• Tidak ada hasil yang ditemukan

266399713 Jurnal Guru Volume I No 1 Mei Juni 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "266399713 Jurnal Guru Volume I No 1 Mei Juni 2015"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

Volume I, No. 1, Mei – Juni (2015)

ISSN : 2459-9743

JurnalGuru

JURNAL GURU

Vol. I

No. 1

Hal. 1-104

Indralaya

Mei – Juni 2015

ISSN: 2459-9743

Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran

Diterbitkan oleh:

Pusat Kajian Pendidikan dan Strategi Pembelajaran (PKPSP) Institut Studi Ekonomi dan Kewirausahaan (InSEK)

(2)

1234-5678

JurnalGuru

(3)

ii

|

ISSN : 2459-9743

JURNAL GURU

Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran www.e-jurnalguru.com

ISSN (International Standard of Serial Number) : 2459-9743

PENERBIT

Pusat Kajian Pendidikan dan Strategi Pembelajaran (PKPSP) Institut Studi Ekonomi dan Kewirausahaan (InSEK)

Sumatera Selatan, INDONESIA

Akta Notaris No. 45, tanggal 28 Agustus 2003 (Notaris Ristiana, S.H.)

KETUA DEWAN PENYUNTING

Benny Hendrawan, S.Psi., M.Si., M.Psi., Psikolog. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

ANGGOTA DEWAN PENYUNTING

Irwan Pachrozi, M.Pd. Universitas Sriwijaya, Palembang

Bastudin, M.Pd. Universitas Sriwijaya, Palembang

Ihsanudin, M.Pd. Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung Sugianto, S.Pd., M.M. Universitas Bina Darma, Palembang Drs. Catur Pramono, M.Hum. Universitas Sebelas Maret, Surakarta

MITRA BESTARI

Prof. Dr. Anoesyirwan Moeins, M.Sc., M.M. Universitas Persada Indonesia YAI, Jakarta Fathul Wahid, M.Sc., Ph.D. Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta Dr. H. Nawawi Nurdin, M.Pd. BDK Palembang, Palembang

Dr. Silvi Hevria, M.Pd. LPMP Sumatera Barat, Padang

Dr (Cand). Abjan Halek, S.E., M.Si. STIE Budi Utomo Manado, Sulawesi Utara Dr (Cand). Dedi Royadi, S.Sos., M.Si. STMIK Bina Sarana Global, Banten Dr (Cand). H.M. Arbi Syarif, M.M. STIE Dr. Mochtar Talib, Jakarta

Dr (Cand). Marlia Saridewi, M.M. Universitas Maritim Raja Ali Haji , Kepulauan Riau Dr (Cand). Solahuddin, S.Kom., M.M. Universitas Singaperbangsa Karawang, Jawa Barat Drs. H. Tadjuddin Nural, M.M. LPMP Sumatera Selatan, Indralaya

Fawziana Mustika, S.Psi., M.Si. LPMP Lampung, Bandar Lampung Drs. H. Muhlisin, M.Si. LPMP Sumatera Selatan, Indralaya Inekhe Dyah Kusumawati, S.Psi., M.Psi., Psikolog. Universitas Mercu Buana, Yogyakarta

ADMINISTRASI Karwan Sugiarto, S.A.P.

ALAMAT PENYUNTINGAN

Graha InSEK, Komplek Bunga Mas Blok A-31, Jl. Sarjana, Timbangan, Indralaya Utara, Ogan Ilir, Sumatera Selatan, INDONESIA 30862

Telp : +62 852-6731-4774 Email : ejurnalguru@gmail.com Website : www.e-jurnalguru.com

Penerbit menerima kiriman dan sumbangan naskah yang belum pernah diterbitkan oleh media lain. Tulisan dikirim dalam bentuk softcopy dengan format penulisan seperti tercantum di laman Pedoman Penulisan di www.e-jurnalguru.com, dan dikirim via e-mail ke alamat: ejurnalguru@gmail.com. Setiap naskah yang masuk akan direview substansinya oleh mitra bestari yang relevan dengan tema tulisan, dan disunting oleh dewan penyunting sesuai dengan ketentuan penulisan yang berlaku di jurnal ini.

© Copyright 2015. All Right Reserved

(4)

ISSN : 2459-9743

|

iii

DAFTAR ISI

Upaya Meningkatkan Kemampuan Guru Kelas dalam Membuat Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran Melalui In House Training (IHT) di Gugus 1

Kecamatan Keluang

INDRAWATI ...

1-4

Peningkatan Mutu Program Kerja Kepala Sekolah Melalui Supervisi

Manajerial di SD Negeri Bilik Pajang Kecamatan Sekayu

ABDUL HALIM ...

5-9

Upaya Meningkatkan Keterampilan Guru dalam Menyusun RKH Melalui

Bimbingan KKG TK Kecamatan Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin

NURLELA ...

10-14

Peningkatan Kemampuan Guru dalam Menetapkan Kriteria Ketuntasan

Minimal Melalui Bimbingan Teknis di Gugus I Kecamatan Sekayu

NURMALAH ...

15-21

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Materi Operasi Bilangan Bulat di Mata

Pelajaran Matematika Melalui Metode Demonstrasi pada Siswa Kelas V SD

Negeri 7 Sekayu

NAYA MURNI ...

22-26

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Materi Konsep Pecahan Biasa di Mata

Pelajaran Matematika Melalui Metode Demonstrasi dan LKS pada Siswa

Kelas IV SD Negeri 1 Sekayu

NURBAYA SUKRI ...

27-31

Peningkatan Kemampuan Menulis Pantun Melalui Metode Karyawisata pada

Siswa Kelas IV SD Negeri 6 Lumpatan

SITI ISYAH ...

32-36

Upaya Meningkatkan Kemampuan Guru dalam Menyusun RPP Melalui

Bimbingan Teknis di SD Negeri 3 Lumpatan

ROIHAN ...

37-41

Upaya Peningkatan Kemampuan Menulis Permulaan pada Siswa Kelas IA SD

Negeri 2 Sekayu Melalui Penggunaan Media Kartu Huruf

WAKI’AH ...

42-45

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPA tentang

Energi dan Perubahannya Melalui Metode Demonstrasi di Kelas VIB SD

Negeri 2 Sekayu

EKA NURSANI ...

46-49

Peningkatan Keterampilan Berbicara dalam Berpidato dengan Menggunakan

Lembar Kegiatan (LK) Terbimbing pada Siswa Kelas VI SD Negeri 3

Lumpatan

MALINDA ...

50-55

Upaya Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pesawat

Sederhana Melalui Pendekatan Kontekstual

(5)

iv

|

ISSN : 2459-9743

Peningkatan Hasil Belajar Konsep Perkalian dan Pembagian Melalui

Penggunaan Papan Planel Pada Siswa Kelas IVB SD Negeri 10 Sekayu

MARIYANI ...

64-68

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IVA SD Negeri 3 Sekayu

dalam Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan Desimal Melalui Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe TGF

RUSLINAH ...

69-73

Meningkatkan Keterampilan Membaca Lancar dengan Menggunakan Kartu

Huruf pada Siswa Kelas IIB SD Negeri 10 Sekayu

KOMARIA ...

74-78

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Materi Gaya Gerak Benda di Mata

Pelajaran IPA Melalui Metode Demonstrasi Pada Siswa Kelas III SD Negeri 1

Sekayu

ERMALIZA ...

79-82

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Penjumlahan

Pecahan melalui Pendekatan Pembelajaran PAKEM pada Siswa Kelas IVA

SD Negeri 2 Sekayu

INDRIATI ...

83-87

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Materi Energi dan Perubahannya

Melalui Metode Demonstrasi Pada Siswa Kelas VIA SD Negeri 2 Sekayu

MASINA ...

88-92

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Materi

Kemerdekaan Melalui Penggunaan Media Gambar dan LKS pada Siswa Kelas

V SD Negeri 1 Sekayu

RITA HARTATI ...

93-97

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Pendekatan

Pembelajaran Kontekstual pada Siswa Kelas VIII.3 SMP Negeri 2 Sekayu

HIDAYATI ...

