• Tidak ada hasil yang ditemukan

Argentometri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Argentometri"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK

ARGENTOMETRI

ARGENTOMETRI

Oleh : Oleh : Nama

Nama : : Dea Dea NugrahaNugraha NRP

NRP : : 103020050103020050 Kelompok

Kelompok : : CC Asisten

Asisten : : Annisa Annisa Khaira Khaira WikaningtyasWikaningtyas

LABORATORIUM KIMIA ANALITIK

LABORATORIUM KIMIA ANALITIK

JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN

JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS TEKNIK

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS PASUNDAN

UNIVERSITAS PASUNDAN

BANDUNG

BANDUNG

2011

2011

(2)

ARGENTOMETRI

Oleh : Dea Nugraha

103020050

Intisari

Titrasi argentometri adalah titrasi dengan menggunakan perak nitrat sebagai titran dimana akan terbentuk garam perak yang sukar larut. Jika larutan perak nitrat ditambahkan pada larutan kalium sianida maka mula-mula akan terbentuk endapan putih yang pada pengadukan akan larut membentuk larutan kompleks yang stabil.

Tujuan dari percobaan argentometri adalah untuk menentukan konsentrasi suatu larutan dengan cara titrasi pengendapan dengan menggunakan metode argentometri.

Prinsip pada percobaan argentometri adalah berdasarkan pada reaksi pengendapan yang  zat dianalisa denagn larutan baku AgNO3 sebagai penitrasi dengan menggunakan metode Mohr,

Fajans, dan Volhard.

-  Metode Mohr : berdasarkan pada pembentukan senyawa endapan berwarna dalam suasana netral sedikit basa terhadap indikator K 2CrO4berwarna merah bata

-  Metode Fajans : berdasarkan pembentukan senyawa endapan berwarna dalam suasana netral sedikit basa terhadap indikator adsorpsi Fl (Flouresen)

-  Metode Volhard : berdasarkan pembentukan senyawa larutan berwarna Fe(SCN)3 dalam

suasana asam terhadap indikator Fe3+.

Percobaan argentometri setelah dihitung dan didapatkan hasil gram NaCl 0,293 gram, N   AgNO30,046 N, dan N sampel 0,01886.

PENDAHULUAN Waktu Percobaan

Waktu dan tempat pelaksanaan percobaan argentometri adalah pada hari Jumat, 28 Oktober 2011, dilaboratorium Kimia Analitik, lantai 4 Gedung Jalak Harupat.

Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan argentometri adalah untuk  menentukan konsentrasi suatu larutan dengan cara titrasi pengendapan dengan menggunakan metode argentometri.

Prinsip Percobaan

Prinsip pada percobaan argentometri adalah berdasarkan pada reaksi pengendapan yang zat dianalisa denagn larutan baku

AgNO3 sebagai penitrasi dengan

menggunakan metode Mohr, Fajans, dan Volhard.

- Metode Mohr : berdasarkan pada pembentukan senyawa endapan berwarna dalam suasana netral sedikit basa terhadap indikator K2CrO4

berwarna merah bata

- Metode Fajans : berdasarkan pembentukan senyawa endapan berwarna dalam suasana netral sedikit basa terhadap indikator adsorpsi Fl (Flouresen)

- Metode Volhard : berdasarkan pembentukan senyawa larutan berwarna Fe(SCN)3 dalam

suasana asam terhadap indikator Fe3+.

(3)

Reaksi Percobaan Metode Mohr

-AgNO3+ NaCl AgCl ↓ (putih) + NO3

-- 2 AgNO3+ CrO4-  Ag2CrO4 ↓ (merah bata) + 2NO3

-Metode Fajans

- AgNO3+ NaCl  AgCl ↓ (putih) + NaNO3

-AgCl + Flouresen 

(AgCl)Flouresen (merah jambu) + Cl

Metode Volhard

Fe3++ SCN-↔ Fe(SCN)3 (merah)

BAHAN, ALAT, DAN METODE PERCOBAAN

Bahan yang digunakan

Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan argentometri adalah NaCl, AgNO3, K2CrO4, dan Fl

(Flouresen).

