• Tidak ada hasil yang ditemukan

Argentometri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Argentometri"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ARGENTOMETRI

Selasa, 17 November 2015 Kelompok 3

Selasa, Pukul 13.00 – 16.00 WIB

Nama NPM Wenni H.P Pakpahan 260110150053 LABORATORIUM KIMIA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS PADJADJARAN 2015 ARGENTOMETRI I. Tujuan

Menentukan kadar senyawa halogen atau garam halida dengan metode argentometri.

(2)

II. Prinsip 1. Analisis Kuantitatif

Analisis kuantitatif bertujuan untuk mengetahui jumlah suatu unsur atau senyawa dalam suatu cuplikan atau contoh. Beberapa laboratorium mengunakan istilah analisis kuantitatif sebagai analisis penetapan kadar (PK) ( Sahirman,2013 ).

2. Argentometri

Istilah argentometri diturunkan dari bahasa latin argentum, yang berarti perak. Jadi argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat dalam suatu larutan yang dilakukan dengan titrasi berdasar pembentukan endapan dengan ion Ag+ ( Underwood, 1999 ).

3. Metode Mohr

Pada metode ini, titrasi halide dengan AgNO3 dilakukan dengan K2CrO4. Pada titrasi ini akan terbentuk endapan baru yang berwarna. Pada titik akhir titrasi, ion Ag+ yang berlebih diendapkan sebagai Ag2CrO4 yang berwarna merah bata ( Khopkar, 1990 ).

4. Metode Volhard

Titrasi Ag dengan NH4SCN dengan garam Fe(III) sebagai indikator adalah contoh metode volhard, yaitu pembentukan zat berwarna didalam larutan. Selama titrasi, AgSCN terbentuk sedangkan titik akhir tercapai bila NH4SCN yang berlebih bereaksi dengan Fe(III) membentuk warna merah gelap [FeSCN]2+ ( Khopkar, 1990 ).

5. Metode Fajans

Dalam titrasi fajans digunakan indikator adsorpsi. Indikator adsorpsi ialah zat yang dapat diserap pada permukaan endapan dan menyebabkan timbulnya warna. Penyerapan ini dapat diatur agar terjadi pada titik ekuivalen, antara lain dengan memilih macam indikator yang dipakai dan pH. Indikator ini ialah asam lemah atau basa lemah organic yang dapat membentuk endapan dengan ion perak ( Harjadi, 1990 ).

6. Pengendapan

Reaksi pengendapan telah dipergunakan secara luas dalam kimia analitik dalam titrasi dalam penentuan gravimetri dan dalam pemisahan sampel menjadi komponen-komponen ( Underwood,1999 ).

(3)

KCl + AgNO3 AgCl + KNO3 ( Underwood, 1999 )

( Vogel, 1985 ) IV. Teori Dasar

Kimia analitik adalah cabang ilmu kimia yang berfokus pada analisis contoh/cuplikan material untuk mengetahui komposisi, struktur, dan fungsi kimiawinya. Secara tradisional, analisis kimia (kimia analitik) dibagi menjadi dua jenis yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Teknik yang digunakan dalam analisis kuantitatif didasarkan pada: penampilan kuantitatif reaksi-reaksi kimia yang cocok / pengukuran banyaknya pereaksi yang diperlukan untuk menyempurnakan reaksi atau pemastian banyaknya reaksi, pengukuran sifat-sifat kelistrikan, pengukuran sifat optik tertentu, dan kombinasi pengukran optik atau listrik dan reaksi kimia kuantitatif ( Sahirman,2013).

Banyak atau sedikitnya sampel dalam jumlah relatif analit penyusun sampel merupakan karakteristik yang penting dalam suatu metode analisis kuantitatif ( Sudjadi,2007 ).

Titrasi adalah proses penentuan banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi yang diketahui dan diperlukan untuk bereaksi secara lengkap dengan sejumlah contoh tertentu yang akan dianalisis. Contoh yang akan dianalisis dirujuk sebagai yang tak diketahui. Prosedur analitis yang melibatkan titrasi dengan larutan-larutan yang konsentrasinya diketahui disebut analisis volumetric ( Keenan, 1980 ).

