Pedoman Pencacahan Produksi
Survei Penyusunan Diagram Timbang
KATA PENGANTAR
Buku Pedoman Pencacahan Produksi Survei Penyusunan Diagram Timbang Nilai
Tukar Petani 18 Kabupaten (SPDT NTP) 2015 adalah buku pedoman bagi petugas pencacah
dan pengawas. Buku pedoman ini memuat petunjuk dan acuan yang harus dilakukan oleh
petugas dalam pelaksanaan lapangan SPDT NTP 18 Kabupaten 2015.
Kegiatan SPDT NTP 18 Kabupaten yang dilaksanakan pada 2015, terdiri dari
persiapan, pelaksanaan lapangan, entri data, proses pengolahan, dan tabulasi, sedangkan
penyusunan diagram timbang serta penghitungan NTP dilakukan pada 2016.
Mengingat kualitas data sangat ditentukan oleh keberhasilan pengumpulan data di
lapangan, untuk itu diperlukan petugas yang mempunyai kualifikasi yang sangat baik. Oleh
karena itu seluruh petugas harus mengerti, memahami dan mengikuti petunjuk yang ada
dalam buku pedoman ini. Dengan demikian diharapkan dalam pelaksanaan survei nanti dapat
berjalan dengan baik, lancar, dan sesuai dengan rencana dan jadwal yang ditetapkan.
Kepada seluruh petugas SPDT NTP 18 Kabupaten agar bekerja dengan
sungguh-sungguh dan cermat supaya pelaksanaan lapangan SPDT NTP 18 Kabupaten 2015 dapat
berjalan lancar, sehingga data yang dihasilkan berkualitas.
Terima kasih dan selamat bekerja.
Jakarta, Maret 2015
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa
DAFTAR ISI
Buku Pedoman dan Jenis Dokumen ... 1
1
2
2
2
BAB II ORGANISASI SURVEI ... 7
2.1.
2.2.
2.3.
2.4.
2.5.
Penanggung Jawab Pelaksanaan Survei ...
Tugas Pengawas/Pemeriksa (PMS)...
Tugas Pencacah (PCS) ...
Hubungan antara PCS dan PMS...
Alur Dokumen ...
BAB III METODOLOGI ... 11
3.1.
Kabupaten 2015 (SPDT15-DSRTU)...
BAB IV PENGISIAN DAFTAR... 25
4.1.
4.2.
4.3.
4.4.
4.5.
4.6.
4.7.
Tata Cara Pengisian Daftar ...
Daftar SPDT15-TP (Subsektor Tanaman Pangan)...
Daftar SPDT15-TH (Subsektor Tanaman Hortikultura) ...
Daftar SPDT15-TPR (Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat).
Daftar SPDT15-TRK (Subsektor Peternakan) ...
Daftar SPDT15-IKT (Subsektor Perikanan Kelompok
Perikanan Tangkap)...
Daftar SPDT15-IKB (Subsektor Perikanan Kelompok
Perikanan Budidaya) ... 25
26
45
49
51
68
78
I.
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Sektor pertanian merupakan sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja di
Indonesia, dimana sekitar 34 persen (Sakernas Agustus 2014) distribusi tenaga kerja
diserap oleh sektor tersebut. Hal ini mencerminkan bahwa sektor pertanian sesungguhnya
masih menjadi tumpuan bagi penduduk Indonesia dan sekaligus sebagai penyumbang
terhadap pertumbuhan ekonomi. Sehubungan dengan itu, maka di perlukan suatu indikator
yang secara akurat dapat mengukur kemampuan daya beli petani sebagai salah satu pelaku
utama di sektor pertanian. Ukuran ini di sajikan sebagai bentuk perhatian dan kepedulian
pemerintah yang berguna sebagai dasar pengambilan kebijakan.
Salah satu indikator proxyuntuk mengukur kemampuan daya beli petani di daerah
perdesaan adalah Nilai Tukar Petani (NTP). NTP merupakan perbandingan indeks harga
komoditas pertanian yang diproduksi oleh petani terhadap indeks harga barang/jasa yang
dibayar petani untuk keperluan konsumsi rumah tangga dan biaya produksi. Salah satu
bahan dasar dalam penghitungan NTP adalah diagram timbang dan paket komoditas
dimana diagram timbang dan paket komoditas didapat dari hasil survei penyusunan
diagram timbang.
Pada tahun 2014 Badan Pusat Statistik (BPS) melakukan Survei Penyusunan
Diagram Timbang (SPDT) NTP pada tingkat kabupaten. Survei tersebut mencakup 16
kabupaten terpilih di 16 provinsi. Pada tahun 2015, cakupan SPDT NTP di tingkat
kabupaten semakin diperluas dengan penambahan sebanyak 18 kabupaten terpilih yang
tersebar di 17 provinsi lainnya.
1.2.
Landasan Hukum
Pelaksanaan Survei Penyusunan Diagram Timbang NTP 18 Kabupaten 2015
dilandasi oleh:
a. Undang-undang No. 16 Tahun 1997 tentang Statistik.
b. Peraturan Pemerintah RI No. 51 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Statistik.
c. Keputusan Presiden No. 3 Tahun 2002 Jo Keputusan Presiden No. 103 Tahun
2001 tentang Kedudukan, Fungsi, Kewenangan, dan Susunan Organisasi
1.3.
Tujuan
Tujuan dari survei ini adalah:
a. Memperoleh nilai produksi dan jenis komoditas pertanian yang banyak
dihasilkan petani dan persentasemarketed surplusnya.
b. Memperoleh nilai konsumsi dan biaya produksi serta komoditas yang banyak
di gunakan oleh rumah tangga pertanian, baik untuk keperluan rumah tangga
maupun digunakan dalam proses produksi pertanian.
c. Menyusun struktur input untuk setiap komoditas pertanian yang banyak
dihasilkan petani.
d. Sebagai bahan untuk menyusun paket komoditas diagram timbang Nilai Tukar
Petani (NTP).
e. Sebagai dasar untuk menghitung NTP tingkat kabupaten terpilih.
1.4.
Ruang Lingkup
Kegiatan survei dilakukan di 18 kabupaten yang tersebar di 17 provinsi di
Indonesia (Daftar nama kabupaten terpilih terlampir pada Blok III Metodologi). Responden
adalah rumah tangga pertanian terpilih di 5 (lima) subsektor yang meliputi: rumah tangga
pertanian Tanaman Pangan, Tanaman Hortikultura, Tanaman Perkebunan Rakyat,
Peternakan, dan Perikanan (Tangkap dan Budidaya). Materi pencacahan meliputi
pendapatan petani dari penjualan hasil produksi, pengeluaran rumah tangga petani untuk
keperluan produksi, dan konsumsi rumah tangga.
1.5.
Buku Pedoman dan Jenis Dokumen
a. Buku 1, digunakan sebagai pedoman teknis BPS Provinsi/ Kabupaten/Innas.
b. Buku 2,digunakan sebagai pedoman pencacahan konsumsi rumah tangga.
c. Buku 3,digunakan sebagai pedoman pencacahan produksi.
d. Buku 4,digunakan sebagai pedoman pengawasan/pemeriksaan.
e. Buku 5, digunakan sebagai pedoman pengolahan.
g. Daftar SPDT15-TP, daftar ini digunakan untuk mengumpulkan data produksi,
serta biaya-biaya yang dikeluarkan untuk proses produksi pada Subsektor
Tanaman Pangan.
h. Daftar SPDT15-TH, daftar ini digunakan untuk mengumpulkan data produksi,
serta biaya-biaya yang dikeluarkan untuk proses produksi pada Subsektor
Tanaman Hortikultura.
i. Daftar SPDT15-TPR, daftar ini digunakan untuk mengumpulkan data
produksi, serta biaya-biaya yang dikeluarkan untuk proses produksi pada
Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat.
j. Daftar SPDT15-TRK, daftar ini digunakan untuk mengumpulkan data
produksi, serta biaya-biaya yang dikeluarkan untuk proses produksi pada
Subsektor Peternakan.
k. Daftar SPDT15-IKT, daftar ini digunakan untuk mengumpulkan data
produksi, serta biaya-biaya yang dikeluarkan untuk proses produksi pada
Subsektor Perikanan Tangkap.
l. Daftar SPDT15-IKB, daftar ini digunakan untuk mengumpulkan data
produksi, serta biaya-biaya yang dikeluarkan untuk proses produksi pada
Subsektor Perikanan Budidaya.
m. Daftar SPDT15-K, daftar ini digunakan untuk mengumpulkan keterangan
rumah tangga dan pengeluaran konsumsi rumah tangga yang berasal dari
pembelian, tidak termasuk pemberian dari pihak lain maupun produksi sendiri.
n. Daftar SPDT15-LKK, daftar ini digunakan untuk membantu atau sebagai
lembar kerja pengumpulan data pengeluaran konsumsi rumah tangga selama
seminggu yang lalu.
o. Daftar SPDT15-LKP, daftar ini digunakan sebagai lembar kerja untuk
membantu pengumpulan data produksi yang dihasilkan petani dijual,
dikonsumsi sendiri, yang diberikan kepada pihak lain, dan rata-rata harganya
p. SPDT15-DSRTU, daftar ini memuat nama kepala rumah tangga yang menjadi
sampel utamadalam SPDT NTP 18 Kabupaten 2015.
q. SPDT15-DSRTP, daftar ini memuat nama kepala rumah tangga yang menjadi
sampel penggantidalam SPDT NTP 18 Kabupaten 2015.
