan pelayanan yang baik kepada penulis selama menjalani perkuliahan.

6. Ibu Indria Kun Trihastuti selaku Kepala Sekolah SMK Ikhlas Jawilan Serang yang telah memberikan izin kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Pembina Pramuka Kak Icih Rusmaheti dan Kak Rudi yang selalu siap sedia memberikan informasi dan membantu penulis dalam melakukan penelitian.

8. Dewan guru dan Staf Tata Usaha SMK Ikhlas Jawilan Serang yang bersedia meluangkan waktunya untuk membantu proses penelitian skripsi ini.

9. Orang tua tercinta Alm. Rahman, Karim dan Rositoh yang telah merawat dan mendidik dengan penuh kasih sayang, serta kakaku Anisah dan adik-adik tersayang Rudi, Ridwan dan Adilla yang telah memberikan motivasi kepada penulis dalam menjalani hidup dan segala pengorbanan yang tidak dapat dinilai harganya.

10. Teman-teman seperjuangan HMA MP 2016 “Fortune” (Intan, Hafni, Devi, Indah, Rifqa, Fikri, Nunu, Cia, Nida) yang telah memberikan do’a, dukungan, semangat dan pengalaman berharga dalam menjalani masa perkuliahan.

11. Lelaki istimewa, Ihdal Habibi yang sampai saat ini terus membersamai penulis untuk memotivasi, mendoakan, dan membimbing dengan sabar untuk menyelesaikan tugas akhir tepat waktu.

12. Teman-teman seperjuangan bimbingan Bapak Mua’rif serta bimbingan Bapak Dindin yang selalu memberikan semangat, memotivasi, dan memberikan saran jika penulis mengalami kesulitan dalam mengerjakan skripsi.

13. Teman-teman seperjuangan MP 2016, yang telah berjuang bersama, saling membantu, saling menyemangati, saling mendo’akan, dan memberikan pengalaman berharga selama perkuliahan.

14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut membantu atas terselesaikannya skripsi ini.

(10)

v

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam penulisan skripsi ini, oleh karena itu penulis menerima kritik dan saran bagi para pembaca dengan senang hati dan hati lapang.

Wassalamu „alaikum wr.wb

Jakarta, 6 Februari 2021

Dian Rosdiana

(11)

vi

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR BAGAN ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah... 8

D. Rumusan Masalah... 8

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Manfaat Penelitian ... 9

1. Manfaat Teoritis ... 9

2. Manfaat Praktis ... 10

BAB II KAJIAN TEORI ... 11

A. Sikap Kepemimpinan Siswa ... 11

1. Pengertian Sikap Kepemimpinan Siswa ... 11

2. Teori Lahirnya Pemimpin... 13

3. Sifat-Sifat Pemimpin ... 15

4. Syarat Pemimpin ... 19

5. Fungsi Kepemimpinan... 22

6. Pengembangan Sikap Kepemimpinan Siswa ... 25

B. Pendidikan Kepramukaan ... 31

1. Pengertian Pendidikan Kepramukaan... 31

2. Prinsip Dasar Kepramukaan ... 32

3. Metode Kepramukaan ... 33

4. Pendidikan Kepramukaan pada Jenjang Sekolah Lanjutan ... 34

C. Kerangka Berpikir ... 46

(12)

vii

D. Penelitian yang Relevan ... 48

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 50

A. Tempat dan Waktu Penelitian... 50

B. Metode Penelitian ... 50

C. Populasi dan Sampel ... 51

1. Populasi ... 51

2. Sampel ... 51

D. Teknik Pengumpulan Data ... 53

E. Kisi-Kisi Instrumen ... 54

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 55

G. Pemeriksa Keabsahan Data ... 56

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 57

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 57

1. Sejarah SMK Ikhlas Jawilan ... 57

2. Visi Misi SMK Ikhlas Jawilan ... 58

3. Tenaga Pendidik dan Kependidikan SMK Ikhlas Jawilan ... 59

4. Data Siswa SMK Ikhlas Jawilan ... 60

5. Keadaan Sarana dan Prasarana SMK Ikhlas Jawilan ... 61

6. Data Ekstrakulikuler SMK Ikhlas Jawilan ... 63

B. Gambaran Ekstrakulikuler Pramuka di SMK Ikhlas Jawilan ... 64

C. Pelaksanaan Pengembangan Sikap Kepemimpinan Siswa melalui Pendidikan Kepramukaan ... 68

1. Perencanaan Kegiatan ... 68

2. Pelaksanaan ... 70

3. Pengawasan ... 111

D. Strategi dalam Mengembangkan Sikap Kepemimpinan Siswa melalui Pendidikan Kepramukaan ... 112

E. Faktor Pendukung dan Penghambat Pengembangan Sikap Kepemimpinan Siswa melalui Pendidikan Kepramukaan ... 115

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 118

A. Kesimpulan ... 118

(13)

viii

B. Saran ... 119

DAFTAR PUSTAKA ... 121

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 124

BIOGRAFI PENULIS ... 188

(14)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penyusunan Skripsi ... 50

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Wawancara Tidak Terstruktur ... 54

Tabel 4.1 Data Pendidikan dan Kependidikan SMK Ikhlas Jawilan ... 60

Tabel 4.2 Data Siswa SMK Ikhlas Jawilan ... 60

Tabel 4.3 Data Sarana dan Prasarana SMK Ikhlas Jawilan ... 62

Tabel 4.4 Data Ekstrakulikuler SMK Ikhlas Jawilan ... 63

Tabel 4.5 Keyakinan Syahadat sebagai Akar Keimanan ... 75

Tabel 4.6 Keyakinan Shalat sebagai Tiang Agama ... 76

Tabel 4.7 Implementasi shalat 5 waktu ... 76

Tabel 4.8 Keyakinan pada Kepemilikan Harta ... 77

Tabel 4.9 Keyakinan Puasa sebagai Bentuk Ketakwaan ... 77

Tabel 4.10 Implementasi Ibadah Puasa ... 78

Tabel 4.11 Keyakinan pada Ibadah Haji sebagai Bentuk Ketakwaan kepada Allah. ... 78

Tabel 4.12 Keyakinan pada Kuasa Allah ... 79

Tabel 4.13 Keyakinan pada Malaikat sebagai Pencatat Amal Perbuatan Manusia ... 79

Tabel 4.14 Keyakinan pada Kitab Allah sebagai Petunjuk Hidup Umat Manusia 80 Tabel 4.15 Keyakinan pada Nabi dan Rasul sebagai Utusan Allah SWT. ... 80

Tabel 4.16 Keyakinan pada Hari Akhir/ Kiamat ... 81

Tabel 4.17 Keyakinan pada Takdir Allah SWT. ... 81

Tabel 4.18 Impelementasi Shalat Berjamaah ... 81

Tabel 4.19 Impelementasi Shalat Sunah ... 82

Tabel 4.20 Penghayatan pada Makna Mengurus dan Merawat Jenazah ... 82

Taebl 4.21 Penghayatan pada Makna Ijab Qobul Zakat ... 83

Tabel 4.22 Pemahaman pada Hadist ... 83

Tabel 4.23 Rutinitas Berolahraga ... 84

Tabel 4.24 Keikutsertaan pada Perkemahan ... 84

Tabel 4.25 Kemampuan Penggunaan Jam ... 85

Tabel 4.26 Kemampuan Penggunaan Kompas ... 86

(15)

x

Tabel 4.27 Kemampuan Menggunakan Tanda Jejak dan Tanda-Tanda Alam

Lainnya dalam Pengembaraan ... 86

Tabel 4.28 Kemampuan Mendaur Ulang Barang Bekas Menjadi Barang yang Bermanfaat ... 87

Tabel 4.29 Impelementasi Pengetahuan Tali Temali pada Kehidupan Sehari-hari ... 87

Tabel 4.30 Impelementasi Pengetahuan Pioneering pada Kehidupan Sehari-hari 88 Tabel 4.31 Keikutsertaan pada Kegiatan Ambalan dengan Antusias ... 88

Tabel 4.32 Kemampuan Menyampaikan Kritik dan Saran dengan Sopan ... 89

Tabel 4.33 Intensitas Pertemuan di Ambalan ... 90

Tabel 4.34 Partisipasi dalam Pengelolaan Kegiatan di Ambalan ... 90

Tabel 4.35 Kemampuan Memimpin Baris Berbaris ... 91

Tabel 4.36 Kemampuan Menjelaskan Peraturan Baris Berbaris ... 92

Tabel 4.37 Kejujuran Membayar Iuran ... 92

Tabel 4.38 Keberanian Menyampaikan Pendapat Beserta dengan Alasannya ... 93

Tabel 4.39 Kemampuan Menyampaikan Kritik dan Saran dengan Bahasa yang Baik ... 93