Titrasi pengendapan adalah salah satu golongan titrasi dimana hasil reaksi titrasinya merupakan endapan atau garam yang sukar larut. Prinsip dasarnya ialah reaksi pengendapan yang cepat mencapai kesetimbangan pada setiap penambahan titran, tidak ada pengotor yang mengganggu serta diperlukan indikator untuk

(4)

melihat titik akhir titrasi. Hanya reaksi pengendapan yang dapat digunakan pada titrasi ( Khopkar, 1990 ).

Suatu reaksi pengendapan berkesudahan bila endapan yang terbentuk mempunyai kelarutan yang cukup kecil. Di dekat titik ekivalennya akan terjadi perubahan besar dari konsentrasi ion-ion yang dititrasi. Untuk menenyukan berakhirnya suatu reaksi pengendapan dipergunakan suatu indicator yang baru menghasilkan suatu endapan bila reaksi dipergunakan dengan berhasil baik untuk titirasi pengendapan ini.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pendeteksian titik akhir titrasi. Titik akhir titrasi akan mudah teramati bila penambahan sedikit titran menyebabkan perubahan besar pAg. Oleh karena itu diperhatikan varibel-variabel yang dapat menyebabkan perubahan besar pAg.

 Konsentrasi. Semakin kecil konsentrasi analit dan titran, semakin kecil pula rentang penurunan pAg pada titik ekivalen.

 Kelarutan. Semakin kecil harga Ksp, semakin besar rentang perubahan pAg dekat titik ekivalen ( Astin, 2008).

Titrasi argentometri merupakan titrasi dengan menggunakan larutan perak nitrat untuk menentukan kadar halogen ( Antara,2008 ).

NaX(aq) + AgNO3(aq) AgX(aq) + NaNO3(aq) ( Antara,2008 ). Istilah argentometri diturunkan dari bahasa latin argentum, yang berarti perak. Jadi argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat dalam suatu larutan yang dilakukan dengan titrasi berdasar pembentukan endapan dengan ion Ag+. Pada titrasi argentometri, zat pemeriksaan yang telah dibubuhi indikator dicampur dengan larutan standar garam perak nitrat AgNO3. Dengan mengukur volume larutan standar yang digunakan sehingga seluruh ion Ag+ dapat tepat diendapkan, kadar garam dalam larutan pemeriksaan dapat ditentukan. ( Underwood, 1999 )

Ada beberapa metode dalam titrasi argentometri yang dibedakan berdasarkan indikator yang digunakan pada penentuan titik akhir titrasi, antara lain :

(5)

 Metode Mohr

Metode Mohr biasanya digunakan untuk menitrasi ion halida seperti NaCl, dengan AgNO3 sebagai titran dan K2CrO4¬ sebagai indikator. Titik akhir titrasi ditandai dengan adanya perubahan warna suspensi dari kuning menjadi kuning coklat. Perubahan warna tersebut terjadi karena timbulnya Ag2CrO4, saat hamper mencapai titik ekivalen, semua ion Cl- hampir berikatan menjadi AgCl. Larutan standar yang digunakan dalam metode ini, yaitu AgNO3, memiliki normalitas 0,1 N atau 0,05 N. Indikator menyebabkan terjadinya reaksi pada titik akhir dengan titran, sehingga terbentuk endapan yang berwarna merah-bata, yang menunjukkan titik akhir karena warnanya berbeda dari warna endapan analat dengan Ag+ ( Alexeyev,V,1969 ).

