• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBENTUKAN STATUS IDENTITAS VOKASIONAL PADA REMAJA : Studi Kasus pada Tiga Remaja yang Bekerja Sebagai Pembantu Rumah Tangga.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBENTUKAN STATUS IDENTITAS VOKASIONAL PADA REMAJA : Studi Kasus pada Tiga Remaja yang Bekerja Sebagai Pembantu Rumah Tangga."

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBENTUKAN STATUS IDENTITAS VOKASIONAL PADA REMAJA

(Studi Kasus pada Tiga Remaja yang Bekerja sebagai Pembantu Rumah Tangga di Kota Bogor)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Pada Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan

Disusun oleh: Siti Rizkika Hersifa

0903911

JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2014

(2)

PEMBENTUKAN STATUS IDENTITAS PADA REMAJA

(Studi Kasus pada Tiga Remaja yang Bekerja Sebagai Pembantu Rumah Tangga di Kota Bogor)

Oleh

Siti Rizkika Hersifa

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Psikologi pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Siti Rizkika Hersifa 2014

Universitas Pendidikan Indonesia

Maret 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak

(3)
(4)
(5)

Siti Rizkika Hersifa, 2014

Pembentukan Status Identitas Vokasional pada Remaja ABSTRAK

Siti Rizkika Hersifa (0903911). Pembentukan Status Identitas Vokasional pada Remaja (Studi Kasus pada Tiga Remaja yang Bekerja Sebagai Pembantu Rumah Tangga). Skripsi Jurusan Psikologi FIP UPI, Bandung (2014).

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pembentukan identitas vokasional pada remaja yang menjadi pembantu rumah tangga. Subjek dalam penelitian ini adalah tiga remaja yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga, berusia antara 13-18 tahun, berada di Kota Bogor. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan desain studi kasus. Pengambilan data dilakukan dengan teknik wawancara semi-terstruktur dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga subjek penelitian memiliki pembentukan status identitas vokasional yang hampir sama yaitu berada pada status identitas foreclosure. Akan tetapi status identitas pada subjek pertama dan kedua dapat berubah menjadi

moratorium jika mereka mendapatkan kesempatan untuk bereksplorasi berbagai

pekerjaan yang diinginkannya. Pembentukan identitas vokasional ketiga subjeK memiliki keterkaitan dengan faktor yang hampir sama. Namun faktor homogenitas lingkungan tidak memiliki keterkaitan dengan subjek pertama dan faktor identitas etnis tidak berkaitan dengan subjek pertama dan kedua.

(6)

Siti Rizkika Hersifa, 2014

Pembentukan Status Identitas Vokasional pada Remaja ABSTRACT

Siti Rizkika Hersifa (0903911). The Formation of Vocational Identity Status in Adolescents (Case Study on Three Teens that Working as maid in Bogor ). A

Paper. Psychology Department. Faculty of Sciene Education Indonesia University of Education, Bandung (2014).

The aims of this research is to describe the formation of vocational identity in adolescents who become maid. Subjects in this research are three teenagers who work as maid ,that aged between 13-18 years and work in Bogor. This research has been done in Bogor. This research uses the qualitative approach with a case study design. The data were collected by semi- structured interview techniques and observation. The results showed that all three subjects of the study had the status of vocational identity formation is almost in the same status that are in the foreclosure identity status. However, the status of the identity on the first subject and second subject can be turned into a moratorium if they get the chance to explore a variety of jobs that they wanted. Vocational identity formation of the three subjects have relevance to similar factors. However, the homogeneity enviromental factor not related for the first subject and the ethnic identity factors not related for the first and second subject.

(7)

Siti Rizkika Hersifa, 2014

Pembentukan Status Identitas Vokasional pada Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR BAGAN ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Penelitian ... 4

C. Rumusan Masalah ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 5

1. Tujuan Umum ... 5

2. Tujuan Khusus ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 6

1. Manfaat Teoritis ... 6

2. Manfaat Praktis ... 6

F. Sistematika Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembentukan Identitas Vokasional ... 8

1. Identitas Diri... 8

2. Pengertian Pembentukan Identitas Vokasional ... 10

3. Tahapan Perkembangan Identitas Vokasional ... 11

4. Eksplorasi dan Komitmen ... 12

5. Status Identitas Vokasional ... 16

6. Model Pola Tahapan Perkembangan Identitas ... 18

7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Identitas Vokasional ... 20

B. Remaja dan Perkembangannya ... 22

1. Pengertian Remaja ... 22

(8)

Siti Rizkika Hersifa, 2014

Pembentukan Status Identitas Vokasional pada Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

3. Tugas Perkembangan Remaja ... 25

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Remaja ... 26

C. Remaja yang bekerja sebagai Pembantu Rumah Tangga ... 27

1. Pengertian Pembantu Rumah tangga ... 27

2. Pengertian Remaja yang bekerja sebagai Pembantu Rumah Tangga ... 28

D. Penelitian Terdahulu tentang Penerimaan Diri dan Pensiunan ... 31

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 33

B. Subjek dan Lokasi Penelitian ... 34

C. Teknik Pengumpulan Data ... 35

D. Instrumen Penelitian... 38

E. Teknik Analisis Data ... 43

F. Teknik Keabsahan Data ... 45

G. Proses Pelaksanaan Penelitian ... 46

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian dan Pembahasan pada Subjek Pertama (HS) ... 49

1. Deskripsi Profil Latar Belakang Subjek Pertama (HS) ... 49

2. Deskripsi Profil Lingkungan Tempat Kerja Subjek Pertama (HS) ... 52

3. Hasil Penelitian Subjek Pertama (HS) ... 53

a. Pembentukan Status Identitas Vokasional Subjek Pertama (HS) ... 53

1) Eksplorasi Pekerjaan yang Dilakukan Subjek Pertama (HS) ... 53

2) Komitmen Subjek Pertama (HS) Terhadap Pekerjaan ... 59

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Identitas Vokasional ... 67

4. Pembahasan Subjek Pertama (HS) ... 73

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan pada Subjek Kedua (EM) ... 80

1. Deskripsi Profil Latar Belakang Subjek Kedua (EM) ... 80

2. Deskripsi Profil Lingkungan Tempat Kerja Subjek Kedua (EM) ... 81

3. Hasil Penelitian Subjek Kedua (EM) ... 82

a. Pembentukan Status Identitas Vokasional Subjek Kedua (EM) ... 82

1) Eksplorasi Pekerjaan yang Dilakukan Subjek Kedua (EM) ... 82

2) Komitmen Subjek Kedua (EM) Terhadap Pekerjaan ... 87

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Identitas Vokasional ... 97

4. Pembahasan Subjek Kedua (EM) ... 104

C. Hasil Penelitian dan Pembahasan pada Subjek Ketiga (EI) ... 110

1. Deskripsi Profil Latar Belakang Subjek Ketiga (EI)... 110

2. Deskripsi Profil Lingkungan Tempat Kerja Subjek Ketiga (EI) ... 112

3. Hasil Penelitian Subjek Ketiga (EI) ... 113

a. Pembentukan Status Identitas Vokasional Subjek Ketiga (EI) ... 113

(9)

Siti Rizkika Hersifa, 2014

Pembentukan Status Identitas Vokasional pada Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2) Komitmen Subjek Ketiga (EI) Terhadap Pekerjaan ... 118

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Identitas Vokasional.126 4. Pembahasan Subjek Ketiga (EI) ... 133

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 146

B. Saran ... 147

DAFTAR PUSTAKA ... 149

(10)

Siti Rizkika Hersifa, 2014

Pembentukan Status Identitas Vokasional pada Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Teknik Pengumpulan Data ...36

Tabel 3.2 Pedoman wawancara untuk mengungkap pembentukan status

identitas vokasional pada remaja yang bekerja sebagai pembantu

rumah tangga ...38

Tabel 3.3 Pedoman wawancara untuk menggali faktor pembentukan status

identitas vokasional pada remaja yang bekerja sebagai pembantu

rumah tangga ...40

Tabel 3.4 Pedoman Observasi ...42

Tabel 4.1 Tabel Eksplorasi Terhadap Aspek Kemampuan Pemahaman Bidang

Pekerjaan Subjek Pertama (HS) ...53

Tabel 4.2 Tabel Eksplorasi Terhadap Aspek Arah Aktifitas Subjek Pertama (HS)

...55

Tabel 4.3 Tabel Eksplorasi Terhadap Aspek Pertimbangan Akan Bentuk

Alternatif yang Cocok Subjek Pertama (HS) ...56

Tabel 4.4 Tabel Eksplorasi Terhadap Aspek Suasana Emosi Subjek Pertama

(HS) ...57

Tabel 4.5 Tabel Eksplorasi Terhadap Aspek Keinginan untuk Membuat

Keputusan Awal Secara Dini Subjek Pertama (HS) ...57

Tabel 4.6 Tabel Komitmen Terhadap Aspek Kemampuan Pemahaman Bidang

Pekerjaan Subjek Pertama (HS) ...59

Tabel 4.7 Tabel Komitmen Terhadap Aspek Aktifitas yang Terarah pada

Implementasi Bidang yang Dipilih Subjek Pertama (HS) ...61

Tabel 4.8 Tabel Komitmen Terhadap Aspek Suasana Emosi Subjek Pertama

(11)

Siti Rizkika Hersifa, 2014

Pembentukan Status Identitas Vokasional pada Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tabel 4.9 Tabel Komitmen Terhadap Aspek Adanya Identifikasi Terhadap

Orang yang Dinilai Penting atau Bermakna Subjek Pertama (HS) ....

