Pungguri Ayu Nega Sarsanti, 2013
PENGUASAAN KONSEP, KEMAMPUAN ANALISIS DAN KOMUNIKASI SISWA PADA PEMBELAJARAN PENCEMARAN LINGKUNGAN
DENGAN CONNECTED TEACHING
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Biologi
Oleh
Pungguri Ayu Nega Sarsanti 0902287
JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Pungguri Ayu Nega Sarsanti, 2013
PENGUASAAN KONSEP, KEMAMPUAN ANALISIS DAN KOMUNIKASI SISWA PADA PEMBELAJARAN PENCEMARAN LINGKUNGAN
DENGAN CONNECTED TEACHING
Oleh
Pungguri Ayu Nega Sarsanti
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Fakultas Pendidikan Matematika Dan Ilmu
Pengetahuan Alam
© Pungguri Ayu Nega Sarsanti 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
September 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Pungguri Ayu Nega Sarsanti, 2013
PUNGGURI AYU NEGA SARSANTI
PENGUASAAN KONSEP, KEMAMPUAN ANALISIS DAN KOMUNIKASI SISWA PADA PEMBELAJARAN PENCEMARAN LINGKUNGAN
DENGAN CONNECTED TEACHING
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:
Pembimbing I
Dr. rer. nat. Adi Rahmat, M.Si NIP. 196512301992021001
Pembimbing II
Dra. Ammi Syulasmi, M.Si NIP.195408281986122001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Biologi
Pungguri Ayu Nega Sarsanti, 2013
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Penguasaan Konsep, Kemampuan Analisis Dan Komunikasi Siswa Pada Pembelajaran Pencemaran Lingkungan Dengan Connected Teaching” ini dan seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau
pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan. Atas
pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya
apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam
karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, September 2013 Yang membuat pernyataan,
Pungguri Ayu Nega Sarsanti
Pungguri Ayu Nega Sarsanti, 2013
KATA PENGANTAR
Penulisan laporan hasil penelitian ini dilakukan sebagai tugas akhir untuk
menyelesaikan pendidikan jenjang S1 program studi Pendidikan Biologi dan
sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. Penelitian ini
dilakukan karena melihat kenyataan di lapangan serta dari hasil studi internasional
yang menunjukkan kemampuan siswa Indonesia dalam menganalisis masih dalam
kategori rendah dan kemampuan komunikasi yang jarang di ukur baik dalam
proses pembelajaran maupun saat evaluasi. Dengan pembelajaran menggunakan
pendekatan connected, pembahasan materi pelajaran lebih komprehensif . Adanya
penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan pengetahuan khususnya kepada
guru tentang strategi baru dalam proses pembelajaran, khususnya untuk
meningkatkan kemampuan analisis dan komunikasi siswa.
Bandung, September 2013
Pungguri Ayu Nega Sarsanti, 2013
UCAPAN TERIMA KASIH
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Sub'hanahuwa
Ta'ala, karena dengan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul : “ Kemampuan Analisis Dan Komunikasi Siswa Pada Pembelajaran Pencemaran Lingkungan Dengan Connected Teaching” . Dalam penulisan skripsi
ini penulis mengalami berbagai rintangan, tetapi dengan adanya motivasi,
bimbingan, dorongan dan do’a dari semua pihak skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada:
1. Bapak Dr.rer.nat Adi Rahmat, M. Si selaku pembimbing satu yang dengan
penuh kesabaran dan keikhlasan memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi
kepada penulis dalam proses bimbingan skripsi.
2. Ibu Dra. Ammi Syulasmi, M.Si selaku pembimbing dua yang dengan penuh
keikhlasan meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan, dan
motivasi kepada penulis dalam proses bimbingan skripsi.
3. Bapak Dr. H. Riandi, M.Si dan Dr. Phil. Ari Widodo, M.Ed sebagai ketua dan
sekretaris jurusan Pendidikan Biologi yang telah membantu administrasi dan
kelancaran kepada penulis selama kuliah dan proses bimbingan skripsi. Serta
Ibu Dr. Siti Sriyati, M.Si sebagai ketua program studi Pendidikan Biologi yang
juga telah membantu dalam administrasi demi kelancaran dalam menyelesaikan
penulisan skripsi.
4. Ibu Dr. Hj. Widi Purwianingsih, M.Si sebagai pembimbing akademik yang
telah memberikan motivasi dan bimbingan selama perkuliahan.
5. Ibu Dra. Heni Hernawati selaku Wakasek Kurikulum SMA PGII 1 Bandung
yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di
sekolah tersebut.
6. Ibu Dra. Ida Rosyidah selaku guru mata pelajaran Biologi di SMA PGII 1
Bandung yang telah membantu dalam kelancaran penelitian.
Pungguri Ayu Nega Sarsanti, 2013
8. Bapak dan Ibu serta adik tercinta yang senantiasa memberikan dorongan baik
secara moril maupun materiil kepada penulis. Memberikan do’a demi
kelancaran segalanya.
9. Teman-teman angkatan 2009 baik dari prodi Pendidikan Biologi maupun prodi
Biologi dan khususnya Bio Bee, yang telah memberikan dorongan dan
semangat selama perkuliahan serta penulisan skripsi.
10.Serta pihak-pihak lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah
membantu, baik secara langsung mapun tidak langsung dalam menyelesaikan
penulisan skripsi.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Akhir kata
peneliti barharap semoga skripsi ini bermanfaat, khususnya bagi peneliti dan
umumnya bagi pembaca atau semua pihak yang berkepentingan.
Bandung, September 2013
Pungguri Ayu Nega Sarsanti
i Pungguri Ayu Nega Sarsanti, 2013
PENGUASAAN KONSEP, KEMAMPUAN ANALISIS DAN KOMUNIKASI SISWA PADA PEMBELAJARAN PENCEMARAN LINGKUNGAN DENGAN
CONNECTED TEACHING
ABSTRAK
Hasil studi TIMSS dan PISA pada beberapa tahun terakhir menunjukkan siswa Indonesia pada jenjang SMP masih memiliki kemampuan yang rendah dalam menganalisis dan akan mempengaruhi perkembangan kemampuan analisis pada jenjang SMA. Salah satu penyebab rendahnya pencapaian kemampuan analisis siswa dikarenakan kurangnya pembelajaran yang tidak dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari serta dengan disiplin ilmu yang lain sehingga pembahasan materi tidak komprehensif. Pendekatan connected merupakan strategi pembelajaran yang dapat menghubungkan antar konsep dalam satu lingkup bidang IPA. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penguasaan konsep, kemampuan analisis dan komunikasi tertulis siswa setelah pembelajaran menggunakan pendekatan connected. Selain itu, tujuan lain dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara penguasaan konsep, kemampuan analisis serta kemampuan komunikasi tertulis. Penelitian ini merupakan penelitian weak
eksperimen yang menggunakan desain one group pretest-posttest. Adapun yang
menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas X SMA PGII 1 Bandung tahun ajaran 2012/2013, sebanyak 36 orang siswa. Penguasaan konsep di ukur dengan menggunakan soal pilihan ganda, sedangkan kemampuan analisis dan komunikasi tertulis siswa di ukur dengan menggunakan soal essay. Data yang diuji secara statistik adalah nilai N-gain. Uji prasyarat dilakukan sebelum melakukan uji hipotesis dan korelasi. Hasil one sample t-test penguasaan konsep t=2.82, kemampuan analisis t= -0.573 dan kemampuan komunikasi t= -2.546 dengan
α=0.05 dapat diambil kesimpulan peningkatan yang terjadi termasuk dalam kategori sedang untuk penguasaan konsep dan kemampuan analisis. Hasil uji korelasi menunjukkan angka r=0,420/kategori cukup (penguasaan konsep-analisis), r=0,280/kategori rendah (penguasaan konsep-komunikasi) dan r=0,867/kategori sangat tinggi (analisis-komunikasi). Berdasarkan uji korelasi diketahui terdapat hubungan yang sangat tinggi antara kemampuan analisis dan komunikasi.
i Pungguri Ayu Nega Sarsanti, 2013
MASTERY OF CONCEPTS, ANALYTICAL AND COMMUNICATION SKILLS OF STUDENTS IN LEARNING ENVIRONMENT POLLUTION
WITH CONNECTED TEACHING
ABSTRACT
Results of TIMSS and PISA studies in recent years show Indonesian students at the junior high school still has a low ability to analyze and will influence the development of analytical skills at the high school level. One cause of low achievement due to the lack of analytical skills of students who are not learning associated with everyday life as well as with other disciplines so that the material is not a comprehensive discussion. Connected learning approach is a strategy that can connect between concepts within the scope of the field of science. This study aims to analyze the mastery of concepts, analytical and written communication skills of students after learning approach connected. In addition, another goal of the study is to examine the relationship between mastery of concepts, analytical skills and written communication skills. This research is weak experimental design using one-group pretest-posttest. As for the research subjects were students of class X SMA PGII 1 Bandung academic year 2012/2013, as many as 36 students. Mastery of concepts is measured by using multiple choice questions, while the analytical and written communication skills of students is measured by using the essay. The data were statistically tested N-gain value. Prerequisite test performed prior to hypothesis testing and correlation. Results of one sample t -test t = 2.82 for mastery of concept , t = -0573 for analytical skills and t = -2546 for communication skills with α = 0.05 can be concluded that the increase occurred in the medium category for mastery of concepts and analytical skills. The test results showed the correlation r = 0.420/ enough category ( mastery of the concept -analysis ), r = 0.280/low category ( mastery of concepts-communication ) and r = 0.867/very high category ( analysis-communication ). Based on the known correlation test is very high there is a relationship between analytical and communication skills.
