• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Dari Ritual ke Pasar: Pergeseran Makna Saguer pada Masyarakat Halmahera Utara (Studi Kasus pada Masyarakat Desa Gossoma, Halmahera Utara) T1 BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Dari Ritual ke Pasar: Pergeseran Makna Saguer pada Masyarakat Halmahera Utara (Studi Kasus pada Masyarakat Desa Gossoma, Halmahera Utara) T1 BAB IV"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

42 BAB IV

GAMBARAN UMUM PENELITIAN

4.1 Sekilas tentang Halmahera Utara

Diambil dari situs resmi Pemerintah Kabupaten Halmahera Utara, wilayah Kabupaten Halmahera Utara terletak antara 1057 Lintang Utara - 3000’ Lintang Selatan dan 127017’ Bujur Timur - 129008’ Bujur Timur. Kabupaten Halmahera Utara berbatasan dengan :

a. Sebelah Utara dengan Kab. Pulau Morotai dan Samudra Pasifik b. Sebelah Selatan dengan Kec. Jailolo Selatan Kab. Halmahera Barat c. Sebelah Timur dengan Kec. Wasilei Kab. Halmahera Timur

d. Sebelah Barat dengan Kec. Loloda, Sahu, Ibu, Jailolo Kab. Halmahera Barat Sebagaimana umumnya daerah Maluku Utara didominasi wilayah laut, Kabupaten Halmahera Utara sangat dipengaruhi oleh iklim laut karena mempunyai tipe iklim tropis yang terdiri dari dua musim (Utara-Barat dan Timur-Selatan) yang sering diselingi dengan dua kali masa pancaroba di setiap tahunnya.

(2)

43 Gambar 4.1

Peta Kabupaten Halmahera Utara

Sumber : Bappeda Halmahera Utara, 2013

4.2 Sekilas Tentang Kecamatan Tobelo

Tobelo merupakan ibukota dari Kabupaten Halmahera Utara Provinsi Maluku Utara, dan letaknya di sebelah utara pulau Halmahera, yang diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri tanggal, 31 Mei 2003 di Ternate berdasarkan Undang-Undang Nomor: 1 tahun 2003.

Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti bahwa masyarakat Tobelo adalah masyarakat yang mempunyai latar belakang sosial, ekonomi, tradisi, agama dan budaya yang beraneka ragam serta selalu mempunyai pandangan ataupun pemahaman yang berbeda. Perbedaan yang ada tidak menjadi suatu hambatan bagi masyarakat Tobelo untuk melestarikan budaya yang ada dalam kehidupan masyarakat tersebut.

(3)

44

Budaya merupakan simbol dari suatu kelompok salah satu contoh yaitu budaya Rumah Adat Hibua Lamo yang ada di Kecamatan Tobelo. Rumah-rumah adat di Indonesia pada umumnya merupakan salah satu bentuk perwujudan pandangan hidup suatu komunitas etnis. Desain arsitektur, ornamen-ornamen eksterior maupun interior, warna-warni merupakan simbol-simbol yang mempunyai makna-makna tertentu.

4.3 Sekilas Tentang Desa Gossoma

Menurut Instrumen Pendataan Pemerintah Kabupaten Halmahera Utara, Desa Gossoma terletak di Kecamatan Tobelo, Kabupaten Halmahera Utara dengan luas wilayah 6,39 km2. Memiliki jumlah penduduk 5.304 jiwa. Keadaan waktu musim kemarau Bulan Januari hingga Juni dan musim penghujan Bulan Juli hingga Desember. Dari data tersebut kepadatan Penduduk Desa Gosoma adalah 8/hektar, artinya tingkat kepadatan tergolong rendah. Curah hujan termasuk dalam keadaan normal.

(4)

45 Tabel 4.1

Distribusi Penduduk Desa Gosoma Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia

No Kelompok Umur Laki-Laki Perempuan Jumlah Persentase %

1 0-12 Bulan 211 194 403 7,60

Sumber: Pendataan Pemerintah Kabupaten Halmahera Utara Kecamatan Tobelo Ta. 2013, diolah.

Data tersebut menunjukkan bahwa distribusi angkatan kerja nampak pada usia 16-55 tahun dan pada rentang usia tersebut adalah jumlah yang sangat besar yang berdampak pada ketersediaan lapangan kerja. Hal ini mengindikasikan peluang yang cukup besar Desa Gosoma dalam meningkatkan pertumbuhan produktifitas masyakaratnya. Total jumlah kepala keluarga sebanyak 1411 KK. Peranan banyaknya keluarga ini dapat menggambarkan peranan keluarga yang didasari oleh harapan danpola perilaku di dalam masyarakat.