Alat yang digunakan

Alat yang digunakan pada percobaan argentometri yaitu neraca, botol timbang, labu takar, pipet 10 ml, labu erlenmeyer, buret, statif dan klem, batang pengaduk, dan corong.

(4)

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN Hasil Pengamatan

Tabel 1. Hasil Pengamatan Larutan Baku Primer

gram NaCl BE N NaCl Pelarut

0,293 58,5 0,05 100

(Sumber : Dea Nugraha, Meja 5)

Tabel 2. Hasil Pengamatan Pembakuan AgNO3

V AgNO3 N AgNO3 V NaCl N NaCl

10,7 0,046 10 0,05

(Sumber : Dea Nugraha, Meja 5)

Tabel 3. Hasil Pengamatan Sampel X

V AgNO3 N AgNO3 V sampel N sampel

4,1 0,046 10 0,018

(Sumber : Dea Nugraha, Meja 5) Pembahasan

Percobaan argentometri, mula-mula dilakukan pembakuan larutan baku NaCl 0,05 N. Pertama NaCl ditimbang sesuai perhitungan yaitu 0,293 gram. Kemudian larutkan dalam labu takar ditambah aquades hingga 100 ml sampai homogen. Setelah itu, dilakukan pembakuan AgNO3 0,05 N. Kemudian 10 ml

NaCl dipipet lalu dimasukan kedalam labu erlenmeyer 250 ml dan ditambah indikator. Untuk metode Mohr menggunakan K2CrO4 dan

metode fajans menggunakan Fl (Flouresen). Kemudian dititrasi dengan larutan AgNO3 0,05 N

hingga TAT merah. Pada metode Mohr menghasilkan perubahan warna larutan dan endapan berwarna merah bata sedangkan metode fajans menghasilkan titrat yang lebih  jernih, endapan merah muda, dan semula kuning menjadi merah muda.

Percobaan argentometri setelah dihitung dan didapatkan hasil gram

NaCl 0,293 gram, N AgNO3 0,046

N, dan N sampel 0,01886.

Percobaan argentometri umumnya dilakukan dengan empat metode yaitu metode Mohr, metode Fajans, metode Volhard, dan metode Gay Lussac (kekeruhan) tetapi percobaan yang dilakukan yaitu metode Mohr dan metode Fajans. Indikator yang digunakan pada masing-masing metode yaitu K2CrO4, metode Fajans Fl

(Flouresen), metode Volhard Fe3+. Adapun syarat pemilihan indikator yang digunakan yaitu :

a. perubahan warna harus terjadi terbatas pada range dan pada fungsi dari analit

b. perubahan warna harus terjadi dibagian kurva titrasi untuk analit. c. endapan tidak boleh menjadi partikel besar (menggumpal) karena akan mengurangi luas permukaan untuk adsorpsi indikator d. adsorpsi indikator dimulai sebelum titik ekivalen dan meningkat secara cepat pada titik ekivalen

(5)

e. pH dari media titrasi dikontrol untuk menjamin sebuah konsentrasi ion dari asam lemah atau basa lemah indikator tersedia cukup contoh: fluorescein (HFl), Ka 10-7 , dalam larutan asam, konsentrasi Fl-, sehingga tidak ada perubahan warna yang dapat diamati, sehingga hanya dapat digunakan untuk pH 7-10 f. Disarankan bahwa ion indikator bermuatan berlawanan dengan ion yang ditambahkan sebagai titran, sehingga adsorpsi indikator tak akan terjadi sampai kelebihan titran.