Keywords : Mastery of concepts, analytical skills, communication skills,
v Pungguri Ayu Nega Sarsanti, 2013
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK………... i
KATA PENGANTAR………. ii
UCAPAN TERIMA KASIH……….. iii
DAFTAR ISI... v
DAFTAR TABEL……… viii
DAFTAR GAMBAR……….... xi
DAFTAR LAMPIRAN………... xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang………. 1
B. Rumusan Masalah……… 6
C. Tujuan Penelitian……….. 7
D. Batasan Masalah………... 7
E. Manfaat Penelitian……… 8
F. Asumsi……….. 9
G. Hipotesis………... 9
BAB II KEMAMPUAN ANALISIS DAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA, PENCEMARAN LINGKUNGAN DAN CONNECTED TEACHING A. Penguasaaan Konsep……… 10
B. Kemampuan Analisis………... 11
C. Kemampuan Komunikasi………. 13
D. Hubungan Antara Penguasaan Konsep, Kemampuan Analisis Dan Komunikasi………... 15
vi Pungguri Ayu Nega Sarsanti, 2013
1. Pengertian Pencemaran Lingkungan………... . 16
2. Macam-macam Pencemaran Lingkungan……… 17
3. Analisis Materi Terkoneksi……….. 20
F. Connected Teaching………. 33
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian………... 39
B. Populasi dan Sampel……… 39
C. Metode Penelitian………. 39
D. Desain Penelitian……….. 40
E. Definisi Operasional………. 40
F. Strategi Pembelajaran………... 41
G. Instrumen Penelitian dan Pengembangannya……….. 43
H. Teknik Pengumpulan Data………... 49
I. Analisis Data……… 50
1. Tes Tertulis……….. 50
2. Pengolahan Indeks Nilai N-gain……….. 50
3. Uji Prasyarat……… 51
4. Uji Hipotesis……… 51
5. Uji Korelasi……….. 52
J. Tahapan Penelitian………... 52
K. Alur Penelitian……….. 54
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian……… 55
1. Hasil Tes Penguasaan Konsep……… 55
2. Hasil Tes Kemampuan Analisis……….. 60
3. Hasil Tes Kemampuan Komunikasi……… 64
vii Pungguri Ayu Nega Sarsanti, 2013
Analisis dan Kemampuan Komunikasi………... 72
B. Pembahasan……….. 74
1. Penguasaan Konsep Siswa………... 74
2. Kemampuan Analisis Siswa……… 78
3. Kemampuan Komunikasi Siswa……….. 81
4. Keefektifan Pendekatan Connected Teaching Berdasarkan Hasil Uji Hipotesis……….. 84
5. Korelasi antara Penguasaan Konsep, Kemampuan Analisis dan Kemampuan Komunikasi……….. 86
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan………... 93
B. Saran………. 94
viii Pungguri Ayu Nega Sarsanti, 2013
DAFTAR TABEL
No Tabel Halaman
2.1 Dimensi Pengetahuan dan Dimensi Proses Kognitif……….. 10
2.2 Jenis Pencemar Pada Pencemaran Air………... 21
2.3 Jenis Pencemar Pada Pencemaran Udara………... 25
2.4 Jenis Pencemar Pada Pencemaran Tanah………... 31
2.5 Peta Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang Berorientasi IPA Terpadu……… 37
3.1 Keterkaitan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar pada Materi Pencemaran Lingkungan………. 42
3.2 Hasil Uji Validitas Butir Soal Pilihan Ganda………. 45
3.3 Hasil Uji Validitas Butir Soal Essay……….. 45
3.4 Kriteria Reliabilitas……… 46
3.5 Kriteria Tingkat Kesukaran……… 47
3.6 Hasil Uji Tingkat Kesukaran Soal Pilihan Ganda……….. 47
3.7 Hasil Uji Tingkat Kesukaran Soal Essay………... 47
3.8 Kriteria Daya Pembeda……….. 48
3.9 Hasil Uji Daya Pembeda Soal Pilihan Ganda……… 48
3.10 Hasil Uji Daya Pembeda Soal Essay……….. 48
3.11 Keefektifan Pengecoh Soal Pilihan Ganda………. 49
3.12 Kategori Nilai N-gain………. 51
4.1 Penguasaan Konsep Siswa Berdasarkan Jumlah Siswa Yang Menjawab Benar Pada Pretest dan Posttest………... 56
4.2 Penguasaan Konsep Siswa Berdasarkan Rata-rata Skor Pada Tiap Sub Konsep………. 57
4.3 Rekapitulasi Hasil Uji N-gain Penguasaan Konsep Berdasarkan Sub Konsep……… 58
ix Pungguri Ayu Nega Sarsanti, 2013
Kelompok Atas, Sedang dan Bawah……….. 59 4.6 Rekapitulasi Hasil Uji N-gain Penguasaan Konsep Berdasarkan
Kategori Kelompok……… 60
4.7 Kemampuan Analisis Siswa Berdasarkan Rata-rata Skor Pada Tiap
Sub Konsep………. 61
4.8 Rekapitulasi Hasil Uji N-gain Kemampuan Analisis Berdasarkan Sub
Konsep……… 61
4.9 Kemampuan Analisis Siswa Berdasarkan Rata-rata Skor Tiap
Indikator………. 62
4.10 Rekapitulasi Hasil Uji N-gain Kemampuan Analisis Berdasarkan
Indikator………. 62
4.11 Kemampuan Analisis Siswa Berdasarkan Kategori Nilai N-gain…….. 63 4.12 Kemampuan Analisis Siswa Berdasarkan Rata-rata Perolehan Nilai
Kelompok Atas, Sedang dan Bawah……….. 63 4.13 Rekapitulasi Hasil Uji N-gain Kemampuan Analisis Berdasarkan
Kategori Kelompok……….... 64
4.14 Kemampuan Komunikasi Siswa Berdasarkan Rata-rata Skor Pada
Tiap Sub Konsep………... 65
4.15 Rekapitulasi Hasil Uji N-gain Kemampuan Komunikasi
Berdasarkan Sub Konsep……… 65
4.16 Kemampuan Komunikasi Siswa Berdasarkan Rata-rata Skor Tiap
Indikator………. 66
4.17 Rekapitulasi Hasil Uji N-gain Kemampuan Komunikasi Berdasarkan
Indikator………. 66
4.18 Kemampuan Komunikasi Siswa Berdasarkan Kategori Nilai N-gain... 67
4.19 Kemampuan Komunikasi Siswa Berdasarkan Rata-rata Perolehan
Nilai Kelompok Atas, Sedang dan Bawah………. 67 4.20 Rekapitulasi Hasil Uji N-gain Kemampuan Komunikasi Berdasarkan
Kategori Kelompok……… 68
4.21 Rekapitulasi Hasil Uji Prasyarat Penguasaan Konsep, Kemampuan
x Pungguri Ayu Nega Sarsanti, 2013
Analisis dan Kemampuan Komunikasi……….. 70 4.23 Rekapitulasi Hubungan Penguasaan Konsep Dengan Kemampuan
Analisis Siswa……… 73
4.24 Rekapitulasi Hubungan Penguasaan Konsep Dengan Kemampuan
Komunikasi Siswa……….. 73
4.25 Rekapitulasi Hubungan Kemampuan Analisis Dengan Kemampuan
xi Pungguri Ayu Nega Sarsanti, 2013
DAFTAR GAMBAR
No Gambar Halaman
2.1 Diagram Taksonomi Bloom Revisi……… 12
2.2 Bagan Connected Antar Beberapa Mata Pelajaran……… 36
3.1 Bagan Alur Penelitian……… 54
4.1 Perbandingan Nilai Rata-rata Siswa Pada Pretest dan Posttest………. 71 4.2 Perbandingan Nilai Rata-rata N-gain Siswa Pada Setiap
Kemampuan Berdasarkan Kategori Kelompok……….. 72 4.3 Segitiga Korelasi Penguasaan Konsep, Kemampuan Analisis dan
xii Pungguri Ayu Nega Sarsanti, 2013
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
A.Perangkat Pembelajaran
A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1……… 102
A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2……… 107
A.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 3……… 112
A.4 Lembar Kerja Siswa 1………. 116
A.5 Lembar Kerja Siswa 2………. 119
A.6 Lembar Kerja Siswa 3………. 121
B.Instrumen Penelitian B.1 Kisi-kisi Soal Penguasaan Konsep……….. 124
B.2 Kisi-kisi Soal Kemampuan Analisis&Komunikasi………. 125
B.3 Soal Penguasaan Konsep………. 126
B.4 Soal Kemampuan Analisis……….. 134
B.5 Soal Kemampuan Komunikasi……… 137
