PEMBENTUKAN STATUS IDENTITAS VOKASIONAL PADA REMAJA
(Studi Kasus pada Tiga Remaja yang Bekerja sebagai Pembantu Rumah Tangga di Kota Bogor)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Pada Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan
Disusun oleh: Siti Rizkika Hersifa
0903911
JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2014
PEMBENTUKAN STATUS IDENTITAS PADA REMAJA
(Studi Kasus pada Tiga Remaja yang Bekerja Sebagai Pembantu Rumah Tangga di Kota Bogor)
Oleh
Siti Rizkika Hersifa
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Psikologi pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Siti Rizkika Hersifa 2014
Universitas Pendidikan Indonesia
Maret 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak
Siti Rizkika Hersifa, 2014
Pembentukan Status Identitas Vokasional pada Remaja ABSTRAK
Siti Rizkika Hersifa (0903911). Pembentukan Status Identitas Vokasional pada Remaja (Studi Kasus pada Tiga Remaja yang Bekerja Sebagai Pembantu Rumah Tangga). Skripsi Jurusan Psikologi FIP UPI, Bandung (2014).
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pembentukan identitas vokasional pada remaja yang menjadi pembantu rumah tangga. Subjek dalam penelitian ini adalah tiga remaja yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga, berusia antara 13-18 tahun, berada di Kota Bogor. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan desain studi kasus. Pengambilan data dilakukan dengan teknik wawancara semi-terstruktur dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga subjek penelitian memiliki pembentukan status identitas vokasional yang hampir sama yaitu berada pada status identitas foreclosure. Akan tetapi status identitas pada subjek pertama dan kedua dapat berubah menjadi
moratorium jika mereka mendapatkan kesempatan untuk bereksplorasi berbagai
pekerjaan yang diinginkannya. Pembentukan identitas vokasional ketiga subjeK memiliki keterkaitan dengan faktor yang hampir sama. Namun faktor homogenitas lingkungan tidak memiliki keterkaitan dengan subjek pertama dan faktor identitas etnis tidak berkaitan dengan subjek pertama dan kedua.
Siti Rizkika Hersifa, 2014
Pembentukan Status Identitas Vokasional pada Remaja ABSTRACT
Siti Rizkika Hersifa (0903911). The Formation of Vocational Identity Status in Adolescents (Case Study on Three Teens that Working as maid in Bogor ). A
Paper. Psychology Department. Faculty of Sciene Education Indonesia University of Education, Bandung (2014).
The aims of this research is to describe the formation of vocational identity in adolescents who become maid. Subjects in this research are three teenagers who work as maid ,that aged between 13-18 years and work in Bogor. This research has been done in Bogor. This research uses the qualitative approach with a case study design. The data were collected by semi- structured interview techniques and observation. The results showed that all three subjects of the study had the status of vocational identity formation is almost in the same status that are in the foreclosure identity status. However, the status of the identity on the first subject and second subject can be turned into a moratorium if they get the chance to explore a variety of jobs that they wanted. Vocational identity formation of the three subjects have relevance to similar factors. However, the homogeneity enviromental factor not related for the first subject and the ethnic identity factors not related for the first and second subject.
Siti Rizkika Hersifa, 2014
Pembentukan Status Identitas Vokasional pada Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
ABSTRACT ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
UCAPAN TERIMA KASIH ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR BAGAN ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Fokus Penelitian ... 4
C. Rumusan Masalah ... 4
D. Tujuan Penelitian ... 5
1. Tujuan Umum ... 5
2. Tujuan Khusus ... 5
E. Manfaat Penelitian ... 6
1. Manfaat Teoritis ... 6
2. Manfaat Praktis ... 6
F. Sistematika Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembentukan Identitas Vokasional ... 8
1. Identitas Diri... 8
2. Pengertian Pembentukan Identitas Vokasional ... 10
3. Tahapan Perkembangan Identitas Vokasional ... 11
4. Eksplorasi dan Komitmen ... 12
5. Status Identitas Vokasional ... 16
6. Model Pola Tahapan Perkembangan Identitas ... 18
7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Identitas Vokasional ... 20
B. Remaja dan Perkembangannya ... 22
1. Pengertian Remaja ... 22
Siti Rizkika Hersifa, 2014
Pembentukan Status Identitas Vokasional pada Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
3. Tugas Perkembangan Remaja ... 25
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Remaja ... 26
C. Remaja yang bekerja sebagai Pembantu Rumah Tangga ... 27
1. Pengertian Pembantu Rumah tangga ... 27
2. Pengertian Remaja yang bekerja sebagai Pembantu Rumah Tangga ... 28
D. Penelitian Terdahulu tentang Penerimaan Diri dan Pensiunan ... 31
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 33
B. Subjek dan Lokasi Penelitian ... 34
C. Teknik Pengumpulan Data ... 35
D. Instrumen Penelitian... 38
E. Teknik Analisis Data ... 43
F. Teknik Keabsahan Data ... 45
G. Proses Pelaksanaan Penelitian ... 46
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian dan Pembahasan pada Subjek Pertama (HS) ... 49
1. Deskripsi Profil Latar Belakang Subjek Pertama (HS) ... 49
2. Deskripsi Profil Lingkungan Tempat Kerja Subjek Pertama (HS) ... 52
3. Hasil Penelitian Subjek Pertama (HS) ... 53
a. Pembentukan Status Identitas Vokasional Subjek Pertama (HS) ... 53
1) Eksplorasi Pekerjaan yang Dilakukan Subjek Pertama (HS) ... 53
2) Komitmen Subjek Pertama (HS) Terhadap Pekerjaan ... 59
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Identitas Vokasional ... 67
4. Pembahasan Subjek Pertama (HS) ... 73
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan pada Subjek Kedua (EM) ... 80
1. Deskripsi Profil Latar Belakang Subjek Kedua (EM) ... 80
2. Deskripsi Profil Lingkungan Tempat Kerja Subjek Kedua (EM) ... 81
3. Hasil Penelitian Subjek Kedua (EM) ... 82
a. Pembentukan Status Identitas Vokasional Subjek Kedua (EM) ... 82
1) Eksplorasi Pekerjaan yang Dilakukan Subjek Kedua (EM) ... 82
2) Komitmen Subjek Kedua (EM) Terhadap Pekerjaan ... 87
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Identitas Vokasional ... 97
4. Pembahasan Subjek Kedua (EM) ... 104
C. Hasil Penelitian dan Pembahasan pada Subjek Ketiga (EI) ... 110
1. Deskripsi Profil Latar Belakang Subjek Ketiga (EI)... 110
2. Deskripsi Profil Lingkungan Tempat Kerja Subjek Ketiga (EI) ... 112
3. Hasil Penelitian Subjek Ketiga (EI) ... 113
a. Pembentukan Status Identitas Vokasional Subjek Ketiga (EI) ... 113
Siti Rizkika Hersifa, 2014
Pembentukan Status Identitas Vokasional pada Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2) Komitmen Subjek Ketiga (EI) Terhadap Pekerjaan ... 118
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Identitas Vokasional.126 4. Pembahasan Subjek Ketiga (EI) ... 133
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 146
B. Saran ... 147
DAFTAR PUSTAKA ... 149
Siti Rizkika Hersifa, 2014
Pembentukan Status Identitas Vokasional pada Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Teknik Pengumpulan Data ...36
Tabel 3.2 Pedoman wawancara untuk mengungkap pembentukan status
identitas vokasional pada remaja yang bekerja sebagai pembantu
rumah tangga ...38
Tabel 3.3 Pedoman wawancara untuk menggali faktor pembentukan status
identitas vokasional pada remaja yang bekerja sebagai pembantu
rumah tangga ...40
Tabel 3.4 Pedoman Observasi ...42
Tabel 4.1 Tabel Eksplorasi Terhadap Aspek Kemampuan Pemahaman Bidang
Pekerjaan Subjek Pertama (HS) ...53
Tabel 4.2 Tabel Eksplorasi Terhadap Aspek Arah Aktifitas Subjek Pertama (HS)
...55
Tabel 4.3 Tabel Eksplorasi Terhadap Aspek Pertimbangan Akan Bentuk
Alternatif yang Cocok Subjek Pertama (HS) ...56
Tabel 4.4 Tabel Eksplorasi Terhadap Aspek Suasana Emosi Subjek Pertama
(HS) ...57
Tabel 4.5 Tabel Eksplorasi Terhadap Aspek Keinginan untuk Membuat
Keputusan Awal Secara Dini Subjek Pertama (HS) ...57
Tabel 4.6 Tabel Komitmen Terhadap Aspek Kemampuan Pemahaman Bidang
Pekerjaan Subjek Pertama (HS) ...59
Tabel 4.7 Tabel Komitmen Terhadap Aspek Aktifitas yang Terarah pada
Implementasi Bidang yang Dipilih Subjek Pertama (HS) ...61
Tabel 4.8 Tabel Komitmen Terhadap Aspek Suasana Emosi Subjek Pertama
Siti Rizkika Hersifa, 2014
Pembentukan Status Identitas Vokasional pada Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Tabel 4.9 Tabel Komitmen Terhadap Aspek Adanya Identifikasi Terhadap
Orang yang Dinilai Penting atau Bermakna Subjek Pertama (HS) ....
