• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pola Tidur dan Gangguan Tidur pada Pasien Gagal Jantung Kongestif di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pola Tidur dan Gangguan Tidur pada Pasien Gagal Jantung Kongestif di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan Chapter III VI"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL

1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual penelitian adalah suatu hubungan atau ikatan antara konsep satu terhadap konsep lainnya dari masalah yang ingin diteliti. Kerangka ini didapatkan dari konsep ilmu/teori yang dipakai sebagai landasan penelitian yang didapatkan di bab tinjauan pustaka atau boleh dikatakan oleh penulis merupakan ringkasan dari tinjauan pustaka yang dihubungkan dengan garis sesuai variabel yang diteliti (Setiadi, 2007).

Kerangka penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pola tidur dan gangguan tidur pada pasien gagal jantung kongestif di RSUP H.Adam Malik Medan. pola tidur klien dapat dilihat dari Waktu yang diperlukan untuk tertidur, total waktu jam tidur, Frekuensi terbangun di malam hari, Kesulitan untuk tertidur, Kepuasan terhadap tidur, Perasaan terbangun di malam hari dan Mengantuk di siang hari. (Karota Bukit, 2005)

(2)

Keterangan : : :variabel yang diteliti

:variabel yang tidak diteliti

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian Pola Tidur dan Gangguan Tidur Klien Gagal Jantung Kongestif di RSUP H.Adam Malik Medan.

Pola Tidur Klien Gagal Jantung Kongestif :

− Waktu yang diperlukan

untuk tertidur

− Total waktu jam tidur

− Frekuensi terbangun di

malam hari

− Kesulitan untuk tertidur

− Kepuasan terhadap tidur

− Perasaan terbangun di

malam hari.

− Mengantuk di siang hari

Gangguan tidur klien gagal jantung kongestif :

− Gigitan nyamuk

(3)

2. Defenisi Operasional

Definisi Operasional bertujuan untuk mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap variabel-variabel yang bersangkutan. Pengembangan instrumen (alat ukur) serta membatasi ruang lingkup variabel-variabel yang akan diteliti.

No Variabel Defenisi Operasinal Alat Ukur Hasil Ukur 1 pola tidur klien gagal

jantung kongestif di ruang rawat inap RSUP H.Adam Malik Medan

Bentuk yang di persepsikan atau dilaporkan oleh klien gagal jantung

kongestif selama perawatan sehingga menentukan

kepuasan tidur klien, yang mencakup : Waktu yang diperlukan untuk tertidur, Total waktu jam tidur, Frekuensi terbangun di malam hari, Kesulitan untuk tertidur, Kepuasan terhadap tidur,

Perasaan terbangun di malam hari dan perasaan mengantuk pada siang hari.

(4)

2 Ganguan tidur klien gagal jantung kongestif di RSUP H.Adam Malik Medan

Hal-hal yang menyebabkan ketidaknyamanan sehingga klien tidak dapat merpertahankan tidur/dapat

membangunkan klien dari tidurnya yang disebabkan dari faktor fisik dan faktor lingkungan.

(5)

BAB IV

METODE PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Desain penelitian ini menggunakan desain deskriptif yang bertujuan untuk mengidentifikasi tentang suatu keadaan secara subjektif terhadap pola tidur dan gangguan tidur pasien gagal jantung kongestif.

2. Populasi, sampel dan tekhnik sampling

2.1Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang dilteliti (Notoatmodjo, 2012). Berdasarkan informasi dari bagian Rekam Rekam Medis RSUP H.Adam Malik Medan, pasien gagal jantung kongestif di unit rawat inap pusat jantung terpadu RSUP H.Adam Malik Medan berjumlah 383 orang.

2.2 Sampel

Sampel adalah bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah karakteristik yang dimilki oleh populasi. Penelitian ini menggunakan rumus Slovin dalam Notoatmodjo (2012).

(6)

Jadi sampel dalam penelitian ini adalah : Diketahui :

N = 383 d = 0,10

= 79 (dibulatkan)

2.3 Tekhnik Sampling

Teknik sampling yang digunakan adalah non probability sampling dengan pengambilan sampel menggunakan pendekatan secara purposive sampling tehnik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu yang dikehendaki peneliti (Setiadi, 2007). Adapun sample yang akan ditetapkan dalam penelitian ini yaitu pasien gagal jantung kongestif, dapat berkomunikasi dengan baik, dapat membaca dan menulis, dan bersedia jadi responden.