Skala operasi, akurasi, presisi, sensitivitas waktu, dan biaya metode yang melibatkan titrasi pengendapan hampir sama dengan yang dijelaskan sebelumnya dalam bab untuk metode titrimetri yang lainnya. Titrasi pengendapan juga dapat digunakan untukl pencampuran, asalkan ada perbedaan signifikan dalam kelarutan dalam pengendapan (Harvey, 2000)

Titrasi argentometri merupakan teknik khusus yang digunakan untuk  menetapakan perak dan senyawa halida. Penetapan kadar zat analit didasari oleh pembentukan endapan.

Pada metode ini, titrasi halida dengan AgNO3 dilakukan dengan

indikator Na2CrO4. Pada titrasi ini

akan terbentuk endapan baru yang berwarna. Pada titik akhir titrasi, ion Ag yang berlebih akan diendapkan sebagai Ag2CrO4 yang berwarna

merah bata. Larutan harus bersifat netral atau sedikit basa, tetapi tidak  boleh terlalu basa sebab Ag akan diendapkan sebagai Ag(OH)2. Jika

larutan terlalu asam, maka titik akhir titrasi tidak terlihat sebab konsentrasi CrO42- berkurang, yaitu dengan

terjadinya reaksi

H++ CrO42- HCrO4

2-Pada kondisi yang cocok, metode mohr cukup akurat dan dapat

digunakan pada konsentrasi klorida yang rendah. Pada jenis titrasi ini, endapan indikator berwarna harus lebih larut dibanding endapan utama yang terbentuk selama titrasi. Akan tetapi tidak boleh terlalu banyak  larut, karena akan diperlukan lebih banyak pereaksi dari yang sebenarnya (Khopkar, 2008)

Argentometri dengan cara Mohr dimana indikator yang digunakan adalah larutan K2CrO4. Titrasi

dilakukan dalam suasana netral atau sedikit basa dan titik akhir ditunjukkan dengan terbentuknya Ag2CrO4 yang berwarna merah bata.

Titrasi tidak boleh dilakukan dalam suasana asam, karena CrO4- dapat berubah menjadi Cr2O72- yang tidak 

bereaksi / tidak mengendap dengan Ag+. Penetapan dengan cara ini didasarkan pada perbedaan kelarutan Ag dengan Ag2CrO4. Selain itu

kondisinya tidak boleh terlalu basa, karena dalam suasana basa akan terbentuk Ag2O, dan ada

kemungkinan endapan lain seperti PO43-, Ba2+, karbonat, akan

mengendapkan Ag.

Titrasi Mohr terbatas pada larutan-larutan dengan nilai pH sekitar 6-10. Dalam larutan-larutan yang lebih alkalin, perak oksida mengendap. Dalam larutan-larutan asam, konsentrasi kromat secara besar-besaran menurun, karena HCrO4- hanya sedikit terionisasi.

Lebih lanjut lagi, hidrogen kromat dalam kesetimbangan dengan dikromat :

2H+ + 2CrO42- → 2HCrO42- →

Cr2O72-+ H2O

Penurunan konsentrasi ion kromat mengharuskan kita untuk  menambahkan sejumlah besar ion perak untuk menghasilkan pada pengendapan dari perak kromat dan

(6)

akhirnya mengarah pada galat yang besar.

Metode Mohr dapat juga digunakan dalam titrasi dari ion bromida dengan perak, dan juga ion sianida dalam larutan-larutan yang sedikit alkalin. Akibat adsorpsi membuat titrasi dari ion-ion iodida dan tiosianat tidak mungkin untuk  dilaksanakan. Endapan perak kromat, yang semula ada, larut kembali hanya perlahan-lahan dengan titik  ekivalen. Akan tetapi, larutan klorida standar dalam jumlah berlebih dan kemudian dititrasi dengan menggunakan indikator kromat.

Metode Mohr banyak dipakai untuk menentukan kandungan klorida dalam berbagai contoh air, misalnya air sungai, air laut, air sumur, air hasil pengolahan industri sabun, dan sebgainya (Anonim, 2011).