...64
Tabel 4.10 Tabel Komitmen Terhadap Aspek Memproyeksikan Dirinya Ke Masa
Depan Subjek Pertama (HS) ...65
Tabel 4.11 Tabel Komitmen Terhadap Aspek Ketahanan Terhadap Goncangan
untuk Mengalihkan Komitmennya Subjek Pertama (HS) ...66
Tabel 4.12 Tabel Eksplorasi Terhadap Aspek Kemampuan Pemahaman Bidang
Pekerjaan Subjek Kedua (EM) ...83
Tabel 4.13 Tabel Eksplorasi Terhadap Aspek Arah Aktifitas Subjek Kedua (EM)
...84
Tabel 4.14 Tabel Eksplorasi Terhadap Aspek Pertimbangan Akan Bentuk
Alternatif yang Cocok Subjek Kedua (EM) ...85
Tabel 4.15 Tabel Eksplorasi Terhadap Aspek Suasana Emosi Subjek Kedua (EM)
...85
Tabel 4.16 Tabel Eksplorasi Terhadap Aspek Keinginan untuk Membuat
Keputusan Awal Secara Dini Subjek Kedua (EM) ...86
Tabel 4.17 Tabel Komitmen Terhadap Aspek Kemampuan Pemahaman Bidang
Pekerjaan Subjek Kedua (EM) ...88
Tabel 4.18 Tabel Komitmen Terhadap Aspek Aktifitas yang Terarah pada
Implementasi Bidang yang Dipilih Subjek Kedua (EM) ...90
Tabel 4.19 Tabel Komitmen Terhadap Aspek Suasana Emosi Subjek Kedua
(EM...92
Tabel 4.20 Tabel Komitmen Terhadap Aspek Adanya Identifikasi Terhadap
Orang yang Dinilai Penting atau Bermakna Subjek Kedua (EM)....93
Tabel 4.21 Tabel Komitmen Terhadap Aspek Memproyeksikan Dirinya Ke Masa
Siti Rizkika Hersifa, 2014
Pembentukan Status Identitas Vokasional pada Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Tabel 4.22 Tabel Komitmen Terhadap Aspek Ketahanan Terhadap Goncangan
untuk Mengalihkan Komitmennya Subjek Kedua (EM)...95
Tabel 4.23 Tabel Eksplorasi Terhadap Aspek Kemampuan Pemahaman Bidang
Pekerjaan Subjek Ketiga (EI)...113
Tabel 4.24 Tabel Eksplorasi Terhadap Aspek Arah Aktifitas Subjek Ketiga
(EI)...114
Tabel 4.25 Tabel Eksplorasi Terhadap Aspek Pertimbangan Akan Bentuk
Alternatif yang Cocok Subjek Ketiga (EI)...115
Tabel 4.26 Tabel Eksplorasi Terhadap Aspek Suasana Emosi Subjek Ketiga
(EI)...116
Tabel 4.27 Tabel Eksplorasi Terhadap Aspek Keinginan untuk Membuat
Keputusan Awal Secara Dini Subjek Ketiga (EI)...117
Tabel 4.28 Tabel Komitmen Terhadap Aspek Kemampuan Pemahaman Bidang
Pekerjaan Subjek Ketiga (EI)...118
Tabel 4.29 Tabel Komitmen Terhadap Aspek Aktifitas yang Terarah pada
Implementasi Bidang yang Dipilih Subjek Ketiga (EI)...121
Tabel 4.30 Tabel Komitmen Terhadap Aspek Suasana Emosi Subjek Ketiga
(EI)...123
Tabel 4.31 Tabel Komitmen Terhadap Aspek Adanya Identifikasi Terhadap
Orang yang Dinilai Penting atau Bermakna Subjek Ketiga (EI)...124
Tabel 4.32 Tabel Komitmen Terhadap Aspek Memproyeksikan Dirinya Ke Masa
Depan Subjek Ketiga (EI)...124
Tabel 4.33 Tabel Komitmen Terhadap Aspek Ketahanan Terhadap Goncangan
untuk Mengalihkan Komitmennya Subjek Ketiga (EI)...125
Siti Rizkika Hersifa, 2014
Pembentukan Status Identitas Vokasional pada Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Kriteria Status Identitas ...18
Bagan 2.2 Bagan Model Pola Tahapan Perkembangan Identitas ...18
Bagan 4.1 Bagan Pembentukan Status Identitas Vokasional Pada Subjek
Pertama...143
Bagan 4.2 Bagan Pembentukan Status Identitas Vokasional Pada Subjek
Kedua...144
Bagan 4.3 Bagan Pembentukan Status Identitas Vokasional Pada Subjek
Siti Rizkika Hersifa, 2014
Pembentukan Status Identitas Vokasional pada Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran-1 Hasil Penelitian
Verbatim, reduksi, dan koding wawancara pada Subjek Pertama, Kedua, dan
Ketiga
Display Data Subjek Pertama, Kedua, dan Ketiga
Hasil Observasi Subjek Pertama, Kedua, dan Ketiga
Lampiran-2 Surat-Surat
Surat Izin Penelitian
SK Pembimbing
Kartu bimbingan
Surat Kesediaan Subjek
Surat Pernyataan Judgment (Diskusi) mengenai instrumen penelitian
Lembar Persetujuan Member Check.
Lampiran-3 Dokumentasi
Foto-Foto penelitian
Berita Media On-line
Siti Rizkika Hersifa, 2014
Pembentukan Status Identitas Vokasional pada Remaja BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Pembantu rumah tangga (PRT) sudah tidak asing lagi
keberadaannya di tengah masyarakat Indonesia, dan diantara pembantu
tersebut masih banyak yang berada dalam kategori pembantu rumah
tangga anak (PRTA). Hal tersebut sesuai dengan data yang tersedia pada
hasil Survei ILO pada tahun 2003 (Sholihin. A, 2013), dimana PRT di
Indonesia sebanyak 2, 6 juta dan sebanyak 26 % (688.132 jiwa) dari
jumlah PRT tersebut adalah PRT Anak. Jumlah tersebut diperkirakan akan
meningkat seiring dengan terus bertambahnya lulusan SD, SMP, SMA
setiap tahun sedangkan lapangan kerja sulit diperoleh. Oleh sebab itu
menjadi PRT merupakan salah satu pilihan yang realistis karena kegiatan
mengurus rumah tangga telah biasa dilakukan sejak kecil. Dengan
pendidikan atau tanpa pendidikan formal, mereka dapat memasuki
pekerjaan tersebut.
Pembantu Rumah Tangga Anak (PRTA) merupakan pekerja rumah
tangga yang berusia di bawah 18 tahun, sebab Undang-undang nomor 23
Tahun 2002 mengenai Perlindungan anak menetapkan bahwa anak adalah
seseorang yang usianya belum mencapai 18 tahun (Sholihin. A, 2013).
Kemudian dalam Undang-undang nomor 13 Tahun 2003 Pasal 69 tentang
Tenaga Kerja disebutkan bahwa anak yang boleh bekerja adalah yang
berusia minimal 13 tahun sepanjang tidak mengganggu perkembangan
fisik, mental dan sosial. Sementara itu, berdasarkan teori Psikologi
Perkembangan, usia belasan tahun tergolong usia remaja. Hurlock (1980)
memberi batasan masa remaja berdasarkan usia kronologis, yaitu antara 13
hingga 18 tahun. Dengan demikian dari sisi usia, konsep remaja menurut
teori psikologi perkembangan sejalan dengan konsep usia pembantu rumah
2
Siti Rizkika Hersifa, 2014
Pembentukan Status Identitas Vokasional pada Remaja
Banyaknya pembantu rumah tangga anak dikarenakan mereka
memerlukan penghasilan, baik untuk memenuhi kebutuhan dirinya sendiri
atau keluarganya. Hal ini sejalan dengan hasil kajian LBH-APIK (2002)
yang mengungkapkan bahwa mencari nafkah, mempunyai tanggungan,
dan mencari pengalaman menjadi alasan utama seseorang menjadi
pembantu rumah tangga.
