BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1. Sejarah Perusahaan
PT. Lonsum Bagerpang Estate dibangun untuk memenuhi penampungan
dan pengolahan FFB (Fresh Fruit Bunch) dari Begerpang Estate, Sei Merah
Estate dan Rambong Sialang Estate, di mana sebelumnya FFB dari ketiga estate
ini dikirimkan dan diolah di Rambong Sialang Palm Oil Mill. Namun berhubung
crop (hasil panen) FFB dari ketiga Estate ini semakin bertambah seiring dengan
bertambahnya umur tanaman sawit tersebut dan Rambong Sialang Oil Mill yang
memiliki kapasitas olah 20 Ton/jam dinilai tidak mampu lagi untuk menampung
dan mengolah FFB dari ketiga Estate tersebut, maka dengan pertimbangan sisi
ekonominya perusahaan menutup Rambong Sialang Palm Oil Mill dan
membangun PT. Lonsum Bagerpang Estate dengan kapasitas olah 50 Ton/jam.
Untuk menjaga kualitas dan kuantitas dari produk yang menjadi andalan,
Lonsum memiliki pusat penelitian dan pengembangan sendiri yang dinamakan
Sumatra Bioscience yang terletak di Simalungun. Sumatra Bioscience Bah Lias
Research Station (BLRS Lonsum) didukung oleh staff ahli pemuliaan yang
professional dan berpengalaman.
PT. Lonsum Bagerpang Estate terletak di desa Batu Lokong kecamatan
Galang Kabupaten Deli Serdang dan berjarak 35 Km darikota Medan Sumatera
beroperasi pada tanggal 09 Juli 2003 dengan kapasitas olah 50 ton/jam dan tingkat
Extraction/Rendemen Oil 24 % dan Kernel 6 %.
2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha
Ruang lingkup bidang usaha yang terdapat pada PT. Lonsum Bagerpang
Estate, meliputi penaganan bahan baku, proses produksi dan penanganan limbah.
Adapun bahan baku yang digunakan untuk melakukan proses produksi adalah
buah sawit yang berasal dari perkebunan yang merupakan milik dari perusahaan
sendiri.
Untuk proses produksi dilakukan mulai dari penimbangan buah tandan
segar (BTS) pada stasiun timbangan sampai kepada pemisahan antara air, minyak
sawit dan biji kelapa sawit. Produk dari pada perusahaan ini adalah minyak kelapa
sawit yang disebut dengan Crude Palm Oil (CPO) dan kernel. Sementara untuk
penanganan limbah, perusahaan melakukan panampungan terhadap limbah cair
dan memberikan senyawa penetralisir yaitu bakteri.
2.3. Organisasi dan Manajemen 2.3.1. Struktur Organisasi
Struktur organisasi perusahaan dibentuk oleh sekelompok orang untuk
bekerjasama dalam mencapai suatu atau beberapa tujuan perusahaan yang sudah
ditetapkan sebelumnya. Struktur organisasi merupakan gambaran secara skematis
kerja sama diantara departemen, bagian-bagian, posisi-posisi, atau orang-orang
yang menggerakkan organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Struktur organisasi yang baik adalah setiap karyawan (staf dan tenaga
kerja) dapat melihat ke seluruh sistem birokrasi untuk setiap departemen dengan
jelas, terperinci dan mudah dimengerti, sehingga setiap karyawan dapat
mengetahui kepada siapa dan bagaimana ia melaporkan aktifitas kerjanya. Atau
apabila ada masalah yang belum pernah dihadapi harus dapat dengan cepat dan
tepat melaporkan kepada siapa yang berwenang. Struktur perusahaan yang baik
juga diharapkan bersifat fleksible dalam arti idup berkembang bergerak sesuai
dengan kondisi yang dihadapi perusahaan serta mampu mengarahkan orang-orang
yang berada di dalam perusahaan kepada keadaan sedemikian rupa sehingga
mereka dapat melaksanakan aktivitas dengan baik yang mendukung tercapainya
sasaran perusahaan di samping mewujudkan tujuan masing-masing departemen.