 Metode Volhard

Metode Volhard menggunakan NH4SCN atau KSCN sebagai titrant, dan larutan Fe3+ sebagai indikator. Sampai dengan titik ekivalen harus terjadi reaksi antara titrant dan Ag, membentuk endapan putih.Penerapan terpenting cara Volhard ialah untuk penentuan secara tidak langsung ion-ion halogenida: perak nitrat standar berlebih yang diketahui jumlahnya ditambahkan sebagai contoh, dan kelebihannya ditentukan dengan titrasi kembali dengan tiosianat baku. Keadaan larutan yang harus asam sebagai syarat titrasi Volhard merupakan keuntungan dibandingkan dengan cara-cara lain penentuan ion halogenida karena ion-ion karbonat, oksalat, dan arsenat tidak mengganggu sebab garamnya larut dalam keadaan asam.  Metode Fajans

Dalam titrasi Fajans digunakan indikator adsorpsi. Indikator adsorpsi ialah zat yang dapat diserap pada permukaan endapan (diadsorpsi) dan menyebabkan timbulnya warna. Penyerapan ini dapat diatur agar terjadi pada titik ekivalen, antara lain dengan memilih macam indikator yang dipakai dan pH.Cara kerja indikator adsorpsi ialah sebagai berikut: indikator ini ialah asam lemah atau basa lemah organik yang dapat membentuk endapan dengan ion perak. Misalnya fluoresein yang digunakan dalam titrasi ion klorida. Dalam larutan, fluoresein akan

(6)

mengion (untuk mudahnya ditulis HFl saja). Titrasi menggunakan indikator adsorpsi biasanya cepat, akurat dan terpercaya. Sebaliknya penerapannya agak terbatas karena memerlukan endapan berbentuk koloid yang juga harus dengan cepat.

( Harjadi,W,1990 ) V. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini ialah beaker glass, buret, gelas ukur, klem dan statif, labu erlenmeyer, labu ukur, pipet tetes dan plastik hitam. Sedangkan bahan yang digunakan ialah AgNO3 , aquades yang digunakan untuk mengencerkan sampel dan berguna dalam titrasi blanko, KCL 2 sebagai sampel yang akan dihitung kadar larutannya, dan terakhir ialah

K2CrO4 sebgai indikator.

VI. Prosedur

Dalam praktikum kali ini, ada 2 titrasi yang dilakukan yaitu: pertama titrasi penentuan kadar halogen ( sampel KCL ) dengan larutan KCL diencerkan hingga volumenya mencapai 100 mL, kemudian larutan KCl dipindahkan pada tabung erlenmeyer sebanyak 20 mL ( secara triplo, lalu dicampurkan indikator K2CrO4 kedalam larutan yang dipipet sebanyak 1 mL. Sebelum titrasi dilakukan, buret dan tabung erlenmeyer dilapisi terlebih dahulu dengan plastik hitam. Setelah pelapisan dilakukan, dilanjutkan dengan pengukuran larutan titran AgNO3 sebanyak 50 mL pada gelas ukur, kemudian titrasi dilakukan dan perubahan yang terjadi diamati. Yang kedua ialah titrasi larutan blanko dengan larutan blanko dibuat dengan aquades sebanyak 50 mL dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer kemudian dicampurkan indikator K2CrO4 sebanyak 1 mL, kemudian ditritrasi dan diamati perubahan yang terjadi.

(7)

Hasil titrasi pembakuan AgNO3 : No AgNO3 ( mL ) NH4SCN ( mL ) 1 5 9,6 2 4 9,2 3 9,4

No Perlakuan Hasil Gambar

1 Larutan sampel diencerkan Didapat larutan KCL ( sampel ) sebanyak 100 mL

2 Larutan sampel dibuat dalam labu erlenmeyer sebanyak 20 mL ( secara triplo ) kemudian dicampurkan dengan larutan indikator K2CrO4 sebanyak 1 mL

Warna larutan berubah dari yang semula berwarna bening menjadi warna kuning

3 Larutan sampel ditritrasi dengan AgNO3

Adanya endapan

oranye pada dasar tabung ( pada ketigan tabung erlenmeyer ).