...64

Tabel 4.10 Tabel Komitmen Terhadap Aspek Memproyeksikan Dirinya Ke Masa

Depan Subjek Pertama (HS) ...65

Tabel 4.11 Tabel Komitmen Terhadap Aspek Ketahanan Terhadap Goncangan

untuk Mengalihkan Komitmennya Subjek Pertama (HS) ...66

Tabel 4.12 Tabel Eksplorasi Terhadap Aspek Kemampuan Pemahaman Bidang

Pekerjaan Subjek Kedua (EM) ...83

Tabel 4.13 Tabel Eksplorasi Terhadap Aspek Arah Aktifitas Subjek Kedua (EM)

...84

Tabel 4.14 Tabel Eksplorasi Terhadap Aspek Pertimbangan Akan Bentuk

Alternatif yang Cocok Subjek Kedua (EM) ...85

Tabel 4.15 Tabel Eksplorasi Terhadap Aspek Suasana Emosi Subjek Kedua (EM)

...85

Tabel 4.16 Tabel Eksplorasi Terhadap Aspek Keinginan untuk Membuat

Keputusan Awal Secara Dini Subjek Kedua (EM) ...86

Tabel 4.17 Tabel Komitmen Terhadap Aspek Kemampuan Pemahaman Bidang

Pekerjaan Subjek Kedua (EM) ...88

Tabel 4.18 Tabel Komitmen Terhadap Aspek Aktifitas yang Terarah pada

Implementasi Bidang yang Dipilih Subjek Kedua (EM) ...90

Tabel 4.19 Tabel Komitmen Terhadap Aspek Suasana Emosi Subjek Kedua

(EM...92

Tabel 4.20 Tabel Komitmen Terhadap Aspek Adanya Identifikasi Terhadap

Orang yang Dinilai Penting atau Bermakna Subjek Kedua (EM)....93

Tabel 4.21 Tabel Komitmen Terhadap Aspek Memproyeksikan Dirinya Ke Masa

(12)

Siti Rizkika Hersifa, 2014

Pembentukan Status Identitas Vokasional pada Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tabel 4.22 Tabel Komitmen Terhadap Aspek Ketahanan Terhadap Goncangan

untuk Mengalihkan Komitmennya Subjek Kedua (EM)...95

Tabel 4.23 Tabel Eksplorasi Terhadap Aspek Kemampuan Pemahaman Bidang

Pekerjaan Subjek Ketiga (EI)...113

Tabel 4.24 Tabel Eksplorasi Terhadap Aspek Arah Aktifitas Subjek Ketiga

(EI)...114

Tabel 4.25 Tabel Eksplorasi Terhadap Aspek Pertimbangan Akan Bentuk

Alternatif yang Cocok Subjek Ketiga (EI)...115

Tabel 4.26 Tabel Eksplorasi Terhadap Aspek Suasana Emosi Subjek Ketiga

(EI)...116

Tabel 4.27 Tabel Eksplorasi Terhadap Aspek Keinginan untuk Membuat

Keputusan Awal Secara Dini Subjek Ketiga (EI)...117

Tabel 4.28 Tabel Komitmen Terhadap Aspek Kemampuan Pemahaman Bidang

Pekerjaan Subjek Ketiga (EI)...118

Tabel 4.29 Tabel Komitmen Terhadap Aspek Aktifitas yang Terarah pada

Implementasi Bidang yang Dipilih Subjek Ketiga (EI)...121

Tabel 4.30 Tabel Komitmen Terhadap Aspek Suasana Emosi Subjek Ketiga

(EI)...123

Tabel 4.31 Tabel Komitmen Terhadap Aspek Adanya Identifikasi Terhadap

Orang yang Dinilai Penting atau Bermakna Subjek Ketiga (EI)...124

Tabel 4.32 Tabel Komitmen Terhadap Aspek Memproyeksikan Dirinya Ke Masa

Depan Subjek Ketiga (EI)...124

Tabel 4.33 Tabel Komitmen Terhadap Aspek Ketahanan Terhadap Goncangan

untuk Mengalihkan Komitmennya Subjek Ketiga (EI)...125

(13)

Siti Rizkika Hersifa, 2014

Pembentukan Status Identitas Vokasional pada Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kriteria Status Identitas ...18

Bagan 2.2 Bagan Model Pola Tahapan Perkembangan Identitas ...18

Bagan 4.1 Bagan Pembentukan Status Identitas Vokasional Pada Subjek

Pertama...143

Bagan 4.2 Bagan Pembentukan Status Identitas Vokasional Pada Subjek

Kedua...144

Bagan 4.3 Bagan Pembentukan Status Identitas Vokasional Pada Subjek

(14)

Siti Rizkika Hersifa, 2014

Pembentukan Status Identitas Vokasional pada Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran-1 Hasil Penelitian

Verbatim, reduksi, dan koding wawancara pada Subjek Pertama, Kedua, dan

Ketiga

Display Data Subjek Pertama, Kedua, dan Ketiga

Hasil Observasi Subjek Pertama, Kedua, dan Ketiga

Lampiran-2 Surat-Surat

Surat Izin Penelitian

SK Pembimbing

Kartu bimbingan

Surat Kesediaan Subjek

Surat Pernyataan Judgment (Diskusi) mengenai instrumen penelitian

Lembar Persetujuan Member Check.

Lampiran-3 Dokumentasi

Foto-Foto penelitian

Berita Media On-line

(15)

Siti Rizkika Hersifa, 2014

Pembentukan Status Identitas Vokasional pada Remaja BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pembantu rumah tangga (PRT) sudah tidak asing lagi

keberadaannya di tengah masyarakat Indonesia, dan diantara pembantu

tersebut masih banyak yang berada dalam kategori pembantu rumah

tangga anak (PRTA). Hal tersebut sesuai dengan data yang tersedia pada

hasil Survei ILO pada tahun 2003 (Sholihin. A, 2013), dimana PRT di

Indonesia sebanyak 2, 6 juta dan sebanyak 26 % (688.132 jiwa) dari

jumlah PRT tersebut adalah PRT Anak. Jumlah tersebut diperkirakan akan

meningkat seiring dengan terus bertambahnya lulusan SD, SMP, SMA

setiap tahun sedangkan lapangan kerja sulit diperoleh. Oleh sebab itu

menjadi PRT merupakan salah satu pilihan yang realistis karena kegiatan

mengurus rumah tangga telah biasa dilakukan sejak kecil. Dengan

pendidikan atau tanpa pendidikan formal, mereka dapat memasuki

pekerjaan tersebut.

Pembantu Rumah Tangga Anak (PRTA) merupakan pekerja rumah

tangga yang berusia di bawah 18 tahun, sebab Undang-undang nomor 23

Tahun 2002 mengenai Perlindungan anak menetapkan bahwa anak adalah

seseorang yang usianya belum mencapai 18 tahun (Sholihin. A, 2013).

Kemudian dalam Undang-undang nomor 13 Tahun 2003 Pasal 69 tentang

Tenaga Kerja disebutkan bahwa anak yang boleh bekerja adalah yang

berusia minimal 13 tahun sepanjang tidak mengganggu perkembangan

fisik, mental dan sosial. Sementara itu, berdasarkan teori Psikologi

Perkembangan, usia belasan tahun tergolong usia remaja. Hurlock (1980)

memberi batasan masa remaja berdasarkan usia kronologis, yaitu antara 13

hingga 18 tahun. Dengan demikian dari sisi usia, konsep remaja menurut

teori psikologi perkembangan sejalan dengan konsep usia pembantu rumah

(16)

2

Siti Rizkika Hersifa, 2014

Pembentukan Status Identitas Vokasional pada Remaja

Banyaknya pembantu rumah tangga anak dikarenakan mereka

memerlukan penghasilan, baik untuk memenuhi kebutuhan dirinya sendiri

atau keluarganya. Hal ini sejalan dengan hasil kajian LBH-APIK (2002)

yang mengungkapkan bahwa mencari nafkah, mempunyai tanggungan,

dan mencari pengalaman menjadi alasan utama seseorang menjadi

pembantu rumah tangga.

