• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN TEKNIS TA 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN TEKNIS TA 2014"

Copied!
245
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN TEKNIS

TA 2014

Penelitian Panel Kelautan dan Perikanan Nasional (Panelkanas) Oleh:

Andrian Ramadhan, MT Tenny Apriliani, M.Si Dr. Sonny Koeshendrajana

Maulana Firdaus, S.Pi

Cornelia Mirwantini Witomo, S.St.Pi Lindawati,S.Pi

Dr. Achmad Zamroni Istiana, M.Si

Subhechanis Saptanto, M.Si Rikrik Rahadian, ME Rizki Aprilian Wijaya, S.Pi Freshty Yulia Arthatiani, S.Pi

Nurlaili, S.Sos Riesti Riyanti, S.Si Nurhendra, S.Kom Arifa Desfamita S.Kom

Ari Suswandi, A.md Santi Astuti A.Md

BALAI BESAR PENELITIAN SOSIAL EKONOMI KELAUTAN DAN PERIKANAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 2014

(2)

I

LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PENGESAHAN

Satuan Kerja (Satker) : Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Judul Kegiatan Riset : Panelkanas dan Dinamika Nilai Tukar Perikanan Dalam Mendukung Ketahanan Pangan dan Pengentasan Kemiskinan

Status : Lanjutan

Pagu Anggaran : Rp. 453.164.000

Tahun Anggaran : 2014

Sumber Anggaran : APBN, DIPA Satker Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Tahun

Penanggung jawab kegiatan : Andrian Ramadhan, S.Pi. MT NIP. 19810703 200502 1 002

Jakarta, Desember 2014 Penanggung jawab

Andrian Ramadhan, S.Pi, MT NIP. 19810703 200502 1 002

Mengetahui/Menyetujui: Kepala Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Ir. Tukul Rameyo Adi, MT NIP. 19610210 199003 1 001

(3)

II

COPY PROPOSAL TEKNIS

COPY PROPOSAL TEKNIS

RENCANA OPERASIONAL KEGIATAN PENELITIAN

BALAI BESAR PENELITIAN SOSIAL EKONOMI KELAUTAN DAN PERIKANAN

1. JUDUL KEGIATAN : Panelkanas dan Dinamika Nilai Tukar

Perikanan Dalam Mendukung Ketahanan Pangan dan Pengentasan Kemiskinan

2. SUMBER DAN TAHUN ANGGARAN : APBN 2014

3. STATUS PENELITIAN :  Baru √ Lanjutan *)

Hasil penelitian yang diperoleh pada tahun 2013 meliputi hal-hal berikut: (1) Dinamika sosial ekonomi di pedesaan pada empat tipologi kelautan dan perikanan ; (2) nilai tukar yang terkait dengan penerimaan dan pengeluaran rumah tangga; (3) strategi peningkatan produksi perikanan skala rumah tangga; (4) strategi peningkatan pendapatan rumah tangga KP; (5) strategi terkait dengan ketahanan pangan rumah tangga KP.

4. PROGRAM :

a. Komoditas : Ikan, Udang, Rumput Laut, Garam

b. Bidang/Masalah :

- Menurut RPJM : Penanggulangan Kemiskinan

- Menurut Kebijakan KKP : Peningkatan Produksi dan Produktivitas - Menurut 7 Fokus Litbang : Prioritas Nasional diluar 7 Fokus Balitbang) c. Penelitian Pengembangan : Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

d. Manajemen Penelitian : Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi

Kelautan dan Perikanan e. IKU KKP yang direspon (beri tanda yang dipilih sesuai Tabel 2)  Pertumbuhan PDB Perikanan

Produksi KP Nilai Tukar Tingkat Konsumsi

 Jumlah kawasan Konservasi  Jumlah Pulau kecil

IUU Fishing

5. OUTPUT KEGIATAN PENELITIAN a) TARGET REKOMENDASI

YANG DIHASILKAN (JUMLAH)

b) DATA DAN INFORMASI (JUMLAH PAKET) c) JUMLAH KARYA TULIS

:

5 5 5

(4)

III

COPY PROPOSAL TEKNIS

ILMIAH (KTI)

6 PERKIRAAN TEMA REKOMENDASI

YANG DIHASILKAN : -

7. LOKASI KEGIATAN : Kota. Sibolga, Kab. Ogan Komering Ilir,

Kota. Bitung, Kab. Sambas, Kab. Sampang, Kota Malang, Kota Padang, Kab. Gresik, Kab. Sumenep, Kab. Subang, Kab. Cianjur, Kab. Purwakarta, Kab. Cirebon, Kab. Klungkung, Kab. Jeneponto, Kab. Pangkep,

8. PENELITI YANG TERLIBAT :

No N a m a Pendidikan/ Jabatan

Fungsional Disiplin Ilmu

T u g a s (Institusi) Alokasi Waktu (OB) 1 Andrian Ramadhan, MSc S2/ Peneliti

Muda Sumberdaya Ekonomi Jawab Kegiatan Penanggung 5

2 Tenny Apriliani, MSi. S2/ Peneliti

Muda Pengelolaan Pesisir Penanggung Jawab SubKegiatan

5

3 Maulana Firdaus, SPi. S1/Peneliti

Muda Ekonomi Sosial Perikanan

Penanggung Jawab SubKegiatan

5

4 Lindawati, SPi. S1/Peneliti

Muda Ekonomi Sosial Perikanan Penanggung Jawab SubKegiatan 5 5 Cornelia M. Witomo,

SPi. S1/Peneliti Muda Sumberdaya Manajemen Penanggung Jawab SubKegiatan

5

6 Dr Achmad Zamroni S3/Pendya Pengelolaan

Pesisir Anggota 3

7 Rizki A. Wijaya, SPi. S1/Non Klas Sosial Ekonomi Perikanan

Anggota 4

8 Fresthy Y. Arthatiani,

SPi. S1/Non Klas Ekonomi Sosial Perikanan

Anggota 3

9 Rikrik Rahadian, ME S2/ Peneliti

pertama Ekonomi Anggota 4

10 Istiana, MSi. S2/Pen Muda Sosiologi Anggota 4 11 Nurlaili, Ssi. S1/Peneliti

Pertama Anthropologi Anggota 3

12 Dr Sonny

Koeshendrajana S3/Pen Utama Sumberdaya Ekonomi Anggota 1

9. TUJUAN : Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan kajian-kajian generik sosial ekonomi kelautan dan perikanan, yang lebih lanjut akan digunakan untuk mendasari Penelitian yang bersifat problem

(5)

IV

COPY PROPOSAL TEKNIS

perikanan serta pengkajian-pengkajian opsi-opsi kebijakan dalam rangka pengentasan kemiskinan dan ketahanan pangan. Untuk itu kegiatan penelitian ini akan bersifat multi-years dengan menggunakan contoh wilayah pedesaan atau bahkan responden yang sama (tetap). Pada tahun 2014 tujuan didasarkan pada acuan penelitian 2014 sebagai berikut:

(1) Mengkaji dinamika usaha kelautan dan perikanan pada rumah tangga pada empat tipologi kelautan dan perikanan;

(2) Mengkaji dinamika pendapatan rumah tangga kelautan dan perikanan pada empat tipologi kelautan dan perikanan;

(3) Mengkaji dinamika pengeluaran rumah tangga kelautan dan perikanan pada empat tipologi kelautan dan perikanan;

(4) Mengkaji dinamika indeks nilai tukar perikanan pada pelaku usaha sektor kelautan dan perikanan pada empat tipologi kelautan dan perikanan;

10. LATAR BELAKANG

Visi pembangunan kelautan dan perikanan yang telah ditetapkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan sampai dengan tahun 2014 adalah pembangunan kelautan dan perikanan yang berdaya saing dan berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat. Untuk mewujudkan visi tersebut maka misi yang diemban antara lain adalah : (1). Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan ; (2). Meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk kelautan dan perikanan ; dan (3). Memelihara daya dukung dan kualitas lingkungan sumber daya kelautan dan perikanan. Misi tersebut tercermin pada program Kementerian Kelautan dan Perikanan berupa kebijakan yang disusun oleh direktorat jenderal lingkup Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang antara lain berupa kebijakan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil terutama kelompok masyarakat yang mata pencahariannya berhubungan langsung dengan pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan.

Pada sisi lain, sampai saat ini pengukuran secara mikro (pada tingkat rumah tangga) pengungkapan dampak pembangunan masih terbatas dan bersifat sporadis; lebih lanjut, belum dijumpai data dasar di tingkat mikro pada pelaku usaha di pedesaan kelautan dan perikanan yang dapat dijadikan basis bagi perumusan kebijakan bersifat responsif maupun antisipatif. Oleh karena itu, kegiatan penelitian yang mampu menyajikan data dasar secara periodik dalam bentuk penelitian Panel Kelautan dan Perikanan Nasional (PANELKANAS) sangat diperlukan sesuai dengan pertimbangan yang secara diagramatik disajikan pada Gambar 1.

(6)

V

COPY PROPOSAL TEKNIS

Gambar 1. Skema Kaitan Penelitian Panelkanas dengan Program Pembangunan Kelautan dan Perikanan Menurut Dimensi Waktu (Sumber:

Modifikasi Budiman, 1985).

Aspek penting yang dapat diungkapkan melalui kegiatan penelitian PANELKANAS adalah data dan informasi perkembangan usaha, pendapatan dan konsumsi rumah tangga dan kelembagaan usaha sektor kelautan dan perikanan. Disamping itu, hasil yang diperoleh dapat diolah lebih lanjut menjadi salah satu indikator yang dapat digunakan untuk menilai dampak dari kebijakan pemerintah dalam bentuk pengukuran daya beli (purchasing power) dari rumah tangga kelautan dan perikanan.