Satu rumah tangga sampel dicacah dengan satu daftar SPDT15-K dan
salah satu daftar SPDT15 yang sesuai dengan kegiatan subsektor yang
Tabel 1. Jadwal Kegiatan SPDT NTP 18 Kabupaten 2015
Kegiatan Pusat Daerah
A. Persiapan
1. Pembahasan Persiapan Survei Jan–Feb 2015
2. Penggandaan Kuesioner dan Pedoman Pencacahan
Feb 2015 Mg III
3. Pengiriman Dokumen ke Daerah Mar 2015 Mg II
4. Pelatihan Instruktur Nasional Mar 2015 Mg II (12–13 Mar 2015)
5. Pelatihan Petugas Pencacah dan Pengawas
Mar 2015 Mg III– IV
B. Pelaksanaan Lapangan
1. Pencacahan SPDT NTP Apr 2015
2. Pengawasan/Pemeriksaan Dokumen Apr 2015
3. Entri Data Mei - Jun 2015
4. Pengiriman Data (softcopy) ke BPS Jul 2015 Mg I
C. Pengolahan di Pusat Jul–Okt 2015
D.
E.
Cross checktabel
Pengolahan Diagram Timbang
Nov–Des 2015
Jan - Mei 2016
F. Tabulasi Diagram Timbang Jun–Jul 2016
II. ORGANISASI SURVEI
2.1
Penanggung Jawab Pelaksanaan Survei
Penanggung jawab Pusat : Direktur Statistik Harga
Penanggung jawab Teknis Pusat
: Kepala Subdirektorat Statistik Harga Perdesaan
Penanggung jawab Daerah : Kepala BPS Provinsi dan Kepala BPS Kabupaten terpilih
Penanggung jawab Teknis Daerah
: Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Provinsi dan Kepala Seksi Statistik Distribusi BPS Kabupaten
Pengawas/Pemeriksa (PMS) : Staf BPS Kabupaten yang ditunjuk
Pencacah (PCS) : Koordinator Statistik Kecamatan (KSK)/ Staf BPS Kabupaten dan/atau Mitra yang ditunjuk
Editor : Kepala Seksi IPDS atau Staf BPS
Kabupaten yang ditunjuk
Petugas entri : Kepala Seksi IPDS atau Staf BPS Kabupaten yang ditunjuk
2.2
Tugas Pemeriksa (PMS)
a. Mengikuti pelatihan petugas survei.
b. Mengatur pendistribusian dokumen dan perlengkapan pencacah (PCS) yang
menjadi tanggung jawabnya.
c. Mengawasi jalannya pelaksanaan pencacahan agar sesuai dengan prosedur
yang ditetapkan.
d. Mengatasi masalah teknis yang dihadapi oleh petugas pencacah.
e. Mengumpulkan dan memeriksa kelengkapan semua dokumen serta hasil
pencacahan yang dilakukan PCS.
f. Mengisi kode jenis komoditas.
g. Menyerahkan semua dokumen yang telah diperiksa kepada BPS Kabupaten.
2.3
Tugas Pencacah (PCS)
a. Mengikuti pelatihan petugas survei.
b. Melakukan pencacahan dengan menggunakan daftar SPDT NTP 18 Kabupaten
2015 ke rumah tangga sampel.
c. Mencatat seluruh permasalahan dan informasi penting dalam blok catatan.
d. Memeriksa kelengkapan isian hasil pencacahan.
e. Menyerahkan Daftar SPDT NTP 18 Kabupaten 2015 yang telah diisi kepada
PMS secara bertahap tanpa menunggu selesainya seluruh beban tugas yang
menjadi tanggung jawabnya.
f. Memperbaiki isian daftar pertanyaan yang dinyatakan salah oleh PMS.
g. Mematuhi jadwal waktu yang telah ditetapkan.
2.4
Hubungan Antara PCS dan PMS
a. PMS harus membantu, memeriksa dan memberikan bimbingan kepada
pencacah/PCS.
b. PCS dan PMS bersama-sama mendiskusikan dan memutuskan kesulitan yang
dijumpai selama melaksanakan pencacahan. Apabila tidak dapat memecahkan
permasalahan, harus segera melaporkan kepada Kepala Seksi Statistik
Distribusi BPS Kabupaten.
2.5
Alur Dokumen
a. PCS menyerahkan dokumen hasil pencacahan kepada PMS
b. PMS meneliti kelengkapan isiannya. Jika belum lengkap atau ada isian yang
meragukan, dokumen tersebut dikembalikan ke PCS untuk dilengkapi dan
diperbaiki.
c. Seluruh dokumen yang sudah bersih dari kesalahan selanjutnya dientri di BPS
Kabupaten.
d. Sebelum proses entri dokumen dilakukan editing coding terlebih dahulu oleh
petugas.
e. Setelah proses data entri selesai, seluruh hasilnya segera dikirimkan via email
ALUR DOKUMEN DARI BPS RI KE PETUGAS
ALUR DOKUMEN DARI PETUGAS KE BPS RI
III. METODOLOGI
3.1.
Cakupan
SPDT NTP 18 Kabupaten 2015 dilaksanakan di 17 provinsi. Secara lengkap
cakupan wilayah tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Cakupan wilayah SPDT NTP 18 Kabupaten 2015
No Provinsi Kabupaten
1 Aceh 1103 Aceh Selatan
2 Sumatera Barat 1306 Padang Pariaman
1308 Lima Puluh Kota
3 Riau 1406 Kampar
4 Jambi 1501 Kerinci
5 Sumatera Selatan 1610 Ogan Ilir
6 Bengkulu 1702 Rejang Lebong
7 Kepulauan Bangka Belitung 1901 Bangka
8 Kepulauan Riau 2102 Bintan
9 Kalimantan Tengah 6203 Kapuas
10 Kalimantan Timur 6403 Kutai Kartanegara
11 Kalimantan Utara 6502 Bulungan
12 Sulawesi Utara 7102 Minahasa
13 Sulawesi Tengah 7202 Banggai
14 Sulawesi Tenggara 7405 Konawe Selatan 15 Sulawesi Barat 7602 Polewali Mandar
16 Maluku 8103 Maluku Tengah
17 Papua 9403 Jayapura
SPDT NTP 18 Kabupaten 2015 mencakup semua subsektor dalam sektor pertanian kecuali
subsektor kehutanan, sehingga bisa dinyatakan bahwa subsektor yang menjadi cakupan
SPDT NTP 18 Kabupaten 2015 adalah:
Subsektor Tanaman Pangan
Subsektor Tanaman Hortikultura
Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat
Subsektor Peternakan
Subsektor Perikanan Tangkap
Terkait dengan tujuan survei tersebut, maka selain mendefinisikan cakupan
subsektor maka perlu mendefinisikan komoditas yang akan dicakup dalam survei.
Komoditas yang dicakup adalah sebagai berikut:
Subsektor Tanaman Pangan: padi, jagung, kacang kedelai, kacang tanah,
kacang hijau, ubi kayu/ketela pohon, dan ubi jalar/ketela rambat, talas, jagung
manis.
Subsektor Tanaman Hortikultura: buah naga, cempedak, duku, durian,
jambu air, jambu biji, jeruk, kedondong, langsat, mangga, manggis, matoa
buah, nenas, pepaya, pisang, rambutan, salak, sawo, mentimun suri, semangka,
petai, bawang daun, bawang merah, bawang prei, bayam, brokoli, buncis, cabai
hijau, cabai merah, cabai rawit, kacang merah, kacang kapri, kacang panjang,
kangkung, kembang kol, kentang, kubis, labu siam, lobak, ketimun,
oyong/gambas, paria/pare, petsai/sawi putih, sawi hijau, seledri, selada, terong,
tomat, wortel, jahe, kemangi, dan kunyit.
Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat: cengkeh, gambir, jambu mete,
kakao, karet, kelapa sawit, kelapa, kemiri, kopi, lada, pala, pinang/jambe,
nilam, tebu, dan tembakau.
Subsektor Peternakan: kerbau, kuda, sapi potong, babi, kambing, ayam
kampung, ayam ras pedaging, ayam ras petelur, itik, dan burung puyuh.
Subsektor Perikanan Kelompok Perikanan tangkap:
Khusus penangkapan laut maupun penangkapan perairan umum tidak
diperlukan informasi mengenai komoditas. Informasi yang dibutuhkan adalah
jenis kapal/perahu yang digunakan. Jenis kapal/perahu yang digunakan antara
lain: kapal motor, perahu motor tempel, perahu tanpa motor, dan tanpa perahu.
Subsektor Perikanan Kelompok Perikanan Budidaya:
budidaya laut:kerapu dan rumput laut.
budidaya air payau: bandeng, dan udang
budidaya air tawar: baung putih, bawal air tawar, gurame, jelawat, lele, mas,
mujair, nila, dan patin
3.2.
Kerangka Sampel
Beberapa hal penting terkait pembentukan kerangka sampel dalam SPDT NTP 18
i) Kerangka sampel rumah tangga yang digunakan dalam SPDT NTP 18
Kabupaten 2015 adalah daftar rumah tangga usaha pertanian hasil pencacahan
lengkap ST2013 pada blok sensus perdesaan.
ii) Rumah tanggaeligibleSPDT NTP 18 Kabupaten 2015 adalah rumah tangga:
- yang mempunyai 2-10 anggota rumah tangga (jumlah isian pada R107 pada daftar ST2013-L adalah 2-10)
- sumber penghasilan utama rumah tangga adalah dari sektor pertanian (R218=1)
- khusus untuk tanaman pangan, hortikultura, dan tanaman perkebunan, rumah tangga eligibledibatasi dengan kriteria batas minimal usaha (BMU).