Yang perlu diperhatikan dalam melakukan titrasi dengan metode Mohr adalah titrasi dilakukan dengan kondisi larutan berada pada pH dengan kisaran 6,5-10 disebabkan ion kromat adalah basa konjugasi dari asam kromat. Oleh sebab itu jika pH dibawah 6,5 maka ion kromat akan terprotonasi sehingga asam kromat akan mendominasi di dalam larutan akibatnya dalam larutan yang bersifat sangat asam konsentrasi ion kromat akan terlalu kecil untuk  memungkinkan terjadinya endapan Ag2CrO4 sehingga hal ini akan

berakibat pada sulitnya pendeteksian titik akhir titrasi. Pada pH diatas 10 maka endapan AgOH yang berwarna kecoklatan akan terbentuk sehingga hal ini akan menghalangi pengamatan titik akhir titrasi. Analit yang bersifat asam dapat ditambahkan kalsium karbonat agar pH nya berada pada kisaran pH

tersbut atau dapat juga dilakukan dengan menjenuhkan analit dengan menggunakan padatan natrium hydrogen karbonat disebabkan kelarutan AgCl dan Ag2CrO4

dipengaruhi oleh suhu maka semua titrasi dilakukan pada temperatur yang sama. Pengadukan/ pengocokan selama larutan standar ditambahkan sangat dianjurkan disebabkan hal ini dapat mempermudah pengamatan pencapaian titik akhir titrasi dan perak kromat yang terbentuk  sebelum titik akhir titrasidicapai dapat dipecah sehingga terlarut kembali (Anonim, 2011).

Larutan silver nitrat dan endapan perak klorida yang terbentuk harus dilindungi dari sinar matahari hal ini disebabkan perak  klorida dapat terdekomposisi menurut reaksi berikut:

AgCl(s) -> Ag(s) + ½ Cl2(g)

Konsentrasi ion perak pada saat terjadi titik equivalent titrasi klorida ditentukan dari harga Ksp AgCl yaitu:

[Ag+] = (Ksp AgCl)exp1/2 = 1.35 x 10-5 M

Dan konsentrasi ion kromat yang diperlukan untuk inisiasi terbentukanya endapan perak kromat adalah sebagai berikut:

[CrO42-] = Ksp / [Ag+]exp2 = 0,0066 M

Pada dasarnya untuk mencapai terbentuknya endapan perak kromat maka konsentrasi ion kromat sejumlah tersebut harus ditambahkan akan tetapi konsentrasi ion kromat sejumlah tersbut menyebabkan terbentuknya warna kuning yang sangat intensif pada larutan analit sehingga warna perak kromat akan susah sekali untuk diamati oleh sebab itu maka konsentrasi dibawah nilai tersebut sering digunakan.

(7)

Konsekuensi dari penurunan nilai konsentrasi ion kromat ini akan menyebebabkan semakin banyaknya ion Ag+ yang dibutuhkan agar terbentuk endapan Ag2CrO4 pada

saat terjadinya titik akhir titrasi, dan hal lain yaitu tidak mudahnya pengamatan warna Ag2CrO4 diantara

warna putih AgCl yang begitu banyak akan mendorong semakin besarnya jumlah Ag2CrO4 yang

terbentuk.

Dua hal ini akan

mempengaruhi keakuratan dan kepresisian hasil analisis oleh sebab itu diperlukan blanko untuk  mengoreksi hasil ditrasi. Blanko diperlakukan dengan metode yang sama selama analisis akan tetapi tanpa kehadiran analit (Anonim, 2011)

Metode fajans yaitu berdasarkan pembentukan endapan berwarna dalam suasana netral sedikit basa dengan indikator adsorpsi Fl (Flourense). Indikator absorpsi ini merupakan senyawa atau ion yang warna dan bentuk bebasnya berbeda dengan bentuk teradsorpsi. Adsorpsi yaitu penyerapan dipermukaan sedangkan absorpsi yaitu penyerapan yang menyeluruh.