Menurut Direktur Jenderal Pekerja Wanita dan Anak, Nur Aisiah,

(media on-line Indosiar.com, 5 Mei 2008) pada prinsipnya anak-anak

dilarang bekerja kecuali memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam

Undang-undang no. 13 tahun 20031. Namun demikian, fakta di lapangan

tidak sesuai dengan peraturan undang-undang tersebut sehingga banyak

PRTA yang mengalami kontrol yang sangat kuat dari majikannya, jam

kerja yang panjang, terisolasi dari hubungan keluarganya, tidak mendapat

kesempatan bermain, dan tidak memiliki kesempatan untuk mendapatkan

pendidikan. Fenomena tersebut banyak diberitakan oleh media massa

seperti media cetak, audio-visual dan elektronik. Diantaranya adalah

informasi yang dikemukakan Thomas (Direktur Program Internasional

untuk Penghapusan Pekerja Anak Constance) pada media on-line VOA

Indonesia tanggal 12 Juni 2013 serta berita pada media on-line

indosiar.com pada tanggal 5 Mei 2008.

Sejalan dengan uraian di atas, hasil penelitian dari Puji Maslikah

pada tahun 2007 ditemukan bahwa bekerja sebagai pembantu rumah

tangga pada usia anak menimbulkan tekanan, seperti dari beban pekerjaan,

majikan dan lingkungan sekitar. Selain itu penelitian Puji Maslikah dan

US Departement of Health and Human Services, Administration for

Children and Families dalam artikel yang berjudul Perdagangan Manusia

mengungkapkan bahwa bekerja sebagai pembantu rumah tangga dapat

1

(17)

3

Siti Rizkika Hersifa, 2014

Pembentukan Status Identitas Vokasional pada Remaja

menimbulkan dampak psikologis seperti memiliki emosi yang kurang

stabil yang dapat menimbulkan beban mental, seperti rasa sedih, kecewa,

malu, ketidakberdayaan, kehilangan arah, kebingungan serta takut dalam

diri.

Berdasarkan kondisi yang dialami pembantu rumah tangga anak

sebagaimana diuraikan di atas tentunya akan mempengaruhi

perkembangan masa remaja mereka, khususnya proses pembentukan

identitas diri. Hal ini sejalan dengan yang dikatakan Steinberg (2011)

bahwa perkembangan masa remaja sangat dipengaruhi oleh konteks

dimana mereka berada. Latar belakang lingkungan, sosio-kultur

masyarakat sekitar, maupun latar belakang keluarga (orang tua), akan ikut

memberikan corak dan arah proses perkembangan maupun proses

pembentukan identitas diri remaja yang bersangkutan.

Menurut Marcia (1993) pembentukan identitas diri merupakan

tugas perkembangan yang penting pada masa remaja. Pada tahap ini

remaja ditugaskan untuk mampu mencari eksistensi dan jati dirinya (siapa

mereka sebenarnya), mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri,

serta mencari arah dan tujuan dalam menjalani hidup. Salah satu aspek

utama pada pembentukan identitas remaja adalah pembentukan identitas

vokasional (pendidikan/pekerjaan). Dalam hal ini, remaja ditugaskan

untuk melakukan eksplorasi terhadap bidang pekerjaan agar mereka

mengetahui minat, bakat dan kemampuan yang dimilikinya. Sehingga

mereka dapat memilih dan menetapkan salah satu pekerjaan sesuai dengan

minatnya (komitmen).

Pembentukan identitas vokasional dapat digambarkan oleh Marcia

(1993) melaui status identitas berdasarkan ada tidaknya eksplorasi (krisis)

dan komitmen terhadap alternatif pekerjaan yang ada. Status identitas

terdiri dari empat kategori, yaitu: 1) Identity diffusion (kebingungan

(18)

4

Siti Rizkika Hersifa, 2014

Pembentukan Status Identitas Vokasional pada Remaja

moratorium (penundaan identitas), dan 4) Identity achievement

(pencapaian identitas).

Berdasarkan paparan tersebut, maka peneliti tertarik dan merasa perlu melakukan penelitian dengan judul “Pembentukan Status Identitas Vokasional Remaja (Studi Kasus pada Tiga Remaja yang Bekerja Sebagai Pembantu Rumah Tangga)”.

B. FOKUS PENELITIAN

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, dalam

penelitian ini peneliti fokus untuk meneliti pembentukan status identitas

vokasional remaja yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga.

Pembentukan status identitas vokasional ini dapat dilihat melalui dua

dimensi dasar menurut Marcia (1993), yaitu ada atau tidaknya usaha

eksplorasi menyangkut dengan pilihan pekerjaan (vokasional) dan

ditetapkannya komitmen yang mantap terhadap suatu pilihan pekerjaan

(vokasional).

Subjek penelitian ini difokuskan pada tiga remaja yang bekerja

sebagai pembantu rumah tangga di Kota Bogor yang memiliki umur

dengan rentang 13-18 tahun (berada pada rentang usia kronologis masa

remaja).

C. RUMUSAN MASALAH

Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak

menuju masa dewasa. Pada masa ini remaja dihadapkan pada tugas-tugas

perkembangan yang berbeda dengan masa kanak-kanak (Hurlock, 1973).

Menurut Marcia (1993) tugas perkembangan yang penting pada masa

remaja adalah pembentukan identitas diri. Para remaja yang menjadi

pembantu rumah tangga tentunya juga dihadapkan dengan tugas

perkembangan tersebut. Kondisi yang dialami oleh remaja yang bekerja

sebagai pembantu rumah tangga dapat mempengaruhi pembentukan

(19)

5

Siti Rizkika Hersifa, 2014

Pembentukan Status Identitas Vokasional pada Remaja

tersebut diantaranya yaitu tidak memiliki kesempatan untuk mendapatkan

pendidikan, mendapatkan jam kerja yang panjang, terisolasi dari hubungan

keluarganya, dan mengalami kontrol yang sangat kuat dari majikannya.

Dalam membentuk identitas vokasionalnya, remaja yang bekerja sebagai

pembantu rumah tangga harus melakukan eksplorasi terhadap berbagai

pilihan pekerjaan dan menetapkan komitmen terhadap pilihan pekerjaan

yang telah dipilih berdasarkan hasil eksplorasinya.

Berdasarkan permasalahan diatas, berikut rincian yang menjadi

pertanyaan dalam penelitian ini:

1. Bagaimana pembentukan status identitas vokasional pada remaja yang

menjadi pembantu rumah tangga?

1.1 Bagaimana eksplorasi pekerjaan yang dilakukan remaja yang

bekerja sebagai pembantu rumah tangga?

1.2 Bagaimana komitmen remaja mengenai pekerjaannya sebagai

pembantu rumah tangga?

2. Faktor-faktor apa saja yang berkaitan dengan pembentukan status

identitas vokasional remaja yang menjadi pembantu rumah tangga?

D. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Penelitian ini dilaksanakan untuk mendeskripsikan atau

menggambarkan pembentukan identitas vokasional pada remaja yang

menjadi pembantu rumah tangga.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dilakukannya penelitian ini diantaranya adalah

untuk:

a. Mengetahui bagaimana pembentukan status identitas vokasional

pada remaja yang menjadi pembantu rumah tangga ditinjau dari

(20)

6

Siti Rizkika Hersifa, 2014

Pembentukan Status Identitas Vokasional pada Remaja

b. Mengetahui faktor apa saja yang berkaitan dengan pembentukan

status identitas vokasional pada remaja yang menjadi pembantu

rumah tangga.

E. MANFAAT

1. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang

bermanfaat bagi perkembangan ilmu psikologi, khususnya Psikologi

Perkembangan dan Perkembangan Sosial dengan memberikan

tambahan data empiris. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat

dijadikan sebagai salah satu sumber bagi siapa saja yang ingin

melakukan penelitian dengan topik yang sama dengan penelitian ini.

2. Secara Praktis

a. Bagi Lembaga Perlindungan Anak (LPA) dan Dinas

Ketenagakerjaan (Disnaker)

Hasil penelitian ini dapat memberikan deskripsi lebih jelas

mengenai pembentukan identitas vokasional pada remaja yang bekerja

sebagai pembantu rumah tangga sehingga lembaga tersebut dapat

memberikan pengarahan ataupun pelatihan mengenai persyaratan dan

keterampilan kerja kepada calon pembantu rumah tangga (PRT) agar

mereka dapat menempatkan diri dengan tepat sesuai dengan

kemampuannya.

b. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran

terhadap peneliti selanjutnya yang berminat untuk membahas

(21)

7

Siti Rizkika Hersifa, 2014

Pembentukan Status Identitas Vokasional pada Remaja F. SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Bab I: Pendahuluan

Dalam bab I ini terdiri atas latar belakang masalah, fokus

penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan

sistematika penulisan.

2. Bab II: Tinjauan Pustaka

Bab II ini terdiri dari uraian teori yang menjadi acuan

pembahasan. Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teori pembentukan identitas vokasional, teori remaja dan

perkembangannya, serta teori remaja yang bekerja sebagai pembantu

rumah tangga.