Tabel 4.40 Kemampuan Menyampaikan Kritikan di Waktu yang Tepat ... 94

Tabel 4.41 Pemahaman pada Isi AD & ART Gerakan Pramuka ... 95

Tabel 4.42 Kemampuan Menjelaskan Sejarah Kepramukaan Indonesia ... 95

Tabel 4.43 Kemampuan Menjelaskan Sejarah Kepramukaan Dunia... 96

Tabel 4.44 Kemampuan Menjelaskan Bentuk Pengamalan Pancasila dalam Kehidupan Sehari-Hari... 96

Tabel 4.45 Kemampuan Menjelaskan Tentang Organisasi ASEAN ... 97

Tabel 4.46 Kemampuan Menjelaskan Tentang Organisasi PBB ... 97

Tabel 4.47 Pemahaman tentang Kewirausahaan ... 98

Tabel 4.48 Pemahaman Mengenai Perkembangan Fisik Laki-Laki ... 98

Tabel 4.49 Pemahaman Mengenai Perkembangan Fisik Perempuan ... 99

Tabel 4.50 Pemahaman Mengenai Penyakit Infeksi ... 99

Tabel 4.51 Pemahaman Mengenai Penyakit Degeneratif ... 100

Tabel 4.52 Pemahaman Mengenai Penyakit yang Disebabkan Perilaku Tidak Sehat ... 100

(16)

xi

Tabel 4.53 Mengikuti Tata Tertib Diskusi dengan Baik ... 102 Tabel 4.54 Kemampuan Bertoleransi Antar Umat Beragama ... 102 Tabel 4.55 Penggunaan Bahasa Indonesia dengan Baik dan Benar Ketika Berinteraksi dengan Orang Lain ... 103 Tabel 4.56 Keikutsertaan dalam Kerja Bakti di Lingkungan Sekitar ... 103 Tabel 4.57 Kemampuan Bersikap Objektif ... 104 Tabel 4.58 Keikutsertaan pada Pertemuan Ambalan atau Kegiatan Di Luar Jadwal Wajibnya ... 105 Tabel 4.59 Keaktifan dalam Sangga Kerja ... 105 Tabel 4.60 Kemampuan untuk Tampil di Depan ... 106

(17)

xii

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Berpikir ... 47 Bagan 4.1 Struktur Organisasi Gugus Depan SMK Ikhlas Jawilan Tahun Pelajaran 2019/2020 ... 68

(18)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kisi-kisi ... 124

Lampiran 2 Angket Instrumen ... 128

Lampiran 3 Rekapitulasi Hasil Angket ... 141

Lampiran 4 Struktur Organisasi SMK Ikhlas Jawilan ... 144

Lampiran 5 Data Pendidik dan Kependidikan SMK Ikhlas Jawilan... 145

Lampiran 6 Hasil Studi Dokumen... 148

Lampiran 7 Program Kegiatan Ekstrakulikuler Pramuka SMK Ikhlas Jawilan . 150 Lampiran 8 Silabus Ekstrakulikuler Pramuka SMK Ikhlas Jawilan ... 153

Lampiran 9 Hasil Wawancara dengan Wakil Kepala Sekolah Bidang Mutu ... 154

Lampiran 10 Hasil Wawancara dengan Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan ... 158

Lampiran 11 Hasil Wawancara dengan Pembina Satuan Putera ... 161

Lampiran 12 Hasil Wawancara dengan Pembina Satuan Puteri ... 163

Lampiran 13 Hasil Wawancara dengan Pembina Pelatih Satuan Putera ... 166

Lampiran 14 Hasil Wawancara dengan Pembina Pelatih Satuan Puteri ... 168

Lampiran 15 Hasil Wawancara dengan Wali Kelas Jurusan Asisten Perawat ... 170

Lampiran 16 Hasil Wawancara dengan Wali Kelas Jurusan Teknik Komputer dan Jaringan ... 172

Lampiran 17 Hasil Wawancara dengan Wali Kelas Jurusan Multimedia... 174

Lampiran 18 Surat Permohonan Bimbingan Skripsi ... 175

Lampiran 19 Surat Permohonan Izin Penelitian ... 176

Lampiran 20 Surat Keterangan Penelitian ... 177

Lampiran 21 Uji Referensi ... 178

(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Dewasa ini, banyak pemberitaan mengenai kekerasan dan perilaku menyimpang di kalangan peserta didik. Kasus pelanggaran tersebut menyangkut nilai dan moral yang dilakukan oleh peserta didik seperti pelecehan seksual, pemakaian narkoba, miras dan lain-lain. Semua itu tentu berkaitan dengan karakter peserta didik pada umumnya dan secara khusus siswa-siswa sekolah menengah. Bisa dikatakan saat ini Indonesia sedang dalam masa degradasi moral, terutama pada anak mudanya. Minimnya karakter yang dimiliki peserta didik menjadi penyebab maraknya kasus kriminal yang melibatkan peserta didik.

Saat ini Indonesia sedang krisis kepemimpinan, jika kita melihat berita-berita di TV, media sosial, koran dan yang lainnya. Banyak beredar kasus-kasus para pemimpin rakyat yang melakukan korupsi, penggelapan dana, hingga menggunakan kekuasaannya secara sewenang-wenang.

Organisasi Transparency International merilis Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia berada pada peringkat 40 dan pada level ASEAN berada pada peringkat 4 yang artinya pemerintah Indonesia masih sangat korup.1 Hal ini bisa terjadi karena krisis karakter pada para pemimpin rakyat.

Tak hanya itu, akhir-akhir ini juga marak pemberitaan mengenai perundungan atau bullying di lingkungan sekolah. Menurut data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), jumlah kasus pendidikan di Indonesia per tanggal 30 Mei 2018 adalah 161 kasus, dengan rincian; anak korban tawuran sebanyak 23 kasus atau 14,3%, anak pelak tawuran sebanyak 31 kasus atau 19,3%, anak korban kekerasan dan bullying sebanyak 36 kasus atau

1 CNN Indonesia, TII: Skor Indeks Persepsi Korupsi Indonesia Naik Jadi 40, https://m.cnnindonesia.com/nasional/20200123164232-12-468074/tii-skor-indeks-persepsi- korupsi-indonesia-naik-jadi-40, (diakses pada 20 Maret 2020, pukul 14.23).

(20)

2

22,4%, anak pelaku kekerasan dan bullying sebanyak 41 kasus atau 25,5%, dan anak korban kebijakan (pungli, dikeluarkan dari sekolah, tidak boleh ikut ujian, dan putus sekolah) sebanyak 30 kasus atau 18,7%.2 Krisis karakter ternyata tidak hanya dialami oleh para wakil rakyat saja, namun terjadi juga oleh sebagian kalangan muda dan anak-anak.

Selanjutnya, Inspektur Jenderal Kemendikbud, Muchlis R Luddin mengatakan terdapat 126 aduan kecurangan selama pelaksanaan Ujian Nasional 2019 tingkat SMA/SMK/MA berlangsung. Jumlah pengaduan yang masuk dari tahun ke tahun meningkat. Tercatat pada 2017, terdapat 71 peserta yang terindikasi mengalami kecurangan, pada 2018 hanya 79 peserta.3 Dari data tersebut bisa kita lihat bersama bahwa masih maraknya perilaku menyimpang di kalangan peserta didik.

Dari beberapa kasus maraknya perilaku kekerasan dan menyimpang oleh peserta didik disebabkan oleh beberapa faktor, mulai dari keluarga, sekolah, masyarakat sampai pada pemerintah. Keluarga bisa menjadi penyebab kurangnya sikap kepemimpinan pada peserta didik. Keadaan dalam rumah tangga yang tidak harmonis, adanya pilih kasih yang dilakukan oleh orang tua, adanya tindak kekerasan, kurangnya pendidikan dan pengetahuan keluarga, ketidakperdulian anggota keluarga, serta anggota keluarga yang jarang berkomunikasi dan sibuk bisa menyebabkan anak menjadi kurang perhatian dan menyebabkan anak untuk rentan berperilaku menyimpang.