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

(7)

4. Pertimbangan etik

Untuk pertimbangan etik terhadap klien yang akan dijadikan sampel dalam penelitian, sebelunya peneliti memberikan penjelasan kepada calon responden (klien) tentang tujuan dan prosedur pelaksanaan penelitian. Apabila calon responden bersedia, maka responden dipersilahkan menandatangani lembaran persetujuan menjadi respon atau dapat diucapkan langsung secara lisan. Jika calon respoden tidak bersedia, maka calon responden berhak untuk menolak dan mengundurkan diri selama proses pengumpulan data berlangsung. Penelitian ini tidak menimbulakn resiko bagi individu yang menjadi responden, baik resiko fisik maupun psikologis, kerahasiaan catatan mengenai data responden dijaga dengan cara menuliskan nama responden (inisial). Pada instrumen hanya menuliskan nomor kode yang digunakan untuk menjaga kerahasiaan. Semua informasi yang diberikan kepada peneliti akan dimusnahkan instrumen peneliti setelah proses analisa data selesai. Data-data yang diperoleh dari responden juga hanya digunakan untuk kepentingan peneliti.

5. Instrumen penelitian

Instrumen penelitian ini berupa angket dalam bentuk kuisioner yang terdiri dari : Data demografi yang bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik responden meliputi ; umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan status pernikahan.

(8)

dimodifikasi dari Pittsburgh Sleep Quality Indeks (PSQI) yang diadopsi dari Karota Bukit (2005).

Adapun instrumen pola tidur pada pasien gagal jantung kongestif yaitu waktu yang dibutuhkan untuk tertidur (kuesioner no 1), total waktu tidur (kuesioner no 2), frekuensi terbangun di malam hari (kuesioner no 3), kesulitan untuk tertidur (kuesioner 4), kepuasan terhadap tidur (kuesioner no 5), perasaan segar waktu bangun di pagi hari (kuesioner no 6), perasaan mengantuk di siang hari (kuesioner no 7). Kuesioner terdiri dari 7 pernyataan dengan masing-masing pilihan jawaban yang diberi tingkatan skor 1-4. Dimana skor 1 mengindikasikan tidak adanya gangguan pada pola tidur, sementara skor 4 mengidentifikasi adanya gangguan pola tidur pasien. Skor dari keenam komponen tidur dijumlahkan untuk menghasilkan nilai keseluruhan pola tidur dengan tingkatan nilai 7-28. Dengan skor 7 tidak adanya indikasi gangguan pola tidur dan skor 28 mengindikasikan kesulitan tidur yang berat di semua komponen tidur.

Kuesioner gangguan tidur bertujuan untuk mengidentifikasi ada tidaknya gangguan tidur yang terjadi pada klien gagal jantung kongestif. Kuesioner yang digunakan yakni gangguan tidur berdasarkan faktor fisik dan faktor lingkungan. Kuesioner faktor-faktor gangguan tidur terdiri dari 10 item, yaitu 5 untuk faktor fisik dan 4 item untuk faktor lingkungan sedangkan untuk faktor psikososial dan faktor tindakan keperawatan tidak diukur pada penelitian ini.

(9)

6. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

6.1 Validitas

Validitas menyatakan apa yang seharusnya diukur. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila instrumen itu mampu mengukur sesuatu yang seharusnya diukur menurut situasi dan kondisi tertentu. (Setiadi 2013) Kuesioner pola tidur ini diadopsi dari Karota Bukit (2005) yang telah dimodifikasi dari Pittsburgh Sleep Quality Indeks (PSQI) oleh Smyth (2012). Kuisioner ini telah diuji validitasnya dan layak digunakan di Indonesia.

Sedangkan gangguan tidur klien gagal jantung kongestif menggunakan kuisioner yang dimodifikasi dari penelitian sebelumnya oleh Karota Bukit dan disesuaikan berdasarkan tinjauan pustaka. Instrumen ini telah diuji validitas oleh 3 dosen yang berisi gangguan tidur pada pasien gagal jantung kongestif. Setelah diuji kepada 3 dosen maka didapatkan hasil perhitungan CVI (Content Validity Index) 1.0 dimana sebuah intrumen dikatakan valid jika CVI > 0,80.

