23
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1
Analisis Efisiensi KinerjaUKM Budi daya Jamur Tiram
5.1.1. Variabel Input-Output Budi daya Jamur Tiram
Variabel input-output ditentukan berdasarkan pada sumber daya industri. Ilmu manajemen menyebut sumber daya ini dengan sebutan 7M1E, yakni Man, Money, Machine, Methode, Market, Material dan Environment. Pada penelitian ini, variabel Man, Money, Machine, Methode, Management, Material dan Environment dijadikan sebagai variabel
input, sedangkan variabel market dijadikan sebagai variabel output.
Tabel. 4. Data variabel Money UKM budi daya jamur tiram
Nama UKM Asal Modal Jumlah (Rp) PBP (tahun)
A Sendiri 82.970.761 1,5
B Sendiri 17.7779.449 belum
C Sendiri 57.609.291 1
D Sendiri 141.616.742 2
E Sendiri 94.080.000 1
Variabel Money menunjukkan jumlah uang yang digunakan UKM untuk mendirikan usaha dan lamanya waktu yang dicapai UKM untuk balik modal (Pay Back Perode). Berdasarkan Tabel 3 diketahui modal terbesar dimiliki UKM D dan modal terkecil dimiliki UKM B. UKM B belum mencapai balik modal, hal ini dikarenakan UKM B menjual jamur tiram segar pada tahun pertama sejak berdirinya UKM. Setelah satu tahun kemudian, UKM B membuka usaha pengolahan jamur tiram berupa keripik jamur yang bahan bakunya berasal dari hasil budi daya sendiri Harga jamur tiram diberi harga yang sama dengan biaya produksinya sehingga tidak ada keuntungan lebih yang dihasilkan dari budi daya jamur tiram. Jumlah modal telah dihitung dengan Net Present Value agar dapat dibandingkan. Pay Back Period (PBP) menginformasikan waktu yang diperlukan oleh industri untuk mengembalikan jumlah investasinya.
Tabel 5. Data variabel Man UKM budi daya jamur tiram
UKM Jumlah Tenaga Kerja Jam Kerja (jam/hari) Gaji/bulan/orang (Rp) Pelatihan/pendidikan khusus A 10 8 750.000 Tidak B 2 7 400.000 Ya C 7 9 600.000 Tidak D 15 8 500.000 Tidak E 3 9 600.000 Tidak
Varibel Man menunjukkan penggunaan sumber daya manusia. Variabel ini meliputi jumlah tenaga kerja, jam kerja per hari, gaji yang dibayarkan setiap bulan serta keterangan
24
mengenai pemberian pelatihan khusus kepada pekerja. Sub varibel pemberian pelatihan khusus hanya ada pada UKM budi daya. Hal ini dikarenakan dibutuhkannya teknik khusus untuk budi daya yang akan mempengaruhi hasil kerja dari pekerja. Berdasarkan Tabel 4, dapat diketahui bahwa setiap UKM memiliki jumlah tenaga kerja yang berbeda-beda. Jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan disesuaikan dengan keadaan UKM. Kedaan UKM dapat berupa kapasitas produksi dan jenis alat ataupun mesin yang digunakan. UKM D memiliki jumlah pekerja terbanyak, yakni 15 orang. Jumlah ini sesuai dengan kapasitas produksinya. UKM D memiliki kapasitas terbesar jika dibandingkan dengan UKM lainnya, yakni menghasilkan 27.400 bag log setiap bulan dan 50 kg jamur tiram segar setiap hari. UKM A memiliki 10 tenaga kerja dengan kapasitas produksi 19.200 bag log dan 20 kilogram jamur tiram segar per harinya, kemudian diikuti oleh UKM E, C dan B. UKM C dan E memiliki waktu jam kerja terlama, sedangkan UKM B memiliki waktu terendah. Hal ini dapat dikarenakan pemilik UKM B memberi pelatihan kepada pekerja, sehingga mempengaruhi kecepatan dalam bekerja. Nilai yang akan dicari dari produktivitas variabel ini adalah kemampuan untuk menghasilkan bag log setiap orangnya dengan memepertimbangkan upah, dan jumlah tenaga kerja.
Tabel 6. Data variabel Machine UKM budi daya jamur tiram
UKM Pengguna an mesin Investasi mesin (Rp) Investasi alat (Rp) Jenis Mesin/peralatan Kapasitas alat A Tidak 0 420.000 (@70.000, 6 buah) Konvensional (drum) 150
B Tidak 0 50.000 ( 1 buah) Konvensional (drum) 150 C Tidak 0 160.000 (@80.000, 2 buah) Konvensional (drum) 300 D Iya 10.000.000 Autoclaf 1000 E Tidak 0 270.000 (@90.000, 3 buah) Konvensional (drum) 150
Variabel Machine menunjukan jumlah investasi alat dan mesin yang digunakan UKM dalam proses produksi. Secara umum, UKM budi daya jamur tiram masih bersifat tradisonal dalam memproduksi bag log. Dari lima responden, hanya satu UKM yang memakai mesin, yakni UKM D. Jenis mesin yang digunakan adalah autoclave, yakni mesin untuk mensterilisasi bag log sebelum diinkubasi. Bahan bakar yang digunakan adalah kayu bakar. Alat sterilisasi yang digunakan UKM A, B, C dan E adalah bersifat konvensional, yakni menggunakan drum sebagai sterilisator. Bahan bakar yang digunakan drum untuk mensterilisasi adalah tabung gasberkapasitas 3 kg. Autoclave mampu mensterilisasi sebanyak 1.000 bag log, sedangkan drum mampu menampung sebanyak 150 bag log.
Variabel Material menunjukkan berapa jumlah biaya produksi untuk membuat bag log, jumlah bag log yang dibuat dalam satu bulan, serta asal bibit yang digunakan. Berdasarkan Tabel 7, dapat diketahui bahwa biaya produksi tertinggi terdapat pada UKM E (Rp 1.300), dan biaya produksi terendah dimiliki oleh UKM D (Rp 700). Apabila biaya diproduksi dibandingkan berdasarkan tiga subvariabel di atas, maka dapat dianalisis bahwa besarnya biaya produksi tidak dipengaruhi kapasitas produksi. Hal ini dapat diketahui dari perbandingkan UKM C dengan UKM E. UKM C memiliki kapasitas 8000 bag log per bulan dengan biaya produksi Rp 900 per bag log, sedangkan UKM E berkapasitas 10.000 bag log
25
perbulan memiliki biaya produksi Rp 1.300 per bag log. UKM D yang memiliki kapasitas terbesar memiliki biaya produksi terendah. Hal ini dapat terjadi karena faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya biaya produksi.