3. Bab III: Metode Penelitian

Pada bab III ini dijelaskan mengenai desain penelitian, subjek

dan lokasi penelitian, teknik pengambilan data, definisi operasional,

instrumen penelitian, teknik analisis data, teknik keabsahan data, dan

proses pelaksanaan penelitian.

4. Bab IV: Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab IV ini terdiri dua bagian besar yaitu hasil penelitian dan

pembahasan yang berisi tentang gambaran subjek penelitian, hasil, dan

pembahasan.

5. Bab V: Kesimpulan dan Saran

Bab V menjabarkan tentang kesimpulan yang telah diperoleh

dari penelitian, dan saran yang diajukan bagi pembaca penelitian dan

(22)

33

Siti Rizkika Hersifa, 2014

Pembentukan Status Identitas Vokasional pada Remaja BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain studi kasus.

Penggunaan pendekatan kualitatif ini bertujuan agar dapat memaparkan secara

menyeluruh mengenai pembentukan status identitas vokasional pada remaja yang

menjadi pembantu rumah tangga dengan cara menggali penghayatan subjek

terhadap keputusan kehidupan kerjanya.

Menurut Sutopo AH, dan Adrianus Arief (2010:1) penelitian kualitatif adalah

suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis

fenomena, peristiwa, aktivitas, sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran

orang secara individual maupun kelompok. Beberapa deskripsi digunakan untuk

menemukan prinsip-prinsip dan penjelasan yang mengarah pada penyimpulan.

Penelitian kualitatif bersifat induktif artinya peneliti membiarkan

permasalahan-permasalahan muncul dari data atau dibiarkan terbuka untuk interpretasi. Data

dihimpun dengan pengamatan yang saksama, mencakup deskripsi dalam konteks

yang mendetail disertai catatan hasil wawancara yang mendalam, serta hasil

analisis dokumen dan catatan-catatan.

Sementara itu, desain studi kasus dipilih karena penelitian ini hendak mencari

keunikan kasus yang diangkat dan lebih memfokuskan kepada proses (how) dan

alasan (why). Hal itu sejalan dengan yang dikatakan Cresswell (Haris. 2010:97)

bahwa pertanyaan penelitian studi kasus yang diajukan lebih sering diawali

dengan kata how dan why karena seorang peneliti hendak mencari keunikan kasus

yang diangkat, sehingga lebih memfokuskan bidang pertanyaan kepada proses

(how) dan alasan (why).

Selain itu, alasan peneliti ini menggunakan metode studi kasus mengingat

kekhususan dari metode ini yang tidak hanya dapat menunjukkan dan

(23)

34

Siti Rizkika Hersifa, 2014

Pembentukan Status Identitas Vokasional pada Remaja

individu dengan tidak hanya memperhatikan keadaan masa kini tetapi mencakup

seluruh riwayat hidup (Maaruf, 1998).

B. Subjek dan Lokasi Penelitian

Patton (Poerwandari, 2001) mengemukakan, pengambilan subjek pada

penelitian kualitatif harus disesuaikan dengan masalah dan tujuan penelitian.

Berdasarkan hal tersebut, maka pengambilan subjek dalam penelitian ini

dilakukan dengan teknik purposive sampling. Teknik ini merupakan teknik dalam

non-probability sampling yang berdasarkan kepada ciri-ciri yang dimiliki oleh

subjek yang dipilih karena ciri-ciri tersebut sesuai dengan tujuan penelitian yang

dilakukan (Haris, 2010: 106)

Subjek penelitian ini adalah subjek yang memiliki ciri-ciri seperti berikut: (1)

Remaja yang berkerja sebagai pembantu rumah tangga; (2) Remaja yang berumur

antara 13-18 tahun. Hal ini sesuai dengan batasan masa remaja berdasarkan usia

kronologis yang diungkapkan Hurlock (1980), yaitu antara 13 hingga 18 tahun;

(3) Sudah bekerja sebagai pembantu rumah tangga minimal selama 2 tahun.

Kriteria ini ditetapkan dengan pertimbangan bahwa pada masa ini subjek

mengalami pengalaman kerja yang cukup. Sehingga diharapkan persepsi subjek

terhadap kehidupan pekerjaannya sudah terbentuk. Hal ini sejalan dengan yang

dikatakan Furhmann (1990) bahwa pengalaman kerja merupakan salah satu yang

mempengaruhi pembentukan identitas vokasional seseorang.

Menurut Patton (Poerwandari, 2001), tidak ada aturan yang pasti dalam

jumlah subjek yang harus diambil dalam penelitian kualitatif. Jumlah subjek

sangat tergantung pada apa yang ingin diketahui oleh peneliti, tujuan penelitian,

pertimbangan waktu, dan sumber yang tersedia. Pada penelitian ini, peneliti

memilih 3 orang remaja yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga untuk

menjadi subjek penelitian. Subjek 1 (S1) adalah seorang pembantu rumah tangga

yang berumur 17 tahun dengan masa kerja sebagai pembantu rumah tangga 3

tahun. Subjek 2 (S2) ialah seorang pembantu rumah tangga yang berumur 16

(24)

35

Siti Rizkika Hersifa, 2014

Pembentukan Status Identitas Vokasional pada Remaja

yaitu seorang pembantu rumah tangga yang berumur 18 tahun dengan masa kerja

sebagai pembantu rumah tangga 3 tahun.

Lokasi penelitian ini adalah di kota Bogor. Hal tersebut diputuskan karena di

tempat tersebut memiliki potensi untuk dilakukannya penelitian ini.

C. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data

adalah teknik wawancara semi-terstruktur dan observasi. Menurut Haris

(2010:131) penggunaan wawancara dalam penelitian kualitatif selalu disertai

dengan observasi untuk kepentingan cross-check dan validitas data.

Teknik wawancara semi terstruktur dipilih karena peneliti ingin menggali

secara alamiah pengalaman-pengalaman individu mengenai pembentukan status

vokasional pada remaja yang berkerja sebagai pembantu rumah tangga.

Sedangkan observasi digunakan untuk mengecek kebenaran data dari bias atau

penyimpangan dan memberikan informasi tambahan yang tidak tergambar dari

hasil wawancara.

Pada wawancara semi-terstruktur, peneliti merancang serangkaian pertanyaan

yang disusun dalam suatu daftar wawancara, akan tetapi daftar tersebut digunakan

untuk menuntun dan bukan untuk mendikte wawancara tersebut. Sehingga dengan

teknik ini, ada upaya untuk membangun hubungan dengan subjek, urutan

pertanyaan tidak terlalu penting sifatnya, pewawancara lebih bebas untuk meneliti

wilayah-wilayah menarik yang muncul, dan pewawancara bisa mengikuti minat

atau perhatian subjek (Smith, 2009:76).

Sedangkan menurut Haris (2010:132) observasi bertujuan untuk

mendeskripsikan lingkungan (site) yang diamati, aktifitas-aktifitas yang

berlangsung, individu-individu yang terlibat dalam lingkungan tersebut beserta

aktivitas dan perilaku yang dimunculkan, serta makna kejadian berdasarkan

(25)

36

Siti Rizkika Hersifa, 2014

Pembentukan Status Identitas Vokasional pada Remaja

Pada penelitian ini, observasi dilakukan menggunakan catatan anekdot

(anecdotal record). Hal tersebut dilakukan secara berkala dengan cara membawa

kertas kosong untuk mencatat perilaku yang khas, unik, dan penting yang

dilakukan subjek. Dalam metode catatan anekdot (anecdotal record), observer

mencatat dengan teliti dan merekam perilaku-perilaku yang dianggap penting dan

bermakna sesegera mungkin setelah perilaku tersebut muncul. Pada metode ini,

peneliti dapat menafsirkan makna dari perilaku yang muncul, menurut pendapat

dan sudut pandang peneliti sepanjang penafsiran dan makna menurut peneliti

berfungsi sebagai pendukung dari makna yang sebenarnya (Haris, 2010:133).

Observasi ini diharapkan dapat mengungkap informasi mengenai kondisi

lingkungan tempat kerja remaja yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga saat

ini, perilaku remaja yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga saat bekerja,

dan interaksi remaja yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga di tempat

kerjanya. Berikut ini diberikan ringkasan dari teknik pengumpulan data yang

dilakukan pada penelitian ini seperti ditunjukkan pada tabel 3.1.

Tabel 3.1 Teknik Pengumpulan Data No Sumber

Informasi

Sumber Informasi Prosedur Pengumpulan Data

Hasil yang Diharapkan 1 Wawancara

semi terstruktur

1. Remaja yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga. 2. Majikan dan rekan

dari remaja yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga.

1. Wawancara tatap muka dengan menggunakan tape

recorder.

2. Wawancara dengan pedoman wawancara semi-terstruktur sehingga tidak menutup kemungkinan adanya pengembangan pertanyaan sesuai dengan situasi dan kondisi.

1. Untuk mendapatkan data tentang

gambaran

pembentukan status identitas vokasional pada remaja yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Kota Bogor.