(8)

4 Larutan blanko dibuat dengan K2CrO4 1 mL dicapurkan dengan aquades sebanyak 50 mL

Larutan berwarna kuning

5 Larutan blanko ditritrasi dengan larutan AgNO3 sebagai titrannya

Larutan berubah warna menjadi oranye.

VIII. Perhitungan Pembakuan AgNO3 :

(9)

4,4 . MAgNO3. 1 = 10 . 0,1 . 1 MAgNO3 = 0,23 Molar

Perhitungan kadar larutan sampel ( KCl 2 ) setelah ditritrasi yang dilakukan secara triplo :

Kadar Larutan =

VTitran. NTitran. BEsampel

Vsampel . ( Vtotal - Vtirasiblanko )

Kadar Larutan I = 21,4 .0,23 . 74,520 . ( 20 + 1 + 21,4 – 0,1 ) = 775,547235 mg V total Kadar Larutan II = 21,6 . 0,23 . 74,520 . ( 20 + 1 + 21,6 – 0,1 ) = 786,4965 mg V total

Kadar Larutan III = 21,5 . 0,23 .74,520 . ( 20 + 1 + 21,5 – 0,1 ) = 781,0133

mg V total

Kadar rata-rata larutan = 775,547235+786,4965+781,01333 = 781,0190116667

781,02 mg V total

(10)

IX. Pembahasan

Praktikum ini bertujuan untuk menentukan kadar KCl dengan menggunakan titrasi Argentomentri metode mohr dimana perubahan yang terjadi terlihat dari terbentuknya endapan. Karena pada prinsipnya argentometri dilihat dari terbentuknya endapan pada saat titik ekuivalennya. KCl merupakan garam halida

yang akan menghasilkan ion +¿K¿

dan −¿Cl¿

jika dihidrolisis. Dimana KCl nerupakan senyawa kimia yang berupa garam logam halida dimana logam yang terkandung didalamnya ialah kalium dan halidanya ialah klorida. KCl dalam keadaan murni merupakan senyawa yang tidak berbau Kalium klorida dapat bereaksi sebagai sumber ion klorida yaitu klorida ionik yang laiinya dapat larut sehingga garam klorida akan semakin larut jika adanya penambahan larutan ion logam yang sesuai. Kalium klorida dapat terbentuk secara alami sebagai silvit dan diekstraksi dari sylvinite atau dapat juga diekstrak dari air garam dan dapat jugan dihasilkan dari kristalisasi larutan. Sebagian besar dari senyawa KCl dihasilkan untuk digunakan dalam pembuatan pupuk, dimana pertumbuhan dari mayoritas tanaman dibatasi oleh asupan kaliumnya. Kalium klorida juga dapat digunakan juga sebagai bahan pemadam api yang digunakan dalam alat pemadam kebakaran portabel dan roda karena lebih efektif dan lebih kering dari senyawa kimia sodium bikarbonat serta lebih korosif. Bersamaan dengan senyawa garam klorida lainnya seperti natrium klorida, lithium klorida, kalium klorida jugan digunakan sebagai fluks untuk pengelasan gas dari aluminium. Kebanyakan klorida larut dalam air, merkurium klorida, perak klorida, yang ini sangat sedikit larut dalam air dingin, tetapi mudah larut dalam air panas atau mendidih, CuCl, BiOCl, SbOCL, HgOCl tak larut dalam air. Kepekaan 1,5 mg Cl¯ (batas konsentrasi1 dalam 30.000) dan 0,3 mg Cl¯ (batas konsentrasi 1 dalam150.000) (Vogel, 1985). Dalam argentometri ini, senyawa titran yang digunakan ialah AgNO3 yang ditandai