(5)

46 Tabel 4.2

Distribusi Penduduk Desa Gosoma Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2013

No. Rentang Usia / Pendidikan Jumlah Prosentase (%)

1. Tamat SD / sederajat 1185 20,08

2. SMP / sederajat 1598 27,08

3. SMA / sederajat 2689 45,58

4. Diploma 79 1,34

5. S1 338 5,73

6. S2 11 0,19

Jumlah 5304 100

Sumber: Pendataan Pemerintah Kabupaten Halmahera Utara Kecamatan Tobelo Ta. 2013, diolah.

(6)

47 Tabel 4.3

Disrtribusi Jumlah Penduduk Desa Gosoma Menurut Mata Pencaharian Tahun 2013

Sumber: Pendataan Pemerintah Kabupaten Halmahera Utara Kecamatan Tobelo Ta. 2013, , diolah.

Dari tabel 4.3 diatas mayoritas Penduduk Desa Gosoma berprofesi sebagai petani. Hal ini tidak terlepas dari banyaknya Pohon Seho yang tumbuh alami di Desa Gosoma.

Tabel 4.4

Distribusi Penduduk Menurut Etnis di Desa Gosoma Tahun 2013

No. Nama Etnis Jumlah Prosentase (%)

Sumber: Pendataan Pemerintah Kabupaten Halmahera Utara Kecamatan Tobelo Ta. 2013, diolah.

(7)

48

menghasilkan pola kehidupan dari beragam etnis yang berbeda di Halmahera Utara.

4.4. Sistem Sosial-Budaya di Halmahera Utara

Halmahera Utara memiliki potensi budaya dari berbagai suku dan agama. Karena penduduk di daerah ini sudah berasimilasi dengan suku-suku yang ada di Indonesia. Sehingga daerah ini disebut dengan daerah yang memiliki budaya supra etnis. Hal ini dapat dibuktikan diberbagai sektor, baik sebagai tenaga organik pada kantor pemerintahan atau sebagai pimpinan di instansi pemerintah, politisi, juga sebagai pemimpin organisasi dan juga sebagai tenaga pendidik ataupun tokoh agama.

Masyarakat Halmahera Utara memiliki budaya yang sudah ada ratusan tahun dan sampai saat ini masih terjaga kelestariannya sebagai nilai-nilai budaya yang filosofis. Nilai-nilai budaya ini menjadi sebuah tatanan atau tradisi yang tetap dipertahankan. Baik secara seremonial ataupun secara resmi. Hibualamo sebagai rumah adat atau wadah yang diabadikan oleh masyarakat Halmahera Utara. Hibualamo menurut legenda merupakan sebuah rumah besar yang dihuni oleh keluarga besar penghuni negeri yang terhimpun dalam 10 suku dan tersebar di seluruh daratan Halmahera, Pulau Morotai dan Loloda.

Gambar 4.2

(8)

49

Budaya Halmahera Utara adalah budaya yang religius dan dinamis dan selau berpijak pada dasar budaya yang heterogen. Hal ini memperjelas sikap hidup yang mengutamakan kebersamaan dalam perbedaan.

4.5. Minuman Tradisional Saguer

4.5.1. Proses Produksi Saguer di Halmahera Utara

Saguer terbuat dari pohon seho atau aren dengan cara tangkai bunga pohon seho atau aren yang sebesar tangan orang dewasa, dibersihkan dan dipukul-pukul selama beberapa hari lalu dipotong. Dari potongan ini akan keluar getah warna putih susu yang menetes dengan cepat hingga perlu tempat penampungan yang ukuran seruas bambu. Cairan warna putih inilah yang dinamakan Saguer. Proses pembuatan saguer dapat dilihat pada Gambar 4.3 Berikut:

(9)

50

Gambar 4.4

Proses Pengambilan Air Saguer dari Pohon Seho

Gambar 4.5

Minuman Saguer Berwarna Putih

(10)

51

pisau (untuk memotong tunas pohon seho), wadah bambu (untuk tempat air nira), bangkol (untuk membawa wadah bambu ke atas pohon seho), tali/sabuk (untuk mengikat bangkol), obat gula (bahan pengawet air nira) dan air kapur (dari bahan alami). Orang yang naik mengambil air nira adalah produsen Saguer yang telah berpengalaman hal ini dikarenakan orang tersebut sangat pandai memilih kemekaran bunga jantan pohon seho. Hal lain adalah orang yang mampu mengolah Saguer dengan rasa yang enak adalah orang yang mampu menjaga higienitas alat, bahan sintetis, mampu rutin menjaga bambu di pohon seho dari debu dan semut.