Keluarga bisa mengambil peran untuk mengembangkan sikap kepemimpinan.

Misalnya pembiasaan yang dilakukan di rumah bersama dengan keluarga.

Membiasakan anak untuk memecahkan masalahnya sendiri, mengambil keputusan, mengerjakan tugas-tugasnya secara mandiri serta mampu membiasakan anak untuk bersikap berani.

2 Bappeda Provinsi Jawa Barat, „Stop Bullying‟, Atalia Ajak Korban untuk Tidak Takut Melapor, http://bappeda.jabarprov.go.id/stop-bullying-atalia-ajak-korban-untuk-tidak-takut- melapor/, (diakses pada 20 Maret 2020 pukul 15.52).

3 Alfian Putra Abdi, Kemendikbud Catat 126 Kecurangan Selama Ujian Nasional 2019, dikutip dari https://tirto.id/kemendikbud-catat-126-kecurangan-selama-ujian-nasional-2019-drNd, diakses pada Kamis, 6 Agustus 2020

(21)

3

Sekolah juga memiliki andil yang begitu penting terhadap pembentukan sikap kepemimpinan siswa. Kurangnya perhatian dari guru, lemahnya peraturan sekolah dan bimbingan konseling yang tidak berjalan semestinya serta kurangnya program-program yang mendukung pengembangan sikap kepemimpinan peserta didik menyebabkan sulit tercapainya sikap kepemimpinan pada peserta didik.

Tak hanya di keluarga dan sekolah, lingkungan masyarakat juga memiliki peran penting dalam mengembangkan sikap kepemimpinan siswa.

Dalam hal ini berfungsi sebagai tempat anak didik bergaul dan bersosialisasi.

Individu sebagai anggota masyarakat mendapat pembentukan sikap untuk berperilaku sesuai dengan perilaku masyarakat. Maka dibutuhkan lingkungan masyarakat yang mampu memotivasi dan memberikan suasana yang kondusif untuk mendorong pembentukan sikap kepemimpinan pada peserta didik di lingkungannya. Masyarakat perlu mengefektifkan penegakan norma-norma yang berlaku di masyarakat dan mengembangkan sikap saling menghormati antar anggota masyarakat.

Terakhir, pemerintah merupakan komponen yang sangat penting dalam kegiatan pembentukan karakter bangsa. Para aparatur negara sebagai penyelenggara pemerintahan merupakan pengambil dan pelaksana kebijakan yang ikut menentukan berhasilnya pembangunan karakter bangsa, baik pada tataran informal, formal maupun nonformal. Terkait dengan ini maka pemerintah harus secara intens melibatkan diri dalam pendidikan karakter ini dengan berbagai regulasi, menetapkan berbagai peraturan daerah yang dapat mendukung pelaksanaan pembentukan karakter bangsa.

Sikap kepemimpian merupakan hal yang sangat esensial dalam berbangsa dan bernegara, hilangnya sikap kepemimpinan akan menyebabkan hilangnya generasi penerus bangsa. Dengan demikian sikap kepemimpinan harus diwujudkan secara nyata melalui tahapan-tahapan tertentu. Salah satu tahapan yang dapat dilakukan yaitu membangun sikap kepemimpinan melalui

(22)

4

pendidikan guna membuat bangsa ini memiliki karakter yang kuat, bermartabat, dan memiliki peradaban yang bagus.

Pendidikan di Indonesia mempunyai tujuan yang sejalan dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 yakni untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.4 Pendidikan merupakan salah satu aspek yang memiliki peranan penting bagi suatu negara, dengan adanya pendidikan maka semua warga Negara dapat mengembangkan seluruh potensi dan menambah wawasan yang dimilikinya sehingga dapat digunakan untuk berpartisipasi dalam membentu negara yang kokoh dan berdaulat.

Pendidikan di sekolah tidak hanya memberikan pengetahuan saja, namun harus seimbang di segala aspek diantaranya, kegiatan intrakurikuler, kegiatan kokurikuler dan kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Kegiatan ekstrakurikuler lebih bersifat sebagai penunjang kegiatan intrakurikuler, dan sifatnya tidak mengikat oleh karena itu keikutsertaan siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler lebih bergantung pada minat dan bakat siswa. Beberapa kegiatan ekstrakurikuler di antaranya yaitu, Paskibra, Pramuka, PMR, Rohis, dan banyak lainnya. Dalam kegiatan ekstrakurikuler siswa tidak hanya diasah minat dan bakatnya saja, melainkan juga diberikan materi-materi yang mempunyai peranan penting dalam mengembangkan watak dan kepribadian siswa yang meliputi, bakat, minat, kreatifitas, kemampuan sosial, kemampuan belajar, kemampuan pemecahan masalah, kemandirian, dan kepemimpinan.

Salah satu karakter yang perlu dimiliki peserta didik ialah kepemimpinan. Sikap kepemimpinan akan mampu membawa siswa menjadi pribadi yang cakap. Cakap terhadap dirinya sendiri dan lingkungan di sekitarnya. Saat ini masalah kepemimpinan merupakan masalah yang urgen

4 UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 3.

(23)

5

dihadapi oleh bangsa Indonesia. Munculnya fenomena krisis kepemimpinan yang terjadi tidak lain merupakan akibat dari krisis kepercayaan. Maraknya pemimpin yang terjerat kasus korupsi akhir-akhir ini, seolah memberikan pembenaran akan semakin tingginya ketidakpercayaan publik terhadap para pemimpin. Salah satu solusi yang dapat dikemukakan adalah dengan menciptakan individu yang cakap untuk menjadi pemimpin. Selain itu sikap kepemimpinan nampaknya sulit terlihat dalam diri siswa saat ini. Diilihat dari fenomena keseharian siswa di sekolah, terkadang ketika proses pembelajaran berlangsung ketika siswa diminta untuk berpendapat, jarang sekali siswa yang memiliki inisiatif untuk berbicara.

Siswa yang mempelajari dasar-dasar kepemimpinan akan punya kemampuan untuk mengenali dirinya sendiri. Hal ini tentu akan membuat siswa jadi merasa lebih percaya diri dengan kemampuan dan bakat yang dimilikinya.5 Siswa yang percaya diri mampu menetapkan proses pendidikan terbaik yang ia butuhkan. Termasuk ketika masuk ke dunia kampus ketika ia beranjak dewasa.

Untuk memiliki sifat kepemimpinan hendaknya dimulai dari memimpin diri sendiri menuju ke tingkat pendewasaan. Siswa yang memahami dasar kepemimpinan sudah pasti memiliki sikap yang lebih disiplin. Sikap disiplin ini patut dijalankan untuk mencapai keteraturan dalam bergaul, berorganisasi, maupun dalam memimpin sesuatu. Dimulai dari sikap kepemimpinan di kelas, siswa jadi bisa menjalin kedekatan hubungan dengan sang guru. Tak hanya dengan guru saja, siswa pun bisa menciptakan hubungan yang akrab dengan sesama siswa lain di kelas.

Sikap kepemimpinan yang ditunjukkan oleh siswa bahkan bisa membuat siswa tersebut menjembatani hubungan antara guru dengan siswa lainnya. Penyampaian pelajaran bisa diinterpretasikan oleh siswa tersebut

5 Lina Aristionin, 3 Manfaat Belajar Kepemimpinan Bagi Siswa, dikutip dari https://www.kompasiana.com/linaaristionin/560b579e337b61f50567bd5c/3-manfaat-belajar- kepemimpinan-bagi-siswa, diakses pada 15 Juni 2020 pukul 15.30 WIB

(24)

6

kepada siswa lainnya dengan bahasa yang lebih sederhana dan mudah dipahami. Bila seorang siswa mendapatkan contoh sikap kepemimpinan yang baik, sudah pasti hal tersebut akan melekat kuat dan menjadi salah satu pedoman dalam bergaul maupun membentuk komunitas.

Kepemimpinan merupakan bagian dari kehidupan manusia, setiap orang pasti memiliki bakat-bakat kepemimpinan. Banyak cara untuk mengembangkan sikap kepemimpinan siswa seperti Organisasi Intra Sekolah atau OSIS sebagai wadah untuk siswa di sekolah memahami cara berorganisasi dan memimpin serta beberapa kegiatan lain yang yang biasa diselenggarakan oleh satuan pendidikan. Salah satu lembaga pendidikan yang sangat peduli terhadap sikap kepemimpinan siswa yaitu SMK Ikhlas Jawilan Kabupaten Serang. Di sekolah ini terdapat berbagai program yang dapat mengasah sikap kepemimpinan siswa yaitu English Club, Rohani Islam, Paskibra serta Pramuka. Serta kegiatan pembiasaan seperti memimpin upacara bendera, menjadi imam saat shalat, menjadi ketua kelas secara bergantian akan menstimulus para siswa menjadi lebih aktif dan terbiasa untuk memimpin.