Menurut Direktur Jenderal Pekerja Wanita dan Anak, Nur Aisiah,
(media on-line Indosiar.com, 5 Mei 2008) pada prinsipnya anak-anak
dilarang bekerja kecuali memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam
Undang-undang no. 13 tahun 20031. Namun demikian, fakta di lapangan
tidak sesuai dengan peraturan undang-undang tersebut sehingga banyak
PRTA yang mengalami kontrol yang sangat kuat dari majikannya, jam
kerja yang panjang, terisolasi dari hubungan keluarganya, tidak mendapat
kesempatan bermain, dan tidak memiliki kesempatan untuk mendapatkan
pendidikan. Fenomena tersebut banyak diberitakan oleh media massa
seperti media cetak, audio-visual dan elektronik. Diantaranya adalah
informasi yang dikemukakan Thomas (Direktur Program Internasional
untuk Penghapusan Pekerja Anak Constance) pada media on-line VOA
Indonesia tanggal 12 Juni 2013 serta berita pada media on-line
indosiar.com pada tanggal 5 Mei 2008.
Sejalan dengan uraian di atas, hasil penelitian dari Puji Maslikah
pada tahun 2007 ditemukan bahwa bekerja sebagai pembantu rumah
tangga pada usia anak menimbulkan tekanan, seperti dari beban pekerjaan,
majikan dan lingkungan sekitar. Selain itu penelitian Puji Maslikah dan
US Departement of Health and Human Services, Administration for
Children and Families dalam artikel yang berjudul Perdagangan Manusia
mengungkapkan bahwa bekerja sebagai pembantu rumah tangga dapat
1
3
Siti Rizkika Hersifa, 2014
Pembentukan Status Identitas Vokasional pada Remaja
menimbulkan dampak psikologis seperti memiliki emosi yang kurang
stabil yang dapat menimbulkan beban mental, seperti rasa sedih, kecewa,
malu, ketidakberdayaan, kehilangan arah, kebingungan serta takut dalam
diri.
Berdasarkan kondisi yang dialami pembantu rumah tangga anak
sebagaimana diuraikan di atas tentunya akan mempengaruhi
perkembangan masa remaja mereka, khususnya proses pembentukan
identitas diri. Hal ini sejalan dengan yang dikatakan Steinberg (2011)
bahwa perkembangan masa remaja sangat dipengaruhi oleh konteks
dimana mereka berada. Latar belakang lingkungan, sosio-kultur
masyarakat sekitar, maupun latar belakang keluarga (orang tua), akan ikut
memberikan corak dan arah proses perkembangan maupun proses
pembentukan identitas diri remaja yang bersangkutan.
Menurut Marcia (1993) pembentukan identitas diri merupakan
tugas perkembangan yang penting pada masa remaja. Pada tahap ini
remaja ditugaskan untuk mampu mencari eksistensi dan jati dirinya (siapa
mereka sebenarnya), mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri,
serta mencari arah dan tujuan dalam menjalani hidup. Salah satu aspek
utama pada pembentukan identitas remaja adalah pembentukan identitas
vokasional (pendidikan/pekerjaan). Dalam hal ini, remaja ditugaskan
untuk melakukan eksplorasi terhadap bidang pekerjaan agar mereka
mengetahui minat, bakat dan kemampuan yang dimilikinya. Sehingga
mereka dapat memilih dan menetapkan salah satu pekerjaan sesuai dengan
minatnya (komitmen).
Pembentukan identitas vokasional dapat digambarkan oleh Marcia
(1993) melaui status identitas berdasarkan ada tidaknya eksplorasi (krisis)
dan komitmen terhadap alternatif pekerjaan yang ada. Status identitas
terdiri dari empat kategori, yaitu: 1) Identity diffusion (kebingungan
4
Siti Rizkika Hersifa, 2014
Pembentukan Status Identitas Vokasional pada Remaja
moratorium (penundaan identitas), dan 4) Identity achievement
(pencapaian identitas).
Berdasarkan paparan tersebut, maka peneliti tertarik dan merasa perlu melakukan penelitian dengan judul “Pembentukan Status Identitas Vokasional Remaja (Studi Kasus pada Tiga Remaja yang Bekerja Sebagai Pembantu Rumah Tangga)”.
B. FOKUS PENELITIAN
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, dalam
penelitian ini peneliti fokus untuk meneliti pembentukan status identitas
vokasional remaja yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga.
Pembentukan status identitas vokasional ini dapat dilihat melalui dua
dimensi dasar menurut Marcia (1993), yaitu ada atau tidaknya usaha
eksplorasi menyangkut dengan pilihan pekerjaan (vokasional) dan
ditetapkannya komitmen yang mantap terhadap suatu pilihan pekerjaan
(vokasional).
Subjek penelitian ini difokuskan pada tiga remaja yang bekerja
sebagai pembantu rumah tangga di Kota Bogor yang memiliki umur
dengan rentang 13-18 tahun (berada pada rentang usia kronologis masa
remaja).
C. RUMUSAN MASALAH
Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak
menuju masa dewasa. Pada masa ini remaja dihadapkan pada tugas-tugas
perkembangan yang berbeda dengan masa kanak-kanak (Hurlock, 1973).
Menurut Marcia (1993) tugas perkembangan yang penting pada masa
remaja adalah pembentukan identitas diri. Para remaja yang menjadi
pembantu rumah tangga tentunya juga dihadapkan dengan tugas
perkembangan tersebut. Kondisi yang dialami oleh remaja yang bekerja
sebagai pembantu rumah tangga dapat mempengaruhi pembentukan
5
Siti Rizkika Hersifa, 2014
Pembentukan Status Identitas Vokasional pada Remaja
tersebut diantaranya yaitu tidak memiliki kesempatan untuk mendapatkan
pendidikan, mendapatkan jam kerja yang panjang, terisolasi dari hubungan
keluarganya, dan mengalami kontrol yang sangat kuat dari majikannya.
Dalam membentuk identitas vokasionalnya, remaja yang bekerja sebagai
pembantu rumah tangga harus melakukan eksplorasi terhadap berbagai
pilihan pekerjaan dan menetapkan komitmen terhadap pilihan pekerjaan
yang telah dipilih berdasarkan hasil eksplorasinya.
Berdasarkan permasalahan diatas, berikut rincian yang menjadi
pertanyaan dalam penelitian ini:
1. Bagaimana pembentukan status identitas vokasional pada remaja yang
menjadi pembantu rumah tangga?
1.1 Bagaimana eksplorasi pekerjaan yang dilakukan remaja yang
bekerja sebagai pembantu rumah tangga?
1.2 Bagaimana komitmen remaja mengenai pekerjaannya sebagai
pembantu rumah tangga?
2. Faktor-faktor apa saja yang berkaitan dengan pembentukan status
identitas vokasional remaja yang menjadi pembantu rumah tangga?
D. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Penelitian ini dilaksanakan untuk mendeskripsikan atau
menggambarkan pembentukan identitas vokasional pada remaja yang
menjadi pembantu rumah tangga.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dilakukannya penelitian ini diantaranya adalah
untuk:
a. Mengetahui bagaimana pembentukan status identitas vokasional
pada remaja yang menjadi pembantu rumah tangga ditinjau dari
6
Siti Rizkika Hersifa, 2014
Pembentukan Status Identitas Vokasional pada Remaja
b. Mengetahui faktor apa saja yang berkaitan dengan pembentukan
status identitas vokasional pada remaja yang menjadi pembantu
rumah tangga.
E. MANFAAT
1. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang
bermanfaat bagi perkembangan ilmu psikologi, khususnya Psikologi
Perkembangan dan Perkembangan Sosial dengan memberikan
tambahan data empiris. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat
dijadikan sebagai salah satu sumber bagi siapa saja yang ingin
melakukan penelitian dengan topik yang sama dengan penelitian ini.
2. Secara Praktis
a. Bagi Lembaga Perlindungan Anak (LPA) dan Dinas
Ketenagakerjaan (Disnaker)
Hasil penelitian ini dapat memberikan deskripsi lebih jelas
mengenai pembentukan identitas vokasional pada remaja yang bekerja
sebagai pembantu rumah tangga sehingga lembaga tersebut dapat
memberikan pengarahan ataupun pelatihan mengenai persyaratan dan
keterampilan kerja kepada calon pembantu rumah tangga (PRT) agar
mereka dapat menempatkan diri dengan tepat sesuai dengan
kemampuannya.
b. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran
terhadap peneliti selanjutnya yang berminat untuk membahas
7
Siti Rizkika Hersifa, 2014
Pembentukan Status Identitas Vokasional pada Remaja F. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Bab I: Pendahuluan
Dalam bab I ini terdiri atas latar belakang masalah, fokus
penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan
sistematika penulisan.
