• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran matematika berbasis paradigma pedagogi reflektif dengan materi teorema pythagoras di kelas VIIIA SMP Kanisius Tirtomoyo Wonogiri - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran matematika berbasis paradigma pedagogi reflektif dengan materi teorema pythagoras di kelas VIIIA SMP Kanisius Tirtomoyo Wonogiri - USD Repository"

Copied!
268
0
0

Teks penuh

(1)

i

AKTIVITAS BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN

MATEMATIKA BERBASIS PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF

DENGAN MATERI TEOREMA PYTHAGORAS DI KELAS VIIIA SMP

KANISIUS TIRTOMOYO WONOGIRI

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun oleh :

B. OKKI HERUDIYANTO

NIM : 071414010

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)

iii

(4)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karyaku ini untuk :

Kedua orang tuaku : Bpk. Ig. Sutopo & Ibu. R

Sudarsih, dan saudara-saudaraku tercinta : N. Rino

W & B. Novian C.

Kekasih hati, Rahayu.

Mendiang Alm. Bpk. Dr. S. Susento, MS

Sahabat-sahabat, kerabat, dan teman-temanku.

(5)
(6)

vi

ABSTRAK

Bonaventura Okki Herudiyanto. 2012.

Aktivitas Belajar Siswa Dalam

Pembelajaran Matematika Berbasis Paradigma Pedagogi Reflektif Dengan

Materi Teorema Pythagoras di Kelas VIIIA SMP Kanisius Tirtomoyo Wonogiri

.

Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang aktivitas belajar

siswa dalam pembelajaran matematika berbasis PPR dan kesesuaian aktivitas

belajar siswa dengan pembelajaran berbasis PPR pada materi Teorema Pythagoras

di kelas VIIIA SMP Kanisius Tirtomoyo, Wonogiri.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Data yang

digunakan bersifat kualitatif, yang berkaitannya dengan aktivitas belajar siswa

yang berbasis PPR. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa dan guru di kelas

VIIIA SMP Kanisius Tirtomoyo, Wonogiri. Pengambilan data utama dilakukan

dari tanggal 8 September 2011 sampai dengan 29 Sepetember 2011 di SMP

Kanisius Tirtomoyo, sebanyak 7 kali pertemuan, dengan 11 jam pelajaran. Data

dikumpulkan dengan cara melakukan perekaman kegiatan pembelajaran

menggunakan alat rekam berupa

handycam

dan

voice recorder.

Proses analisis

data dilakukan dengan prosedur : (i) reduksi data, yang meliputi transkripsi data

rekaman video, (ii) penentuan topik-topik data (iii) penentuan kategorisasi data,

dan (iv) penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian terdiri dari uraian tentang aktivitas belajar siswa dalam

pembelajaran matematika pada materi Teorema Pythagoras dan kesesuaiannya

aktivitas belajar siswa dengan prinsip-prinsip PPR dalam pembelajaran. Aktivitas

belajar siswa dalam pembelajaran matematika berbasis Paradigma Pedagogi

Reflektif dengan materi Teorema Pythagoras di kelas VIIIA SMP Kanisius

Tirtomoyo, Wonogiri adalah (a) Pelaksanaan pembelajaran pada materi Teorema

Pythagoras didasarkan pada nilai kemanusiaan yang ditumbuhkan dengan konteks

siswa dan materi pelajaran, (b) Siswa melakukan pengalaman terkait nilai

kemanusiaan dalam kegiatan pembelajaran, (c) Siswa merefleksikan pengalaman

terkait dengan nilai kemanusiaan, (d) Siswa melakukan aksi dalam rangka

mewujudkan nilai kemanusiaan, dengan aktivitas merumuskan niat dan aksi

secara lisan dan tulisan dengan bimbingan guru, dan (e) Siswa melaksanakan

evaluasi dari guru berdasarkan nilai kemanusiaan, dengan aktivitas mengerjakan

soal evaluasi kompetensi matematika dalam bentuk tes tertulis dengan materi

Teorema Pythagoras.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka bisa dikatakan bahwa selama

pembelajaran berlangsung, guru sudah menerapkan pembelajaran sesuai dengan

prinsip-prinsip PPR, meskipun masih ada beberapa kekurangan, namun secara

umum pelaksanaan pembelajaran dengan pola PPR sudah tampak baik.

(7)

vii

ABSTRACT

Bonaventura Okki Herudiyanto. 2012.

Students’ Learning Activities in

Mathematics Based on Reflective Pedagogy Paradigm on the Topic of

Pythagorean Theorem in Class VIII A of SMP Kanisius Tirtomoyo

.

Undergraduate Thesis. Mathematics Education Study Program, Department

of Mathematics and Science Education, Faculty of Teacher Training and

Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

The goal of this research was to describe students’ activities in

mathematics learning based on Reflective Pedagogy Paradigm and its

appropriateness with Pythagorean Theorem in Class VIII A of SMP Kanisius

Tirtomoyo, Wonogiri.

The research was descriptive qualitative and the data were qualitative,

related to the students learning activities based on RPP. The subjects of the

research were students and the mathematics teacher of Class VIII A of SMP

Kanisius Tirtomoyo, Wonogiri. The data were gathered from 8

th

until 29

th

The results of the research consisted of a description of students’

activities in mathematics learning based on Reflective Pedagogy Paradigm and of

its appropriateness with Pythagorean Theorem in Class VIII A of SMP Kanisius

Tirtomoyo, Wonogiri. The students’ activities were done in the following steps;

(a) implementation of learning on the topic of Pythagorean Theorem was done

based on humanity values, developed by students’ context and learning material,

(b) the students experienced humanity values, (c) the students reflected their

experiences, (d) the students formulated their intention and action orally and in a

written from in terms of applying humanity values by teacher guidance, (e) the

students was evaluated by the teacher based on humanity values by doing

mathematics competence written test on the material of Pythagorean Theorem.

September 2011, during 11 class hours in 17 meetings. The data were gathered by

recording learning activities using handycam and voice recorder. The process of

analyzing data was done in the following procedures: (i) reducing data, including

transcription of video record data, (ii) defining the topic of the data, (iii)

categorizing data, and (iv) making conclusion.

From the analysis, the researcher found that during learning activities, the

teacher had applied Reflective Pedagogic Paradigm principles, although there

were still weaknesses, but generally, the implementation of Reflective Pedagogic

Paradigm principles had been good.

(8)
(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang

telah memberikan anugerah dan bimbingan, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul : Aktivitas Belajar Siswa dalam Pembelajaran

Matematika Berbasis Paradigma Pedagogi Reflektif dengan Materi Teorema

Pythagoras di Kelas VIIIA SMP Kanisius Tirtomoyo Wonogiri. Penulisan skripsi

ini adalah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan di

Program Studi Pendidikan Matematika, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Selama menimba ilmu di Universitas Sanata Dharma khususnya di

Program Studi Pendidikan Matematika sampai dengan penulisan skripsi ini,

banyak pihak yang telah membantu dan membimbing penulis. Melalui

kesempatan ini, dengan penuh kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih

yang sebesar-besarnya, kepada:

1.

Bapak almarhum Dr. Susento, MS. selaku dosen pembimbing yang telah

bersedia memberi dukungan, saran, kritik, meluangkan waktu, tenaga dan

pikiran untuk membimbing dan mengarahkan penulis.

2.

Bapak Prof. Dr. St. Suwarsono. selaku dosen pembimbing yang telah bersedia

memberi saran, kritik, meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk

membimbing dan mengarahkan penulis.

3.

Bapak Dr. M. Andy Rudhito, S.Pd.

selaku Ketua Program Studi Pendidikan

(10)

x

4.

Bapak Drs. A. Atmadi, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika

dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sanata Dharma.

5.

Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma.

6.

Segenap Dosen dan Staf Sekretariat Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Sanata Dharma.

7.