98-101

(6)

ISSN : 2459-9743 |

1

Upaya Meningkatkan Kemampuan Guru Kelas

dalam Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Melalui In House Training (IHT)

di Gugus 1 Kecamatan Keluang

Indrawati

Pengawas SD Kecamatan Keluang, Kab. Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan

Diterima: 8 Mei 2015 Disetujui: 17 Mei 2015

ABSTRAK

Penelitian tindakan sekolah ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan guru kelas dalam membuat rencana pelaksanaan pembelajaran di Gugus 1 Kecamatan Keluang. Penelitian dilaksanakan di sekolah Gugus 1 Kecamatan Keluang pada tahun pelajaran 2014/2015 dengan kemampuan yang heterogen berjumlah 30 orang guru kelas binaan. Metode penelitian ini menggunakan analisis data kuantitatif yaitu dengan membandingkan kemampuan guru kelas dalam membuat RPP pada siklus pertama dan siklus kedua melalui In-House Training (IHT). Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi untuk mengamati pelaksanaan IHT dan lembar penilaian RPP. Penelitian berlangsung dalam dua siklus, dapat disimpulkan bahwa meningkatkan kemampuan guru kelas dalam membuat rencana pelaksanaan pembelajaran di Gugus 1 Kecamatan Keluang dapat dilakukan melalui In-House Training (IHT). Dengan nilai rata-rata kemampuan guru kelas dalam membuat RPP sebelum dilaksanakan IHT 72,75. Setelah dilaksanakan In-House Training (IHT) pada siklus I diperoleh nilai rata-rata 76,30. Dari hasil siklus I kemudian dilakukan perbaikan pada siklus II diperoleh nilai rata-rata 83,62

Kata Kunci: kemampuan guru, rencana pelaksanaan pembelajaran, IHT

A. Pendahuluan 1. Latar Belakang

Salah satu dari delapan standar pendidikan adalah standar isi. Standar isi memuat standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) yang harus dicapai siswa setelah mengikuti pembelajaran dalam jenjang dan waktu tertentu, sehingga pada gilirannya mencapai standar kompetensi lulusan (SKL). Agar siswa dapat mencapai SK, KD dan SKL secara maksimal maka perlu didukung dengan oleh berbagai standar lainnya dalam sebuah sistem yang utuh. Salah satunya tertuang dalam standar proses.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses menyatakan bahwa guru diharapkan dapat mengembangkan perencanaan pembelajaran seperti rencana pembelajaran (RPP) khususnya pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Menurut Mulyasa (2006: 167), rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai salah satu atau lebih kompetensi dasar yang ditetapkan dalam

Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus. RPP adalah salah satu komponen penting dari KTSP yang pengembangannya harus dilakukan oleh guru secara profesional.

Setiap pendidik pada satuan pendidikan berkewajiban membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis siswa. Dalam penyusunan RPP ini, setiap guru harus berpedoman pada program pengajaran setiap bidang studi serta kalender akademik pada saat tahun pelajaran berlangsung. Ketika guru membuat RPP dengan baik, maka guru tersebut dimudahkan dalam mengajar.

(7)

2

| ISSN : 2459-9743

SDN Mekarsari masihbanyak gurunya lamban

dalam penyusunan RPP. Jadwal pengumpulan RPP sudah ditentukan, tetapi masih banyak yang terlambat mengumpulkannya. Bahkan ada yang baru mengumpulkan sudah hampir selesai semester. Dengan demikian, guru perlu meningkatkan kemampuan dalam membuat RPP.

Mengacu pada Permenpan RB RI nomor 21 tahun 2010 tentang jabatan fungsional pengawas sekolah dan angka kreditnya, Peraturan pemerintah No. 74 Tahun 2008 Tentang Guru, dapat dikemukakan tentang tugas pokok dan tanggung jawab pengawas sekolah yang meliputi: melaksanakan pengawasan akademik dan manajerial pada satuan pendidikan yang meliputi penyusunan program pengawasan, pelaksanaan pembinaan, pemantauan pelaksanaan 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan, penilaian, pembimbingan dan pelatihan profesional Guru, evaluasi hasil pelaksanaaan program pengawasan dan pelaksanaan tugas kepengawasan daerah khusus.

Dengan demikian berdasarkan tugas pokok tersebut, salah satu kegiatan yang dapat dilakukan pengawas adalah memberikan arahan, bantuan dan bimbingan kepada guru tentang proses pembelajaran/ bimbingan yang bermutu untuk meningkatkan mutu proses dan hasil belajar/ bimbingan siswa. Salah satu cara yang dapat dilakukan pengawas dalam hal ini adalah melalui In-House Training (IHT).

Untuk mengatasi masalah guru dalam pembuatan RPP dan sesuai dengan tugas pokok pengawas dapat dilakukan melalui In-House Training (IHT). Berdasarkan latar belakang di atas peneliti mengambil judul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Guru Kelas Dalam Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Melalui In-House Training (IHT) Di Gugus 1 Kecamatan Keluang.”

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: apakah In- House Training (IHT) dapat meningkatkan kemampuan guru kelas dalam membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) di Gugus 1 Kecamatan Keluang?

3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan guru kelas dalam membuat rencana pelaksanaan pembelajaran di Gugus 1 Kecamatan Keluang melalui In- House Training (IHT).

4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Bagi guru, sebagai pedoman untuk membuat rencana pelaksanaan pembelajaran.

b. Bagi kepala sekolah, sebagai sumbangan untuk meningkatkan kinerja dalam membina guru yang menjadi tugas kepala sekolah.

c. Bagi pengawas, dapat meningktakan kemampuan dan keterampilan pengawas dalam melaksanakan tugas kepengawasan di satuan pendidikan binaan.

B. Kajian Teori 1. Kemampuan Guru

Guru sebagai tenaga professional dibidang kependidikan, di samping memahami hal-hal yang bersifat filosofis dan konseptual, harus juga mengetahui dan melaksanakan hal-hal yang bersifat teknis. Hal yang bersifat teknis terutama kegiatan mengelola dan melaksanakan proses belajar mengajar. Didalam kegiatan pegelolaan proses belajar mengajar guru paling tidak harus memiliki dua modal dasar, yakni kemampuan mendisain program pengajaran dan ketrampilan mengkominikasikan program itu kepada peserta didik.

Proses penampilan dapat dikatakan tatap muka di kelas, merupakan bagian terpenting dalam proses kegiatan belajar mengajar, dimana terjadi interaksi atau hubungan timbal balik antara siswa dengan guru, antara siswa dengan siswa atau antara siswa dengan materi. Dengan demikian perlu dikaji secara mendalam bahwa penyusunan RPP perlu dipersiapkan oleh guru dengan sebaik-baiknya. Proses penampilan ini, membutuhkan kesiapan mental, kestabilan emosi dan menuntut penguasaan materi serta kemampuan atau teknik penyampaian materi, sehingga akan terciptanya suasana belajar yang kondusif, edukatif, dan komunikatif. Secara tidak langsung siswa akan memperoleh waktu aktif belajar sesuai dengan perencanaan.

Pada saat proses penampilan di kelas, kegiatan pembelajaran harus sesuai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang telah disusun. Namun pada kenyataannya terkadang terjadi penyimpangan dari rencana yang telah disusun. Meskipun RPP telah ada namun terkadang kegiatan pembelajaran tidak sesuai dengan RPP yang telah disusun oleh seorang guru setaip menyampaikan materi pelajaran.

(8)

ISSN : 2459-9743 |

3

professional pendidikan mengacu pada

perbuatan dalam melakukan tugas-tugas kependidikan.

Perilaku pengajar atau pembelajar yang ditampilkan guru di depan kelas akan menjadi acuan mutu pembelajaran, mengapa demikian, karena guru adalah orang yang memfasilitasi terjadinya proses pembelajaran pada diri siswa, disamping itu kreativitas yang ditampilkan guru biasanya mendorong siswa untuk kreatif belajar (Permendiknas RI Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses) . Guru yang kompeten, harus juga mengelola program belajar mengajar, dalam hal ini ada beberapa langkah yang harus ditempuh oleh guru menurut Sardiman ( 2000:163) antara lain: a. Merumuskan tujuan pembelajaran

b. Mengenal dan dapat menggunakan proses instruksional yang tepat

c. Melaksanakan program belajar mengajar d. Mengenal kemampuan peserta didik 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Untuk melihat mutu pembelajaran guru dapat dilihat dari kemampuan guru dalam merencanakan pembelajaran, kemampuan melakukan kegiatan pembelajaran, kemampuan mengumpulkan hasil belajar untuk melakukan tindak lanjut (remidi dan pengayaan). Menurut Mulyasa (2006: 167), rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai salah satu atau lebih kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus. RPP adalah salah satu komponen penting dari KTSP yang pengembangannya harus dilakukan oleh guru secara profesional.