Dalam mencapai tujuannya PT. Lonsum Bagerpang Estate, menetapkan
struktur organisasi lini dan fungsional, dimana wewenang dari puncak pimpinan
dilimpahkan kepada satuan organisasi dibawahnya dalam bidang pekerjaan
tertentu. Pimpinan tiap bidang kerja atau tiap departemen berhak memberi
tanggung jawab atas tugas kepada semua pelaksanan yang ada sepanjang
menyangkut bidang kerja atau departemenya, dan tiap-tiap satuan pelaksana
kebawah memiliki wewenang dalam semua bidang kerja. Pipmpinan tertinggi
dibantu oleh biro personalia dan satuan pengawasan internal.
PT. Lonsum Bagerpang Estate merupakan salah satu cabang dari PT.PP
dilaksanakan dari pusat dan dewan redaksi yang berkedudukan di Medan-
Sumatra Utara.
Struktur organisasi PT. Lonsum Bagerpang Estate tahun 2016 dapat dilihat
pada Gambar 2.1.
MILL MANAGER
SHIFT ENGINEER KASIE
SHIFT ENGINEER
DANRU SECURITY SHITF COORDINATOR
MAINT. ENGINEER
POWER & WATER, DAILY MAINTENANCEFO
REMAN
COMPOST FOREMAN
Workers Workers Workers Workers Workers Workers Workers Workers
STRUKTUR ORGANISASI BGPOM-2016
HEAD CLERK SHIFT FOREMAN SHIFT FOREMAN LABORATORYHEAD OF
Keterangan : Lini
Fungsional
Gambar 2.1. Struktur Organisasi BGPOM-2016
2.3.2. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja
Tenaga kerja yang digunakan dalam menjalankan seluruh aktivitas kerja
dimiliki dan memenuhi kriteria yang berlaku perusahaan. Jumlah tenaga kerja
yang terdapat pada PT. Lonsum Bagerpang Estate adalah sebagai berikut:
a. Manager : 1 orang
b. Staf : 4 orang
c. Daily rate personal : 45 orang
d. Monthly rate personal : 82 orang
e. Pekerja harian lepas : 12 orang
Jam kerja yang tedapat pada perusahaan ini dibagi atas tiga bagian yaitu
1. Waktu Kerja Security
Jadwal kerja security di PT. Lonsum Bagerpang Estate dapat dilihat pada
Tabel 2.1. berikut ini:
Tabel 2.1. Waktu Kerja Security Shift Jam Kerja
I 07.00-14.00 II 14.00-22.00 III 22.00-06.00
2. Waktu Kerja Proses
Waktu kerja proses di PT. Lonsum Bagerpang Estate dapat dilihat pada Tabel
2.2. berikut ini:
Tabel 2.2. Waktu Kerja Shift Jam Kerja
3. Waktu Kerja Kantor
Jadwal kerja kantor di PT. Lonsum Bagerpang Estate dapat dilihat pada
Tabel 2.3. berikut ini:
Tabel 2.3. Waktu Kerja Kantor Jam Kerja Kantor (WIB) Keterangan
07.00 – 09.30 Kerja
09.30 – 10.00 Istirahat
10.00 – 14.30 Kerja
2.4. Standar Mutu Produk dan Bahan Produksi 2.4.1. Standar Mutu Produk
Standar mutu produk yang dihasilkan PT. Lonsum Bagerpang Estate, yaitu:
FFA CPO : < 3,00 %
Kadar air CPO : < 0,18 %
Kadar kotoran CPO : < 0,015 %
FFA Kernel : < 1,00 %
Kadar air Kernel : < 7,00 %
Kadar kotoran Kernel : < 7,00 %
Broken Kernel : 14,00 %
Bahan baku yang digunakan di PT. Lonsum Bagerpang Estate adalah
kelapa sawit yang berasal dari perkebunan kontrak dan perkebunan rakyat. Kelapa
sawit milik perkebunan rakyat termasuk dalam varietas dura dan tenera. Tenera
merupakan hasil persilangan antara dura dengan pesifera. Berdasarkan ketebalan
cangkang dan daging buah varietas dura dan tenera dapat dibedakan. Dura
memiliki tebal cangkang 2-8 mm, tidak terdapat lingkaran serabut pada bagian
luar cangkang, daging buah realtif tipis 35-50 % terhadap buah, inti besar dan
rendemen minyak 16-18 %. Sedangkan tenera memiliki tebal cangkang sangat
tipis 0,5-4 mm, daging buah sangat tebal 60-96 %, terdapat lingkaran serabut
disekeliling cangkang, dan rendemen minyak 22-24 %.
