• Tidak ada hasil yang ditemukan

ISSN : 2459-9743 | 71 kegagalan dalam suatu program bahan

pembelajaran;

d. Untuk keperluan supervisi bagi kepala

sekolah dan pengawas agar guru lebih berkompeten;

e. Sebagai bahan dalam memberikan

informasi kepada orang tua siswa dan

sebagai bahan pertimbangan dalam

mengambil keputusan dalam pengajaran. 2. Penjumlahan dan Pengurangan

Pecahan Desimal

Pecahan merupakan bilangan yang dapat dinyatakan sebagai perbandingan dua bilangan cacah dan b, ditulis dengan syarat b ≠ 0. Dengan demikian secara simbolik pecahan dapat dinyatakan sebagai salah satu : (1) pecahan desimal, (2) pecahan desimal, (3) persen, dan (4) pecahan campuran. Menurut Heruman (2008), pecahan diartikan sebagai bagian dari sesuatu yang utuh.

Salah satu bagian dari pecahan yang merupakan kompetensi yang dipelajari anak Sekolah Dasar adalah penjumlahan dan pengurangan pecahan desimal. Materi ini sudah mulai diperkenalkan sejak di kelas IV.

Kompetensi dasar yang dipilih adalah

menjumlahkan dan mengurangkan pecahan desimal.Untuk melalukuan operasi hitung

penjumlahan dan pengurangan pecahan

desimal dapat dilakukan dengan cara susun ke bawah.

3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT

Menutut Sanjaya (2010), “salah satu strategi dari model pembelajaran kelompok

adalah stategi pembelajaran kooperatif

(cooperative learning). Menurut Joyce & Weil (dalam Rusman : 2011) model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat

digunakan untuk membentuk kurikulum

(rencana pembelajaran jangka panjang),

merancang bahan-bahan pembelajaran dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya.

Menurut Agus Suprijono dalam (Yunika, 2011) “pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuknya yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru.” Roger dan David Johnson (dalam Lie, 2008) menyatakan bahwa ada lima unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif, yaitu a. Saling ketergantungan positif; b. Tanggung jawab perseorangan; c. Interaksi tatap muka; d.

Partisipasi dan komunikasi; e. Evaluasi proses kelompok.

Lebih lanjut Muslimin Ibrahim (2000) menyatakan ada 6 langkah utama dalam pembelajaran yang menggunakan pembelajan kooperatif seperti tertera dalam Tabel 1 seperti di bawah ini.

Tabel 1. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Robert E. Slavin (2009)

menyatakan bahwa “beberapa tipe

pembelajaran kooperatif antara lain Student

Teams Achievement Division (STAD), Jigsaw,

Teams Games Tournament, Cooperatif

Integrated Reading dan Compositio (CIRC) dan Teams Accelerated Instruction (TAI).”Menurut Saco (dalam Rusman : 2011), dalam TGT siswa

memainkan permainan dengan anggota-

anggota tim lain untuk memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing.

4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT tentang Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan Desimal

Pembelajaran tentang penjumlahan dan pengurangan pecahan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) membutuhkan persiapan yang matang. Persiapan yang diperlukan oleh guru meliputi:

a. Menyiapkan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP)

b. Membuat media, kartu soal, Lembar Kerja

Kelompok (LKK), lembar observasi

pelaksanaan pembelajaran.

Langkah-langkah pembelajaran

penjumlahan dan pengurangan pecahan

desimal menggunakan tipe TGT yaitu :

a. Presentasi kelas, guru menjelaskan materi

pembelajaran penjumlahan dan

pengurangan pecahan desimal dengan menggunakan media gambar pecahan.

b. Kerja tim / kelompok, pemberian tugas

kelompok dan Lembar Kerja Kelompok tentang penjumlahan dan pengurangan pecahan desimal.

72 | ISSN : 2459-9743

c. Permainan, permainan dengan kartu soal

yang berisi soal-soal tentang penjumlahan

dan pengurangan pecahan desimal.

Contoh kartu soal:

d. Turnamen, turnamen dilaksanakan pada

akhir pembelajaran untuk memilih

kelompok terbaik. Turnamen berisi kuis- kuis tentang soal-soal cerita penjumalahan dan pengurangan pecahan desimal yang harus dijawab peserta turnamen secara lisan.

e. Penghargaan terhadap kelompok,

kelompok terbaik mendapatkan

penghargaan dari guru berupa hadiah dan pujian untuk menambah semangat dalam belajar.

5. Penelitian yang relevan

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Yunika (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe TGT (Teams Games

Tournament) untuk Meningkatkan Kemampuan Menyelesaiakan Soal Cerita Pecahan pada Siswa Kelas IV SD Negeri Tlompakan III Kecamatan Tuntang Tahun Ajaran 2010/2011,

adanya peningkatan hasil kemampuan

menyelesaikan soal cerita pecahan siswa kelas

IV SD Negeri Tlompakan III dengan

menerapkan model pembelajaran kooperatif

tipe TGT (Teams Games Tournament), terlihat

dari adanya peningkatan rata-rata kelas. 6. Hipotesis Tindakan

Penerapan model pembelajaran tipe TGT

(Teams Games Tournament) dapat

meningkatkan hasil belajar siswa tentang

penjumlahan dan pengurangan pecahan

desimal di kelas IV/A SD Negeri 3 Sekayu. C. Pembahasan

Dari hasil pengamatan selama proses pelaksanaan tindakan dapat diketahui adanya perkembangan ke arah yang lebih baik pada

peningkatan peran aktif dalam proses

pembelajaran, yang terkait dengan aktivitas guru dan siswa secara menyeluurh. Dari hasil pengamatan aktivitas guru pada pelaksanaan tindakan siklus I dan siklus II terlihat jelas adanya perkembangan yang positif. Pada siklus I, hasil observasi pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru memperoleh nilai

93,33 %, sedangkan pada siklus II mencapai 100%.

Dari data awal yang diperoleh nilai rata- rata siswa adalah 2,64. Setelah dilaksanakan siklus I diperoleh nilai rata-rata 2,87 meningkat 0,23 dari data awal sebelum menggunakan

model kooperatif tipe TGT. Hal ini

menunjukkan adanya peningkatan antara kondisi awal dengan siklus I, namun indikator keberhasilan belum tercapai dikarenakan hanya 66,67 % siswa yang mencapai nilai dengan kriteria ketuntasan minimal 2,80.

Dari hasil siklus I kemudian dilakukan perbaikan pada siklus II diperoleh nilai rata- rata 3,04 dan indikator keberhasilan tercapai. Hal ini dapat dilihat dari jumlah siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal adalah sebanyak 29 orang.Peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran penjumlahan dan pengurangan pecahan desimal melalui model

kooperatif tipe TGT (Teams Games

Tournament) dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2. Data Rata-rata Hasil Belajar Siswa,

Ketuntasan Klasikal, dan Peningkatannya

Pada Tabel 2, dapat dilihat peningkatan hasil belajar siswa sebesar 0,17 dan persentase ketuntasan secara klasikal sebesar 21,21%.

Pelaksanaan pembelajaran pecahan

menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe Teams Games Tournament (TGT) secara

umum telah menunjukkan hasil yang

diharapkan yaitu lebih 85 % siswa telah mencapai batas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 2,80. Dari data tebeldi atas dapat dinyatakan dalam gambar berikut.

Berdasarkan hasil pelaksanaan pada siklus

I, siklus II dapat disimpulkan bahwa

meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV.A SD Negeri 3 Sekayu dapat dilakukan melalui model

kooperatif tipe TGT (Teams Games

ISSN : 2459-9743 | 73