Bapak R. Hadi Santoso, S.Pd selaku guru mata pelajaran matematika dan

Bapak Drs. Katino selaku kepala sekolah Kanisius Tirtomoyo Wonogiri yang

telah membantu dalam pelaksanaan penelitian ini.

8.

Bapak Ig. Sutopo & Ibu R. Sudarsih, kakakku N. Rino W dan adikku B.

Novian C, keluarga, saudara-saudara tercinta yang telah memberikan

dukungan dengan tulus, dan yang akan selalu di hati, Rahayu.

9.

Sahabat-sahabat yang telah memberikan banyak dukungan.

Penulis menyadari bahwa penulisan karya ini masih jauh dari sempurna,

oleh sebab itu, penulis sangat mengharapakan saran dan kritik yang membangun,

demi kemajuan yang lebih baik bagi semua pihak.

Yogyakarta, 30 Januari 2012

Penulis,

(11)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...

i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...

ii

HALAMAN PENGESAHAN ...

iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ...

iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...

v

ABSTRAK ...

vi

ABSTRACT ...

vii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ...

viii

KATA PENGANTAR ...

ix

DAFTAR ISI ...

xi

DAFTAR TABEL ...

xv

DAFTAR DIAGRAM ...

xvi

DAFTAR LAMPIRAN ...

xvii

BAB I

PENDAHULUAN ...

1

A.

Latar Belakang...

1

B.

Perumusan Masalah ...

4

C.

Tujuan Penelitian ...

4

D.

Batasan Istilah ...

5

E.

Deskripsi Judul ...

5

F.

Manfaat Hasil Penelitian ...

6

(12)

xii

BAB II

LANDASAN TEORI ...

8

A.

Pembelajaran Matematika ...

8

B.

Karakteristik Pembelajaran Berbasis Paradigma Pedagogi

Reflektif ...

9

1.

Konteks ...

10

2.

Pengalaman ...

11

3.

Refleksi ...

11

4.

Aksi ...

12

5.

Evaluasi ...

12

C.

Aktivitas Belajar Siswa dalam Pembelajaran ...

13

D.

Materi Pelajaran...

14

1.

Sejarah Penemuan Teorema Pythagoras ...

14

2.

Penemuan Teorema Pythagoras dengan Pendekatan Luas .

16

a)

Luas Persegi ...

16

b)

Luas Segitiga Siku-siku ...

16

c)

Menghitung luas persegi ABCD pada gambar berikut

dalam satuan luas ...

17

d)

Teorema Pythagoras ...

19

3.

Menghitung panjang sisi segitiga siku-siku ...

19

BAB III

METODE PENELITIAN ...

21

A.

Jenis Penelitian ...

21

B.

Subjek Penelitian ...

21

(13)

xiii

D.

Metode Pengumpulan Data ...

22

E.

Instrumen Penelitian ...

23

F.

Keabsahan Data ...

24

G.

Teknik Analisis Data ...

24

BAB IV

ANALISIS DATA ...

27

A.

Pelaksanaan Penelitian ...

27

1. Tahap Uji Coba ...

28

2. Tahap Penelitian Utama ...

30

a.

Pertemuan pertama ...

31

b.

Pertemuan kedua ...

33

c.

Pertemuan ketiga ...

37

d.

Pertemuan keempat ...

38

e.

Pertemuan kelima ...

40

f.

Pertemuan keenam ...

42

g.

Pertemuan ketujuh ...

44

B.

Analisis Data ...

45

1.

Transkripsi Data ...

45

2.

Penentuan Topik Data ...

46

3.

Penentuan Kategori Data ...

61

a.

Tabel kategori data ...

61

b.

Diagram kategori data...

65

4.

Penarikan Kesimpulan ...

70

(14)

xiv

A.

Aktivitas Belajar Siswa dalam Pembelajaran ...

74

B.

Kesesuaian antara Aktivitas Belajar Siswa dengan prinsip-prinsip

PPR ...

127

C.

Pembahasan Hasil Penelitian ...

136

BAB VI

PENUTUP ...

145

A.

Kesimpulan ...

145

B.

Saran ...

148

DAFTAR PUSTAKA ...

150

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Waktu pelaksanan penelitian ...

18

Tabel 4.2 Pelaksanaan pertemuan dan pokok materi bahasan ...

31

Tabel 4.3 Topik Data Aktivitas belajar siswa pada KBM Pertemuan I ...

46

Tabel 4.4 Topik Data Aktivitas belajar siswa pada KBM Pertemuan II ...

49

Tabel 4.5 Topik Data Aktivitas belajar siswa pada KBM Pertemuan III ...

51

Tabel 4.6 Topik Data Aktivitas belajar siswa pada KBM Pertemuan IV ...

55

Tabel 4.7 Topik Data Aktivitas belajar siswa pada KBM Pertemuan V ...

56

Tabel 4.8 Topik Data Aktivitas belajar siswa pada KBM Pertemuan VI ...

59

Tabel 4.9 Topik Data Aktivitas belajar siswa pada KBM Pertemuan VII ...

60

Tabel 4.10 Kategori Data Aktivitas belajar siswa Pertemuan I ...

61

Tabel 4.11 Kategori Data Aktivitas belajar siswa Pertemuan II ...

61

Tabel 4.12 Kategori Data Aktivitas belajar siswa Pertemuan III ...

62

Tabel 4.13 Kategori Data Aktivitas belajar siswa Pertemuan IV ...

63

Tabel 4.14 Kategori Data Aktivitas belajar siswa Pertemuan V ...

63

Tabel 4.15 Kategori Data Aktivitas belajar siswa Pertemuan VI ...

64

Tabel 4.16 Kategori Data Aktivitas belajar siswa Pertemuan VII ...

64

(16)

xvi

DAFTAR DIAGRAM

Halaman

Diagram 4.1 kategori data aktivitas belajar siswa

dalam pembelajaran pertemuan I ...

65

Diagram 4.2 kategori data aktivitas belajar siswa

dalam pembelajaran pertemuan 2...

65

Diagram 4.3 kategori data aktivitas belajar siswa

dalam pembelajaran pertemuan 3...

66

Diagram 4.4 kategori data aktivitas belajar siswa

dalam pembelajaran pertemuan 4...

67

Diagram 4.5 kategori data aktivitas belajar siswa

dalam pembelajaran pertemuan 5...

68

Diagram 4.6 kategori data aktivitas belajar siswa

dalam pembelajaran pertemuan 6...

69

Diagram 4.7 kategori data aktivitas belajar siswa

dalam pembelajaran pertemuan 7...

70

Diagram 4.8 Penarikan kesimpulan aktivitas belajar siswa dalam

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ...

153

Lampiran 2

Transkrip Data ...

170

Lampiran 3. Lembar Kerja Siswa ...

214

Lampiran 4. Soal Tes, Kunci Jawaban, Daftar Nilai seluruh Siswa

dan Beberapa Lembar Jawaban Siswa ...

217

Lampiran 5. Lembar Refleksi ...

227

Lampiran 6. Dokumentasi Kegiatan Pembelajaran...

238

Lampiran 7. Slide Power Point Materi Teorema Pythagoras...

247

(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Pembelajaran matematika di era sekarang banyak menimbulkan asumsi

bagi siswa bahwa matematika merupakan mata pelajaran yang sangat sulit dari

pada pelajaran yang lainnya. Di kalangan siswa pelajaran matematika seolah-olah

menjadi “momok” yang menakutkan karena dirasakan sangat sulit dan membuat

kebanyakan siswa justru menjadi bingung, matematika dianggap hanya

mempelajari angka-angka, variabel-variabel, dan rumus-rumus yang susah untuk

diingat (Retno, 2008). Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin

pesat membawa pada suatu perubahan yang berakibat global. Salah satunya dalam

bidang pendidikan, banyak perubahan-perubahan yang terus terjadi. Hal ini

tentunya tidak lepas dari campur tangan pemerintah yang sering mengadakan

perubahan kurikulum, pergantian standar kelulusan, dan lain sebagainya. Keadaan

tersebut membawa efek pada sistem pendidikan formal yang akhirnya menjadi

tidak stabil, belum sempurna penerapan sistem pendidikan yang baru sudah keluar

lagi suatu aturan yang lebih baru yang dibuat pemerintah.