Kriteria penentuan BMU dilihat dari isian pada R214 pada daftar ST2013-L,
dan selanjutnya disesuaikan dengan subsektor masing-masing serta
memanfaatkan rincian sebagai berikut:
No Subsektor Komoditas Dasar BMU
1 Tanaman pangan Padi sawah/lading BIII R301 kol (5) 2 Tanaman Palawija Palawija BIII R303 kol (5) 3 Hortikultura Hortikultura tahunan BIV R401 kol (5) Hortikultura semusim BIV R401 kol (4) 4 Perkebunan Perkebunan tahunan BV R501 kol (5)
Perkebunan semusim BV R501 kol (6) 5 Peternakan ayam ras pedaging BVI R 602f kol (3)
Lainnya
-6 Budidaya ikan Budidaya ikan
-7 Penangkapan ikan Penangkapan ikan
-Secara lengkap kriteria BMU untuk masing-masing komoditas terdapat di
lampiran 1
- selain BMU, khusus untuk subsektor palawija, hortikultura, perkebunan, dan peternakan,jumlah komoditasyang diusahakan yang memenuhi BMU juga
menjadi pertimbangan dalam penarikan sampel rumah tangga pertanian
tersebut.
3.3.
Desain sampel
SPDT NTP 18 Kabupaten 2015 dirancang dengan metode two stage stratified
Pengambilan sampel dilakukan dengan menentukan kabupaten terpilih yaitu kabupaten potensi pertanian.
Tahap selanjutnya memilih rumah tangga usaha tani di kabupaten terpilih dengansistematic sampling.
Stratifikasi rumah tangga
Stratifikasi rumah tangga dilakukan pada masing-masing subsektor. Rumah tangga
pada BS cakupan di bagi menjadi beberapa strata sesuai dengan subsektor masing-masing.
Strata tersebut adalah sebagai berikut:
1. Subsektor Tanaman Pangan
a. Padi
- strata 1: apabila jumlah luas tanam padi yang diusahakan oleh rumah tangga pertanian tersebut kurang dari atau sama dengan nilai rata-rata
luas luas tanam padi yang diusahakan per jenis komoditas padi dalam
kabupaten tertentu
- strata 2: apabila jumlah luas tanam padi yang diusahakan oleh rumah tangga pertanian tersebut lebih dari nilai rata-rata luas luas tanam padi
yang diusahakan per jenis komoditas padi dalam kabupaten tertentu
b. Palawija
- strata 1: apabila jumlah luas tanam komoditas palawija yang diusahakan oleh rumah tangga pertanian tersebut kurang dari atau sama dengan
nilai rata-rata luas luas tanam komoditas palawija yang diusahakan per
jenis komoditas palawija dalam kabupaten tertentu
- strata 2: apabila jumlah luas tanam komoditas palawija yang diusahakan oleh rumah tangga pertanian tersebut lebih dari nilai rata-rata luas luas
tanam komoditas palawija yang diusahakan per jenis komoditas palawija
dalam kabupaten tertentu
2. Subsektor Tanaman Hortikultura
- strata 1:
1) untuk tanaman hortikultura tahunan: apabila jumlah
pohon/rumpun/luas tanam yang sudah berproduksi dari tanaman yang
diusahakan oleh rumah tangga pertanian tersebut kurang dari atau
berproduksi dari tanaman yang diusahakan per jenis komoditas dalam
kabupaten tertentu
2) untuk tanaman hortikultura semusim: apabila jumlah
pohon/rumpun/luas tanam yang diusahakan/dikelola oleh rumah tangga
pertanian tersebut kurang dari atau sama dengan rata-rata jumlah
pohon/rumpun/luas tanam yang diusahakan/dikelola per jenis
komoditas dalam kabupaten tertentu
- strata 2:
1) untuk tanaman hortikultura tahunan: apabila jumlah
pohon/rumpun/luas tanam yang sudah berproduksi dari tanaman yang
diusahakan oleh rumah tangga pertanian tersebut lebih dari rata-rata
jumlah pohon/rumpun/luas tanam yang sudah berproduksi dari tanaman
yang diusahakan per jenis komoditas dalam kabupaten tertentu
2) untuk tanaman hortikultura semusim: apabila jumlah
pohon/rumpun/luas tanam yang diusahakan/dikelola oleh rumah tangga
pertanian tersebutlebih darirata-rata jumlah pohon/rumpun/luas tanam
yang diusahakan/dikelola per jenis komoditas dalam kabupaten tertentu
3. Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat
- strata 1:
1) untuk tanaman perkebunan tahunan: apabila jumlah
pohon/lajar/rumpun yang sudah berproduksi dari tanaman yang
diusahakan oleh rumah tangga pertanian tersebut kurang dari atau
sama dengan rata-rata jumlah pohon/lajar/rumpun yang sudah
berproduksi dari tanaman yang diusahakan per jenis komoditas dalam
kabupaten tertentu
2) untuk tanaman hortikultura semusim: apabila jumlah luas
tanaman/luas tanam yang diusahakan/dikelola oleh rumah tangga
pertanian tersebutkurang dari atau sama denganrata-rata jumlah luas
tanaman/luas tanam yang diusahakan/dikelola per jenis komoditas
dalam kabupaten tertentu
- strata 2:
diusahakan oleh rumah tangga pertanian tersebut lebih dari rata-rata
jumlah pohon/lajar/rumpun yang sudah berproduksi dari tanaman yang
diusahakan per jenis komoditas dalam kabupaten tertentu
2) untuk tanaman hortikultura semusim: apabila jumlah luas
tanaman/luas tanam yang diusahakan/dikelola oleh rumah tangga
pertanian tersebut lebih dari rata-rata jumlah luas tanaman/luas tanam
yang diusahakan/dikelola per jenis komoditas dalam kabupaten tertentu
4. Subsektor Peternakan
- strata 1: apabila jumlah ternak yang dipelihara/dikuasai pada 1 Mei 2013 untuk usaha peternakan (pengembangbiakan/penggemukan/pembibitan/
pemacekan) oleh rumah tangga pertanian tersebut kurang dari atau sama
dengan rata-rata jumlah ternak (ekor) yang diusahakan per jenis komoditas
dalam kabupaten tertentu
- strata 2: apabila jumlah ternak yang dipelihara/dikuasai pada 1 Mei 2013 untuk usaha peternakan (pengembangbiakan/penggemukan/pembibitan/
pemacekan) oleh rumah tangga pertanian tersebut lebih dari rata-rata
jumlah ternak (ekor) yang diusahakan per jenis komoditas dalam kabupaten
tertentu
5. Subsektor Perikanan
a. Perikanan Budidaya
- strata 1: apabila luas baku budidaya pada saat pencacahan (dari seluruh wadah yang digunakan) dari rumah tangga pertanian tersebut kurang
dari atau sama dengan nilai rata-rata luas baku budidaya pada saat
pencacahan (dari seluruh wadah yang digunakan) per jenis budidaya
dalam kabupaten tertentu
- strata 2: apabila luas baku budidaya pada saat pencacahan (dari seluruh wadah yang digunakan) dari rumah tangga pertanian tersebut lebih dari
nilai rata-rata luas baku budidaya pada saat pencacahan (dari seluruh
wadah yang digunakan) per jenis budidaya dalam kabupaten tertentu
b. Perikanan Tangkap
Sebelum dilakukan stratifikasi pada rumah tangga perikanan tangkap, maka
perlu dilakukan pengelompokan rumah tangga berdasarkan usaha perikanan
termasuk dalam usaha perikanan ditentukan berdasarkan kegiatan utama di
subsektor perikanan tersebut, yaitu apakah penangkapan ikan di laut ataukah
di perairan umum (Rincian 705 Daftar ST2013-L). Tahapan berikutnya
adalah menentukan jenis kapal/perahu utama yang digunakan oleh rumah
tangga perikanan tersebut. Penentuan jenis kapal/perahu didasarkan pada
R704a kolom (5) atau R704b kolom (5) Daftar ST2013-L. Apabila rumah
tangga tersebut menggunakan lebih dari satu jenis kapal/perahu maka pilih
kode terkecil (R704a kolom (5) atau R704b kolom (5) Daftar ST2013-L).