2. Bab II: Tinjauan Pustaka
Bab II ini terdiri dari uraian teori yang menjadi acuan
pembahasan. Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teori pembentukan identitas vokasional, teori remaja dan
perkembangannya, serta teori remaja yang bekerja sebagai pembantu
rumah tangga.
3. Bab III: Metode Penelitian
Pada bab III ini dijelaskan mengenai desain penelitian, subjek
dan lokasi penelitian, teknik pengambilan data, definisi operasional,
instrumen penelitian, teknik analisis data, teknik keabsahan data, dan
proses pelaksanaan penelitian.
4. Bab IV: Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab IV ini terdiri dua bagian besar yaitu hasil penelitian dan
pembahasan yang berisi tentang gambaran subjek penelitian, hasil, dan
pembahasan.
5. Bab V: Kesimpulan dan Saran
Bab V menjabarkan tentang kesimpulan yang telah diperoleh
dari penelitian, dan saran yang diajukan bagi pembaca penelitian dan
33
Siti Rizkika Hersifa, 2014
Pembentukan Status Identitas Vokasional pada Remaja BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain studi kasus.
Penggunaan pendekatan kualitatif ini bertujuan agar dapat memaparkan secara
menyeluruh mengenai pembentukan status identitas vokasional pada remaja yang
menjadi pembantu rumah tangga dengan cara menggali penghayatan subjek
terhadap keputusan kehidupan kerjanya.
Menurut Sutopo AH, dan Adrianus Arief (2010:1) penelitian kualitatif adalah
suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis
fenomena, peristiwa, aktivitas, sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran
orang secara individual maupun kelompok. Beberapa deskripsi digunakan untuk
menemukan prinsip-prinsip dan penjelasan yang mengarah pada penyimpulan.
Penelitian kualitatif bersifat induktif artinya peneliti membiarkan
permasalahan-permasalahan muncul dari data atau dibiarkan terbuka untuk interpretasi. Data
dihimpun dengan pengamatan yang saksama, mencakup deskripsi dalam konteks
yang mendetail disertai catatan hasil wawancara yang mendalam, serta hasil
analisis dokumen dan catatan-catatan.
Sementara itu, desain studi kasus dipilih karena penelitian ini hendak mencari
keunikan kasus yang diangkat dan lebih memfokuskan kepada proses (how) dan
alasan (why). Hal itu sejalan dengan yang dikatakan Cresswell (Haris. 2010:97)
bahwa pertanyaan penelitian studi kasus yang diajukan lebih sering diawali
dengan kata how dan why karena seorang peneliti hendak mencari keunikan kasus
yang diangkat, sehingga lebih memfokuskan bidang pertanyaan kepada proses
(how) dan alasan (why).
Selain itu, alasan peneliti ini menggunakan metode studi kasus mengingat
kekhususan dari metode ini yang tidak hanya dapat menunjukkan dan
34
Siti Rizkika Hersifa, 2014
Pembentukan Status Identitas Vokasional pada Remaja
individu dengan tidak hanya memperhatikan keadaan masa kini tetapi mencakup
seluruh riwayat hidup (Maaruf, 1998).
B. Subjek dan Lokasi Penelitian
Patton (Poerwandari, 2001) mengemukakan, pengambilan subjek pada
penelitian kualitatif harus disesuaikan dengan masalah dan tujuan penelitian.
Berdasarkan hal tersebut, maka pengambilan subjek dalam penelitian ini
dilakukan dengan teknik purposive sampling. Teknik ini merupakan teknik dalam
non-probability sampling yang berdasarkan kepada ciri-ciri yang dimiliki oleh
subjek yang dipilih karena ciri-ciri tersebut sesuai dengan tujuan penelitian yang
dilakukan (Haris, 2010: 106)
Subjek penelitian ini adalah subjek yang memiliki ciri-ciri seperti berikut: (1)
Remaja yang berkerja sebagai pembantu rumah tangga; (2) Remaja yang berumur
antara 13-18 tahun. Hal ini sesuai dengan batasan masa remaja berdasarkan usia
kronologis yang diungkapkan Hurlock (1980), yaitu antara 13 hingga 18 tahun;
(3) Sudah bekerja sebagai pembantu rumah tangga minimal selama 2 tahun.
Kriteria ini ditetapkan dengan pertimbangan bahwa pada masa ini subjek
mengalami pengalaman kerja yang cukup. Sehingga diharapkan persepsi subjek
terhadap kehidupan pekerjaannya sudah terbentuk. Hal ini sejalan dengan yang
dikatakan Furhmann (1990) bahwa pengalaman kerja merupakan salah satu yang
mempengaruhi pembentukan identitas vokasional seseorang.
Menurut Patton (Poerwandari, 2001), tidak ada aturan yang pasti dalam
jumlah subjek yang harus diambil dalam penelitian kualitatif. Jumlah subjek
sangat tergantung pada apa yang ingin diketahui oleh peneliti, tujuan penelitian,
pertimbangan waktu, dan sumber yang tersedia. Pada penelitian ini, peneliti
memilih 3 orang remaja yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga untuk
menjadi subjek penelitian. Subjek 1 (S1) adalah seorang pembantu rumah tangga
yang berumur 17 tahun dengan masa kerja sebagai pembantu rumah tangga 3
tahun. Subjek 2 (S2) ialah seorang pembantu rumah tangga yang berumur 16
35
Siti Rizkika Hersifa, 2014
Pembentukan Status Identitas Vokasional pada Remaja
yaitu seorang pembantu rumah tangga yang berumur 18 tahun dengan masa kerja
sebagai pembantu rumah tangga 3 tahun.
Lokasi penelitian ini adalah di kota Bogor. Hal tersebut diputuskan karena di
tempat tersebut memiliki potensi untuk dilakukannya penelitian ini.
C. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data
adalah teknik wawancara semi-terstruktur dan observasi. Menurut Haris
(2010:131) penggunaan wawancara dalam penelitian kualitatif selalu disertai
dengan observasi untuk kepentingan cross-check dan validitas data.
Teknik wawancara semi terstruktur dipilih karena peneliti ingin menggali
secara alamiah pengalaman-pengalaman individu mengenai pembentukan status
vokasional pada remaja yang berkerja sebagai pembantu rumah tangga.
Sedangkan observasi digunakan untuk mengecek kebenaran data dari bias atau
penyimpangan dan memberikan informasi tambahan yang tidak tergambar dari
hasil wawancara.
Pada wawancara semi-terstruktur, peneliti merancang serangkaian pertanyaan
yang disusun dalam suatu daftar wawancara, akan tetapi daftar tersebut digunakan
untuk menuntun dan bukan untuk mendikte wawancara tersebut. Sehingga dengan
teknik ini, ada upaya untuk membangun hubungan dengan subjek, urutan
pertanyaan tidak terlalu penting sifatnya, pewawancara lebih bebas untuk meneliti
wilayah-wilayah menarik yang muncul, dan pewawancara bisa mengikuti minat
atau perhatian subjek (Smith, 2009:76).
Sedangkan menurut Haris (2010:132) observasi bertujuan untuk
mendeskripsikan lingkungan (site) yang diamati, aktifitas-aktifitas yang
berlangsung, individu-individu yang terlibat dalam lingkungan tersebut beserta
aktivitas dan perilaku yang dimunculkan, serta makna kejadian berdasarkan
36
Siti Rizkika Hersifa, 2014
Pembentukan Status Identitas Vokasional pada Remaja
Pada penelitian ini, observasi dilakukan menggunakan catatan anekdot
(anecdotal record). Hal tersebut dilakukan secara berkala dengan cara membawa
kertas kosong untuk mencatat perilaku yang khas, unik, dan penting yang
dilakukan subjek. Dalam metode catatan anekdot (anecdotal record), observer
mencatat dengan teliti dan merekam perilaku-perilaku yang dianggap penting dan
bermakna sesegera mungkin setelah perilaku tersebut muncul. Pada metode ini,
peneliti dapat menafsirkan makna dari perilaku yang muncul, menurut pendapat
dan sudut pandang peneliti sepanjang penafsiran dan makna menurut peneliti
berfungsi sebagai pendukung dari makna yang sebenarnya (Haris, 2010:133).
Observasi ini diharapkan dapat mengungkap informasi mengenai kondisi
lingkungan tempat kerja remaja yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga saat
ini, perilaku remaja yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga saat bekerja,
dan interaksi remaja yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga di tempat
kerjanya. Berikut ini diberikan ringkasan dari teknik pengumpulan data yang
dilakukan pada penelitian ini seperti ditunjukkan pada tabel 3.1.
