pembelajaran;
d. Untuk keperluan supervisi bagi kepala
sekolah dan pengawas agar guru lebih berkompeten;
e. Sebagai bahan dalam memberikan
informasi kepada orang tua siswa dan
sebagai bahan pertimbangan dalam
mengambil keputusan dalam pengajaran. 2. Penjumlahan dan Pengurangan
Pecahan Desimal
Pecahan merupakan bilangan yang dapat dinyatakan sebagai perbandingan dua bilangan cacah dan b, ditulis dengan syarat b ≠ 0. Dengan demikian secara simbolik pecahan dapat dinyatakan sebagai salah satu : (1) pecahan desimal, (2) pecahan desimal, (3) persen, dan (4) pecahan campuran. Menurut Heruman (2008), pecahan diartikan sebagai bagian dari sesuatu yang utuh.
Salah satu bagian dari pecahan yang merupakan kompetensi yang dipelajari anak Sekolah Dasar adalah penjumlahan dan pengurangan pecahan desimal. Materi ini sudah mulai diperkenalkan sejak di kelas IV.
Kompetensi dasar yang dipilih adalah
menjumlahkan dan mengurangkan pecahan desimal.Untuk melalukuan operasi hitung
penjumlahan dan pengurangan pecahan
desimal dapat dilakukan dengan cara susun ke bawah.
3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT
Menutut Sanjaya (2010), “salah satu strategi dari model pembelajaran kelompok
adalah stategi pembelajaran kooperatif
(cooperative learning). Menurut Joyce & Weil (dalam Rusman : 2011) model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat
digunakan untuk membentuk kurikulum
(rencana pembelajaran jangka panjang),
merancang bahan-bahan pembelajaran dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya.
Menurut Agus Suprijono dalam (Yunika, 2011) “pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuknya yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru.” Roger dan David Johnson (dalam Lie, 2008) menyatakan bahwa ada lima unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif, yaitu a. Saling ketergantungan positif; b. Tanggung jawab perseorangan; c. Interaksi tatap muka; d.
Partisipasi dan komunikasi; e. Evaluasi proses kelompok.
Lebih lanjut Muslimin Ibrahim (2000) menyatakan ada 6 langkah utama dalam pembelajaran yang menggunakan pembelajan kooperatif seperti tertera dalam Tabel 1 seperti di bawah ini.
Tabel 1. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Robert E. Slavin (2009)
menyatakan bahwa “beberapa tipe
pembelajaran kooperatif antara lain Student
Teams Achievement Division (STAD), Jigsaw,
Teams Games Tournament, Cooperatif
Integrated Reading dan Compositio (CIRC) dan Teams Accelerated Instruction (TAI).”Menurut Saco (dalam Rusman : 2011), dalam TGT siswa
memainkan permainan dengan anggota-
anggota tim lain untuk memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing.
4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT tentang Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan Desimal
Pembelajaran tentang penjumlahan dan pengurangan pecahan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) membutuhkan persiapan yang matang. Persiapan yang diperlukan oleh guru meliputi:
a. Menyiapkan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP)
b. Membuat media, kartu soal, Lembar Kerja
Kelompok (LKK), lembar observasi
pelaksanaan pembelajaran.
Langkah-langkah pembelajaran
penjumlahan dan pengurangan pecahan
desimal menggunakan tipe TGT yaitu :
a. Presentasi kelas, guru menjelaskan materi
pembelajaran penjumlahan dan
pengurangan pecahan desimal dengan menggunakan media gambar pecahan.
b. Kerja tim / kelompok, pemberian tugas
kelompok dan Lembar Kerja Kelompok tentang penjumlahan dan pengurangan pecahan desimal.
72 | ISSN : 2459-9743
c. Permainan, permainan dengan kartu soal
yang berisi soal-soal tentang penjumlahan
dan pengurangan pecahan desimal.
Contoh kartu soal:
d. Turnamen, turnamen dilaksanakan pada
akhir pembelajaran untuk memilih
kelompok terbaik. Turnamen berisi kuis- kuis tentang soal-soal cerita penjumalahan dan pengurangan pecahan desimal yang harus dijawab peserta turnamen secara lisan.
e. Penghargaan terhadap kelompok,
kelompok terbaik mendapatkan
penghargaan dari guru berupa hadiah dan pujian untuk menambah semangat dalam belajar.
5. Penelitian yang relevan
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Yunika (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe TGT (Teams Games
Tournament) untuk Meningkatkan Kemampuan Menyelesaiakan Soal Cerita Pecahan pada Siswa Kelas IV SD Negeri Tlompakan III Kecamatan Tuntang Tahun Ajaran 2010/2011,
adanya peningkatan hasil kemampuan
menyelesaikan soal cerita pecahan siswa kelas
IV SD Negeri Tlompakan III dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif
tipe TGT (Teams Games Tournament), terlihat
dari adanya peningkatan rata-rata kelas. 6. Hipotesis Tindakan
Penerapan model pembelajaran tipe TGT
(Teams Games Tournament) dapat
meningkatkan hasil belajar siswa tentang
penjumlahan dan pengurangan pecahan
desimal di kelas IV/A SD Negeri 3 Sekayu. C. Pembahasan
Dari hasil pengamatan selama proses pelaksanaan tindakan dapat diketahui adanya perkembangan ke arah yang lebih baik pada
peningkatan peran aktif dalam proses
pembelajaran, yang terkait dengan aktivitas guru dan siswa secara menyeluurh. Dari hasil pengamatan aktivitas guru pada pelaksanaan tindakan siklus I dan siklus II terlihat jelas adanya perkembangan yang positif. Pada siklus I, hasil observasi pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru memperoleh nilai
93,33 %, sedangkan pada siklus II mencapai 100%.
Dari data awal yang diperoleh nilai rata- rata siswa adalah 2,64. Setelah dilaksanakan siklus I diperoleh nilai rata-rata 2,87 meningkat 0,23 dari data awal sebelum menggunakan
model kooperatif tipe TGT. Hal ini
menunjukkan adanya peningkatan antara kondisi awal dengan siklus I, namun indikator keberhasilan belum tercapai dikarenakan hanya 66,67 % siswa yang mencapai nilai dengan kriteria ketuntasan minimal 2,80.
Dari hasil siklus I kemudian dilakukan perbaikan pada siklus II diperoleh nilai rata- rata 3,04 dan indikator keberhasilan tercapai. Hal ini dapat dilihat dari jumlah siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal adalah sebanyak 29 orang.Peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran penjumlahan dan pengurangan pecahan desimal melalui model
kooperatif tipe TGT (Teams Games
Tournament) dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2. Data Rata-rata Hasil Belajar Siswa,
Ketuntasan Klasikal, dan Peningkatannya
Pada Tabel 2, dapat dilihat peningkatan hasil belajar siswa sebesar 0,17 dan persentase ketuntasan secara klasikal sebesar 21,21%.
Pelaksanaan pembelajaran pecahan
menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe Teams Games Tournament (TGT) secara
umum telah menunjukkan hasil yang
diharapkan yaitu lebih 85 % siswa telah mencapai batas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 2,80. Dari data tebeldi atas dapat dinyatakan dalam gambar berikut.
Berdasarkan hasil pelaksanaan pada siklus
I, siklus II dapat disimpulkan bahwa
meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV.A SD Negeri 3 Sekayu dapat dilakukan melalui model
kooperatif tipe TGT (Teams Games