RPP dikembangkan berdasarkan karakteristik dan kondisi sekolah, serta kemampuan guru dalam menjabarkan menjadi rencana pelaksanaan pembelajaran yang siap dijadikan pedoman pembentukan kompetensi siswa. Agar guru dapat membuat RPP yang efektif dan berhasil guna dituntut untuk memahami berbagai aspek yang berkaitan dengan hakikat, fungsi, prinsip dan prosedur pengembangan serta cara mengukur efektivitas pelaksanaannya dalam pembelajaran.

Menurut Anwar (2010: 181), beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pengembangan RPP antara lain sebagai berikut: a. Memperhatikan perbedaan individu

peserta didik

b. Mendorong partisipasi aktif peserta didik c. Mengembangkan budaya membaca dan

menulis proses pembelajaran dirancang untuk mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan,

dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan

d. Memberikan umpan balik dan tindak lanjut

e. Keterkaitan dan keterpaduan

f. Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi.

Rencana pelaksanaan pembelajaran secara umum berisi apa yang akan dikerjakan oleh guru dan siswa selama proses pembelajaran, baik untuk satu kali pertemuan maupun beberapa kali pertemuan. Adapun langkah-langkah minimal dari penyusuan RPP dimulai dari mencamtumkan identitas RPP, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, langkah-langkah kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan penilaian.

3. In-House Training (IHT)

Pelatihan dibagi dalam dua pengertian; IHT (In-House Training) dan PT (Public Training). In-House Training adalah pelatihan yang terjadi atas permintaan suatu komunitas tertentu apakah itu lembaga profit ataupun nonprofit. Secara umum, tujuan In-House Training yaitu untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang didayagunakan instansi terkait, sehingga pada akhirnya dapat lebih mendukung dalam upaya pencapaian sasaran yang telah ditetapkan. Selain hal tersebut di atas, sasaran pelatihan internal ini antara lain: menciptakan interaksi antara peserta dilingkungan instansi yang terkait serta mempererat rasa kekeluargaan/ kebersamaan, meningkatkan motivasi baik bagi peserta maupun bagi narasumber untuk membiasakan ˜budaya pembelajaran yang berkesinambungan, untuk mengeksplorasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi di lapangan yang berkaitan dengan peningkatan efektifitas kerja, sehingga dapat diformulasikan solusi pemecahannya secara bersama-sama.

Merujuk pada pendapat tersebut, pada dasarnya In-House Training adalah Program pelatihan yang diselenggarakan di tempat peserta pelatihan. Dengan program ini peserta akan lebih mudah menyerap dan mengaplikasikan materi pelatihan untuk menyelesaikan dan mengatasi permasahan kerja yang sering dialami dan mampu secara langsung meningkatkan kualitas dan kinerja dari sumber daya manusia dilingkungan instansi peserta pelatihan.

4. Hipotesis Tindakan

(9)

4

| ISSN : 2459-9743

C. Pembahasan

Dari hasil pengamatan selama proses pelaksanaan tindakan terlihat bahwa adanya perkembangan ke arah yang lebih baik pada peningkatan kemampuan guru dalam membuat rencana pelaksanaan pembelajaran. Dari hasil observasi pelaksanaan tindakan In-House Training (IHT) siklus I dan siklus II terlihat jelas adanya perkembangan yang positif. Pada siklus I, hasil observasi pelaksanaan In-House Training (IHT) yang dilakukan oleh peneliti memperoleh nilai 77,78 sedangkan pada siklus II mencapai 92,22.

Dari data awal yang diperoleh nilai rata-rata kemampuan guru kelas dalam membuat RPP adalah 72,75. Setelah dilaksanakan siklus I diperoleh nilai rata-rata 76,30 meningkat 3,55 dari data awal sebelum menggunakan In-House Training (IHT). Hal ini menunjukkan adanya peningkatan antara kondisi awal dengan siklus I, namun indikator keberhasilan belum tercapai dikarenakan hanya 63 % guru kelas yang mencapai nilai dengan kriteria baik.

Dari hasil siklus I kemudian dilakukan perbaikan pada siklus II diperoleh nilai rata-rata 83,62 dan indikator keberhasilan tercapai. Hal ini dapat dilihat dari jumlah guru yang mencapai kategori baik sebanyak 24 orang dari 30 orang guru kelas. Ini artinya telah mencapai 80 % dari seluruh guru kelas.Peningkatan kemampuan guru kelas dalam membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) melalui In-House Training (IHT) dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1. Perbandingan Kemampuan Guru Pada Siklus I dan Siklus II

Dari tabel diatas, terlihat bahwa adanya peningkatan jumlah guru kelas dengan nilai 76-89. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam grafik berikut.

Berdasarkan hasil pelaksanaan pada siklus I, siklus II dapat disimpulkan bahwa meningkatkan kemampuan guru kelas dalam membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dapat melalui In-House Training (IHT).

D. Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa adanya peningkatan kemampuan guru kelas dalam membuat RPP. Sebelum dilaksankan In-House Training (IHT) diperoleh nilai rata-rata kemampuan guru kelas dalam membuat RPP adalah 72,75. Setelah dilaksanakan In-House Training (IHT) pada siklus I diperoleh nilai rata-rata 76,30. Dari hasil siklus I kemudian dilakukan perbaikan pada siklus II diperoleh nilai rata-rata 83,62 dan indikator keberhasilan tercapai. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa meningkatkan kemampuan guru kelas dalam membuat rencana pelaksanaan pembelajaran di Gugus 1 Kecamatan Keluang dapat dilakukan melalui In-House Training (IHT).

2. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, ada beberapa saran yang bisa dipertimbangkan yaitu sebagai berikut:

a. Guru hendaknya terus menerus dapat meningkatkan kompetensi dan keterampilannya dalam membuat rencana pelaksanaan pembelajaran sehingga mampu meningkatkan mutu pembelajaran di kelas. b. Kepala sekolah hendaknya selalu

meningkatkan kualitas pembelajaran dengan memberikan pembinaan dan pelayanan kepada guru untuk meningkatkan kemampuan keprofesionalannya dalam proses pembelajaran. Salah satu upaya yang dapat dilakukan melalui In-House Training (IHT)

c. Pengawas hendaknya selalu meningkatkan kemampuan dan keterampilan pengawas dalam melaksanakan tugas kepengawasan di satuan pendidikan, salah satunya adalah pembinaan dan dapat melalui In-House Training (IHT)

Daftar Pustaka

Anwar, Dkk. 2011. Perencanaan Sistem Pembelajaran Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP. Bandung: Elfabeta. Mulyasa, E. 2006. Kurikulum yang Disempurnakan.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdikbud.

(10)

ISSN : 2459-9743 |

5

Peningkatan Mutu Program Kerja Kepala Sekolah

Melalui Supervisi Manajerial di SD Negeri Bilik Pajang

Kecamatan Sekayu

Abdul Halim

Pengawas TK/ SD Kec. Sekayu, Kab. Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan

Diterima: 8 Mei 2015 Disetujui: 17 Mei 2015

ABSTRAK

Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini dilaksanakan di SD Negeri Bilik Panjang Kecamatan Sekayu, Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dampak pelaksanaan supervisi manajerial kepala sekolah terhadap mutu program kerja kepala sekolah. Prosedur penelitian menggunakan supervisi dan analisis terhadap administrasi kepala sekolah, bimbingan teknis penggunaan analisis SWOT, dan penyusunan Program Kerja Tahunan Kepala Sekolah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa analisis kondisi sekolah dapat terlaksana dengan baik sehingga menghasilkan Program Kerja Tahunan Kepala Sekolah Tahun Pelajaran 2014/2015 yang lebih berkualitas.

Kata kunci: peningkatan mutu, administrasi, supervisi, dan program kerja

A. Pendahuluan

1. Latar Belakang

Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah.

Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, antara lain melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kualifikasi dan sertifikasi guru, pengadaan buku dan alat pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan lainnya, dan peningkatan mutu manajemen sekolah. Namun demikian berbagai indicator mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang merata. Sebagian sekolah, terutama di kota-kota, menunjukkan peningkatan mutu pendidikan yang cukup menggembirakan, namun sebagian lainnya masih memprihatinkan.

Permasalahan sekitar rendahnya mutu penyelenggaraan pendidikan di Sekolah Dasar yang menjadi binaan Pengawas selama ini pada dasarnya bermuara pada lemahnya

pengelolaan, pengorganisasian dan

pengembangan institusi.

Upaya peningkatan mutu pendidikan persekolahan harus lebih dititik beratkan pada peningkatan mutu sumber daya manusia. Dalam konteks ini, program peningkatan mutu kinerja kepala sekolah sangat relevan dan sangat startegis, mengingat fungsi dan perannya sebagai pemimpin dan pengelola lembaga satuan pendidikan di

tingkat operasional. Hal ini sejalan dengan Permendiknas No. 13 tahun 2007 tentang standar kompetensi kepala sekolah (Pasal 1) kepala sekolah wajib memenuhi standar kepala sekolah/ madrasah yang berlaku nasional.