Standar operasional prosedur FFB Grading yang ditetapkan PT. PP.
Lonsum Bagerpang POM diuraikan sebagai berikut:
1. Tujuan
a. Untuk mengontrol kualitas TBS yang masuk ke pabrik yang dinilai dari
segi kematangan, persentase (%) brondolan, tangkai panjang, kesegaran,
dan kontaminasi.
b. Untuk memberikan estimasi mutu rata-rata TBS.
2. Prosedur Kerja
a. Truk yang akan digrading dibongkar di lantai loading ramp. Rincian truk
tersebut dan asal muatan diambil dari catatan timbangan dan dicatat pada
form grading.
b. Buah dituang di lantai loading ramp dan diacak 100 tandan untuk grading
sudut kiri/kanan dan depan/belakang truk, total 100 tandan. Adapun
standard kematangan dan kualitas buah yang diterima pabrik adalah
sebagai berikut:
1) Standard kematangan dan kualitas buah inti/plasma
1. Buah mentah/unripe : 0%
2. Buah mengkal/underripe : < 2%
3. Buah masak/ripe : > 95%
4. Buah lewat masak/overripe : < 3%
5. Buah busuk/rotten : 0 %
6. Janjang kosong/empty bunch : 0 %
7. Tangkai panjang/long stalk : 0 %
8. Sampah/debris : < 0,5%
9. Buah dimakan tikus/pet attack : < 1%
10.Buah restan : 0%
11.Brondolan/loose fruit : > 12%
Catatan:
Kematangan buah nomor 1 sampai dengan 6, kualitas buah nomor 7
sampai dengan 11.
2) Standard sortasi buah
1. OER buah dura yang masak hanya di 16-17% rata-rata.
3. Tandan yang tidak boleh diterima: hitam/mentah, buah pasir
<4kg, tandan parthanocarpic, tandan kosong, tandan busuk, buah
landak, tandan sakit, buah cincang.
4. Warna mesocarp buah yang diterima harus minimal orange
merah, mesocarp warna kuning pucat ditolak.
3) Kriteria buah sawit
Kriteria buah sawit menurut ketentuan PT. Lonsum Bagerpang Estate
diuraikan pada Tabel 2.4.
Tabel 2.4. Kriteria Buah Sawit Menurut Ketentuan PT. Lonsum Bagerpang Estate
No Kriteria Buah Ciri-ciri
1. Buah mentah/unripe Warna orange hijau dan belum berondol.
2. Buah mengkal/underripe Warna orange tapi masih ada hijau dan sudah berondol < 5 %.
3. Buah masak/ripe Warna orange dan sudah berondol > 5 biji.
4. Buah lewat masak/overripe Janjangan dengan lebih dari 50% tetapi kurang dari 90% total berondolan jatuh.
5. Buah busuk/rotten Janjangan yang sudah hitam dan bau busuk, atau buah restan > 48 jam dari panen.
6. Janjang kosong/empty bunch Janjangan dengan total brondolan yang lepas lebih dari 90% tetapi masih segar tangkainya.
7. Tangkai panjang/long stalk Janjangan dengan tangkai > 2,5 cm, tangkai standard biasanya potongan tangkainya berbentuk V
8. Sampah/debris Selain dari bagian dari buah sawit seperti tanah, pasir, dan lain-lain.
9. Buah dimakan tikus/pest attack
Tandan sawit yang lebih dari 5 biji brondolannya dimakan tikus.