Pramuka sebagai salah satu ekstrakurikuler di sekolah memiliki peran penting dalam membentuk karakter terutama sikap kepemimpinan peserta didik. Pendidikan yang dilakukan melalui ekstrakulikuler kepramukaan memiliki ciri khas yang berbeda dengan pendidikan lainnya. Kepramukaan tidak menekankan pada penguasaan materi teori, namun lebih pada aplikasi yang dapat diterapkan di lingkungan, serta meningkatkan kecakapan baik individu maupun kecakapan secara berkelompok. Pendidikan dalam kepramukaan selalu dibentuk berdasarkan 5 unsur terpadu yang saling berkesinambungan yaitu: prinsip dasar kepramukaan, metode kepramukaan, kode kehormatan pramuka, motto gerakan pramuka, dan kiasan dasar kepramukaaan.

(25)

7

Lima unsur yang membentuk pendidikan kepramukaan tersebut menekankan pada pendidikan budi pekerti bagi peserta didiknya. Salah satu metode yang dilaksanakan dalam pendidikan kepramukaan adalah dengan pengamalan kode kehormatan Pramuka. Pengamalan kode kehormatan tersebut mencakup berbagai hal seperti membiasakan peserta didik untuk bersikap jujur dan menepati janji, bertanggungjawab, memiliki daya pikir dan nalar dalam mengungkapkan gagasan, memiliki sikap kebersamaan, mematuhi kesepakatan dan memperhatikan kepentingan bersama, serta mengendalikan diri dalam kehidupan bersama.

Namun masih terdapat permasalahan dalam kegiatan kepramukaan tersebut, terutama di SMK Ikhlas Jawilan Kab. Serang. Kurangnya pengalaman Pembina Pramuka menjadikan minimnya penguasaan metode dalam pelaksanaan kegiatan kepramukaan yang menjadikan kegiatan kepramukaan kurang maksimal dalam mengembangkan sikap kepemimpinan siswa. Selanjutnya kurangnya antusiasme siswa dalam mengikuti kegiatan kepramukaan karena kegiatannya yang monoton menjadikan kurangnya pengamalan dari Dasadharma Pramuka itu sendiri.

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap pengaruh kegiatan ekstrakurikuler Pramuka terhadap pengembangan sikap kepemimpinan siswa. Maka dari itu penelitian ini berjudul

“Pengembangan Sikap Kepemimpinan Siswa melalui Pendidikan Kepramukaan di SMK Ikhlas Jawilan Kab. Serang”.

B. Identifikasi Masalah

Bertitik tolak pada latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah yang terkait dengan pengembangan sikap kepemimpinan siswa, diantaranya:

1. Kurangnya peran orang tua dalam membina sikap kepemimpinan siswa

(26)

8

2. Kurangnya pembiasaan di sekolah kepada peserta didik dalam proses memimpin

3. Maraknya kasus perundungan di sekolah akibat kurangnya rasa toleransi dan rasa peduli terhadap sesama

4. Kurangnya peran masyarakat dalam penegakan norma dan penyediaan ligkungan yang kondusif untuk mengembangkan sikap kepemimpinan 5. Kegiatan ekstrakurikuler pramuka belum maksimal dikembangkan untuk

meningkatkan sikap kepemimpinan siswa

6. Pembina kurang menguasai metode dalam pelaksanaan kegiatan kepramukaan

7. Sedikit siswa yang aktif dalam kepanitiaan atau organisasi yang terdapat sekolah.

8. Kurangnya peran sekolah dalam memberikan pembinaan kepada siswa untuk mengembangkan sikap kepemimpinannya

9. Kurangnya sosialisasi organisasi yang ada di sekolah

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan hasil identifikasi masalah diketahui banyak faktor yang diduga kuat mempengaruhi pengembangan sikap kepemimpinan siswa, namun keterbatasan peneliti dalam hal ini tenaga, biaya dan waktu, penelitian tentang pengembangan sikap kepemimpinan siswa, maka penelitian ini dibatasi pada Pengembangan Sikap Kepemimpinan Siswa melalui Pendidikan Kepramukaan di SMK Ikhlas Jawilan Kab. Serang

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka peneliti merumuskan masalah Bagaimana Fungsi Pendidikan Kepramukaan dalam Mengembangkan Sikap Kepemimpinan Siswa di SMK Ikhlas Jawilan Kab. Serang. Adapun yang dikaji adalah sebagai berikut:

(27)

9

1. Bagaimana pengembangan sikap kepemimpinan siswa melalui pendidikan kepramukaan di SMK Ikhlas Jawilan Kab. Serang?

2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat kegiatan kepramukaan dalam proses mengembangkan sikap kepemimpinan siswa?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian adalah untuk mengetahui peranan pendidikan kepramukaan dalam mengembangkan sikap kepemimpinan siswa di SMK Ikhlas Jawilan Kab. Serang, diharapkan siswa mengikuti kegiatan kepramukaan denagn baik dan maksimal agar menjadi siswa yang tinggi mental, moral, budi pekerti, mandiri dan memiliki sikap kepemimpinan.

Tujuan khususnya adalah sebagai berikut:

1. Untuk menjelaskan fungsi pendidikan kepramukaan dalam mengembangkan sikap kepemimpinan siswa di SMK Ikhlas Jawilan 2. Untuk mengetahui dan menganalisis faktor pendukung dan penghambat

kegiatan kepramukaan dalam proses mengembangkan sikap kepemimpinan siswa.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Sebagai sumbangan pemikiran bagi para praktisi yang berkecimpung dalam dunia pendidikan dan kepramukaan tentang pendidikan karakter bagi anggota pramuka.

b. Untuk menambah hasanah ilmu pengetahuan bagi ilmu pendidikan pada umumnya dan pendidikan kepramukaan pada khususnya.

(28)

10 2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini memberikan wawasan tambahan bagi peneliti lain untuk mengetahui pengaruh kegiatan ekstrakulikuler pramuka terhadap sikap kepemimpinan siswa serta untuk landasan teori untuk penelitian selanjutnya.

b. Bagi Pembina Pramuka

Sebagai bahan pertimbangan untuk pembentukan karakter dalam kegiatan kepramukaan.

c. Bagi Guru

Manfaat lain penelitian ini bagi guru dapat digunakan untuk mengetahui sejauh mana kecakapan siswa mereka dalam mengikuti ekstrakurikuler kepramukaan.

d. Bagi Pusat Pendidikan dan Pelatihan (PUSDIKLAT) Pramuka

Sebagai evaluasi dan inspirasi untuk membentuk para Pembina atau Pelatih pramuka yang handal dan profesional baik ditingkat gugus depan atau sekolah, ranting atau kecamatan, cabang atau kota, daerah dan nasional. dalam membentuk generasi yang

berkarakter, kreatif dan mandiri.

(29)

11

BAB II KAJIAN TEORI A. Sikap Kepemimpinan Siswa

1. Pengertian Sikap Kepemimpinan Siswa

Sikap adalah gambaran kepribadian seseorang yang terlahir melalui gerakan fisik dan tanggapan pikiran terhadap suatu keadaan atau suatu objek.6 Senada dengan Alisuf Sabri dan Shilphy, Ngalim Purwanto juga menjelaskan bahwa sikap atau yang dalam bahasa Inggris disebut attitude adalah suatu cara tertentu terhadap suatu perangsang atau (stimulus). Suatu kecenderungan untuk bereaksi dengan cara tertentu terhadap suatu perangsang atau situasi yang dihadapi, baik mengenai orang, benda-benda atau situasi-situasi yang mengenai dirinya.7 Sikap merupakan kecenderungan dan kesiapan untuk bertindak dan merespon, bukannya merupakan tindakan atau respon itu sendiri.8 Sikap merupakan organisasi pendapat, keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi yang relative ajeg, yang disertai adanya perasaan tertentu, dan memberikan dasar kepada orang tersebut untuk membuat respon atau berperilaku dalam cara yang tertentu yang dipilihnya.9

Selanjutnya, sikap merupakan hasil belajar manusia sehingga sikap dapat tumbuh dan dikembangkan melalui proses belajar. Sikap ditumbuhkan dan dipelajari sepanjang perkembangan orang yang bersangkutan dalam keterkaitannya dengan objek tertentu. Sikap selalu

6 Shilphy Affiattresna Octavia, Sikap dan Kinerja Guru Profesional, (Yogyakarta:

Deepublish, 2019), cet. 1, h. 30

7 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2017), h.