Pada intinya penelitian PANELKANAS dirancang untuk memantau dan memahami berbagai perubahan jangka panjang profil rumahtangga di daerah pedesaan dengan tipologi perikanan yang berbeda dan mencakup berbagai aspek ekonomi dan sosial, terutama yang berkaitan dengan isu-isu strategis pembangunan kelautan dan perikanan yang berkembang. Beberapa isu terkait diantaranya Kemiskinan, Ketahanan Pangan, Pembangunan Desa Tertinggal, Millenium Development Goals (MDG’s), Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), GENDER, Program Pemberdayaan (PUMP/PUGAR), Program Cluster 4 dan Rumput Laut di 7 Provinsi. Program pembangunan kelautan dan perikanan yang telah dilakukan secara menyeluruh selama ini membawa perubahan pada struktur ekonomi pedesaan. Perubahan yang terjadi di pedesaan menyangkut berbagai aspek, antara lain perubahan pada penguasaan aset produktif perikanan, struktur kesempatan kerja, pendapatan, pola konsumsi, penggunaan teknologi dan perubahan kelembagaan pedesaan. Perubahan tersebut membawa dampak positif maupun negatif bagi tatanan kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat pedesaan. Dampak positif diantaranya peningkatan perkapita, peningkatan produksi hasil perikanan, perkembangan di bidang industri perikanan serta menurunnya insiden kemiskinan.

Dampak negatif memunculkan berbagai permasalahan antara lain meningkatnya ketimpangan penyebaran pendapatan dan penguasaan aset serta marginalisasi penguasaan usaha perikanan, serta masalah pengangguran dan degradasi kualitas tenaga kerja pedesaan, masalah pada aspek konsumsi, dewasa ini bukan lagi hanya sekedar mengetahui tingkat

Kebijakan t-1 Data Base Survai t0 Survai t1 Survai t2 Populasi contoh t0 Populasi contoh t1 Populasi contoh t2 Identifikasi Masalah Populasi RT Kelautan dan Perikanan di Indonesia Perencanaan Kebijakan t1 Kebijakan t2 Kebijakan t0 Perencanaan Perencanaan Perencanaan

Data Base Data Base

Pengolahan data/ Komputasi Pengolahan data/ Komputasi Pengolahan data/ Komputasi Survai Desain Pengembangan Survai Desain Pengembangan Survai Desain Sampling Desain Sistim Monitoring Sistim Monitoring

(7)

VI

COPY PROPOSAL TEKNIS

konsumsi dan pengeluaran masyarakat sebagai refleksi tingkat kesejahteraan rumah tangga. Namun isu kerawanan pangan, kecukupan pangan dan gizi buruk akhir-akhir ini menjadi topik yang mencuat ke permukaan. Masalah kemiskinan sampai saat ini masih tetap menjadi isu strategis, bukan hanya menyangkut insiden kemiskinan namun juga bagaimana strategi masyarakat mengatasi kemiskinan. Penelitian PANELKANAS dirancang untuk mengetahui dinamika atau perubahan ekonomi pedesaan sebagai dampak pembangunan sektor kelautan dan perikanan.

11. PERKIRAAN KELUARAN :

Hasil yang diharapkan pada kegiatan penelitian tahun 2014 meliputi jumlah paket data dan informasi, jumlah paket rekomendasi kebijakan, jumlah karya tulis ilmiah dan jumlah laporan hasil riset dengan rincian sebagai berikut :

(1) Data dan Informasi : 4 (empat) paket (2) Rekomendasi Kebijakan : 1 (satu) paket (3) Karya Tulis Ilmiah : 5 (lima) paket (4) Laporan Hasil Penelitian : 1 (satu) buah

12. METODOLOGI PENELITIAN : Kerangka Pemikiran

Bidang kajian pada penelitian Panelkanas dapat dibagi menurut kelompok sebagai berikut : 1). Perikanan tangkap laut (PTL); 2). Perikanan tangkap perairan umum (PTPU); 3). Perikanan budidaya (PB) dan 4). Produk kelautan (tambak garam). Bidang kajian perikanan tangkap laut merupakan salah satu kajian yang cukup mendapat porsi penting dalam kajian, karena begitu banyak isu–isu yang terkait dengan sektor ini pada saat sekarang, diantaranya adalah : kemiskinan nelayan, kenaikan harga BBM, illegal fishing, pengrusakan sumberdaya laut, dan masalah retribusi.

Menurut Fauzi (2005) sektor perikanan di Indonesia merupakan suatu sistem yang kompleks karena banyak melibatkan stake holder dimana salah satu bagian dalam sistem itu adalah nelayan yang banyak mendiami wilayah pesisir. Akses yang terbatas di wilayah pesisir menyebabkan para nelayan cenderung hidup dalam kemiskinan sehingga kiranya memang sangat perlu untuk menciptakan lapangan pekerjaan baru yang dapat mendukung kegiatan perikanan di wilayah pesisir. Dalam rangka pengembangan kawasan pesisir peran serta pemerintah daerah dibutuhkan. Ada dugaan, dari di tingkat pusat, propinsi, kabupaten, kecamatan hingga tingkat desa, komitmen pemerintah masih rendah, dan menjadi salah satu penyebab belum terlaksananya secara maksimal pengembangan kawasan pesisir yang terpadu. Kebijakan – kebijakan yang dibuat oleh pemerintah sejak dahulu bertujuan untuk membangun masyarakat pesisir, namun kurang dapat berjalan dengan semestinya, hal itu disebabkan oleh berbagai macam kendala. Oleh karena itu perlu suatu pendekatan yang komprehensif didalam membangun sektor perikanan di Indonesia. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan adalah sustainable livelihood. Pendekatan ini pada dasarnya didesain untuk melihat keberlanjutan mata pencaharian masyarakat perikanan dengan memperhatikan hubungan antar berbagai aspek yang berpengaruh mulai dari kondisi sumber daya, kelembagaan, relasi sosial, kebijakan sampai dengan shock (gejolak)yang seringkali berpengaruh signifikan terhadap usaha. Keseluruhan aspek ini dilihat sebagai faktor-faktor yang akan menentukan strategi mata pencaharian masyarakat. Sementara strategi yang dipilih akan memberikan pengaruh terhadap perkembangan kesejahteraan masyarakat, keberlanjutan mata

(8)

VII

COPY PROPOSAL TEKNIS

pencaharian serta keberlanjutan lingkungan. Secara skematis pendekatan sustainable livelihood tersaji pada Gambar 2 berikut :

Gambar 2. Framework Penelitian Panelkanas Menurut Prinsip “sustainable livelihood approach”

Sumber : Modifikasi dari Allison et al (2001) dan Allison et al (2006)

Menurut Gambar 2 diatas sumber dasar penghidupan atau mata pencaharian masyarakat pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh kondisi sumberdaya alam, sumberdaya fisik, sumberdaya manusia, sumberdaya finansial dan modal sosial. Sumberdaya alam merupakan modal utama dimana manusia melakukan ekstrasi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Ekstrasi ini sangat dipengaruhi oleh kapasitas sumberdaya manusia. Kapasitas ini akan berdampak pada tingkat pemanfaatan dan kerberlanjutan sumberdaya. Oleh karena itu manusia dan aktivitasnya seringkali dilihat sebagai driving force yang akan memberi tekanan terhadap sumberdaya (OECD,2003), begitupun dengan sumberdaya alam yang kemudian akan memberi reaksi balik sehingga terbentuk hubungan yang resiprokal. Pada negara-negara yang telah maju hubungan ini intens didalami karena terkait dengan isu keberlanjutan. Oleh karena itu seringkali respon manusia terhadap perubahan sumberdaya yang semakin menipis dihgambarkan dengan memperbaiki kualitas lingkungan salah satunya mengurangi laku ekstraksi atau memperbaiki kondisi lingkungan agar manfaat sumberdaya tidak terkuras habis dimasa ini.

Aset : a. Sumberdaya Alam b. Sumberdaya Fisik c. Sumberdaya Manusia d. Sumberdaya Finansial e. Modal Sosial Relasi Sosial a. Gender b. Kelas Sosial c. Usia d. Pendidikan e. Kesukuan Kelembagaa n a. Aturan main b. Penguasaan dan Kepemilikan Lahan Pesisir c. Organisasi

(formal & Non formal): Kebijakan a. Makro Ekonomi b. Sektoral Perkembangan a. Kependudukan b. Kondisi Ekonomi Nasional c. Kondisi Ekonomi Global d. Teknologi e. Harga f. Pasar Gejolak a. Cuaca Buruk/Badai b. Bencana c. Penyebaran Penyakit d. Kontaminasi Limbah e. Perubahan Iklim Strategi Mata Pencaharian/Pen ghidupan Masyarakat - Perikanan Tangkap a. Perikanan Tangkap Laut b. Perikanan Tangkap Perairan Umum Daratan - Perikanan Budidaya a. Budidaya Laut b. Budidaya Air Payau c. Budidaya Air Tawar - Produk Kelautan a. Tambak Garam b. Pariwisata Bahari - Mata Pencaharian Keberlanjutan Mata Pencaharian a. Tingkat Pendapatan b. Stabilitas Pendapatan c. Variasi Pendapatan d. Tingkat Resiko dan

Kerawanan Keberlanjutan

Lingkungan a. Pesisir dan Laut

b. Perairan Umum Daratan Kesejahteraan dan Kualitas Hidup a. Nilai Tukar Perikanan b. Ketahanan Pangan c. Kemiskinan Sumber Dasar

Penghidupan Kelembagaan dan Relasi Sosial Kebijakan, Perkembangan dan Gejolak Respon Penghidupan/ Mata pencaharianMasyar Dampak dan Keberlanjutan Penghidupan

(9)