Dalam penelitian ini difokuskan pada kompetensi supervisi yaitu: (1). Merencanakan program supervisi manajerial dalam rangka peningkatan profesionalisme kepala sekolah, (2) Melaksanakan supervisi manajerial terhadap kepala sekolah dengan menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat, (3).

Menindaklanjuti hasil supervisi

manajerial terhadap kepala sekolah dalam rangka peningkatan profesionalisme. Sebagai pemimpin dan pengelola lembaga satuan pendidikan, kinerja kepala sekolah akan memberikan dampak yang positif atau negatif terhadap aspek-aspek sistemik yang terkait dengan mutu pendidikan di sekolah yang dipimpinnya. Asumsinya ialah bahwa

mutu kinerja kepala sekolah akan

berpengaruh terhadap mutu kinerja guru dan warga sekolah lainnya.

Salah satu aspek penting dari mutu kinerja

kepala sekolah adalah pengelolaan

manajemen sekolah. Sebagai seorang manajerial, kepala sekolah dihadapkan pada

banyak tugas yang menuntut

(11)

6

| ISSN : 2459-9743

Dari hasil penilaian kinerja kepala Sekolah Dasar (SD), Kecamatan Sekayu khususnya 10 (sepuluh) sekolah binaan pengawas yang dilaksanakan dengan masa penilaian tanggal 1 Juli 2014 - 30 Desember 2014 di dapat hasil sebagai berikut:

Tabel 1. Data Penilaian Kinerja Sekolah

Dari data tersebut di atas terlihat bahwa: 1. Untuk administrasi nilai tertinggi 3,5 dan

nilai terendah 2,8 menandakan terdapat sekolah yang nilai administrasinya baik dan masih ada beberapa sekolah yang nilai administrasinya kurang baik.

2. Untuk manajemen nilai tertinggi 3,8 dan nilai terendah 3,0 menandakan terdapat sekolah yang nilai manajemennya sangat baik dan masih ada beberapa sekolah yang nilai manajemennya kurang baik.

3. Untuk kepemimpinan nilai tertinggi 4,0 dan nilai terendah 3,0 menandakan

terdapat sekolah yang nilai

kepemimpinannya sangat baik dan masih

ada beberapa sekolah yang nilai

kepemimpinannya baik.

4. Nilai rata-rata SDN Bilik Panjang untuk ketiga komponen penilaian adalah sebesar 2,93 dengan rincian sebagai berikut: administrasi (2,80), manajemen (3,0), dan kepemimpinan (3,00).

Grafik Data Penilaian Kinerja Kepala Sekolah SDN Bilik Panjang

Jika kita lihat nilai di atas, maka yang harus segera diadakan Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) adalah SDN Bilik Panjang

Kecamatan Sekayu dan masalah yang diteliti adalah Mutu Program Kerja Kepala Sekolah pada bidang manajerial, khususnya pada penyusunan Program Kerja Tahunan Kepala Sekolah, dengan alasan bahwa:

1. Sesuai dengan rekomendasi hasil penilai kinerja kepala SD Negeri Bilik Panjang Kecamatan Sekayu yaitu:

a. Sekolah harus mengupayakan agar Visi dan Misi sekolah dapat dipahami oleh seluruh warga sekolah,

b. Penyusunan program kerja janka

menengah dan program kerja

tahunan agar melibatkan semua warga sekolah melalui proses diskusi yang objektif dan rasional.

2. Penelitian ini adalah penelitian yang hasilnya dapat langsung dimanfaatkan oleh sekolah.

3. Alternatif/ strategi: Monitoring dan evaluasi pelaksanaan supervisi manajerial kepala sekolah.

2. Rumusan Masalah

a. Apakah Supervisi Manajerial Kepala Sekolah dapat Meningkatkan Mutu Program Kerja Kepala Sekolah SD Negeri Bilik Panjang Kecamatan Sekayu?

b. Bagaimana cara meningkatkan

keterampilan kepala sekolah dalam membuat program kerja dan melakukan supervisi manajerial?

3. Cara Pemecahan Masalah

Melakukan supervisi manajerial secara kontinu dan hasilnya diterapkan saat memlakukan bimbingan teknik kepada kepala sekolah tentang cara menyusun/ membuat program kerja dan supervisi dengan menyajikan contoh format supervisi:

a. Program Kerja Kepala Sekolah b. Program Kerja Jangka Panjang

c. Program Kerja Jangka Pendek/Menengah d. Program Kerja Tahunan Kepala Sekolah

4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

a. Tujuan yang ingin dicapai dalam

Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini adalah:

1) Untuk mendeskripsikan dampak

pelaksanaan supervise manajerial kepala sekolah terhadap mutu program kerja kepala sekolah.

2) Agar kepala sekolah mampu

meningkatkan mutu program kerja kepala sekolah, sehingga kepala

(12)

ISSN : 2459-9743 |

7

pelayanan pendidikan dengan

efektif, efisien dan berkelanjutan.

3) Memberi pengertian dan

pemahaaman tentang makna dan pentingnya supervise manajerial bagi kepala sekolah.

4) Memberi keterampilan kepada

kepala sekolah dalam meningkatkan profesi pelayanan pendidikan. 5) Mengubah sikap tradisional yang

merasa puas dengan apa yang ada 2) Bagi Kepala Sekolah:

a) Kepala sekolah termotivasi

untuk melaksanakan

pengelolaan administrasi

kepala sekolah yang terprogram dan berkesinambungan

b) Kepala Sekolah dapat

merancang program supervisi manajerial dan supervisi

mempedomani program kerja yang dibuatnya untuk

melaksanakan pelayanan

pendidikan yang menjadi

tanggung jawabnya.

f) Kepala Sekolah dapat

berkembang secara profesional. g) Mendorong Kepala Sekolah lebih

percaya diri.

supervisi manajerial dan

supervisi manajerial bersama-sama.

c) Memperbaiki pengelolaan

kepengawasan yang menjadi

f) Menunjukkan peran nyata

dalam pengembangan ilmu

pengetahuan.

B. Tinjauan Pustaka

Secara etimologi (asal usul kata) adminstrasi berasal dari bahasa Latin, ad + minstare. Ad berarti intensif, sedangkan ministare berarti melayani, membantu, dan memenuhi. Administrare adalah kata kerja, sedangkan kata bendanya adalah adminstratio dan kata sifatnya adalah adminstration, dalam bahasa Belanda menjadi administratie, dan dalam bahasa Indonesia menjadi administrasi. Jadi administrasi berarti melayani secara intensif (Usman, 2006).

Menurut Simon (1987) adminstrasi sebagai tugas (kewajiban) dalam konteks pendidikan disebut administrasi sekolah. Berdasarkan kajian pustaka diatas, maka dapat dikemukakan bahwa prioritas tindakan penelitian adalah: Dengan metode ceramah dan bimbingan teknik dari pengawas sekolah

maka kemampuan kepala sekolah dalam

menyusun program kerja dan melakukan sepervisi majanjerial menunjukkan persentase tingkat pencapaian kompetensi sehingga penyelenggaraan pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya dapat berjalan dengan baik, terprogram, terencana dan berkesinambungan.

C. Hasil Penelitian

1. Deskripsi dan Hasil Pembahasan Siklus I

a. Hasil analisa dari laporan Penilaian kinerja kepala SD tahun 2014 khususnya untuk Kecamatan Sekayu, kinerja SDN Bilik Panjang menempati urutan ke 10 dari 10 SDN yang dinilai kinerjanya dengan nilai administrasi: 2,8, nilai manajemen: 3,0 dan nilai kepemimpinan kepala sekolah: 3,0. Nilai rata-rata: 2,93. b. Hasil supervisi Administrasi Kepala SDN

Bilik Panjang tahun 2014 adalah sebagai berikut:

(13)

8

| ISSN : 2459-9743

2) Program Kerja Kepala Sekolah dibuat tidak melalui tahapan analisis kondisi sekolah.

3) Program Kerja hanya merupakan

syarat administrasi saja, sehingga tidak dipedomani dalam pengelolaan sekolah.

4) Supervisi yang dilaksanakan kepala sekolah belum berjalan baik dan program tindak lanjut tidak ada. 5) Catatan kepala sekolah mengenai:

pembinaan, kasus guru dan pegawai, dan reward and punishment tidak ada.