6.2 Reliabilitas

Menurut Setiadi (2013) reliabilitas adalah suatu kesamaan hasil apabila pengukuran dilaksanakan oleh orang yang berbeda ataupun dilaksanakan pada waktu yang berbeda. Uji reliabilitas bertujuan untuk mengetahui seberapa besar derajat alat ukur dapat mengukur secara konsisten yang akan diukur. Alat ukur yang baik adalah alat ukur yang memberikan hasil yang relatif sama bila digunakan beberapa kali pada kelompok sampel yang sama.

(10)

dengan konsistensi cronbach’s Alpha dengan hasil 0.804 dan hasil ini dinyatakan relib. Kuisioner gangguan tidur juga telah di uji dengan menggunakan uji KR21 dinyatakan relib apabila nilai 0,6-0,7 atau lebih. Hasil reliabilitas gangguan tidur fisik didapatkan nilai 0,97 dan gangguan tidur lingkungan dengan nilai 0,72. 7. Tekhnik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan alat ukur kuisioner dalam bentuk multiple choise. Dimana responden diminta memilih jawaban yang telah disediakan sesuai dengan keadaan klien saat jadi responden. Pengumpulan data dimulai setelah peneliti menerima surat izin dari tempat lokasi penelitian yaitu Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam malik Medan. Sebelum membagikan kuisioner kepada responden, peneliti meminta kesediaan klien yang sesuai dengan kriteria peneliti untuk menjadi responden dengan menandatangani lembaran persetujuan menjadi responden serta menjelaskan tujuan dan manfaat dari kuisioner yang dibagikan kepada responden. Sehingga responden natinya dapat menjawab sesuai dengan jawaban yang ditulis dari diri responden sendiri. Kuisioner yang telah diisi oleh responden, kemudian dikumpulkan untuk diperiksa kelengkapan datanya dan kemudian dinalisa.

8. Analisa Data

(11)
(12)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. HASIL PENELITIAN

Pada bab ini diuraikan hasil penelitian tentang pola tidur dan gangguan tidur pasien gagal jantung kongestif di RSUP H.Adam Malik Medan melalui proses pengumpulan data yang telah dilakukan pada tanggal 20 April – 20 Mei 2017. Pengumpulan data dilakukan pada 79 responden. Hasil penelitian dibagi atas tiga bagian, yaitu deskripsi karakteristik responden, pola tidur pasien gagal jantung kongestif dan gangguan tidur pasien gagal jantung kongestif yang berjumlah 79 orang.

1.1 Deskripsi Karakteristik Responden

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden berusia 56-65 tahun yaitu sebanyak (34,2%), responden berjenis kelamin laki-laki (59,5%) dan perempuan (40,5%), pendidikan terakhir SMP (32,9 %) dan responden bekerja sebagai buruh/tani (35,4 %).

Tabel 1. Frekuensi dan persentase karakteristik responden berdasarkan data demografi (N=79)

Karakteristik Responden F %

Umur

12-16 tahun (remaja awal) 17-25 tahun (remaja akhir) 26-35 tahun (dewasa awal) 36-45 tahun (dewasa akhir) 46-55 tahun (lansia awal) 56-65 tahun (lansia akhir) > 65 tahun (manula)

(13)

tabel 1. (Lanjutan)

Karakteristik Responden F %

Jenis kelamin

1.2 Pola tidur pasien gagal jantung kongestif

(14)

menyatakan bahwa mereka merasa sulit untuk tertidur di malam hari, 62,0% responden menyatakan bahwa mereka kurang puas dengan tidurnya pada malam hari, 68,4% responden menyatakan mereka masih mengantuk ketika bangun di pagi hari, dan 51,9% responden juga menyatakan mereka sedikit mengantuk pada siang harinya.

Tabel 2. Frekuensi dan persentase pola tidur pasien gagal jantung kongestif di RSUP HAM Medan.