10. Buah restan/overnight Janjangan yang > 24 jam sejak panen, dengan tangkai kering, dan banyak berondolan yang lepas. 11. Brondolan/loose fruit Buah yang sudah lepas dari janjangan
c. Lakukan pengecekan kematangan terhadap 100 buah tersebut sesuai
dengan kriteria buah di atas. Sampah, tandan mentah, hitam, kosong dan
sakit harus dikembalikan ke supplier.
d. Pengecekan persen brondolan/TBS dihitung dari berat brondolan dan berat
truk yang diperoleh dari catatan timbangan.
e. Pengecekan persen brondolan busuk dengan cara ambil sekitar 5 kg
brondolan secara random dengan menggunakan sekop, kemudian sampel
dibagi menjadi 4 dan ambil satu bagian dan hitung jumlah brondolannya
dimana brondolan busuk (brondolan yang sudah berwarna hitam, kering
dan tanpa kandungan CPO di mesocarp) dihitung dengan rumus:
Persentase (%) Brondolan Busuk = Jumlah Brondolan Busuk/Jumlah Total Brondolan yang Dihitung
f. Jika buah tidak memenuhi syarat diatas maka dikembalikan ke supplier.
g. Petugas sortasi mengisi blanko berita acara (F/MNA-POM-10-002)
berdasarkan hasil sortiran untuk disampaikan ke petugas timbangan.
Bahan penolong yang digunakan di PT. Lonsum Bagerpang Estate adalah
air dan Kalsium Karbonat (CaCO3). Penggunaan air yang tinggi menyebabkan
pemilihan lokasi pembangunan pabrik selalu dicari yang potensi airnya cukup
memadai. Air sangat diperlukan untuk proses pengolahan sebagai sumber uap dan
air panas. Fungsi utama uap yang dihasilkan di boiler digunakan sebagai
pembangkit listrik, proses perebusan, dan proses pelumatan. Fungsi utama air
Karbonat digunakan untuk memisahkan inti sawit dari cangkang dengan
memanfaatkan perbedaan berat jenis di claybath.
2.5. Proses Produksi
Proses pengolahan kelapa sawit menjadi minyak sawit kasar dan inti sawit
di PT. Lonsum Bagerpang Estate secara garis besar dibagi atas 6 tahapan
produksi, yaitu: penerimaan buah, perebusan, pembantingan, pelumatan dan
pengepresan, pengolahan biji dan pemurnian minyak sawit.
2.5.1. Penerimaan Buah
Hasil pemanenan tandan buah sawit (TBS) dari perkebunan rakyat dan
supplier diangkut ke pabrik dengan menggunakan truk. kemudian dilakukan
penimbangan untuk mengetahui jumlah TBS yang diterima. Penimbangan
dilakukan dengan menggunakan jembatan timbang. Berat bersih TBS yang
diterima didapat dengan menghitung selisih antara berat truk beserta isinya
dengan berat truk dalam keadaan kosong. Kemudian TBS dibawa ke stasiun
sortasi. TBS disortir untuk mengetahui kematangan buah. Hal ini dilakukan
karena buah milik perkebunan rakyat memiliki varietas dan tingkat kematangan
yang berbeda-beda.
Standar operasional prosedur cara penerimaan TBS yang ditetapkan PT.
Lonsum Bagerpang Estate mengacu pada ISO 9001:2000 dan ISO 14001:2004
diuraikan sebagai berikut:
Untuk menjamin kualitas TBS diterima di PKS, dan tidak ada kontaminasi
dengan barang/benda yang lain, serta untuk menjamin bahwa TBS tersebut
diproses scera efisien agar mutu CPO tetap tinggi.
b. Tanggung Jawab
Petugas Security, Petugas Weightbridge, Asisten Supervisor Weightbridge,
Petugas Sortasi, Asisten Supervisor Sortasi, Asisten Mill Manager, dan Mill
Manager.
c. Prosedur
Prosedur penerimaan TBS diuraikan pada Tabel 2.5.
Tabel 2.5. Standar Operasional Prosedur Cara Penerimaan TBS yang Ditetapkan PT. Lonsum Bagerpang Estate
No Work Process Pelaksana
1. Supir Truk melaporkan Surat Pengantar TBS (F/MNA-POM-10-001) di Pos I selanjutnya sopir truk arahkan mobil ke areal parker.