2. Pedoman

(26)

37

Siti Rizkika Hersifa, 2014

Pembentukan Status Identitas Vokasional pada Remaja No Sumber

Informasi

Sumber Informasi Prosedur Pengumpulan Data

Hasil yang Diharapkan

3. Setelah proses wawancara dan penulisan transkrip hasil wawancara. Hasil tersebut ditujukan kepada subjek. konteks masalah. 3. Untuk meminimalkan subjektivitas peneliti dan menyamakan persepsi.

2 Observasi 1. Kondisi lingkungan tempat kerja remaja yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga saat ini. 2. Perilaku remaja yang

bekerja sebagai pembantu rumah tangga saat bekerja. 3. Interaksi remaja yang

bekerja sebagai pembantu rumah tangga di tempat kerjanya.

1. Observasi dilakukan secara langsung di tempat subjek bekerja. 2. Mengamati perilaku

subjek menjalankan setiap tugasnya. 3. Pengamatan terhadap

situasi dan interaksi subjek dengan anggota keluarga majikan, dan tamu yang datang. 4. Menuliskan hasil

observasi dalam catatan anekdot (anecdotal record). 1. Memberikan pemahaman dan mengecek kebenaran data dari bias atau penyimpangan 2. Memberikan

informasi tambahan yang tidak tergambar dari hasil

wawancara.

3 Studi Dokumen

Foto lingkungan tempat kerja dan foto subjek saat bekerja

1. Meminta izin untuk mengambil foto-foto keadaan tempat kerja. 2. Memahami dokumen

yang telah didapatkan.

(27)

38

Siti Rizkika Hersifa, 2014

Pembentukan Status Identitas Vokasional pada Remaja D. Instrumen Penelitian

Instrumen atau alat pengumpulan data yang dipakai penelitian ini guna

memudahkan penulis dalam memperoleh dan mengumpulkan data, yaitu :

1. Peneliti

Dalam penelitian kualitatif, peneliti adalah instrumen penelitian utama.

Instrumen yang dimaksud adalah semenjak awal hingga akhir penelitian, peneliti

sendiri yang berfungsi penuh atau peneliti sendiri yang terlibat aktif dalam

penelitian yang dilakukan, bukan orang lain atau asisten peneliti (Haris, 2010:21).

Peneliti sangat berperan dalam seluruh proses penelitian, mulai dari memilih

topik, mendekati topik tersebut, mengumpulkan data, hingga menganalisis,

menginterprestasikan, menyimpulkan hasil penelitian (Poerwandari, 2001).

2. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara ini diperlukan dalam wawancara semi-terstruktur yang

dijadikan patokan ataupun kontrol dalam hal alur pembicaraan dan untuk prediksi

waktu wawancara. Pedoman wawancara berupa topik-topik pembicaraan saja

yang mengacu pada suatu tema sentral yang telah ditetapkan dan disesuaikan

dengan tujuan wawancara. Peneliti bebas berimprovisasi dalam mengajukan

pertanyaan yang sesuai dan alur alamiah yang terjadi asalkan tetap pada

topik-topik yang telah ditentukan. Topik dan tema tersebut dijadikan sebagai kontrol

pembicaraan dalam wawancara semi-terstruktur (Haris, 2010:123-124). Berikut

ini merupakan tabel-tabel pedoman wawancara yang digunakan dalam penelitian

ini.

Tabel 3.2 Pedoman Wawancara untuk Mengungkap Pembentukan Status Identitas Vokasional pada Remaja yang Berkerja Sebagai Pembantu

Rumah Tangga

Dimensi Aspek Karakteristik Kisi-kisi Pertanyaan

Kedalaman pengetahuan saat

berekplorasi. 

Pemikiran mengenai rencana subjek saat putus sekolah atau lulus sekolah.

 Gambaran mengenai pekerjaan yang diinginkan saat putus sekolah atau lulus sekolah.

(28)

39

Siti Rizkika Hersifa, 2014

Pembentukan Status Identitas Vokasional pada Remaja

Dimensi Aspek Karakteristik Kisi-kisi Pertanyaan

Eksplorasi

Eksplorasi

 Pandangan subjek mengenai pekerjaan PRT sebelum bekerja menjadi PRT.

 Pemahaman akan keterampilan yang dimiliki subjek berkaitan dengan pekerjaan PRT sebelum subjek bekerja Aktivitas yang diarahkan pada

penambahan informasi. 

Aktivitas yang dilakukan saat mencari atau mendapatkan pekerjaan.

 Aktivitas yang dilakukan agar mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan keinginan.

Mempertimbangkan bentuk

identitas yang cocok. 

Gambaran mengenai proses pengambilan keputusan saat memilih bekerja sebagai PRT.

 Pandangan subjek terhadap perbedaan antara bekerja sebagai PRT dan pekerjaan lain yang diinginkan.

Suasana emosi saat

bereksplorasi. 

Gambaran perasaan saat cita-cita atau keinginannya tidak tercapai dan saat mencari pekerjaan.

Keinginan untuk membuat keputusan awal secara dini.

Keinginan untuk membuat keputusan awal secara dini.

 Gambaran mengenai keinginan subjek untuk bekerja.

 Gambaran mengenai keyakinan dan

penanganan hambatan yang dialami subjek saat memutuskan bekerja sebagai PRT.

 Waktu adanya keputusan awal berkeinginan menjadi PRT.

Komitmen

Kedalaman pengetahuan setelah berkomitmen dengan bidang pekerjaan tertentu.

 Gambaran mengenai harapan subjek dengan memutuskan bekerja sebagai PRT.

 Pemahaman akan keterampilan yang dimiliki subjek berkaitan dengan pekerjaan PRT sesudah subjek bekerja.

 Pandangan subjek mengenai pekerjaan PRT setelah bekerja sebagai PRT.

 Pengetahuan dan pemahaman dalam menjalankan tugas yang diberikan di tempat kerja.

Aktivitas yang terarah pada implementasi bidang yang dipilih.

 Gambaran mengenai persiapan subjek saat pertama kali mulai bekerja menjadi PRT.

 Aktivitas yang dilakukan saat pertama kali mulai bekerja menjadi PRT.

 Aktivitas yang dilakukan subjek saat bekerja menjadi PRT.

(29)

40

Siti Rizkika Hersifa, 2014

Pembentukan Status Identitas Vokasional pada Remaja

Dimensi Aspek Karakteristik Kisi-kisi Pertanyaan

memutuskan menjadi PRT.

 Perasaan selama menjadi PRT. Adanya identifikasi terhadap

orang yang dinilai penting atau bermakna.

 Gambaran individu lain yang berperan penting saat subjek memutuskan menjadi PRT.

 Gambaran individu yang dikagumi sehingga mempengaruhi kehidupan subjek.

Memproyeksikan dirinya ke

masa depan. 

Gambaran mengenai rencana jangka pendek yang ingin dilakukan subjek.

 Gambaran mengenai harapan subjek akan masa depannya.

Ketahanan terhadap goncangan untuk mengalihkan

komitmennya.

 Gambaran mengenai penanganan subjek saat menghadapi hambatan.

 Gambaran pekerjaan yang diinginkan jika ada kesempatan yang lebih baik.

Tabel 3.3 Pedoman Wawancara untuk Mengungkap Faktor Pembentukan Status Identitas Vokasional pada Remaja yang Bekerja Sebagai Pembantu

Rumah Tangga Faktor Pembentukan Identitas

Vokasional

Kisi-kisi Pertanyaan

Pola Asuh

 Gambaran hubungan dengan orangtua

 Keterkaitan hubungan orangtua terhadap pekerjaan yang dipilihnya

Homogenitas lingkungan

 Gambaran mengenai mayoritas pekerjaan yang dilakukan oleh warga di tempat asal subjek

 Gambaran mengenai kegiatan yang dilakukan teman-teman sebayanya di tempat asal subjek

 Pandangan subjek mengenai teman-teman sebayanya yang telah bekerja sejak kecil

 Keterkaitan lingkungan terhadap

pembentukan identitas vokasional subjek

Model untuk identifikasi

 Gambaran subjek mengenai individu yang menjadi role model dalam pekerjaan baik yang sedang dijalani maupun yang diinginkannya.

Pengalaman masa kanak-kanak

 Pandangan subjek mengenai masa kanak-kanaknya

(30)

41

Siti Rizkika Hersifa, 2014

Pembentukan Status Identitas Vokasional pada Remaja Faktor Pembentukan Identitas

Vokasional

Kisi-kisi Pertanyaan

yang menyenangkan dan tidak

menyenangkan saat masa kanak-kanak

 Keterkaitan pengalaman masa kanak-kanak subjek terhadap pembentukan identitas vokasionalnya

Sifat individu

 Gambaran kekuatan dan kelemahandiri yang dimiliki subjek

 Keterkaitan kekuatan dan kelemahan subjek terhadap pembentukan identitas

vokasionalnya.