VIII

COPY PROPOSAL TEKNIS

Namun demikian hal diatas terkadang menjadi polemik pada negara-negara berkembang dimana sering disibukkan oleh isu kemiskinan. Salah satunya di Indonesia dimana respon untuk menyelamatkan keberlanjutan sumberdaya akibat tekanan sumberdaya yang tinggi dihadapkan pada realitas kebutuhan hidup manusia yang semakin meningkat. Oleh karena itu pilihan peningkatan produksi masih menjadi pilihan meski hal ini beresiko terhadap keberlanjutan penghidupan masyarakat sendiri pada masa yang akan datang. Hal ini sejalan dengan Kusnadi (2006) dimana membagi persoalan pembangunan masyarakat pesisir menjadi tiga yakni : (1) masalah sosial yang mencakup isu kemiskinan, kesenjangan sosial, dan konflik sosial nelayan; (2) masalah lingkungan yang mencakup isu kerusakan ekosistem pesisir laut, pulau – pulau kecil, dan kelangkaan sumber daya perikanan; serta (3) masalah modal pembangunan yang mencakup isu pengelolaan potensi sumber daya yang belum optimal dan masalah kepunahan desa nelayan atau surutnya peranan ekonomi desa nelayan beserta tradisi maritimnya

Keragaman karakteristik penduduk pesisir dapat juga digolongkan sebagai modal pembangunan yang ditentukan oleh kondisi struktur sumber daya ekonomi lokal. Hal ini dikarenakan perbedaan dalam mata pencaharian, dimana nelayan memiliki kecenderungan untuk memiliki sumberdaya secara bersama–sama (open access) sedangkan masyarakat petani menghadapi sumber daya yang terkontrol (Satria et al., 2002). Dengan sumber daya yang bersifat open access ini telah menyebabkan nelayan bergerak secara dinamis untuk memperoleh hasil tangkapan yang maksimal. Salah satu modal pembangunan adalah tenaga kerja seperti nelayan potensial yang dapat memberikan kontribusi positif di sektor kelautan dan perikanan.

Berdasarkan kerangka konseptual penelitian diatas maka dibuat kerangka kerja penelitian secara operasional berdasarkan tahun pelaksanaan kegiatan. Pada tahun 2014 kegiatan PANELKANAS akan melakukan monitoring terhadap kondisi usaha, pendapatan, konsumsi, dan kelembagaan. Kondisi usaha setidaknya dilihat dari beberapa faktor yaitu investasi, input produksi, tenaga kerja dan kondisi sumberdaya yang dapat dilihat dari dinamika produksi dari tahun ke tahun. Kondisi usaha mempengaruhi pendapatan dan konsumsi rumah tangga yang lebih jauh akan menjadi ukuran kesejahteraan atau kemiskinan masyarakat kelautan dan perikanan. Lebih lanjut indikator kesejahteraan juga diukur dari ketahanan pangan rumah tangga dan nilai tukar perikanan. Secara skematis kerangka penelitian pada tahun 2014 tersaji pada Gambar 3. Berikut Input Produksi Kebijakan Tenaga Kerja Kelembagaan Investasi Pendapatan Konsumsi Kemiskinan Nilai Tukar Perikanan Produksi Harga Ketahanan Pangan Sumberd aya

(10)

IX

COPY PROPOSAL TEKNIS

Keterangan :

--- : Ruang Lingkup Penelitian Panelkanas --- : Faktor Produksi

--- : Indikator Utama Kemisinan/Kesejahteraan Rumah Tangga

Gambar 3. Bagan Alir Keterkaitan Aspek Usaha, Pendapatan dan Konsumsi Rumah Tangga dan Kelembagaan Usaha Kelautan dan Perikanan.

Dalam pelaksanaan kegiatan penelitian dibuat tahapan pelaksanaan kegiatan seperti dijabarkan pada Gambar 4 berikut :

Gambar 4. Tahapan Pelaksanaan Penelitian Panelkanas

Konsep penelitian PANELKANAS dirancang untuk memonitor dinamika sosial ekonomi desa perikanan sebagai dampak kegiatan pembangunan nasional. Oleh karena itu, menurut Irawan dkk (2006), kegiatan monitoring dan survey serta studi lainnya di dalam kegiatan Penelitian Panelkanas memerlukan beberapa kondisi dalam pelaksanaannya yaitu :

1) konsistensi desa contoh dan rumah tangga contoh; 2) konsistensi metode pengukuran variabel yang diamati;

3) konsistensi kedalaman informasi yang dikumpulkan melalui kuesioner, dan

Pemilihan Lokasi Sampel :

1. Potensi Desa 2. Verifikasi Lapangan

3. Expert Judgement

4. Sentra Produksi Menurut Tipologi

Desa Terpilih

Penyusunan Profil Desa Identifikasi Pelaku Usaha KP : (Sensus, Wawancara Responden Kunci,

Dokumentasi)

Survei Data Dasar :

1. Usaha 2. Pendapatan 3. Konsumsi 4. Kelembagaan Responden Terpilih Survei Monitoring : 1. Usaha 2. Pendapatan 3. Konsumsi 4. Kelembagaan Monitoring Harga Studi Kasus Ruang Lingkup Kegiatan

(11)

X

COPY PROPOSAL TEKNIS

4) konsistensi interval waktu yang digunakan dalam mengkaji perubahan variabel-variabel yang diamati. Ruang lingkup kegiatan penelitian mencakup tipologi perikanan tangkap di laut dan perairan umum daratan, perikanan budidaya dan produk kelautan. Sedangkan aspek yang dimonitor adalah berkaitan dengan perkembangan usaha, pendapatan dan konsumsi rumah tangga.

Metoda Analisis Data

Analisis data yang akan dilakukan pada penelitian Panelkanas tahun 2014 adalah sebagai berikut :

Analisis Deskriptif

Analisis ini digunakan dalam rangka menginterpretasikan perkembangan sosial ekonomi masyarakat pedesaan di sektor kelautan dan perikanan mencakup gambaran umum daerah penelitian, dinamika usaha perikanan dan kelautan, struktur dan distribusi pendapatan rumah tangga, dinamika pengeluaran dan konsumsi rumah tangga, dan kondisi kelembagaan ekonomi rumah tangga perikanan dan kelautan.

Analisis Finansial Usaha

Mengetahui perkembangan usaha di sektor kelautan dan perikanan memerlukan gambaran tentang analisis finansial dari usaha yang dijalankan. Tujuannya untuk memahami kelayakan usaha yang berguna bagi pemerintah, swasta maupun lembaga keuangan dalam pengambilan kebijakan terkait perkembangan usaha di sektor kelautan dan perikanan seperti penyediaan kredit untuk menumbuhkan kembangkan usaha dimasyarakat. Analisis finansial dapat memberikan gambaran sekaligus estimasi dari penerimaan dan pengeluaran bruto pada masa yang akan datang setiap tahun, termasuk biaya-biaya yang berhubungan dengan produksi dan pembayaran kredit yang harus dikeluarkan oleh rumah tangga kelautan dan perikanan (Gittinger, 1986). Pada analisis finansial terdapat beberapa indikator yang umum digunakan sebagaimana berikut :

Net Present Value (NPV)

NPV memberi gambaran nilai sekarang dari akumulasi penerimaan dan pengeluaran proyek dengan memprediksikan keseluruhan pengeluaran pada masa sekarang dan mendatang. Nilai NPV harus dibobotkan dengan suatu timbangan tingkat suku bunga tertentu sebagai acuan. Suatu proyek dikatakan feasible jika NPV >0. Rumus yang digunakan untuk menghitung NPV adalah:

NPV = ∑Net Cash Flow (1 + rate)i n

i=1

Internal Rate of Return (IRR)

IRR adalah suatu indikator yang menjelaskan pada tingkat suku bunga berapa suatu proyek memberikan nilai NPV = 0. Dengan kata lain suatu proyek dikatakan layak/feasible jika nilai IRR-nya lebih tinggi dibandingkan dengan suku bunga yang berlaku di pasar. Rumus yang digunakan untuk menghitung IRR adalah:

0 = ∑Net Cash Flow (1 + IRR)i n

(12)

XI

COPY PROPOSAL TEKNIS

Payback Period (PP)

PB adalah suatu periode yang menjelaskan tingkat pengembalian dari nilai investasi yang ditanamkan. Semakin cepat PB tercapai, makin bagus pula analisa atas suatu proyek. Rumus yang digunakan untuk menghitung PP adalah:

0 = ∑ Net Cash Flow (1 + rate)pay back period n

i=1

Nilai Tukar Perikanan (NTP)

Nilai Tukar Perikanan (NTP) merupakan salah satu indikator kinerja utama (IKU) kementerian kelautan dan perikanan yang dinilai mampu menggambarkan perkembangan penerimaan dan pengeluaran masyarakat secara bersamaan dalam suatu nilai indeks. Pada tahun 2014 analisis nilai tukar perikanan ditujukan untuk melihat dinamika pada indeks nilai yang diterima dan nilai yang diterima oleh pelaku usaha perikanan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui perkembangan nilai tukar perikanan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Analisis ini diperlukan dalam pengambilan kebijakan terkait peningkatan kesejahteraan rumah tangga di sektor kelautan dan perikanan.

Pada dasarnya konsep NTP merupakan adopsi konsep Nilai Tukar Petani (NTP) yang telah lama digunakan oleh Kementerian Pertanian untuk mengukur perkembangan kesejahteraan petani karena berhubungan erat dengan pendapatan dan pengeluaran yang menjadi tolak ukur kesejahteraan. Nilai tukar petani lahir sebagai jawaban akan kebutuhan data yang bersifat makro agar dapat menjadi landasan pengambilan kebijakan di sektor pertanian. Konsep ini dimulai pertama kali pada tahun 1981 yang dilakukan oleh tim UNDIP dimana memasukkan data-data sekunder pada tingkat kecamatan dan tingkat kabupaten. Meski hasil temuan telah menunjukkan bahwa turunnya nilai tukar tidak selalu mengindikasikan turunnya ekonomi produksi dan data di tingkat kabupaten tidak mencerminkan nilai tukar yang nyata ditingkat desa, konsep ini terus dikembangkan pada level provinsi pada tahun 1983 (Rakhmat, 2000). BPS kemudian menjadikan tahun tersebut sebagai tahun dasar dan memulai perhitungan Nilai Tukar Petani dengan menggunakan indeks Laspeyres. Awalnya perhitungan dilakukan di 4 provinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, dan Jawa Timur. Perkembangan selanjutnya dilakukan pada 10 provinsi lainnya di luar P. Jawa pada tahun 1987.