Tabel 7 Data variabel Material UKM budi daya jamur tiram UKM Biaya produksi/bag log
(Rp)
Jumlah bag log/bulan Bibit
A 1.250 19.200 Buat Sendiri
B 1200 2500 Beli
C 900 8000 Buat Sendiri
D 700 27.400 Buat sendiri
E 1300 10.000 Beli
Berdasarkan hasil wawancara, faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya biaya produksi adalah asal bibit, jenis bahan pengisi bag log yang digunakan, takaran bibit yang diinokulasikan dan letak lokasi UKM. Asal bibit berpengaruh besar terhadap biaya produksi dikarenakan jika bibit dibuat sendiri dapat menekan biaya produksi. Harga jual bibit sekitar Rp 2.500-Rp 3.500 per botol, sedangkan biaya produksi bibit Rp 1.500 per botol. Biaya produksi dipengaruhi juga oleh bahan pengisi bag log. Bahan pengisi bag log yang dimasudkan adalah media tanam dan kandungan nutrisi yang digunakan untuk mendukung pertumbuhan jamur tiram pada bag log. Setiap UKM memiliki susunan bahan pengisi yang berbeda dalam membuat nutrisi media tanam jamur tiram. Secara umum media yang digunakan sama, yakni serbuk kayu, namun jenis dan jumlah nutrisi yang dicampurkan berbeda. Semakin bagus nutrisi yang digunakan, maka harga dari pembuatan bag log juga akan mahal. Faktor lain yang mempengaruhi besarnya biaya produksi pengadaan bag log
adalah takaran bibit yang diinokulasikan ke dalam bag log. Bibit bag log dikembangbiakkan di dalam botol kaca. Satu botol bibit dapat digunakan sebanyak 48-50 spatula. Spatula merupakan alat penakar yang digunakan untuk mengambil bibit di dalam botol. Semakin banyak jumlah takaran yang diinokulasikan ke dalam bag log maka semakin cepat habis bibit yang ada di dalam botol, dan semakin besar biaya yang dibutuhkan untuk pengadaan bibit. Faktor terakhir yang mempengaruhi biaya produksi adalah lokasi UKM. Lokasi UKM yang strategis akan membantu dalam penekanan biaya produksi. Lokasi yang dimaksudkan adalah dekat dengan pasar, dekat dengan penyedia bahan baku serta fasilitas transportasi yang mendukung.
Tabel 8. Data variabel Market UKM budi daya jamur tiram UKM Sub Variabel 1 Sub Variabel 2 Sub Variabel 3 Sub Variabel 4 Sub Variabel 5 Sub Variabel 6 A 20 6.000 1800 15.200 - - B 25 7500 - - - - C 15 7.500 - - - - D 50 7.000 1500 14.700 1500 3500 E 20 14.000 2000 6.000 - - Keterangan:
Sub variabel 1 : Jumlah produksi jamur tiram segar kg/hari Sub variabel 2 : Harga jual jamur tiram segar (Rp/kg)
26
Sub variabel 3 : Harga jual bag log (Rp/bag log) Sub variabel 4 : Jumlah bag log yang dijual setiap bulan
Sub variabel 5 : Jumlah bibit yang dproduksi dan dijual setiap bulan Sub variabel 6 : Harga bibit (Rp/botol)
Tabel 8 menujukkan data dari variabel Market yang terdiri dari empat sub variabel, yakni jumlah produksi jamur tiram segar setiap harinya, harga jual per kilogram, jumlah bag log yang dijual, jumlah bag log yang dijual, jumlah bibit yang diproduksi dan dijual serta harga bibit. Jumlah panen per bag log adalah kemampuan panen bag log dalam satu siklus masa hidup, yakni selama empat bulan. Kemampuan panen setiap UKM berbeda-beda. Kemampuan panen dipengaruhi oleh kandungan nutrisi yang ada di dalam bag log dan perawatan jamur tiram selama masa pemeliharaan. Sub variabel jumlah produksi dipengaruhi oleh jumlah bag log yang diproduksi. Nilai harga jual jamur tiram UKM A, B, C, dan D tidak jauh berbeda, sedangkan UKM E memiliki harga jual tertinggi. UKM A, B, C, dan D menjual jamur sesuai dengan harga pasar tradisonal. Harga di pasar tradisional ditentukan oleh pengepul jamur tiram dengan mempertimbangkan banyaknya jamur yang masuk ke dalam pasar. UKM C dan D menjual jamur tiram segar di pasar tradisional melalui perantara pengepul. UKM A dan UKM B tidak menjual jamurnya ke pihak lain, melainkan digunakan sebagai bahan baku utama untuk membuat produk olahan jamur tiram. UKM E menjual jamur tiram segar di Supermarket Yogya, ke restoran-restoran dan ke relasi pemilik UKM E sehingga harga jual tinggi. UKM A, D, dan E memiliki sumber penghasilan tidak hanya dari hasil penjualan jamur tiram segar saja, tetapi juga dari hasil penjualan bag log yang siap dibudidayakan.
Tabel 9. Data variabel Method UKM budi daya jamur tiram
Nama UKM Sterilisasi Turunan Bibit Takaran Bibit (spatula)
Kemampuan panen bag log
A Ya F2 4 6
B Ya F1 2 5
C Ya F2 4 5
D Ya F1 3 6
E Ya F2 5 5
Variabel Method terdiri dari tiga sub variabel, yakni proses sterilisasi, jenis turunan bibit yang diinokulasikan ke dalam bag log, dan banyaknya bibit yang digunakan. Penggunaan jenis turunan bibit mempengaruhi hasil panen dan biaya produksi. Apabila menggunakan turunan bibit F1, maka umur hidup bag log lebih lama, produktivitas bag log
tinggi, jamur tiram yang dihasilkan lebih besar dan tebal. Bibit F1 merupakan kultur murni sehingga mampu menghasilkan jamur tiram yang berkualitas. Penggunaan jenis turunan bibit juga mempengaruhi biaya produksi. Pada umumnya harga bibit F1 lebih mahal. Semakin panjang turunan bibit yang digunakan, harga bibit semakin murah. Jumlah takaran bibit yang masukkan ke dalam bag log juga mempengaruhi ketahan miselium untuk berkembang dalam
bag log dan jamur tiram yang dihasilkan. Semakin banyak takaran yang digunakan, maka semakin cepat pertumbuhan miselium.
Pada Tabel 10. menujukkan data variabel Environment dan Management UKM budi daya. Variabel Environment atau limbah terdiri dari tiga sub variabel, yakni ada atau tidaknya limbah yang dihasilkan oleh UKM budi daya, cara pengolahan limbah, dan tanggapan
27
masyarakat mengenai cara pengolahan limbah. Dari lima responden, semuanya menghasilkan limbah, namun UKM E memiliki cara pengolahan limbah yang buruk. UKM E membuang limbah ke sungai di dekat lokasi, sehingga limbah berupa kantung plastik bag log akan menghambat aliran sungai. Variabel Management terdiri dari dua sub variabel, yakni perencanaan produksi dan pengendalian kualitas.
Tabel 10. Data variabel Environment dan Management UKM budi daya jamur tiram
Nama UKM Enviroment Management Hasil Limbah Cara Pengolahan Tanggapan masyarakat Perencanaan QC A Ada Sangat baik Tidak mengganggu `Ya Ya
B Ada Sangat baik Tidak mengganggu Ya Ya
C Ada Sangat baik Tidak mengganggu Ya Ya
D Ada Sangat Baik Tidak mengganggu Ya Ya
E Ada Kurang baik Kurang menggangu Ya Ya
5.1.2. Analisis Indeks Kinerja UKM Budi daya Jamur Tiram
Analisis indeks kinerja dilakukan untuk mengetahui kinerja masing-masing UKM secara detail berdasarkan pemanfaatan sumber daya yang dimiliki (variabel input-output). Analisis dilakukan berdasarkan perhitungan rasio produktivitas dan metode Composite Performance Index (CPI) dari lima responden UKM budi daya. Metode CPI akan menghasilkan nilai masing-masing variabel yang berada dalam jangkauan yang sama. Jangkauan nilai yang digunakan pada penelitian ini adalah 0-100. Jangkauan nilai dikategorikan menjadi tiga, yakni kecil (0-39.9), sedang (40.0-74.9) dan besar (75.0-100,0). Pembagian kelas dilakukan untuk menganalisis kinerja secara lebih detail.
