• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pers 8 Recent site activity teeffendi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pers 8 Recent site activity teeffendi"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

Pers dan Hukum

Pidana

(2)

Kebebasan Pers dan Hukum

Pidana

Sebelum membahas tentang berbagai

macam bentuk kegiatan pers yang dapat

dikenakan sanksi pidana sebagaimana

diatur dalam undang-undang, maka ada

baiknya dilihat terlebih dahulu

(3)

Landasan Hukum

Kebebasan Pers

1. Amandemen Kedua UUD 1945, Pasal 28

ayat (1) dan (2) jo Pasal 28F ;

2. KUHPidana, Pasal 50;

(4)

Amandemen Kedua UUD 1945

Pasal 28 ayat , Setiap orang bebas atas kebebasan

meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap yang sesuai dengan hati nuraninya

Pasal 28 ayat , Setiap orang berhak atas kebebasan yang berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat

Pasal 8F, Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan linglungan sosialnya, serta berhak untuk mencari,

memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan

(5)

KUHPidana

Pasal

5 ,

Barangsiapa melakukan

perbuatan untuk melaksanakan ketentuan

undang-undang, tidak dipidana

(6)

UU Pers

Menurut Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang

Nomor 40 tahun 1999 (UU Pers),

Kemerdekaan Pers dijamin sebagai hak

asasi warga negara

Dilanjutkan dengan keberadaan Pasal 8 UU

Pers yang menyebutkan

,

Dalam

(7)

Kebebasan Pers

Berdasarkan ketentuan-ketentuan

tersebut di atas, baik menurut UUD 1945,

KUHPidana maupun UU Pers, apakah pers

tidak dapat dikenakan pidana apabila

(8)

Kebebasan Pers di Negara

Lain

1. Anggota Uni Eropa (Melalui Mahkamah HAM di Strassbourg);

2. Negara-negara Amerika Latin (Melalui Mahkamah HAM Amerika Latin);

3. Amerika Serikat (Melalui First Amandement);

4. Sebagian besar negara Afrika (melalui Mahkamah HAM Afrika);

5. Ukraina, Srilangka dsb.

(9)

Kebebasan Pers di

Indonesia

1. Pers dapat dipidana jika terbukti melanggar

undang-undang dalam melaksanakan

tugasnya;

2. Beban pembuktian pada pers bukan pada

pengadu;

3. Belum ada perlindungan bagi

Whistle Blower

;

(10)
(11)

Bentuk-bentuk tindak

pidana pers

Van Hattum memberikan kriteria tindak pidana pers, yaitu:

1. Dilakukan dengan barang cetakan;

2. Perbuatan yang dipidana harus terdiri atas pernyataan pikiran atau perasaan;

3. Perumusan delik harus ternyata bahwa publikasi merupakan suatu syarat untuk menumbuhkan kejahatan, apabila kenyataan tersebut dilakukan dengan suatu tulisan.

(12)

Tindak pidana pers dalam

KUHPidana

Berdasarkan kriteria Van Hattum tersebut, beberapa tindak pidana di dalam KUHPidana yang dapat

digolongkan sebagai tindak pidana pers adalah:

No Kualifikasi Pasal

1. Pembocoran rahasia negara Pasal 112, 113

2. Penghinaan terhadap pemerintah, lembaga negara

Pasal 154, 207

3. Penghinaan terhadap agama Pasal 156 a

4. Penyerangan terhadap p kesehatan mental dan kesusilaan

Pasal 282, 283

(13)

Tindak pidana pers dalam

KUHPidana (lanjutan)

No Kualifikasi Pasal

6. Penghasutan Pasal 160

7. Penghinaan terhadap nama baik dan kehormatan seseorang, Presiden dan Wakil Presiden, Raja atau Kepala Negara sahabat, Wakil Negara Asing

Titel V, XVI Buku II Pasal 310-321, 134, 136 bis, 142, 143, 156

(14)

Tindak pidana pers dalam

UU Pers

Sebagai landasan bekerjanya pers, maka di dalam UU Pers mengatur tentang tugas dan fungsi pers termasuk diantaranya sanksi-sanksi terhadap pers yang melanggar undang-undang dalam menjalankan tugasnya. Adapun jenis tindak pidana dalam UU Pers antara lain:

No Kualifikasi Pasal

1. Perbuatan yang berkaitan dengan penyensoran, pembredelan atau pelarangan penyiaran

Pasal 18 ayat (1)

2. Perbuatan yang berkaitan dengan jaminan kemerdekaan pers dan perbuatan yang berkaitan dengan hak untuk mencari, memperoleh dan menyebarluaskan gagasan dan informasi