Perhitungan NTP selama ini dilakukan dengan mengacu pada naik turunnya harga dengan mengadopsi model Laspeyres. Model tersebut secara umum digunakan untuk mengukur perubahan indeks harga (price index) yang kemudian dijustifikasi untuk menghitung indeks harga yang diterima dan harga yang dibayar oleh masyarakat. Menurut Hutabarat (1995), nilai tukar produk primer dapat digunakan sebagai indikator kesejahteraan rumah tangga di pedesaan. Indikator ini sangat ditentukan oleh perilaku harga barang dan jasa di pedesaan. Harga produk primer pedesaan umumnya cenderung berfluktuasi dan nilai riilnya menurun. Hipotesis nilai tukar Prebisch-Singer (Prebisch, 1964; Singer, 1984) menunjukkan penurunan nilai tukar dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti: (1) rendahnya elastisitas pendapatan dari produk primer; dan (2) perubahan teknologi pada pengembangan produk primer. Beberapa penelitian telah menguatkan hipotesis Prebisch-Singer tersebut, seperti Spraos (1980), Grilli dan Yang (1988), dan Cuddington dan Urzua (1989).

(13)

XII

COPY PROPOSAL TEKNIS

Merujuk pada konsep nilai tukar pertanian, maka mulai dikembangkan konsep nilai tukar perikanan. Awalnya nilai tukar perikanan merupakan bagian dari sub sektor pertanian. Seiring dengan berdirinya kementerian kelautan dan perikanan, maka pada tahun 2008 BPS bekerjasama dengan pusat data dan informasi kementerian kelautan dan perikanan (KKP) menghitung secara terpisah nilai tukar perikanan (NTP). Nilai tukar perikanan tersebut meliputi perikanan tangkap dan perikanan budidaya dengan tahun dasar adalah 2007. Awalnya perhitungan NTP masih menggabungkan kedua sektor tersebut. Namun karena struktur biaya antara perikanan tangkap dan budidaya berbeda, maka NTP model ini tidak dapat mencerminkan NTP menurut sektor perikanan tangkap dan perikanan budidaya.

Merujuk pada kelemahan pelaksanaan NTP diatas, maka BPS dan KKP mulai melakukan pemisahan melalui program kerjasama penyusunan diagram timbang untuk kedua bidang yaitu perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Dalam rangka tersebut, secara bertahap BPS melakukan survey penyusunan diagram timbang dimulai dari dua provinsi pada tahun 2008 yaitu Provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah. Selanjutnya tahun 2009 lokasi pengambil sampel menjadi 5 propinsi yaitu Sumatra Utara, Banten, DI. Yogyakarta, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan. Tahun 2010 lokasi pengambilan sampe untuk penghitungan diagram timbang dilaksanakan di delapan propinsi yaitu Provinsi Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat dan Kalimantan Selatan. Pada tahun 2011 ini kegiatan serupa dilakukan pada 18 provinsi yaitu Provinsi Aceh, Riau, Bengkulu, Kepulauan Bangka Belitung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua. Sampai dengan saat ini, data hasil penyusunan ini masih belum dipublikasikan secara resmi. Namun demikian telah dihasilkan diagram timbang untuk perikanan tangkap dan perikanan budidaya menurut provinsi. Sementara NTP yang dipublikasikan oleh BPS sampai dengan saat ini masih mengadopsi metode lama yaitu menggabung antara perikanan tangkap dan pembudidaya ikan.

Secara umum perhitungan NTP menggunakan indeks Laspeyres yang dimodifikasi baik pada komponen indeks yang diterima maupun yang dibayar. Namun sebelum nilai indeks dihitung, dibuat terlebih dahulu diagram timbang menurut provinsi. Diagram timbang adalah bobot/nilai masing-masing jenis komoditas hasil produksi perikanan dan barang/jasa yang termasuk dalam paket komoditas. Sementara paket komoditas adalah sekelompok komoditas perikanan yang dihasilkan oleh nelayan/pembudidaya ikan dan barang/jasa yang digunakan baik untuk proses produksi perikanan maupun untuk keperluan rumah tangga nelayan/pembudidaya ikan di daerah pedesaan untuk suatu periode tertentu (BPS,2011). Tujuan penyusunan diagram timbang adalah untuk mendapatkan ukuran yang proporsional dari komoditas yang masuk dalam pengukuran. Ukuran atau bobot tersebut kemudian menjadi penentu besarnya pengaruh dalam pembentukan nilai indeks.

Penyusunan diagram timbang pada sisi yang diterima memerlukan data produksi yang dihasilkan, jumlah produksi yang dijual dan harga jual produsen. Langkah selanjutnya membagi produksi yang dijual dengan produksi yang dihasilkan untuk mencari persentase ”marketed surplus”. Marketed surplus digunakan karena nelayan/pembudidaya ikan tidaklah menjual seluruh produksi yang dihasilkan. Dalam penghitungan nilai ”Marketed Surplus” digunakan rumus: i i i 0 0 i MS P Q NMS    Keterangan:

NMSi : Nilai produksi yang dijual tahun dasar untuk jenis komoditas i % MSi : Persentase ”Marketed Surplus” untuk jenis komoditas i Pi : Rata-rata harga produsen tahun dasar untuk jenis komoditas i

(14)

XIII

COPY PROPOSAL TEKNIS

Qi : Kuantitas produksi tahun dasar untuk jenis komoditas i

Pada pelaksanaannya, perhitungan NMSi menggunakan data sekunder pada tingkat provinsi. Data sekunder yang digunakan adalah data produksi perikanan menurut jenis ikan. Data primer hanya menghasilkan % MSi yang merupakan rata-rata % MSi dari seluruh responden pada provinsi yang akan diukur. Oleh karena itu nilai % NMSi merupakan perpaduan antara data primer dan sekunder. Hal tersebut secara tersirat mengasumsikan bahwa seluruh data produksi perikanan baik tangkap/budidaya pada tingkat provinsi adalah data produksi dari seluruh hasil tangkapan dan bukan hasil yang djual saja. Nilai NMSi disebut juga sebagai penimbang komoditas (W) dalam perhitungan indeks harga yang diterima (It) dan indeks harga yang dibayar (Ib) dengan menggunakan indeks laspeyres yang dimodifikasi seperti dibawah ini (KKP dan BPS, 2011) : 100 1 1 ) 1 ( ) 1 ( ) (  

    k i oi oi k i oi i n i n i n n Q P Q P P P I atau 100 1 1 ) 1 ( ) (  

   k i oi k i i n i n n W W RH I Keterangan:

In : Indeks bulan berjalan (n)

P(n)i : Harga rata-rata jenis barang i pada bulan n P(n-1)i : Harga rata-rata jenis barang i pada bulan n-1

1)i -(n (n)i P P

: Relatif harga jenis barang I (RHni)

P(n-1)i Qoi : Nilai produksi/konsumsi/biaya (penimbang) jenis barang i pada bulan n-1atau W(n-1)i

Poi Qoi : Nilai produksi/konsumsi/biaya (penimbang) jenis barang i pada tahun dasar atau Woi

k : Jumlah jenis barang yang tercakup dalam paket komoditas

Metode pengukuran dengan menggunakan metode diatas menurut Ramadhan et., al. (2012) ternyata memiliki sejumlah kelemahan dan tidak dapat digunakan sebagai indikator kesejahteraan masyarakat. Hal ini didasari oleh metode penghitungan yang mengabaikan perubahan kuantitas produksi yang pada kenyataannya produksi memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap penerimaan pelaku usaha. Sebaliknya dinamika harga yang menjadi faktor penentu justru seringkali berbanding terbalik dengan kesejahteraan masyarakat. Naiknya harga-harga pada komponen yang diterima mengindikasikan terjadinya kelangkaan hasil perikanan akibat musim paceklik atau gagal panen secara masal. Oleh karena itu pada penelitian ini metode penghitungan NTP dimodifikasi dengan mengadopsi model indeks nilai yang merupakan perbandingan dari nilai yang terbentuk dari harga dan kuantitas (Lind et al, 2007). Indeks ini mengukur perubahan nilai antar waktu sehingga menggambarkan rasio dari nilai yang terbentuk. Menurut Nazar (2012) indeks nilai menunjukkan perubahan nilai uang dari satu periode ke periode lainnya. Secara matematis indeks nilai dapat ditulis secara sederhana sebagai berikut :

𝑉𝐼 =∑ 𝑃𝑖 1𝑄 𝑖1 𝑛 𝑖=1 0 0 𝑛

(15)

XIV

COPY PROPOSAL TEKNIS

Keterangan :

VI = Value Index (indeks nilai) Pi1 = Harga barang ke i pada saat ini

Pi0 = Harga barang ke i pada awal pengamatan Qi1 = Kuantitas barang ke i pada saat ini

Qi0 = Kuantitas barang ke i pada saat awal pengamatan

Dinamika Usaha (produksi), Pendapatan dan Konsumsi Rumah Tangga Sektor Kelautan dan Perikanan

Dinamika produksi perikanan yang dihasilkan oleh rumah tangga perikanan terkait dengan usaha pada bidang perikanan tangkap laut, perikanan budidaya, perikanan perairan umum daratan dan produk kelautan (garam). Dinamika produksi ini diperoleh dari data series data panel sejak tahun 2006, perkembangan produksi dapat menjadi acuan untuk menyusun strategi peningkatan produksi dari perikanan rakyat (budidaya/produk kelautan).