Parameter tidur F %

Waktu untuk memulai tidur <15 menit

15-30 menit 30-60 menit >60 menit

Total jam tidur malam hari >7 jam

6-7 jam 5-6 jam <5 jam

Frekuensi terbangun malam Tidak ada

1-2 kali 3-4 kali >5 kali

(15)

Tabel 2 (Lanjutan)

Parameter tidur F %

Perasaan puas saat tidur malam hari Merasa puas

Sedang Kurang puas Sangat tidak puas

Perasaan bangun pagi hari Segar

Sedikit mengantuk Megantuk

Sangat mengantuk

Perasaan mengantuk di siang hari Tidak ada

1.3 Gangguan Tidur pasien gagal jantung kongestif di RSUP HAM Medan

1.3.1 Faktor Fisik

(16)

Tabel 3. Frekuensi dan persentase gangguan tidur fisik pasien gagal jantung

kongestif di RSUP HAM Medan (n=85)

Faktor fisik

1.3.2 Faktor Lingkungan

Beberapa faktor yang mengganggu tidur pasien gagal jantung kongestif diantaranya faktor lingkungan berupa suara bising, penerangan, suhu ruangan yang tidak sesuai dan juga gigitan nyamuk. Tabel 4 menunjukkan mayoritas klien mengalami gangguan tidur pada suara bising (75,9%), penerangan (11,4%), suhu ruangan tidak sesuai (43,0%) dan gigitan nyamuk (5,1%).

Tabel 4. Frekuensi dan persentase gangguan tidur faktor lingkungan pasien gagal jantung kongestif di RSUP HAM Medan (n=85)

(17)

2. Pembahasan

Pembahasan ini bertujuan untuk membahas hasil dari pola tidur dan ganguan tidur pasien gagal jatung kongestif di Rumah Sakit Umum H.Adam Malik Medan. pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan jumlah responden 79 orang.

2.1 Karakteristik Responden

Data hasil penelitian menunjukkan bahwa responden berusian 56-65 tahun (34,2%). usia mempengaruhi pola tidur seperti waktu yang dibutuhkan untuk dapat tertidur, semakin bertambah usia seseorang maka semakin waktu yang dibutuhkan untuk dapat tertidur sehingga total jam tidurnya pun berkurang (Hidayat, 2006). Penyakit jantung lebih banyak terjadi pada usia diatas 50 tahun, dikarenakan pengaruh gaya hidup yang tidak sehat seperti stress, merokok dan kurangya aktivitas fisik (Morton, 2011).

Responden berjenis kelamin laki-laki (59,5%) dan perempuan (40,5%). Menurut Muttaqin (2009) menunjukkan bahwa laki-laki memiliki resiko 2-3 kali penyakit jantung dibandingkan wanita sebelum menopause. Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh gaya hidup yang tidak sehat seperti meminum minuman keras.

(18)

faktor yang mempengaruhi persepi seseorang untuk lebih mudah menerima ide-ide dan tekhnologi yang baru (Notoatmodjo, 2010). Tingkat pendidikan seseorang dapat mendukung atau memengaruhi tingkat pengetahuan seseorang dan taraf pendidikan yang rendah selalu berhubungan dengan informasi dan pengetahuan yang terbatas, semakin tinggi tinggi pendidikan seseorang semakin tinggi pula pemahaman seseorang terhadap informasi yang didapat dan pengetahuannya pun akan semakin tinggi. Pendidikan yang rendah menyebabkan seseorang tidak peduli terhadap program kesehatan yang ada, sehingga mereka tidak mengenal bahaya yang mungkin terjadi. Pendidikan tinggi seseorang akan membangkitkan partisipasinya dalam memelihara dan menjaga kesehatannya, dan berpendidikan tinggi juga akan cenderung memperhatikan kesehatan diri dan keluarga.

Responden bekerja sebagai buruh/tani (35,4%), wiraswasta (21,5%), tidak bekerja (34,2%), dan bekerja sebagai PNS/POLRI (8,9%). Pekerjaan yang berat diketahui dapat menjadi beban dan menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan, terutama pada sistem kardiovaskular. Aktivitas fisik pada penderita Congestive Hearth Failure harus disesuaikan dengan tingkat gejala. Aktivitas fisik yang

(19)