6) Kelengkapan lain seperti: buku tamu umum, buku tamu khusus, buku tamu supervisi, buku pengaduan dan agenda kegiatan kepsek terisi tetapi kurang terawat dengan baik.

2. Refleksi Kegiatan Siklus I

Dari kegiatan siklus I yang dilaksnakan diperoleh hal-hal sebagai berikut:

a. Kepala sekolah telah membuat analisis kondisi dengan menggunakan teknik analisis SWOT, tetapi setelah dicermati oleh peneliti analisis

tersebut masih harus

diperbaiki karena:

1) Masih banyak sub

aspek kegiatan sekolah yang belum dianalisis.

membuat Program Kerja

Tahunan, tetapi setelah dicermati oleh peneliti Program Kerja tersebut masih harus diperbaiki karena ;

1) Terjadi salah penafsiran antar tujuan dan sasaran serta hasil yang diharapkan.

2) Progam Kerja yang dibuat belum mengacu kepada hasil analisis kondisi.

3) Masih ada aspek-aspek kegiatan sekolah yang belum dimasukkan ke

a) Kepala Sekolah telah membuat perbaikan analisis kondisi dengan menggunakan teknik analisis SWOT danhasilnya sudah cukupmemuaskan.

b) Kepala Sekolah telah membuat perbaikan Program Kerja Tahunan, dan hasilnya sudah cukup baik.

Tabel 2. Penilaian Adminstrasi Sekolah

No Unsur Yang

Grafik Siklus 1 dan Siklus 2

C. Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan

Setelah diadakan supervisi manajerial

Kepala Sekolah, dan hasil supervisi

ditindaklanjuti dengan bimbingan teknis secara langsung terhadap kepala sekolah, maka dapat disimpulkan:

(14)

ISSN : 2459-9743 |

9

sekolah dengan menggunakan teknis analisis SWOT meningkat.

b. Program Kerja Tahunan Kepala sekolah

untuk tahun pelajaran 2014/2015

tersusun dengan baik.

2. Saran

a. Dalam setiap penyusun program kerja tahunan sekolah sebaiknya diawali dengan melakukan analisis kondisi dengan menggunakan teknik analisis SWOT.

b. Dalam penyusunan program kerja

Tahunan Kepala Sekolah sebaiknya

mengacu kepada hasil analisis kondisi. Sehingga skla prioritas dapat terlihat dengan jelas dan program kerja tersebut bisa menjadi acuan dalam melaksnaakan kegiatan-kegiatan di sekolah.

c. Perlu diadakan pelatihan kepala sekolah tentang penyusunan program kerja tahunan sekolah dengan mengginakan teknik analisis SWOT .

Daftar Pustaka

LPMP Sumsel. 2010. Kumpulan Materi Pelatihan Penguatan Kemampuan Kepala Sekolah dan Pengawas Sumatera Selatan. Indralaya: LPMP Sumsel.

Lutan, R. 2002. Supervisi Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdiknas.

Republik Indonesia. 2007. Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah. Jakarta: Biro Hukum dan Organisasi Kemdiknas.

Sahertian, P.A . 2000. Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan. Jakarta: Bhinneka Cipta.

Slamet. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

(15)

10

| ISSN : 2459-9743

Upaya Meningkatkan Keterampilan Guru dalam Menyusun RKH

Melalui Bimbingan KKG TK Kecamatan Sekayu

Kabupaten Musi Banyuasin

Nurlela

Pengawas TK/ SD Kec. Sekayu, Kab. Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan

Diterima: 8 Mei 2015 Disetujui: 17 Mei 2015

ABSTRAK

Penelitian tindakan sekolah ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan guru dalam menyusun RKH pada guru-guru TK di Kecamatan Sekayu. Penelitian dilaksanakan di 10 sekolah TK binaan peneliti di Kecamatan Sekayu pada tahun pelajaran 2014/ 2015 dengan jumlah subyek sebanyak 34 orang guru. Metode penelitian ini menggunakan metode analisis data kuantitatif yaitu dengan membandingkan keterampilan guru dalam membuat RKH pada siklus pertama dan siklus kedua melalui bimbingan KKG TK. Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar penilaian RKH. Penelitian berlangsung dalam dua siklus, dapat disimpulkan bahwa melalui bimbingan KKG TK dapat meningkatkan keterampilan guru dalam menyusun RKH. Hal ini dapat dilihat dari data yang diperoleh peneliti yang menunjukkan adanya peningkatan keterampilan guru dalam menyusun RKH, dimana pada siklus I, rata –rata yang diperoleh 77,48 kemudian meningkat menjadi 85,29 pada siklus II. Dari hasil siklus I kemudian dilakukan perbaikan pada siklus II diperoleh nilai rata-rata 85,29 dan indikator keberhasilan tercapai. Hal ini dapat dilihat dari jumlah guru yang mencapai kategori baik sebanyak 26 orang dari 34 orang guru kelas atau sebanyak 76 persen.

Kata Kunci: keterampilan guru , menyusun RKH, bimbingan KKG TK

A. Pendahuluan

1. Latar Belakang

Undang-undang Nomor 2 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Angka 14 menyatakan bahwa Pendidikan Anak

usia dini (PAUD) adalah suatu upaya

pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang ditujukan memlalui pepmberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menyebutkan standar PAUD terdiri atas empat kelompok yaitu: 1) Standar tingkat

pencapaian perkembangan, 2) Standar

pendidik dan tenaga kependidikan, 3) Standar Isi proses, dan penilaian, 4) Standar sarana dan

prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan.

Dalam Permendiknas RI No. 58 Tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini disebut standar isi, proses, dan penilaian

meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan

penilaian program yang dilaksanakan secara terintegrasi sesuai dengan kebutuhan anak.

Perencanaan pembelajaran yang harus dimiliki oleh guru TK Rencana Kegiatan Mingguan (RKM) dan Rencana Kegiatan Harian (RKH).

Kemampuan guru dalam menyusun

Rencana Kegiatan Harian (RKH) sangat penting untuk meningkatkan kegiatan proses belajar mengajar di sekolah sehingga mendapatkan hasil pembelajaran yang bermutu. Guru merupakan faktor yang dominan dalam proses pembelajaran sehingga merupakan faktor yang dominan dalam proses pembelajaran sehingga merupakan faktor yang berpengaruh terhadap

proses belajar siswa. Bloom (1982)

menyatakan bahwa guru bertanggung jawab

terhadap kualitas pembelajaran yang

berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. . Walaupun demikian, dalam pelaksanaan

sekolah masih menghadapi berbagai

permasalahan, diantaranya adalah

permasalahan ketenangan khuusnya guru

seperti kurangnya jumlah guru,

ketidaksesuaian latar belakang pendidikan,

kompetensi guru, pemberdayaan, dan

(16)

ISSN : 2459-9743 |

11

atas sangat mempengruhi proses belajar

mengajar disekolah, dan dalam mengatasi permasalahan tersebut dituntut perhatian dan berbagai pihak sebagai pihak yang berhadapan langsung pada permasalahan tersebut diatas maka kepala sekolah, pengawas dan guru dituntut lebih meningkatkan kinerjanya sesuai dengan tugas dan tanggungjawabnya masing-masing agar tercapainya suasana yang nyaman dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah dan nantinya bermuara pada peningkatan mutu pendidikan secara umum.

Oleh karena itu pengawas dan kepala sekolah dituntut untuk menemukan strategi yang tepat untuk meningkatkan seluruh kinerja warga sekolah. Ada 4 (empat) prinsip yang menjadi pedoman penerapan manajemen personalia di sekolah (Depdikbud), 1999 oleh kepala sekolah yaitu:

a. Dalam mengembangkan sekolah sumber

daya adalah komponen yang paling berharga.

b. Sumber daya manusia akan berperan

secara optimal jika disekolah dengan baik, sehingga mendukung tercapainya tujuan institusional.

c. Kultur dan suasana organisasi sekolah,

Serta prilaku manajerial kepala sekolah sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pengembangan sekolah.

d. Manajemen personalia disekolah pada

prinsipnya mengupayakan agar setiap warga sekolah dapat bekerja sama dan saling mendukung untuk mencapai tujuan sekolah.