141

8 Abd. Rachman Abror, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya, 1993), cet. Keempat, h. 108

9 Bimo Walgito, Psikologi Sosial (Suatu Pengantar), (Yogyakarta: ANDI OFFSET, 2013), h. 127

(30)

12

berhubungan dengan objek sehingga tidak berdiri sendiri.10 Sukarelawati menekankan bahwa sikap dapat dikembangkan melalui proses belajar dan harus memiliki keterkaitan dengan objek tertentu karena sikap tidak dapat berdiri sendiri.

Konsep tentang sikap yang sudah disampaikan oleh beberapa ahli menyiratkan bahwasanya terdapat kesamaan diantara pendapat mereka.

Dapat disimpulkan bahwa sikap merupakan suatu respon atau reaksi terhadap suatu objek disertai dengan adanya perasaan yang menimbulkan pola perilaku atau kecenderungan yang dihadapi oleh suatu individu atas suatu rangsangan yang diberikan. Proses yang mengawali terbentuknya sikap ialah adanya objek di sekitar individu yang memberikan rangsangan atau stimulus yang kemudian mengenai alat indera individu, informasi yang ditangkap tentang objek tersebut kemudian diproses di dalam otak dan memunculkan sebuah reaksi. Penilaian terhadap objek tersebut bisa positif maupun negatif, yang mana dipengaruhi oleh informasi sebelumnya atau pengalaman pribadi individu tersebut.

Selanjutnya kepemimpinan juga diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain sehingga orang tersebut mau melakukan tindakan apa pun demi suatu tujuan tertentu.11 Kepemimpinan adalah proses di mana individu memengaruhi sekelompok individu lain untuk mencapai tujuan bersama.12 Kepemimpinan juga merupakan sesuatu yang melekat pada diri seorang pemimpin yang berupa sifat-sifat tertentu seperti kepribadian (personality), kemampuan (ability), dan kesanggupan (capability)13. Gibson dalam Harbani juga mengemukakan bahwa

10 Sukarelawati, Komunikasi Interpersonal Membentuk Sikap Remaja, (Bogor: IPB Press, 2019), h. 42

11 Jamal Ma’mur Asmani, Manajemen Efektif Marketing Sekolah, (Yogyakarta : DIVA Press, 2015), h. 219.

12 Peter G. Northouse, Kepemimpinan: Teori dan Praktik, diterjemahkan oleh Ati Cahyani, (Jakarta: PT Indeks, 2013), h. 5

13 Danang Sunyoto dan Fathonah Eka Susanti, Kepemimpinan Manajaerial: Menakar Kemampuan Kepemimpinan Melalui Manajemen, Otoritas, dan Perubahan Dalam Organisasi, (Yogyakarta: Edumedia, 2018), h. 12

(31)

13

kepemimpinan ialah suatu usaha menggunakan suatu gaya mempengaruhi dan tidak memaksa untuk memotivasi individu dalam mencapai tujuan.14 Kepemimpinan adalah proses memengaruhi orang lain untuk memahami dan menyetujui apa yang dibutuhkan dalam melaksanakan tugas dan bagaimana melakukan tugas itu, serta proses untuk memfasilitasi upaya individu dan kolektif guna mencapai tujuan bersama.15 Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa kepemimpinan bisa disebut sebagai suatu ilmu, usaha atau kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mempengaruhi orang lain dalam menggunakan sumber daya yang ada guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Berdasarkan beberapa konsep mengenai sikap dan kepemimpinan yang telah dikemukakan, dapat dijelaskan bahwa sikap kepemimpinan siswa ialah kemampuan yang dimiliki oleh siswa untuk mempengaruhi, menggerakkan, serta memberi dorongan kepada orang lain untuk melakukan suatu pekerjaan demi tercapainya suatu tujuan. Sikap kepemimpinan siswa ini ialah sikap pribadi yang dimiliki oleh peserta didik untuk mampu mengembangkan potensi diri, mampu menempatkan diri serta mampu berpikir terbuka dan positif terhadap diri dan lingkungannya.

2. Teori Lahirnya Pemimpin

Teori lahirnya pemimpin membicarakan tentang bagaimana seseorang menjadi pemimpin, atau bagaimana timbulnya seorang pemimpin. Terdapat tiga teori yang yang menonjol dalam menjelaskan kemumculan pemimpin, diantaranya:

a) Teori Genetis menyatakan sebagai berikut:

1) Pemimpin itu tidak dibuat, akan tetapi lahir jadi pemimpin oleh bakat-bakat alami yang luar biasa sejak lahir.

14 Harbani Pasolong, Kepemimpinan Birokrasi, (Bandung, Alfabeta, 2008), h. 4

15 Gary Yukl, Kepemimpinan dalam Organisasi Edisi Ketujuh, diterjemahkan oleh Ati Cahyani, (Jakarta: PT Indeks, 2015), h. 9

(32)

14

2) Dia ditakdirkan lahir menjadi pemimpin dalam situasi-kondisi yang bagaimanapun juga yang khusus.

3) Secara filosofi, teori tersebut menganut pandangan deterministis.

b) Teori Sosial (lawan teori genetis) menyatakan sebagai berikut:

1) Pemimpin itu harus disiapkan, dididik dan dibentuk, tidak dilahirkan begitu saja.

2) Setiap orang bisa menjadi pemimpin, melalui usaha penyiapan dan pendidikan, serta didorong oleh kemampuan sendiri.

c) Teori Ekologis atau Sintesis (muncul sebagai reaksi dari kedua teori tersebut lebiih dahulu), menyatakan bahwa seseorang akan sukses menjadi pimpinan, bila sejak lahirnya dia telah memiliki bakat-bakat kepemimpinan dan bakat-bakat ini sempat dikembangkan melalui pengalaman dan usaha pendidikan, juga sesuai dengan tuntutan lingkungan atau ekologisnya.16

Senada dengan Kartini, Harbani juga mengungkapkan bahwa teori muncul kepemimpinan sebagai berikut:

Teori Genetik menjelaskan bahwa pimpinan tidak dibangun, tetapi seseorang akan menjadi pemimpin karena bakat yang dimiliki luar biasa, atau dengan kata lain seorang menjadi pemimpin karena memang ditakdirkan menjadi pemimpin. Teori Sosial menjelaskan bahwa pemimpin harus dibangun atau dibentuk, tidak begitu saja muncul atau ditakdirkan. Jadi seorang menjadi pemimpin karena melalui proses pendidikan dan pelatihan yang cukup mendukung. Selanjutnya Teori Ekologis menjelaskan bahwa merupakan gabungan dari Teori Genetik dan Teori Sosial. Teori ini berasumsi bahwa seseorang sukses menjadi pemimpin jika sejak lahir sudah mempunyai bakat-bakat kepemimpinan,

16 Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan: Apakah Kepemimpinan Abnormal Itu?, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), h. 33-34

(33)

15

kemudian dikembangkan melalui pendidikan dan pengalaman serta disesuaikan dengan lingkungan.17

Setiap orang memang dilahirkan untuk menjadi seorang pemimpin, namun tak cukup hanya itu saja. Menjadi seorang pemimpin harus melewati berbagai proses dan pengalaman dalam pembentukannya.

Jadi, inti dari teori ini adalah seorang pemimpin lahir dari perpaduan antara faktor keturunan, bakat dan lingkungan yaitu faktor pendidikan, latihan dan pengalaman-pengalaman yang memungkinkan bakat tersebut dapat teraktualisasikan dengan baik. Sehingga karakter-karakter seorang akan semakin berkembang seiring waktu dan proses yang dijalani.

3. Sifat-Sifat Pemimpin

Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri.