Pengalaman kerja

 Lama bekerja sebagai PRT

 Gambaran tentang pengalamannya menjadi PRT dari pertama kerja hingga sekarang

 Keterkaitan pengalaman bekerja terhadap pembentukan identitas vokasionalnya

Identitas etnik

Identitas etnik

 Gambaran mengenai adat kebiasaan yang ada di tempat asal subjek

 Gambaran mengenai harapan masyarakat terhadap peran yang dimiliki pemuda-pemudi di tempat asal subjek

 Pendapat subjek mengenai peran yang diharapkan oleh masyarakat di tempat asal

 Keterkaitan identitas etnik terhadap pembentukan identitas vokasional subjek

3. Pedoman Observasi dan Lembar Pencatatan Observasi.

Menurut Haris (2010:132) panduan observasi digunakan untuk

mempermudah peneliti memberikan patokan dan batasan dari observasi yang

dilakukan agar observasi yang dilakukan tetap pada tujuannya. Pada observasi

catatan anekdot (anecdotal record) ini, peneliti menentukan aspek perilaku yang

akan dicatat terlebih dahulu, kemudian disusun dalam suatu panduan observasi.

Pada tabel 3.4 berikut dikemukakan pedoman observasi yang digunakan dalam

[image:30.595.110.519.115.572.2]
(31)

42

Siti Rizkika Hersifa, 2014

[image:31.595.107.519.110.630.2]

Pembentukan Status Identitas Vokasional pada Remaja Tabel 3.4 Pedoman Observasi

Dimensi Observasi Indikator Observasi

Kondisi lingkungan tempat kerja remaja yang bekerja sebagai pembantu

rumah tangga saat ini.

Kondisi lingkungan di dalam rumah dan di luar rumah.

Perilaku remaja yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga saat bekerja.

 Perilaku yang menunjukkan tentang pemahaman subjek akan tugas rumah tangga yang diberikan

 Aktivitas yang dilakukan subjek setiap harinya saat bekerja

 Ekspresi dirinya saat bekerja: ekpresi semangat dan keluh kesah.

Interaksi remaja yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga di tempat.

kerjanya.

Interaksi subjek dengan anggota keluarga majikan, tamu yang datang, dan tetangga sekitar rumah.

4. Alat Perekam (Tape Recorder)

Alasan peneliti menggunakan alat perekam agar peneliti dapat berkosentrasi

penuh terhadap data yang ingin digali dan data yang diberikan subjek. Selain itu

alat perekam juga berfungsi untuk memastikan peneliti dapat mendengarkan

kembali dan kemudian menganalisis seluruh hasil pembicaraan tanpa ada yang

terlewat, sehingga didapatkan gambaran yang utuh dari setiap subjek.

5. Alat Tulis

Alat tulis yang digunakan berupa pulpen atau pensil. Alat tulis berguna untuk

membantu pencatatan saat terdapat hal-hal penting yang terjadi selama

berlangsungnya wawancara serta observasi di lapangan.

(32)

43

Siti Rizkika Hersifa, 2014

Pembentukan Status Identitas Vokasional pada Remaja E. Teknik Analisis Data

Setelah mendapatkan data yang relevan, tahap selanjutnya adalah melakukan

analisis data. Dalam penelitian ini, data akan dianalisis sesuai dengan

tahapan-tahapan analisis data yang dikemukakan oleh Miles & Huberman pada buku Haris

(2010: 164-180).

Tahapan-tahapan yang harus dilakukan untuk menganalisis data pada

penelitian kualitatif adalah:

1. Pengumpulan data

Pada penelitian kualitatif, proses pengumpulan data dilakukan sebelum

penelitian, pada saat penelitian, dan bahkan di akhir penelitian. Idealnya, proses

pengumpulan data sudah dilakukan ketika penelitian masih berupa konsep atau

draft. Pada awal penelitian kualitatif, umumnya peneliti melakukan studi

pre-eliminary yang berfungsi untuk verifikasi dan pembuktian awal bahwa fenomena

yang diteliti itu benar-benar ada. Studi tersebut sudah termasuk proses

pengumpulan data. Pada studi pre-eliminary, peneliti sudah melakukan

wawancara, observasi dan lain sebagainya dan hasil dari aktivitas tersebut adalah

data. Pada saat subjek melakukan pendekatan dan menjalin hubungan dengan

subjek penelitian, melakukan observasi, membuat catatan lapangan, bahkan ketika

peneliti berinteraksi dengan lingkungan sosial subjek dan informan, itu semua

proses pengumpulan data yang hasilnya adalah data yang akan diolah. Ketika

peneliti telah mendapatkan data yang cukup untuk diproses dan dianalisis, tahap

selanjutnya adalah melakukan reduksi data (Haris, 2010: 164-165).

2. Reduksi data

Inti dari reduksi data adalah proses penggabungan dan penyeragaman segala

bentuk data yang diperoleh menjadi satu bentuk tulisan yang akan dianalisis. Hasil

dari rekaman wawancara akan diformat menjadi bentuk verbatim wawancara.

Hasil observasi dan temuan lapangan diformat menjadi tabel hasil observasi, hasil

observasi disesuaikan dengan metode observasi yang digunakan (Haris, 2010:

165).

Pada penelitian ini, data yang telah didapatkan melalui wawancara

(33)

44

Siti Rizkika Hersifa, 2014

Pembentukan Status Identitas Vokasional pada Remaja

dengan mengubah hasil wawancara dari bentuk rekaman menjadi bentuk tulisan

secara verbatim. Sedangkan data yang telah didapatkan melalui observasi

anecdotal record kemudian dipaparkan secara naratif. Setelah selesai menemui

subjek, data dibaca berulang-ulang, agar penulis mengerti benar data atau hasil

yang telah didapat.

3. Display data

Setelah semua data telah diformat berdasarkan instrumen pengumpulan data

dan telah berbentuk tulisan, langkah selanjutnya adalah melakukan display data.

Display data adalah mengolah data setengah jadi yang sudah seragam dalam

bentuk tulisan dan sudah memiliki alur tema yang jelas (yang sudah disusun

alurnya dalam tabel akumulasi tema) ke dalam suatu matriks kategorisasi sesuai

tema-tema yang sudah dikelompokkan dan dikategorikan, serta akan memecah

tema-tema tersebut ke dalam bentuk yang lebih konkret dan sederhana yang

disebut dengan subtema yang diakhiri dengan memberi kode (coding) dari

subtema tersebut sesuai dengan verbatim wawancara yang sebelumnya telah

dilakukan (Haris, 2010: 176). Jadi urutan yang dilakukan dalam melakukan

display data adalah kategori tema, subkategori tema, dan proses pengodean.

4. Kesimpulan/verifikasi

Kesimpulan dalam rangkaian analisis data kualitatif menurut model interaktif

yang dikemukakan oleh Miles & Huberman (Haris. 2010: 179) secara esensial

berisi tentang uraian dari seluruh subkategorisasi tema yang tercantum pada tabel

kategorisasi dan pengodean yang sudah terselesaikan disertai dengan quote

verbatim wawancaranya. Tiga tahapan yang harus dilakukan dalam tahap

kesimpulan/verifikasi adalah:

a. Menguraikan subkategori tema dalam tabel kategorisasi dan pengodean

disertai dengan quote verbatim wawancaranya.

b. Menjelaskan hasil temuan penelitian dengan menjawab pertanyaan

penelitian berdasarkan aspek/komponen/faktor/dimensi dari central

phenomenon penelitian.

c. Membuat kesimpulan dari temuan tersebut dengan memberikan

(34)

45

Siti Rizkika Hersifa, 2014

Pembentukan Status Identitas Vokasional pada Remaja

Pada penelitian ini, data-data yang telah diperoleh dari tiap subjek akan

dibaca berulang kali sampai peneliti mengerti benar permasalahannya lalu dianalis

secara perorangan, sehingga didapatkan gambaran mengenai penghayatan yang

dialami masing-masing subjek. Selanjutnya, dilakukan interpretasi secara

keseluruhan dimana di dalamnya mencakup keseluruhan kesimpulan dari hasil

penelitian ini. Penulisan analisis data masing-masing subjek yang telah berhasil

dikumpulkan merupakan suatu hal yang membantu peneliti untuk memeriksa

kembali apakah kesimpulan yang dibuat telah selesai.

F. Teknik Keabsahan Data

Dalam pengujian keabsahan data, peneliti akan menguji validitas dan

reliabilitas data menggunakan teknik member check dan triangulasi. Teknik

member check ini dipilih guna mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh

sesuai dengan apa yang diberikan oleh subjek. Jika data yang ditemukan

disepakati oleh subjek berarti data tersebut valid. Hal ini sesuai dengan yang

dikatakan Sugiyono (2013:276) bahwa tujuan member check adalah agar

informasi yang diperoleh dan akan digunakan dalam penulisan laporan sesuai

dengan apa yang dimaksud sumber data atau informan. Member check adalah

proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data (Sugiyono,

2013:276).