Macam-macam indikator absorbsi yaitu eosin, fluoresin, diklorofluoresin, biru bromfeno, ortokrom T, ion kromat (CrO42-), ion

ferri (Fe3+) dal lain-lain (Syafri, 2011).

Jika AgNO3 ditambahkan NaCl

yang mengandung zat berpendar flour, titik akhir dengan berubahnya warna dari kuning menjadi merah  jingga. Jika didiamkan, tampak 

endapan berwarna, sedangkan larutan tidak berwarna disebabkan adanya adsorpsi indikator terhadap AgCl. Warna zat yang terbentuk dapat

berubah akibat adsorpsi pada permukaan. Dengan indikator anion, reaksi tersebut :

- Jika Cl yang berlebih :

(AgCl)Cl- + Fl  tidak bereaksi (jika Fl = C20H11O5 yaitu zat berpendapat

flour).

- Jika Ag yang berlebih :

(AgCl) Ag+ + Fl  (AgCl) (AgFl) adsorpsi

Dengan indikator kation : - Jika Cl yang berlebih :

(AgCl)Cl- + (MV)+  (AgCl)(Cl -MV+) adsorpsi

- Jika Ag yang berlebih ;

(AgCl)Ag+ + (MV)+  tidak  bereaksi (MV = metil ungu)

Ini disebabkan atom halogen menjadi zat tersebut lebih terpolarisasi sihingga lebih kuat diadsorpsi. Semua indikator adsorpsi bersifat ionik. Indikator adsorpsi alizarin clan thorin digunakan pada titrasi SO43- dengan BaCl2 ata

BaClO4, pada media organik seperti

aseton (Khopkar, 2008).

Selain indikator adsorpsi tersebut di atas terdapat pula indikator-indikator adsorpsi yang digunakan dalam titrasi pengendapan yaitu turunan krisodin. Indikator tersebut merupakan indikator asam-basa dan indikator redoks dan memberikan perubahan warna yang reversible dengan brom. Indikator ini berwarna merah pada suasana asam dan kuning pada suasana basa (Khopkar, 2008).

Pada titrasi Argentometri dengan metode Fajans ada tiga tahap untuk menerangkan titik akhir titrasi dengan indikator absorpsi (fluorescein) yaitu endapan merah muda, larutan yang semula keruh menjadi jernih, dan semula kuning menjadi merah muda.

(8)

Selama titrasi berlangsung (sebelum TET) ion halida (X-) dalam keadaan berlebih dan diabsorbsi pada permukaan endapan AgX sebagai permukaan primer.

Setelah titik ekivalen tercapai dan pada saat pertama ada kelebihan AgNO3yang ditambahkan Ag+akan

berada pada permukaan primer yang bermuatan positif menggantikan kedudukan ion halida (X-). Bila hal ini terjadi maka ion indikator yang bermuatan negatif akan diabsorpsi oleh Ag+(atau oleh permukaan absorpsi). Jadi titik akhir titrasi tercapai bila warna merah telah terbentuk (Wiryawan, 2011).

Senyawa organik yang berwarna digunakan untuk  mempercepat mengadsorpsi pada permukaan suatu endapan sehingga mengubah struktur organiknya dan warna tersebut masih memungkinkan untuk mengubah diri menjadi lebih tua lagi sehingga sering digunakan sebagai pendeteksi titik akhir titrasi pada endapan perak disebut sebagai indikator adsorpsi (Wiryawan, 2011). Ditemukan fakta bahwa flouresen tersubstitusi dapat bertindak sebagai indikator untuk  titrasi perak dengan memanfaatkan kelebihan elektron/ion pada klorida  jika perak nitrat ditambahkan kedalam larutan natrium klorid. Ion-ion klorida ini dikatakan membentuk  lapisan teradsorpsi primer dan dengan demikian menyebabkan partikel koloidal perak klorida itu bermuatan negatif. Partikel negatif  ini kemudian cenderung menarik ion-ion dari dalam larutan untuk  membentuk lapisan adsorpsi sekunder yang terikat lebih longgar. Jika perka nitrat terus menerus ditambahkan sampai ion peraknya berlebih, ion-ion inilah akan

menggantikan ion klorida dalam lapisan primer. Maka partikel-partikel menjadi bermuatan positif, dan anion dalam larutan ditarik untuk  membentuk lapiran sekunder (Nunung, 2011).