(15)

Tindak pidana pers dalam

UU Pers (lanjutan)

No Kualifikasi Pasal

3. Perbuatan memberitakan peristiwa dan opini yang melanggar norma agama dan rasa kesusilaan masyarakat serta asas praduga tak bersalah

Pasal 18 ayat (2)

4. Mengiklankan hal yang merendahkan martabat agama dll, berkaitan dengan minuman keras, narkoba dll

Pasal 18 ayat (2)

5. Pelanggaran terhadap administrasi perijinan

(16)

Tindak pidana pers dalam

UU Pers (lanjutan)

No Kualifikasi Pasal

3. Perbuatan memberitakan peristiwa dan opini yang melanggar norma agama dan rasa kesusilaan masyarakat serta asas praduga tak bersalah

Pasal 18 ayat (2)

4. Mengiklankan hal yang merendahkan martabat agama dll, berkaitan dengan minuman keras, narkoba dll

Pasal 18 ayat (2)

5. Pelanggaran terhadap administrasi perijinan

(17)

Kebebasan Pers dan Tindak

Pidana Pers

Sampai saat ini terjadi perbedaan pendapat

terkait kebebasan pers dan tindak pidana pers. Di

satu sisi menolak adanya pengaturan tentang

pers dalam hukum pidana, namun di sisi lain

mendukung adanya pembatasan dalam

(18)

Penolakan Tindak Pidana

berkaitan Kebebasan Pers

Penolakan terhadap pengaturan pers dalam

hukum pidana dilandasi pada pemikiran, bahwa

pers dilindungi oleh undang-undang dalam

melakukan tugasnya. Sehingga segala hal

berkaitan dengan pers tidak dapat dipidana

karena merupakan pengecualian dalam

(19)

Pendukung Pengaturan

Tindak Pidana berkaitan

Kebebasan Pers

Adanya kebebasan pers tidak serta merta

(20)

Tindak Pidana Pers dan

Kode Etik Pers

Tidak semua yang diatur oleh kode etik pers merupakan tindak pidana pers, dan sebaliknya, tidak semua tindak pidana pers merupakan pelanggaran terhadap kode etik pers

Kode Etik Pers antara lain:

1. Wartawan Indonesia menghormati hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar;

(21)

Tindak Pidana Pers dan

Kode Etik Pers

3. Wartawan Indonesia menghormati asas praduga tak bersalah, tidak mencampurkan fakta dengan opini, berimbang dan selalu meneliti kebenaran informasi serta tak melakukan plagiat;

4. Wartawan Indonesia tidak menyiarkan informasi yang bersifat dusta, fitnah, sadis dan cabul serta tidak

menyebutkan identitas korban kejahatan susila;

(22)

Tindak Pidana Pers dan

Kode Etik Pers

6. Wartawan Indonesia memiliki hak tolak, menghargai ketentuan embargo, informasi latar belakang dan off the record sesuai kesepakatan;

7. Wartawan Indonesia segera mencabut dan meralat kekeliruan dalam pemberitaan serta melayani hak jawab.

Pelanggaran terhadap kode etik pers yang bukan

(23)

Omnium Rerum

Principia Parva Sunt

Referensi

Dokumen terkait

tentang jenis pidana yang akan didakwakan, akan tetapi dalam surat dakwaan subsidair JPU tidak ragu tentang jenis tindak pidananya, tetapi yang dipermasalahkan adalah

[r]

Sistem Adversary Model memiliki prinsip, bahwa prosedur peradilan pidana harus merupakan suatu sengketa antara kedua pihak dan dalam kedudukan yang sama di

Apakah hukum pidana internasional terletak dalam kelompok hukum publik atau hukum perdata. Jika terletak pada hukum publik, maka apakah hukum pidana internasional merupakan

Sistem Adversary Model memiliki prinsip, bahwa prosedur peradilan pidana harus merupakan suatu sengketa antara kedua pihak dan dalam kedudukan yang sama di

Elemen dalam tindak pidana internasional, yang tidak termasuk dalam kriteria ancaman langsung maupun tidak langsung terhadap perdamaian. dan keamanan dunia serta pengaruhnya

pelaksanaan hukum acara pidana ditambah dengan peraturan lain yang berkaitan dengan itu;. • Dalam arti sangat luas, ditambah dengan peraturan tentang alternatif

Dalam surat dakwaan alternatif, JPU ragu tentang jenis pidana yang akan didakwakan, akan tetapi dalam surat dakwaan subsidair JPU tidak ragu tentang jenis tindak. pidananya,