Tabel 3.1 Teknik Pengumpulan Data No Sumber
Informasi
Sumber Informasi Prosedur Pengumpulan Data
Hasil yang Diharapkan 1 Wawancara
semi terstruktur
1. Remaja yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga. 2. Majikan dan rekan
dari remaja yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga.
1. Wawancara tatap muka dengan menggunakan tape
recorder.
2. Wawancara dengan pedoman wawancara semi-terstruktur sehingga tidak menutup kemungkinan adanya pengembangan pertanyaan sesuai dengan situasi dan kondisi.
1. Untuk mendapatkan data tentang
gambaran
pembentukan status identitas vokasional pada remaja yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Kota Bogor.
2. Pedoman
37
Siti Rizkika Hersifa, 2014
Pembentukan Status Identitas Vokasional pada Remaja No Sumber
Informasi
Sumber Informasi Prosedur Pengumpulan Data
Hasil yang Diharapkan
3. Setelah proses wawancara dan penulisan transkrip hasil wawancara. Hasil tersebut ditujukan kepada subjek. konteks masalah. 3. Untuk meminimalkan subjektivitas peneliti dan menyamakan persepsi.
2 Observasi 1. Kondisi lingkungan tempat kerja remaja yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga saat ini. 2. Perilaku remaja yang
bekerja sebagai pembantu rumah tangga saat bekerja. 3. Interaksi remaja yang
bekerja sebagai pembantu rumah tangga di tempat kerjanya.
1. Observasi dilakukan secara langsung di tempat subjek bekerja. 2. Mengamati perilaku
subjek menjalankan setiap tugasnya. 3. Pengamatan terhadap
situasi dan interaksi subjek dengan anggota keluarga majikan, dan tamu yang datang. 4. Menuliskan hasil
observasi dalam catatan anekdot (anecdotal record). 1. Memberikan pemahaman dan mengecek kebenaran data dari bias atau penyimpangan 2. Memberikan
informasi tambahan yang tidak tergambar dari hasil
wawancara.
3 Studi Dokumen
Foto lingkungan tempat kerja dan foto subjek saat bekerja
1. Meminta izin untuk mengambil foto-foto keadaan tempat kerja. 2. Memahami dokumen
yang telah didapatkan.
38
Siti Rizkika Hersifa, 2014
Pembentukan Status Identitas Vokasional pada Remaja D. Instrumen Penelitian
Instrumen atau alat pengumpulan data yang dipakai penelitian ini guna
memudahkan penulis dalam memperoleh dan mengumpulkan data, yaitu :
1. Peneliti
Dalam penelitian kualitatif, peneliti adalah instrumen penelitian utama.
Instrumen yang dimaksud adalah semenjak awal hingga akhir penelitian, peneliti
sendiri yang berfungsi penuh atau peneliti sendiri yang terlibat aktif dalam
penelitian yang dilakukan, bukan orang lain atau asisten peneliti (Haris, 2010:21).
Peneliti sangat berperan dalam seluruh proses penelitian, mulai dari memilih
topik, mendekati topik tersebut, mengumpulkan data, hingga menganalisis,
menginterprestasikan, menyimpulkan hasil penelitian (Poerwandari, 2001).
2. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara ini diperlukan dalam wawancara semi-terstruktur yang
dijadikan patokan ataupun kontrol dalam hal alur pembicaraan dan untuk prediksi
waktu wawancara. Pedoman wawancara berupa topik-topik pembicaraan saja
yang mengacu pada suatu tema sentral yang telah ditetapkan dan disesuaikan
dengan tujuan wawancara. Peneliti bebas berimprovisasi dalam mengajukan
pertanyaan yang sesuai dan alur alamiah yang terjadi asalkan tetap pada
topik-topik yang telah ditentukan. Topik dan tema tersebut dijadikan sebagai kontrol
pembicaraan dalam wawancara semi-terstruktur (Haris, 2010:123-124). Berikut
ini merupakan tabel-tabel pedoman wawancara yang digunakan dalam penelitian
ini.
Tabel 3.2 Pedoman Wawancara untuk Mengungkap Pembentukan Status Identitas Vokasional pada Remaja yang Berkerja Sebagai Pembantu
Rumah Tangga
Dimensi Aspek Karakteristik Kisi-kisi Pertanyaan
Kedalaman pengetahuan saat
berekplorasi.
Pemikiran mengenai rencana subjek saat putus sekolah atau lulus sekolah.
Gambaran mengenai pekerjaan yang diinginkan saat putus sekolah atau lulus sekolah.
39
Siti Rizkika Hersifa, 2014
Pembentukan Status Identitas Vokasional pada Remaja
Dimensi Aspek Karakteristik Kisi-kisi Pertanyaan
Eksplorasi
Eksplorasi
Pandangan subjek mengenai pekerjaan PRT sebelum bekerja menjadi PRT.
Pemahaman akan keterampilan yang dimiliki subjek berkaitan dengan pekerjaan PRT sebelum subjek bekerja Aktivitas yang diarahkan pada
penambahan informasi.
Aktivitas yang dilakukan saat mencari atau mendapatkan pekerjaan.
Aktivitas yang dilakukan agar mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan keinginan.
Mempertimbangkan bentuk
identitas yang cocok.
Gambaran mengenai proses pengambilan keputusan saat memilih bekerja sebagai PRT.
Pandangan subjek terhadap perbedaan antara bekerja sebagai PRT dan pekerjaan lain yang diinginkan.
Suasana emosi saat
bereksplorasi.
Gambaran perasaan saat cita-cita atau keinginannya tidak tercapai dan saat mencari pekerjaan.
Keinginan untuk membuat keputusan awal secara dini.
Keinginan untuk membuat keputusan awal secara dini.
Gambaran mengenai keinginan subjek untuk bekerja.
Gambaran mengenai keyakinan dan
penanganan hambatan yang dialami subjek saat memutuskan bekerja sebagai PRT.
Waktu adanya keputusan awal berkeinginan menjadi PRT.
Komitmen
Kedalaman pengetahuan setelah berkomitmen dengan bidang pekerjaan tertentu.
Gambaran mengenai harapan subjek dengan memutuskan bekerja sebagai PRT.
Pemahaman akan keterampilan yang dimiliki subjek berkaitan dengan pekerjaan PRT sesudah subjek bekerja.
Pandangan subjek mengenai pekerjaan PRT setelah bekerja sebagai PRT.
Pengetahuan dan pemahaman dalam menjalankan tugas yang diberikan di tempat kerja.
Aktivitas yang terarah pada implementasi bidang yang dipilih.
Gambaran mengenai persiapan subjek saat pertama kali mulai bekerja menjadi PRT.
Aktivitas yang dilakukan saat pertama kali mulai bekerja menjadi PRT.
Aktivitas yang dilakukan subjek saat bekerja menjadi PRT.
40
Siti Rizkika Hersifa, 2014
Pembentukan Status Identitas Vokasional pada Remaja
Dimensi Aspek Karakteristik Kisi-kisi Pertanyaan
memutuskan menjadi PRT.
Perasaan selama menjadi PRT. Adanya identifikasi terhadap
orang yang dinilai penting atau bermakna.
Gambaran individu lain yang berperan penting saat subjek memutuskan menjadi PRT.
Gambaran individu yang dikagumi sehingga mempengaruhi kehidupan subjek.
Memproyeksikan dirinya ke
masa depan.
Gambaran mengenai rencana jangka pendek yang ingin dilakukan subjek.
Gambaran mengenai harapan subjek akan masa depannya.
Ketahanan terhadap goncangan untuk mengalihkan
komitmennya.
Gambaran mengenai penanganan subjek saat menghadapi hambatan.
Gambaran pekerjaan yang diinginkan jika ada kesempatan yang lebih baik.
Tabel 3.3 Pedoman Wawancara untuk Mengungkap Faktor Pembentukan Status Identitas Vokasional pada Remaja yang Bekerja Sebagai Pembantu
Rumah Tangga Faktor Pembentukan Identitas
Vokasional
Kisi-kisi Pertanyaan
Pola Asuh
Gambaran hubungan dengan orangtua
Keterkaitan hubungan orangtua terhadap pekerjaan yang dipilihnya
Homogenitas lingkungan
Gambaran mengenai mayoritas pekerjaan yang dilakukan oleh warga di tempat asal subjek
Gambaran mengenai kegiatan yang dilakukan teman-teman sebayanya di tempat asal subjek
Pandangan subjek mengenai teman-teman sebayanya yang telah bekerja sejak kecil
Keterkaitan lingkungan terhadap
pembentukan identitas vokasional subjek
Model untuk identifikasi
Gambaran subjek mengenai individu yang menjadi role model dalam pekerjaan baik yang sedang dijalani maupun yang diinginkannya.