Gambar 6 adalah diagram layang-layang produktivitas variabel input-output UKM A budi daya jamur tiram. Berdasarkan Gambar 6 dapat diketahui bahwa dari delapan variabel, UKM A budi daya memiliki jangkauan besar pada variabel Keuangan (100), Tenaga Kerja (79), Manajemen (100) dan Lingkungan (100). Bahan Baku (56), Metode (60) dan Market (66) memiliki jangkauan sedang (40.00-75.90). Produktivitas variabel Teknologi memiliki nilai terkecil yakni (30.36). UKM A menggunakan drum sebagai sterilisator dan gas elpiji 3 kg sebagai bahan bakar. UKM A memiliki enam buah drum yang berkapasitas 150 bag log, namun pengguanaannya tidak digunakan secara maksimum. UKM A mengisi 123 bag log. Bahan bakar gas memberikan kontribusi besarnya biaya penyediaan bahan bakar, sehingga terjadi ketidakefisienan dalam penggunaan alat dan pemborosan energi bahan bakar.
Biaya produksi bag log UKM A tergolong besar, yakni Rp 1.250. Hal ini mengakibatkan variabel Bahan Baku berada pada jangkauan sedang. Pendapatan terbesar UKM A didapat dari penjualan bag log, karena hasil panen jamur tiram digunakan sebagai bahan baku utama dalam memproduksi olahan jamur tiram berupa kerupuk. Harga jual jamur tiram dijual dengan harga rendah untuk menekan biaya produksi usaha krupuk jamur tiram sehingga keuntungan dari usaha budi daya rendah. Hal tersebut mengakibatkan variabel Keuangan dan Market berada pada jangkauan rendah. Variabel Tenaga Kerja berada pada jangkauan sedang dikarenakan upah yang tenaga kerja besar, yakni Rp 750.000 per orang. Tenaga kerja UKM A mampu menghasilkan 2.400 bag log per orang dalam satu bulan. Variabel Metode berada pada jangkauan sedang dikarenakan bag log mampu panen sebanyak enam kali dengan menggunakan 4 takaran bibit yang diinokulasikan.
28
Gambar 6. Diagram layang-layang produktivitas variabel input-output UKM A budi daya jamur tiram
Gambar 7 di bawah ini menunjukkan diagram layang produktivitas variabel input-output UKM B. Terdapat lima variabel yang berada dalam jangkauan besar (75.0-100.0), yakni Keuangan (86), Lingkungan (100), Manajemen (100), Market (97) dan Metode (100). Variabel Bahan Baku (49) dan Tenaga Kerja (55) berada di jangkauan sedang. Satu-satunya variabel yang berada di jangkauan kecil ada variabel Teknologi (25.3). Gambar 7 menunjukkan bahwa variabel Keuangan UKM B belum mencapai maksimal. Hal ini dikarenakan harga jual jamur tiram segar yang belum mampu menutup modal yang digunakan untuk mendirikan usaha budi daya jamur tiram. UKM B telah berdiri selama 1,5 tahun, namun belum mengalami balik modal akibat dari harga jual yang tidak stabil di pasar tradisional. Kerugian dialami UKM B pada tahun pertama. Pelaku usaha UKM B membuat pengolahan jamur tiram sebagai solusi untuk mengatasi kerugian. Jamur tiram segar diolah menjadi keripik (snack). Panen yang dihasilkan setiap harinya digunakan sebagai bahan baku utama dalam pembuatan keripik jamur, sehingga harga jamur tiram segar menjadi stabil, yakni Rp 7.500 per kilogram. Harga jual jamur tiram segar dijadikan biaya produksi pada usaha keripik jamur.
Gambar 7. Diagram layang-layang produktivitas variabel input-output UKM B budi daya jamur tiram
Variabel Tenaga Kerja memiliki jangkauan sedang (40.00-75.90) karena upah tenaga kerja rendah, yakni Rp 400.000 per tenaga kerja.Variabel Bahan Baku memiliki jangkauan
100 79 56 60 66 100 100 30,36 0 20 40 60 80 100 KEUANGAN TENAGA KERJA BAHAN BAKU METODE MARKET MANAJEMEN LINGKUNGAN TEKNOLOGI 86 55 49 100 97 100 100 25,3 0 20 40 60 80 100 KEUANGAN TENAGA KERJA BAHAN BAKU METODE MARKET MANAJEMEN LINGKUNGAN TEKNOLOGI
29
sedang, karena biaya produksi untuk penyediaan satu bag log besar, yakni Rp 1.200 dan kemampuan bag log untuk panen adalah sebanyak lima kali dalam satu siklus masa hidupnya. Variabel Metode berada dalam jangkauan tinggi disebabkan penggunaan jenis bibit F1, yakni turunan pertama dari bibit murni. UKM B memasukkan bibit sebanyak dua takaran bibit pada bag log agar mampu panen sebanyak lima kali. Variabel Teknologi memiliki jangkauan rendah, karenaUKM B tidak memanfaatkan penggunaan alat secara maksimum dalam mensterilisasi bag log. UKM B memiliki dua drum untuk mensterilisasi yang berkapasitas 150 bag log. Dalam proses sterilisasi bag log, UKM B hanya memanfaatkan satu drum dengan 96 bag log. Secara UMUM UKM B dapat dikatakan memiliki produktivitas yang tinggi karena memiliki lima dari delapan variabel yang berada di jangkauan besar.
Gambar 8. Diagram layang-layang produktivitas variabel input-output UKM C budi daya jamur tiram
UKM C (Gambar 8) merupakan UKM memiliki produktivitas terendah. UKM C memiliki jangkauan besar hanya pada variabel Lingkungan (100) dan Manajemen (100). Variabel lainnya seperti Bahan Baku dan Metode berada dalam jangkauan sedang yang bernilai berturut-turut 65 dan 50. Jangkauan kecil dimiliki oleh variabel Teknologi (20), Keuangan (16), dan Market (24). Sumber pendapatan UKM C berasal dari penjualan jamur tiram segar. Harga jualnya Rp 7.500 per kilogram dengan jumlah panen sebesar 15 kilogram setiap harinya. Pendapatan ini masih belum cukup untuk menutupi biaya produksi dan oprasional UKM C. Pengaturan penggunaan sumber daya juga masih buruk, sehingga mengakibatkan beberapa variabel berada dalam jangkauan sedang dan rendah.
Gambar 9 memberikan informasi mengenai UKM D. UKM D memiliki jangkauan besar hampir diseluruh variabel input-output, kecuali variabel Keuangan. Penggunaan sumber daya yang dimiliki sudah dipergunakan dengan baik. Sumber pendapatan UKM D adalah hasil dari penjualan jamur tiram, bag log, dan bibit. Hasil penjualan tersebut belum memiliki keuntungan yang besar sehingga tingkat produktivitas keuangannya masih berada di jangkauan sedang. Modal dengan jumlah yang besar digunakan untuk membangun UKM D sehingga membuat variabel Keuangan berada pada jangkauan sedang. Bibit yang diinokulasikan pada bag log adalah buatan sendiri sehingga biaya produksi rendah. UKM D juga menggunakan autoclave yang berkapasitas 1000 bag log, sehingga lebih menghemat waktu, bahan bakar serta tenaga kerja dalam memproduksi bag log.