(11)

merupakan senyawa yang dapat dibuat dengan mereaksikan perak seperti bullion perak ataupun silver foil dengan asam nitrat dimana reaksi ini akan menghasilkan perak nitrat dengan produk tambahan air dan oksida nitrogen dimana hasil sampingan reaksi tergantung pada besar kecilnya konsentrasi asam nitrat yang digunakan. Kemudahan dalam pembuatan AgNO3 ini ialah terdapat pada kelarutannya yaitu mudah larut dalam berbagai pelarut termasuk air. Alasan awal penggunaan AgNO3 sebagai titran dalam penentuan kadar larutan KCl karena kation perak atau ion Ag positif dapat dan mudah bereaksi secara cepat bila direaksikan dengan sumber halida ( dapat berupa garam halida ) yang akan menghasilkan endapan perak dengan halidanya. Jika halidanya ion Br maka endapan yang akan dihasilkan akan berwarna biru, endapan putih jika ion klorida digunakan, dan endapan kuning jika perak bereaksi dengan ion iodida. Dimana garam perak lain dengan anion tanpa koordinasi akan dinamakan sebagai tetrafluorat yang banyak diaplikasikan. Dan apabila digunakan dalam analitik kimia, tujuan utama penggunaan AgNO3 ada untuk mengkonfirmasi atau sebagai inikator ada tidaknya ion klorida, ion bromida, atau ion iodida jika ditambahkan pada larutan. Dalam histologi AgNO3 juga memiliki peran sebagai pewarnaan perak dimana untuk menunjukkan serat retikular, protein dan asam nukleat. Dalam aplikasinya garam AgNO3 ini digunakan sebagai penanda dalam scanning mikroskop elektron. Sebelum melakukan titrasi, buret dan labu erlenmeyer dilapisis dengan plastik hitam, tujuaannya ialah untuk menjaga larutan titran perak nitrat agar tidak terhidrolisis oleh cahaya. Hal ini disebabkan karena larutan perak nitrat sensitif pada cahaya, dan jika terhidrolisis makan akan menghasilkan perak hidroksida dan asam nitrat dimana produk ini tidak membantu dalam proses titrasi, mungkin hal yang diakibatkan ialah tidak terjadinya endapan maupun larutan tidak mencapai titik ekuivalennya.

(12)

Penggunaan larutan perak nitrat ini dikarenakan AgNO3 bereaksi dengan KCl akan membentuk garam klorida dimana prinsip penentuan kadar larutannya berdasarkan pada “ Titrasi pengendapan adalah salah satu golongan titrasi dimana hasil reaksi titrasinya merupakan endapan atau garam yang sukar larut. Prinsip dasarnya ialah reaksi pengendapan yang cepat mencapai kesetimbangan pada setiap penambahan titran, tidak ada pengotor yang mengganggu serta diperlukan indikator untuk melihat titik akhir titrasi. Hanya reaksi pengendapan yang dapat digunakan pada titrasi. (Khopkar, 1990) “. Dimana endapan terjadi karena adanya perbedaan kelarutan dan titarsi degan titran perak nitrat dan analitnya ialah KCl akan

membentuk AgCl yang sukar larut pada larutan karena pada analisis kimia, perbedaan

kelarutan menjadi dasar untuk pemisahan senyawa dimana endapan lebih mudah larut dalam air daripada dalam larutan yang mengandung ion sejenis yang jika dilihat pada AgCl, [Ag+][Cl-] tidak lebih besar dari tetapan (Ksp AgCl = 1x10-10) di dalam air murni di mana [Ag+] = [Cl-] = 1x10-5 M; jika ditambahkan AgNO3 hingga [Ag+] = 1x10-4 M, maka [Cl-] turun menjadi 1x10-6 M, kanan sesuai arah : Ag+ + Cl- AgCl ke dalam endapan terjadi penambahan garam, sedangkan jumlah Cl- dalam larutan menurun. Diamana dalam hasil kali kelarutan, larutan jenuh suatu garam dimana garam tersebut terkandung garam atau senyawa yang tidak larut, dengan kelebihan meruapakan suatu sistem kesetimbangan terhadap hukum massa yang dapat berlaku seperti endapan perak klorida yang terbentuk dalam proses titrasi ini, kesetimbangan yang terjadi ialah : dimana dalam reaksi terjadi kesetimbangan yang heterogen karena AgCl berada dalam fase padat ( terbentuk endapan dalam larutan ), sedangkan ion-ion dalam baik ion klorida maupun ion perak tetap berada dalam fase setimbang. Konsntrasi perak klorida yang terbentuk dalam fase padat ( ditandai dengan endapan ) tidak terjadi perubahan dikarenakan dapat dimasukkan dalam suatu tetapan baru. Jadi dalam larutan perak kloridaa jika pada suhu yang konstan maupun tekanan yang konstan hasil kali kelarutan ion kloridanya adalah konstan. Argentometri kali ini ialah menggunakan metode mohr dimana pada metode ini terjadi perubahan warna ( terjadi endapan yang berwarna) . “Ini dapat diilustrasikan dengan