4.5.2. Distribusi Saguer di Desa Gosoma

Distribusi minuman Saguer di Desa Gosoma Kecamatan Tobelo umumnya masih sederhana, pembeli mendatangi langsung penjual. Jika pembeli membutuhkan kuantitas yang cukup banyak, misalnya untuk acara panen dan pernikahan biasanya mereka langsung memesan kepada pembuat. Dengan adanya teknologi komunikasi maka penjualan dan pemesanan biasa dilakukan melalui media handphone. Hal ini dikarenakan minuman saguer belum dikelola secara bisnis besar seperti perusahaan minuman bermerek.

Produsen Saguer di Desa Gosoma dengan modal ekonomi terbatas belum mampu mengembangkan sistem organisasi penjualan secara langsung. Para distributor Saguer lebih efektif menjual dalam kuantitas yang besar. Para distributor Saguer di Desa Gosoma sangat pandai mengumpulkan informasi tentang kebutuhan konsumen dalam membantu merencanakan penjulan mereka, seperti di mana ada tempat perkumpulan warga dan jadwal acara-acara adat. Secara umum terdapat tiga saluran distribusi Saguer yakni:

1. Produsen – Konsumen

(11)

52 2. Produsen – Penjual – Konsumen

Produsen Saguer hanya melayani penjualan dalam jumlah yang besar saja kepada konsumen (misalnya ketika hendak diadakan acara adat atau perkawinan).

3. Produsen – Penyalur – Penjual - Konsumen

Di dalam saluran ini, produsen memilih penyalur sebagai agen distributor hasil produknya. Produsen menjalankan kegiatan perdagangan dalam skala besar di saluran distribusi yang dibangun dari kerja sama. Sasaran penjualannya ditujukan kepada pengecer minuman di Desa Gosoma.

Gambar 4.6

Arena Konsumsi Saguer di Halmahera Utara

4.6 Saguer dalam Masyarakat Halmahera Utara

4.6.1 Makna Budaya Saguer Dulu dan Sekarang

(12)

53

dalam iringan musik Yangere, musik ini dimainkan secara kelompok dengan menggunakan alat musik tradisional kaste (bass tradisional) dan jup (gitar berukuran kecil). Oleh masyarakat setempat musik Yangere biasanya dimainkan dalam rangka menyambut event tertentu dengan cara membawanya berkeliling dari rumah ke rumah.

Kini hampir sebagaian besar masyarakat Desa Gosoma lebih banyak menkonsumsi Cap Tikus daripada Saguer. Ketika dalam acara tersebut biasanya minuman Cap Tikus juga beredar sehingga nilai-nilai asli Saguer yaitu sebagai simbol pengantin laki-laki menjadi bergeser dan kurang nampak. Perilaku masyarakat yang menkonsumsi Cap Tikus membuktikan bahwa faktor budaya dan tradisi mulai terbentuk dalam kehidupan masyarakat Desa Gosoma, hal ini dapat dimulai dari keluarga sebagai unit terkecil masyarakat dalam membentuk perilaku (Imelda, 2010). Masalah pergeseran aspek budaya ini juga tak lepas dari saluran distribusi yang sangat determinan dari perkembangan minuman Cap Tikus yang ada.

4.6.2 Makna Sosial Saguer Dulu dan Sekarang (Menjadi Cap Tikus)

Upacara Pesta Padi Baru ini bermaksud untuk memberikan persembahan berupa hasil panen masyarakat adat kepada Gomanga. Hoana Pagumengenal Gomanga sebagai leluhur yang memberikan hasil panen yang baik. Upacara ini di iringi dengan doa-doa sebagai ucapan syukur dan meminta hasil panen yang baik di musim depan. Setelah persembahan kepada leluhur diberikan, dimulailah acara makan bersama. Makanan yang disajikan beragam sesuai dengan hasil masyarakat seperti beras, sagu, ubi-ubian, ikan, kerang dan aneka macam sayuran. Minuman yang disajikan saat itu ialah saguer. Upacara ini juga di isi dengan tarian adat seperti cakalele, tide-tide dam iringan musik yangere.

(13)

54

Kini pro kontra tentang pergesaran Saguer dan Cap Tikus masih terjadi di Desa Gosoma. Masyarakat masih membutuhkan sosialisasi tentang dampak buruk dari menkonsumsi Cap Tikus. Cap Tikus lebih banyak dampak buruk daripada Saguer. Namun ketika Saguer dan Cap Tikus beredar bersama di Desa Gosoma, masyarakat juga perlu lebih memahami bahwa tidak menkonsumsi Cap Tikus bukan berarti mereka tidak memiliki minuman perekat nilai sosial. Masyarakat terutama anak muda perlu lebih mengetahui kembali tentang minuman Saguer (Sendow, 2015).