Pengalaman masa kanak-kanak
Pandangan subjek mengenai masa kanak-kanaknya
41
Siti Rizkika Hersifa, 2014
Pembentukan Status Identitas Vokasional pada Remaja Faktor Pembentukan Identitas
Vokasional
Kisi-kisi Pertanyaan
yang menyenangkan dan tidak
menyenangkan saat masa kanak-kanak
Keterkaitan pengalaman masa kanak-kanak subjek terhadap pembentukan identitas vokasionalnya
Sifat individu
Gambaran kekuatan dan kelemahandiri yang dimiliki subjek
Keterkaitan kekuatan dan kelemahan subjek terhadap pembentukan identitas
vokasionalnya.
Pengalaman kerja
Lama bekerja sebagai PRT
Gambaran tentang pengalamannya menjadi PRT dari pertama kerja hingga sekarang
Keterkaitan pengalaman bekerja terhadap pembentukan identitas vokasionalnya
Identitas etnik
Identitas etnik
Gambaran mengenai adat kebiasaan yang ada di tempat asal subjek
Gambaran mengenai harapan masyarakat terhadap peran yang dimiliki pemuda-pemudi di tempat asal subjek
Pendapat subjek mengenai peran yang diharapkan oleh masyarakat di tempat asal
Keterkaitan identitas etnik terhadap pembentukan identitas vokasional subjek
3. Pedoman Observasi dan Lembar Pencatatan Observasi.
Menurut Haris (2010:132) panduan observasi digunakan untuk
mempermudah peneliti memberikan patokan dan batasan dari observasi yang
dilakukan agar observasi yang dilakukan tetap pada tujuannya. Pada observasi
catatan anekdot (anecdotal record) ini, peneliti menentukan aspek perilaku yang
akan dicatat terlebih dahulu, kemudian disusun dalam suatu panduan observasi.
Pada tabel 3.4 berikut dikemukakan pedoman observasi yang digunakan dalam
[image:30.595.110.519.115.572.2]42
Siti Rizkika Hersifa, 2014
[image:31.595.107.519.110.630.2]Pembentukan Status Identitas Vokasional pada Remaja Tabel 3.4 Pedoman Observasi
Dimensi Observasi Indikator Observasi
Kondisi lingkungan tempat kerja remaja yang bekerja sebagai pembantu
rumah tangga saat ini.
Kondisi lingkungan di dalam rumah dan di luar rumah.
Perilaku remaja yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga saat bekerja.
Perilaku yang menunjukkan tentang pemahaman subjek akan tugas rumah tangga yang diberikan
Aktivitas yang dilakukan subjek setiap harinya saat bekerja
Ekspresi dirinya saat bekerja: ekpresi semangat dan keluh kesah.
Interaksi remaja yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga di tempat.
kerjanya.
Interaksi subjek dengan anggota keluarga majikan, tamu yang datang, dan tetangga sekitar rumah.
4. Alat Perekam (Tape Recorder)
Alasan peneliti menggunakan alat perekam agar peneliti dapat berkosentrasi
penuh terhadap data yang ingin digali dan data yang diberikan subjek. Selain itu
alat perekam juga berfungsi untuk memastikan peneliti dapat mendengarkan
kembali dan kemudian menganalisis seluruh hasil pembicaraan tanpa ada yang
terlewat, sehingga didapatkan gambaran yang utuh dari setiap subjek.
5. Alat Tulis
Alat tulis yang digunakan berupa pulpen atau pensil. Alat tulis berguna untuk
membantu pencatatan saat terdapat hal-hal penting yang terjadi selama
berlangsungnya wawancara serta observasi di lapangan.
43
Siti Rizkika Hersifa, 2014
Pembentukan Status Identitas Vokasional pada Remaja E. Teknik Analisis Data
Setelah mendapatkan data yang relevan, tahap selanjutnya adalah melakukan
analisis data. Dalam penelitian ini, data akan dianalisis sesuai dengan
tahapan-tahapan analisis data yang dikemukakan oleh Miles & Huberman pada buku Haris
(2010: 164-180).
Tahapan-tahapan yang harus dilakukan untuk menganalisis data pada
penelitian kualitatif adalah:
1. Pengumpulan data
Pada penelitian kualitatif, proses pengumpulan data dilakukan sebelum
penelitian, pada saat penelitian, dan bahkan di akhir penelitian. Idealnya, proses
pengumpulan data sudah dilakukan ketika penelitian masih berupa konsep atau
draft. Pada awal penelitian kualitatif, umumnya peneliti melakukan studi
pre-eliminary yang berfungsi untuk verifikasi dan pembuktian awal bahwa fenomena
yang diteliti itu benar-benar ada. Studi tersebut sudah termasuk proses
pengumpulan data. Pada studi pre-eliminary, peneliti sudah melakukan
wawancara, observasi dan lain sebagainya dan hasil dari aktivitas tersebut adalah
data. Pada saat subjek melakukan pendekatan dan menjalin hubungan dengan
subjek penelitian, melakukan observasi, membuat catatan lapangan, bahkan ketika
peneliti berinteraksi dengan lingkungan sosial subjek dan informan, itu semua
proses pengumpulan data yang hasilnya adalah data yang akan diolah. Ketika
peneliti telah mendapatkan data yang cukup untuk diproses dan dianalisis, tahap
selanjutnya adalah melakukan reduksi data (Haris, 2010: 164-165).
2. Reduksi data
Inti dari reduksi data adalah proses penggabungan dan penyeragaman segala
bentuk data yang diperoleh menjadi satu bentuk tulisan yang akan dianalisis. Hasil
dari rekaman wawancara akan diformat menjadi bentuk verbatim wawancara.
Hasil observasi dan temuan lapangan diformat menjadi tabel hasil observasi, hasil
observasi disesuaikan dengan metode observasi yang digunakan (Haris, 2010:
165).
Pada penelitian ini, data yang telah didapatkan melalui wawancara
44
Siti Rizkika Hersifa, 2014
Pembentukan Status Identitas Vokasional pada Remaja
dengan mengubah hasil wawancara dari bentuk rekaman menjadi bentuk tulisan
secara verbatim. Sedangkan data yang telah didapatkan melalui observasi
anecdotal record kemudian dipaparkan secara naratif. Setelah selesai menemui
subjek, data dibaca berulang-ulang, agar penulis mengerti benar data atau hasil
yang telah didapat.
3. Display data
Setelah semua data telah diformat berdasarkan instrumen pengumpulan data
dan telah berbentuk tulisan, langkah selanjutnya adalah melakukan display data.
Display data adalah mengolah data setengah jadi yang sudah seragam dalam
bentuk tulisan dan sudah memiliki alur tema yang jelas (yang sudah disusun
alurnya dalam tabel akumulasi tema) ke dalam suatu matriks kategorisasi sesuai
tema-tema yang sudah dikelompokkan dan dikategorikan, serta akan memecah
tema-tema tersebut ke dalam bentuk yang lebih konkret dan sederhana yang
disebut dengan subtema yang diakhiri dengan memberi kode (coding) dari
subtema tersebut sesuai dengan verbatim wawancara yang sebelumnya telah
dilakukan (Haris, 2010: 176). Jadi urutan yang dilakukan dalam melakukan
display data adalah kategori tema, subkategori tema, dan proses pengodean.
4. Kesimpulan/verifikasi
Kesimpulan dalam rangkaian analisis data kualitatif menurut model interaktif
yang dikemukakan oleh Miles & Huberman (Haris. 2010: 179) secara esensial
berisi tentang uraian dari seluruh subkategorisasi tema yang tercantum pada tabel
kategorisasi dan pengodean yang sudah terselesaikan disertai dengan quote
verbatim wawancaranya. Tiga tahapan yang harus dilakukan dalam tahap
kesimpulan/verifikasi adalah:
a. Menguraikan subkategori tema dalam tabel kategorisasi dan pengodean
disertai dengan quote verbatim wawancaranya.
b. Menjelaskan hasil temuan penelitian dengan menjawab pertanyaan
penelitian berdasarkan aspek/komponen/faktor/dimensi dari central
phenomenon penelitian.
c. Membuat kesimpulan dari temuan tersebut dengan memberikan
45
Siti Rizkika Hersifa, 2014
Pembentukan Status Identitas Vokasional pada Remaja
Pada penelitian ini, data-data yang telah diperoleh dari tiap subjek akan
dibaca berulang kali sampai peneliti mengerti benar permasalahannya lalu dianalis
secara perorangan, sehingga didapatkan gambaran mengenai penghayatan yang
dialami masing-masing subjek. Selanjutnya, dilakukan interpretasi secara
keseluruhan dimana di dalamnya mencakup keseluruhan kesimpulan dari hasil
penelitian ini. Penulisan analisis data masing-masing subjek yang telah berhasil
dikumpulkan merupakan suatu hal yang membantu peneliti untuk memeriksa
kembali apakah kesimpulan yang dibuat telah selesai.