Setelah dilakukan penentuan jenis perahu/kapal, maka tahapan berikutnya
adalah melakukan stratifikasi rumah tangga perikanan tangkap berdasarkan
jenis kapal/perahu yang digunakan tersebut. Strata tersebut antara lain:
- Strata 1: Penangkapan ikan di laut dengan kapal motor
- Strata 2: Penangkapan ikan di laut dengan perahu motor tempel - Strata 3: Penangkapan ikan di laut dengan perahu tanpa motor - Strata 4: Penangkapan ikan di perairan umum dengan kapal motor
- Strata 5: Penangkapan ikan di perairan umum dengan perahu motor tempel
- Strata 6: Penangkapan ikan di perairan umum dengan perahu tanpa motor - Strata 7: Penangkapan ikan di perairan umum tanpa perahu
Selain stratifikasi di atas, khusus subsektor tanaman pangan kelompok palawija,
subsektor tanaman hortikultura, subsektor tanaman perkebunan rakyat, dan subsektor
peternakan dilakukan stratifikasi yang kedua berdasarkan jumlah komoditas yang
diusahakan oleh rumah tangga menurut subsektor. Stratifikasi tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Subsektor tanaman pangan kelompok palawija
Strata 1: jika jumlah komoditas yang diusahakan sebanyak 1-2 komoditas
Strata 2: jika jumlah komoditas yang diusahakan sebanyak 3-4 komoditas
Strata 3: jika jumlah komoditas yang diusahakan sebanyak > 4 komoditas
2. Subsektor tanaman hortikultura
Strata 1: jika jumlah komoditas yang diusahakan sebanyak 1-3 komoditas
Strata 2: jika jumlah komoditas yang diusahakan sebanyak 4-7 komoditas
3. Subsektor tanaman perkebunan rakyat
Strata 1: jika jumlah komoditas yang diusahakan sebanyak 1-3 komoditas
Strata 2: jika jumlah komoditas yang diusahakan sebanyak 4-7 komoditas
Strata 3: jika jumlah komoditas yang diusahakan sebanyak > 7 komoditas
4. Subsektor peternakan
Strata 1: jika jumlah komoditas yang diusahakan sebanyak 1-2 komoditas
Strata 2: jika jumlah komoditas yang diusahakan sebanyak 3-4 komoditas
Strata 3: jika jumlah komoditas yang diusahakan sebanyak > 4 komoditas
Tahapan pengambilan sampel SPDT NTP 18 Kabupaten 2015
3.4.
Alokasi sampel
Jumlah sampel SPDT NTP 18 Kabupaten 2015 dirancang untuk estimasi tingkat
kabupaten. Alokasi sampel untuk tiap kabupaten sekitar 600 rumah tangga usaha tani.
Total sampel dialokasikan secara compromise allocationuntuk masing-masing komoditas.
Formula alokasi yang digunakan adalah sebagai berikut:
dengan
=compromise allocation
=equal allocation
=proportional allocation
3.5.
Daftar Sampel Rumah Tangga Utama SPDT NTP 18 Kabupaten
2015 (SPDT15-DSRTU)
SPDT15-DSRTU dibuat dalam satu kecamatan. Rincian yang terdapat dalam
SPDT15-DSRTU adalah sebagai berikut:
i) Rincian Provinsi : yang tercantum dalam rincian ini adalah kode dan nama
provinsi
ii) Rincian Kabupaten : yang tercantum dalam rincian ini adalah kode dan nama
kabupaten
iii) Rincian Kecamatan : yang tercantum dalam rincian ini adalah kode dan nama
kecamatan
iv) Kolom (1) : No, yang tercantum pada kolom ini adalah nomor urut
v) Kolom (2) : Kode dan Nama Desa/Kelurahan
vi) Kolom (3) : Nomor Blok Sensus
vii) Kolom (4) : NURT, adalah nomor urut rumah tangga tani yang diurutkan
dalam satu kabupaten
viii) Kolom (5) : Nama Kepala rumah Tangga
ix) Kolom (6) : Alamat
x) Kolom (7) : Subsektor sampel SPDT NTP 18 Kabupaten 2015
xi) Kolom (8) : Komoditas sampel terpilih SPDT NTP 18 Kabupaten 2015
xii) Kolom (9): Kode hasil pencacahan, berisi kode hasil pencacahan rumah
tangga yaitu:
1 : rumah tangga ditemukan dan komoditas yang diusahakan sesuai
dengan komoditas terpilih sampel dan output yang dihasilkan
merupakanproduk standar
2 : rumah tangga ditemukan dan komoditas yang diusahakan sesuai
dengan komoditas terpilih sampel tetapi output yang dihasilkan
bukanmerupakan produk standar
3 : rumah tangga ditemukan tetapi komoditas yang diusahakan tidak
sesuai dengan komoditas terpilih sampel
4 : bukan rumah tangga pertanian
5 : tidak dapat diwawancarai sampai batas waktu pencacahan
8 : rumah tangga ditemukan tetapi tidak memenuhi BMU
9 : rumah tangga ditemukan tetapi jumlah anggota rumah tangga (ART)=
1 atau ART>10
3.6.
Pembentukan Sampel Pengganti
Pembentukan sampel pengganti dilakukan untuk menyediakan daftar rumah tangga
usaha pertanian sebagai sampel pengganti dari Daftar SPDT15-DSRTU. Pembentukan
sampel pengganti ini dilakukan dengan paket program bersamaan dengan penarikan sampel
utama dan diuraikan sebagai berikut:
Pemilihan rumah tangga sampel pengganti dilakukan setelah pemilihan rumah tangga
sampel utama dalam satu kabupaten selesai dilakukan. Rumah tangga yang telah terpilih
sebagai sampel utama tidak boleh dijadikan sebagai sampel pengganti. Rumah tangga
sampel pengganti adalah rumah tangga dengan subsektor dan jenis komoditas yang sama
dengan rumah tangga sampel utama. Pemilihan rumah tangga sampel pengganti dilakukan
melalui tahap berikut:
1) Pencarian rumah tangga dilakukan pada desa yang sama dengan rumah tangga
sampel utama
2) Cari rumah tangga yang berusaha dalam subsektor dan komoditas yang sama
dengan sampel utama
3) Jika pada desa/kelurahan yang sama tidak ditemukan rumah tangga dengan
subsektor dan komoditas yang sama dengan sampel utama maka pencarian
dilakukan dalam kecamatan yang sama.
4) Jika dalam kecamatan yang sama tidak ditemukan rumah tangga dengan
subsektor dan komoditas yang sama dengan sampel utama maka pencarian
dilakukan pada kecamatan lain (berbeda kecamatan).
3.7.
Daftar Sampel Rumah Tangga Pengganti SPDT NTP 18
Kabupaten 2015 (SPDT15-DSRTP)
Rincian yang terdapat dalam SPDT15-DSRTP adalah sebagai berikut:
i) Rincian Provinsi : yang tercantum dalam rincian ini adalah kode dan nama
ii) Rincian Kabupaten : yang tercantum dalam rincian ini adalah kode dan nama
kabupaten
iii) Rincian Kecamatan : yang tercantum dalam rincian ini adalah kode dan nama
kecamatan
iv) Kolom (1) : No, yang tercantum pada kolom ini adalah nomor urut
v) Kolom (2) : Kode dan Nama Desa/Kelurahan
vi) Kolom (3) : Nomor Blok Sensus
vii) Kolom (4) : NURT, adalah nomor urut rumah tangga tani yang diurutkan
dalam satu kabupaten
viii) Kolom (5) : Nama Kepala Rumah Tangga
ix) Kolom (6) : Alamat
x) Kolom (7) : Subsektor sampel SPDT NTP 18 Kabupaten 2015
xi) Kolom (8) : Komoditas sampel terpilih SPDT NTP 18 Kabupaten 2015
xii) Kolom (9): Kode hasil pencacahan, berisi kode hasil pencacahan rumah
tangga yaitu:
1 : rumah tangga ditemukan dan komoditas yang diusahakan sesuai
dengan komoditas terpilih sampel dan output yang dihasilkan
merupakanproduk standar
2 : rumah tangga ditemukan dan komoditas yang diusahakan sesuai
dengan komoditas terpilih sampel tetapi output yang dihasilkan
bukanmerupakan produk standar
3 : rumah tangga ditemukan tetapi komoditas yang diusahakan tidak
sesuai dengan komoditas terpilih sampel
4 : bukan rumah tangga pertanian
5 : tidak dapat diwawancarai sampai batas waktu pencacahan
6 : menolak
7 : tidak ditemukan
8 : rumah tangga ditemukan tetapi tidak memenuhi BMU
9 : rumah tangga ditemukan tetapi jumlah anggota rumah tangga (ART) =
3.8.
Prosedur Penggantian Sampel
Penggantian sampel rumah tangga usaha pertanian dapat dilakukan apabila hasil
pencacahan rumah tangga (isian kolom 9 SPDT15-DSRTU) tersebut berkode 2 sampai 9.
Jika rumah tangga ditemukan dan komoditas yang diusahakan sesuai dengan komoditas
terpilih sampel tetapi output yang dihasilkan bukan merupakan produk standar, rumah
tangga ditemukan tetapi komoditas yang diusahakan tidak sesuai dengan komoditas terpilih
sampel, rumah tangga tersebut bukan rumah tangga pertanian, rumah tangga tersebut tidak
dapat diwawancarai sampai batas waktu pencacahan, menolak, tidak ditemukan, ditemukan
tetapi tidak memenuhi BMU, atau ditemukan tetapi jumlah anggota rumah tangga (ART) =
1 atau ART > 10 maka pencacah harus melaporkan kondisi tersebut kepada pemeriksa.
Selanjutnya pemeriksa melaporkan ke BPS Kabupaten untuk dicarikan sampel pengganti
rumah tangga tersebut. Prosedur penggantian sampel yang dilakukan oleh BPS Kabupaten
adalah mencari rumah tangga pada daftar sampel pengganti SPDT15-DSRTP sesuai
dengankomoditasrumah tangga sampel utama. BPS Kabupaten menginformasikan rumah
tangga sampel pengganti tersebut kepada pemeriksa dan selanjutnya pemeriksa
menginformasikannya kepada pencacah.
Jika rumah tangga pengganti tidak berhasil dicacah karena beberapa alasan, maka
prosedur penggantian sampel sama dengan prosedur sebelumnya. BPS Kabupaten
melakukan pencarian rumah tangga sampel pengganti pada daftar SPDT15-DSRTP.