Dampak dari perubahan-perubahn yang terjadi demikian mengakibatkan

banyak sekolah-sekolah yang mengalami kesulitan dalam mengendalikan

kestabilan sistem pendidikan khususnya pada sekolah masing-masing. Hal-hal

semacam ini baru permasalahan yang secara umum muncul, belum lagi

(19)

bentuk metode pembelajaran di sekolah oleh seorang guru yang belum efektif

digunakan dalam pembelajaran, atau masalah-masalah lain terkait dengan

kebutuhan internal sekolah, seperti masalah bangunan sekolah, sarana-sarana

penunjang pendidikan yang belum lengkap, dan sebagainya. Tekanan finansial

berlebihan pada sukses finansial dapat menimbulkan persaingan yang keterlaluan

dan sikap berpamrih melulu, akibatnya apa yang merupakan nilai manusiawi yang

ada dalam suatu bidang studi memudar dalam kesadaran pelajar (Subagyo,

2005b).

Oleh sebab itu maka muncul harapan akan terjadinya proses perubahan

sosial menuju masyarakat dan dunia yang lebih baik, karena pendidikan berperan

penting dalam upaya membangun kehidupan bersama yang diwarnai persaudaraan

sejati, keadilan, solidaritas, dan bertanggungjawab. Pendidikan adalah instrumen

untuk mencapai idealisme tersebut. Pendidikan yang menjembatani proses

tersebut yaitu menuju masyarakat dan dunia yang lebih baik. Dengan demikian,

pendidikan menemukan relevansinya sebagai faktor utama terjadinya perubahan

sosial. Maka dari itu, pendidikan selain menjadikan pribadi berbekal pengetahuan

juga harus berhasil menumbuhkan pribadi dan karakter siswa, sehingga di

diharapkan nantinya mereka siap menjadi pelaku perubahan-perubahan sosial

yang tangguh sesuai dengan pemikiran dasar Pendidikan Kristiani (Mgr. I.

Suharyo, Pr., 1998; dalam Noven, 2011) di mana disebutkan bahwa lembaga

pendidikan diharapkan menjadi kekuatan yang menggerakkan perubahan sosial.

Berdasarkan keadaan tersebut, maka penerapan pembelajaran yang

(20)

pilihan pola pembelajaran yang dapat menghasilkan kedua harapan bahwa

individu akan berbekal pengetahuan dan mempunyai pribadi yang berkarakter.

Pendidikan sebenarnya merupakan suatu rangkaian peristiwa yang kompleks

(Herman Hudoyo, 1981). Secara singkat dijelaskan bahwa pembelajaran berpola

Paradigma Pedagogi Reflektif (selanjutnya disebut PPR) adalah pembelajaran

yang mengintegrasikan pembelajaran bidang studi dengan pengembangan

nilai-nilai kemanusiaan (Subagyo, 2005b). Kedua hal tersebut menunjukkan bahwa

penerapan PPR dalam pendidikan merupakan rangkaian peristiwa yang kompleks,

bahwa selain memberikan materi pelajaran di suatu sekolah maka nilai-nilai

kemanusiaan yang saat ini banyak ditinggalkan juga harus di tanamkan pada diri

siswa. Sehingga apabila hal tersebut berhasil maka diharapkan dengan pribadi

yang berkarakter dapat menggerakkan perubahan sosial menuju arah yang lebih

baik.

Lembaga pendidikan formal yang telah menerapkan pola pembelajaran

berbasis PPR adalah Kanisius. Sejak tahun 2006 yang lalu terdapat sebuah

sekolah menengah pertama di daerah Tirtomoyo, Kabupaten Wonogiri, Provinsi

Jawa Tengah yang mengupayakan penggunaan PPR tersebut yaitu di SMP

Kanisius Tirtomoyo. Sekolah ini terletak di daerah berbukit-bukit dan terkesan

tandus. Keadaan geologis bukan menjadi masalah dalam upaya penerapan PPR di

sekolah ini. Namun demikian, guru masih mengalami berbagai hambatan dan

kekurangan dalam menerapkan PPR secara baik dan benar.

Berdasarkan penjelasan di atas banyak hal lain yang sekiranya perlu

(21)

penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif di SMP Kanisius Tirtomoyo Wonogiri,

dan peneliti terdorong untuk meneliti bagaimana aktivitas belajar siswa di kelas

dalam pembelajaran matematika berbasis PPR dan sejauh mana aktivitas belajar

siswa di dalam pembelajaran tersebut sesuai dengan PPR.

B.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, peneliti

merumuskan permasalahan yang diajukan.

Adapun rumusan masalah tersebut adalah sebagai berikut:

1.

Bagaimana aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran matematika

berbasis PPR dengan materi Teorema Pythagoras di kelas VIIIA SMP

Kanisius Tirtomoyo, Wonogiri?

2.

Sejauh mana aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran matematika

pada materi Teorema Pythagoras sesuai dengan karakteristik PPR di

kelas VIIIA SMP Kanisius Tirtomoyo, Wonogiri?

C.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk mendeskripsikan mengenai aktivitas

belajar siswa dalam pembelajaran matematika yang berbasis Paradigma Pedagogi

Reflektif pada materi Teorema Pythagoras dan untuk mengetahui kesesuaian

antara aktivitas belajar siswa kelas VIIIA SMP Kanisius Tirtomoyo, Wonogiri

(22)

D.

Batasan Istilah

Batasan istilah yang ada dalam rumusan masalah adalah bertujuan untuk

menghindari terjadinya penafsiran ganda terhadap judul skripsi.

1.

Pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif adalah pembelajaran yang

mengintegrasikan pembelajaran bidang studi dengan pengembangan

nilai-nilai kemanusiaan.

2.

Pembelajaran Matematika adalah kegiatan belajar mengajar pada materi

Pythagoras yang dilakukan oleh guru SMP Kanisius Tirtomoyo, Wonogiri di

kelas VIIIA.

3.

Siswa adalah seluruh siswa kelas VIIIA SMP Kanisius Tirtomoyo, Wonogiri

di Semester I Tahun Ajaran 2011/2012 dengan tingkat kemampuan dan

karakter yang berbeda, jenis kelamin berbeda, dan tempat tinggal yang masih

dekat dengan sekolah.

4.

Aktivitas belajar siswa yaitu isi dari proses kegiatan yang dilakukan oleh

siswa kelas VIIIA SMP Kanisius Tirtomoyo, Wonogiri pada pembelajaran

yang berbasis paradigma pedagogi reflektif.

E.

Deskripsi Judul

Penelitian ini berjudul “Aktivitas Belajar Siswa dalam Pembelajaran

Matematika Berbasis Paradigma Pedagogi Reflektif dengan Materi Teorema

Pythagoras di Kelas VIIIA SMP Kanisius Tirtomoyo Wonogiri”.

Dalam penelitian ini dilakukan pengambilan data berupa aktivitas belajar

(23)

pembelajaran berdasarkan prinsip-prinsip PPR. Pengambilan data dilakukan

dengan merekam keseluruhan rangkaian pembelajaran dari awal sampai akhir

pelajaran sebanyak 7 kali pertemuan. Perekaman ini menggunakan

handycam

yang kemudian akan ditranskrip menjadi bentuk narasi. Selain itu observasi juga

dilakukan dengan pengamatan langsung dan membuat catatan-catatan pada

lembar observasi untuk melengkapi data-data yang diperlukan dalam penelitian

supaya menjadi lebih lengkap dan terperinci.

Penelitian mencapai tujuan penelitian bila diperoleh deskripsi mengenai

aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran matematika berbasis PPR dan

kesesuaian antara aktivitas belajar siswa dengan karakteristik PPR.

F.

Manfaat Hasil Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1.