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan

sesuatu yang lain dari luar data yang diperoleh untuk keperluan pengecekan atau

sebagai pembanding terhadap data yang diperoleh (Moleong. 2002). Teknik

triangulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber

lainnya. Triangulasi dengan sumber lainnya berarti membandingkan dan

mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui

waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif (Moleong. 2002). Cara-cara

yang dapat digunakan guna triangulasi dengan sumber lainnya dapat berjalan

adalah:

(35)

46

Siti Rizkika Hersifa, 2014

Pembentukan Status Identitas Vokasional pada Remaja

2. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian

dengan apa yang dikatakannya secara pribadi.

3. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian

dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.

4. Membandingkan keadaan dengan persuasive seseorang dengan berbagai

pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang

berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan.

5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

Berdasarkan pernyataan diatas, peneliti hanya difokuskan menggunakan

triangulasi dengan sumber lainnya dengan cara peneliti membandingkan data hasil

wawancara dengan hasil observasi dan membandingkan informasi yang diberikan

oleh subjek dan significant other pada waktu yang berbeda.

G. Proses Pelaksanaan Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti melakukan tiga tahapan inti yang terurai dalam

beberapa kegiatan. Berikut merupakan penjelasan dari tiga tahapan yang

dilakukan:

1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan yang dilakukan peneliti dalam proses penelitian ini adalah:

a. melakukan studi pendahuluan ke lapangan untuk memperoleh gambaran

awal mengenai kondisi remaja yang bekerja sebagai pembantu rumah

tangga di kota Bogor. Kegiatan studi pendahuluan yang dilakukan

peneliti seperti;

1) mengidentifikasi subjek dan lokasi penelitian,

2) menentukan subjek-subjek dan lokasi penelitian yang akan diteliti

berdasarkan identifikasi yang telah dilakukan peneliti,

(36)

47

Siti Rizkika Hersifa, 2014

Pembentukan Status Identitas Vokasional pada Remaja

b. menentukan jenis data yang akan dicari atau diperoleh yang merujuk

kepada fokus kajian, tujuan penelitian, dan pertanyaan penelitian yang

hendak dicari jawabannya.

c. Menentukan metode pengumpulan data yang sesuai dengan jenis data

yang ingin didapatkan.

d. mempersiapkan pedoman wawancara dan pedoman observasi sebagai

alat bantu bagi peneliti dalam pengambilan data.

2. Tahap Pelaksanaan

Hal-hal yang dilakukan oleh peneliti pada tahap ini adalah:

a. melakukan wawancara semi-terstruktur dan observasi terhadap tiga

remaja yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga.

b. melakukan wawancara terhadap majikan dan rekan kerja dari

masing-masing subjek sebagai data pelengkap dalam pengumpulan data.

c. memindahkan hasil rekaman wawancara ke dalam bentuk transkrip

verbatim tertulis.

3. Tahap penyelesaian

Tahap ini merupakan tahap akhir dalam penelitian yang terdiri dari beberapa

kegiatan sebagai berikut:

a. melakukan analisis data wawancara yang telah diverbatim dengan teknik

reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan/verifikasi data yang

menggambarkan pembentukan status identitas vokasional remaja yang

bekerja sebagai pembantu rumah tangga.

b. melakukan analisis data observasi dan menghasilkan lampiran hasil

observasi.

c. membuat laporan hasil penelitian secara menyeluruh yang berisi

gambaran hasil penelitian dari analisis data yang berhubungan dengan

teori yang ada dan poin-poin kesimpulan penelitian. Pada penelitian ini,

peneliti membuat gambaran dan analisis tiap–tiap subjek. Kemudian

peneliti menganalisis antar subjek, dengan membuat perbandingan hasil

[image:36.595.112.515.102.724.2]
(37)

48

Siti Rizkika Hersifa, 2014

Pembentukan Status Identitas Vokasional pada Remaja

tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan mengenai hasil analisis dan

kesimpulan yang dilakukan, serta peneliti mengajukan saran–saran untuk

(38)

Siti Rizkika Hersifa, 2014

Pembentukan Status Identitas Vokasional pada Remaja BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dilakukan pada penelitian

ini, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Pembentukan Status Identitas Vokasional Remaja yang Bekerja

sebagai Pembantu Rumah Tangga

Ketiga subjek memiliki pembentukan status identitas vokasional

yang hampir sama, yaitu berada pada status identitas foreclosure yang

ditunjukan dengan adanya kecenderungan untuk berkomitmen dengan

pekerjaan PRT tanpa bereksplorasi terhadap berbagai alternatif pekerjaan.

Akan tetapi status identitas pada subjek kesatu (HS) dan kedua (EM)

cenderung dapat berubah menjadi moratorium, karena subjek sebenarnya

memiliki keinginan untuk bereksplorasi terhadap berbagai pilihan

pekerjaan yang diinginkannya, namun terhambat karena tidak adanya

kesempatan untuk melakukannya.

2. Faktor-faktor yang Berkaitan dengan Pembentukan Status Identitas

Vokasional Remaja yang Bekerja sebagai Pembantu Rumah

Tangga

Menurut Furhmann (1990) faktor-faktor yang berkaitan dengan

pembentukan identitas vokasional yaitu pola asuh, homogentitas

lingkungan, model untuk identifikasi, sifat individu, pengalaman kerja,

pengalaman kanak-kanak, dan identitas etnis. Pembentukan status identitas

vokasional pada subjek ketiga memiliki keterkaitan dengan ketujuh faktor

tersebut. Akan tetapi, pada subjek pertama faktor homogenitas lingkungan

dan identitas etnis tidak berkaitan dengan pembentukan identitas

vokasionalnya. Begitupun pada subjek kedua faktor identitas etnis tidak

(39)

147

Siti Rizkika Hersifa, 2014

Pembentukan Status Identitas Vokasional pada Remaja

faktor-faktor menurut Furhmann (1990), pada penelitian ini ditemukan

faktor lain yang berkaitan dengan ketiga subjek yaitu rendahnya tingkat

ekonomi keluarga, rendahnya tingkat pendidikan yang dimiliki ketiga

subjek dan terbatasnya pilihan pekerjaan yang tersedia.

B. REKOMENDASI

1. Bagi Subjek Penelitian

Subjek penelitian diharapkan mau mengikuti pelatihan

keterampilan kerja guna menambah keterampilan kerjanya melalui

pelatihan yang diadakan oleh Lembaga Swadaya sehingga mereka dapat

lebih bereksplorasi kemampuannya.

2. Bagi Lembaga Perlindungan Anak dan Dinas Ketenagakerjaan

(Disnaker)

Baik lembaga Perlindungan Anak dan Dinas Ketenagakerjaan

disarankan dapat bekerja sama dengan Lembaga Swadaya untuk dapat

memberikan pengetahuan dan pengarahan mengenai persyaratan dan

keterampilan kerja terhadap calon pembantu rumah tangga (PRT) sehingga

mereka dapat menempatkan diri dengan tepat sesuai dengan

kemampuannya. Selain itu lembaga disarankan dapat memberikan

pengarahan kepada orangtua yang anaknya ingin bekerja sebagai PRT agar

dapat mendukung anaknya untuk mengikuti pengarahan dan keterampilan

kerja terlebih dahulu sebelum bekerja.

3. Bagi Pengguna Jasa Pembantu Rumah Tangga

Pengguna jasa pembantu rumah tangga diharapkan memberikan

kesempatan dan mendukung pembantu yang bekerja dirumahnya untuk

mengikuti pelatihan keterampilan kerja.

4. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini dapat dijadikan penelitian awal bagi peneliti-peneliti

selanjutnya. Akan tetapi, peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih

terdapat keterbatasan, yaitu pada penelitian ini hanya memfokuskan

(40)

148

Siti Rizkika Hersifa, 2014

Pembentukan Status Identitas Vokasional pada Remaja

rumah tangga (PRT) saja. Oleh sebab itu, untuk peneliti selanjutnya dapat

meneliti pembentukan identitas vokasional pada remaja yang memiliki

pengalaman kerja pada pekerjaan PRT dan pekerjaan lain sehingga hasil

yang diperoleh dapat lebih bervariasi, diantaranya dapat menunjukkan

apakah pada dua kategori PRT yang dimaksud terdapat perbedaan hasil

(41)

Siti Rizkika Hersifa, 2014

Pembentukan Status Identitas Vokasional pada Remaja

DAFTAR PUSTAKA

Acher, L.S. (1994) Interventions for Adolescent Identity. Stage Publication Newbury Park

Ali, Moh dan Asrori,Moh. (2009). Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta Didik. Jakarta:

PT. Bumi Aksara.

Baihaqi., Kartini,Titin., Ihsan,Helli., Musthofa,A.M. (2009). Status Identitas dan Spiritualitas Remaja (Studi Korelasi dan Demografis Mahasiswa UPI Bandung). Artikel. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. [Online] Tersedia: http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI/197509122006041-HELLI_ IHSAN/Kt_Pengantar_%26_Dftar_Isi_dll_ini_yg_dipakai_28_Nop_09.pdf. [30 Juli 2013].