Security
2. Sopir menyerahkan Surat Pengantar TBS ke posko security (Posko Mill)
3. Petugas security memeriksa kondisi segel/locis untuk buah
pekebun atau buah kontrak yang ada segel. Security 4. Apabila didapati kondisi segel/locis rusak atau tidak ada,
dilapor segera kepada Supervisor Weightbridge/Asisten Mill Manager/Mill Manager.
Security
5. Petugas Weightbridge menunggu informasi dari petugas sortasi untuk mengatur masuknya mobil truk TBS dari buah kontrak maupun TBS luar.
Operator Weightbridge
6. Atas informasi dari petugas sortase, petugas Weightbridge memasukkan mobil truk TBS untuk ditimbang, dan petugas Weightbridge menimbang berat brutto mobil truk sesuai dengan DO (Delivery Order), plat mobil dari Surat Pengantar Buah (F/MNA-POM-10-001) terlampir.
Operator Weightbridge
derajat kematangan TBS dari fraksi 00 (sangat mentah) sampai fraksi V (sangat matang).
8. Selesai pembongkaran, petugas sortasi memberikan form Berita Acara Sortase (F/MNA-POM-10-002) sesuai dengan kriteria buah, untuk diberikan kepada petugas timbangan.
Supervisor Sortasi
9. Petugas weightbridge menimbang tarra mobil dan berat netto TBS serta memasukkan data-data yang diperlukan lainnya, jika ada pemulangan sejumlah TBS yang tertulis dalam Berita Acara (F/MNA-POM-10-002) sortasi maka petugas weightbridge menuliskan keterangan tersebut pada kolom description di WEIGHT BRIDGE SLIP. Petugas weightbridge harus memastikan tidak ada selisih tarra mobil yang terlalu besar, kecuali ada pemulangan sejumlah TBS yang tertulis dalam Berita Acara sortasi.
Supervisor Sortasi
Tabel 2.5. Standar Operasional Prosedur Cara Penerimaan TBS yang Ditetapkan PT. Lonsum Bagerpang Estate (Lanjutan)
No Work Process Pelaksana
10. Kemudian, petugas weightbridge tersebut memberikan hasil print out timbangan (FRM-MNA-003) warna putih serta SPB ke supplier (sopir).
Operator weightbridge
11. Jika penerimaan TBS telah selesai maka petugas weightbridge mencetak FFB Grading Report dan Laporan Harian TBS yang masuk (LA).
Operator weightbridge
12. Petugas weightbridge juga membuat Rekap Penerimaan TBS (F/MNA-POM-10-003) setiap hari.
Operator weightbridge 13. Setiap bulan ppetugas weightbridge membuat Total rekap
Penerimaan TBS (LA I) (F/MNA-POM-10-008)
Operator weightbridge 14. Apabila pabrik mengalami stagnasi yang dapat
menyebabkan Loading ramp tidak dapat menampung TBS yang datang, segera menghubungi bagian operasional (pembelian TBS) untuk mengurangi masuknya TBS dari supplier.
Operator weightbridge
15. TBS dan brondolan yang tumpah harus segera dikumpul dan dimasukkan ke dalam Loading ramp untuk menghindari terlindas oleh truk.
Operator weightbridge
16. TBS tidak boleh ada di luar loading ramp kecuali untuk sampel sortiran dan setelah selesai disaksikan harus segera dimasukkan ke Loading ramp.
Operator weightbridge
Standar operasional prosedur sortasi buah yang ditetapkan PT. Lonsum
Bagerpang Estate diuraikan sebagai berikut:
1. Tujuan
Untuk memastikan bahwa Tandan Buah Segar (TBS) yang diterima oleh PKS
sesuai dengan kriteria untuk dapat mendapatkan mutu CPO dan PK yang telah
ditetapkan.
2. Tanggung Jawab
Petugas sortasi, Foreman sortasi, Asisten Supervisor Sortasi, Supervisor
Sortasi, Asisten Mill Manager, dan Mill Manager.