Bagi Guru

Bagi guru bidang studi matematika dalam melaksanakan pembelajaran

di sekolah, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk

mengajar agar dapat menggunakan metode PPR sehingga proses pembelajaran

berjalan secara lebih efektif.

2.

Bagi Peneliti

Peneliti yang juga sebagai calon guru dapat lebih mengetahui aktivitas

belajar siswa di kelas dalam pembelajaran matematika yang mengupayakan

penggunaan PPR dan kesesuaian aktivitas belajar siswa di kelas tersebut

(24)

Wonogiri. Sehingga sebagai calon guru nantinya dapat menggunakannya

sebagai bahan pertimbangan dalam pelaksanaan pembelajaran matematika

ketika menjadi guru agar dapat menerapkan pembelajaran berbasis PPR untuk

menanamkan nilai kemanusiaan kepada siswa tetapi tetap unggul dalam

kompetensi dasar matematika yang harus dicapai.

G.

Sistematika Penulisan Skripsi

Pada penulisan ini dibagi menjadi 6 bab. BAB I berisi tentang latar

belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan istilah, dan

sistematika penulisan. BAB II berisi tentang landasan teori yang digunakan

sebagai dasar penulisan yang meliputi karakteristik pembelajaran berbasis PPR,

aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran dan materi Teorema Pythagoras,

sedangkan BAB III berisi tentang uraian metode penelitian yang meliputi jenis

penelitian, subjek penelitian, waktu dan tempat penelitian, metode pengumpulan

data, instrumen pengumpulan data, dan teknik analisis data.

BAB IV berupa analisis data yang di dalamnya berisi tentang pelaksanaan

penelitian, transkrip rekaman video, topik data, dan kategori data. BAB V berisi

tentang hasil penelitian dan pembahasan, hasil penelitian berisi tentang uraian

hasil penelitian dan kesesuaian hasil penelitian dengan karakteristik PPR, dan

(25)

8

BAB II

LANDASAN TEORI

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang aktivitas belajar

siswa dalam pembelajaran matematika berbasis PPR dan kesesuaian aktivitas

belajar siswa di kelas dengan karakteristik PPR pada materi Teorema Pythagoras

di kelas VIII.A SMP Kanisius Tirtomoyo, Wonogiri. Berdasarkan tujuan tersebut,

maka landasan teori yang akan digunakan dalam penelitian ini meliputi: (i)

Pembelajaran Matematika, (ii) Karakteristik Pembelajaran Berbasis Paradigma

Pedagogi Reflektif (PPR), (iii) Aktivitas belajar siswa, dan (iv) Materi Teorema

Pythagoras.

A.

Pembelajaran Matematika

Pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan

oleh individu untuk

memperoleh suatu

perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai

hasil

dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya.

Pembelajaran mempunyai beberapa

prinsip yang menjadi landasannya. Salah satu

prinsip itu

adalah proses

pembelajaran terjadi karena adanya sesuatu yang

mendorong dan

suatu

tujuan yang akan

dicapai (Dwi Andreas, 2006).

Pembelajaran merupakan aktivitas

untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai

tujuan. Setiap siswa mempunyai

kebutuhan untuk paham akan matematika dan

dapat menerapkan dalam pemecahan suatu masalah. Maka dari itu,

siswa perlu

(26)

Dari paragraf di atas, pembelajaran matematika dapat diartikan sebagai

proses perubahan perilaku siswa yang melibatkan guru dan siswa itu sendiri untuk

pengembangan berpikir dan belajar matematika (Hudoyo, 2001:92). Dalam

pembelajaran matematika siswa harus

berperan lebih aktif

sebagai pembelajar dan

peran guru hanya sebagai fasilitator (Dwi Andreas, 2006).

B.

Karakteristik Pembelajaran Berbasis Paradigma Pedagogi Reflektif

(PPR)

Paradigma Pedagogi Reflektif adalah pola pikir pendidikan yang

mengintegrasikan pengembangan pemahaman masalah dunia dan nilai

kemanusiaan dalam satu proses pembelajaran yang terpadu (Subagyo, 2005a).

Menurut Subagyo (2005a), dalam PPR proses pembelajaran dirancang sedemikian

hingga:

1.

nilai kemanusiaan ditumbuhkan dari kesadaran dan kehendak siswa sendiri

melalui refleksi mereka

2.

hasil refleksi ditunjukkan dalam perubahan perilaku.

Nilai kemanusiaan yang dimaksud adalah suatu kualitas, sifat, atau

penghayatan manusia yang diakui sebagai berharga, pantas dimiliki, pantas

diperjuangkan oleh semua orang yang berkemauan baik, apapun agama, ras, atau

budayanya (Subagyo, 2005a). Contoh nilai kemanusiaan antara lain keadilan,

tanggung jawab, kesadaran, kerjasama, persaudaraan, solidaritas, penghargaan

terhadap martabat manusia, kejujuran, dan memperjuangkan pelestarian

(27)

Selanjutnya dijelaskan oleh Subagyo (2005b) bahwa pembelajaran berpola

Paradigma Pedagogi Reflektif merupakan pembelajaran yang mengintegrasikan

pembelajaran bidang studi dengan pengembangan nilai-nilai kemanusiaan yang

ditumbuhkan dalam diri siswa. Dalam pembelajaran tersebut, proses pembelajaran

disesuaikan dengan konteks siswa, pengembangan nilai-nilai kemanusiaan

diusahakan melalui dinamika pengalaman, refleksi, dan aksi, serta dikawal dengan

evaluasi (Subagyo, 2005b).

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Paradigma

Pedagogi Reflektif adalah cara pandang tentang pendidikan di sekolah yang

menekankan pada pengintegrasian usaha penumbuhan nilai-nilai kemanusiaan dan

pengembangan kompetensi siswa melalui pelaksanaan pembelajaran untuk semua

mata pelajaran di sekolah. Penumbuhan nilai-nilai kemanusiaan dilakukan sesuai

dengan konteks siswa dan materi pelajaran, serta melalui mekanisme pemberian

pengalaman, refleksi, perwujudan aksi, dan evaluasi.

1.

Konteks

Nilai kemanusiaan yang akan dikembangkan disesuaikan dengan

konteks siswa dan materi pelajaran. Konteks di sini maksudnya, guru

harus menyesuaikan materi dan cara belajar yang sesuai untuk siswa,

sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan baik. Konteks

siswa antara lain taraf perkembangan pribadi, kondisi sosial, budaya, dan

agama (Subagyo, 2005a). Konteks materi pelajaran antara lain kompetensi

dasar, ruang lingkup materi, sifat materi, keterkaitan materi dengan

(28)

2.

Pengalaman

Pengembangan nilai kemanusiaan paling efektif dilakukan melalui

pengalaman, yaitu siswa mengalami sendiri nilai yang diperjuangkan atau

yang ingin dikembangkan dari bahan yang dipelajari (Subagyo, 2005a: 3).

Pengalaman nilai yang ingin dikembangkan dapat berupa pengalaman

langsung dan juga dapat berupa pengalaman secara tidak langsung.

Penerapan pengalaman langsung, misalnya siswa ingin mengembangkan

nilai persaudaraan dan kerjasama dalam diri para siswa, maka siswa

belajar dengan cara kerja kelompok. Penerapan pengalaman tidak

langsung dapat dilakukan dengan cara siswa membayangkan,

merenungkan suatu peristiwa misalnya membaca berita dan melihat foto.

3.

Refleksi

Refleksi adalah kegiatan siswa meninjau kembali pengalaman yang

telah terjadi sebelumnya. Menurut Subagyo (2005a), refleksi merupakan

tahap di mana siswa menjadi sadar sendiri mengenai kebaikan, keenakan,

manfaat dan makna nilai yang diperjuangkan. Tujuannya adalah agar nilai

yang diperjuangkan menjadi menarik bagi siswa dan kemudian mereka

terpikat untuk memiliki atau menghayati nilai yang diperjuangkan sampai

pada keinginan untuk bertindak atau melakukan aksi.