Kemudian Wahjosumidjo (1999)

menyatakan bahwa tanggung jawab Kepala Sekolah dalam rangka pembinaan guru harus diarahkan untuk :

a. Mencapai tujuan sekolah.

b. Membantu para guru untuk memperoleh

kedudukan dan standar penampilan kerja kelompok.

c. Memaksimalkan pengembangan karir

guru.

d. Mempersatukan antara tujuan-tujuan

individu guru dengan tujuan sekolah. Hasil observasi awal penulis bahwa kinerja guru-guru di TK negeri kecamatan sekayu, pada saat ini masih belum optimal. Hal ini dapat dilihat dari masih banyak tugas-tugas

yang belum terselesaikan dan dalam

pelaksanaan pembelajaran masih belum

memanfaatkan sarana alat peraga baik

langsung ataupun sarana gambar. Dari hasil wawancara peneliti memperoleh informasi bahwa sebagian besar guru tidak paham menyusun RKH bahkan ada guru yang tidak

tahu bagaimana menyusun RKH secara

lengkap. Walaupun demikian, guru tersebut setuju bahwa guru harus menggunakan RKH dalam melaksanakan proses pembelajaran yang dapat dijadikan acuan/ pedoman dalam

proses belajar mengajar. Selain itu,

kebanyakan guru belum tahu dengan

komponen-komponen RKH secara lengkap. Berdasarkan SK Menpan nomor 118 tahun 1996 tentang jabatan fungsional pengawas dan

angka kreditnya, keputusan Bersama

Mendikbud nomor 03420/ 0/ 1996 dan Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara Nomor 38 tahun 1996 tentang petunjuk pelasanaan jabatan fungsional pengawas serta Keputusan Mendikbud Nomor 020/ U/ 1998 tentang petunjuk teknis pelaksanaan jabatan fungsional pengawas sekolah dan angka kreditnya, dapat dikemukakan tentang tugas pokok dan tenggung jawab pengawas sekolah yang meliputi:

a. Melaksanakan pengawasan

penyelenggaraan pendidikan di sekolah sesuai dengan penugasannya pada TK, SD, SLN, SLTP, dan SLTA.

b. Meningkatkan Kualitas proses

belajar-mengajar/ bimbingan dan hasil

presentasi belajar/ bimbingan siswa

dalam rangka mencapai tujuan

pendidikan.

Dengan demikian berdasarkan kedua tugas pokok tersebut, salah satu kegiatan yang

dapat dilakukan pengawasan adalah

memberikan arahan, bantuan dan bimbingan kepada guru tentang proses pembelajaran/ bimbingan yang bermutu untuk meningkatkan mutu proses dan hasil belajar/ bimbingan siswa. Salah satu cara yang dapat dilakukan pengawasan dalam hal ini adalah melalui bimbingan KKGTK. Oleh arena itu dengan adanya strategi ini diharapkan kinerja guru semakain meningkat baik dalam menyelesaikan tugas-tugas maupun dalam pelaksanaan proses

belajar mengajar sehigga tujuan yang

diharapkan cepat tercapai. Berdasarkan latar belakang di atas peneliti mengambil judul “Upaya Meningkatkan Keterampilan Guru TK Dalam Menyusun RKH Melalui Bimbingan KKGTK Kecamatan Sekayu Kabupaten MUBA ”. 2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas

rumusan masalah adalah “Apakah melalui

bimbingan KKGTK dapat meningkatkan keterampilan menyusun RKH Guru TK Kecamatan Sekayu?”

3. Tujuan Penelitian

(17)

12

| ISSN : 2459-9743

4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Bagi sekolah, dapat memberikan

sumbangan pemikiran dalam lembaga pendidikan sebagai bahan bacaan atau rujukan.

b. Bagi Kepala Sekolah, sebagai motivasi

untuk bekerja lebih baik mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan semua pihak.

c. Bagi Guru, sebagai motivasi untuk bekerja

lebih baik mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan semua pihak.

B. Kajian Teori 1. Keterampilan Guru

“Guru sebagai orang yang berwenang dan bertangung jawab terhadap pendidikan siswa, baik secara individu maupun secara klasikal baik disekolah maupun diluar sekolah minimal

harus memiliki dasar-dasar kompetensi

sebagai wewenang dalam menjalankan

tugasnya”. Guru adalah orang yang pekerjaannya (mata pencariannya, profesi) mengajar, memiliki kompetensi menganalisa dan mengarahkan anak didik, untuk dapat mengembangkan potensi yang ada pada diri anak didik secara optimal, sehingga benar-benar menghasilkan siswa ang berkualitas tidak cukup sampai disitu, proses belajar mengajar yang menyenangkan merupakan hal terpenting dalam pendesainan belajar dengan murid-murid.

Untuk itu seorang guru perlu memiliki kepribadian, menguasai bahan pelajaran dan

menguasai cara-cara mengajar sebagai

kompetensinya. Tanpa hal tesebut guru akan gagal dalam melaksanakan tugasnya. Karena kompetensi mengajar harus dimiliki oleh seoarang guru yang merupakan kecakapan atau keterampilan dalam mengelolah kegiatan pendidikan. Bahri Djamarah menyatakan bahwa seorang guru dikatakan profesional apabila mempunyai beberapa kompetensi, antara lain: 1) Kompetensi pedagogik; 2) Kompetensi kepribadian; 3) Kompetensi sosial; dan 4) Kompetensi professional. Berdasarkan penelitian penulis bahwa guru-guru yang kinerja mengajarnya itu dikerenakan beberapa faktor, antara lain:

a. Rendahnya penguasaan materi pelajaran.

b. Tidak menguasai metode mengajar.

c. Pengaruh lingkungan sekolah seorang

guru muda baru lulus dan memiliki semangat mengajar yang tinggi secara tidak sadar kurang disiplin.

d. Kemampuan mengelola kelas

e. Kemampuan melakukan penelitian dan

evaluasi.

2. Rencana Kegiatan Harian (RKH)

Rencana Kegiatan Harian (RKH)

merupakan penjabaran dari Rencana Kegiatan Minguan (RKM). RKH memuat kegiatan – kegiatan pembelajaran, baik yang dilaksanakan secara Individual, kelompok, maupun klasikal dalam satu hari. RKH terdiri atas kegiatan pembukaan kegiatan inti, istirahat/ makan, dan kegiatan penutup.

a. Kegiatan Pembukaan

b. Kegiatan Inti

c. Istirahat/ Makan

d. Kegiatan Penutup

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun RKH adalah sebagai berikut :

a. RKH disusun untuk setiap KD yang dapat

dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih,

b. tujuan pembelajaran menggambarkan

proses dan hasil belajar yang harus di

capai oleh peserta didik sesuai

dengan kompetenrsi dasar,

c. tujuan pembelajaran dapat mencakupi

sejumlah indikator, atau satu tujuan pembelajaran untuk beberapa indikator, yang penting tujuan pembelajaran harus mengacu pada pencapaian indikator,

d. Kegiatan pembelajaran (langkah-langkah

pembelajaran) dibuat setiap pertemuan, bila dalam satu RKH terdapat 3 kali pertemuan, maka dalam RKH tersebut terdapat 3 langkah pembelajaran,

e. Bila terdapat lebih dari satu pertemuan

untuk indikator yang sama, tidak perlu dibuatkan langkah kegiatan yang lengkap untuk setiap pertemuannya.

3. Bimbingan KKG TK

Sejak tahun sembilan-puluhan arus

informasi di berbagai bidang mengalir dengan deras. Sejak saat itu peningkatan di bidang komunikasi dan informasi semakin cangggih. Kondisi perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi yang terus menerus mengalir dengan sendirinya menjadi sebuah perhatian serius bagi pemerintah agar guru juga diberikan pembinaan profesional guru secara terus menerus, sehingga guru tidak ketinggalan ilmu pengetahuan. Sebagaimana diungkapkan

oleh Anwar Yasin: ”Kita menyadari bahwa

(18)

ISSN : 2459-9743 |

13

bagaimana membantu guru meningkatkan

mutu kemampuan profesionalnya terutama dalam mengajar dan membelajarkan murid, atau dengan kata lain, dalam meningkatkan mutu proses/ kegiatan belajar-mengajar (KBM) sehingga hasil mutu hasil belajar murid pun meningkat”.

Kelompok kerja Guru yang beranggotakan semua guru TK di dalam gugus yang bersangkutan. KKG TK ini adalah wadah pembinaan profesional bagi para guru dalam meningkatkan kemampuan profesional guru khususnya dalam melaksanakan dan mengelola pembelajaran di Taman Kanak-Kanak. Secara operasional Kelompok Kerja Guru dapat dibagi lebih lanjut menjadi kelompok yang lebih kecil berdasarkan jenjang kelas atau permata pelajaran. Kelompok-kelompok di atas diberlakukan melalui SK Dirjen Dikdasmen No. 070/ C/ Kep/ 1/ 93 tanggal 7 April 1993. Semenjak itulah Kelompok Kerja Guru (KKG) mulai dilaksanakan.