Contoh: Dari daftar sampel NURT 005 adalah rumah tangga Pak Mahmud sebagai sampel
usaha palawija dengan komoditas jagung dikunjungi oleh pencacah. Namun ternyata Pak
Mahmud tidak mengusahakan jagung melainkan kedelai. Maka carilah sampel pengganti
dari SPDT15-DSRTP dengan komoditas yang sesuai dengan komoditas sampel utama
sebagai sampel pengganti untuk rumah tangga pak Mahmud. Misalkan ditemukan rumah
tangga Pak Toni nomor urut 008 pada daftar SPDT15-DSRTP mengusahakan komoditas
yang sama dengan Pak Mahmud yaitu jagung. Maka rumah tangga Pak Toni menjadi
sampel pengganti dari rumah tangga Pak Mahmud.
3.9.
Cakupan Rumah Tangga
Responden SPDT NTP 18 Kabupaten 2015 adalah rumah tangga tani. Rumah
tangga tani adalah rumah tangga yang salah satu atau lebih anggota rumah tangganya
Satu rumah tangga tani hanya bisa menjadi responden pada satu subsektor
pertanian. Bila suatu rumah tangga tani telah menjadi responden pada suatu subsektor,
maka rumah tangga tersebut tidak bisa menjadi responden pada subsektor yang lain.
Rumah tanggadibedakan menjadi dua macam:
1. Rumah tangga biasa
2. Rumah tangga khusus
Dalam kegiatan ini yang dicakup hanya rumah tangga biasa.Rumah tangga biasa
adalah seorang atau sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan
fisik/sensus dan biasanya tinggal bersama serta makan dari satu dapur. Yang dimaksud
makan dari satu dapur adalah jika pengurusan kebutuhan sehari-hari dikelola
bersama-sama menjadi satu.
Petaniadalah orang yang mengusahakan/mengelola usaha pertanian baik pertanian
tanaman pangan, tanaman hortikultura, tanaman perkebunan, peternakan, perikanan dan
kehutanan yang bertujuan sebagian atau seluruh hasil produksinya untuk dijual. Namun
yang dicakup dalam survei ini hanya petani yang mengusahakan usaha pertanian Subsektor
Tanaman Pangan, Tanaman Hortikultura, Tanaman Perkebunan Rakyat, Peternakan dan
Perikanan. Petani yang dimaksud adalah petani penggarap baik sebagai pemilik lahan
pertanian, penyewa maupun bagi hasil. Dengan demikian, orang yang bekerja di
sawah/ladang orang lain dengan menerima upah (buruh tani) bukan petani. Begitu juga
dengan orang yang mengembalakan ternak, tukang memberi makan ternak milik orang lain
dengan menerima upah, bukanlah peternak. Syarat rumah tangga tani yang dapat menjadi
responden survei ini bila:
1. Jumlah anggota rumah tangganya lebih dari 1 dan kurang dari 11 (1<jumlah
ART<11).
2. Salah satu anggota rumah tangga mengusahakan komoditas utama pertanian
terpilih.
3. Persentase rata-rata penghasilan rumah tangga selama setahun yang lalu dari
sektor pertanian harus lebih dari 50 persen terhadap total penghasilan rumah
tangga.
4. Komoditas jenis usaha sektor pertanian harus memenuhi syarat Batas Minimal
Usaha (BMU).
6. Hasil produksi komoditas jenis usaha subsektor pertanian minimal 11 persen dari
produksi normal.
7. Rumah tangga berdomisili di wilayah sampel minimal 1 tahun.
8. Usaha sektor pertanian tidak berbadan hukum.
3.10. Tata Cara Berwawancara
a. Pada saat berkunjung hendaknya berpakaian yang wajar dan sopan.
b. Sebelum memasuki rumah untuk mengadakan wawancara, mintalah ijin dahulu
dengan mengucapkan salam, mengetuk pintu atau dengan cara lain yang biasa
berlaku.
c. Awali wawancara dengan memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud
kedatangan pencacah. Bila perlu tunjukkan surat tugas dan tanda pengenal
petugas.
d. Pada saat melakukan pencacahan, banyak ditemui berbagai macam sikap dan
tingkah laku responden, gunakan kecakapan, kesabaran, keramahan selama
berwawancara.
e. Jika responden membelokkan percakapan kepada hal-hal yang menyimpang dari
pelaksanaan survei, kembalikan pembicaraan secara bijaksana ke arah daftar
isian.
f. Jangan memberikan tanggapan yang tidak baik terhadap jawaban yang diberikan
dan jangan kehilangan kesabaran. Bersikaplah tenang dalam menghadapi
suasana yang tidak diinginkan.
g. Bersabarlah terhadap rasa ingin tahu responden dan jawablah pertanyaan
responden dengan tepat dan jelas.
h. Setelah selesai melakukan pencacahan, jangan lupa mengucapkan terima kasih
dan memberitahukan tentang kemungkinan kunjungan ulang bila masih ada
keterangan yang diperlukan.
i. Lakukan kunjungan ulang jika diperlukan. Hal ini mungkin terjadi jika pada
IV.
PENGISIAN DAFTAR
4.1
.Tata Cara Pengisian Daftar
a. Daftar isian harus diisi dengan menggunakan pensil hitam.
b. Daftar isian harus diisi dengan huruf cetak/balok.
c. Jika terdapat kesalahan dalam penulisan harus diperbaiki dengan menggunakan
penghapus pensil, tidak diperbolehkan memperbaikinya dengan cara mencoret.
d. Daftar isian harus diisi dengan kaidah rata kanan.
e. Isikan kotak yang tersedia sesuai dengan kodenya.
f. Kualitas terbuka dalam kuesioner harus selalu diisi untuk memudahkan dalam
pengisian nilai komoditas/jasa yang akurat dan rasional.
g. Jika ada komoditas/jasa atau kualitas yang dicacah tidak tertampung dalam
kuesioner, maka coret komoditas/jasa atau kualitas pada Subblok yang sama yang
tidak ada isiannya untuk diganti menjadi komoditas/jasa atau kualitas yang
tercacah.
h. Komoditas yang dicacah harus menggunakan satuan yang standar, jika ada
komoditas/jasa yang masih menggunakan satuan lokal atau setempat, maka
petugas harus mengkonversikannya ke dalam satuan standar.
i. Mencatat hal-hal yang tidak bisa ditampung atau tidak dapat dimasukkan ke blok
lainnya dalam blok catatan.
Usaha di sektor pertanian yang dicakup dalam survei ini meliputi:
a. Kegiatan usaha pertanian Subsektor Tanaman Pangan
b. Kegiatan usaha pertanian Subsektor Tanaman Hortikultura
c. Kegiatan usaha pertanian Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat
d. Kegiatan usaha pertanian Subsektor Peternakan
e. Kegiatan usaha pertanian Subsektor Perikanan Kelompok
Perikanan Tangkap
f. Kegiatan usaha pertanian Subsektor Perikanan Kelompok
Harus diingat:
1. Satu rumah tangga tani hanya bisa menjadi responden pada satu subsektor
pertanian.
2. Sebelum melakukan wawancara, yakinkan dulu:
a. Jumlah anggota rumah tangga harus lebih dari 1 dan kurang dari 11
(1<jumlah ART<11).
b. Salah satu anggota rumah tangga mengusahakan komoditas utama pertanian
terpilih.
c. Penghasilan rata-rata per bulan rumah tangga dari sektor pertanian harus
lebih dari 50 persen dari total penghasilan rumah tangga.
d. Komoditas jenis usaha sektor pertanian harus memenuhi syarat Batas
Minimal Usaha (BMU).
e. Komoditas yang diusahakan sudah menghasilkan dan dijual selama referensi
waktu survei.
f. Hasil produksi komoditas jenis usaha subsektor pertanian minimal 11 persen
dari produksi normal.
g. Rumah tangga berdomisili di wilayah sampel minimal 1 tahun
h. Usaha sektor pertanian tidak berbadan hukum
4.2. Daftar SPDT15-TP (Subsektor Tanaman Pangan)
Rumah tangga tani dicacah dengan daftar SPDT15-TP apabila rumah tangga
tersebut mengusahakan jenis-jenis komoditas tanaman pangan yang waktu panen dan
jualnya berada pada referensi waktu survei, meskipun waktu penanaman di luar
referensi waktu survei. Daftar ini terdiri dari 5 blok, yaitu:
1. Blok I, digunakan untuk mendapatkan keterangan yang lengkap dan jelas mengenai
lokasi/tempat pencacahan.
2. Blok II, digunakan untuk mencatat keterangan petugas pencacah dan pemeriksa.
3. Blok III, digunakan untuk mencatat jenis komoditas, luas tanam dan luas panen yang
diusahakan serta hasilnya selama setahun yang lalu.
4. Blok IV, digunakan untuk mencatat pengeluaran/ongkos produksi selama setahun yang
lalu.
5. Blok V, digunakan untuk mencatat hal-hal (informasi) penting yang harus diketahui
• Cara pengisian daftar SPDT15-TP:
1. Blok I: Pengenalan Tempat
Rincian (1) sampai rincian (7) disalin dari daftar SPDT15-K Blok I rincian (1)
sampai rincian (7). Sedangkan rincian (8) disalin dari daftar SPDT15-K rincian (9.a).
2. Blok II: Keterangan Pencacahan
Isian Blok II diisi sesuai dengan isian daftar SPDT15-K.