16 18 65 50 24 100 100 30,6 0 20 40 60 80 100 KEUANGAN TENAGA KERJA BAHAN BAKU METODE MARKET MANAJEMEN LINGKUNGAN TEKNOLOGI
30
Gambar 9. Diagram layang-layang produktivitas variabel input-output UKM D budi daya jamur tiram
UKM E memiliki tiga variabel yang berada di jangkauan besar, empat variabel berada di jangkuan sedang dan dua berada di jangkauan rendah. Produktivitas UKM E dapat dilihat pada Gambar 10. Berdasarkan diagram layang-layang dapat diketahui varibael Manajemen (100), Market (81), dan Tenaga Kerja (81) berada dalam jangkauan besar. Variabel Lingkungan (60), Keuangan (64), Bahan baku (45) dan Metode (40) berada dalam jangkauan sedang, sedangkan variabel Teknologi (20) berada pada jangkauan kecil. Variabel Tenaga Kerja memiliki jangkauan besar karena pekerja UKM E memiliki produktivitas yang tinggi, yakni mampu menghasilkan 3.333 bag log per orang dalam waktu satu bulan. Sumber pendapatan UKM E berasal dari penjualan jamur tiram segar dan bag log. UKM menjual jamur tiram dengan harga tinggi, yakni Rp. 14.000 per kilogram dan harga jual bag log Rp. 2.000. UKM E tidak menjual jamur tiram ke pasar tradisional, melainkan menjual ke supermarket dan restoran. Variabel Bahan Baku berada pada jangkauan sedang dikarenakan UKM E memiliki biaya produksi besar, namun bag log hanya mampu panen sebanyak lima kali dalam satu siklus hidup bag log. Variabel Metode berada pada jangkauan sedang karena UKM E menggunakan jumlah takaran bibit yang banyak, namun hanya mampu panen sebanyak lima kali dalam satu siklus hidup bag log. UKM E memiliki jangkauan sedang pada Variabel Lingkungan. Hal ini dikarenakan UKM tidak mengolah limbahnya dengan baik. Bag log yang telah rusak, dibuang ke sungai tanpa memisahkan plastik dengan isi bag log. Berdasarkan uraian di atas, maka produktivitas UKM E masih rendah.
Gambar 10. Diagram layang-layang produktivitas variabel input-output UKM E budi daya jamur tiram
64 76 100 80 100 100 100 100,0 0 20 40 60 80 100 KEUANGAN TENAGA KERJA BAHAN BAKU METODE MARKET MANAJEMEN LINGKUNGAN TEKNOLOGI 56 81 45 40 81 100 60 30,2 0 20 40 60 80 100 KEUANGAN TENAGA KERJA BAHAN BAKU METODE MARKET MANAJEMEN LINGKUNGAN TEKNOLOGI
31
Setelah melakukan perbandingan kinerja masing-masing UKM budi daya, analisis selanjutanya adalah melakukan perbandingan kinerja secara agregat. Perbandingan kinerja ini dapat dilihat pada Gambar 11. Gambar tersebut menunjukkan kondisi dari produktivitas UKM budi daya jamur tiram di Kabupaten Bogor.
Gambar 11. Diagram layang-layang produktivitas variabel input-ouput UKM budi daya jamur tiram di Kabupaten Bogor
Variabel UKM budi daya jamur tiram memiliki nilai produktivitas yang bervariasi. Berikut ini data secara keseluruhan produktivitas variabel input-ouput UKM budi daya jamur tiram di Kabupaten Bogor yang diasjikan ke dalam Tabel 11. Berdasarkan Tabel 11 diketahui produktivitas variabel yang terbaik adalah UKM D, karena memiliki tujuh dari delapan variabel yang berada dalam jangkauan besar. Artinya, UKM D telah berusaha untuk memanfaatkan sumber daya dengan tepat. UKM yang memiliki nilai produktifitas terendah adalah UKM C.
Tabel 11. Data produktivitas variabel input-ouput UKM budi daya jamur tiram di Kabupaten Bogor
Parameter UKM A UKM B UKM C UKM D UKM E
Keuangan (Money) 100 86 16 64 56
Tenaga Kerja (Man) 79 55 18 76 81
Bahan Baku (Material) 56 49 65 100 45
Metode (Methode) 60 100 50 80 40
Market 66 97 24 100 81
Manajemen (Management) 100 100 100 100 100 Lingkungan (Environment) 100 100 100 60 60 Teknologi (Machine) 30.36 25.3 30.6 100 30.2
Produktivitas variabel Bahan Baku (Material) didapat dari hasil bagi antara jumlah kemampuan panen bag log dengan biaya produksi per bag log. UKM D (100) memiliki nilai produktivitas variabel Bahan Baku yang sempurna, sedangkan nilai produktivitas yang terkecil dimiliki oleh UKM E (45). Produktivitas variabel Metode (Method) didapat dari hasil
0,0 20,0 40,0 60,0 80,0 100,0KEUANGAN TENAGA KERJA BAHAN BAKU METODE MARKET MANAJEMEN LINGKUNGAN TEKNOLOGI A B C D E
32
bagi antara jumlah kemampuan panen bag log dengan banyaknya takaran bibit yang dimasukkan ke dalam bag log. UKM B (100) memiliki nilai tertinggi sedangkan UKM E (40) memiliki nilai produktivitas variabel Metode terendah. Produktivitas variabel Market didapat dari hasil bagi antara total pendapatan UKM dengan biaya produksi. UKM D (100) memiliki nilai terbesar, kemudian diikuti oleh UKM B (97), E (81), A (66) dan terkecil adalah UKM C. UKM budi daya jamur tiram masih memiliki peluang dalam pengembangan usaha melihat dari variabel Market yang berada dalam rentang nilai yang tinggi dan sedang.
Produktivitas variabel Teknologi (Machine) menunjukan keefisienan dalam pengguanan bahan bakar untuk mengoperasikan mesin ataupun alat. Nilai produktivitas variabel Teknologi dihasilkan dari perhitungan bagi antara biaya produksi dibagi dengan jumlah bag log yag dibuat. Dari lima responden, hanya UKM D (100) yang menggunakan mesin untuk mensterilisasi bag log, sedangkan UKM yang lainnya menggunakan alat konevensional, yakni drum sebagai alat sterilisasi bag log. Berdasarkan hasil perhitungan didapat bahwa hanya UKM D yang berada di jangkauan besar, sedangkan responden lainnya berada di jangkauan rendah. Hal ini dikarenakan biaya oprasional yang dibutuhkan untuk mensterilisasikan dengan mengunakan drum lebih mahal jika dibandingkan dengan menggunakan autoclave. Bahan bakar yang digunakan untuk mengoperasikan drum adalah gas elpiji 3kg. Harga gas elpiji 3kg adalah Rp 15.000 per tabung. Kapasitas maksimum drum adalah 150 bag log. Bahan bakar untuk mengoperasikan autoclave adalah kayu bakar. Biaya yang dibutuhkan untuk penyediaan kayu bakar setiap sterilisasi adalah sebesar Rp 30.000 dengan jumlah produksi 900 bag log. Nilai variabel Manajemen dan Lingkungan didapat dengan melakukan penilaian secara ordinal berdasarkan jawaban kuesioner.
Perbandingan Kinerja Berdasarkan Kapasitas Produksi
Tabel 12. Kapasitas produksi UKM budi daya jamur tiram
Nama UKM Kapasitas Rasio Jenis
A 19.200 78 ≥ 50
B 2.500 10 < 50
C 8.000 32 < 50
D 24.700 100 ≥ 50
E 10.000 40 < 50
UKM budi daya jamur tiram di Bogor memiliki kapasitas produksi berbeda-beda. Pada penelitian ini, kapasitas produksi dibagi berdasarkan rasio kapasitas produksi bag log
yakni lebih besar sama dengan 50 bag log, dan kurang dari 50 bag log. Pembagian menjadi dua berdasarkan dari hasil perhitungan rasio dengan menggunakan Composite Performance Index (CPI). Perbandingan kinerja dengan memperhitungangkan produktivitas berdasarkan kapasitas UKM dilakukan untuk melihat pengaruh kapasitas produksi UKM terhadap kinerja UKM.