Menurut Hasibuah Botung dikutip oleh

Ginting, Kelompok Kerja Guru (KKG)

merupakan suatu wadah dalam pembinaan kemampuan profesional guru, pelatihan dan tukar menukar informasi, dalam suatu mata pelajaran tertentu sesuai dengan tuntutan

perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi.

Menurut Julia Kelopok Kerja Guru (KKG)

merupakan wadah dalam pembinaan

profesional guru yang dapat dimamfaatkan untuk berkomunikasi, bertukar fikiran dan berbagi pengalaman, melaksanakan berbagai demonstrasi, atraksi dan simulasi dalam pembelajaran.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kelompok kerja (KKG) adalah sebuah forum/ organisasi atau perkumpulan guru-guru mata pelajaran yang mempunyai kegiatan

khusus memberikan informasi-informasi

pendidikan dalam rangka meningkatkan

kualitas pribadi guru dalam proses belajar mengajar.

4. Hipotesis Tindakan

Melalui bimbingan KKGTK dapat

meningkatkan keterampilan guru TK dalam

menyusun RKH di Kecamatan Sekayu

Kabupaten Musi Banyuasin.

C. Pembahasan

Dari hasil pengamatan selama proses pelaksanaan tindakan terlihat bahwa adanya perkembangan ke arah yang lebih baik pada

peningkatan keterampilan guru dalam

menyusun RKH.

Dari rata-rata keterampilan guru dalam membuat RKH meningkat dan mencapai

kategori baik. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan kemampuan guru menyusun RKH, dimana pada siklus I sebesar 77,48 dan meningkat lagi pada siklus II menjadi 85,29.

Dari hasil siklus I kemudian dilakukan perbaikan pada siklus II diperoleh nilai rata-rata 85,29 dan indikator keberhasilan tercapai. Hal ini dapat dilihat dari jumlah guru yang mencapai kategori baik sebanyak 26 orang dari 34 orang guru kela. Ini artinya telah mencapai 76 % dari seluruh guru, seperti pada tabel berikut:

Tabel 1

Perbandingan Keterampilan Guru Menyusun RKH Pada Siklus I dan Siklus II

Adapun nilai rata-rata keterampilan guru dalam siklus I dan siklus II dinyatakan dalam tabel berikut. 77,48 dan meningkat lagi pada siklus II menjadi 85,29.

Tabel 2

Perbandingan Nilai Rata-rata Keterampilan Guru Menyusun RKH Pada

Siklus I dan Siklus II

Dari tabel di atas dapat dinyatakan dalam bentuk grafik berikut:

Grafik 1

(19)

14

| ISSN : 2459-9743

Berdasarkan hasil pelaksanaan pada siklus

I, siklus II dapat disimpulkan bahwa

meningkatkan keterampilan guru dalam menyusun RKH dapat dilakukan melalui bimbingan KKG TK.

D. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa melalui bimbingan KKG TK dapat meningkatkan keterampilan guru dalam menyusun RKH. Hal ini dapat dilihat dari data yang diperoleh adanya peningkatan keterampilan guru dalam menyusun RKH dimana pada siklus I, rata –rata yang diperoleh 77,48 kemudian meningkat menjadi 85,29 pada siklus II. Dari hasil siklus I kemudian dilakukan perbaikan pada siklus II diperoleh nilai rata-rata 85,29 dan indikator keberhasilan tercapai. Hal ini dapat dilihat dari jumlah guru yang mencapai kategori baik sebanyak 26 orang dari 34 orang guru kela. Ini artinya telah mencapai 76 % dari seluruh guru.

Daftar Pustaka

Aziz, M.A. 1994. Mutu. Jakarta: PEQIP.

Ginting, Proposal Penajuan Dana Pembinaan

KKG Padang Barat. Padang: SDCA Padang. Julia, R. Pengembangan Kelompok Kerja Guru.

Padang: Makalah KKG Padang Barat.

Kementerian Pendidikan Nasional. 2010.

Kepemimpinan Pembelajaran. Jakarta: Kemdiknas.

Kementerian Pendidikan Nasional. 2010.

Penelitian Tindaka Sekolah (PTS). Jakarta: Kemdiknas.

Marnis. 1999. Arus Informasi dan Globalisasi. Jakarta: Pustaka Setia.

Saleh, I. Guru dan Perubahan Zaman. Medan: Koran Mingguan Sangkakala.

Universitas Terbuka. 2006. Statistik. Jakarta: UT

(20)

ISSN : 2459-9743 |

15

Peningkatan Kemampuan Guru dalam

Menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal

Melalui Bimbingan Teknis di Gugus I Kecamatan Sekayu

Nurmalah

Pengawas TK/ SD Kec. Sekayu, Kab. Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan

Diterima: 8 Mei 2015 Disetujui: 17 Mei 2015

ABSTRAK

Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini dilaksanakan di Gugus I Kecamatan Sekayu. Masalh yang diteliti adalah kemampuan guru dalam menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Prosedur yang digunakan dalam penelitian ini adalah mensupervisi dan menganalisa KKM yang telak ditentukan oleh guru kelas dan memberikan bimbingan teknis tentang cara menentukan KKM. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa terjadi peningkatan kesiapan dan kinerja guru dalam menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal dari siklus I ke siklus II dan peningkatan ketercapaian indikator kinerja pada tindakan siklus II. Dari penelitian ini dapat disimpulan bahwa pemberian bimbingan teknis dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Sekolah Dasar di Gugus I Kecamatan Sekayu.

Kata kunci : peningkatan kemampuan guru, menetapkan KKM

A. Pendahuluan 1. Latar belakang

Secara umum guru kelas pada Sekolah Dasar dalam wilayah gugus I Kecamatan Sekayu belum begitu memahami langkah-langkah dalam menetapkan KKM, sehingga dalam menentukan KKM tidak berdasarkan analisis dan tidak memperhatikan prinsip serta langkah-langkah penetapan, oleh karena itu perlu ada kegiatan pada awal tahun pelajaran yang dapat memberikan informasi kepada guru yang dijadikan pedoman dalam penetapan KKM. Dalam kebijakan pemerintah di bidang

pendidikan telah bergulir dengan

ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan,

standar sarana- prasarana, standar

pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.

Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan bahwa kurikulum pada jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. Penetapan kriteria minimal ketuntasan belajar

merupakan tahapan awal pelaksanaan

penilaian hasil belajar sebagai bagian dari

langkah pengembangan kurikulum berbasis kompetensi yang menggunakan acuan kriteria dalam penilaian, mengharuskan pendidik dan satuan pendidikan menetapkan kriteria minimal yang menjadi tolok ukur pencapaian kompetensi. Oleh karena itu, diperlukan panduan yang dapat memberikan informasi tentang penetapan kriteria ketuntasan minimal yang dilakukan di satuan pendidikan. 2. Rumusan Masalah

a. Bagaimana cara meningkatkan

kemampuan guru kelas di gugus I Kecamatan Sekayu dalam menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)? b. Apakah pemberian bimbingan teknis

dapat meningkatkan kemampuan guru kelas dalam menetapkan Kriteria Ketuntas Minimal (KKM)?

3. Pemecahan Masalah

Berdasarkan kajian dan analisis peneliti bahwa untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal, kegiatan bimtek dapat menyelesaikan masalah, karena melalui bimtek dapat meningkatkan kemampuan guru khusunya dalam menetapakan Kriteria Ketuntasan Minimal di Gugus I Kecamatan Sekayu tahun 2014/2015.

4. Tujuan Penelitian

a. Untuk mendiskripsikan dampak

(21)

16

| ISSN : 2459-9743

kemampuan guru kelas dalam

menetapkan KKM

b. meningkatkan kemampuan guru kelas

dalam menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Gugus I kecamatan Sekayu tahun 2014/2015

c. Memberi pengertian dan pemahaman

kepada guru kelas tentang makna dan pentingnya penentuan KKM

d. Mengubah sikap tradisional yang merasa puas dengan apa yang ada, menjadi sikap terbuka terhadap pembaharuan .

5. Manfaat Penelitian a. Bagi Guru :

1) Guru dapat menambah wawasan tentang cara menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sesuai dengan mata pelajara di kelas yang menjadi tanggung jawabnya. 2) Guru memiliki kemampuan dalam

menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal sehingga proses belajar mengajar lebih baik.

b. Bagi Sekolah :

1) Untuk meningkatkan mutu penilaian pendidikan di sekolah.