3. Blok III: Jenis Komoditas, Luas Tanam Dan Luas Panen Yang Diusahakan
Serta Hasilnya Selama Setahun Yang Lalu
Tujuan blok ini adalah untuk mendapatkan keterangan mengenai sumber
pendapatan rumah tangga pertanian yang mencakup jenis komoditas, luas tanam dan
luas panen yang diusahakan dan produksi selama setahun yang lalu dari
masing-masing jenis komoditas yang diusahakan pada daftar SPDT15-K Blok III.C.
Tuliskan jenis komoditas pada Blok III berdasarkan jenis komoditas yang ada
di daftar SPDT15-K blok III.C.
Misalnya :
Pada tanggal 1 April 2015 Pak Abrar Susanto didatangi petugas pencacah SPDT15
karena mempunyai usaha pertanian Subsektor Tanaman Pangan yaitu tanaman padi
jenis IR-64.
Isian Blok III yang sebanyak 1 komoditas, yaitu :
Komoditas 1: JENIS KOMODITAS :Gabah kering (1dari1)
(... dari ....) menunjukkan urutan komoditas dari banyaknya komoditas yang
diusahakan dalam satu subsektor pertanian.
Kode komoditas gabah adalah 2101001, tuliskan kode komoditas didalam kotak di
pojok kiri atas (kode komoditas diisi oleh pengawas).
Frekuensi Panen adalah berapa kali terjadi panen selama setahun yang lalu. Pada
tanaman semusim yang panennya bertahap untuk satu kali tanam tetap dihitung satu Penulisan jenis komoditas harus selengkap-lengkapnya, misalnya: Gabah
varians IR-64, Ketela Pohon, Jagung Ontongan, Kacang Tanah, Ketela Rambat,
Untuk komoditas yang sama dan ditanam di lahan yang berbeda-beda (lebih dari 1
lahan), jika waktu tanamnya dalam waktu dekat dibeberapa lahan tersebut dan masih
dalam masa menanam (belum ada lahan yang menunggu panen atau telah panen),
maka dianggap 1 kali frekuensi panen, dan luas tanamnya dijumlahkan. Tetapi jika
masa tanamnya berjauhan, dianggap lebih dari 1 kali panen, luas tanam dalam Blok
III ini tetap dijumlahkan.
Bulan Panen adalah bulan saat petani melakukan panen, jika panen dilakukan pada
persimpangan bulan maka yang diisikan adalah bulan awal/mulai panen. Misalnya
panen dilakukan pada Januari tetapi masih ada sisa panen yang dilakukan awal
Februari maka yang diisikan adalah Januari. Cara pengisian bulan panen adalah
memberi tanda cek pada kotak di depan bulan panen (boleh lebih dari satu).
Blok III terdiri dari 4 kolom, yaitu:
- Kolom (1): Rincian
- Kolom (2): Satuan
- Kolom (3): Banyaknya
- Kolom (4): Nilai (Rp 000).
Blok III terdiri atas 9 rincian, yaitu:
- Rincian 1: Luas Tanam
Isikan luas tanam dari jenis komoditas yang diusahakan menurut kaidah penuh
tepi kanan pada kolom (3).
Luas tanamadalah luas areal yang ditanami tanaman tertentu. Jika satu bidang
lahan yang ditanami 2 jenis komoditas secara berselang seling dan keduanya
mempunyai jarak tanam normal, maka luas tanam untuk masing-masing jenis
komoditas adalah seluas bidang lahan tersebut. Misalnya lahan seluas 1 Ha
ditanami padi dan ketela pohon. Bila kedua tanaman tersebut memenuhi jarak
tanam normal, maka:
- Luas tanam untuk tanaman padi adalah 1 Ha, dan
- Luas tanam untuk tanaman ketela pohon 1 Ha.
Bila salah satu jenis komoditas tidak memenuhi jarak tanam normal maka jenis
komoditas yang dicatat sebagai jenis komoditas pada survei ini hanya yang
memenuhi jarak tanam normal (luas tanamnya adalah seluas bidang lahan).
ditanyakan. Hal ini juga berlaku untuk tanaman yang menghasilkan 2 komoditas
dalam satu bidang lahan, seperti tanaman jagung yang menghasilkan komoditas
jagung pipilan dan jagung ontongan. Dua komoditas jagung tetap dicatatat
dengan luas lahan seluas bidang lahan tersebut untuk jagung pipilan dan jagung
ontongan.
Untuk lahan yang mengusahakan 2 jenis komoditas dalam 1 periode survei misal
6 bulan untuk padi, 6 bulan untuk jagung, kedua komoditas tetap dicatat sebagai
hasil produksi.
- Rincian 2: Luas Panen.
Isikan luas panen dari jenis komoditas yang diusahakan menurut kaidah penuh
tepi kanan pada kolom (3).
Luas panen adalah luas tanaman yang dipanen. Bila selama setahun yang lalu
suatu lahan ditanami tanaman semusim dan dipanen dua kali, maka luas panen
pada Blok III adalah dua kali luas lahan.
Rincian 1 dan 2, nilai pada kolom (4) tidak perlu diisi.
- Rincian 3: Produksi yang Dihasilkan.
Isikan produksi yang dihasilkan dari jenis komoditas yang diusahakan menurut
kaidah penuh tepi kanan, banyaknya produksi diisikan pada kolom (3), dan nilai
(dalam ribuan rupiah) diisikan pada kolom (4). Untuk sistem bagi hasil, produksi
yang dihasilkan adalah jumlah produksi keseluruhan.
Produksidapat dibedakan menurut jenisnya, yaitu:
• Produksi primer yaitu produksi yang memiliki nilai dan atau kuantitas paling dominan di antara produk-produk yang dihasilkan.
• Produksi ikutan yaitu produk yang secara otomatis terbentuk pada saat menghasilkan produk primer. Teknologi yang digunakan untuk
menghasilkan produk ikutan dan primer merupakan teknologi tunggal.
• Produksi sampingan yaitu produk yang dihasilkan sejalan dengan produk primer tetapi menggunakan teknologi yang berbeda. Produk sampingan pada
umumnya dihasilkan dalam rangka mendukung kegiatan untuk menghasilkan
Contoh perbedaan jenis produksi: Buah kelapa adalah produksi utama, daun
kelapanya adalah produksi ikutan, dan arang dari batok kelapa adalah produksi
sampingan.
Produksi yang dicatat disini adalahproduksi primer
Produksi pertanian adalah suatu hasil panen/tangkapan yang diperoleh dari
kegiatan usaha pertanian selama referensi waktu survei.
Produksi yang dihasilkan dalam konsep ini meliputi produksi yang dijual,
dikonsumsi sendiri, yang diberikan kepada pihak lain, maupun yang masih
tersimpan di gudang.
Nilai produksiadalah nilai dari komoditas yang dihasilkan, biasanya merupakan
hasil perkalian dari kuantitas produksi dengan harga per unit komoditas tersebut.
Harga per unit adalah harga produsen (farm gate) pada saat komoditas tersebut
dijual.
- Rincian 4: Produksi yang Dijual
Isikan produksi yang dijual dari jenis komoditas yang diusahakan menurut
kaidah penuh tepi kanan, banyaknya produksi yang dijual diisikan pada kolom
(3), dan nilai (dalam ribuan rupiah) diisikan pada kolom (4).
Produksi yang dijual adalah jumlah produksi yang dijual oleh petani dari
seluruh atau sebagian produk yang dihasilkan suatu kegiatan usaha pertanian.
Jika petani melakukan sistem bagi hasil, maka produksi yang dijual adalah
penjumlahan dari produksi yang dijual oleh petani dan produksi untuk bagi hasil.
Untuk petani pemilik lahan dan petani pengolah sama-sama terkena sampel,
akan dicatat keduanya jika sama-sama menanggung resiko dalam usahanya,
dengan hasil produksi dan biaya produksi dibagi sesuai dengan presentasi bagi
hasil. Tetapi jika yang menanggung resiko hanya salah satu saja, maka yang
menjadi sampel adalah yang menanggung resiko usaha, baik petani pengolah
maupun petani pemilik lahan.
- Rincian 5: Produksi yang dikonsumsi sendiri
Isikan produksi yang dikonsumsi sendiri dari jenis komoditas yang diusahakan
menurut kaidah penuh tepi kanan, banyaknya produksi yang dikonsumsi diisikan
Produksi yang dikonsumsi sendiri adalah produksi yang digunakan untuk
konsumsi sendiri di rumah tangga terpilih.
- Rincian 6: Produksi lainnya
Isikan produksi lainnya dari jenis komoditas yang diusahakan menurut kaidah
penuh tepi kanan, banyaknya produksi yang diberikan pada pihak lain diisikan
pada kolom (3), dan nilai (dalam ribuan rupiah) diisikan pada kolom (4).
Produksi lainnya adalah produksi untuk pembibitan, produksi yang
diberikan/disumbangkan kepada orang lain, misalnya sanak saudara, tetangga,
dan sebagainya.
Rincian 7: Status lahan yang diusahakan
Lingkari status lahan yang diusahakan dan isikan pada kotak yang tersedia.
Milik Sendiri - 1
Sewa/Kontrak - 2
Lainnya(………) - 4
Lahan yang diusahakan adalah lahan yang dikuasai dan digunakan untuk jenis
komoditas yang diusahakan.