B.6 Rubrik Penilaian……….. 140
B.7 Kunci Jawaban……… 145
C.Analisis Butir Soal C.1 Analisis Butir Soal Penguasaan Konsep………. 149
C.2 Analisis Butir Soal Analisis dan Komunikasi………. 155
D.Data Hasil Penelitian D.1 Hasil Tes Penguasaan Konsep (pretest)……….. 160
D.2 Hasil Tes Penguasaan Konsep (posttest)……… 162
D.3 N-gain Penguasaan Konsep……… 164
xiii Pungguri Ayu Nega Sarsanti, 2013
D.5 N-gain Kemampuan Analisis………. 167
D.6 Hasil Tes Kemampuan Komunikasi (pretest-posttest)………... 168
D.7 N-gain Kemampuan Komunikasi……… 170
E.Hasil Uji Statistika Data Penelitian E.1 Uji Normalitas………... 172
E.2 Uji Hipotesis……… 174
E.3 Uji Korelasi………. 176
E.4 Uji Normalitas (tiap bagian)……… 177
E.5 Uji One Sample T-test (tiap bagian)……… 181
F.Perizinan dan Judgment F.1 Surat Ijin Penelitian………. 187
F.2 Surat Bukti Penelitian……….. 188
F.3 Surat Ijin Uji Instrumen………... 189
F.4 Surat Judgment 1………. 190
F.5 Surat Judgment 2………. 191
F.6 Surat Judgment 3………. 192
F.7 Surat Judgment 4………. 193
F.8 Surat Judgment 5………. 194
Riwayat Hidup……….. 195
xiv Pungguri Ayu Nega Sarsanti, 2013
1 Pungguri Ayu Nega Sarsanti, 2013
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di dalam Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pelajaran (Permendiknas
No.23 Tahun 2006) pada tingkat SMA, salah satu tujuan dari mata pelajaran
biologi adalah agar peserta didik memiliki kemampuan untuk menganalisis
masalah-masalah kompleks. Selain itu, dalam prinsip-prinsip pengembangan
kurikulum 2013, salah satu dari prinsip tersebut adalah kurikulum
dikembangkan untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik agar
memiliki tingkat penguasaan di atas standar yang telah ditentukan. Dalam
penelitian Sudargo et al. (2010: 3) menyebutkan bahwa pembelajaran biologi
SMA lebih mengembangkan kemampuan kognitif pada jenjang C1, C2, dan
C3, sementara jenjang C4, C5 dan C6 jarang dikembangkan dilihat dari
pengembangan soal evaluasi. Sama halnya saat peneliti melakukan program
latihan profesi (PLP) di sekolah menengah, diketahui bahwa soal-soal evaluasi
kognitif dalam pembelajaran biologi lebih mengutamakan soal-soal pada
jenjang C1, C2 dan C3, sedangkan soal pada jenjang C4 jarang diberikan. Dari
beberapa pernyataan yang telah dikemukakan, dapat diprediksikan bahwa
peserta didik akan memiliki kemampuan kognitif hanya pada jenjang ingatan,
pemahaman serta aplikasi, sedangkan pada jenjang analisis, evaluasi dan
mencipta tidak dikembangkan.
Selain itu, implementasi pelaksanaan pembelajaran di lapangan
khususnya bidang IPA pada umumnya masih menggunakan pendekatan
teacher centered. Pembelajaran seperti itu akan mengakibatkan lemahnya
penguasaan konsep serta minimnya penguasaan konsep yang masuk ke dalam
ingatan jangka panjang (Budiani, 2012: 2). Hal ini tentu akan mempengaruhi
kemampuan siswa pada tingkat yang lebih tinggi, seperti menalar, berpikir
2
Pungguri Ayu Nega Sarsanti, 2013
salah satu bentuk hasil belajar siswa, memang harus diukur setelah proses
pembelajaran.
Hasil studi Trends in International Mathematics and Science Study
(TIMSS) tahun 2007 menunjukkan siswa Indonesia berada pada ranking amat
rendah dalam kemampuan 1) memahami informasi yang komplek 2) teori,
analisis dan pemecahan masalah 3) pemakaian alat, prosedur dan pemecahan
masalah dan 4) melakukan investigasi. Selain itu, hasil studi Program for
International Student Assessment (PISA) tahun 2009 menunjukkan peringkat
Indonesia yang menduduki 10 besar terbawah dari 65 negara. Kemampuan
proses dalam studi PISA salah satunya didefinisikan kemampuan seseorang
dalam menafsirkan (interpret) yang melibatkan kemampuan dalam komunikasi,
penalaran dan argumentasi.Soal-soal dalam studi PISA lebih banyak mengukur
kemampuan menalar, memecahkan masalah dan berargumentasi daripada
soal-soal yang mengukur kemampuan teknis baku yang berkaitan dengan ingatan
semata. Berdasarkan fakta dan data yang telah diuraikan tersebut, dapat diambil
kesimpulan bagaimana pentingnya mengembangkan kemampuan peserta didik
dalam menalar dan menganalisis. Rendahnya kemampuan analisis siswa sejak
dibangku SMP sesuai dengan hasil studi TIMSS dan PISA, juga akan
mempengaruhi perkembangan kemampuan analisis pada masa SMA. Atas
dasar soal-soal dan kemampuan proses dalam studi PISA, menunjukkan pula
bagaimana pentingnya mengembangkan kemampuan komunikasi. Kemampuan
komunikasi juga merupakan keterampilan proses sains (Rustaman et al., 2005).
Melihat kenyataan di lapangan bahwa kemampuan komunikasi siswa
dalam pembelajaran sering tidak dinilai, ini akan mengakibatkan kemampuan
komunikasi yang dimiliki peserta didik tidak diketahui dan dikembangkan
dalam pembelajaran. Tanpa komunikasi, orang tidak akan mendapatkan
informasi, sampai ada pendapat yang menyatakan “Bila ingin menguasai dunia, kuasailah informasi”. Pernyataan tersebut menunjukkan bagaimana pentingnya untuk mengembangkan kemampuan komunikasi. Terdapat dua jenis
komunikasi, yakni komunikasi lisan dan tertulis. Segenap unsur yang tertuang
3
Pungguri Ayu Nega Sarsanti, 2013
komunikasi lisan. Sebelum menulis, diperlukan kemampuan mengharmonikan
berbagai aspek tulisan, yaitu memproses pengetahuan tentang topik yang akan
dituliskan, menuangkan pengetahuan secara runtut serta menyajikan sesuai
dengan aturan penulisan (Churiyah, 2010: 42).
Penjelasan paragraf diatas mengisyaratkan bahwa sebelum
mengembangkan kemampuan komunikasi tertulis, peserta didik diharapkan
dapat memproses pengetahuan tentang topik yang akan dituliskan, arti dari
memproses pengetahuan disini dapat diartikan bahwa peserta didik harus
mampu memahami dan menganalisis suatu pengetahuan sebelum dijadikan
informasi berupa tulisan. Selain itu, untuk dapat mengembangkan kemampuan
komunikasi, maka siswa harus memiliki bahan yang akan dikomunikasikan.
Kemampuan komunikasi yang baik pada siswa akan tercapai apabila siswa
mampu memahami dan menganalisis bahan yang dikomunikasikan tersebut.
Sehingga bisa dikatakan antara kemampuan komunikasi khususnya komunikasi
tertulis dan kemampuan analisis ini akan saling berhubungan. Selain itu,
penguasaan konsep siswa yang menjadi kemampuan dasar juga akan
mempengaruhi kemampuan analisis serta komunikasi siswa. Oleh karena itu,
dalam penelitian ini juga akan sedikit dibahas mengenai hubungan antara
penguasaan konsep, kemampuan analisis serta komunikasi.