3. Prosedur
a. Petugas sortase mengatur mobil yang akan dibongkar pada loading ramp
yang kosong.
b. Mengambil SPB yang dibawa oleh sopir dan mencatat nomor polisi, asal
TBS, dan mengestimasikan brutto, tarra, netto, serta jumlah tandan.
c. Setelah dapat estimasi netto kemudian ditentukan Berat Janjang Rata-rata
dan jumlah tandan dicocokkan dengan yang tercantum pada Surat
Pengantar TBS, seandainya tidak cocok anggota sortasi berhak untuk
merubahnya.
d. Lakukan pemisahan untuk mengetahui jumlah tandan yang disortir seperti:
1) Buah mentah
2) Buah mengkal
5) Buah jantan
6) Buah abnormal
7) Buah busuk
8) Persentase sampah dan air
e. Petugas sortasi mengisi blankon Berita Acara Sortasi (FRM-MNA-002)
berdasarkan hasil sortiran untuk disampaikan ke petugas timbangan.
f. Apabila ada buah yang bermasalah/dikembalikan maka petugas sortasi
mencatat di Berita Acara Sortasi yang ditandatangani oleh Supervisor
Sortasi, Asisten Mill Manager/Mill Manager dan sopir/supplier.
g. Setiap kali mobil siap bongkar, petugas sortasi membersihkan semua
berondolan atau TBS yang berceceran.
h. Petugas harus menjamin bahwa tugasnya dilaksanakan secara penuh
perhatian terhadap K3.
i. Peralatan K3 yang sesuai (helm, sepatu safety) harus dipakai.
j. Petugas sortasi harus memastikan bahwa tidak ada tukang bongkar yang
bergantungan pada truk yang telah dibongkar saat menuju ke timbangan.
k. Pada setiap saat petugas sortasi mempertimbangkan dampak negatif
terhadap lingkungan hidup yang ditimbulkan oleh kegiatan:
1) Emisi udara
2) Mengumpulkan sampah plastik dan karung bekas
3) Membersihkan ceceran oli dari truk dengan menggunakan pasir.
Selesai disortir, TBS kemudian dimasukkan ke dalam loading ramp
loading ramp dibuat dari plate baja dengan kemiringan 270 dan mempunyai 52
pintu. Pintu dari setiap ruangan dibuka secara mekanis dengan menggunakan
tenaga hidrolik. Adapun cara kerja pengisian lori adalah:
1. Pintu loading ramp dibuka satu persatu supaya TBS dapat masuk ke dalam
lori. Satu unit lori berkapasitas sekitar 10,5 mt TBS.
2. Lori yang sudah penuh ditarik dan diposisikan dengan menggunakan capstan,
sling belt, transfer carriage, canti lever dan loader ke dalam sterilizer.
2.5.2. Perebusan ( Sterilizing)
Perebusan dilakukan dengan menggunakan Sterilizer. Sterilizer adalah
bejana uap tekan untuk merebus TBS dengan menggunakan uap dari BPV (Back
Pressure Vessel).
2.5.3. Pembantingan (Threshing)
Pembantingan bertujuan untuk melepaskan buah dari tandan (bunch).
Pembantingan dilakukan dengan menggunakan 3 unit thresher.
2.5.4. Pelumatan (Digesting) dan Pengepresan (Pressing)
Pelumatan (digesting) bertujuan untuk melumatkan buah hingga hancur dan
terpisah dari biji (nut). Sedangkan pengepresan (pressing) bertujuan untuk
2.5.5. Pengolahan Biji (Kernel Plant)
Pengolahan biji bertujuan untuk memperoleh inti sawit yang sesuai dengan
standar mutu produk yang ditetapkan. Pengolahan biji terdiri dari beberapa proses
sebagai berikut:
1. Penguraian cake
Penguraian cake bertujuan untuk memudahkan pemisahan biji dari serat.
Penguraian cake dilakukan dengan menggunakan cake breaker conveyor.
2. Pemisahan biji dari serat dan kotoran
Pemisahan biji dari serat dilakukan dengan menggunakan depericarper.
Depericarper berfungsi untuk memisahkan biji dari serat.
3. Pengeraman biji
Pengeraman bertujuan untuk mengurangi kadar air agar inti sawit mudah
terlepas dari cangkangnya. Prinsip kerja nut silo adalah menggunakan udara
panas dialirkan melalui elemen panas untuk mengurangi kadar air.