Dalam kehidupannya manusia pasti membutuhkan orang lain untuk melakukan interaksi. Manusia juga merupakan makhluk Tuhan yang paling sempurna dibandingkan ciptaan-Nya yang lain. Karena manusia dianugerahi kemampuan untuk berpikir. Dengan anugerah inilah manusia mampu untuk mengelola lingkungannya, termasuk mengelola manusia yang lainnya. Namun tidak semua orang mampu mengelola orang lain dengan baik. Dibutuhkan kemampuan-kemampuan yang lebih. Biasanya orang yang mampu mengelola orang lain itu dikatakan pemimpin.

Pemimpin adalah seseorang yang melakukan tugas atau kegiatan tertentu dan menjadi pilihan utnuk melakukannya lalu membawa

“subordinate”nya untuk menuju tujuan yang sebelumnya telah ditentukan oleh pimpinan atau sudah disepakati dan ditetapkan secara bersama- sama.18 Pemimpin adalah tokoh atau elit anggota sistem sosial yang

17 Harbani Pasolong, Op.Cit., h. 85

18 Achmad Subianto, Kepemimpinan Organisasi, (Bandung: Yayasan Bermula Dari Kawan, 2004), h. 7

(34)

16

dikenal oleh dan berupaya mempengaruhi para pengikutnya secara langsung atau tidak langsung.19

Untuk menentukan seorang pemimpin dibutuhkan kriteria untuk menilai seseorang itu layak dikatakan pemimpin. Beberapa kriteria untuk menjadi pemimpin diantaranya:

a) Sehat b) Cakap

c) Berpengalaman d) Jujur

e) Dapat dipercaya f) Amanah

g) Bertakwa20

Selanjutnya, Munawir dalam Imam mengemukakan faktor keberhasilan seorang pemimpin yaitu:

a) Berpengatahuan, seorang pemimpin harus memiliki kemampuan dalam bidang yang dipimimpinnya dan mengetahui seluk beluk bidang kegiatannya, baik dari dalam maupun dari luar.

b) Mempunyai keberanian, c) Tegas, bijaksana, adil, dan taat.

d) Mempunyai pembawaan yang baik, semangat yang besar dan memiliki keuletan.

e) Tidak mementingkan diri sendiri dan dapat menguasai diri sendiri.

f) Bertanggung jawab, ikhlas dan bisa menjalin kerjasama yang baik.

g) Dapat menguasai persoalan secara terperinci dan menaruh simpati serta pengertian.21

19 Wirawan, Kepemimpinan: Teori, Psikologi, Perilaku Organisasi, Aplikasi dan Penelitian, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2014), cet kedua, h. 9

20 Subianto, Op.Cit., h. 11

21 Imam Muslimin, Pemimpin Perubahan: Model Kepemimpinan dalam Transisi Perubahan Kelembagaan, (Malang: UIN Maliki Press, 2013), h. 30-33

(35)

17

Ordward Tead dalam Kartini menuliskan ada 10 sifat pemimpin yaitu:

a) Energi jasmaniah dan mental, artinya seorang pemimpin harus memiliki daya tahan, keuletan, kekuatan dan tenaga istimewa yang lebih dari orang lain. Hal ini juga harus didukung dengan kekuatan mental berupa semangat juang, motivasi kerja, disiplin, kesabaran, dan ketahanan batin.

b) Kesadaran akan tujuan dan arah, seorang pemimpin harus memiliki kesadaran dan keyakinan akan tujuan yang hendak dicapai.

c) Antusiasme, pekerjaan yang dilakukan dan tujuan yang akan dicapai harus berarti, bernilai dan memberikan harapan-harapan yang menyenangkan serta mampu menimbulkan semangat dalam pekerjaan.

d) Keramahan dan kecintaan, kasih sayang pemimpin dibutuhkan untuk memberikan dorongan positif kepada orang lain untuk melakukan tugas-tugasnya. Sedangkan keramahan yaitu berguna untuk mempengaruhi orang lain.

e) Integritas, dengan segala ketulusan hati, kejujuran, pemimpin memberikan ketauladanan agar dia dipatuhi dan diikuti oleh anggota kelompoknya.

f) Penguasaan teknis, setiap pemimpin harus memiliki satu atau beberapa kemahiran teknis tertentu, agar ia mempunyai kewibawaan dan kekuasaan untuk memimpin kelompoknya.

g) Ketegasan dalam mengambil keputusan, seorang pemimpin harus berani mengambil keputusan selain berani dia juga harus berhasil mengambil keputusan yang tepat dan meyakinkan anggotanya atas keputusan tersebut.

h) Kecerdasan, kecerdasan yang harus dimiliki pemimpin ialah kemampuan untuk melihat dan memahami dengan baik, mengerti sebab dan akibat kejadian, menemukan hal-hal yang krusial, dan cepat menemukan cara penyelesaiannya dalam waktu singkat.

(36)

18

i) Keterampilan mengajar, seorang pemimpin yang baik adalah ia yang mampu mendorong, membimbing, mendidik dan memotivasi para bawahannya untuk berbuat sesuatu.

j) Kepercayaan, keberhasilan seoarng pemimpin tidak terlepas dari kepercayaan para bawahannya. Para bawahan percaya bahwa pemimpin mampu membawa pada arah yang positif.

Selanjutnya, George R. Terry dalam Kartini mengemukakan sepuluh sifat pemimpin yang unggul yaitu:

a) Kekuatan b) Stabilitas emosi

c) Pengetahuan tentang relasi insani d) Kejujuran

e) Obyektif

f) Dorongan pribadi

g) Keterampilan berkomunikasi h) Kemampuan mengajar i) Keterampilan sosial

j) Kecakapan teknis atau kecakapan manajerial.22

Berbagai sifat yang berguna bagi seorang pemimpin adalah sebagai berikut23:

a) Keinginan untuk menerima tanggung jawab

b) Kemampuan untuk bisa mengamati atau menemukan kenyataan dari suatu lingkungan (perspektif)

c) Kemampuan untuk bersikap obyektif d) Kemampuan menentukan prioritas e) Kemampuan untuk berkomunikasi

22 Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan: Apakah Pemimpin Abnormal Itu?, (Jakarta: PT RajaGrafindo, 2001), h. 41-43

23 Pandji Anoraga, Psikologi Kepemimpinan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2001), cet.

Ketiga, h. 10-11

(37)

19

Berdasarkan beberapa uraian sifat pemimpin di atas dapat penulis simpulkan bahwa faktor penentu keberhasilan seorang pemimpin bukan hanya dia mampu untuk mengarahkan atau menggerakkan orang lain saja, namun seorang pemimpin harus memiliki aspek-aspek kepribadian lainnya seperti bijaksana, cerdas, jujur, bertanggung jawab dan lainnya.

4. Syarat Pemimpin

Kepemimpinan atau leadership merupakan kemampuan untuk mengatur, mendorong, menggerakkan, dan mengarahkan orang lain agar bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Maka dari itu kepemimpinan memiliki peranan yang sangat penting dalam menjalankan sebuah organisasi. Seorang pemimpin organisasi harus memiliki sikap kepemimpinan agar mampu menjalankan organisasinya dengan baik.

Namun pada kenyataannya, tidak semua yang menduduki jabatan sebagai pemimpin memiliki kemampuan untuk memimpin atau memiliki sikap kepemimpinan, sebaliknya banyak orang yang memiliki sikap kepemimpinan tetapi tidak memiliki kesempatan untuk memimpin sebuah organisasi.

Toman Menjelaskan bahwa terdapat beberapa kriteria yang harus dimiliki seorang pemimpin, yaitu:

a) Memiliki Kekuasaan, yaitu kapasistas atau kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang dan perilakunya untuk melakukan sesuatu.

b) Memiliki Pengikut, keberadaan pengikut menjadi salah satu faktor pendukung keberhasilan peran kepemimpinan, dan sebagai sumber daya yang digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan.

c) Memiliki Kemampuan, yaitu potensi sumber daya yang dimiliki oleh seorang pemimpin. Kemampuan ini dapat berupa keterampilan teknis dan kecerdasan yang lebih dimiliki oleh seorang pemimpin.