Diperlukan suatu strategi dalam pembelajaran agar dapat mengukur
kemampuan analisis dan komunikasi siswa, khususnya komunikasi tertulis.
Pembelajaran sains khususnya biologi sangat berkaitan erat dengan kehidupan
sehari-hari. Selain itu, materi-materi dalam biologi tidak dapat berdiri
sendiri-sendiri (parsial) melainkan berhubungan satu sama lain. Ilmu biologi juga
sangat berkaitan dengan disiplin ilmu yang lain. Akan lebih bermakna jika
pembelajaran dalam biologi disangkut pautkan dengan fenomena sehari-hari
serta dihubungkan dengan disiplin ilmu yang lain. Sehingga memungkinkan
menarik siswa untuk lebih termotivasi dalam belajar. Ausubel (Joyce dan Weil,
1972: 12) mengemukakan konsep-konsep IPA yang diberikan hendaknya
4
Pungguri Ayu Nega Sarsanti, 2013
keterkaitan dengan berbagai peristiwa yang telah dialaminya, sesuai dengan
minat siswa dan saling keterhubungan dengan masa depan kelak bagi siswa.
Atas dasar hal tersebut, pembelajaran IPA hendaknya disajikan secara
utuh dan tidak terkotak-kotak. Menurut Masriyah (2009) pembelajaran yang
disajikan terpisah-pisah atau terkotak-kotak memungkinkan adanya tumpang
tindih dan pengulangan, sehingga membutuhkan waktu dan energi yang lebih
banyak. Pembelajaran terpadu merupakan salah satu desain pembelajaran yang
dianjurkan untuk diaplikasikan pada semua jenjang pendidikan. Pembelajaran
ini merupakan pendekatan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik
secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan
konsep serta prinsip secara holistik dan otentik (Puskur, 2006: 1). Komponen
konten dalam studi PISA dimaknai sebagai materi yang dipelajari salah satunya
meliputi perubahan dan keterkaitan (change anda relationship). Penjelasan
tersebut menunjukkan bahwa materi-materi dalam pembelajaran, khususnya
pelajaran IPA, hendaknya dikaitkan dengan materi-materi lain. Berdasarkan
hasil observasi, peneliti menemukan banyak digunakan soal-soal IPA terpadu
pada soal-soal tes masuk ke perguruan tinggi, dimana mata pelajaran
matematika, kimia, biologi dan fisika saling terkait dalam soal dan
pertanyaannya.
Dalam penelitian ini digunakan pendekatan connected teaching untuk
mengukur kemampuan kemampuan analisis serta komunikasi siswa, khususnya
komunikasi tertulis. Connected teaching sebenarnya adalah model
pembelajaran, tetapi karena sintak atau langkah-langkah pembelajarannya
masih belum terlalu dimengerti, maka connected disini dianggap sebagai
pendekatan sehingga langkah-langkah pembelajarannya dikembangkan sendiri
seperti pada pembelajaran pada umumnya. Model connected merupakan salah
satu dari sekian banyak jenis dari pendekatan terintegrasi (Integrated
Approach), namun salah satu alasan peneliti menggunakan connected karena
pada penggunaan IPA terpadu model connected memiliki karakterisitik yang
mendukung dalam kegiatan pembelajaran, salah satunya yaitu “bermakna”
5
Pungguri Ayu Nega Sarsanti, 2013
Rahayu (2013) mengungkapkan dengan adanya penerapan pembelajaran IPA
terpadu model connected, siswa dapat mengaitkan antar konsep dalam
kehidupan sehari-hari. Senada dengan yang diungkapkan oleh Sriyati (2008)
bahwa dengan model pembelajaran connected siswa lebih mudah menemukan
keterkaitan karena masih dalam lingkup satu bidang studi. Berdasarkan
penyataan tersebut, maka peneliti menghubungkan materi dengan fenomena
dalam kehidupan sehari-hari siswa serta membahas materi yang akan diajarkan
secara komprehensif dengan menghubungkan materi tersebut dengan ilmu lain
tetapi masih dalam satu lingkup bidang studi. Dalam penelitian Munir et al. (
2012: 112) menyimpulkan penerapan kurikulum terpadu connected dapat
diterapkan untuk meningkatkan keterampilan dalam menulis. Hal ini menjadi
salah satu bukti bahwa pendekatan connected teaching dapat meningkatkan
keterampilan berkomunikasi, terutama kemampuan berkomunikasi secara
tertulis.
Selain itu, menurut Masriyah (2009) keterpaduan bidang kajian dapat
mendorong guru untuk mengembangkan kreativitas tinggi karena adanya
tuntutan untuk memahami keterkaitan antara satu materi dengan materi yang
lain. Karena menggunakan connected teaching, maka disini peneliti mencoba
memilih materi yang sesuai pada proses pembelajaran. Materi yang sesuai yaitu
materi yang memiliki keterkaitan yang kaya dengan konsep lain. Akan lebih
menarik jika materi yang dibahas sangat berhubungan dengan kehidupan
sehari-hari siswa serta materi sesuai dengan fenomena/isu-isu yang sedang
terjadi dalam kehidupan nyata. Oleh karena itu materi yang akan dijadikan
bahan penelitian disini yaitu tentang pencemaran lingkungan. Penulis memilih
konsep pencemaran lingkungan karena materi tentang pencemaran erat
kaitannya dengan kondisi lingkungan saat ini, sehingga siswa tidak akan
merasa asing dengan materi yang dipilih penulis.
Materi pencemaran lingkungan disini perlu diajarkan karena mengingat
adanya ketentuan Pasal 33, Pasal 41, dan Pasal 56 Undang-undang Nomor 32
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Pada
6
Pungguri Ayu Nega Sarsanti, 2013
tahu penyebab serta prosesnya sehingga akan sulit untuk menemukan solusi
dalam memecahkan permasalahan pada pencemaran lingkungan. Untuk
mengetahui proses yang terjadi pada pencemaran lingkungan tidak bisa hanya
dijelaskan secara biologis saja melainkan ada serangkaian proses reaksi kimia
yang terjadi di alam sehingga lingkungan berubah. Dengan demikian penulis
ingin mengkoneksikan materi biologi yakni disini pencemaran lingkungan
dengan materi kimia khususnya tentang unsur dan senyawa berbahaya,
sehingga pembahasan materi akan lebih komprehensif dan meningkatkan
pemahaman siswa. Selain itu dengan strategi pembelajaran yang demikian akan
dapat meningkatkan kepedulian siswa terhadap lingkungan sekitar.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut, maka peneliti
merumuskan judul penelitian ini, yaitu “Penguasaan Konsep, Kemampuan Analisis dan Komunikasi Siswa pada Pembelajaran Pencemaran Lingkungan
dengan Connected Teaching.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut: “Bagaimana penguasaan konsep, kemampuan analisis
dan komunikasi siswa pada pembelajaran pencemaran lingkungan dengan
connected teaching?”
Sesuai dengan rumusan masalah, maka dibuat pertanyaan penelitian
sebagai berikut:
1. Bagaimana penguasaan konsep siswa pada pembelajaran pencemaran
lingkungan dengan connected teaching ?
2. Bagaimana kemampuan analisis siswa pada pembelajaran pencemaran
lingkungan dengan connected teaching ?
3. Bagaimana kemampuan komunikasi tertulis siswa pada pembelajaran
pencemaran lingkungan dengan connected teaching ?
4. Berapa besar hubungan antara penguasaan konsep, kemampuan analisis
dan kemampuan komunikasi tertulis siswa pada pembelajaran pencemaran
7
Pungguri Ayu Nega Sarsanti, 2013
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan
penelitian ini adalah, “Untuk menganalisis penguasaan konsep, kemampuan
analisis dan komunikasi siswa pada pembelajaran pencemaran lingkungan
dengan connected teaching”
D. Batasan Masalah
Untuk lebih mengarahkan penelitian yan dilakukan, maka peneliti
membatasi permasalahan sebagai berikut:
1. Pembelajaran/penyajian materi dikelas dilakukan dengan pendekatan
interdisciplinary connected teaching, yang menghubungkan konsep biologi
khususnya materi pencemaran lingkungan dengan konsep kimia khususnya
materi unsur dan senyawa berbahaya serta dampaknya.
2. Konsep yang diajarkan yaitu konsep pencemaran lingkungan, khususnya
jenis pencemaran, proses serta dampak yang ditimbulkan dari pencemaran
tersebut.
3. Penguasaan konsep yang diukur dalam penelitian ini yaitu penguasaan
konsep pada domain kognitif pada jenjang C1, C2 dan C3 sebagai tolak ukur
dalam mengukur kemampuan analisis siswa pada jenjang kognitif C4.