Perbandingan kinerja UKM berkapasitas ≥ 50 bag log dapat dilihat pada Gambar 12 UKM berkapasitas ≥50 bag log memiliki jangkauan besar (75-100) pada variabel manajemen, lingkungan dan tenaga kerja. Berdasarkan diagram layang-layang juga diketahui bahwa UKM D lebih baik dibandingkan dengan UKM A. Hal ini dapat dilihat dari jauhnya selisih nilai variabel teknologi, bahan baku, metode, dan market. UKM A hanya memiliki jangkauan tinggi pada variabel keuangan (100), tenaga kerja (79), manajemen (100) dan lingkungan (100).
33
Gambar 12. Diagram layang-layang produktivitas variabel input-output UKM budi daya jamur tiram berkapasitas ≥ 50 bag log
Nilai produktivitas variabel Bahan Baku UKM D besar, dikarenakan biaya produksinya rendah. Biaya produksinya sebesar Rp 700/bag log dan mampu panen sebanyak enam kali selama satu siklus hidup bag log. UKM A memiliki biaya produksi lebih mahal, yakni Rp 1.250/bag log yang mampu menghasilkan jamur tiram juga sebanyak enam kali. UKM D dapat memanfaatkan jumlah takaran bibit yang digunakan untuk menghasilkan kemampuan panen bag log secara maksimum. UKM A dan UKM D memiliki kemampuan panen yang sama yakni enam kali dalam satu siklus hidup bag log, namun UKM D menggunakan jumlah takaran bibit lebih sedikit daripada UKM A. UKM D membutuhkan tiga takaran bibit, sedangkan UKM A sebanyak empat takaran bibit. Nilai variabel Market
UKM A lebih rendah karena jumlah panen jamur tiram yang dijual lebih sedikit dibandingkan dengan UKM D. Harga jual jamur tiram segar UKM A juga lebih rendah. Hal ini dikarenakan hasil panen jamur tiram digunakan sebagai bahan baku utama untuk pembuatan kerupuk jamur, sehingga pemilik UKM A menggunakan harga rendah supaya biaya produksi pembuatan kerupuk jamur menjadi rendah. Perbandingan nilai produktivitas variabel dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Produktivitas variabel input-output UKM budi daya jamur tiram berkapasitas ≥ 50
bag log
Parameter UKM A UKM D
Keuangan (Money) 100 64
Tenaga Kerja (Man) 79 76
Bahan Baku (Material) 56 100
Metode (Methode) 60 80
Market 66 100
Manajemen (Management) 100 100
Lingkungan (Environment) 100 100
Teknologi (Machine) 30.36 100
Produktivitas kinerja UKM berkapasitas < 50 bag log ditunjukkan pada Gambar 13. Jangkauan nilai variabel input output pada UKM berkapasitas < 50 tidak merata. Hanya
0 20 40 60 80 100 KEUANGAN TENAGA KERJA BAHAN BAKU METODE MARKET MANAJEMEN LINGKUNGAN TEKNOLOGI A D
34
variabel Manajemen saja yang berada di jangkauan besar (75.0-100.0), sedangkan variabel lainya memiliki nilai yang beragam. Variabel Keuangan UKM berkapasitas < 50 bag log
memiliki perbedaan nilai, UKM B (86) memiliki nilai produktivitas lebih besar dibandingkan dengan UKM C (25) dan E (56). Variabel Tenaga Kerja UKM berkapasitas <50 bag log
berada dalam jangkauan kecil (0.0-39.9) pada UKM C (18), jangkauan sedang pada UKM B (55) dan jangkauan besar pada UKM E (81). Variabel Bahan Baku UKM berkapasitas < 50
bag log berada di jangkauan kecil, kecuali pada UKM C (65).
Gambar 13. Diagram layang-layang variabel input- output UKM budi daya jamur tiram berkapasitas < 50
Variabel Metode UKM C (50) dan E (40) berkapasitas <50 bag log memiliki jangkauan sedang, sedangkan UKM B berada pada kisaran jangakauan besar. Produktivitas variabel Market berada di jangkauan besar kecuali pada UKM C (24). Semua UKM budi daya Jamur Tiram berkapasitas < 50 memiliki niali yang berada di jangkauan kecil. Variabel Manajemen dan Lingkungan UKM berkapasitas <50 bag log memiliki nilai jangkauan yang besar, kecuali pada UKM E memiliki Lingkungan yang sedang (40.0-74.9). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahawa UKM B adalah UKM yang memiliki produktivitas terbaik dibandingkan UKM C dan E. Perbandingan nilai produktivitas variabel dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 14. Produktivitas variabel input-output UKM budi daya jamur tiram berkapasitas < 50
bag log
Parameter UKM B UKM C UKM E
Keuangan (Money) 86 16 56
Tenaga Kerja (Man) 55 18 81
Bahan Baku (Material) 49 65 45
Metode (Methode) 100 50 40 Market 97 24 81 Manajemen (Management) 100 100 100 Lingkungan (Environment) 100 100 60 Teknologi (Machine) 25.30 30.56 30.21 0 20 40 60 80 100 KEUANGAN TENAGA KERJA BAHAN BAKU METODE MARKET MANAJEMEN LINGKUNGAN TEKNOLOGI B C E
35
5.2
Analisis Efisiensi Kinerja UKM Pengolahan Jamur Tiram
5.2.1. Variabel Input-Output Pengolahan
Variabel input-output yang digunakan dalam mengukur kinerja UKM Pengolahan adalah money, man, material, management, market, machine dan environment. Variabel
Method tidak dipergunakan karena produk yang dihasilkan responden tidak sama, sehingga proses produksinya pun berbeda.
Tabel 15 menunjukkan variabel Money pada UKM pengolahan jamur tiram. UKM A memproduksi olahan jamur tiram berupa kerupuk jamur, UKM B dan UKM F memproduksi berupa keripik jamur. Dari ketiga UKM pengolahan, UKM B yang memiliki modal terendah dan telah mengalami balik modal dalam waktu cepat (Pay Back Period), yakni 1/4 tahun atau sekitar 3 bulan. UKM A dan F belum mengalami balik modal. UKM A belum mengalami balik modal dikarenakan sistem pembayarannya. Pembayaran dilakukan pada saat kerupuk jamur telah laku terjual di toko-toko, sehingga perputaran uang pada UKM A tidak lancar. UKM F belum mengalami balik modal dikarenakan jumlah modal yang tergolong besar yakni pembangunan tempat usaha dan pembelian mesin spinner.
Tabel 15. Data variabel Money UKM pengolahan jamur tiram
Nama UKM Asal Modal Jumlah (Rp) PEB (tahun)
A Sendiri 11.852.966 Belum
B Sendiri 5.600.000 1/4
F Sendiri dan Keluarga 29.364.973 Belum Tabel 16. Data variabel Man UKM pengolahan jamur tiram
Nama UKM Jumlah Tenaga Kerja
Jam kerja/hari (Jam)
Gaji per bulan (Rp)
A 4 8 750.000
B 6 6 300.000
F 4 8 410.000
Tabel 16 menunjukan data varibel Man pada UKM pengolahan jamur tiram. UKM B memiliki jumlah tenaga kerja terbanyak, yakni enam orang. UKM B dapat memberdayakan enam orang dengan upah yang lebih rendah dibandingkan UKM lainnya. Pada umumnya tenaga kerja dari ketiga UKM adalah tetangga atau warga sekitar lokasi UKM berada.