Dinamika perubahan pendapatan rumah tangga perikanan terkait bidang perikanan tangkap laut, perikanan budidaya, perikanan perairan umum daratan dan produk kelautan (garam). Dinamika perubahan pendapatan ini dapat menjadi acuan untuk mengembangkan bentuk-bentuk kelembagaan perikanan atau mata pencahariaan alternatif untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga perikanan.

Dinamika konsumsi merupakan bagian penting dalam penelitian ini untuk menyerap hasil produksi yang dihasilkan oleh rumah tangga perikanan. Pada tahun 2014 ini, konsumsi rumah tangga perikanan yang dipelajari mencakup dua hal : 1) terkait dengan pengeluaran rumah tangga perikanan dikeluarkan untuk konsumsi dan (2) investasi. Untuk konsumsi terdiri dari konsumsi pangan maupun non pangan sedangkan untuk investasi terdiri dari investasi usaha dan pendidikan.

Analisis Data Panel

Analisis data panel digunakan untuk mengetahui perkembangan data dari beberapa tipologi dalam suatu model yang utuh. Model data panel pada dasarnya merupakan gabungan antara data cross section dan data time series. Suliyanto (2011) mendefinisikan data panel sebagai data yang dikumpulkan dari beberapa objek dengan beberapa waktu.

Analisis data panel dapat diklasifikasikan menurut kesimbangan datanya yakni menjadi 1. Panel data seimbang yaitu kondisi data dimana unit cross section-nya memiliki jumlah

observasi time series yang sama (balanced panel)

2. Panel data tidak seimbang yaitu kondisi data dimana unit cross section-nya memiliki jumlah observasi time series yang tidak sama (unbalanced panel)

Model regresi data panel dilakukan berdasarkan asumsi yang dibuat. Asumsi tersebut dapat dilakukan terhadap beberapa kemungkinan berikut (Hsiao, 2004) :

1. Intersep dan slope adalah tetap (konstan) sepanjang waktu dan antar individu, sedangkan sisaan berbeda antar waktu dan antar individu. Perbedaan intersep dan slope dijelaskan oleh peubah gangguan.

2. Slope adalah tetap, tetapi intersep berbeda antar individu.

3. Slope adalah tetap, tetapi intersep berbeda baik antar waktu maupun antar individu. 4. Intersep dan slope berbeda antar individu.

5. Intersep dan slope berbeda antar waktu dan antar individu

(16)

XV

COPY PROPOSAL TEKNIS

1. Regresi data panel dengan asumsi intercept dan koefisien slope konstan sepanjang waktu Yit = β0 + β1 X1it +β2X2it

2. Regresi data panel dengan asumsi slope konstan, tetapi intercept bervariasi untuk setiap individu

a. Berbeda antar individu

Yit =α0+ α1D(PTL)+ α1D(PTPUD)+ α1D(PB)+ α1D(PK) + β1 X1it +β2X2it + µit b. Berbeda antar waktu dan antar individu

Yit =λ0 + λ1Dum1t + λ2Dum2t + ... + λn-1Dumnt-1 + β1 X1it +β2X2it + µit

3. Regresi data panel dengan asumsi slope konstan, tetapi intercept bervariasi untuk setiap individu dan waktu

Yit = α0+ α1D(PTL)+ α1D(PTPUD)+ α1D(PB)+ α1D(PK) + λ0 + λ1Dum1t + λ2Dum2t + ... + λn-1Dumnt-1 + β1 X1it +β2X2it + µit

4. Regresi data panel dengan asumsi semua koefisien bervariasi untuk setiap individu

Yit =α0+ α1D(PTL)+ α1D(PTPUD)+ α1D(PB)+ α1D(PK) + β1 X1it +β2X2it + ∂1(DPTL.X1it) + ∂2(DPTL.X2it) + ∂3(DPTPUD.X1it) + ∂4(DPTPUD.X2it) + ∂5(DPB.X1it) + ∂6(DPB.X2it) + ∂7(DPK.X1it) + ∂7(DPK.X2it) + µit

Keterangan : i = unit waktu t = periode waktu

PTL = Perikanan Tangkap Laut

PTPUD = Perikanan Tangkap Perairan Umum Daratan PB = Perikanan Budidaya

PK = Produk Kelautan

Analisis Ketimpangan Pendapatan

Analisis ketimpangan pendapatan diukur untuk mengetahui tingkat ketimpangan pendapatan dari pelaku usaha kelautan dan perikanan. Alat analisis yang digunakan untuk mengukur ketimpangan didekati dengan Indeks Gini (Gini Indeks Ratio) yang dikembangkan oleh Szal dan Robinson (1977). Secara umum perhitungan indeks Gini dirumuskan sebagai berikut:

G = (1 n 2) ∑

i ∑j (yi− yj) / Y Dimana: n = total individu atau grup

y = pendapatan individu

Y = pendapatan rata – rata grup i = 1, ..., n

j = 1, ..., n

Penghitungan Indeks Gini dilakukan untuk pendapatan total rumah tangga, pendapatan yang bersumber dari sektor perikanan dan pendapatan dari sektor non perikanan. Besaran masing – masing pendapatan tersebut diukur dalam Rp / Kapita / Tahun dan dihitung untuk kelompok rumah tangga secara total. Hasil perhitungan nilai Indeks Gini dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian yaitu ringan jika nilai G < 0.4, sedang jika 0.4 < G < 0.5, dan berat jika nilai G > 0.5 (Oshima, 1976 dalam Syukur et.al, 1988).

(17)

XVI

COPY PROPOSAL TEKNIS

Tabel 1. Matriks Metode Analisis Data Penelitian PANELKANAS T.A 2014

Tujuan Metode Analisis Data

Mengkaji Dinamika Usaha Kelautan Dan Perikanan Pada Rumah Tangga Pada Empat Tipologi Kelautan Dan Perikanan;

- Statistik Deskriptif;

- Kajian Pustaka/Desk Study;

- Analisis mendalam tdp dinamika usaha yang dihasilkan oleh rumah tangga perikanan dan kelautan.

- Analisis Data Panel Mengkaji Dinamika pendapatan pada

Empat Tipologi Kelautan Dan Perikanan;;

- Statistik Deskriptif;

- Kajian Pustaka/Desk Study;

- Analisis mendalam tdp dinamika perubahan pendapatan rumah tangga perikanan dan kelautan; - Analisis Data Panel

Mengkaji Dinamika Pengeluaran Rumah Tangga Kelautan Dan Perikanan Pada Empat Tipologi Kelautan Dan Perikanan

- Statistik Deskriptif;

- Kajian Pustaka/Desk Study;

- Analisis mendalam tdp dinamika pengeluaran oleh rumah tangga perikanan dan kelautan.

- Analisis Data Panel Mengkaji dinamika nilai tukar

perikanan tentang intervensi harga yang diterima dan harga yang dikeluarkan oleh rumah tangga perikanan;

- Indeks Nilai Tukar Perikanan dengan Indeks Nilai; - Dekomposisi Nilai Tukar;

- Kajian Pustaka/Desk Study. - Analisis Data Panel

Waktu dan lokasi

Lokasi Penelitian ini mengikuti lokasi yang telah diidentifikasi sejak tahun 2006 dengan pertimbangan mewakili seluruh tipologi desa kelautan dan perikanan. Lokasi tersebut meliputi Jawa dan Luar Jawa Lokasi penelitian di tahun 2014 mengikuti lokasi yang telah teridentifikasi sejak tahun 2006. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan penelitian yang bersifat panel sehingga harus menjaga konsistensi lokasi.

Pada tahun ini keseluruhan lokasi akan dikaji berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya serta penelusuran data sekunder. Sementara lokasi pengambilan data primer kegiatan hanya dilakukan pada 8 lokasi (Tabel 2).

(18)

XVII

COPY PROPOSAL TEKNIS

Tabel 2. Ringkasan Lokasi Pelaksanaan Kegiatan Penelitian Panelkanas Tahun 2014 Sub

Bidang Provinsi Kabupaten// Kota Desa Sampel Tipologi Perikanan

PTL

Sumatera Utara Sibolga Aek Habil Pelagis Demersal Kecil dan Kalimantan

Barat* Sambas Penjajab Demersal dan Demersal Sulawesi Utara* Bitung Batu Lubang Pelagis Besar

Jawa Barat* Cirebon Gebang Mekar Pelagis Demersal Kecil dan Jawa Timur Sampang Ketapang Barat Pelagis Demersal Kecil dan JawaTimur* Malang Tambak Rejo Pelagis Besar

Sumatera Barat Padang Batang Arau Pelagis Besar

PTPUD

Sumatera

Selatan OKI Berkat Rawa Banjiran

Jawa Barat* Purwakarta Panyindangan Waduk

PB

Jawa Barat* Cianjur Cikidang Bayabang Budidaya Ikan KJA Jawa Timur Gresik Pangkah Wetan Budidaya Tambak Sulawesi

Selatan Pangkep Talaka Budidaya Tambak

Bali* Klungkung Batu Nunggul Budidaya Laut Jawa Barat Subang Sumur Gintung Bdudidaya Kolam

PK (Garam)

Jawa Timur* Sumenep Pinggir Papas Garam Sulawesi

Selatan Jeneponto Pallengu Garam

Keterangan:

PTL : Perikanan Tangkap Laut; PTPUD : Perikanan Tangkap Perairan Umum Daratan; PB : Perikanan Budidaya; PK : Produk Kelautan.

* : Lokasi Pengambilan Data Primer Tahun 2014

Data Yang Dikumpulkan

Data yang dikumpulkan mencakup kelompok data pendukung analisis usaha, pendapatan dan konsumsi (terlampir) rumah tangga responden terpilih.

Teknik pengumpulan data

Pengumpulan data sekunder dimaksudkan untuk menyusun data-data pendukung dalam penentuan lokasi kegiatan. Pada tahap awal data primer didapat dari diskusi pakar dan

workshop. Diskusi pakar merupakan sarana yang digunakan untuk mendapatkan expert judgement setelah melihat data-data sekunder yang telah didapat. Diskusi pakar dilakukan

dalam rangka verifikasi data-data sekunder dengan kondisi dilapangan, untuk menentukan lokasi desa contoh pada masing-masing kabupaten. Workshop atau semiloka dilakukan untuk koordinasi dan mendapatkan masukan dari berbagai lembaga-lembaga terkait dan tokoh-tokoh masyarakat setempat.