F. Teknik Keabsahan Data
Dalam pengujian keabsahan data, peneliti akan menguji validitas dan
reliabilitas data menggunakan teknik member check dan triangulasi. Teknik
member check ini dipilih guna mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh
sesuai dengan apa yang diberikan oleh subjek. Jika data yang ditemukan
disepakati oleh subjek berarti data tersebut valid. Hal ini sesuai dengan yang
dikatakan Sugiyono (2013:276) bahwa tujuan member check adalah agar
informasi yang diperoleh dan akan digunakan dalam penulisan laporan sesuai
dengan apa yang dimaksud sumber data atau informan. Member check adalah
proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data (Sugiyono,
2013:276).
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain dari luar data yang diperoleh untuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembanding terhadap data yang diperoleh (Moleong. 2002). Teknik
triangulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber
lainnya. Triangulasi dengan sumber lainnya berarti membandingkan dan
mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui
waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif (Moleong. 2002). Cara-cara
yang dapat digunakan guna triangulasi dengan sumber lainnya dapat berjalan
adalah:
46
Siti Rizkika Hersifa, 2014
Pembentukan Status Identitas Vokasional pada Remaja
2. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian
dengan apa yang dikatakannya secara pribadi.
3. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian
dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.
4. Membandingkan keadaan dengan persuasive seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang
berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan.
5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.
Berdasarkan pernyataan diatas, peneliti hanya difokuskan menggunakan
triangulasi dengan sumber lainnya dengan cara peneliti membandingkan data hasil
wawancara dengan hasil observasi dan membandingkan informasi yang diberikan
oleh subjek dan significant other pada waktu yang berbeda.
G. Proses Pelaksanaan Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti melakukan tiga tahapan inti yang terurai dalam
beberapa kegiatan. Berikut merupakan penjelasan dari tiga tahapan yang
dilakukan:
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan yang dilakukan peneliti dalam proses penelitian ini adalah:
a. melakukan studi pendahuluan ke lapangan untuk memperoleh gambaran
awal mengenai kondisi remaja yang bekerja sebagai pembantu rumah
tangga di kota Bogor. Kegiatan studi pendahuluan yang dilakukan
peneliti seperti;
1) mengidentifikasi subjek dan lokasi penelitian,
2) menentukan subjek-subjek dan lokasi penelitian yang akan diteliti
berdasarkan identifikasi yang telah dilakukan peneliti,
47
Siti Rizkika Hersifa, 2014
Pembentukan Status Identitas Vokasional pada Remaja
b. menentukan jenis data yang akan dicari atau diperoleh yang merujuk
kepada fokus kajian, tujuan penelitian, dan pertanyaan penelitian yang
hendak dicari jawabannya.
c. Menentukan metode pengumpulan data yang sesuai dengan jenis data
yang ingin didapatkan.
d. mempersiapkan pedoman wawancara dan pedoman observasi sebagai
alat bantu bagi peneliti dalam pengambilan data.
2. Tahap Pelaksanaan
Hal-hal yang dilakukan oleh peneliti pada tahap ini adalah:
a. melakukan wawancara semi-terstruktur dan observasi terhadap tiga
remaja yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga.
b. melakukan wawancara terhadap majikan dan rekan kerja dari
masing-masing subjek sebagai data pelengkap dalam pengumpulan data.
c. memindahkan hasil rekaman wawancara ke dalam bentuk transkrip
verbatim tertulis.
3. Tahap penyelesaian
Tahap ini merupakan tahap akhir dalam penelitian yang terdiri dari beberapa
kegiatan sebagai berikut:
a. melakukan analisis data wawancara yang telah diverbatim dengan teknik
reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan/verifikasi data yang
menggambarkan pembentukan status identitas vokasional remaja yang
bekerja sebagai pembantu rumah tangga.
b. melakukan analisis data observasi dan menghasilkan lampiran hasil
observasi.
c. membuat laporan hasil penelitian secara menyeluruh yang berisi
gambaran hasil penelitian dari analisis data yang berhubungan dengan
teori yang ada dan poin-poin kesimpulan penelitian. Pada penelitian ini,
peneliti membuat gambaran dan analisis tiap–tiap subjek. Kemudian
peneliti menganalisis antar subjek, dengan membuat perbandingan hasil
[image:36.595.112.515.102.724.2]48
Siti Rizkika Hersifa, 2014
Pembentukan Status Identitas Vokasional pada Remaja
tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan mengenai hasil analisis dan
kesimpulan yang dilakukan, serta peneliti mengajukan saran–saran untuk
Siti Rizkika Hersifa, 2014
Pembentukan Status Identitas Vokasional pada Remaja BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dilakukan pada penelitian
ini, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pembentukan Status Identitas Vokasional Remaja yang Bekerja
sebagai Pembantu Rumah Tangga
Ketiga subjek memiliki pembentukan status identitas vokasional
yang hampir sama, yaitu berada pada status identitas foreclosure yang
ditunjukan dengan adanya kecenderungan untuk berkomitmen dengan
pekerjaan PRT tanpa bereksplorasi terhadap berbagai alternatif pekerjaan.
Akan tetapi status identitas pada subjek kesatu (HS) dan kedua (EM)
cenderung dapat berubah menjadi moratorium, karena subjek sebenarnya
memiliki keinginan untuk bereksplorasi terhadap berbagai pilihan
pekerjaan yang diinginkannya, namun terhambat karena tidak adanya
kesempatan untuk melakukannya.
2. Faktor-faktor yang Berkaitan dengan Pembentukan Status Identitas
Vokasional Remaja yang Bekerja sebagai Pembantu Rumah
Tangga
Menurut Furhmann (1990) faktor-faktor yang berkaitan dengan
pembentukan identitas vokasional yaitu pola asuh, homogentitas
lingkungan, model untuk identifikasi, sifat individu, pengalaman kerja,
pengalaman kanak-kanak, dan identitas etnis. Pembentukan status identitas
vokasional pada subjek ketiga memiliki keterkaitan dengan ketujuh faktor
tersebut. Akan tetapi, pada subjek pertama faktor homogenitas lingkungan
dan identitas etnis tidak berkaitan dengan pembentukan identitas
vokasionalnya. Begitupun pada subjek kedua faktor identitas etnis tidak
147
Siti Rizkika Hersifa, 2014
Pembentukan Status Identitas Vokasional pada Remaja
faktor-faktor menurut Furhmann (1990), pada penelitian ini ditemukan
faktor lain yang berkaitan dengan ketiga subjek yaitu rendahnya tingkat
ekonomi keluarga, rendahnya tingkat pendidikan yang dimiliki ketiga
subjek dan terbatasnya pilihan pekerjaan yang tersedia.
B. REKOMENDASI
1. Bagi Subjek Penelitian
Subjek penelitian diharapkan mau mengikuti pelatihan
keterampilan kerja guna menambah keterampilan kerjanya melalui
pelatihan yang diadakan oleh Lembaga Swadaya sehingga mereka dapat
lebih bereksplorasi kemampuannya.
2. Bagi Lembaga Perlindungan Anak dan Dinas Ketenagakerjaan
(Disnaker)
Baik lembaga Perlindungan Anak dan Dinas Ketenagakerjaan
disarankan dapat bekerja sama dengan Lembaga Swadaya untuk dapat
memberikan pengetahuan dan pengarahan mengenai persyaratan dan
keterampilan kerja terhadap calon pembantu rumah tangga (PRT) sehingga
mereka dapat menempatkan diri dengan tepat sesuai dengan
kemampuannya. Selain itu lembaga disarankan dapat memberikan
pengarahan kepada orangtua yang anaknya ingin bekerja sebagai PRT agar
dapat mendukung anaknya untuk mengikuti pengarahan dan keterampilan
kerja terlebih dahulu sebelum bekerja.
3. Bagi Pengguna Jasa Pembantu Rumah Tangga
Pengguna jasa pembantu rumah tangga diharapkan memberikan
kesempatan dan mendukung pembantu yang bekerja dirumahnya untuk
mengikuti pelatihan keterampilan kerja.