4. Kemampuan analisis yang diukur dalam penelitian ini yaitu kemampuan
kognitif pada jenjang C4 menurut Taksonomi Bloom revisi yang meliputi
indikator differentiating, organizing dan attributing (Anderson et al., 2001).
5. Kemampuan komunikasi yang diukur dalam penelitian ini yaitu kemampuan
komunikasi tertulis, diambil dari indikator kemampuan proses sains yang
khusus untuk kemampuan berkomunikasi tertulis, yaitu kemampuan
8
Pungguri Ayu Nega Sarsanti, 2013
E. Manfaat Penelitian
Penelitian mengenai kemampuan analisis dan komunikasi pada
pembelajaran pencemaran lingkungan dengan connected teaching ini , dapat
memberikan manfaat, yaitu:
1. Bagi guru diharapkan:
a. Sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun strategi pembelajaran
dengan menghubungkan mata pelajaran biologi dengan mata pelajaran lain
khususnya pada materi pencemaran lingkungan dengan demikian proses
pembelajaran akan lebih komprehensif.
b. Sebagai gambaran dalam menilai kemampuan analisis dan komunikasi
siswa pada konsep pencemaran lingkungan.
c. Sebagai masukan dalam memperbaiki kualitas proses pembelajaran yang
berkaitan dengan pembelajaran kognitif.
2. Bagi siswa diharapkan:
a. Dapat meningkatkan motivasi siswa pada proses pembelajaran khususnya
pada konsep pencemaran lingkungan karena menggunakan connected
teaching dan proses pembelajaran dikaitkan dengan fenomena di
kehidupan sehari-hari.
b. Selain motivasi, juga akan mengembangkan kemampuan kognitif siswa
dalam jenjang yang lebih tinggi, yaitu kemampuan menganalisis dan
berkomunikasi.
c. Setelah belajar konsep pencemaran lingkungan, dapat meningkatkan
kepedulian siswa terhadap lingkungan sekitarnya.
3. Bagi pembaca atau peneliti lain:
a. Sebagai informasi yang memberikan gambaran dengan connected teaching
pada pembelajaran akan meningkatkan motivasi siswa dalam proses
pembelajaran, meningkatkan kemampuan kognitif serta pembelajaran akan
lebih komprehensif.
b. Sebagai data tambahan atau referensi untuk melaksanakan penelitian
9
Pungguri Ayu Nega Sarsanti, 2013
F. Asumsi
1. Pendekatan pembelajaran terpadu dapat mengembangkan kemampuan nalar
dalam pembentukan pengetahuan berdasarkan interaksi dengan lingkungan
dan pengalaman dalam kehidupannya (Dewey, 1902).
2. Model pembelajaran terpadu yaitu tipe connected pada bidang studi IPA
dapat meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir rasional
(Astuti, 2011: 15).
3.Penerapan kurikulum terpadu tipe connected dapat meningkatkan
keterampilan menulis (Munir et al, 2012: 112).
G. Hipotesis
Dalam penelitian ini, ditentukan hipotesis dengan mengacu pada asumsi
diatas. Hipotesis yang dimaksud adalah: “Terdapat peningkatan penguasaan
konsep, kemampuan analisis dan komunikasi yang mencapai kategori sedang
pada kelompok siswa yang menggunakan pembelajaran dengan pendekatan
39 Pungguri Ayu Nega Sarsanti, 2013
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA PGII 1 Bandung. Subjek penelitian
adalah siswa SMA kelas X tahun ajaran 2012/2013 yang belum menerima
pembelajaran tentang pencemaran lingkungan. Kelas yang dijadikan penelitian
hanya 1 kelas dengan jumlah siswa 36 orang. Pemilihan tingkat kelas, yakni
kelas X dipilih terkait materi pembelajaran peneliti yakni pencemaran
lingkungan.
B.Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan objek yang akan diteliti. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X di SMA PGII I Bandung. Sampel
adalah bagian dari populasi yang dapat dianggap mewakili populasi tersebut.
Untuk teknik sampling peneliti menggunakan non-probability sampling yakni
purposive sampling, yaitu pengambilan sampel dengan tujuan tertentu. Dalam
penelitian ini sampel yang di ambil adalah kelas dengan siswa yang memiliki
kemampuan lebih tinggi dibandingkan siswa pada kelas lainnya, dilihat dari
nilai rata-rata kelas dan berdasarkan rekomendasi dari guru. Sebanyak 7 kelas
dari kelas X, yang terpilih adalah kelas X-3.
C.Metode Penelitian
Penelitian dilaksanakan dengan metode ekperimental lemah (weak
experimental), karena sampel yang digunakan dalam penelitian ini hanya satu
kelas. Sampel merupakan kelompok eksperimental yakni kelompok yang
40
Pungguri Ayu Nega Sarsanti, 2013
D.Desain Penelitian
Desain penelitian eksperimen yang dipilih adalah the one-group
pretest-posttest design dengan pola sebagai berikut:
Group Pretest Independent Variable Posttest
Experiment T1 X T2
Keterangan:
T1 : Variabel terikat sebelum dilakukannya treatment
T2 : Variabel terikat setelah dilakukannya treatment
X : Variabel bebas (treatment) berupa pembelajaran dengan
connected teaching
E.Definisi Operasional
Agar menghindari kesalahan dalam menafsirkan istilah yang digunakan
sebagai variabel penelitian ini, maka diperlukan penjelasan tentang istilah yang
digunakan dalam penelitian ini agar lebih efektif dan operasional. Istilah
tersebut yaitu:
1. Penguasaan Konsep yang dimaksud disini adalah skor atau nilai siswa dalam
menjawab soal-soal pilihan ganda yang mengukur kemampuan kognitif pada
jenjang C1,C2 dan C3.
2. Kemampuan komunikasi yang dimaksud disini adalah skor atau nilai siswa
dalam menjawab soal-soal test tertulis pada kemampuan komunikasi tertulis,
diambil dari indikator kemampuan proses sains yang khusus untuk
kemampuan berkomunikasi tertulis, yaitu kemampuan membaca gambar,
bagan, tabel dan grafik.
3. Kemampuan analisis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah skor atau
nilai siswa dalam menjawab soal-soal test tertulis pada kemampuan analisis
meliputi kemampuan menguraikan (differentiating), mengorganisasikan
41
Pungguri Ayu Nega Sarsanti, 2013
(organizing) , dan menemukan pesan tersirat (attributing) (Anderson et al.,
2001). Dalam setiap indikator kemampuan analisis ini digunakan kata kerja
operasional yang telah ditentukan. Kata kerja untuk indikator differentiating
antara lain membedakan, menemukan, mengklasifikasikan,
mengkategorikan, menarik kesimpulan, dan menguraikan. Kata kerja untuk
indikator organizing antara lain menganalisis, membedakan, menemukan,
dan menarik kesimpulan. Sedangkan untuk indikator attributing, kata kerja
operasional yang digunakan adalah menganalisis, membandingkan,
membedakan, dan menarik kesimpulan.
4. Pembelajaran dengan pendekatan connected disini yaitu pembelajaran
dengan menghubungkan materi biologi yakni pencemaran lingkungan
dengan materi kimia yakni sifat unsur dan senyawa serta dampaknya.
F.Strategi Pembelajaran
Dalam penelitian ini kegiatan pembelajaran dilakukan sebanyak tiga
kali pertemuan, dengan alokasi waktu setiap pertemuan 2 x 40 menit.
Pertemuan pertama dan kedua dipergunakan untuk mengajarkan materi
pencemaran lingkungan, khususnya pencemaran secara umum antara lain
pencemaran udara, tanah, air dan limbah B3 dengan memperlihatkan beberapa
gambar pencemaran pada slide power point lalu siswa diberi pertanyaan arahan
pada slide tersebut mengenai jenis pencemaran, penyebab pencemaran, dampak
serta proses yang terjadi. Dalam proses pembelajaran, digunakan metode
diskusi kelas dengan mengadopsi teori belajar operant conditioning. Jadi,
setiap siswa yang berperan aktif dalam diskusi kelas akan mendapatkan reward.
Selanjutnya pertemuan ketiga dipergunakan untuk kegiatan praktikum tentang
pencemaran air. Dalam kegiatan praktikum ini, siswa membuktikan
pencemaran air oleh detergen akan menganggu proses respirasi pada ikan.
Semua kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan connected teaching.
Adapun untuk pemberian pretest dan posttest dilakukan diluar jam pelajaran.
Berikut merupakan tahap pelaksanaan dalam proses pembelajaran dengan
42
Pungguri Ayu Nega Sarsanti, 2013
1. Penyajian materi, guru menyajikan materi-materi yang akan dibahas dalam
pembelajaran. Materi yang akan disajikan disini yaitu pencemaran
lingkungan meliputi jenis pencemaran, bahan-bahan yang menyebabkan
pencemaran, proses yang terjadi (secara biologis maupun kimiawi) serta
dampak yang ditimbulkan akibat pencemaran.