(38)

20

Kemampuan dapat diperoleh melalui pengalaman dan proses pembelajaran yang dilakukan pemimpin.24

Stogdill dalam Harbani juga menuliskan bahwa pemimpin harus memiliki beberapa kelebihan, di antaranya :

a) Kapasitas, yaitu kecerdasan, kewaspadaan, kemampuan berbicara, atau verbal facility, keaslian, dan kemampuan menilai.

b) Prestasi atau achievement, yaitu gelar kesarjanaan, ilmu pengetahuan perolehan dalam olah raga dan atletik, dan lain-lain.

c) Tanggung jawab, yaitu mandiri, berinisiatif, tekun, ulet, percaya diri, agresif, dan punya hasrat untuk unggul.

d) Partisipasi, yaitu aktif, memiliki sosiabilitas tinggi, mampu bergaul, kooperatif atau suka bekerja sama, mudah menyesuaikan diri, punya rasa humor.

e) Status, yaitu memiliki kedudukan sosial-ekonomi yang cukup tinggi, popular dan tenar.25

Selain itu, Menurut Earl Nightingale dan Whitt Schult dalam Kartini menuliskan kemampuan pemimpin dan syarat yang harus dimiliki seorang pemimpin adalah:

a) Kemandirian, berhasrat memajukan diri sendiri (individualism).

b) Besar rasa ingin tahu, dan cepat tertarik pada manusia dan benda benda.

c) Multiterampil atau memiliki kepandaian beraneka ragam.

d) Memiliki rasa humor, antusiasme tinggi, suka berkawan.

e) Perfeksionis, selalu ingin mendapatkan yang sempurna.

24 Toman Sony Tambunan, Pemimpin dan Kepemimpinan, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2015), h. 9-10

25 Harbani, Op.Cit., h. 12

(39)

21

f) Mudah menyesuaikan diri, adaptasinya tinggi.

g) Sabar namun ulet, serta tidak “mandek” berhenti.

h) Waspada, peka, jujur, optimistis, pemberani, gigih, ulet, realistis.

i) Komunikatif, serta pandai berbicara atau berpidato.

j) Berjiwa wiraswasta.

k) Sehat jasmaninya, dinamis, sangggup dan suka menerima tugas yang berat, serta berani mengambil resiko.

l) Tajam firasatnya, dan adil pertimbangannya.

m) Berpengetahuan luas, dan haus akan ilmu pengetahuan.

n) Memiliki motivasi tinggi dan menyadari target atau tujuan hidupnya yang ingin dicapai, dibimbing oleh idealisme tinggi.

o) Punya imajinasi tinggi, daya kombinasi, dan daya inovasi.26

Menurut Nawawi, agar kepemimpinan dapat berjalan dengan efektif, maka pemimpin harus mempunyai aspek-aspek kepribadian sebagai berikut:

a) Mencintai kebenaran dan beriman pada Tuhan Yang Maha Esa b) Dapat dipercaya dan mampu mempercayai orang lain

c) Mampu bekerja sama dengan orang lain

d) Ahli di bidangnya dan berpandangan luas didasari oleh kecerdasan (intelegensi) yang memadai

e) Senang bergaul, ramah tamah, suka menolong, dan memberikan petunjuk serta terbuka pada kritik orang lain

f) Memiliki semangat untuk maju, pengabdian dan kesetiaan yang tinggi, serta kreatif, dan penuh inisiatif

g) Bertanggung jawab dalam mengambil keputusan, konsekuen, berdisiplin, dan bijaksana

h) Aktif memelihara kesehatan jasmani dan rohani27.

26 Kartini, Op.Cit., h. 37

27 Hadari Nawawi dan M. Martin Hadari, Kepemimpinan yang Efektif, (Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press, 2012), h. 56-68

(40)

22 5. Fungsi Kepemimpinan

Fungsi kepemimpinan pada dasarnya ialah menjalankan wewenang kepemimpinan, menyediakan suatu sistem komunikasi, memelihara kesediaan bekerja sama dan menjamin kelancaran dan keutuhan suatu organisasi.

Fungsi kepemimpinan ialah memandu, menuntun, membimbing, membangunkan motivasi-motivasi kerja, mengemudikan organisasi, menjalin jaringan-jaringan komunikasi yang baik: memberikan supervisi/pengawasan yang efisien, dan membawa para pengikutnya kepada sasaran yang ingin dituju, sesuai dengan ketentuan waktu dan perencanaan.28 Stoner dalam Harbani juga menyebutkan bahwa fungsi kepemimpinan ialah agar seseorang beroperasi secara efektif kelompok memerlukan seseorang untuk melakukan dua hal fungsi utama, yaitu: (1) berhubungan dengan tugas atau memecahkan masalah, (2) memelihara kelompok atau sosial, yaitu tindakan seperti menyelesaikan perselisihan dan memastikan bahwa individu merasa dihargai oleh kelompok.29

Sedangkan menurut Adair dalam Harbani, fungsi kepemimpinan menjadi lebih terperinci, diantaranya:

a) Perencanaan, yaitu mencari semua informasi yang tersedia, mendefinisikan tugas, maksud atau tujuan kelompok, membuat rencana yang dapat terlaksana (dalam kerangka membuat keputusan yang tepat).

b) Pemrakarsaan, yaitu memberikan pengarahan pada kelompok mengenai sasaran dan rencana, menjelaskan mengapa menetapkan sasaran atau rencana merupakan hal yang penting, membagi tugas pada anggota kelompok, menetapkan standar kelompok.

28 Kartini, Op.Cit., h. 93

29 Harbani, Op.Cit., h. 22

(41)

23

c) Pengendalian, yaitu memelihara antara kelompok, mempengaruhi tempo, memastikan semua tindakan diambil dalam upaya meraih tujuan, menjaga relevansi diskusi, dan mendorong kelompok mengambil tindakan atau keputusan.

d) Pendukung, yaitu mengungkapkan pengakuan terhadap orang dan kontribusi mereka, memberi semangat pada kelompok/individu, menciptakan semangat tim, meredakan ketegangan dengan humor, merukunkan perselisihan atau meminta orang lain menyelidikinya.

e) Penginformasian, yaitu memperjelas tugas dan rencana, memberi informasi baru pada kelompok, seperti melibatkan mereka, menerima informasi dari kelompok, membuat ringkasan atas usul dan gagasan yang masuk akal.

f) Pengevaluasian, yaitu mengevaluasi kelayakan gagasan, menguji konsekuensi solusi yang diusulkan, mengevaluasi prestasi kelompok, membantu kelompok mengevaluasi sendiri prestasi mereka berdasarkan standar yang ada.30

Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat dijelaskan bahwa sikap kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi, menggerakkan dan memotivasi orang lain untuk melakukan sesuatu demi mencapai tujuan yang telah ditentukan. Sikap kepemimpinan siswa ini ialah sikap pribadi yang dimiliki oleh peserta didik untuk mampu mengembangkan potensi diri, mampu menempatkan diri serta mampu berpikir terbuka dan positif terhadap diri dan lingkungannya.

Seorang pemimpin harus memiliki beberapa sifat atau kriteria tertentu seperti sehat, cakap, berpengalaman, jujur, dapat dipercaya, amanah, dan bertakwa. Tak hanya itu menjadi seorang pemimpin yang unggul harus memiliki beberapa sifat yaitu kekuatan, stabilitas emosi,

30 Loc.Cit., h. 22-23

(42)

24

pengetahuan tentang relasi insani, kejujuran, obyektif, dorongan pribadi, keterampilan berkomunikasi, kemampuan mengajar, keterampilan sosial, dan kecakapan teknis atau kecakapan manajerial.

Selain itu beberapa indikator sikap kepemimpinan yang mampu terlihat pada diri seseorang di antaranya yaitu: dekat dengan Tuhannya, dapat dipercaya, mampu bekerjasama, cerdas, pandai bersosialisasi, inisiatif yang tinggi dan kreatif, bertanggung jawab dan juga memiliki kesehatan jasmani maupun rohani yang baik.

Sifat-sifat ini dapat dikembangkan melalui proses pembiasaan, pendidikan maupun latihan secara berkesinambungan. Sikap kepemimpinan siswa ini akan mampu mempengaruhi perilaku, menggerakkan serta memberikan motivasi pada orang lain untuk suatu tujuan tertentu. Adapun sikap kepemimpinan ini tidak hadir dengan sendirinya melainkan dibangun dan dibentuk oleh pilar-pilar pendidikan yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat.