Tabel 17. Data variabel Machine UKM pengolahan jamur tiram
Nama UKM Penggunaan Mesin Investasi Mesin
(Rp) Keterangan
A Tidak 0
B Tidak 0
F Ya 7.350.000 - spinner
- siller
Pada proses pengolahan ketiga UKM terdapat proses pengeringan produk dari minyak goreng. Proses pengeringan dilakaukan secara tradisional, yakni menggunakan saringan yang terbuat dari kayu. Proses pengeringan membutuhkan waktu 10 menit/kg jamur olahan. UKM F menggunakan spinner untuk mempercepat proses pengeringan atau pengurangan kadar
36
minyak dari keripik jamur. Spinner yang digunakan adalah spinner yang berkapasitas 3kg. Penggunaan spinner dapat menghemat waktu pengeringan dan kadar minyak rendah. Waktu yang dibutuhkan untuk pengeringan adalah dua menit per kilogram. Kadar minyak yang rendah akan menghasilkan makanan yang mutunya terjaga, karena makanan lebih renyah, umur simpan makanan menjadi lebih lama, dan higienis. Selain spinner, alat yang digunakan dalam proses pengolahan jamur tiram adalah siller. Siller digunakan dalam proses pengemasan keripik jamur. Tujuan dari penggunaan siller adalah menghasilkan produk dengan kemasan yang rapih dan menghemat waktu dalam proses pengemasan. Proses pengemasan pada UKM A dan B masih bersifat tradisional, yakni menggunakan lilin sebagai perekat kemasan. Waktu yang dibutuhkan untuk proses pengemasan dengan cara tradisional adalah 3-5 menit/kg produk olahan dan 1.5 menit/kg dengan penggunaan siller.
Tabel 18. Data variabel Material UKM pengolahan jamur tiram
UKM Biaya produksi (Rp/ kg
jamur basah) Asal bahan baku A 35.000 Lahan sendiri (Rp. 6000)
B 20.000 Lahan sendiri (Rp. 7500)
F 35.000 Beli (Rp. 8000/kg jamur basah) Tabel di atas menunjukkan varibel Material pada UKM pengolahan jamur tiram. Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa asal bahan baku tidak mempengaruhi biaya produksi. Faktor yang memberikan pengaruh besar adalah upah tenaga kerja dan bahan baku sekunder, seperti bumbu-bumbu dan bahan kemasan. UKM A memiliki harga bahan baku utama termurah, namun bahan baku tambahan lebih banyak digunakan dan proses pembuatannya berbeda dengan UKM B dan F. Biaya produksi UKM B lebih rendah jika dibandingkan dengan UKM F, walaupun dari jumlah jenis bahan baku yang digunakan UKM B lebih banyak daripada UKM F. Hal ini dikarenakan UKM F memiliki biaya tambahan pada pengendalian mutu produk. UKM F menggunakan spinner dalam proses pengeringan untuk mengurangi kadar minyak, dan memperbaiki rasa serta menjaga umur simpan keripik jamur. UKM F membutuhkan listrik tambahan untuk mengoperasikan mesin spinner, dikarenakan listrik yang tidak memadai. UKM F menyediakan genset berbahan bakar bensin sebagai penyedia tenaga listrik.
Tabel 19. Data variabel Market UKM pengolahan jamur tiram
UKM Jumlah produksi (kg/bulan) Jumlah penjualan (kg/bulan) Harga (Rp/kg) Iklan A 240 240 50.000 Tidak B 300 300 75.000 Ya F 117.5 117.5 75.000 Tidak
Tabel 19 menujukkan data variabel Market yang terdiri dari subvariabel jumlah produksi, jumlah penjualan, harga jual, dan iklan. UKM B memiliki jumlah penjualan terbesar dan melakukan promosi melalui media cetak dan radio. UKM A memiliki harga jual terendah, sedangkan UKM B dan F yang sama-sama memproduksi keripik jamur memiliki harga jual Rp 75.000. Pada Tabel 20 menunjukkan data variabel Manajemen dan Lingkungan. UKM pengolahan jamur tiram pada umumnya memiliki manajemen dalam
37
perencanaan produksi dan pengendalian kualitas. UKM pengolahan juga sudah menerapkan pengolahan limbah secara baik.
Tabel 20. Data variabel Manajemen dan Lingkungan UKM pengolahan jamur tiram
Manajemen Lingkungan UKM Perencanaan Produksi QC Limbah Cara Pengolahan Tanggapan Masyarakat A Ya Ya Ya Baik Baik B Ya Ya Ya Baik Baik F Ya Ya Ya Baik Baik
5.2.2 Analisis Indeks Kinerja UKM Pengolahan Jamur Tiram
Analisis indeks kinerja dilakukan untuk mengetahui kinerja masing-masing UKM pengolahan secara detail berdasarkan pemanfaatan sumber daya yang dimiliki (variabel
input-output). Analisis dilakukan berdasarkan perhitungan rasio produktivitas dan metode CPI dari tiga responden UKM pengolahan. Jangkauan nilai yang digunakan sama dengan analisis kinerja pada UKM budi daya.
Gambar 15 menujukkan keadaan dari UKM pengolahan A. Grafik menunjukkan UKM A memiliki produktivitas yang rendah, hal ini dapat dilihat dari jangkauan variabel. Variabel Keuangan (38), Tenaga Kerja (24), dan Market (38) berada pada jangkauan kecil. Hal tersebut dapat terjadi karena rasio antara pendapatan terhadap biaya modal kecil. Variabel Tenaga Kerja juga berada dalam jangkauan rendah karena UKM A memiliki produktivitas jam kerja, upah dan kapasitas tenaga kerja yang rendah. UKM A memiliki produktivitas harga jual dan keuntungan yang rendah, sehingga mengakibatkan variabel Market berada pada jangkauan rendah. Jangkauan besar terdapat pada variabel Material, Lingkungan dan Manajemen, yakni bernilai 100.
Gambar 14. Diagram layang-layang produktivitas variabel input-output UKM A pengolahan jamur tiram
UKM B (Gambar 15) merupakan UKM yang keadaan kinerjanya paling baik jika dibandingkan dengan UKM pengolahan lainnya. Variabel Keuangan, Market, Material, Manajemen, dan Lingkungan berada dalam jangkauan besar. Variabel Tenaga Kerja berada di jangkauan sedang dikarenakan upah yang diberikan masih tergolong rendah. UKM B hanya membutuhkan modal kecil untuk membangun usaha keripik jamur namun memiliki
38 24 38 100 100 52 100 0 20 40 60 80 100 KEUANGAN TENAGA KERJA MARKET MANAJEMEN LINGKUNGAN TEKNOLOGI MATERIAL
38
pendapatan tinggi tiap bulannya. UKM B memiliki kemampuan untuk balik modal dengan cepat. UKM ini memiliki pasar tetap untuk menjual keripik jamur, sehingga pendapatannya bersifat konstan. Selain itu, faktor yang membuat Market UKM B tinggi adalah pemilik UKM B telah mengiklankan produknya melalui siaran radio dan media cetak.