Baihaqi. (2002). Pencapaian Status Identitas Vokasional Pada Remaja Tunanetra (Studi Kasus pada Mahasiswa Tunanetra Di Universitas Pendidikan Indonesia). Tesis pada Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung: Tidak diterbitkan.

Bischof, L.J. (1983). InterpretingPersonality Theories. NewYork: Harper & Row.

Cicilia, K. (2010). Peraturan Perundang-undangan Berkaitan dengan Hak Pembantu Rumah Tangga Anak. Skripsi pada Fakultas Hukum Universitas Indonesia: Depok: Tidak diterbitkan.

Dariyo, A. (2004). Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia.

Desmita. (2005). Psikologi Perkembangan. Bandung; Rosda Karya.

Dewi, S.S. (2013). Perlindungan Atas Hak Anak dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002. [Online] Tersedia: http://www.kumham-jogja.info/karya-ilmiah/37-karya- ilmiah-lainnya/801-perlindungan-atas-hak-anak-dalam-undang-undang-nomor-23-tahun-2002. [21 Juli 2013]

Erickson, E. H. (1968). Identity: Youth and Crisis. New York: Norton & Company.

Fuhrmann, B.S. (1990). Adolescence: Adolescene (second ed.). USA: Scott, Foresman/Little, Brown Higher Education.

Grotevant, H. D. (1997). Family Process, Identity Development and Behavioral Outcomes for

Adopted Adolescent. Journal of Adolescent Research. Depok: Universitas Indonesia.

Haris, H. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.

Hurlock, E.B. (1980). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang

Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

(42)

150

Siti Rizkika Hersifa, 2014

Pembentukan Status Identitas Vokasional pada Remaja

Indosiar. (2008). Pekerja Anak Dominasi Ekonomi Keluarga. [Online] Tersedia: http://www.indosiar.com/ragam/pekerja-anak-dominasi-ekonomi-keluarga _60083. html. [21 Juli 2013]

ILO. (2006). Peraturan tentang Pekerja Rumah Tangga di Indonesia. Artikel. [Online] Tersedia:http://www.ilo.org/public/indonesia/region/asro/jakarta/download/dwperatur an.pdf. [26 Juli 2013]

ILO-IPEC. (2004). Bunga-bunga diatas Patas: Fenomena Pekerja Rumah Tangga Anak di Indonesia. Artikel. [Online]. Tersedia: http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/--asia/---ro-bangkok/---ilo-jakarta/documents/publication/wcms_121306. pdf. [6 Oktober 2012]

ILO-IPEC. (2009). Serikat Pekerja/Serikat Buruh & Pekerja Anak. Artikel. [Online]. Tersedia: http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/@asia/@ro-bangkok/@ilo-jakarta/ documents/publication/wcms_144313.pdf. [26 Juli 2013]

Jahidin, D., Komalasari, K. (2007). Perlindungan Hak-hak Pembantu Rumah Tangga (Studi Kasus pada Yayasan Sosial Punakarya Kota Bandung). Jurnal dari Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia. [Online] Tersedia: http://penelitian.lppm.upi.edu/detil/209/perlindungan-hak-hak-pembantu-rumah-tangga-%28studi-kasus-pada-yayasan-sosial-purnakarya-kota-bandung%29. [ 30 Juli 2013]

Jurnas. (2012). ILO: Akhiri Pekerja Anak (Masa Depan Indonesia). [Online]. Tersedia: http://www.jurnas.com/news/64539. [21 Juli 2013]

LBH APIK. (2002). Kertas Posisi Usulan Revisi PERDA DKI JAKARTA No.6 Thn 1993 Tentang Pramuwisma. [Online.] Tersedia: http://www.lbh-apik.or.id/prt-posper.htm. [6 Oktober 2012]

Lestari. (2010). Gambaran Status Identitas Vokasional pada Remaja (Penelitian pada Siswa/Siswi Kelas 3 SMAN 2 Serpong). Jurnal dari Fakultas Psikologi Unika Atma

Jaya. [Online] Tersedia:

https://lib.atmajaya.ac.id/default.aspx?tabID=61&src=k&id=163863. [30 Juli 2013]

Ma’aruf, N (1998). Disonasi Kognitif Pada Remaja Putri Pelaku Hubungan Seksual Pranikah. Depok: Psikologi Universitas Indonesia

Marcia, J.E. et al. (1993). Ego Identity: A Handbook for Psychological Research. New York: Spinger Verlag.

Moleong, L. J. (2002). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Monks&Knoers. (2009). Psikologi Perkembangan: Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gajah Muda University Press.

(43)

151

Siti Rizkika Hersifa, 2014

Pembentukan Status Identitas Vokasional pada Remaja

Tersedia:http://library.walisongo.ac.id/digilib/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jtp tiain-gdl-maslikahpu-3790. [8 Februari 2014]

Purba R. M. (2012). Gambaran Proses Pencapaian Status Identitas Diri Remaja Yang Mengalami Kekerasan Fisik Pada Masa Kanak-Kanak. Jurnal. [Online] Tersedia: http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/30842. [30 Juli 2013]

Purwadi. (2004). Proses Pembentukan Identitas Diri Remaja. Humanitas: Indonesian

Psychological Journal Vol.1.

Papalia, D. & Olds, S. (1998). Human Development (7th edition). USA: The Mv Graw Hill Companies Inc.

Poerwandari. (2001). Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia. Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3).

Santrock. J. W. (2002). Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup (edisi kelima). Jakarta: Erlangga.

Santrock, J. W. (2003). Adolescent. Jakarta: Erlangga.

Santrock, J. W. (2007). Perkembangan Anak. Jakarta : Erlangga.

Samadi. (2004). Bersahabat dengan Putri Anda: Panduan Islami dalam Memahami Remaja

Putri Masa Kini. Jakarta: Pustaka Zahra.

Schultz, D., & Schultz E. S. (1994). Theories of personality (fifth ed.). California: Brooks/Cole Publishing Company.

Sholihin, A. (2013). Pengalaman Pemberdayaan PRT Anak dan Keluarganya di Malang Raya. Hand out dari pelatihan untuk jurnalis dalam mempromosikan pekerja yang

layak bagi PRT di Indonesia. [Online]. Tersedia:

http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo-jakarta/documents/presentation/wcms_221627.pdf [3 Februari 2014]

Silfia, N.S. (2010). Hubungan Pola asuh Orang Tua dengan Pembentukan Identitas Vokasional Remaja. Skripsi Sarjana pada Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: tidak diterbitkan.

Smith, J.A. (2009). Psikologi Kualitatif: Panduan Praktis Metode Riset. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Soetjiningsih. (2004). Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahanya. Jakarta: PT. Rhineka Cipta.

Steinberg, L. (2011). Adolescence (ninth ed.). USA: McGraw-Hill Inc.

Sugiono. (2013). Memahami Penelitian Kualitatif: Dilengkapi Contoh Proposal dan Laporan

Penelitian. Bandung: Alfabeta.

(44)

152

Siti Rizkika Hersifa, 2014

Pembentukan Status Identitas Vokasional pada Remaja

Undang-undang Nomor 22 Tahun 1957 Tentang Penyelesaian Perselisihan Perburuhan.

Undang-undang Nomor 3 Tahun 1993 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Tenaga Kerja. [Online]

Gambar

Tabel 3.1 Teknik Pengumpulan Data
Gambaran perasaan saat cita-cita atau  keinginannya tidak tercapai dan saat mencari pekerjaan
Gambaran mengenai rencana jangka pendek yang ingin dilakukan subjek. Gambaran mengenai harapan subjek akan
Gambaran kekuatan dan kelemahandiri yang dimiliki subjek Keterkaitan kekuatan dan kelemahan subjek
+3

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan data yang didapat, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap hubungan frekuensi konsumsi makanan cepat saji dengan status gizi pada remaja usia 13-15 tahun

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran proses pencapaian status identitas diri pada remaja yang mengalami kekerasan fisik pada masa kanak-kanak dan faktor-faktor

Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan asupan protein dan karbohidrat dengan status gizi pada remaja di Pondok Pesan tren Ta’mirul Islam

masalah tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Peranan Orang Tua Dalam Mengatasi Masalah Kenakalan Remaja (Studi Kasus Pada Masyarakat

Berdasarkan hasil analisa data didapatkan prosentase pencapaian status identitas diri pada remaja Cina identity achieved 31,6 %, identity moratorium 19,0 %, pada Identity

Kemudian untuk analisis data dari kuesioner yang terkumpul peneliti melakukan deskripsi responden meliputi status ibu rumah tangga yang ada di 5 kecamatan baik

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara kenakalan remaja dengan pencapaian status identitas diri achievement pada komunitas

Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang berkat dan penyertaannya sehingga skripsi yang berjudul “Hubungan Status Identitas Diri Remaja