Metode Fajans menggunakan indikator senyawa organik yang dapat diserap pada permukaan endapan yang terbentuk selama titrasi argentometri berlangsung. Indikator yang biasa digunakan, yaitu indikator adsorbs diododimetilflouresen dan flouresen AgNO3 juga distandarisasi dengan

NaCl dengan menggunakan indikator Flourescein. Metode ini menggunakan metode absorbsi yang merupakan zat yang dapat diserap pada permukaan endapan sehingga dapat menimbulkan warna (Nunung, 2011).

Pada metode fajans ini dapat digunakan untuk menetapkan kadar halide dengan menggunakan indikator absorbs. Jika AgNO3

ditambahk ke NaCl yang mengandung zat berpendar flour (ditambahkan indikator flouresen), titik akhir ditentukan dengan berubahnya warna dari kuning menjadi merah jingga dengan endapan merah muda. Pada saay itulah tercapai titik ekivalen. Reaksi yang terjadi adalah :

AgNO3 + NaCl  AgCl + NaNO3

Endapan merah muda dengan endapan berwarna orange disebabkan karena pengaruh warna flourescein dan adanya absorbs indikator pada endapan AgCl. Warna zat yang terbentuk dapat berubah akibat absorbs pada permukaan.

Absorbsi dari sebuah komponen oragnik berwarna pada permukaan sebuah endapan dapat

(9)

elektronikdalam molekul yang mengubah warnanya. Fenomena ini dapat dipergunakan untuk  mendeteksititik akhir titrasi pengendapan garam-garam perak.

Sementara senyawa yang

dipergunakan untuk hal seperti ini sebagai indikator adsorbs.

Mekanisme yang berlaku bagi indikator-indikator semacam ini dijelaskan oleh Fajans yaitu dalam titrasi Cl- dengan Ag+, sebelum titik  ekivalen partikel-partikel koloid dari AgCl bermuatan negatif, akibat absorbsi ion Cl-(Nunung, 2011).

Flourense dapat digunakan pada pH 7-8 dengan titik akhir titrasi perubahan merah menjadi kuning. Dikloroflourense ditambahkan apabila dicari anion pada Fe(CN)6

4-digunakan pada pH 4-8. Eosin digunakan dalam suasana asam dengan pH 2-8 pada TAT perubahan warna pink menjadi merah. Biru bromfenol digunakan pada pH 3-8 untuk titrasi Cl-, I-, CN- pada TAT purfur menjadi merah.

Titrasi Ag dengan NH4SCN

dengan garam Fe(III) sebagai indikator adalah contoh metode Volhar, yiutu pembentukan zat berwarna didalam larutan. Selama titrasi, Ag(SCN) terbentuk  sedangkan titika akhir tercapai bila NH4SCN yang berlebih bereaksi

dengan Fe(III) membentuk warna merah gelap [FeSCN]++. Jumlah thiosianat yang menghasilkan warna harus sangat kecil. Jadi kesalahan pada titik akhit titrasi sangat kecil, tetapi larutan harus dikocok dengan kuat pada titik akhir, agar Ag yang teradsorpsi pada endapan dapat didesorpsi. Pada metode Volhard, untuk menentukan ion klorida, suasananya haruslah asam karena pada suasana basa Fe3+ akan

terhidrolisis. AgNO3 berlebih yang

ditambahkan ke larutan klorida tentunya tidak bereaksi. Larutan Ag -tersebut kemudian dititrasi balik  dengan menggunakan Fe (III) sebagai indikator, tetapi cara ini menghasilkan suatu kesalahan, karena AgSCN kurang larut dibandingkan AgCl sehingga :