2.2 Pola Tidur Pasien Gagal Jantung Kongestif

Pola tidur adalah ritme jadwal tidur dan bangun seseorang dalam jangka waktu tertentu pada malam hari dan meliputi waktu untuk memulai tidur, frekuensi terbangun malam, kepuasan tidur, kedalaman tidur dan konsetrasi beraktivitas (Potter & Perry, 2010) serta total jam tidur dan rasa segar bangun pagi ( Smyth, 2012).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lamanya waktu yang dibutuhkan untuk memulai tertidur di malam hari adalah lebih dari >60 menit (89,9%). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hannum (2014) bahwa waktu yang diperlukan untuk dapat memulai tertidur pasien yang mengalami gangguan pada jantung membutuhkan waktu untuk memulai tertidur lebih dari 60 menit (42,9%). Hasil ini berbeda dengan kondisi yang normal yaitu untuk mendapatkan istirahat yang baik individu memerlukan waktu sekitar lma belas hingga dua puluh menit agar dapat tertidur (Maas, 2002). Hal ini sesuai dengan pendapat Corwin (2009) bahwa penderita pasien CHF akan menimbulkan masalah keperawatan dan gangguan pada tidurnya.

(20)

pasien gagal jantung dijumpai ganguuan pada pola tidur, yang disebabkan oleh nocturia, cemas dan kesulitan mengatur posisi tidur karena Nocturnal Dipsnea.

Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa responden memliki frekuensi terbangun >5 kali saat tidur malam (55,7%). Normalnya frekuensi terbanguntidur di malam hari pada orang dewasa yaitu 1-2 kali (Potter& Perry, 2005). Hal ini kemungkinan disebabkan oleh pemberian obat pada pasien gagal jantung kongestif salah satunya diuretik akan menyebabkan nocturia sehingga tidur menjadi terganggu karena sering berkemih dan klien akan sering terbangun (Potter& Perry, 2005). Selain itu, International Classification of Sleep Disorders mengemukakan bahwa penggunaan obat stimulan yang kronik (amfetamin, kafein, nikotin), antidepresan dapat menimbulkan putus-putusnya fase tidur REM sehingga menyebabkan klien sering terbangun.

Pada penenlitian ini pasien gagal jantung kongestif mengalami kesulitan untuk tertidur di malam hari (68,4%). Hal ini sejalan dengan penelitian Heo dkk (2007) bahwa diperkirakan sekitar 90% pasien gagal jantung mengalami gejala fisik seperti sesak nafas dan kelelahan. Hal ini yang menjadi pemicu pasien kesulitan untuk tertidur di malam hari, bahwa sejumlah faktor yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas tidur, adalah faktor fisikologis, seperti: penyakit fisik karena kesulitan bernafas dapat menyebabkan masalah tidur (Potter & Perry, 2005).

(21)

perasaan tidak segar dipagi hari dan tidak merasa puas dengan tidurnya. (Potter & Perry, 2005)

Responden masih mengantuk di pagi hari (64,7%), hal ini mengindikasikan bahwa tidak segar sewaktu bangun dipagi hari dapat disebabkan berbagai faktor masalah kesehatan yang meningkatkan frekuensi. Pasien juga mengalami sedikit mengantuk pada siang harinya (54,1%). Mengantuk di siang hari dapat mengindikasikan dari frekuensi terbangun di malam hari.

Banyak faktor yang mepengaruhi kualitas dan kuantitas tidur responden yaitu faktor fsikologis dan lingkungan, stress emosional juga menyebabkan seseorang sulit untuk tertidur , sering terbangun selama siklus terbangun atau terlalu banyak tidur, dan lingkungan fisik tempat seseorang tidur berpengaruh penting pada kemampuan untuk tertidur (Potter & Perry, 2005). Hal ini sesuai dengan kesimpulan penelitian yang dilakukan Fachrunnisa (2015) yang meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas tidur pada pasien CHF yaitu ada hubungan antara kecemasan dengan kualitas tidur responden, ada hubungan antara pernpasan (PND) dengan kualitas tidur responden.

(22)