Berdasarkan penjelasan mengenai sikap kepemimpinan yang telah dijelaskan di atas, terdapat beberapa kesamaan antar beberapa pendapat para ahli mengenai sikap seorang pemimpin. Dengan itu penulis menyimpulkan bahwa sikap utama yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin yaitu:

1) Religius, beriman dan bertakwa

2) Memiliki jasmani dan mental yang sehat 3) Cakap dan antusias

4) Tegas bijaksana

5) Bertanggung jawab dan berintegritas

6) Keterampilan membimbing, mendorong, dan memotivasi orang lain 7) Dapat dipercaya, jujur dan amanah

8) Mempunyai keberanian dalam mengambil keputusan 9) Memiliki kecerdasan dan pengetahuan yang luas

(43)

25

10) Memiliki keterampilan dalam berkomunikasi, beradaptasi dan bekerja sama dengan orang lain

11) Kemampuan untuk bersikap obyektif 12) Memiliki motivasi yang tinggi

Seorang pemimpin yang baik dapat dilihat dari beberapa indikator yang dapat dilihat dari kepribadian orang tersebut. Mulai dari sikap religius nya, seorang pemimpin haruslah orang yang beriman, bertakwa dan dekat dengan Tuhannya. Jika seorang pemimpin merupakan orang yang dekat dengan Tuhannya sikap-sikap baik yang lain akan mengikuti.

Selain itu ia juga harus memiliki kesehatan jasmani dan kestabilan emosi yang baik. Ia juga harus cakap, ulet dan antusias dalam menjalankan tugasnya.

Tegas, bijaksana, adil dan ramah, bertanggung jawab, ikhlas dan berintegritas. Setiap perkataan yang keluar dari mulut seorang pemimpin sudah pasti benar dan dapat dipertanggungjawabkan. Memiliki keterampilan untuk memotivasi orang lain. Berani mengambil keputusan, cerdas, pandai berkomunikasi dan beradaptasi, bersikap obyektif dan percaya diri. Seorang pemimpin mampu menjalin komunikasi yang baik dengan orang-orang di sekitarnya.

6. Pengembangan Sikap Kepemimpinan

Pengembangan dalam pengertian yang sangat umum, berarti pertumbuhan, perubahan secara perlahan (evolusi) dan perubahan secara bertahap.31 Pengembangan dilakukan dengan cara mengembangkan kemampuan individu, kelompok dan organisasi supaya dapat menjalankan perannya dan memecahkan masalah yang dihadapi. Pengembangan kemampuan diartikan sebagai upaya memperkuat kapasitas individu, kelompok, atau organisasi melalui pengembangan keterampilan, potensi

31 Punaji Setyosari, Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan, (Jakarta:

Kencana, 2013), cet. Ketiga, h. 226

(44)

26

dan bakat, serta penguasaan kompetensi-kompetensi sehingga individ, kelompok, atau organisasi dapat menjalankan fungsinya dan siap menghadapi tantangan.32 Menurut pendapat Cepi, ia mengartikan pengembangan lebih pada proses peningkatan kemampuan diri atau organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Sedangkan menurut UU RI, pengembangan adalah kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bertujuan memanfaatkan kaidah dan teori ilmu pengetahuan yang telah terbukti kebenarannya untuk meningkatkan fungsi, manfaat, dan aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada, atau menghasilkan teknologi baru.33 Berdasarkan pengertian ini, pengembangan dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang untuk meningkatkan fungsi dan manfaat dari suatu teknologi tertentu yang sesuai dengan kaidah ilmiah.

Selanjutnya menurut Andrew F. Sikula, pengembangan adalah suatu proses pendidikan jangka panjang dengan menggunakan suatu prosedur yang sistematis dan terorganisasi, begitu pula seorang pimpinan akan terus belajar berbagai pengetahuan konseptual dan teoritis untuk tercapainya tujuan umum yang lebih besar. 34 Pendapat Andrew mengenai pengembangan lebih pada ruang lingkup suatu organisasi, di mana pengembangan merupakan suatu proses pendidikan yang dilakukan oleh sumber daya manusia yang ada dalam organisasi tersebut dalam rangka meningkatkan kemampuan demi mencapai tujuan.

Berdasarkan beberapa konsep mengenai pengembangan di atas, dapat disimpulkan bahwasanya pengembangan merupakan suatu usaha

32 Cepi Triatna, Pengembangan Manajemen Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015), cet. 1, h. 68-69

33 Republik Indonesia, Undang-Undang RI Nomor 18 Tahun 2002 Tentang Sistem Nasional, Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Bab 1, Pasal 1.

34 Kadarisman, Modul 1: Pengertian dan Ruang Lingkup Pengembangan Karyawan, dikutip dari http://repository.ut.ac.id/3917/1/ADPG4342-M1.pdf, diakses pada tanggal 4 November 2020 pukul 13.46 WIB

(45)

27

atau kegiatan yang tersistematis untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis dan konseptual serta moral melalui pendidikan dan latihan yang dilakukan dalam jangka panjang dan berkesinambungan untuk meningkatkan fungsi, manfaat, serta kegunaannya.

Dalam proses pengembangan sikap kepemimpinan siswa dibutuhkan strategi, pada strategi pengembangan kepemimpinan siswa bisa menggunakan pendapat Margustam. Menurut Margustam dalam Ainna, terdapat enam strategi pembentukan karakter secara umum yang memerlukan sebuah proses yang stimulan dan berkesinambungan. Adapun strategi pembentukan karakter tersebut ialah: habituasi (pembiasaan) dan pembudayaan yang baik, membelajarkan hal yang baik-baik (moral knowing), merasakan dan mencintai yang baik (feeling and loving), tindakan yang baik (moral acting), keteladanan dari lingkungan sekitar (moral modeling), tobat (kembali) kepada Allah setelah melakukan kesalahan.35 Dari keenam rukun pendidikan karakter tersebut Margustam mengatakan bahwa itu merupakan sebuah lingkaran yang utuh yang dapat diajarkan secara berurutan maupun tidak berurutan.

Pertama, strategi habituasi atau pembiasaan.36 Dengan strategi ini peserta didik dituntun dengan perlahan-lahan agar dapat memaknai nilai- nilai yang sedang mereka jalani. Seperti membiasakan sikap disiplin.

Kedua, strategi moral knowing. Strategi ini memberikan pengetahuan yang baik kepada siswa sesuai dengan kaidah-kaidah dalam pendidikan nilai. Penerapan strategi tersebut dapat dilihat pada sesi diskusi, sharing session atau kajian-kajian terhadap sebuah fenomena.

Dalam moral knowing hal utama yang harus menjadi catatan bagi para pendidik adalah bagaimana dapat membuat siswa mampu memahami

35 Ainna Khoiron Nawali, “Hakikat, Nilai-Nilai dan Strategi Pembentukan Karakter (Akhlak) dalam Islam, (UIN Sunan Klaijaga Yogyakarta: Jurnal Ilmiah Iqra’), vol. 12 No. 1 tahun 2018, h. 8-9

36 Maragustam, Filsafat Pendidikan Islam: Menuju Pembentukan Karakter Menghadapi Arus Global, (Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta, 2014), h. 264

Gambar

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penyusunan Skripsi
Tabel 4.1  Data Pendidikan dan Kependidikan SMK Ikhlas  Jawilan 55
Tabel 4.3 Data Sarana dan Prasarana SMK Ikhlas Jawilan 57
Tabel 4.4 Data Ekstrakulikuler SMK Ikhlas Jawilan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Gaya kepemimpinan adalah pola tingkah laku yang dirancang untuk mengintegrasikan tujuan organisasi dengan tujuan individu untuk mencapai tujuan tertentu (Heidjrachman dan Husnan,

Gaya kepemimpinan adalah pola tingkah laku yang dirancang untuk mengintegrasikan tujuan organisasi dengan tujuan individu untuk mencapai tujuan tertentu

Gaya kepemimpinan adalah suatu cara mempengaruhi kegiatan dan tujuan dari seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mencapai suatu tujuan tanpa paksaan dalam situasi

pernyataan ini disampaikan dalam (Rauch & Behling, 1994 : 46), bahwa kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas kelompok yang diatur untuk mencapai

Kemampuan untuk mempengaruhi dan menggerakan orang lain guna mencapai tujuan tertentu ini disebut Kepemimpinan atau leadership. Kepemimpinan sangat menentukan

Kepemimpinan yang efektif merupakan suatu proses yang mempunyai tujuan untuk.. memotivasi individu, pimpinan memiliki pengetahuan dan keterampilan

Gaya kepemimpinan demokratis adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan cara berbagai kegiatan yang

Gaya kepemimpinan merupakan cara pemimpin mempengaruhi pegawai untuk dapat bekerja lebih baik lagi dalam rangka mencapai tujuan organisasi karena pada hakikatnya