Status lahan yang diusahakan dibedakan milik sendiri, sewa/kontrak, atau
lainnya (ditanyakan per jenis komoditas). Status lahan lainnya seperti lahan
gadai, bengkok/lahan pelungguh, lahan bebas sewa, serobotan, dan lahan
garapan lainnya. Jika status lahan yang diusahakan adalah lainnya (berkode 4),
maka isikan dengan jelas status lahan yang diusahakan pada titik-titik dalam
tanda kurung.
Bidang lahan yang diusahakan bisa lebih dari satu, karena itu statusnya juga bisa
lebih dari satu (multiple). Jumlahkan kode status lahan yang diusahakan,
kemudian tuliskan pada kotak di sebelah kanannya.
- Rincian 8: Apakah melakukan sistem bagi hasil?
Lingkari 1 jika dilakukan sistem bagi hasil, atau lingkari 2 jika tidak melakukan
sistem bagi hasil. Jika tidak melakukan bagi hasil, maka rincian 9 kosong dan
lanjutkan pengisian untuk jenis komoditas berikutnya atau langsung ke Blok IV
- Rincian 9: Jika Ya, Berapa persen : .... %
Jika melakukan sistem bagi hasil, isikan berapa persen petani mendapatkan
bagian dari bagi hasil.
Banyaknya jenis komoditas pada Blok III yang terisi harus sama dengan
banyaknya jenis komoditas yang diusahakan pada Blok III.C daftar
SPDT15-K
Misalnya:
Cara pembayaran lahan yang disewa Pak Abrar Susanto adalah dengan sistem
bagi hasil, yaitu 60 % untuk dirinya dan 40 % untuk pemilik lahan.
Maka isian pada rincian 9 adalah 60 %
Untuk mengisi Blok III (produksi selama setahun yang lalu) diperlukan Lembar
Kerja Produksi (SPDT15-LKP). SPDT15-LKP ini digunakan untuk memudahkan
pencacah dalam memperoleh data produksi rumah tangga selama setahun yang lalu.
Lembar Kerja Produksi (SPDT15-LKP) adalah sebuah daftar yang digunakan untuk
memperoleh keterangan jenis komoditas dan produksi yang dihasilkan rumahtangga dari
usaha pertanian dari bulan ke bulan selama setahun yang lalu. Bila pencacahan dilakukan
pada tanggal 1 April 2015, catatlah jenis komoditas dan produksi yang diperoleh dari hasil
wawancara rumah tangga yang dimulai 1 April 2014 s.d. 31 Maret 2015. Daftar
SPDT15-LKP terdiri dari 2 blok :
1. Pengenalan Tempat:
Isikan pengenalan tempat pada SPDT15-LKP sesuai dengan Blok I daftar SPDT15-K.
Rincian (1) sampai rincian (4) disalin dari daftar SPDT15-K Blok I rincian (1) sampai
rincian (4), rincian (5) dan rincian (6) disalin dari daftar SPDT2014-K rincian (6) dan
rincian (7).
2. Produksi Per Rumah Tangga
Isikan daftar produksi per rumah tangga yang tersedia sebanyak jumlah komoditas yang
berproduksi dan di jual selama setahun yang lalu dalam satu subsektor terpilih.
Komoditas utama dicatat di rincian A. Satuan produksi sesuai dengan satuan standar
yang berlaku. Produksi Per Rumah Tangga terdiri dari 7 kolom, yaitu:
Kolom (2): Bulan Produksi
Kolom (3): Isikan jumlah produksi yang dihasilkan per bulan selama setahun yang
lalu. Isikan juga satuan produksi sesuai dengan satuan standar yang
dicantumkan dalam kuesioner dibawah judul kolom.
Kolom (4): Isikan banyaknya produksi yang dijual. Tanyakan terlebih dahulu apakah
melakukan bagi hasil atau tidak. Bila ada bagi hasil, maka isian penjualan
adalah hasil yang dijual ditambah bagi hasil yang bukan bagiannya. Isikan
juga satuan seperti pada kolom (3) dibawah judul kolom.
Kolom (5): Isikan nilai produksi yang dijual per bulan selama setahun yang lalu.
Kolom (6): Isikan banyaknya produksi yang dikonsumsi sendiri per bulan selama
setahun yang lalu. Isikan juga satuan seperti pada kolom (3) dibawah judul
kolom.
Kolom (7): Isikan banyaknya produksi lainnya per bulan selama setahun yang lalu.
Isikan juga satuan seperti pada kolom (3) dibawah judul kolom.
Jika banyaknya tidak diketahui (misalnya sistem tebasan), isikan
banyaknya produksi dengan cara membagi nilai produksi dengan harga
pasaran per satuan Kg di daerah setempat (untuk komoditas gabah, harga
pasaran yang digunakan adalah harga gabah kering giling).
Pengisian kolom-kolom: Yang Dihasilkan, Yang Dijual, Yang Dikonsumsi
Sendiri dan Yang diberikan pada Pihak Lain hanya diisi pada bulan-bulan
saat terjadinya panen. Jika panen terjadi pada September 2014 dan Maret
2015, maka kolom-kolom yang diisikan hanya kolom-kolom di baris
September 2014 dan Maret 2015. Pada kasus tertentu, hasil panen Maret
2015 baru sebagian dijual dan dikonsumsi, maka yang diisikan pada kolom
“Yang Dijual” dan “Yang Dikonsumsi sendiri” adalah besaran dan nilai yang biasa terjadi pada hasil panen bulan-bulan sebelumnya.
Untuk komoditas gabah, konversikan hasil produksi ke dalam Gabah
Kering Giling (GKG). Dari Gabah Kering Panen (GKP) menjadi GKG
konversinya adalah 82 %. Dari Beras ke GKG konversinya adalah
• Total Produksi : total produksi setiap komoditas dalam satu tahun. Isikan baris total produksi dalam Kolom (3), Kolom (4), Kolom (5), Kolom (6) dan Kolom (7) dengan
menjumlahkan isian Produksi masing-masing kolom.
• Rata-rata Harga Satuan Komoditas : harga rata-rata setiap komoditas yang diproduksi selama 1 tahun. Isikan rata-rata harga satuan komoditas dengan membagi
baris Total Nilai Produksi Kolom (5) dengan Total Produksi Kolom (4) dikali 1.000.
Banyaknya jenis komoditas pada Produksi Per Rumah Tangga dalam
LKP yang terisi harus sama dengan banyaknya jenis komoditas yang
diusahakan pada Blok III.C daftar SPDT15-K
• Menyalin hasil rekapitulasi daftar SPDT15-LKP ke daftar SPDT15-TP
Blok III
Hasil rekapitulasi daftar SPDT15-LKP harus disalin ke daftar SPDT15-TP
Blok III, dengan cara sebagai berikut:
- Jenis Komoditas SPDT15-LKP disalin ke daftar SPDT15-TP Blok III untuk
masing-masing jenis komoditas.
- Kolom (3), Kolom (4), Kolom (6) dan Kolom (7) baris Total Produksi
SPDT15-LKP untuk tiap jenis komoditas yang diusahakan disalin ke daftar
SPDT15-TP Blok III Kolom (3) rincian (3) sampai rincian (6). Nilai dalam
daftar SPDT15-TP Blok III Kolom (4) didapat dengan mengalikan Kolom (3)
dengan rata-rata harga satuan komoditas SPDT15-LKP untuk tiap jenis
Contoh pengisian pada daftar SPDT15-TP Blok III dan SPDT15-LKP:
Data hasil produksi padi IR-64 milik Pak Abrar Susanto sebagai berikut :
Panen Lahan 1 Lahan 2 Lahan 3
Status lahan milik
Hasi Panen Bulan April 2014 :
Hasil Produksi 3 ton 1 ton
Produksi yang Dijual 3,9 ton senilai
Rp19.500.000,-(termasuk bagi hasil)
Hasi Panen Bulan September 2014 :
Hasil Produksi 2 ton 1 ton
Produksi yang Dijual 2,65 ton senilai
Rp13.250.000,-(termasuk bagi hasil)
Cara pengisian pada daftar SPDT15-TP Blok III usaha milik Pak Abrar
Susanto:
Jenis komoditas: Gabah Kering (1 dari 1) karena Pak Abrar menghasilkan satu jenis komoditas, yaitu gabah IR-64 dan disalin dari daftar SPDT15-LKP Kolom (2)
Frekuensi Panen: 2
Bulan Panen: April dan September (dilingkari).
Karena luas lahan 2 Ha = 20.000 m2 dan 2 kali panen, maka:
Rincian 1 kolom (3): Luas tanam = 2 x 20.000 = 40.000 m2
Untuk pengisian rincian 3 s.d. rincian 6 kolom (3) dan kolom (4) disalin dari
SPDT15-LKP.