Gambar 15. Diagram layang-layang produktivitas variabel input-output UKM B pengolahan jamur tiram
Gambar 16. Diagram layang-layang produktivitas variabel input-output UKM F pengolahan jamur tiram
Gambar 16 menunjukkan kondisi dari UKM F. Variabel Lingkungan dan Manajemen berada pada jangkauan besar. Variabel tenaga kerja (71) dan market (57) berada pada jangkauan sedang, dan variabel keuangan (57) berada pada jangkauan rendah. Variabel keuangan berada dijangkauan rendah karena modal yang digunakan besar, karena UKM F membeli spinner untuk menjaga kualitas produk. Besarnya modal tidak diikuti oleh pendapatan yang besar, hal ini dikarenakan kapasitas produksi UKM F kecil juka dibandingkan dengan UKM pengolahan lainnya. Variabel tenaga kerja berada pada jangkauan sedang dikarenakan produktivitas tenaga kerja belum optimal. UKM F memeiliki jangkauan besar pada variabel teknologi (100), manajemen (100), lingkungan (100) dan material (75). 100 64 100 100 100 42 86 0 20 40 60 80 100 KEUANGAN TENAGA KERJA MARKET MANAJEMEN LINGKUNGAN TEKNOLOGI MATERIAL 57 71 57 100 100 100 75 0 20 40 60 80 100 KEUANGAN TENAGA KERJA MARKET MANAJEMEN LINGKUNGAN TEKNOLOGI MATERIAL
39
Gambar 17. Diagram layang-layang variabel input-output UKM pengolahan jamur tiram di Kabupaten Bogor
Gambar 17 menunjukkan kondisi dari produktivitas variabel input-output UKM Pengolahan jamur tiram di Kabupaten Bogor. Secara keseluruhan, UKM pengolahan belum memiliki produktivitas yang baik. Belum meratanya penggunaan sumber daya mengakibatkan produktivitas masih rendah. Penggunaan teknologi khusus (mesin) dirasa belum dibutuhkan dalam UKM pengolahan, karena tidak mempengaruhi peningkatan kapasitas produksi
Tabel 21. Produktivitas variabel input-output UKM pengolahan jamur tiram di Kabupaten Bogor
Parameter UKM A UKM B UKM F
Keuangan (Money) 38 100 57
Tenaga Kerja (Man) 24 64 71
Bahan Baku (Material) 100 86 75
Market 38 100 57
Manajemen (Management) 100 100 100
Lingkungan (Environment) 100 100 100
Teknologi (Machine) 52 42 100
5.3
Frontier Analysis
Frontier Analysis digunakan untuk menganalisis efiisiensi dari UKM Jamur Tiram. Variabel inputoutput dapat dioptimalkan untuk meningkatkan kinerja UKM Jamur Tiram. Besarnya skor efisiensi dan peningkatan efisiensi akan diperoleh pada akhir analisis. Program yang digunakan adalah Banxia Frontier Analysis. Proses analisis diawali dengan penentuan
input dan output serta penentuan model perhitungan. Analisis dilakukan dengan penerapan model perhitungan maximizing output. Model perhitungan ini dilakukan dalam rangka menghitung nilai efisiensi dengan memaksimalkan output berdasarkan input yang diberikan.
0 20 40 60 80 100 KEUANGAN TENAGA KERJA MARKET MANAJEMEN LINGKUNGAN TEKNOLOGI MATERIAL
GRAFIK LAYANG-LAYANG VARIABEL INPUT -OUTPUT UKM PENGOLAHAN JAMUR TIRAM
A B F
40
Ouput yang dihasilkan berupa nilai skor efisiensi, input/ouput contribution dan grafikpotensial improvement untuk UKM yang belum efisien.
Frontier Analysis UKM Budi Daya Jamur Tiram
Berdasarkan Tabel 22 dapat diketahui bahwa dari lima UKM budi daya jamur tiram, hanya satu UKM yang nilai efisiensinya belum mencapai 100%, yaitu UKM C dengan nilai efisiensi 25.21%. UKM yang memiliki efisiensi 100% merupakan UKM yang dinilai paling optimal dalam pemanfaatan sumberdayanya. UKM C diharapkan dapat meningkatkan efisiensinya dengan melakukan peningkatan pada variabel input output sesuai dengan
potential improvement-nya.
Tabel 22. Skor efisiensi UKM budi daya jamur tiram di Kabupaten Bogor
UKM Skor Efisiensi (%)
A 100
B 100
C 25.21
D 100
E 100
Grafik kontribusi variabel input output merupakan grafik yang memberikan informasi mengenai pengaruh penggunaan variabel input output yang digunakan terhadap efisiensi kinerja. Grafik berwarna hijau menunjukkan besarnya kontribusi variabel input, sedangkan grafik yang berwarna biru menunjukkan besarnya kontribusi variabel output. Penjumlahan dari nilai kontribusi disetiap variabel akan menghasilkan nilai 100%. Pada proeses perhitungan efisiensi dengan menggunakan Frontier Analysis, data yang digunakan adalah sub variabel. Tujuan dari penggunaan sub variabel sebagai data inputan adalah untuk mendapatkan hasil analisis penggunaan sumber daya yang lebih spesifik, sehingga memberikan informasi yang lebih detail apakah sumber daya telah digunakan sudah tepat atau belum.
Gambar 18. Kontribusi input/ouput UKM budi daya A
Gambar 18 menunjukkan grafik kontribusi variabel input-ouput UKM budi daya A. Jumlah penjualan (100%) yang didapat UKM A dipengaruhi oleh variabel manajemen (73%)
41
dan jumlah tenaga kerja (27%). Gambar 19 menunjukkan grafik kontribusi variabel input output UKM budi daya B. Nilai efisiensi UKM budi daya B dipengaruhi oleh variabel jumlah takaran (4%), jumlah tenaga kerja (13%), gaji tenaga kerja (34%), dan keuangan (50%) untuk mendapatkan jumlah penjualan (100%).
Gambar 19. Kontribusi input/output UKM budi daya B
Gambar 20 menujukkan grafik kontribusi variabel input output UKM C. Nilai efisiensi UKM C dipengaruhi oleh turunan bibit (5%), jumlah bag log (44%), biaya produksi (51%), untuk mendapatkan nilai variabel jumlah penjualan (100%). Frontier Analysis
menyediakan informasi bagi unit yang belum mencapai 100% (UKM C) yakni mengenai variabel yang dapat ditingkatkan agar mencapai efisiensi kinerja 100% berupa grafik
Potential Improvement. Berdasarkan Gambar 21 dapat diketahui bahwa untuk meningktakan efisiensi kinerja menjadi 100%, UKM C perlu meningkatkan Penjualan sebesar 296% dengan cara meningkatkan harga jual jamur tiram. Penurunan variabel manajemen (29%), limbah (33%), jumlah takaran bibit yang digunakan (51%), teknologi (39%), jam kerja (39%), jumlah tenaga kerja (32%), gaji tenaga kerja (65%), keuangan/modal (11%) menunjukkan bahwa penggunaan kedua variabel tidak diperlukan seperti saat ini untuk mencapai target
output.
42
Gambar 21. Potential improvement UKM budi daya C
Gambar 22 menujukkan grafik kontribusi variabel input output UKM D. Nilai efisiensi UKM D dipengaruhi oleh turunan bibit (2%), Jumlah bag log (48%), biaya produksi (49%) untuk mendapatkan jumlah penjualan 100%. Gambar 23 menunjukkan grafik kontribusi variabel input output UKM E. Nilai efisiensi UKM E dipengaruhi oleh turunan bibit (3%), jumlah bag log (36%), biaya produksi (61%) untuk mendapatkan jumlah penjualan 100%.
Gambar 22. Kontribusi input/output UKM budi daya D
43
Gambar 24 menujukkan grafik Total Potential Improvements. Total Potential Improvements menggambarkan peningkatan kinerja yang perlu dilakukan oleh UKM. Berdasarkan gambar tersebut dapat dilihat bahwa UKM budi daya jamur tiram di Bogor dapat meningkatkan pendapatannya sebesar 49.47% dengan menaikkan harga jual, dan mencari tempat pemasaran yang baru. Sementara efisiensi dapat dilakukan untuk variabel keuangan/modal, gaji tenaga kerja, jumlah tenaga kerja, jam kerja, takaran bibit, limbah dan manajemen.
Gambar 24. Diagram total potential improvements UKM budi daya
Efficiency Frontier Budi Daya Jamur Tiram
Efficiency frontier merupakan analisis secara grafis yang menggambarkan posisi kedekatan (peer position) satu UKM dengan UKM lainnya. Efficency frontier hanya dapat dilakukan dengan 2 input dan 1 output untuk model perhitungan maximaizing ouput. Analisis efisiensi kinerja untuk UKM jamur tiram terdiri dari sepuluh input dan satu output, hal ini akan mengakibatkan persamaan menjadi multidimensi dan tidak dapat ditampilkan dengan grafik. Oleh karena itu, untuk melakukan frontier plot perlu melakukan eliminasi terhadap 8 variabel input. Eliminasi dilakukan berdasarkan korelasi antara variabel. Variabel yang memiliki korelasi paling tinggi adalah biaya produksi (0,40) dan jumlah bag log (0,31).