4. Bagi peneliti selanjutnya
Penelitian ini dapat dijadikan penelitian awal bagi peneliti-peneliti
selanjutnya. Akan tetapi, peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih
terdapat keterbatasan, yaitu pada penelitian ini hanya memfokuskan
148
Siti Rizkika Hersifa, 2014
Pembentukan Status Identitas Vokasional pada Remaja
rumah tangga (PRT) saja. Oleh sebab itu, untuk peneliti selanjutnya dapat
meneliti pembentukan identitas vokasional pada remaja yang memiliki
pengalaman kerja pada pekerjaan PRT dan pekerjaan lain sehingga hasil
yang diperoleh dapat lebih bervariasi, diantaranya dapat menunjukkan
apakah pada dua kategori PRT yang dimaksud terdapat perbedaan hasil
Siti Rizkika Hersifa, 2014
Pembentukan Status Identitas Vokasional pada Remaja
DAFTAR PUSTAKA
Acher, L.S. (1994) Interventions for Adolescent Identity. Stage Publication Newbury Park
Ali, Moh dan Asrori,Moh. (2009). Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta Didik. Jakarta:
PT. Bumi Aksara.
Baihaqi., Kartini,Titin., Ihsan,Helli., Musthofa,A.M. (2009). Status Identitas dan Spiritualitas Remaja (Studi Korelasi dan Demografis Mahasiswa UPI Bandung). Artikel. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. [Online] Tersedia: http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI/197509122006041-HELLI_ IHSAN/Kt_Pengantar_%26_Dftar_Isi_dll_ini_yg_dipakai_28_Nop_09.pdf. [30 Juli 2013].
Baihaqi. (2002). Pencapaian Status Identitas Vokasional Pada Remaja Tunanetra (Studi Kasus pada Mahasiswa Tunanetra Di Universitas Pendidikan Indonesia). Tesis pada Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung: Tidak diterbitkan.
Bischof, L.J. (1983). InterpretingPersonality Theories. NewYork: Harper & Row.
Cicilia, K. (2010). Peraturan Perundang-undangan Berkaitan dengan Hak Pembantu Rumah Tangga Anak. Skripsi pada Fakultas Hukum Universitas Indonesia: Depok: Tidak diterbitkan.
Dariyo, A. (2004). Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia.
Desmita. (2005). Psikologi Perkembangan. Bandung; Rosda Karya.
Dewi, S.S. (2013). Perlindungan Atas Hak Anak dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002. [Online] Tersedia: http://www.kumham-jogja.info/karya-ilmiah/37-karya- ilmiah-lainnya/801-perlindungan-atas-hak-anak-dalam-undang-undang-nomor-23-tahun-2002. [21 Juli 2013]
Erickson, E. H. (1968). Identity: Youth and Crisis. New York: Norton & Company.
Fuhrmann, B.S. (1990). Adolescence: Adolescene (second ed.). USA: Scott, Foresman/Little, Brown Higher Education.
Grotevant, H. D. (1997). Family Process, Identity Development and Behavioral Outcomes for
Adopted Adolescent. Journal of Adolescent Research. Depok: Universitas Indonesia.
Haris, H. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.
Hurlock, E.B. (1980). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
150
Siti Rizkika Hersifa, 2014
Pembentukan Status Identitas Vokasional pada Remaja
Indosiar. (2008). Pekerja Anak Dominasi Ekonomi Keluarga. [Online] Tersedia: http://www.indosiar.com/ragam/pekerja-anak-dominasi-ekonomi-keluarga _60083. html. [21 Juli 2013]
ILO. (2006). Peraturan tentang Pekerja Rumah Tangga di Indonesia. Artikel. [Online] Tersedia:http://www.ilo.org/public/indonesia/region/asro/jakarta/download/dwperatur an.pdf. [26 Juli 2013]
ILO-IPEC. (2004). Bunga-bunga diatas Patas: Fenomena Pekerja Rumah Tangga Anak di Indonesia. Artikel. [Online]. Tersedia: http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/--asia/---ro-bangkok/---ilo-jakarta/documents/publication/wcms_121306. pdf. [6 Oktober 2012]
ILO-IPEC. (2009). Serikat Pekerja/Serikat Buruh & Pekerja Anak. Artikel. [Online]. Tersedia: http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/@asia/@ro-bangkok/@ilo-jakarta/ documents/publication/wcms_144313.pdf. [26 Juli 2013]
Jahidin, D., Komalasari, K. (2007). Perlindungan Hak-hak Pembantu Rumah Tangga (Studi Kasus pada Yayasan Sosial Punakarya Kota Bandung). Jurnal dari Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia. [Online] Tersedia: http://penelitian.lppm.upi.edu/detil/209/perlindungan-hak-hak-pembantu-rumah-tangga-%28studi-kasus-pada-yayasan-sosial-purnakarya-kota-bandung%29. [ 30 Juli 2013]
Jurnas. (2012). ILO: Akhiri Pekerja Anak (Masa Depan Indonesia). [Online]. Tersedia: http://www.jurnas.com/news/64539. [21 Juli 2013]
LBH APIK. (2002). Kertas Posisi Usulan Revisi PERDA DKI JAKARTA No.6 Thn 1993 Tentang Pramuwisma. [Online.] Tersedia: http://www.lbh-apik.or.id/prt-posper.htm. [6 Oktober 2012]
Lestari. (2010). Gambaran Status Identitas Vokasional pada Remaja (Penelitian pada Siswa/Siswi Kelas 3 SMAN 2 Serpong). Jurnal dari Fakultas Psikologi Unika Atma
Jaya. [Online] Tersedia:
https://lib.atmajaya.ac.id/default.aspx?tabID=61&src=k&id=163863. [30 Juli 2013]
Ma’aruf, N (1998). Disonasi Kognitif Pada Remaja Putri Pelaku Hubungan Seksual Pranikah. Depok: Psikologi Universitas Indonesia
Marcia, J.E. et al. (1993). Ego Identity: A Handbook for Psychological Research. New York: Spinger Verlag.
Moleong, L. J. (2002). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Monks&Knoers. (2009). Psikologi Perkembangan: Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gajah Muda University Press.
151
Siti Rizkika Hersifa, 2014
Pembentukan Status Identitas Vokasional pada Remaja
Tersedia:http://library.walisongo.ac.id/digilib/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jtp tiain-gdl-maslikahpu-3790. [8 Februari 2014]
Purba R. M. (2012). Gambaran Proses Pencapaian Status Identitas Diri Remaja Yang Mengalami Kekerasan Fisik Pada Masa Kanak-Kanak. Jurnal. [Online] Tersedia: http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/30842. [30 Juli 2013]
Purwadi. (2004). Proses Pembentukan Identitas Diri Remaja. Humanitas: Indonesian
Psychological Journal Vol.1.
Papalia, D. & Olds, S. (1998). Human Development (7th edition). USA: The Mv Graw Hill Companies Inc.
Poerwandari. (2001). Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia. Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3).
Santrock. J. W. (2002). Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup (edisi kelima). Jakarta: Erlangga.
Santrock, J. W. (2003). Adolescent. Jakarta: Erlangga.
Santrock, J. W. (2007). Perkembangan Anak. Jakarta : Erlangga.
Samadi. (2004). Bersahabat dengan Putri Anda: Panduan Islami dalam Memahami Remaja
Putri Masa Kini. Jakarta: Pustaka Zahra.
Schultz, D., & Schultz E. S. (1994). Theories of personality (fifth ed.). California: Brooks/Cole Publishing Company.
Sholihin, A. (2013). Pengalaman Pemberdayaan PRT Anak dan Keluarganya di Malang Raya. Hand out dari pelatihan untuk jurnalis dalam mempromosikan pekerja yang
layak bagi PRT di Indonesia. [Online]. Tersedia:
http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo-jakarta/documents/presentation/wcms_221627.pdf [3 Februari 2014]
Silfia, N.S. (2010). Hubungan Pola asuh Orang Tua dengan Pembentukan Identitas Vokasional Remaja. Skripsi Sarjana pada Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: tidak diterbitkan.
Smith, J.A. (2009). Psikologi Kualitatif: Panduan Praktis Metode Riset. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Soetjiningsih. (2004). Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahanya. Jakarta: PT. Rhineka Cipta.
Steinberg, L. (2011). Adolescence (ninth ed.). USA: McGraw-Hill Inc.
Sugiono. (2013). Memahami Penelitian Kualitatif: Dilengkapi Contoh Proposal dan Laporan
Penelitian. Bandung: Alfabeta.
152
Siti Rizkika Hersifa, 2014
Pembentukan Status Identitas Vokasional pada Remaja
Undang-undang Nomor 22 Tahun 1957 Tentang Penyelesaian Perselisihan Perburuhan.
Undang-undang Nomor 3 Tahun 1993 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Tenaga Kerja. [Online]