Guna membantu siswa menyadari nilai kemanusiaan yang

terkandung di dalam pengalaman, guru memfasilitasi dengan berbagai

(29)

1)

mengajukan pertanyaan terbuka/divergen (Subagyo, 2005a);

2)

memberi tugas kepada siswa untuk mengkomunikasikan pendapat

atau perasaan mereka dalam bentuk lisan, tulisan, atau gambar;

3)

mengajak siswa berdiskusi.

4.

Aksi

Perwujudan dari hasil pengalaman yang sudah direfleksi adalah

sebuah aksi. Kegiatan aksi ini merupakan sikap atau perbuatan yang ingin

dilakukan siswa atas kemauan mereka sendiri terkait dengan nilai

kemanusiaan yang ingin diperjuangkan. Menurut Subagyo (2005a:3),

perkembangan nilai kemanusiaan tidak boleh hanya berhenti sampai

kesadaran, tetapi harus berlanjut sampai pada bersikap dan berbuat dari

kemauannya sendiri. Sikap dan niat adalah aksi batin, sedangkan

perbuatan merupakan aksi lahir.

5.

Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap penentuan hasil belajar dari para siswa.

Menurut Subagyo (2005a: 4), evaluasi perkembangan nilai kemanusiaan

tidak dapat dilakukan dengan tes, tetapi dengan observasi. Guru

mengobservasi perbuatan siswa yang spontan, yang menunjukan

perkembangan nilai kemanusiaan. Guru mencatat anekdot (peristiwa yang

cukup mencolok). Perlunya observasi karena ciri khas nilai kemanusiaan

(30)

Dari uraian tentang unsur-unsur dinamika pembelajaran berpola PPR di

atas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik PPR dalam pembelajaran

ditunjukkan dengan adanya kegiatan sebagai berikut (Subagyo, 2005a):

1.

Guru menyesuaikan nilai kemanusiaan yang akan ditumbuhkan dengan

konteks siswa dan materi pelajaran;

2.

Siswa mengalami nilai kemanusiaan dalam proses pembelajaran;

3.

Siswa merefleksikan pengalaman terkait dengan nilai kemanusiaan;

4.

Siswa membangun niat atau melakukan aksi untuk mewujudkan nilai

kemanusiaan;

5.

Guru mengevaluasi proses belajar nilai kemanusiaan pada diri para siswa.

C.

Aktivitas Belajar Siswa dalam Pembelajaran

Menurut Sahono (2010 ) bentuk-bentuk aktivitas belajar siswa selama

mengikuti proses pembelajaran biasanya berhubungan dengan kedisiplinan siswa

dalam mengikuti pelajaran di kelas, mempersiapkan peralatan pelajaran,

ketekunan mendengarkan informasi, menulis, membaca, mengamati, berfikir, dan

melakukan latihan atau praktek. Cole & Chan (dalam Sahono, 2010) menyatakan

bahwa aktivitas belajar meliputi berbicara: seperti menjawab pertanyaan atau

berpartisipasi dalam diskusi; menulis: seperti memberi jawaban singkat atau

melengkapi uraian dan laporan penelitian; dan perbuatan yang diarahkan sesuai

tujuan: seperti penemuan, pemecahan masalah, membangun model atau display.

Menurut pendapat Sadirman (2004) menyatakan bahwa aktivitas dalam proses

(31)

dalam mengikuti pelajaran, bertanya hal yang belum jelas, mencatat, mendengar,

berfikir, membaca, dan segala hal kegiatan yang dilakukan yang dapat menunjang

prestasi belajar. Disimpulkan bahwa kegiatan siswa dalam pembelajaran

merupakan perbuatan yang dilakukan siswa sebagai bentuk respon dari proses

pembelajaran yang apabila semua kegiatan tersebut dirangkai maka akan menjadi

aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung.

D.

Materi Pelajaran

1.

Sejarah Penemuan Teorema Pythagoras

Sekitar 4000 tahun yang lalu, sebuah tablet tanah liat yang berasal dari

Babilonia ini ditemukan dengan tulisan berikut: “4 adalah panjang dan 5

diagonal”. Selain itu, orang Cina juga mengetahui teorema ini. Hal ini

disebabkan Tschou-Gun yang tinggal di 1100 SM yang mengetahui tentang

karakteristik dari sudut siku-siku. Teorema ini juga dikenal dengan Caldeans

atau “Teorema Gougu”. Hal ini membuktikan bahwa telah jauh hari mereka

menyadari fakta bahwa sebuah segitiga dengan panjang 3, 4, dan 5 harus

merupakan segitiga siku-siku, mereka menggunakan konsep ini untuk

membangun sudut siku-siku dan merancang segitiga siku-siku dengan

membagi panjang tali ke dalam 12 bagian yang sama, seperti sisi pertama

pada segitiga adalah 3, sisi kedua adalah 4, dan sisi ketiga adalah 5 satuan

panjang.

Selain itu, orang Mesir tahu bahwa sebuah segitiga dengan sisi-sisi 3,

(32)

panjangnya 12 satuan. Mereka menggunakannya untuk membangun sudut

yang sempurna dalam bangunan dan piramida. Hal ini diyakini bahwa mereka

hanya tahu tentang 3, 4, 5 segitiga dan bukan teorema umum yang berlaku

untuk semua segitiga siku-siku. Jadi mengapa disebut Teorema

Pythagoras?. Walaupun teorema dikenal jauh sebelum waktu, pasti

Pythagoras umum dan membuatnya populer. Itu adalah Pythagoras yang

dikaitkan dengan demonstrasi pertama geometri . Itulah sebabnya dikenal

sebagai Teorema Pythagoras. Teorema Pythagoras merupakan salah satu

teorema paling penting di seluruh dunia geometri.

Sekitar 2500 tahun SM, Monumen Megalithic di Mesir dan Eropa

Utara terdapat susunan segitiga siku-siku dengan panjang sisi yang bulat.

Bartel Leendert van der Waerden menghipotesiskan bahwa Tripel Pythagoras

diidentifikasi secara aljabar. Selama pemerintahan Hammurabi the Great

(1790-1750 SM), tablet Plimpton Mesopotamian 32 terdiri dari banyak

tulisan yang terkait dengan Tripel Pythagoras. Pythagoras (569-475 SM)

menggunakan metode aljabar untuk membangun Tripel Pythagoras. Menurut

Sir Tomas L. Heath, tidak ada penelitian yang mengungkapkan sebab dari

teorema ini. Namun, penulis seperti Plutarch dan Cicero mengatributkan

teorema ke Pythagoras sampai atribusi tersebut diterima dan dikenal secara

luas. Pada 400 SM, Plato mendirikan sebuah metode untuk mencapai Tripel

Pythagoras yang baik dipadukan dengan aljabar dan geometri. Sekitar 300

SM, “Element Euclid” (bukti aksiomatis yang tertua) menyajikan teorema

(33)

200 sesudah masehi memiliki bukti visual dari Teorema Pythagoras atau

disebut dengan “Gougo Theorem” (sebagaimana diketahui di Cina) untuk

segitiga berukuran 3, 4,dan 5. Selama Dinasti Han (202-220 SM). Tripel

Pythagoras muncul di sembilan bab pada seni matematika seiring dengan

sebutan segitiga siku-siku. Namun, hal ini belum dikonfirmasi apakah

Pythagoras adalah orang pertama yang menamukan hubungan antara sisi dari

segitiga siku-siku, karena tidak ada teks yang ditulis olehnya ditemukan.

Walaupun demikian, nama Pythagoras telah dipercaya untuk menjadi nama

yang sesuai untuk teorema ini.

2.

Penemuan Teorema Pythagoras dengan pendekatan luas

Penemuan ini berkaitan dengan luas persegi dan luas segitiga. Untuk

mengingatkan kembali rumus luas persegi dan luas segitiga siku-siku.

Luas Persegi

Perhatikan persegi ABCD.