2. Connecting, guru mengaitkan materi biologi dengan materi kimia sesuai
dengan SK dan KD yang berkaitan satu sama lain. Dalam tahap ini guru
dapat menggunakan media pembelajaran untuk membantu dalam proses
pembelajaran. Berikut merupakan keterkaitan SK dan KD pada materi yang
[image:33.595.124.508.207.602.2]sedang dibahas:
Tabel 3.1 Keterkaitan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar pada Materi Pencemaran Lingkungan
Biologi Kimia
Standar Kompetensi 4 (kelas X) Menganalisis hubungan antara komponen ekosistem, perubahan materi dan energi serta peranan manusia dalam keseimbangan ekosistem
Standar Kompetensi 3 (kelas XII) Memahami karakteristik unsur-unsur penting, kegunaan dan bahayanya, serta terdapatnya di alam
Kompetensi Dasar 4.2
Menjelaskan keterkaitan antara kegiatan manusia dengan masalah perusakan/pencemaran lingkungan dan pelestarian lingkungan
Kompetensi Dasar 3.3
Menjelaskan manfaat, dampak dan proses pembuatan unsur-unsur dan senyawanya dalam kehidupan sehari-hari.
3. Pembentukan konsep, pada tahap ini guru memberikan penguatan kepada
siswa secara komprehensif terkait materi yang sedang dibahas agar dapat
membantu siswa dalam membentuk sebuah konsep dalam pikirannya. Disini
43
Pungguri Ayu Nega Sarsanti, 2013
G.Instrumen Penelitian dan Pengembangannya
Instrumen penelitian yang digunakan dengan rincian sebagai berikut:
1. Tes tertulis, tes tulis disini sebagai instrumen utama diberikan pada saat
pretest dan posttest. Pada tes tertulis ini digunakan soal-soal untuk
mengukur penguasaan konsep, kemampuan analisis dan kemampuan
komunikasi tertulis. Untuk mengukur penguasaan konsep, digunakan soal
pilihan ganda dengan jumlah soal 20 butir, sedangkan untuk mengukur
kemampuan analisis dan komunikasi digunakan soal essay dengan jumlah
soal 5 butir dan pada setiap nomor soal, point a untuk kemampuan analisis
dan point b untuk kemampuan komunikasi ataupun sebaliknya. Kecuali pada
soal nomor 4 bercabang lagi menjadi 3 point yakni a, b dan c. Untuk
soal-soal penguasaan konsep berisi soal-soal-soal-soal untuk mengukur kemampuan pada
jenjang kognitif C1, C2 dan C3. Soal-soal analisis dibuat berdasarkan
indikator kemampuan analisis pada jenjang C4 taksonomi Bloom revisi yang
meliputi differentiating, organizing dan attributing dengan pilihan kata kerja
operasioanl tertentu. Pada soal-soal komunikasi tertulis digunakan soal-soal
yang mengacu pada indikator kemampuan komunikasi tertulis yaitu
kemampuan membaca gambar, bagan, tabel dan grafik.
2. Rubrik penilaian sebagai instrumen tambahan menjadi dasar untuk
memberikan penilaian pada soal essay. Rubrik ini dikembangkan
berdasarkan jumlah soal pada soal essay baik untuk soal analisis maupun
soal komunikasi tertulis. Rubrik dibuat dengan skala 1 sampai 4 dan pada
setiap point soal juga diperhitungkan jumlah key word yang muncul. Setiap
key word yang muncul diberi skor 1. Oleh karena pada penilaian soal essay
disini menggunakan rubrik, maka dibuat terlebih dahulu kunci jawabannya.
Sebuah instrumen yang digunakan sebagai alat pengukur dapat
dikatakan baik dan layak digunakan apabila memenuhi persyaratan tes yaitu
memiliki validitas dan reliabilitas yang memadai. Namun dalam penelitian ini
akan dilakukan uji kelayakan instrumen hanya pada soal-soal tertulis, baik soal
pilihan ganda maupun soal essay. Berikut ini akan dijabarkan mengenai hasil
44
Pungguri Ayu Nega Sarsanti, 2013 a. Validitas
Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut tepat mengukur apa yang
hendak diukur. Diungkapkan oleh Scarvia B. Anderson dan kawan-kawan
(Arikunto, 2009: 64) “A test is valid if it measure what it purpose to
measure” yang artinya bahwa sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Selain itu sebuah tes dikatakan valid
apabila hasilnya sesuai dengan kriteria, artinya memiliki kesejajaran antara
hasil tes dengan criteria. Teknik yang digunakan untuk mengetahui
kesejajaran adalah teknik korelasi product moment yang dikemukakan oleh
Pearson (Arikunto, 2009: 69-75). Berikut ini rumus korelasi product
moment:
√
Keterangan:
= koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
= skor jawaban tes
= skor total tes
= jumlah
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus diatas kemudian
akan diperoleh angka koefisien korelasi dengan tafsiran sebagai berikut :
- Antara 0,800 sampai dengan 1,00 : Sangat tinggi
- Antara 0,600 sampai dengan 0,800 : Tinggi
- Antara 0,400 sampai dengan 0,600 : Cukup
- Antara 0,200 sampai dengan 0,400 : Rendah
- Antara 0,00 sampai dengan 0,200 : Sangat rendah
Dalam perhitungan validitas butir soal, peneliti menggunakan program
ANATES versi 4.0.9 untuk soal pilihan ganda dan ANATES versi 4.0.5 untuk
soal essay . Hasil perhitungan validitas butir soal yang akan digunakan
45
[image:36.595.167.494.138.205.2]Pungguri Ayu Nega Sarsanti, 2013
Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas Butir Soal Pilihan Ganda
Kriteria
validitas No soal Jumlah Keterangan
Cukup 2,5,9,10,14,16,18,19 8 Digunakan
Rendah 7,11,12,17 4 Digunakan
Sangat rendah 1,3,4,6,8,13,15,20 8 Diperbaiki
Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Butir Soal Essay
Kriteria
validitas No soal Jumlah Keterangan
Tinggi 3,4,5 3 Digunakan
Cukup 1,2 2 Digunakan
b. Reliabilitas
Suatu tes dikatakan memiliki reliabilitas yang tinggi jika tes tersebut dapat
memberikan hasil yang tetap dan tidak berubah-ubah meskipun diujikan
berkali-kali (Arikunto, 2009:86). Menurut Scarvia B. Anderson dan
kawan-kawan menyatakan bahwa persyaratan bagi tes, yaitu validitas dan
reliabilitas ini penting. Sebuah tes mungkin reliabel tetapi tidak valid,
sebaliknya sebuah tes yang valid biasanya reliabel. Untuk menguji
reliabilitas dapat menggunakan rumus Alpha (Arikunto, 2009) sebagai
berikut:
Keterangan:
r11 = Reliabilitas instrumen
n = Jumlah butir soal
∑ (b) = varians skor sebuah butir soal
(t) = varians total
[image:36.595.117.511.214.688.2]46
[image:37.595.198.475.137.219.2]Pungguri Ayu Nega Sarsanti, 2013
Tabel 3.4 Kriteria Reliabilitas
Koefisien reliabilitas Tafsiran
0,80-1,00 Sangat tinggi
0,60-0,80 Tinggi
0,40-0,60 Cukup
0,20-0,40 Rendah
0,00-0,20 Sangat rendah
Dalam menghitung reliabilitas butir soal, peneliti menggunakan program
ANATES versi 4.0.9 untuk soal pilihan ganda dan ANATES versi 4.0.5 untuk
soal essay. Berdasarkan hasil perhitungan reliabilitas diperoleh nilai
reliabilitas sebesar 0,61 untuk soal pilihan ganda dan 0,62 untuk soal essay.