(19)

XVIII

COPY PROPOSAL TEKNIS

Panel data panel merupakan data berkala yang dikumpulkan dari responden (baik individu maupun keluarga) yang sama. Panel data panel dikumpulkan melalui survei penampang lintang terhadap sejumlah responden yang dilakukan secara berkala. Desa contoh di setiap propinsi dipilih secara sengaja (sesuai dengan tujuan) dengan mempergunakan beberapa pertimbangan keberadaan sistem usaha perikanan (perikanan tangkap dan perikanan budidaya) serta jenis perairan (perairan laut, pantai dan air tawar). Pada tahun 2014, pengumpulan data primer dilakukan melalui mekanisme survei monitoring pada masing-masing lokasi terpilih sesuai dengan aspek atau tema yang ditentukan seperti tertera pada Tabel 2. Pengambilan data primer tersebut dilakukan dengan bantuan instrumen (kuesioner) terstruktur terhadap 40 responden rumah tangga mewakili tipologi yang telah ditentukan terdahulu.

Hasil Penelitian Sebelumnya

Pembangunan sektor kelautan dan perikanan merupakan suatu proses yang dinamis, yang dalam jangka panjang akan merubah kondisi sosial dan ekonomi masyarakat di sektor kelautan dan perikanan terutama nelayan dan pembudidaya ikan. Untuk mengetahui perkembangan dan perubahan sosial ekonomi yang mendasar di tingkat pedesaan, yang bersumber dari rumah tangga nelayan dan pembudidaya ikan diperlukan antara lain adalah data dasar (base line) mengenai kondisi rumah tangga perikanan dari 4 tipologi utama yaitu Perikanan Tangkap Laut (PTL), Perikanan Tangkap Umum Daratan (PTPUD), Perikanan Budidaya (PB) dan Produk Kelautan-Garam (PK-GARAM).

Salah satu ukuran kelayakan usaha adalah R/C ratio. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tipologi perikanan tangkap laut secara umum masih layak karena nilai R/C ratio masih diatas satu. Data tahun 2009 menunjukkan nilai R/C ratio yang masih cukup tinggi untuk beberapa lokasi. Pada Desa ketapang Barat rasio tertinggi dimiliki oleh jaring Lampara yakni rata-rata sebesar 1,55. Di Desa Gebang Mekar rasio tertinggi dimiliki oleh jaring Lampara yakni rata-rata sebesar 2,89. Di Desa Penjajap, Sambas rasio tertinggi dimiliki oleh jaring Lampara Dasar yakni rata-rata sebesar 1,89. Di Desa Batu Lubang, Bitung rasio tertinggi dimiliki oleh Pancing Tuna sebesar 3,17. Di Kelurahan Aek Habil, Sibolga rasio terbesar untuk alat tangkap purse seine yaitu sebesar 0,99. Untuk usaha perikanan tangkap laut di Desa Batu Lubang, Bitung, terjadi penurunan rasio terbesar pada kelompok alat tangkap Tuna Longline yang mencapai 16,75 %. Di Desa Gebang Mekar, peningkatan rasio terbesar terjadi pada kelompok alat tangkap Cantrang yang mencapai 3,316 %. Di Desa Penjajap, Sambas, peningkatan rasio terbesar terjadi pada kelompok alat tangkap Rawai yang mencapai 66,77 %. Di Desa Ketapang Barat, Sampang peningkatan rasio terbesar terjadi pada kelompok alat tangkap Jaring Loang yang mencapai 2,04 %. Untuk Kelurahan Aek Habil, peningkatan rasio terbesar terjadi pada kelompok alat tangkap purse seine yaitu sebesa 0,22 %. Bila dibandingkan dengan perkembangan yang terjadi data pada tahun 2009 mengalami penurunan bila dibandingkan dengan tahun 2007. Meski belum sampai ke taraf yang merugikan khususnya pada lokasi Desa Ketapang Barat dan Kelurahan Batu Lubang.

Gejala penurunan usaha perikanan tangkap juga terus terekam pada tahun 2013. penurunan tersebut disebabkan oleh produktivitas usaha yang semakin menurun. Hal ini diukur dari semakin rendahnya rasio penerimaan biaya yang diperoleh. Pada periode 2009 dan 2013 nilai R/C ratio juga tercatat mengalami penurunan sebesar 44,4% dari 3,3 menjadi 1,8. Faktor penyebab dari penurunan produktivitas adalah penurunan produksi dan penurunan harga jual. Penurunan produksi terjadi pada beberapa lokasi yaitu Cirebon, Sibolga, dan Sambas. Kondisi sumberdaya yang menurun membuat usaha penangkapan ikan semakin menurun. Pada lokasi Bitung terjadi penurunan harga yang cukup signifikan (30%). Harga Tuna yang menjadi komoditas utama nelayan di Bitung ditentukan oleh pasar luar negeri sehingga penurunan harga

(20)

XIX

COPY PROPOSAL TEKNIS

tersebut disebabkan oleh faktor-faktor yang berasal dari luar. Satu-satunya lokasi perikanan tangkap yang mengalami peningkatan adalah Sampang yang mengalami musim ikan teri cukup panjang pada tahun 2013. Salah satu faktor penting didalam usaha perikanan tangkap laut adalah membengkaknya biaya-biaya operasional akibat kenaikan harga BBM. Kondisi ini membuat usaha penangkapan ikan secara umum semakin sulit dibandingkan dengan sebelumnya. Pada perikanan tangkap perairan umum daratan kondisi yang terjadi relatif terjadi peningkatan. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya rata-rata harga jual ikan di semua lokasi.

Pada perikanan Budidaya terindikasi mengalami penurunan keuntungan usaha. Pada tahun 2007-2009 usaha budidaya di KJA mengalami penurunan sebesar 69.60% dari Rp 36.273.000 menjadi Rp. 9.475.000. Kondisi tersebut memberikan pengaruh pada konsumsi RTP KJA tahun 2009 menurun sebesar 66% dari tahun 2007 menjadi Rp. 15.444.000. Faktor penyebab penurunan keuntungan RTP KJA adalah kenaikan harga pakan dan benih pada komponen biaya. Sedangkan keuntungan usaha dari RTP pembudidaya tambak mengalami kenaikan sebesar Rp. 2.352.000. yaitu dari Rp. 15.791.000 tahun 2008 menjadi Rp 18.143.000 pada tahun 2009. Peningkatan keuntungan usaha budidaya tambak belum memberikan pengaruh pada pengeluaran RTP karena sebagian besar hasil usaha digunakan untuk pemenuhan kebutuhan primer. Keuntungan usaha pembudidaya rumput laut dipengaruhi oleh luas lahan budidaya. Pembudidaya yang mempunyai lahan lebih dari 2 are, keuntungan per tahunnya relatif konstan atau meningkat, sedangkan pembudidaya yang lahannya kurang dari 2 are keuntungannya mengalami penurunan. Penghasilan usaha budidaya rumput laut sebagian besar digunakan untuk pemenuhan kebutuhan hidup terutama untuk konsumsi dan pengeluaran rutin bulanan.

Dinamika perikanan budidaya sampai dengan tahun 2013 menunjukkan gejala terjadinya penurunan usaha. Beberapa lokasi yang mengalami penurunan diantaranya adalah Subang, Klungkung, Cianjur dan Gresik. Faktor penyebab menurunnya usaha bervariasi pada masing-masing lokasi. Pada lokasi Subang penurunan terjadi karena pembudidaya kesulitan mendapatkan induk. Pada Klungkung penurunan terjadi karena gagal panen akibat cuaca buruk. Sedangkan pada budidaya ikan di Cianjur penurunan usaha terjadi karena kenaikan biaya usaha yang lebih besar bila dibandingkan dengan kenaikan penerimaan yang diperoleh pembudidaya. Kondisi yang sama juga ditunjukkan pada usaha tambak garam yang cenderung mengalami penurunan akibat panjangnya musim hujan pada lokasi penelitian.

Usaha tambak garam baik di Jeneponto maupun di Sumenep menguntungkan, hal ini terlihat dari nilai ratio penerimaan dan biaya > 1. Sumber pendapatan rumah tangga selain dari pergaraman diperoleh dari usaha lain seperti nelayan, tani, buruh, atau pegawai kelurahan. Pengeluaran konsumsi pangan rumah tangga petambak didominasi oleh bahan pokok beras, lauk pauk ikan segar dan pengeluaran untuk rokok. Keragaan konsumsi non pangan didominasi oleh pendidikan, rekening pulsa dan perayaan keagamaan. Pengeluaran konsumsi rumah tangga masih dominan untuk konsumsi pangan dibandingkan non pangan, hal ini mengindikasikan bahwa tingkat kesejahteraan rumah tangga masih rendah. Kelembagaan input, pemasaran dan tenaga kerja di Jeneponto dan Sumenep tersedia dengan baik, untuk kelembagaan modal dipenuhi dari pinjaman yang berasal pedagang pengiumpul atau keluarganya. Untuk mengakses permodalan dari lembaga resmi masih terasa sulit terpenuh

(21)

XX

COPY PROPOSAL TEKNIS

13. ANGGARAN :

MA Rincian Komponen Pembiayaan Jumlah Jumlah (%)

521211 Belanja Bahan 74,400,000 12.98

521213 Honor Terkait Output Kegiatan 28,000,000 4.88

522141 Belanja Sewa 29,900,000 5.22

522151 Belanja Jasa Profesi 25,400,000 4.43

524111 Belanja Perjalanan Biasa 229,400,000 40.01 524114 Belanja Perjalanan dinas paket meeting dalam kota 84,800,000 14.79 524119 Belanja Perjalanan dinas paket meeting luar kota 101,400,000 17.69