4.6.3 Makna Simbolik Saguer Dulu dan Sekarang

Selain itu, saguer sebagai simbol adat juga dapat di temui pada beberapa nilai kearifan lokal yang masih dipegang sampai saat ini sebagai pedoman hidup masyarakat Tobelo seperti O’Leleani (artinya Melayani)

dan O’Doomu (artinya Bersekutu). O’Leleani merupakan pedoman hidup masyarakat Tobelo yang mengedepankan pelayanan dan kesederhanaan dengan tidak eksploitatif yang berlebihan terhadap hasil alam.

Masyarakat Tobelo yang masih memegang teguh nilai O’Leleani

percaya bahwa alam merupakan sahabat yang selalu memenuhi kebutuhan mereka seperti makan dari alam (sagu) dan minum dari alam (saguer). Alam yang merupakan sahabat mereka inilah sehingga sikap egalitarian yaitu sikap bahwa semua manusia memiliki kedudukan yang sama dan kesederhanaan dengan tidak eksploitatif dengan memanfaatkan hasil alam secara berlebihan demi menjaga alam menjadi pedoman hidup masyarakat Tobelo.

(14)

55 Gambar 4.7

Masyarakat Desa Gosoma Kecamatan Tobelo Berkumpul Mengkonsumsi Minuman Saguer dan Cap Tikus

Gambar 4.8 Minuman Saguer Murni

Gambar 4.9

(15)

56

Ada empat versi simbolik Cap Tikus, yaitu: Pertama, Cap Tikus muncul ketika pasukan marinir Belanda ditempatkan di Maluku. Karena mereka kekurangan pasokan minuman keras dari Eropa seperti: Bols dan Jenever, maka pedagang Maluku membeli minuman destilasi Saguer dari penduduk lalu dijual dalam botol dengan gambar merek seekor tikus.

Kedua, ketika pasukan rakyat Maluku berjuang melawan VOC mereka beristirahat di bawah pohon, kemudian dari pohon tersebut mengeluarkan air yang dapat menghilangkan dahaga. Pohon tersebut kemudian dipanjat hingga mereka menemukan mayang pohon tersebut ada bekas cakaran kuku tajam tikus yang ada di mayang batang pohon hingga bagian tersebut mengeluarkan air.

Gambar

Gambar 4.1 Peta Kabupaten Halmahera Utara
Tabel 4.1 Distribusi Penduduk Desa Gosoma Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia
Tabel 4.2 Distribusi Penduduk Desa Gosoma Menurut Tingkat Pendidikan Tahun
Tabel 4.4 Distribusi Penduduk Menurut Etnis di Desa Gosoma Tahun 2013
+6

Referensi

Dokumen terkait

Namun perkembangan pada periode 1990 – 1999 menjadi fungsi komersil sudah mulai muncul dalam kehidupan kesenian Dolalak khususnya Dolalak wanita, yaitu pada para

Tujuan dari penelitian ini adalah; mendeskripsikan pemahaman dan praktek nilai Hibua Lamo oleh masyarakat Desa Duma dan Desa Mamuya dalam kehidupan sehari-hari;

Dalam konteks kehidupan masyarakat di Desa Mamuya, upaya keras yang dilakukan oleh Pemerintah Desa Mamuya dalam rangka membangun kesadaran untuk hidup bersama melalui

Nilai-Nilai Hibua Lamo Sebagai Perekat Kehidupan Masyarakat Halmahera Utara Dalam Hidup Masyarakat Desa Duma dan Desa Mamuya. Dalam peri kehidupan komunal dan

Wawancara dilakukan oleh peneliti kepada Ketua Adat untuk mengetahui sejarah dan makna Saguer, produsen untuk mengetahui proses pembuatan Saguer, penjual

Para aktor Saguer menempati posisi-posisi masing-masing yang ditentukan oleh dua dimensi: pertama, menurut besarnya modal yang dimiliki; dan kedua, sesuai dengan

MAKNA TRADISI “DEKAHAN” BAGI MASYARAKAT DESA PAKEL (Studi Fenomenologi Tentang Alasan Masyarakat Melestarikan Tradisi Dekahan Dan Perilaku Sosial Yang Ada Didalamnya Pada

melakukan tradisi Sogukan , masyarakat yang belum menyelenggarakan tradisi Sogukan , dan pemerintah Desa. Pendekatan ini peneliti dapat memperoleh gambaran yang lengkap dari