2) Meningkatkan kinerja sekolah. c. Bagi Kepala Sekolah :

1) Kepala sekolah dapat melaksanakan dan mengevaluasi pelaksanaan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas.

2) Kepala sekolah dapat mempedomani standar penilaian yang dilakukan oleh guru untuk melaksanakan pelayanan pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya.

3) Medorong kepala sekolah untuk lebih percaya diri.

d. Bagi Pengawas :

1) Pengawas termotivasi untuk

melaksanakan supervisi akademik guru yang menjadi binaan yang terprogram dan berkesinambungan. 2) Pengawas dan guru binaan dapat

merancang menetapan KKM

3) Memperbaiki pengelolaan

kepengawasan yang menjadi tanggung jawabnya.

4) Mendorong pengawas lebih percaya diri.

5) Menunjukkan peran nyata dalam

pengembangan ilmu pengetahuan.

B. Kajian Pustaka

1. Pengertian Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

Berdasar Permendiknas RI No. 20 Tahun 2007, dijelaskan bahwa Kreteria

Ketuntasan Minimal (KKM) adalah

kreteria ketuntasan belajar (KKB) yang ditentukan oleh satuan pendidikan. KKM harus ditetapkan sebelum awal tahun ajaran dimulai. Seberapapun besarnya jumlah peserta didik yang melampui batas ketuntasan minimal, tidak mengubah keputusan pendidik dalam menyatakan lulus dan tidak lulus pembelajaran. Acuan Kriteria tidak diubah secara serta merta karena hasil empirik penilaian. Acuan Kriteria mengharuskan pendidik untuk melakukan tindakan yang tepat terhadap hasil penilaian, yaitu memberikan layanan remedial bagi yang belum tuntas dan atau layanan pengayaan bagi yang sudah melampui Kriteria ketuntasan minimal.

Kriteria Ketuntasan Minimal

ditetapkan oleh satuan pendidikan berdasarkan hasil musyawarah Kelompok Kerja Guru (KKG) di satuan pendidikan atau beberapa satuan pendidikan yang memiliki karakteristik yang hampir sama. Pertimbangan pendidik atau forum KKG/KKKS secara akademis menjadi pertimbangan utama penetapan KKM. Kriteria ketuntasan minimal menjadi acuan bersama pendidik, peserta didik, dan orang tua peserta didik. Oleh karena itu pihak-pihak yang berkepentingan terhadap penilaian di sekolah berhak untuk mengetahuinya. Satuan pendidikan perlu melakukan sosialisasi agar informasi dapat diakses dengan mudah oleh peserta didik dan atau orang tuanya. Kriteria Ketuntasan Minimal harus dicantumkan dalam Laporan Hasil Belajar (LHB) sebagai acuan dalam menyikapi hasil belajar peserta didik.

2. Fungsi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

Merupakan target satuan pendidikan dalam pencapaian kompetensi tiap aata pelajaran. Satuan pendidikan harus berupaya semaksimal mungkin untuk

melampui KKM yang ditetapkan.

Keberhasilan pencapaian KKM

merupakan salah satu tolok ukur kinerja

satuan pendidikan dalam

menyelenggarakan program pendidikan. Satuan pendidikan dengan KKM yang

tinggi dan dilaksanakan secara

bertanggung jawab dapat menjadi tolok ukur kualitas mutu pendidikan bagi masyarakat.

(22)

ISSN : 2459-9743 |

17

Penetapan Kriteria Ketuntasan

Minimalperlu mempertimbangkan

beberapa ketentuan sebagai berikut:

a. Penetapan KKM merupakan

kegiatanpengambilan keputusan yang dapat dilakukan melalui metode kualitatif dan atau kuantitatif. Metode kualitatif dapat dilakukan melalui

profesional judgement,

mempertimbangkan kemampuan

akademik dan pengalaman pendidik mengajar mata pelajaran di kelas yang menjadi tanggung jawab guru kelas masing-masing. Sedangkan metode kuantitatif dilakukan dengan rentang angka yang disepakati sesuai dengan penetapan kriteria yang ditentukan.

b. Penetapan nilai kriteria ketuntasan minimal dilakukan melalui analisis ketuntasan belajar minimal pada

setiap indikator dengan

memperhatikan kompleksitas, daya dukung, dan intake peserta didik

untuk mencapai ketuntasan

kompeteni dasar dan standar kompetensi.

c. Kriteria ketuntasan minimal setiap Kompetensi Dasar (KD) merupakan rata-rata dari indikator yang terdapat dalam Kompetensi Dasar tersebut. Peserta didik dinyatakan telah mencapai ketuntasan belajar untuk

KD tertentu apabila yang

bersangkutan telah mencapai

ketuntasan belajar minimal yang telah ditetapkan untuk seluruh indikator pada KD tersebut.

d. Kriteria ketuntasan minimal setiap Standar Kompetensi (SK) merupakan rata-rata KKM Kompetensi Dasar

(KD) yang terdapat dalam SK

tersebut.

e. Kriteria Ketuntasan Minimal mata pelajaran merupakan rata-rata dari semua KKM-SK yang terdapat dalam satu semester atau satu tahun

pembelajaran, dan dicantumkan

dalam Laporan Hasil Belajar (LHB /Rapor) peserta didik.

f. Indikator merupakan acuan / rujukan bagi pendidik untuk membuat soal-soal ulangan, baik Ulangan Harian (UH), Ulangan Tengah Semester

(UTS) maupun Ulangan Akhir

Semester (UAS). Soal ulangan

ataupun tugas-tugas harus mampu

mencerminkan/ menampilkan

pencapaian indikator yang diujikan.

Dengan demikian pendidik tidak

perlu melakukan pembobotan

seluruh hasil ulangan, karena semuanya memiliki hasil yang setara

g. Pada setiap indikator atau

kompetensi dasar dimungkinkan

adanya perbedaan nilai ketuntasan minimal.

4. Langkah-langkah Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

Penetapan KKM dilakukan oleh guru kelas atau guru mata pelajaran sesuai dengan jenjang kelas yang menjadi tanggung jawabnya. Langkah penetepan KKM adalah sebagai berikut:

a. Guru atau kelompok guru

menetapkan KKM mata Pelajaran

dengan mempertimbangkan tiga

aspek kriteria, yaitu komleksitas, daya dukung dan intake peserta didik dengan skema sebagai berikut:

b. Hasil penetapan KKM oleh guru atau

kelompok guru mata pelajaran

disahkan oleh Kepala Sekolah untuk

dijadikan patokan guru dalam

melakukan penilaian;

c. KKM yang ditetapkan

disosialisasikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan, yaitu peserta

didik, orang tua, dan dinas

pendidikan;

d. KKM dicantumkan dalam LHB pada saat hasil penilaian dilaporkan kepada orang tua / wali peserta didik.

5. Penetuan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

KKM pada setiap indikator pada KD, SK dari mata pelajaran ditetapkan melalui analisis Komleksitas, Daya Dukung, dan Intake.

a. Kompleksitas (S)

Gambar

Tabel  1. Data Penilaian Kinerja Sekolah
Tabel 2. Penilaian  Adminstrasi Sekolah
Grafik 1 Rata-rata Keterampilan Guru Per-Siklus
Tabel 1. Rangkuman Hasil Observasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada bagian ini kami menanyakan tentang dampak dari kegiatan Anda, apakah berkelanjutan dan sejauh mana sasaran dan tujuan dapat tercapai. Hasil

risis hiperglikemia merupakan k%mplikasi akut yang dapat terjadi pada $iabetes Mellitus >$M?, baik tipe + maupun tipe )# eadaan tersebut merupakan k%mplikasi

Berdasarkan pemaparan diatas maka penulis mencoba untuk mengajukan suatu hipotesis yang perlu diuji kebenarannya melalui penelitian lapangan yaitu : “diduga ada

Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi berbagai jenis fauna tanah yang ditemukan di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, menganalisis keanekaragaman fauna tanah

Kloset Duduk keramik merk Mono Blok American Standar buah. Kloset Duduk keramik merk Mono Blok

Deskripsi kerja akan memberikan ketegasan dan standar tugas yang harus dicapai oleh setiap karyawan, apabila deskripsi kerja kurang jelas akan mengakibatkan karyawan kurang

Berdasarkan hasil analisis di lokasi Proyek Ware House Belawan bahwa umumnya lapisan pada permukaan tanah berpotensi terjadi likuifaksi yang berbahaya terhadap

Pada penelitian ini digunakan suatu jenis fraktal bernama Sierpinski Carpet yang memiliki objek penyusun berupa persegi sehingga dapat digunakan untuk menghasilkan