Jumlah 573,300,000 100.00

14. RENCANA OPERASIONAL KEGIATAN :

RENCANA KERJA Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept Okt Nop Des Tahun 2014

A Persiapan

Identifikasi data hasil penelitian 2006-2013 Tabulasi data hasil penelitian 2006-2013

konsultasi teknik analisis data penelitian dan perumusan

pembuatan ROKP

penyusunan kuesioner (penyempurnaan kuesioner

tahun sebelumnya)

B Pengumpulan data primer

C Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data

Analisis data

D Pelaporan

- Laporan bulanan

- Pembuatan Draft Lap Tengah Tahun (dan tabulasi data

sementara th 2014)

- perbaikan lap tengah tahun - Pembuatan Draft Lap Akhir Tahun - Perbaikan Lap Akhir Tahun

E Sosialisasi

- Workshop

(22)

XXI

15. TAHAPAN PEMBIAYAAN : MA Rincian Komposisi Pembiayaan TRIWULAN Jumlah (Rp) I II III IV 521211 Belanja Bahan 9,520,000 31,080,000 28,000,000 5,800,000 74,400,000 521213 Honor terkait ouput keg. 14,000,000 14,000,000 28,000,000 522114 Belanja Sewa 14,950,000 14,950,000 29,900,000 522115 Belanja Jasa Profesi 3,000,000 9,000,000 6,000,000 7,400,000 25,400,000 524111 Belanja Perjalanan Biasa 12,800,000 108,300,000 87,500,000 20,800,000 229,400,000 524114 Belanja Perjalanan Dinas

Dalam Kota 31,800,000 53,000,000 84,800,000

524119 Belanja Perjalanan Dinas

Luar Kota 16,900,000 33,800,000 16,900,000 33,800,000 101,400,000

(23)

XXII

KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa, bahwa atas petunjuk dan karunia-Nya, sehingga laporan teknis kegiatan “Penelitian Panel Kelautan dan Perikanan Nasional (Panelkanas) dan Dinamika Nilai Tukar Perikanan Dalam Mendukung Ketahanan Pangan dan Pengentasan Kemiskinan” dapat diselesaikan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Kegiatan “Penelitian panelkanas” dilakukan pada tahun 2014 dibiayai dari APBN tahun 2014.

Pada laporan akhir tahun, ini dikemukakan hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan riset, termasuk hasil studi pustaka dan temuan di lapangan yang terkait dengan dinamika usaha dan pendapatan rumah tangga di empat tipologi yaitu Perikanan Tangkap Laut (PTL), Perikanan Tangkap Perairan Umum Daratan (PTPUD), Perikanan Budidaya dan Produk Kelautan (Garam). Selain itu, pada laporan akhir tahun 2014 ini dilakukan juga berbagai analisis data – data panelkanas di tahun – tahun sebelumnya yaitu tahun 2006 – 2013 yang meliputi ”analisis perkembangan usaha 2006 – 2013, analisis pertumbuhan dan indeks ketidakstabilan, analisis indeks nilai tukar, dan analisis indeks ketimpangan pendapatan”. Pada bagian akhir laporan ini dikemukakan saran tindak lanjut berupa rekomendasi kebijakan yang diperlukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat nelayan perikanan tangkap laut maupun perikanan tangkap perairan umum, pembudidaya dan petambak garam.

Terima kasih yang sebesar-besarnya kami sampaikan kepada Kepala Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan (BBPSEKP), yang telah memberikan kesempatan untuk dapat melaksanakan penelitian ini. Terima kasih yang sama, kami sampaikan pula kepada berbagai pihak yang turut membantu sehingga terlaksananya kegiatan penelitian ini, terutama sesama tim peneliti dan laboratorium data, hingga selesainya laporan akhir ini. Laporan teknis ini merupakan hasil optimal yang dapat dilakukan oleh tim berdasarkan ketersediaan sumber daya yang ada. Meskipun demikian, disadari bahwa hasil yang dilaporkan tersebut masih terdapat kelemahan dan kekurangan. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, terutama Direktorat Teknis terkait di Departemen Kelautan dan Perikanan, antara lain Ditjen Perikanan Tangkap, Ditjen Budidaya, Ditjen KP3K, serta pemerintah daerah setempat. Saran perbaikan yang bersifat positif konstruktif sangat diharapkan guna perbaikan laporan ini dan pelaksanaan kegiatan penelitian panelkanas ke depan.

Jakarta, Desember 2014

(24)

XXIII

RINGKASAN

RINGKASAN

Penelitian Panel Perikanan Nasional (PANELKANAS) merupakan sebuah Penelitian yang dirancang untuk memonitor dinamika sosial ekonomi desa perikanan sebagai dampak kegiatan pembangunan nasional. Kegiatan ini merupakan studi yang bersifat panel mikro yang memiliki kelebihan untuk menjelaskan perkembangan yang terjadi pada tipologi usaha kelautan dan perikanan serta perbedaan-perbedaannya menurut waktu. Dengan dasar keberadaan manfaat panel tersebut maka Panelkanas menjadi penting untuk dilaksanakan

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan kajian-kajian generik sosial ekonomi kelautan dan perikanan, yang lebih lanjut akan digunakan untuk mendasari Penelitian yang bersifat problem solving dan prediksi perkembangan sosial ekonomi kelautan dan perikanan serta pengkajian-pengkajian opsi-opsi kebijakan dalam rangka pengentasan kemiskinan dan ketahanan pangan. Untuk itu kegiatan penelitian ini akan bersifat multi-years dengan menggunakan contoh wilayah pedesaan atau bahkan responden yang sama (tetap). Secara spesifik tujuan penelitian pada tahun 2014 adalah : (1) Mengkaji dinamika usaha kelautan dan perikanan pada rumah tangga pada empat tipologi kelautan dan perikanan; (2) Mengkaji dinamika pendapatan rumah tangga kelautan dan perikanan pada empat tipologi kelautan dan perikanan; (3) Mengkaji dinamika pengeluaran rumah tangga kelautan dan perikanan pada empat tipologi kelautan dan perikanan; dan (4)Mengkaji dinamika indeks nilai tukar perikanan pada pelaku usaha sektor kelautan dan perikanan pada empat tipologi kelautan dan perikanan.

Lokasi penelitian ini mengikuti lokasi yang telah diidentifikasi sejak tahun 2006 dengan pertimbangan mewakili seluruh tipologi desa kelautan dan perikanan. Lokasi tersebut meliputi Jawa dan Luar Jawa Lokasi penelitian di tahun 2014 mengikuti lokasi yang telah teridentifikasi sejak tahun 2006. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan penelitian yang bersifat panel sehingga harus menjaga konsistensi lokasi. Pada tahun ini keseluruhan lokasi akan dikaji berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya serta penelusuran data sekunder. Sementara lokasi pengambilan data primer kegiatan hanya dilakukan pada 8 lokasi meliputi Bidang Perikanan Tangkap Laut (Bitung, Malang, Cirebon dan Sambas), Perikanan Tangkap Perairan Umum Daratan (Purwakarta), Perikanan Budidaya (Klungkung dan Cianjur) dan Produk Kelautan (Sumenep).

Data yang dikumpulkan mencakup kelompok data pendukung analisis usaha, pendapatan dan konsumsi (terlampir) rumah tangga responden terpilih. Pada tahun 2014, pengumpulan data primer dilakukan melalui mekanisme survei monitoring pada masing-masing lokasi terpilih sesuai dengan aspek atau tema

(25)

XXIV

RINGKASAN

instrumen (kuesioner) terstruktur terhadap 40 responden rumah tangga mewakili tipologi yang telah ditentukan terdahulu. Data yang dikumpulkan kemudian dianalisis untuk menjawab empat tujuan penelitian. Tujuan pertama hingga ketiga dijawab melalui metode analysis deskriptif, deskstudy, Analisis mendalam tdp dinamika usaha, pendapatan dan pengeluaran rumah tangga perikanan dan kelautan serta Analisis Data Panel. Sedangkan tujuan ke empat dijawab melalui metode analisis Indeks Nilai Tukar Perikanan dengan Indeks Nilai, Dekomposisi Nilai Tukar, Kajian Pustaka/Desk Study dan Analisis Data Panel

Kondisi dinamika sosial ekonomi rumah tangga kelautan dan perikanan menunjukkan berfluktuasi antar tahunnya. Fluktuasi produksi dan harga masih berimbas positif pada penerimaan dan keuntungan usaha. Hal ini terlihat dari perkembangannya yang selalu positif dalam kurun waktu 2010-2013 dengan rata-rata peningkatan sebesar 11,8% dan 32,3%. Kondisi ini menunjukkan bahwa kondisi usaha pelagis besar masih cukup menguntungkan secara nominal sehingga berpotensi untuk terus dikembangkanuksi yang positif sebesar 21% per tahun. Produksi pada tahun 2010 tercatat sebesar 3,5 ton per kapal pertahun dan pada tahun 2013 tercatat sebesar 4,9 ton per kapal pertahun. Penurunan produksi yang cukup tajam terjadi pada tahun 2012 dimana menurun sebesar 33% dari tahun sebelumnya. Dari sisi harga tercatat kecenderungan kenaikan sebesar 7% pertahun meski variasi antar tahun cukup tinggi. Fluktuasi produksi dan harga masih berimbas positif pada penerimaan dan keuntungan usaha. Hal ini terlihat dari perkembangannya yang selalu positif dalam kurun waktu 2010-2013 dengan rata-rata peningkatan sebesar 11,8% dan 32,3%. Kondisi ini menunjukkan bahwa kondisi usaha pelagis besar masih cukup menguntungkan secara nominal sehingga berpotensi untuk terus dikembangkan.