Luas persegi ABCD

=

𝐴𝐴𝐵𝐵

×

𝐴𝐴𝐵𝐵

=

𝐴𝐴𝐵𝐵

×

𝐴𝐴𝐵𝐵

(

𝑘𝑘𝑎𝑎𝑟𝑟𝑘𝑘𝑛𝑛𝑎𝑎

𝐴𝐴𝐵𝐵

=

𝐴𝐴𝐵𝐵

)

= AB

Luas Segitiga Siku-Siku

2

Perhatikan segitiga siku-siku ABC.

A

B

C

D

A

B

(34)

Luas segitiga siku-siku ABC =

2

AC

AB

×

Karena AB dan AC adalah sisi siku-siku, maka dapat ditulis :

Luas Segitiga siku-siku =

a.

Menghitung luas persegi ABCD pada gambar berikut dalam

satuan luas

D

A

C

B

Untuk menghitung luas persegi ABCD, terlebih dahulu

menggambar sekat-sekat menjadi beberapa buah segitiga seperti gambar

berikut.

II

siku

siku

sisi

panjang

I

siku

siku

sisi

panjang

×

×

(35)

H

D

G

A

C

E

B

F

Luas persegi EFGH = 7

×

7 = 49 satuan luas

Luas

∆ AEB = Lu as ∆ BDF = Luas ∆ CGD = Luas ∆ AHD =

luas

satuan

6

4

3

2

1

=

×

×

Luas persegi ABCD = Luas persegi EFGH – ( Luas

∆ AEB + Luas ∆ BDF +

(36)

b.

Teorema Pythagoras :

Perhatikan gambar berikut

:

c

2

c

a

2

a

b

b

2

Luas persegi pada hipotenusa = c

2

Luas persegi pada salah satu sisi miring siku-siku = b

= 8

2

Luas persegi pada sisi suku-siku yang lain = a

= 4

2

Jadi, luas persegi pada hipotenusa sama dengan jumlah luas persegi

pada siku-siku segitiga. Maka berlaku : c

= 4

2

= a

2

+ b

2

, atau b

2

= c

2

– a

2

, atau

a

2

= c

2

– b

2

.

3.

Menghitung panjang sisi segitiga siku-siku

a.

Pada gambar berikut,

∆ ABC

siku-siku di titik A.

Panjang AB = 4 cm, dan AC = 3 cm.

(37)

BC

2

= AB

2

+ AC

2

= 4

2

+ 3

2

BC =

√25 = 5. Jadi, panjang BC = 5 cm.

= 16 + 9 = 25

b.

Pada gambar berikut,

∆ PQR siku

-siku di titik P. Panjang PQ = 8 cm,

dan QR= 10 cm. Menghitung panjang PR.

PR

2

= QR

2

- PQ

2

= 10

2

- 8

2

PR =

√36 = 6. Jadi, panjang PR = 6 cm.

= 100 - 64 = 36

C

A

C

4

3

R

P

Q

(38)

21

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini memaparkan mengenai jenis penelitian, subjek penelitian, waktu

dan tempat penelitian, metode pengumpulan data, instrumen pengumpulan data,

keabsahan data, dan metode analisis data.

A.

Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif yang menekankan

pada keadaan yang sebenarnya dan berusaha mengungkap fenomena-fenomena

yang ada dalam keadaan tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk memberi

informasi tentang aktivitas belajar siswa di kelas dalam pembelajaran matematika

berbasis PPR dan kesesuaian aktivitas belajar siswa di kelas dengan karakteristik

pembelajaran berpola PPR dengan materi Teorema Pythagoras di kelas VIII.A

SMP Kanisius Tirtomoyo, Wonogiri.

B.

Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII.A SMP Kanisius

Tirtomoyo pada Semester I Tahun Ajaran 2011/2012. SMP Kanisius Tirtomoyo

merupakan swasta yang berada di Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. Penelitian

menggunakan dua subjek karena proses pembelajaran terjadi apabila ada interaksi

antara guru dan siswa. Maka dari itu, guru dan siswa adalah dua subjek yang

berkaitan erat saat proses pembelajaran berlangsung, tetapi subjek utama yang

dipilih adalah siswa. Siswa yang dimaksud adalah semua siswa dalam kelompok,

(39)

penentuan anggota setiap kelompok ditentukan berdasarkan klasifikasi siswa

dengan tingkat prestasi amat baik, baik, sedang, kurang, amat kurang. Dari

keseluruhan siswa akan dibagi menjadi 7 kelompok dimana setiap kelompok

beranggotakan 5 siswa, dalam setiap kelompok memuat siswa dengan klasifikasi

yang telah ditentukan sebelumnya berdasarkan rekomendasi dari guru mata

pelajaran. Selain itu, pengamatan juga dilakukan pada siswa yang dapat diamati

secara individu. Di SMP Kanisius Tirtomoyo Wonogiri, Paradigma Pedagogi

Reflektif sudah diterapkan sejak tahun 2006, oleh karena itu peneliti ingin

mengetahui bagaimana aktivitas belajar siswa dan sejauh mana aktivitas belajar

siswa sesuai dengan karakteristik pembelajaran berbasis PPR diterapkan dalam

pembelajaran tentang Teorema Pythagoras.

C.

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Kanisius Tirtomoyo yang berada di

Kabupaten Wonogiri Provinsi Jawa Tengah. Penelitian dilaksanakan mulai awal

bulan Maret 2011 sampai dengan memasuki tahun ajaran 2011-2012 semester I.

D.

Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini tidak semua siswa menjadi subjek yang diamati

namun hanya beberapa siswa dalam kelompok yang telah dibagi berdasarkan

ketentuan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, tujuannya adalah agar fokus

pengamatan menjadi lebih akurat dan terperinci. Meskipun tidak semua siswa

diamati, namun hasil dari penelitian ini setidaknya dapat digunakan sebagai alat

untuk menduga secara umum bagaimana aktivitas siswa di kelas tersebut secara

(40)

selama tujuh kali pertemuan, setiap pertemuan berlangsung maksimal 2 jam

pelajaran. Setiap pertemuan direkam menggunakan

handycam

dari awal sampai

akhir pelajaran. Melalui hasil rekaman video yang diperoleh, peneliti dapat

melakukan pengamatan secara tidak langsung dan pengamatan dapat dilakukan

secara berulang guna mendapatkan informasi yang akurat. Peneliti menggunakan

rekaman video karena, jika pengamatan hanya dilakukan secara langsung maka

data yang akan diperoleh tidak terjamin kelangkapannya dan kurang terperinci.

Selain menggunakan rekaman video, peneliti juga mengumpulkan data dengan

mencatat aktivitas belajar siswa yang terjadi di kelas pada lembar pengamatan

yang dibuat untuk melengkapi data yang diperoleh dari rekaman video.

Data-data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah:

1.

Data mengenai aktivitas belajar siswa di kelas dalam pembelajaran

matematika pada materi Teorema Pythagoras yang berbasis PPR.

2.

Data aktivitas belajar siswa yang sesuai dengan PPR yang dilakukan

siswa pada saat mengikuti proses pembelajaran di kelas dengan materi

Teorema Pythagoras.

E.

Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa rekaman video dan

lembar pengamatan. Di dalamnya memuat data pelaksanaan pembelajaran pada

materi Teorema Pythagoras di kelas VIII.A baik dalam bentuk rekaman video

maupun dalam bentuk lembar pengamatan yang berisi catatan mengenai aktivitas

belajar siswa di kelas. Lembar pengamatan digunakan sebagai penunjang dalam

(41)

F.

Keabsahan Data

Penelitian ini, keabsahan datanya diperiksa dengan teknik triangulasi.

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan

sesuatu yang lain (Moleong, 2008: 330). Sesuatu yang di luar data itu berupa hasil

lembar pengamatan dan rekaman video. Hasil dari catatan lembar pengamatan

digunakan untuk membandingkan dan melengkapi data dari rekaman video, yang

diperlukan untuk menjawab rumusan masalah. Hal tersebut sesuai dengan

pendapat Patton (Moleong, 2008: 330) bahwa triangulasi dengan sumber berarti

membandingkan dan mengecek ulang derajat kepercayaan suatu informasi yang

diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif.