4. Pemecahan biji
Pemecahan biji dilakukan dengan menggunakan ripple mill. Pemecahan biji
bertujuan untuk memisahkan inti sawit dari cangkang. Ripple mill terdiri dari
rotaring rotor dan stationary plate (ripple pad). Rotating rotor berfungsi
sebagai alat pemecah, sedangkan stationary plate berfungsi sebagai landasan
biji.
Pemisahan inti sawit dari cangkang dilakukan dengan menggunakan Light
Tenera Dust Separating (LTDS). Inti sawit dan cangkang dari ripple mill
diangkut dengan cracked mixture elevator ke LTDS. Di LTDS inti sawit,
cangkang ringan dan kotoran seperti debu dipisahkan berdasarkan berat jenis
dengan menggunakan daya hembusan LTDS fan.
6. Pemisahan inti sawit dari cangkang pecah
Pemisahan inti sawit dari pecahan cangkang dilakukan dengan menggunakan
claybath. Prinsip kerja claybath adalah menggunakan kalsium karbonat
(CaCO3) dan pelarut air untuk memisahkan inti sawit dari pecahan cangkang
berdasarkan perbedaan berat jenis.
7. Pengeringan Kernel
Pengeringan inti sawit dilakukan di kernel silo. Prinsip kerja kernel silo adalah
menghembuskan udara panas ke dalam silo dengan menggunakan fan.
Temperatur udara yang dihembuskan ke bagian atas, tengah dan bawah silo
berbeda-beda.
2.5.6. Pemurnian Minyak (Clarification)
Pemurnian minyak bertujuan untuk memperoleh minyak sawit kasar yang
sesuai dengan standar mutu produk yang ditetapkan. Pemurnian minyak terdiri
dari beberapa proses sebagai berikut:
1. Pemisahan minyak dari sludge dan pasir
silinder yang pada bagian dasarnya berbentuk kerucut. Fungsinya untuk
mengendapkan pasir dan sludge yang terkandung di dalam minyak kasar.
2. Penyaringan minyak
Penyaringan minyak dilakukan dengan menggunakan vibrating screen.
Fungsinya adalah untuk menyaring kotoran-kotoran berupa serat-serat atau
kotoran lainnya dari minyak.
3. Pemanasan minyak
Pemanasan minyak bertujuan untuk memudahkan proses pemisahan di sand
cyclone dan mengendapkan kotoran. Pemanasan minyak dilakukan dengan
menggunakan tangki minyak kasar (crude oil tank).
4. Pemisahan minyak dari partikel padat
Minyak dari partikel padat dilakukan dengan menggunakan sand cyclone dan
decanter. Cara kerja sand cyclone adalah menggunakan prinsip gaya
sentrifugal dan tekanan rendah karena adanya perputaran untuk memisahkan
materi berdasarkan perbedaan massa jenis, ukuran, dan bentuk.
5. Pemurnian minyak
Input dari pemurnian minyak ini adalah minyak yang dialirkan ke oil tank
yang merupakan hasil pengendapan di reclaimed tank 1 dan 2. Pemurnian
minyak dilakukan dengan menggunakan oil purifier dengan tujuan untuk
mengurangi kadar air hingga 0,3-0,4% , kadar kotoran hingga 0,01-0,15% dan
6. Pengeringan minyak
Pengeringan minyak dilakukan dengan menggunakan vacum dryer. Vacum
dryer berfungsi untuk mengurangi kadar air hingga 0,1-0,15% dan kadar
kotoran hingga 0,013-0,015%.
7. Penampungan minyak sawit kasar (CPO)
Penampungan minyak sawit kasar (CPO) sebelum pengiriman ke Departemen
Refinery dilakukan di storage tank (ST). CPO harus selalu dipanaskan dengan
xcara dipasang pipa pemanas dengan uap dan temperatur di dalamnya diatur
50-550C agar minyak tidak membeku dan untuk menghindarkan kenaikan
kadar FFA.
8. Penampungan sludge
Penampungan sludge hasil pemisahan dan endapan di stasiun klarifikasi
ditampung di sludge pit. Sludge ini akan dialirkan ke fat pit untuk diendapkan.
9. Pengambilan minyak kembali
Penampungan ini bertujuan untuk mengambil minyak kembali karena kadar