Pada Gambar 25 ditunjukkan posisi masing-masing UKM dalam garis frontier. Garis
frontier adalah garis batas yang menghubungkan UKM yang memiliki efisiensi 100%. Analsisi efisiensi dengan 2 input menghasilkan skor yang berbeda. UKM yang memiliki efisiensi 100% adalah UKM B dan D. Semakin jauh UKM dari garis frontier maka efisiensi UKM semakin kecil. Garis biru merupakan garis referensi efisiensi.
Tabel 22 menunjukkan potensial peningkatan input output dari UKM yang belum efisien. UKM A, C, dan E dapat meningkatkan efisiensi dengan memaksimalkan jumlah penjualan, yakni meningkatkan harga jual, mencari pasar baru untuk menjual jamur segar dengan harga tinggi.
44
Gambar 25. Grafik Frontier Plot UKM Budi daya jamur tiram di Bogor
Tabel 22. Daftar potensial peningkatan analisis efisiensi UKM budi daya jamur tiram
UKM Jumlah Bag log
Biaya Produksi
Penjualan Skor Efisiensi (%)
A 0 -4 41 70.8
C 0 0 308 24.5
E 0 -7 10 90.7
Analisis dengan rasio produktivitas dan frontier anlaysis harus dilakukan secara bersamaan. Frontier analysis menghasilkan input output contribution dan potential improvements untuk peningkatan efisiensi. Efisiensi yang dihasilkan oleh frontier analysis
merupakan efisien relatif dimana UKM yang efisien dapat memperoleh skor 100%. Rasio produktivitas digunakan untuk mengetahui apakah UKM yang memiliki efisiensi relatif 100% masih memerlukan peningkatan kinerja atau tidak.
Frontier Analysis UKM Pengolahan Jamur Tiram
Tabel 23 menunjukkan skor efisiensi UKM pengolahan jamur tiram di Bogor. Dari tiga reponden, hanya UKM B yang memiliki nilai efisiensi 100%. UKM A dan F diharapkan dapat meningkatkan efisiensinya dengan melakukan peningkatan pada variabel input output
sesuai dengan potential improvement-nya.
Tabel 23. Skor efisiensi UKM pengolahan jamur tiram di Kabupaten Bogor
UKM Skor Efisiensi (%)
A 48.95
B 100.00
F 54.52
45
Gambar 26. Kontribusi input ouput UKM pengolahan jamur tiram A
Berdasarkan Gambar 26 diketahui bahwa dari tujuh data yang dimasukkan, variabel yang berpengaruh terhadap nilai efisineis kinerja UKM A adalah lingkungan (12%), manajemen (12%), teknologi (25%), bahan baku (28%), tenaga kerja (5%), keuangan/modal (18%) dan market/hasil penjualan (100%). Perbaikan yang dapat dilakukan UKM A untuk meningkatkan efisiensi menjadi 100% dapat dilihat pada Gambar 26. Diagaram potential improvement menujukkan UKM A sebaiknya meningkatkan variabel tenaga kerja sebanyak 107%, keuangan 104%, dan market/hasil penjulan sebesar 104% dengan meningkatkan kapasitas produksi.
Gambar 27. Diagram potential improvement UKM pengolahan A
Gambar 28 menunjukkan grafik kontribusi variabel inputoutput UKM pengolahan B. Nilai efisiensi UKM pengolahan B dipengaruhi oleh lingkungan (10%), manajemen (10), teknologi (25%), bahan baku (20%), tenaga kerja (6%), keuangan (28%) dan market (100%). Nilai efisensi UKM F dipengaruhi oleh lingkungan (10%), manajemen (10), teknologi (35%), bahan baku (20%), tenaga kerja (6%), keuangan (18%) dan market (100%).
46
Gambar 28. Kontribusi input/output UKM pengolahan B
Gambar 29. Kontribusi input/ouput UKM pengolahan F
Efisiensi UKM pengolahan F belum mencapai 100%. Nilai efisiensi dapat ditingkatkan dengan meningkatkan varabel lingkungan sebesar 4% dengan melaksanakan pengolahan limbah dan peningkatan dukungan pemerintah. Variabel manajemen sebesar 4% dengan melakukan perencanaan produksi yang lebih baik, bahan baku 19% dengan mencari jamur tiram segar yang harganya lebih murah, serta keuangan (modal) sebesar 83% untuk meningkatkan kapasitas produksi.
47
Gambar 31 menujukkan grafik Total Potential Improvements. Total Potential Improvements menggambarkan peningkatan kinerja yang harus dilakukan oleh UKM pengolahan jamur tiram. Berdasarkan gambar tersebut terlihat bahwa UKM pengolahan jamur tiram dapat meningkatkan penggunaan variabel keuangan (modal) sebesar 30.32, tenaga kerja 16.36%, hasil penjualan 30.32% dengan melakukan peningkatan kapasitas produksi serta melakukan efisiensi pada variabel teknologi, manajemen, dan lingkungan.
Gambar 31. Diagram Total Potential Improvements UKM pengolahan jamur tiram di Bogor
Pada Gambar 32 ditunjukkan posisi masing-masing UKM Pengolahan dalam garis
frontier. Dua input yang digunakan adalah keuangan (0.98) dan tenaga kerja (0.47), sedangkan outputnya adalah market (0.98). UKM Pengolahan yang memiliki efisiensi 100% adalah UKM B dan F. Semakin jauh UKM dari garis frontier, efisiensi UKM semakin kecil. UKM B mampu menjual produk dengan harga mahal dengan biaya produksi rendah. UKM F juga mampu menjual produk dengan harga tinggi dengan jumlah jam kerja lebih sedikit dibandingkan UKM pengolahan lainnya. Sedangkan UKM A, memiliki biaya produksi tinggi dengan harga jual rendah dan upah tenaga kerja yang besar.
48
Tabel 24. Daftar potensial peningkatan analisis efisiensi UKM pengolahan jamur tiram
UKM Keuangan Tenaga Kerja Market Skor Efisiensi (%)
B - -1 - 99.93
F 3 -47 3 96.33
Tabel 24 menunjukkan potensial peningkatan input output dari UKM pengolahan jamur tiram yang belum efisien. Data ini dihasilkan dari perhitungan dengan menggunakan 2
input (keuangan dan tenaga kerja) dan 1 output (market). Peningkatan penggunaan variabel keuangan dan maket yang dibutuhkan UKM A hanya sedikit, dan pemanfaatan variabel tenga kerja juga tidak perlu dikurangi. Hal ini dikarenakan nilai efisiensi dirasa sudah tinggi.
UKM jamur tiram di Kabupaten Bogor secara keseluruhan belum memiliki eifsiensi yang baik Hal ini terlihat dari nilai efisiensi variabel input-output yang telah diidentifikasi sebelumnya. UKM budi daya belum efisiensi jika dianalisis berdasarkan dua aspek yang paling mempengaruhi nilai efisiensi, yakni jumlah bag log dan biaya produksi. Efisiensi UKM budi daya dapat ditingkatkan dengan pengunaan mesin sterilisasi untuk menekan biaya produksi. Nilai efisiensi UKM pengolahan dtentukan oleh modal yang digunakan, pemberdayaan tenaga kerja serta hasil penjualan. UKM pengolahan dapat ditingkatkan efisiensinya dengan menambah kapasitas produksi serta menambah daerah pemasaran.