(13)

prosedur mohr untuk penetapan klorida dan bromide. Pada titrasi suatu larutan netral dari ion klorida dengan larutan perak nitrat, sedikit larutan kalium kromat ditambahkan untuk berfungsi sebagai indikator. Pada titik akhir, ion kromat ini bergabung dengan ion perak untuk membentuk perak kromat merah yang sangat sedikit sekali dapat larut. Titrasi ini hendaknya dilakukan dalam suasana netral atau sangat sedikit sekali basa, yakni dalam jangkauan pH 6,59. (Bassett, 1994)”. Sesuai dari teori tersebut, penggunaan metode mohr dilihat dari penggunaan indikatornya yaitu K2CrO4 yang berwarna kuning pekat. Walau hanya 1 mL

larutan K2CrO4 ditambahkan pada larutan sampel KCl 20 mL dalam labu erlenmeyer dapat menyebabkan larutan berubah warna dari bening menjadi kuning. Warna kuning ini berasal dari larutan indikator yang memiliki warna kuning yang pekat, sehingga ketika larutan inidikator dicampurkan pada larutan KCl warna kuning menyebar ada seluruh bagian larutan, hal ini juga dapat dipercepat penyebarannya dengan diaduknya larutan hingga warna menyebar merata dan diaduknya larutan juga berfungsi agar konsentrasi larutan menyebar merata dan akan memudahkan perubahan warna secara keseluruhan pada proses titrasi. Dalam titrasi dengan metode Mohr yaitu titrasi dilakukan dengan kondisi larutan berada pada pH dengan kisaran 6,5-10, hal ini dikarenakan ion kromat yang berasal dari indikator K2CrO4 adalah basa konjugasi dari asam kromat dimana jika pH larutan berada dibawah 6,5 maka ion kromat akan terprotonasi sehingga asam kromat akan mendominasi di dalam larutan. Hal ini mengakibatkan dalam larutan bersifat sangat asam mengakibatkan konsentrasi ion kromat akan terlalu kecil untuk memungkinkan terjadinya endapan Ag2CrO4 yang akan mendominasi sedangkan endapan AgCl akan sulit terbentu dan kemungkinan sulit untuk dibedakan endapannya ataupun terjadinya pencampuran endapan sehingga akan berakibat pada sulitnya pendeteksian titik akhir titrasi. Jika pada pH diatas 10 maka endapan AgOH yang berwarna kecoklatan akan terbentuk sehingga hal ini akan menghalangi pengamatan titik akhir titrasi. Analit yang bersifat asam

(14)

dapat ditambahkan kalsium karbonat agar pH nya berada pada kisaran pH tersebut atau dapat juga dilakukan dengan menjenuhkan analit dengan menggunakan padatan natrium hydrogen karbonat. Penyebabnya kelarutan AgCl dan Ag2CrO4 akan dipengaruhi oleh suhu maka semua titrasi dilakukan pada temperature yang sama ( berhubungan dengan kelarutan endapan AgCl yang konstan ). Pengadukan/ pengocokan selama larutan standar ditambahkan sangat dianjurkan disebabkan hal ini dapat mempermudah pengamatan pencapaian titik akhir titrasi dan perak kromat yang terbentuk sebelum titik akhir titrasi dicapai dapat dipecah sehingga