G.

Teknik Analisis Data

Teknik analisis data meliputi tiga tahapan, yaitu reduksi data (transkripsi

data dan penentuan topik data), kategorisasi data, dan penarikan kesimpulan.

1.

Reduksi data

Reduksi data adalah proses membandingkan bagian-bagian data

berdasarkan transkrip data untuk menghasilkan topik-topik data. Reduksi data

meliputi proses sebagai berikut :

a.

Transkripsi data

Proses transkripsi data merupakan penyajian kembali

bagian-bagian tertentu dari rekaman video ke dalam bentuk narasi yang dilengkapi

(42)

b.

Penentuan topik-topik data

Topik data adalah deskripsi secara ringkas mengenai bagian data

yang mengandung makna tertentu yang diteliti. Sebelum menentukan

topik-topik data peneliti menentukan makna-makna apa saja yang

terkandung dalam penelitian. Berdasarkan makna-makna tersebut peneliti

membandingkan bagian-bagian data tertentu pada hasil transkripsi sesuai

makna yang terkandung di dalamnya dan membuat suatu rangkuman

bagian data, yang selanjutnya disebut topik-topik data.

2.

Kategorisasi data

Kategorisasi data dalam penelitian ini merupakan proses membandingkan

dan mengelompokkan topik-topik data yang mempunyai kandungan makna yang

sama untuk menghasilkan kategori-kategori data. Kategori data adalah gagasan

abstrak yang mewakili makna tertentu yang terkandung dalam sekelompok topik

data.

3.

Penarikan kesimpulan

Berdasarkan proses analisis data maka dapat ditarik suatu kesimpulan yang

dapat menjawab masalah yang akan diteliti. Penarikan kesimpulan adalah proses

mendeskripsikan fenomena yang diteliti dengan cara menemukan dan

mensintesakan hubungan-hubungan di antara kategori-kategori data dalam hal ini

adalah mengenai aktivitas belajar siswa di kelas dalam pembelajaran matematika

(43)

karakteristik PPR dalam pembelajaran matematika pada materi Teorema

(44)

27

BAB IV

ANALISIS DATA

Dalam bab ini secara umum akan memaparkan mengenai rangkaian

aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran matematika yang berbasis paradigma

pedagogi reflektif dengan materi Teorema Pythagoras di kelas VIIIA SMP

Kanisius Tirtomoyo Wonogiri. Penjelasan secara rinci dalam bab ini adalah

memaparkan mengenai analisis data dan hasil penelitian yang di dalamnya berisi

tentang gambaran pelaksanaan penelitian, transkripsi rekaman video, topik data,

dan kategori data. Dalam bab ini terbagi menjadi 2 subbab yang akan dijelaskan

sebagai berikut :

A.

Pelaksanaan penelitian

B.

Analisis data, meliputi :

1.

Reduksi data : transkripsi data rekaman video pembelajaran

2.

Penentuan topik-topik data berdasarkan transkrip data

3.

Penentuan kategori data berdasarkan topik-topik data

4.

Penarikan kesimpulan

A.

Pelaksanaan Penelitian

Sebelum melakukan pengambilan data sesungguhnya yang akan

digunakan sebagai data penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji coba penelitian

sebanyak 3 kali pertemuan di kelas. Uji coba ini dilakukan untuk meminimalisir

kekurangan-kekurangan yang mungkin terjadi ketika melakukan pengambilan

(45)

Setelah tahap uji coba selanjutnya dilakukan pengambilan data utama penelitian

sebanyak 7 kali pertemuan. Keterangan lebih lanjut terlihat pada tabel berikut.

Tabel 4.1 Waktu pelaksanan penelitian

Tahapan penelitian

Pertemuan

Hari/Tanggal/Jam

Penelitian uji coba

Pertemuan 1

Pertemuan 2

Pertemuan 3

Kamis/4-8-2011/jam ke 4-5

Kamis/11-8-2011/jam ke 4-5

Kamis/25-11-2011/jam ke 4-5

Penelitian utama

Pertemuan 1

Pertemuan 2

Pertemuan 3

Pertemuan 4

Pertemuan 5

Pertemuan 6

Pertemuan 7

Kamis/8-9-2011/jam ke 4-5

Jumat/9-9-2011/jam ke 5

Kamis/15-9-2011/jam ke 4-5

Jumat/16-9-2011/jam ke 1

Kamis/22-9-2011/jam ke 4-5

Jumat/23-9-2011/jam ke 5

Kamis/29-9-2011/jam ke 4-5

Pada setiap pertemuan dilakukan perekaman, dan pengamatan dengan

mencatat hal-hal penting untuk membantu peneliti dalam mengamati kembali

rekaman video yang barangkali ada peristiwa yang tidak terekam baik oleh alat

perekam, sehingga data yang diperoleh menjadi benar-benar lengkap dan lebih

terperinci.

1.

Tahap Uji Coba

Pada tahap uji coba yang dilakukan, peneliti berusaha mendapatkan hasil

perekaman dan pengamatan yang optimal. Tahap ini menggunakan

handycam

untuk merekam keadaan yang terjadi di kelas dari awal sampai akhir pelajaran, di

samping itu peneliti juga membuat catatan-catatan sebagai bentuk observasi yang

secara langsung dapat peneliti tuliskan dalam lembar pengamatan langsung di

kelas. Dalam tahap uji coba, selain penjelasan di atas, uji coba dilakukan untuk

(46)

berlatih mengambil data penelitian sebelum benar-benar mengambil data utama

penelitan. Data utama yang dimaksud adalah data yang benar-benar akan

digunakan peneliti dalam melengkapi tujuan dan hasil dari penelitan ini.

Pada tahap uji coba pertama, materi pelajaran adalah membahas tentang

geometri khususnya pada pokok bahasan luas segitiga dan luas persegi sebagai

apersepsi sebelum masuk pada materi Pythagoras. Proses pembelajaran pun hanya

berjalan biasa saja dan tidak terlalu serius karena guru juga masih dalam tahap

pengenalan materi dan pendekatan dengan siswa. Pertemuan pertama tidak

berlangsung secara penuh, setiap jam pelajaran hanya 30 menit saja karena

bertepatan dengan bulan puasa sehingga waktu jam pelajaran dikurangi 10 menit

dari waktu normalnya. Sedikitnya jam pelajaran berdampak pada penyampaian

materi oleh guru yang tidak maksimal, akibatnya materi tidak bisa tersampaikan

sesuai target. Terlepas dari waktu yang sedikit, peneliti dapat memperoleh

pelajaran penting dalam menggunakan alat perekam. Alat perekam yang

diletakkan sudah cukup tepat penempatannya, alat perekam yang dipasang

berjumlah 2 unit, unit pertama diletakkan pada sudut yang dapat menangkap

seluruh aktivitas belajar mengajar di kelas, sedangkan unit kedua digunakan

secara fleksibel dan dinamis, artinya digunakan untuk mengamati subjek-subjek

dan kejadian-kejadian tertentu dalam suatu aktivitas belajar siswa di kelas

tersebut. Pada uji coba di pertemuan yang kedua dan ketiga, pembelajaran

berlangsung kondusif dan relatif lancar, siswa-siswa juga nampak antusias

mengikuti proses pembelajaran oleh gurunya. Materi pada pertemua kedua dan

(47)

veriabel. Pembelajaran juga berlangsung dalam kelompok maupun individu, guru

memfasilitasi siswa yang belajar secara dinamis, proses pembelajaran sangat

menyenangkan karena siswa dan guru dalam keadaan sedang saling mendukung.

Selain itu, dalam kesempatan ini peneliti juga memanfaatkan situasi untuk

bersosialisasi dengan guru, siswa dan warga sekolah dengan tujuan agar

keberadaan peneliti di sekolah tersebut tidak merasa canggung, sehingga proses

pengambilan data utama dapat berjalan dengan lancar dan dapat

mempersiapkannya secara lebih matang.