2.3 Gangguan Tidur pasien gagal jantung kongestif

2.3.1 Faktor Fisik

Pada penelitian ini 93,7% pasien mengalami sesak nafas karena adanya perpindahan cairan dari jaringan kedalam kompartemen intravaskular sebagai akibat dari tidur terlentang. Hai ini sesuai dengan penelitian Fachrunnisa (2015) yang menunjukkan bahwa 56,3% klien gagal jantung kongestif mengalami Paroxysmal Nocturnal Dyspnea. Kejadian PND ini dialami responden setelah beberapa jam tertidur. PND dapat terjadi 1-2 kali dalam satu malam sehingga pasien yang baru mulai terlelap dapat terbangun lagi yang mengakibatkan ganguuan kualitas tidur NREM. Selain itu sesak nafas pada pasien gagal jantung kongestif dapat membangunkan pasien dari tidurnya sehingga sulit dalam memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur. Kurangnya tidur selama periode yang lama dapat menyebabkan penyakit lain atau memperburuk penyakit yang ada (Potter & Perry, 2009). Berdasarkan analisa peneliti pada pasien gagal jantung kongestif yang mengalami sesak nafas mengakibatkan orang tersebut kurang dapat berinteraksi dengan orang lain dengan efektif. Mereka menunjukkan tanda-tanda curiga dan gampang marah serta membuat mereka tidak mendapatkan tidur yang cukup dan kurang puas dengan tidurnya.

(23)

rasa ditusuk-tusuk dan nyeri yang muncul ketika merasakan sesak. Menurut Reddeker (2012) salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas tidur adalah nyeri. Penyakit fisik yang diderita seseorang dapat menyebabkan gangguan tidur, kekurangan tidur dapat menyebabkan kurangnya konsentrasi dan mudah marah. Penanganan rasa nyeri harus dilakukan secepat mungkin untuk mencegah aktivasi saraf simpatis, karena akan menyebabkan takikardi, vasokontriksi, dan peningkatan tekanan darah yang pada tahap selanjutnya dapat memperberat beban jantung. Penanganan nyeri yang dilakukan pada responden untuk menciptakan suasana yang nyaman untuk beristirahat sehingga kebutuhan tidur pasien pun tercukupi.

Sementara itu pasien merasa terganggu tidurnya dikarenakan sering terbangun karena ingin buang air kecil (65,8%). Nocturia atau berkemih pada malam hari, mengganggu tidur dan siklus tidur. Kondisi ini sudah sering terjadi pada klien penyakit jantung, setelah seseorang berulang kali terbangun untuk berkemih, menyebabkan kembali untuk tertidur lagi menjadi sulit (Potter & Perry 2005).

(24)

terhadap kebutuhan istirahat dan tidur pasien, sehingga pasien tidak nyaman dengan tidurnya dan pasien mengalami gangguan tidur.

Pada penelitian ini masalah yang sering dialami pasien gagal jantung kongestif adalah pasien mengalami kelelahan (84,8%) dikarenakan keadaannya sekarang. Kelelahan dapat menyebabkan gangguan tidur, dimana biasanya sesorang yang kelelahan akan merasa seolah-olah mereka bangun ketika tidur dan biasanya tidak mendapatkan tidur yang dalam. (Potter & Perry 2005).

2.3.2 Faktor Lingkungan

Gangguan tidur juga disebabkan oleh faktor lingkungan, diantaranya adalah suara bising, penerangan, suhu ruangan yang tidak sesuai dan ganguan dari gigitan nyamuk. Dari hasil penelitian 75,9% responden mengalami gangguan tidur bila berada pada lingkungan yang menimbulkan suara bising. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hanning (2009) bahwa, kebisingan dapat menyebabkan tertundanya tidur dan juga dapat membangunkan seseorang dari tidur. Suara yang rendah lebih sering membangunkan seseorang dari tidur tahap 1, sementara suara yang keras membangunkan orang pada tahap tidur 3 dan 4. Level suara dalam percakapan yang normal sekitar 50 dB (Potter & Perry 2005). Menurut Freedman, Kotzer, & Schwab dalam bukit (2005) merekomendasikan level suara di rumah sakit termasuk ruangan penyakit dalam pada malam hari seharusnya <40 dB.

(25)

mengalami gangguan tidur apabila tidur diruangan yang terlalu panas ataupun terlalu dingin dan dapat menghambat sekresi melatonin dalam tubuh. Hal ini mungkin dikarenakan responden sudah merasa sesuai dengan sistem penerangan pada ruangan di rumah sakit dan merasa tidak terganggu dengan tidur mereka.

Suhu ruangan juga mempengaruhi tidur pasien dimana hasil penelitian menunjukkan (43,0%) terganggu dengan suhu ruangan yang terlalu panas atau terlalu dingin. Hal ini sesuai dengan pernyataan Lee (2007) bahwa, seseorang akan mengalami gangguan tidur apabila tidur diruangan yang terlalu panas ataupun terlalu dingin. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan dengan pendapat Potter & Perry (2005) yang menytakan bahwa ruangan yang terlalu panas dan terlalu dingin seringkali membuat seseorang gelisah, keadaan ini akan mengganggu tidur seseorang. Hal ini juga dilaporkan Suci (2015) bahwa suhu ruangan mempengaruhi kenyamanan tidur seseorang 58%.