AgCl + SCN- → AgSCN + Cl -Akibatnya lebih banyak NH4SCN

diperlukan sehingga kandungan Cl -seakan-akan lebih rendah (2% kesalahan). Kesalahan ini dapat dikurangi dengan mengeluarkan endapan AgCl sebelum titrasi balik  berlangsung atau menambahkan sedikit nitrobenzen akan memperlambat reaksi. Hal ini dapat dihindari jika Fe(NO3)3 dan sedikit

NH4SCN yang diketahui

ditambahkan dahulu ke larutan bersma-sama HNO3 kemudian

campuran tersebut dititrasi dengan AgNO3 sampai warna merah hilang

(Khopkar, 2008).

Mekanisme dari metode Volhard ini hampir sama dengan metode yang lainnya. Indikator setelah TET akan bereaksi dengan KSCN dan membentuk perubahan menjadi merah.

Selain kelemahan, indikator adsorpsi mempunyai beberapa keunggulan. Indikator ini memberikan kesalahan kecil pada penentuan titik akhir titrasi. Perubahan warna yang disebabkan adsorpsi indikator biasanya tajam. Adsorpsi pada permukaan berjalan baik jika endapan mempunyai luas permukaan yang besar. Warna adsorpsi tidak begitu jelas jika endapan terkoagulasi, misalnya dengan adanya muatan ion yang besar, missal : Al (III). Kita tidak  dapat menggunakan ion tersebut

(10)

karena koagulasi. Koloid pelindung dapat mengurangi masalah tersebut. Indikator-indikator tersebut bekerja pada batasan daerah-daerah pH tertentu juga pada konsentrasi tertentu saja, yaitu pada keadaan yang sesuai dengan peristiwa adsorpsi dan desorpsi saja.

Koreksi yang dilakukan apabila terjadi kelebihan dalam melakukan titrasi yaitu dilakukan titrasi blanko yang mengambil suspensi CaCO3

yang bebas Cl- dan standarisasikan oleh NaCl murni dengan volume dan indikator sebanyak perhitungannya.

Pengendapan merupakan metode yang paling baik pada analisis gra-vimetri. Kita akan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan. Parameter-parameter yang penting adalah temperatur, sifat pelarut, adanya ion-ion pengotor, pH, hidrolisis, pengaruh kompleks, dan lain-lain. Parameter tersebut dijabarkan lebih lanjut sebagai berikut :

a) Temperatur

Kelarutan bertambah dengan naiknya temperatur. Kadang kala endapan yang baik terbentuk pada larutan panas, tetapi jangan dilakukan penyaringan terhadap larutan panas karena pengendapan dipengaruhi oleh faktor temperatur.

Kebanyakan garam anorganik, meningkat kelarutannya dengan peningkatan temperatur. Biasanya merupakan suatu keuntungan untuk  melanjutkan proses pengendapan, penyaringan dan pencucian dengan larutan panas.

b) Sifat Pelarut

Garam-garam organik lebih larut dalam air. Berkurangnya kelarutan di dalam pelarut organik  tidak dapat sebagai dasar pemisahan dua zat.

Air mempunyai momen dipole yang besar dan ditarik ke kation dan anion untuk membentuk ion-ion hidrat. Ion-ion dalam kristal tidak  mempunyai gaya yang cukup besar bagi pelarut-pelarut organik, dan oleh karena itu biasanya kelarutannya lebih kecil daripada di dalam air.

c) Efek Ion Sejenis

Kelarutan endapan dalam air berkurang jika larutan tersebut mengandung satu dari ion ion-ion penyusun endapan, sebab pembatasan Ksp. Baik kation ataupun

anion yang ditambahkan, mengurangi konsentrsi ion penyusun endapan sehingga endapan garam bertambah.

d) Efek Ion-Ion Lain

Beberapa endapan bertambah kelarutannya bila dalam larutan terdapat garam-garam yang berbeda dengan endapan.