Berdasarkan data monitoring produksi dan harga Data Perikanan Tangkap Pelagis Kecil-Demersal yang dilakukan semenjak tahun 2010 diketahui bahwa produksi terus mengalami penurunan sementara harga yang diterima oleh nelayan secara keseluruhan mengalami peningkatan. Rata-rata persentase penurunan produksi -18,5% pertahun. Sebaliknya, harga rata-rata yang diperoleh nelayan per kg ikan naik sebesar 13,2% per tahunnya. Secara ringkas situasi ini menunjukkan gejala over fishing yang kuat. Perkembangan penerimaan dan keuntungan usaha terekam semakin menurun begitu pula dengan pendapatan usaha yang diperoleh sebesar -6.5% pertahun. Penurunan ini bisa lebih besar dimasa yang akan datang bila melihat gejala penurunan yang terjadi.

Pada umumnya budidaya perikanan mengalami pertumbuhan yang positif dilihat dari sisi penerimaan dan pendapatan usaha. Peningkatan penerimaan terbesar terjadi pada rumput laut (18.38%) yang diikuti dengan KJA (17.6%), tambak (10.4%), dan kolam (7.4%). Peningkatan penerimaan memberi peningkatan yang cukup berarti pada pendapatan usaha yaitu sebesar 19.36%

(26)

XXV

RINGKASAN

pada budidaya rumput laut, 26.5% pada KJA, 15.3% pada tambak dan 26,1% pada kolam. Berdasarkan hasil monitoring diketahui bahwa peningkatan penerimaan budidaya disebabkan oleh meningkatnya produksi dan harga hampir pada seluruh jenis budidaya.

Produksi perikanan tangkap perairan umum daratan semenjak tahun 2010 terpantau terus mengalami penurunan. Rata-rata penurunan produksi per unit kapal sebesar -11,8%. Penurunan kondisi sumberdaya diduga menjadi penyebab turunnya produksi hasil tangkapan masyarakat. Selain itu harga jual ikan hasil tangkapan yang terus menurun juga membuat minat melakukan penangkapan ikan semakin turun. Penurunan upaya penangkapan yang berdampak pada penurunan produksi akhirnya berdampak langsung pada pendapatan nelayan perairan umum daratan. Terlihat semenjak tahun 2010 penerimaan dan pendapatan usaha terus mengalami penurunan yang cukup berarti yaitu -17,8% per tahun.

Faktor utama yang mempengaruhi penerimaan dan keuntungan usaha petambak garam adalah banyaknya produksi dan harga yang diterima. Berdasarkan hasil yang diperoleh diketahui bahwa produksi garam mengalami penurunan pada tahun 2012 dan tahun 2013. Hal ini disebabkan oleh jumlah hari panas yang berkurang sehingga panen tidak optimal. Pada saat yang bersamaan terjadi perbaikan harga jual garam. Penurunan produksi pada tahun 2012 sebesar 36% dari tahun sebelumnya. Secara ratarata laju penurunan produksi adalah -12,7% pertahun. Kenaikan harga garam yang cukup tinggi semenjak tahun 2012 menjadi berkah tersendiri bagi para petambak garam. Meskipun produksi menurun pada tahun 2012 ternyata tidak membuat penerimaan dan pendapatan usaha menurun dan bahkan sebaliknya. Penurunan pendapatan terjadi pada tahun 2013 seiring dengan penurunan tipis harga jual garam yang diterima petambak garam. Bila dihitung secara rata-rata, pertumbuhan penerimaan dan pendapatan petambak garam adalah 2,8% dan 2,3% pertahun.

Rata-rata pendapatan rumah tangga nelayan pada tipologi pelagis kecil dan demersal periode tahun 2006-2013 adalah sebesar Rp. 25.169.000/thn. Rata-rata laju kenaikan pendapatan rumah tangga yaitu sebesar 2% per tahun. Besarnya pendapatan rumah tangga perikanan sangat tergantung pada sumber pendapatan dari sektor perikanan, hal ini dapat dilihat dari besarnya distribusi pendapatan dari sektor perikanan mencapai 88% dari total pendapatan rumah tangga dan untuk distribusi pendapatan dari sektor non perikanan sebesar 12%. Besarnya pendapatan rumah tangga yang bersumber dari sektor perikanan (usaha penangkapan ikan) mengindikasikan bahwa rumah tangga nelayan pada tipologi pelagis kecil dan demersal sangat tergantung pada sektor perikanan (sumberdaya perikanan). Fluktuasi pendapatan terbesar terjadi pada tahun 2010-2011, yaitu terjadi peningkatan pendapatan sebesar 82%, namun pada tahun 2011-2012 terjadi penurunan pendapatan sebesar 62%. Fluktuasi pendapatan antar tahun

(27)

XXVI

RINGKASAN

pada rumah tangga dominan dipengaruhi oleh besar kecilnya penerimaan usaha dari sektor penangkapan ikan. Hal ini tidak terlepas dari karakteristik usaha penangkapan ikan yang bersifat musiman.

Untuk Rata-rata pendapatan rumah tangga nelayan pada tipologi pelagis kecil dan demersal periode tahun 2006-2013 adalah sebesar Rp. 32.633.000,-/thn. Rata-rata laju kenaikan pendapatan rumah tangga yaitu sebesar 9% per tahun. Besarnya pendapatan rumah tangga perikanan sangat tergantung pada sumber pendapatan dari sektor perikanan, hal ini dapat terlihat dari besarnya distribusi pendapatan dari sektor perikanan mencapai 84% dari total pendapatan rumah tangga dan untuk distribusi pendapatan dari sektor non perikanan sebesar 16%. Sama halnya dengan rumah tangga nelayan pada tipologi pelagis kecil dan demersal, fluktuasi pendapatan rumah tangga antar tahun sangat dipengaruhi oleh besarnya penerimaan pendapatan dari sektor perikanan, Karakteristik usaha penangkapan tuna yang bersifat musiman sangat mempengaruhi pendapatan rumah tangga. Untuk pendapatan rumah tangga dari sektor non perikanan relatif stabil nilainya antar tahun. Rata-rata pendapatan rumah tangga dari sektor non perikanan yaitu sebesar Rp.2.980.000,-/tahun, Hal ini dikarenakan sifat pekerjaan pada sektor non perikanan yang tetap, seperti penyedia jasa bahari dan pertanian (siklus panen yang tetap).

Tingkat pendapatan rumah tangga nelayan peraitan umum daratan masih relatif rendah yaitu sebesar Rp. 24 882 551 per tahun atau sekitar 2 juta rupiah perbulan. Rata-rata pendapatan nelayan perairan umum daratan tersebut mengalami peningkatan sebesar 24% pertahun. Namun demikian pendapatan yang diterima oleh nelayan perairan umum daratan dari hasil penangkapan mengalami tren yang negatif semenjak tahun 2010 sebesar 15.4% per tahun. Hal ini disebabkan oleh kondisi usaha penangkapan yang dirasa semakin sulit dan kurang memberikan daya tarik bagi nelayan. Sebaliknya pendapatan dari non nelayan meningkat cukup tajam baik yang berasal dari usaha perikanan lainnya seperti budidaya maupun usaha non perikanan seperti dibidang pertanian, buruh dan jasa lainnya. Pendapatan dari perikanan budidaya misalnya meningkat 133.8% per tahunnya. Sementara pendapatan dari non perikanan tercatat meningkat sebesar 33,3% tahunnya. Proporsi pendapatan dari usaha perikanan tangkap perairan umum daratan saat ini hanya tercatat sebesar 23,4% dibandingkan sumber lainnya. Perbandingan sumber pendapatan perikanan dan non perikanan adalah 53% berbanding 47%.

Pendapatan rumah tangga pembudidaya ikan secara umum mengalami peningkatan sebesar 2.6% pertahun. Rata-rata pendapatan rumah tangga pembudidaya ikan dari seluruh sumber pendapatan adalah Rp. 2.868.512 perbulan. Meski mengalami pertumbuhan positif ternyata pendapatan yang bersumber dari usaha perikanan budidaya justru mengalami penurunan sebesar

Gambar

Gambar 1.1.  Skema Kaitan Penelitian Panelkanas dengan Program  Pembangunan Kelautan dan Perikanan Menurut Dimensi
Tabel 4.4.  Perkembangan  Biaya  Tidak  Tetap  (Variable)  per  trip  Usaha  Perikanan Tangkap Pelagis Besar Tuna Ukuran Kapal 5 – 10 GT  di Kota Bitung, 2013 dan 2014
Tabel 4.10.  Struktur Biaya Investasi Usaha Perikanan Tangkap Pelagis Besar  di Kabupaten Malang, 2014
Tabel 4.13. Biaya  Operasional  per  Bulan  Perikanan  Tangkap  Laut  Pelagis  Besar di Kabupaten Malang, 2014
+7

Referensi

Dokumen terkait

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Mengetahui cara memelihara kesehatan organ peredaran darah manusia Menjelaskan berbagai penyakit yang mempengaruhi organ peredaran manusia dan menjelaskan cara memelihara

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa usulan judul tugas akhir “Analisa mekanisme kerja Hidraulik Pump pada Mixer Truck”, yang saya ajukan pada Jurusan Teknik

Atribut yang dianggap penting tetapi kinerja perusahaan kurang memuaskanada 11 atribut, yaitu: tingkat kematian bibit, ketahanan bibit terhadap penyakit, kemudahan

Secara teoritis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi atau masukan bagi perkembangan ilmu teknologi mengenai penggunaan sistem yang telah

Aplikasi berasal dari kata application yang artinya penerapan, lamaran, penggunaan. Secara istilah aplikasi adalah: program siap pakai yang direka untuk melaksanakan

Berdasarkan faktor risiko kadar kolesterol, sebagian besar responden memiliki kadar antara 200 – 239 mg/dl, dimana responden laki – laki memiliki kecenderungan

Rancangan pasif merupakan cara penghematan energi melalui desain gedung yang dapat mengurangi konsumsi energi dari peralatan pemanfaat energi (pengkondisi udara dan lampu)..