(26)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan dapat diambil kesimpulan mengenai pola tidur dan gangguan tidur pasien gagal jantung kongestif di RSUP H. Adam Malik Medan.

1. Kesimpulan Hasil Penelitian

Dari penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa mayoritas responden berusia 56-65 tahun (34,1 %), responden berjenis kelamin laki-laki (55,3%), berpendidikan terakhir SMP (30,6 %) dan mayoritas responden bekerja sebagai buruh/tani (32,9 %).

Hasil penelitian yang didapatkan pola tidur pasien gagal jantung kongestif mayoritas berada pada pola tidur dengan karakteristik rendah pada aspek penilaian tujuh indikator komponen parameter tidur, hal ini menunjukkan bahwa pola tidur klien dengan gagal jantung kongestif benar dalam kondisi tidak normal. Dapat dilihat dari mayoritas responden dapat memulai tertidur lebih dari 60 menit (84,7%), total jam tidur <5 jam (48,2%), frekuensi terbangun di malam hari sebanyak >5 kali (51,8%). merasa sulit untuk tertidur di malam hari (63,5%), kurang puas dengan tidurnya pada malam hari (57,6%), merasa mengantuk ketika bangun di pagi hari (64,7%), dan sedikit mengantuk pada siang harinya (54,1%).

(27)

kelelahan (84,7%). Sedangkan dari faktor lingkungan suara bising (77,6%), penerangan (10,6%), suhu ruangan (40,0%) gigitan nyamuk yang mengganggu tidur pasien hanya sebagian kecil (4,7%).

2. Saran

2.1 Bagi Pendidikan Keperawatan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat meningkatkan informasi kesehatan khususnya tentang pola tidur dan gangguan tidur yang bisa dialami pasien gagal jantung kongestif.

2.2 Bagi Pelayanan Keperawtan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi pelayanan keperawatan untuk memberikan pelayanan yang lebih komprehensif berupa promosi kesehatan dalam meningkatkan kesadaran tentang pola tidur dan gangguan tidur pasien gagal jantung kongestif dan bagaimana cara mendapatkan kualitas tidur yang baik.

2.3 Bagi Penelitian Keperawatan

Gambar

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian Pola Tidur dan Gangguan Tidur  Klien Gagal   Jantung Kongestif di RSUP H.Adam Malik Medan
Tabel 3.1 Defenisi Operasional Pola tidur dan gangguan tidur pasien gagal jantung kongesstif di RSUP H.Adam Malik Medan
Tabel 1. Frekuensi dan persentase karakteristik responden berdasarkan data demografi (N=79)
tabel 1. (Lanjutan)
+4

Referensi

Dokumen terkait

Dengan sistem sesuai syariah islam, Bank Muamalat ternyata mampu melewati krisis ekonomi dan dapat predikat sebagai salah satu bank tersehat di Indonesia,

informasi dari setiap tempat wisata di Berastagi serta sarana dan prasarana yang.. mendukung aktivitas tempat wisata

Sebagaiamana santri saat berinteraksi dengan kiainya adalah sebagai tindakan sosial setelah santri melihat bahwa para santri di Pondok Pesantren Al Munawwir

Setelah menyanyikan lagu ‘Kasih Ibu’, siswa dapat menuliskan ungkapan hormat kepada ibu dalam sebuah syair lagu yang diperdengarkan dengan tepat.. Melalui kegiatan bernyanyi,

- 22 - Penghentian pengakuan aset keuangan terhadap satu bagian saja (misalnya ketika Perusahaan dan entitas anak masih memiliki hak untuk membeli kembali bagian

Setelah membaca puisi, siswa dapat menuliskan ungkapan kasih sayang kepada adik dalam sebuah puisi yang diperdengarkan dengan tepat.. Siswa dapat mengekspresikan kembali ungkapan

Maka dari itu penulis mencoba membuat inovasi baru untuk sistem informasi geografis pemetaan tempat wisata di Berastagi yang tertuju untuk semua wisatawan lokal

[r]