Hal ini menunjukkan bahwa reliabilitas soal yang digunakan sebagai salah
satu intrumen dalam penelitian ini termasuk dalam kategori tinggi.
c. Tingkat Kesukaran
Analisis butir soal lainnya yang dilakukan untuk menguji instrumen yaitu
tingkat kesukaran. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau
tidak terlalu sukar (Arikunto, 2009: 207). Tingkat kesukaran dapat dihitung
dengan menggunakan rumus berikut (Sudjana, 1995):
Keterangan:
TK = Tingkat kesukaran
SA = Jumlah skor kelompok atas pada butir soal yang dianalisis
SB = Jumlah skor kelompok bawah pada butir soai yang dianalisis
IA = Jumlah skor ideal kelompok atas pada butir soal yang dianalisis
IB = Jumlah skor ideal kelompok bawah pada butir soal yang dianalisis
Hasil perhitungan yang telah diperoleh selanjutnya masukkan ke dalam
[image:37.595.120.511.225.715.2]kategori, adapun pengkategorian tingkat kesukaran dapat dilihat berdasarkan
tabel berikut ini:
47
Pungguri Ayu Nega Sarsanti, 2013
Tingkat Kesukaran Tafsiran
86-100 Sangat mudah
71-85 Mudah
31-70 Sedang
16-30 Sukar
0-15 Sangat Sukar
Sama halnya dengan mengukur validitas dan reliabilitas soal, untuk
mengukur tingkat kesukaran butir soal peneliti menggunakan program
ANATES versi 4.0.9 untuk soal pilihan ganda dan ANATES versi 4.0.5 untuk
soal essay. Dari hasil perhitungan analisis butir soal, di peroleh tingkat
[image:38.595.194.466.126.208.2]kesukaran soal sebagai berikut:
Tabel 3.6 Hasil Uji Tingkat Kesukaran Soal Pilihan Ganda
Tafsiran No soal Jumlah Keterangan
Sangat mudah 1,2,3,6,12,13,19 7 Diperbaiki
Mudah 4,8,11,17,18 5 Digunakan
Sedang 5,7,9,10,14,16 6 Digunakan
Sukar 15,20 2 Digunakan
Tabel 3.7 Hasil Uji Tingkat Kesukaran Soal Essay
Tafsiran No soal Jumlah Keterangan
Sedang 3,4,5 3 Digunakan
Sukar 1,2 5 Digunakan
d. Daya Pembeda
Proses analisis butir soal berikutnya yakni daya pembeda. Daya pembeda
soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang
pandai dengan siswa yang bodoh (Arikunto, 2009: 211). Untuk menganalisis
butir soal mengenai daya pembeda dapat menggunakan rumus berikut ini
(Sudjana,1995):
Keterangan:
[image:38.595.119.511.225.660.2]48
Pungguri Ayu Nega Sarsanti, 2013
SA = Jumlah skor kelompok atas pada butir soal yang dianalisis
SB = Jumlah skor kelompok bawah pada butir soal yang dianalisis
IA = jumlah skor ideal butir soal yang dianalisis
Adapun pengkategorian daya pembeda dapat dilihat berdasarkan tabel
[image:39.595.119.511.238.661.2]berikut ini:
Tabel 3.8 Kriteria Daya Pembeda
Koefisien daya pembeda Tafsiran
0,70-1,00 Sangat Baik
0,40-0,70 Baik
0,20-0,40 Cukup
0,00-0,20 Kurang
Dalam mengukur daya pembeda soal, peneliti juga menggunakan program
ANATES versi 4.0.9 untuk soal pilihan ganda dan ANATES versi 4.0.5 untuk
soal essay. Berdasarkan hasil perhitungan analisis butir soal, daya pembeda
dari soal pilihan ganda maupun soal essay adalah sebagai berikut:
Tabel 3.9 Hasil Uji Daya Pembeda Soal Pilihan Ganda
Kriteria daya
pembeda No soal Jumlah
Sangat baik 5,9,10, 3
Baik 12,14,16,18,19 5
Cukup 2,4,11,17 4
Kurang 1,3,6,7,8,13,15,20 8
Tabel 3.10 Hasil Uji Daya Pembeda Soal Essay
Kriteria daya
pembeda No soal Jumlah
Cukup 3,5 2
Kurang 1,2,4 3
e. Uji Keefektifan Pengecoh (Distraktor)
Uji keefektifan pengecoh atau uji kualitas pengecoh diperlukan agar dapat
49
Pungguri Ayu Nega Sarsanti, 2013
Pengecoh dikatakan berfungsi baik jika lebih banyak menarik perhatian
siswa dengan kemampuan menguasai bahan ajar yang rendah. Sebaliknya
pengecoh dikatakan tidak berfungsi baik jika tidak ada satupun subjek yang
memilih pengecoh tersebut atau lebih banyak menarik perhatian siswa
dengan kemampuan menguasai bahan ajar yang tinggi (Sriyati, 2010).
Dalam penelitian ini, yang diuji keefektifan pengecoh adalah soal pada test
[image:40.595.116.510.229.635.2]penguasaan konsep, dengan hasil sebagai berikut:
Tabel 3.11 Keefektifan Pengecoh Soal Pilihan Ganda
No.soal Kunci Berfungsi
Tidak
berfungsi Keputusan
1 b d a,c,e option diganti
2 a d b,c,e option diganti
3 b - a,c,d,e soal diganti
4 b d a,c,e option diganti
5 c b,d,e a option diganti
6 c - a,b,d,e soal diganti
7 d a,e b,c option diganti
8 e c a,b,d option diganti
9 c a,d b,e option diganti
10 d a,b,c,e - soal digunakan
11 b a,d,e c option diganti
12 c a,b,d e option diganti
13 d e a,b,c option diganti
14 e a,b,d c option diganti
15 b a,d c,e option diganti
16 d b a,c,e option diganti
17 c e a,bd option diganti
18 d b,e a,c option diganti
19 c d,e a,b option diganti
20 c b,d a,e option diganti
H.Teknik Pengumpulan Data
Baik soal pilihan ganda untuk mengukur penguasaan konsep maupun
soal essay untuk mengukur kemampuan analisis dan komunikasi, pengumpulan
data dilakukan dua kali yakni pada saat pretest dan posttest yang dilakukan
50
Pungguri Ayu Nega Sarsanti, 2013
I. Analisis Data 1. Tes tertulis
a. Soal penguasaan konsep
Soal penguasaan konsep disajikan dalam soal pilihan ganda. Soal-soal
tersebut digunakan untuk mengetahui penguasaan konsep siswa pada
jenjang kognitif C1, C2 dan C3. Soal ini diberikan pada pretest maupun
posttest. Adapun langkah-langkah analisis data tes pilihan ganda yakni
sebagai berikut:
1) Memberi skor 1 pada soal yang dijawab benar kemudian
dijumlahkan seluruh jawaban benar tersebut.
2) Skor yang sudah diperoleh kemudian diubah menjadi nilai dengan
cara: skor x 5.
b. Soal analisis
Berbeda halnya dengan soal analisis yang disajikan dalam bentuk essay.
Soal-soal analisis digunakan untuk mengetahui kemampuan analisis
siswa yang meliputi indikator analisis unsur (differentiating), analisis
prinsip terorganisasi (organizing) dan analisis hubungan (attributing).
Analisis data untuk soal analisis ini sama dengan analisis data pada soal
pilihan ganda, hanya saja untuk penskoran soal analisis ini
menggunakan rubrik penilaian. Skor yang sudah diperoleh kemudian
diubah menjadi nilai dengan skala 100.
c. Soal komunikasi tertulis
Sama halnya dengan soal analisis, soal komunikasi tertulis juga
disajikan dalam bentuk soal essay. Soal-soal komunikasi tertulis ini
digunakan untuk mengetahui kemampuan komunikasi siswa yang
meliputi indikator membaca gambar, bagan, tabel dan grafik. Untuk
analisis data soal kemampuan komunikasi tertulis ini sama halnya
dengan analisis data pada soal kemampuan analisis.
2. Pengolahan indeks nilai N-gain
Pada penelitian ini, soal-soal penguasaan konsep maupun soal analisis dan
51
Pungguri Ayu Nega Sarsanti, 2013
digunakan nilai N-gain untuk mengetahui sejauh mana peningkatan setelah
diberikan perlakuan. Menurut Hake (1999), gain ternormalisasi dihitung
dengan menggunakan rumus:
Keterangan:
T1 = Skor tes awal (pretest)
T2 = Skor tes akhir (posttest)
Is = Skor maksimal tes awal/tes akhir
[image:42.595.118.512.170.726.2]Adapun pengkategorian nilai gain ternormalisasi dapat dilihat berdasarkan
tabel berikut ini:
Tabel 3.12 Kategori Nilai N-gain
N-gain Kategori
g≥0,7 Tinggi 0,3≤g<0,7 Sedang
g<0,3 Rendah
3. Uji Prasyarat
Uji prasyarat ini dilakukan sebelum melakukan uji hipotesis. Uji prasyarat
disini dilakukan untuk menguji data nilai gain ternormalisasi, sebelum
dilakukan uji hipotesis dan uji korelasi. Dalam uji prasyarat ini
menggunakan uji normalitas yang digunakan untuk melihat apakah data
berdistribusi normal dengan menggunakan uji one sample kolmogorov
smirnov. Dalam penelitian ini tidak dilakukan uji prasyarat homogenitas
karena hanya menggunakan satu sampel penelitian dan dalam uji hipotesis
maupun uji korelasi hanya berasumsi bahwa data berdistribusi normal.