Pengisian SPDT15-LKP usaha milik Pak Abrar Susanto:
Jenis Komoditas : Gabah Kering
Satuan : Kg
Bulan April 2014 :
Kolom (3): 4.000
Kolom (4): 3.500 + 400 = 3.900
dimana 400 diperoleh dari bagi hasil = 40 % x 1.000
Kolom (5): 19.500
Kolom (6): 100
Kolom (7):
-Bulan September 2014 :
Kolom (3):3.000
Kolom (4): 2.250 + 400 = 2.650
dimana 400 diperoleh dari bagi hasil = 40 % x 1.000
Kolom (5): 13.250
Kolom (6): 200
Kolom (7): 150
Total produksi selama setahun yang lalu :
Kolom (3): 7.000
Kolom (4): 6.550
Kolom (5) barisnilai: 32.750
Kolom (6) barisbanyaknya: 300
Kolom (7) barisbanyaknya: 150
Rata-rata harga satuan komoditas :
Rp5.000,-Diperoleh dari = Total produksi Kolom (5)/ Kolom (4) x 1.000
= 32.750/6.550x Rp.1000,- =
Rp5.000,-Pengisian daftar SPDT15-TP Blok III Pak Abrar Susanto :
Rincian 3 kolom (3): 7.000 (disalin dari Kolom (3) SPDT15-LKP baris Total
Rincian 3 kolom (4): 35.000 (didapat dengan mengalikan Kolom (3) SPDT15-TP
dengan rata-rata harga satuan komoditas SPDT15-LKP untuk masing-masing
komoditas yang sesuai)
Rincian 4 kolom (3): 6.550 (disalin dari Kolom (4) SPDT15-LKP baris Total
Produksi)
Rincian 4 kolom (4): 32.750 (didapat dengan mengalikan Kolom (3) SPDT15-TP
dengan rata-rata harga satuan komoditas SPDT15-LKP untuk masing-masing
komoditas yang sesuai)
Rincian 5 kolom (3): 300 (disalin dari Kolom (6) SPDT15-LKP baris Total
Produksi)
Rincian 5 kolom (4): 1.500 (didapat dengan mengalikan Kolom (3) SPDT15-TP
dengan rata-rata harga satuan komoditas SPDT15-LKP untuk masing-masing
komoditas yang sesuai)
Rincian 6 kolom (3): 150 (disalin dari Kolom (7) SPDT15-LKP baris Total
Produksi)
Rincian 6 kolom (4): 750 (didapat dengan mengalikan Kolom (3) SPDT15-TP
dengan rata-rata harga satuan komoditas SPDT15-LKP untuk masing-masing
komoditas yang sesuai).
Rincian 7: Dalam hal ini status lahan yang diusahakan untuk menanam padi adalah
milik sendiri (kode 1) dilingkari dan sewa/kontrak (kode 2) dilingkari.
Kode : 1 + 2 = 3, maka pada kotak tuliskan kode 3.
Rincian 8: lingkari kode 1, kemudian isikan 1 pada kotak.
Rincian 9: tulis 60 % pada titik-titik, kemudian isikan pada kotak.
Contoh pengisian daftar SPDT15-TP dapat dilihat dalam lampiran 2.
4. Blok IV: Pengeluaran Untuk Komoditas Yang Dipanen Selama Setahun Yang Lalu
Blok ini digunakan untuk mencatat segala macam pengeluaran/biaya untuk
Misalnya: Selama setahun yang lalu (1 April 2014– 31 Maret 2015) tanaman padi Pak Abrar Susanto telah mengalami dua kali panen. Panen yang pertama pada April 2014
dan panen yang kedua pada September 2014. Pengeluaran/biaya yang dicatat di sini
adalah semua pengeluaran untuk tanaman padi yang dipanen selama setahun yang lalu
(jumlah biaya yang dikeluarkan pada panen April 2014 dan panen September 2014).
Termasuk pengeluaran yang dikeluarkan sebelum April 2014 (untuk panen April 2014).
• Biaya pengeluaran/ongkos produksi:
a. Pengeluaran/ongkos-ongkos yang dicatat adalah seluruh pengeluaran untuk
usaha subsektor pertanian terpilih, seperti pengeluaran untuk bibit, pupuk dan
obat-obatan, biaya sewa dan pengeluaran lain, transportasi, barang modal dan
upah buruh.
b. Pengeluaran untuk usaha subsektor pertanian terpilih berasal dari pembelian
oleh rumah tangga tani, tidak termasuk produksi sendiri maupun dari
pemberian orang lain. Apabila petani membeli obat-obatan 1 botol (500 ml)
tetapi baru digunakan sebagian, maka yang dihitung adalah yang digunakan
saja. Komoditas yang diambil dari toko milik sendiri yang berasal dari
pembelian, dicatat sebagai pengeluaran usaha subsektor pertanian terpilih.
c. Pengeluaran usaha subsektor pertanian terpilih yang dicatat adalah pengeluaran
untuk seluruh jenis komoditas pertanian yang diusahakan dalam satu
subsektor. Misalnya Pak Abrar Susanto mengusahakan tanaman padi dan
jagung. Untuk keperluan produksi kedua jenis komoditas tersebut diperlukan
pupuk urea PUSRI untuk tanaman padi sebesar 100 kg, dan untuk komoditas
jagung 60 kg. Maka isian untuk pengeluaran pupuk urea Pusri adalah 160 kg. • Dalam survei ini, waktu panen dan penjualan hasil produksi harus berada pada
referensi waktu survei (selama setahun yang lalu). Sedangkan pengeluaran/biaya
yang dicatat adalah segala macam pengeluaran/biaya yang digunakan untuk
komoditas yang dipanen dan dijual selama setahun yang lalu, walaupun
pengeluaran/biaya tersebut dikeluarkan sebelum referensi waktu survei.
d. Jika petani menggunakan lebih dari satu kualitas dalam satu jenis komoditas
pengeluaran usaha subsektor terpilih, tuliskan kualitas yang paling
sering/banyak dibeli dan digunakan.
• Pengeluaran untuk komoditas yang dipanen dan dijual selama setahun yang
lalu terdiri dari:
A. Bibit/benih
Subblok ini terdiri dari beberapa jenis bibit, yaitu padi dan palawija.
Biaya bibit/benih adalah biaya yang digunakan untuk membeli bibit/benih.
Bibit yang diambil dari hasil produksi sendiri tidak dimasukkan kedalam biaya
bibit/benih.
Bibit adalah tanaman hasil proses penelitian dan pengkajian dan atau tanaman
yang memenuhi persyaratan tertentu untuk dikembangkan.
B. Pupuk dan Obat-obatan
Subblok ini terdiri dari beberapa jenis pupuk dan obat-obatan, seperti:
urea, TSP/SP 36, KCL, pupuk kandang, insektisida, fungisida, herbisida,
rodentisida dan sebagainya.
Biaya pupuk dan obat-obatan adalah biaya yang dikeluarkan oleh petani
untuk membeli pupuk dan obat-obatan yang digunakan untuk menyuburkan
tanaman dan membasmi hama-hama tanaman.
Pestisida/obat-obatan adalah suatu zat kimia dan bahan lain serta jasad renik
dan virus yang digunakan untuk memberantas atau mencegah hama/penyakit
serta tumbuhan pengganggu tanaman.
Insektisida adalah pestisida yang digunakan untuk membasmi serangga.
Misalnya: Agrolide, Basudin, Furadan, Lebayside, Phosvel, Sevin, Sumithian,
Times, dan sebagainya.
Fungisida adalah bahan yang digunakan untuk mengendalikan cendawan atau
jamur. Contoh: Baycor, Delsene, Cobox, Altan, Moduba, dan sebagainya.
Herbisida adalah bahan yang digunakan untuk mengendalikan gulma atau
Rodentisida adalah bahan yang digunakan untuk mengendalikan binatang
pengerat. Contoh: Dekatit, Fumarin, Racumin, Giserin, Sulmurin, dan
sebagainya.
Bakterisida adalah bahan yang digunakan untuk mengendalikan bakteri.
Contoh: Agrimycin, Stablex, Tenamycin, dan sebagainya.
Akarisida adalah bahan yang digunakan untuk mengendalikan tungau. Contoh:
Morestan, Ornite, Tedion, Plictran, Kelthane, dan sebagainya.
Nematisida adalah bahan yang digunakan untuk mengendalikan nematoda.
Contoh: Basamid, Vydate, Sheillede, dsb.
Pengeluaran untuk pestisida/obat-obatan yang dituliskan pada Kolom (1)
adalah jenis barangnya (bukan merknya) misalnya insektisida, fungisida,
herbisida, akarisida, dan sebagainya, sedangkan merknya dituliskan pada
Kolom (2).
Contoh pengisian Blok IV.A. dan Blok IV.B dapat dilihat pada lampiran 2.
C. Biaya Sewa, Pajak & Pengeluaran lain
Subblok ini terdiri dari beberapa jenis biaya sewa, pajak dan pengeluaran lain,
seperti: sewa ladang, sewa sawah, biaya pengairan, pajak/PBB ladang,
pajak/PBB sawah, bunga modal, sewa garu dan ternak, sewa traktor, sewa
bajak, sewa alat penyemprot hama, sewa gerobak, sewa tresher, ongkos
perbaikan barang modal dan pengeluaran lainnya.
Sewa lahan untuk pertanian adalah biaya yang dibayarkan untuk penggunaan
lahan pertanian dalam jangka waktu tertentu dari pihak lain, di mana besarnya
sewa lahan sudah ditetapkan terlebih dahulu tanpa melihat besar kecilnya hasil
produksi. Pembayaran sewa dapat berupa uang atau barang. Pemakaian lahan
pertanian milik orang lain yang dibayarkan dengan bagi hasil juga dihitung
dalam biaya sewa lahan. Lahan untuk pertanian dapat berupa lahan sawah dan
lahan ladang.
Lahan sawah adalah lahan pertanian yang berpetak-petak dan dibatasi
pematang (galengan) dan atau saluran untuk menahan/menyalurkan air, yang
biasanya ditanami padi sawah. Termasuk di sini adalah lahan rawa yang
ditanami padi dan lahan bekas tanaman tahunan yang telah dijadikan sawah,