Meskipun dalam tahap uji coba sudah dirasa cukup, namun masih ada

beberapa kekurangan yang terkait dengan keterbatasan alat perekam, tidak dapat

dipungkiri bahwa keterbatasan alat perekam bisa berdampak pada keakuratan dan

ketepatan hasil pengamatan yang dilihat melalui rekaman video, keterbatasan

tersebut sebagian besar terletak pada bagian percakapan siswa maupun guru di

kelas, karena alat perekam masih sangat minim kualitasnya maka hasil

rekamannya pun juga kurang optimal. Hal ini memang menjadi salah satu

kelemahan penelitian ini, namun peneliti berusaha seoptimal mungkin

mengungkapkan kejadian-kejadian sebagai fakta yang nyata dan apa adanya.

2.

Tahap Penelitian Utama

Sebelum masuk pada uraian masing-masing pertemuan peneliti

menyajikan tabel yang memberi keterangan tentang pelaksanaan pertemuan dan

(48)

Tabel 4.2 Pelaksanaan pertemuan dan pokok materi bahasan

P/JSH

Pokok materi yang dibahas

Waktu

a.

P 1/35

Luas persegi dan segitiga

sebagai penemuan TP

Luas persegi dan segitiga

sebagai penemuan TP

Konsep

TP

dengan alat

peraga

Tes tentang konsep TP

Penggunaan TP

Penggunaan TP

Ulangan harian dengan materi

TP

P = pertemuan ke, JSH = jumlah siswa hadir, TP = Teorema Pythagoras, pa = siswa putra, pi = siswa putri

a.

Pertemuan pertama

Pertemuan pertama dilaksanakan pada Kamis, 8 September 2011, jam ke

4-5, dimulai pukul 9.30-10.50 WIB. Pembelajaran berlangsung di ruang aula SMP

Kanisius Tirtomoyo Wonogiri. Jumlah siswa hadir 34 orang dari total 35 siswa, 1

siswa putri tidak hadir dengan keterangan sakit.

Siswa sudah memasuki aula dan bersiap-siap diri sebelum guru memulai

pembelajaran. Sebelumnya guru mengucapkan salam pada semua siswa dan siswa

juga membalas salam guru dengan hormat. Guru juga menyampaikan selamat hari

raya idul fitri kepada para siswa yang merayakan karena suasana masih dalam

(49)

Kegiatan pendahuluan pembelajaran diawali dengan apersepsi dari guru.

Siswa memperhatikan guru saat guru menjelaskan pada siswa tujuan pembelajaran

kali ini, yaitu akan belajar mengenai Teorema Pythagoras. Siswa menjawab

pertanyaan guru ketika ditanya bagaimana bunyi Teorema Pythagoras, sebagian

besar siswa menjawab pertanyaan guru dengan benar meskipun bisa menjawab

karena siswa ada yang membacanya dari buku pelajaran. Namun begitu guru tidak

mempersoalkan berarti siswa sebelumnya sudah membaca-baca buku pelajaran

walaupun belum memahami materi tersebut.

Guru kemudian mengisi kegiatan inti dengan membuat kelompok pada

siswa untuk mengerjakan LKS berkaitan dengan luas persegi dan segitiga di mana

siswa akan duduk berkelompok dan bekerja sama satu sama lain untuk menjawab

pertanyaan-pertanyaan dalam LKS. Siswa dibagi menjadi 7 kelompok,

masing-masing kelompok beranggotakan 5 anak, dan setiap kelompok berisi 5 klasifikasi

berdasarkan prestasi dan kemampuan siswa yang sudah ditentukan oleh guru.

Guru mengelompokkan siswa dalam kelompok yang terdiri dari 1 siswa dengan

prestasi amat baik, 1 siswa dengan prestasi baik, 1 siswa dengan prestasi cukup, 1

siswa dengan prestasi kurang, dan 1 siswa dengan prestasi sangat kurang. Hal ini

dimaksudkan guru agar kelompok yang terbentuk sifatnya heterogen berdasarkan

tingkat prestasi siswa sehingga dinamika yang terjadi dalam kelompok akan

nampak dinamis dan melatih jiwa kemanusian siswa dalam berbagi dan bertukar

pikiran. Kelompok diminta guru untuk menentukan seorang anggota kelompok

untuk mewakili kelompok dalam mempresentasikan hasil diskusi secara langsung

(50)

disiapkan guru. Guru memperbaiki jawaban yang masih belum tepat dan kembali

menuliskannya secara benar. Siswa diberi kesempatan oleh guru untuk

memperbaiki hasil yang masih salah dengan jawaban dari kelompok lain yang

sudah betul.

Kegiatan penutup guru membuat kesimpulan dari pembahasan hari ini, dan

siswa diarahkan untuk mengumpulkan LKS dengan nama anggota kelompok dan

urutan kelompoknya. Siswa segera mengumpulkan LKS, masing-masing

kelompok hanya mengumpulkan satu saja, dan siswa yang sudah mengumpulkan

segera meninggalkan ruangan karena waktu pembelajaran sudah habis.

b.

Pertemuan kedua

Pertemuan kedua dilaksanakan pada Jumat, 9 September 2011, jam ke 5

dimulai pukul 10.10 WIB. Pembelajaran berlangsung di ruang aula sekolah. Pada

saat bel tanda pergantian jam berbunyi kelas semua siswa bersama-sama mulai

memasuki ruang aula, biasanya pembelajaran berlangsung di ruang kelas VIII A,

namun kali ini guru dan siswa sebelumnya sudah merencanakan untuk

melangsungkan pembelajaran di ruang aula dengan alasan ruang aula lebih luas

dan kondisi ruangannya yang relatif luas untuk pembelajaran dan diskusi yang

dilakukan dalam kelompok.

Pada pertemuan kedua ini diikuti oleh 34 siswa dari total 35 siswa, dengan

14 siswa putra dan 20 siswa putri. Ada satu siswa tidak hadir dengan keterangan

sakit. Seperti kesepakatan yang telah dibuat pada pertemuan pertama bahwa

pertemuan kali ini pembelajaran berlangsung di aula dan siswa duduk

Gambar

Tabel 4.1 Waktu pelaksanan penelitian
Tabel 4.2 Pelaksanaan pertemuan dan pokok materi bahasan
Tabel 4.3 Topik Data Aktivitas belajar siswa pada KBM Pertemuan I
Tabel 4.4 Topik Data Aktivitas belajar siswa pada KBM Pertemuan II
+7

Referensi

Dokumen terkait

Model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) sudah diperkenalkan dan diterapkan oleh Yayasan Kanisius hampir tiga tahun, tepatnya pada awal ajaran baru

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Berbasis Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) Berdasarkan Aspek Competence, Conscience, dan Compassion dengan Model

Tujuan dari penelitian ini adalah meningkatkan competence, conscience , dan compassion peserta didik kelas IIIC SD Kanisius Kenteng dengan menerapkan Paradigma Pedagogi

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan competence, conscience, dan compassion peserta didik kelas I SD Kanisius Gayam melalui penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif

Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) Dalam Pembelajaran Tematik Untuk Meningkatkan Competence, Conscience, dan compassion Peserta Didik Kelas IIIA SD

Tujuan dari pembelajaran menggunakan Paradigma Pedagogi Reflrktif (Tim PPR SD Kelas Kanisius. 2010:3) bagi pendidik adalah : 1) untuk semakin memahami peserta didik, 2)

Penelitian ini bertujuan untuk melihat keterlaksanaan proses pembelajaran menggunakan Padigma Pedagogi Reflektif PPR dan melihat keefektifan pembelajaran Paradigma Pedagogi

menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif PPR pada topik kubus yang mengakomodasi teori Van Hiele di kelas VIII A SMP Kanisius Kalasan Tahun Ajaran 2015/2016 dan dengan