e) Pengaruh pH

Kelarutan garam dari asam lemah tergantung pada pH larutan, misal : asam oksalat, ion H+ bergabung dengan ion C2O42-,

membentuk H2C2O4 sehingga

menambah larutan garamnya. f) Pengaruh Hidrolisis,

Jika garam dari asam lemah dilarutkan dalam air, kan menghasilkan perubahan (H+). Kation dari spesies garam mengalami hidrolisis sehingga menambah kelarutannya.

g) Pengaruh Kompleks

Kelarutan garam yang sedikit larut merupakan fungsi konsentrasi zat lain yang membentuk ion kompleks dengan kation garam tersebut

Kelarutan dari sebuah garam yang sedikit larut juga tergantung atas konsentrasi zat-zat yang

(11)

membentuk ion kompleks-kompleks dengan kation garam. Efek hidrolisis yang disebutkan diatas adalah contoh dimana unsur pembuatan kompleks adalah ion hidroksida. Unsur pembuat kompleks biasanya diperhitungkan sebagai pengarah seperti molekul netral dan anion-anion baik yang jarang maupun umum untuk endapan (Khopkar, 2011).

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Percobaan argentometri setelah dihitung dan didapatkan hasil gram NaCl 0,293 gram, N AgNO3 0,046

N, dan N sampel 0,01886. Saran

Saran yang ingin penulis sampaikan yaitu agar praktikan lebih memperhatikan pada perubahan TAT pada metode yang dilakukan agar didapatkan hasil yang maksimal.

DAFTAR PUSTAKA Anonim,.(2011), http://medicafarma.blogspot.co ml, Argentometri , Accesses : 6 November 2011. Anonim,.(2011), http://kimiaanalisa.web.id, Argentometri, Accesses : 6 November 2011.

Harvey, David., (2000), Modern Analytical Chemistry, University State of Amerika. (Hal : 357)

Khopkar, (2008), Konsep Dasar Kimia Analitik. UI-Press : Jakarta. (Hal : 68, 69, 70,71, 72)

Syafri, Mariska, (2011), http://www.chem-is-try.org, Definisi dan Pembagian Indikator, Accesses : 6 November 2011. Nunung,2011), http://nu2nklupphnaruti.blogsp ot.com, Argentometri , Accesses : 5 November 2011. Wiryawan, Adam,. (2011), http://www.chem-is-try.org, Argentometri , Accesses : 6 November 2011.

Referensi

Dokumen terkait

Bakteri saprofit merupakan organisme yang dapat mengubah senyawa organik menjadi senyawa anorganik.. Kedudukan bakteri tersebut

C-Organik juga merupakan bahan organik yang terkandung didalam maupun pada permukaan tanah yang berasal dari senyawa karbon dialam, dan semua jenis yang senyawa

Dalam suasana basa, amoniak dalam contoh air laut bereaksi dengan fenol dan hipoklorit membentuk senyawa indofenol berwarna biru.. Untuk mempercepat reaksi pembentukan

Oleh karenanya dilakukan analisa kandungan senyawa organik agar didapatkan informasi mengenai seberapa besar jumlah senyawa organik yang terkandung pada air

Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa tum- buhan penghasil zat warna mengandung senya- wa-senyawa berwarna. Senyawa zat warna yang paling dominan penggunaanya sebagai indikator titrasi

Sesuai dengan hasil teoritis bahwa membentuk endapan putih yang tidak larut dalam asam nitrat tapi larut dalam amonia.. Endapan yang terbentuk berwarna ungu tetapi tidak memberi

Oleh karenanya dilakukan analisa kandungan senyawa organik agar didapatkan informasi mengenai seberapa besar jumlah senyawa organik yang terkandung pada air

Permukaan dorsal tubuh tampak dengan warna dasar putih dengan corak spot coklat tua pada garis longitudinal tubuh dan papila berwarna kuning.. Permukaan ventral warna