terlarut kembali. Kekonstanan ini terlihat dari banyaknya AgNO3 yang dibutuhkan hinggal larutan mencapai titik ekuivalen yaitu hingga terbentuknya endapan dan berubahnya warna larutan menjadi oranye yaitu konstan penambahan volume AgNO3 pada titrasi yang dilakukan secara triplo yaitu 21,4 , 21,6 dan 21,5. Perubahan banyaknya volume yang dibutuhkan tidak terlalu besar sehingga dapat disebut konstan. Sedangkan pada titrasi larutan blanko tidak terbentuk endapan karena ikatan AgCl tidak terbentuk disebabkan pada larutan blanko karena larutan tidak mengandung ion klorida, tetapi perubahan warna terjadi disebabkan dengan adanya ikatan perak dengan indikator kromat.

X. Kesimpulan

Dapat menentukan titik akhir titrasi larutan sampel KCL 2 yang ditandai dengan adanya perubahan warna larutan dan terbentunya endapan yang berwarna

oranye, dimana kadar larutan sampel KCL 2 yang didapat ialah 781,02 V totalmg ( sudah dirata-ratakan dengan kadar larutan triplo ).

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Alexeyev, V. 1969. Quantitative Analysis. Moscow: MIR Publishers

Antara.2008.Kajian Kapasitas dan Efektivitas Resin Penukar Anion Untuk Mengikat Klor Dan Aplikasinya Pada Air. Available online at :

http://ojs.unud.ac.id/index.php/jchem/article/viewFile/2713/1925 ( diakses pada 15 November 2015 ).

(16)

Astin, P. 2008. Bahan Ajar Dasar-Dasar Kimia Analitik. Gorontalo : Universitas Negeri Gorontalo.

Bassett, J. 1994. Buku Ajar Vogel : Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Buku Kedokteran : EGC. Jakarta.

Harjadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Gramedia. Jakarta.

Keenan, Charles W.1980.Ilmu Kimia untuk Universitas, Edisi VI, 422.Jakarta:Erlangga

Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Ilmu Kimia Analitik. Jakarta: Universitas Indonesia

Sahirman, 2013. Analisis Kimia Dasar II. Tersedia online di belajar.ditpsmk.net/wp-content/uploads/2014/09/kimia-dasar-2.pdf/. [diakses 20 September 2015].

Sudjadi. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Underwood, Day.1999. Kimia Analisis Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.

Vogel. 1985. Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro Bagian I Edisi V. Jakarta:PT Kalma Medra Pustaka

Referensi

Dokumen terkait

Harga Hasil Kali Kelarutan (Ksp) suatu senyawa ionik yang sukar larut dapat memberikan informasi tentang kelarutan senyawa tersebut dalam air. Semakin besar harga Ksp suatu

garam yang sukar larut dalam air berdasarkan nilai Ksp dan mengamati pengaruh penambahan ion sejenis terhadap kelarutan

Hal ini karena garam kompleks dapat larut dengan larutan asam sehingga menghasilkan warna larutan biru (++) jernih. Hal ini dapat simpulkan bahwa tingkat kelarutan

dalam larutan untuk memastikan bahwa larutan sudah benar-benar jenuh yang ditandai dengan terlihatnya kelebihan kristal yang tidak larut dalam larutan pada saat larutan tersebut

Hasil pengembangan bahan ajar terdiri dari 3 pokok bahasan, yakni Larutan Penyangga, Hidrolisis Garam, dan Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Model Learning Cycle 5E

Penetapan kadar sari larut air bertujuan untuk mengetahui kadar senyawa kimia bersifat polaryang terkandung di dalam simplisia herba pugun tanoh seperti asam, garam,

Klorida, dalam kelarutan garam klorida senyawa NaCl dan KCl larut dalam akuades dan memiliki perubahan warna yang sama yaitu putih bening.. Fosfat, dalam kelarutan garam

Kelarutan garam dan konsentrasi ion dalam