Dalam analisis uji prasyarat disini, peneliti menggunakan program PASW
Statistics 18.0 (SPSS 18).
4. Uji Hipotesis
Setelah dilakukan uji prasyarat, baru dilakukan uji hipotesis. Untuk
52
Pungguri Ayu Nega Sarsanti, 2013
penguasaan konsep, kemampuan analisis dan kemampuan komunikasi.
Karena yang digunakan adalah nilai N-gain, maka uji hipotesis ini
menggunakan uji one sample t-test berdasarkan bunyi hipotesis yang
dibuat. Sama halnya dengan uji prasyarat (normalitas), pada uji hipotesis ini
peneliti juga menggunakan program PASW Statistics 18.0 (SPSS 18).
5. Uji Korelasi
Selanjutnya setelah dilakukan uji prasyarat dan uji hipotesis, maka
dilakukan uji korelasi antara penguasaan konsep, kemampuan analisis dan
kemampuan komunikasi. Dalam uji korelasi ini menggunakan uji korelasi
pearson, karena data berdistribusi normal. Pada uji korelasi ini peneliti
menggunakan nilai gain ternormalisasi dari penguasaan konsep,
kemampuan analisis serta kemampuan komunikasi. Pertama, mencari
korelasi antara penguasaan konsep dengan kemampuan analisis, kedua
korelasi antara penguasaan konsep dengan kemampuan komunikasi dan
ketiga korelasi antara kemampuan analisis dan kemampuan komunikasi.
Sama halnya dengan uji statistik sebelumnya, pada uji korelasi ini penulis
menggunakan program PASW Statistics 18.0 (SPSS 18).
J. Tahapan Penelitian
1. Tahap Persiapan
Tahap ini meliputi perumusan masalah, lalu dilanjutkan dengan pencarian
literatur yang terkait dengan penelitian seperti penguasaan konsep,
kemampuan analisis, kemampuan komunikasi khususnya komunikasi
tertulis dan model pembelajaran connected. Kemudian rumusan masalah
tersebut disusun menjadi sebuah proposal penelitian dengan dibantu oleh
dosen pembimbing kemudian dipresentasikan saat seminar proposal.
Proposal yang telah diseminarkan berikutnya diperbaiki yang kemudian
disetujui oleh dosen pembimbing dan DBS. Untuk keperluan menjaring
data dilakukan proses penyusunan instrumen, selanjutnya instrumen
tersebut melalui tahap pertimbangan ahli (judgment) kemudian diuji coba,
53
Pungguri Ayu Nega Sarsanti, 2013 2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini dimulai dengan memberikan pretest kepada kelas
eksperimen. Selanjutnya dilaksanakan kegiatan belajar mengajar tentang
konsep pencemaran lingkungan dengan pendekatan connected teaching.
Namun sebelum melaksanakan kegiatan belajar mengajar, disusun rencana
pelaksanaan pembelajaran terlebih dahulu serta perangkat kelengkapannya
seperti media, LKS, bahan diskusi dan sebagainya. Dalam pembelajaran,
lebih menekankan keterkaitan antar konsep, yakni konsep biologi dan
konsep kimia pada pembahasan mengenai pencemaran lingkungan, baik
pencemaran udara, air, tanah dan B3. Setelah selesai melaksanakan proses
pembelajaran, siswa diberikan posttest dengan soal yang sama pada saat
pretest.
3. Tahap Penyusunan Laporan
Berdasarkan data yang diperoleh pada tahap pelaksanaan selanjutnya
dilakukan proses pengolahan data kemudian dilanjutkan dengan analisis
data dan pembahasan. Terakhir menarik kesimpulan berdasarkan rumusan
masalah dan tujuan penelitian yaitu bagaimana penguasaan konsep,
kemampuan analisis dan kemampuan komunikasi siswa setelah diberi
perlakuan dengan pendekatan connected teaching pada saat pembelajaran.
Selain itu, dalam penelitian ini juga mencari hubungan antara penguasaan
konsep, kemampuan analisis dan kemampuan komunikasi. Untuk
memperjelas tahapan-tahapan penelitian diatas, berikut disajikan bagan alur
54
Pungguri Ayu Nega Sarsanti, 2013
[image:45.595.117.508.111.745.2]K. Alur Penelitian
Gambar 3.1 Bagan Alur Penelitian Perumusan masalah
Studi pustaka
Penyusunan proposal
Revisi proposal Seminar proposal
Pembuatan instrumen
Judgment instrumen
Uji coba instrumen
Revisi
Instrumen baru Pengukuran penguasaan konsep
melalui tes pilihan ganda kemudian pengukuran kemampuan analisis dan komunikasi melalui tes essay.
Pengolahan data
Analisis
55
56
93
Pungguri Ayu Nega Sarsanti, 2013
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan pada bab sebelumnya dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan connected teaching dapat
meningkatkan penguasaan konsep serta kemampuan analisis pada kategori
sedang (g≥30) berdasarkan nilai N-gain, tetapi tidak untuk kemampuan
komunikasi dimana rata-rata N-gain masih tergolong rendah (g<30). Hasil
perhitungan korelasi menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang sangat tinggi
antara kemampuan analisis dan kemampuan komunikasi, dengan koefisien
korelasi sebesar 0,867 dan koefisien determinasi sebesar 0,7517. Nilai tersebut
menyatakan sebesar 75,17% kemampuan komunikasi dipengaruhi oleh
kemampuan analisis. Pada korelasi penguasaan konsep terhadap kemampuan
analisis memiliki koefesien korelasi sebesar 0,420 dan koefesien determinasi
sebesar 0,1764 artinya hanya 17,64% kemampuan analisis dipengaruhi oleh
penguasaan konsep, sedangkan korelasi penguasaan konsep terhadap
kemampuan komunikasi memiliki koefesien korelasi sebesar 0,280 dan
koefesien determinasi 0,0784 artinya hanya 7,84% kemampuan komunikasi
dipengaruhi oleh penguasaan konsep.
B. Saran
Saran-saran yang dapat penulis sampaikan berkaitan dengan penelitian
yang telah dilakukan ini, yakni sebagai berikut:
1. Rata-rata perolehan nilai penguasaan konsep pada pretest termasuk dalam
kategori kurang yakni 44,86 dan pada posttest termasuk dalam kategori
cukup yakni 68,33, namun nilai tersebut masih lebih rendah dibandingkan
dengan KKM yakni 71 untuk materi pencemaran lingkungan sehingga
disarankan menggunakan model, pendekatan atau metode lainnya yang
94
Pungguri Ayu Nega Sarsanti, 2013
teaching disini digunakan untuk melihat peningkatan kemampuan analisis
dan komunikasi bukan untuk penguasaan konsep.
2. Pada penelitian ini data diperoleh dari satu kelompok yang dianggap
memiliki kemampuan lebih tinggi dibandingkan kelompok lain dalam satu
populasi, untuk penelitian berikutnya disarankan melakukan penelitian
dengan mengambil sampel pada siswa yang lebih beragam kemampuan
95
Pungguri Ayu Nega Sarsanti, 2013
DAFTAR PUSTAKA
Ade, N.S. Imas, T. Achmad, S.S. (2005). Heavy Metals Bioaccumulation of Several Bradyrhizobium japonicum Strains. Jurnal Ilmu Hayati. 12, (3), 108-111. [Online]. Tersedia: http// journal. ipb. ac. id/ index. php/ hayati/ article/view/184 [05 Maret 2013]
Almatsier, S. (2001). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Anderson, L. W. & Krathwohl, D. R., Airasan, P.W., P.W., Cruikshank, K. A., Mayer, R.E., Pintrich, P.R., Rath, J. & Wittrock, M. C. (2001). A
Taxonomy for Learning, Teaching, And Assesing, A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives. New York: Addison Wesley
Longman, Inc. [Online]. Tersedia:
http://www.pearson.ch/1449/9780801319037/Default.aspx?artikel=31903 AW [24 Januari 2013]
Amzani, F. (2012). Pencemaran Tanah dan Cara Penanggulangannya. Makalah Pencemaran Lingkungan, Lampung. [Online]. Tersedia: http://hortikulturapolinela.files.wordpress.com/2012/10/fuad-amzani.pdf [05 Maret 2013]
Arikunto, S. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Astuti, R.N. (2011). Model Pembelajaran Connected Dalam Pembelajaran Sains Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Rasional Siswa MI/SD.
Jurnal Pembelajaran Sains (Madrasah). 3, (2), 1-17. [Online]. Tersedia:
http://ejournal.uin.malang.ac.id/index.php/tarbiyah/article/download/1811/ pdf [27 Juli 2013]
Bair, E.S. Developing Analytical and Communi