Learning) dalam pembelajaran IPA sebab menggunakan CTL akan mengaitkan dengan alternative yang lain. Menurut M. Saekhan Muchith (2008:72) belajar adalah proses untuk membangun pengetahuan melalui pengalaman nyata dari lapangan, artinya siswa akan memiliki pengetahuan jika pengetahuan itu dibangun atas dasar realitas yang ada di dalam masyarakat, yang kenyataannya tahap berpikir anak usia SD harus dikaitkan dengan hal-hal nyata dan pengetahuan awal siswa yang telah dibangun mereka dengan sendirinya.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: apakah pendekatan kontekstual dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada materi pesawat sederhana di kelas VB SD Negeri 1 Epil?
3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pendahuluan dan
permasalahan penelitian yang telah dikemukakan di atas maka tujuan penelitian ini adalah untukmeningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa materi pesawat sederhana melalui pendekatan kontekstual pada mata pelajaran IPA di Kelas VB SD Negeri 1 Epil.
4. Manfaat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini di harapkan dapat memberi manfaat bagi siswa, guru, sekolah dan peneliti:
a. Bagi Siswa
Dari hasil penelitian ini dapat meningkatkan hasil belajar tentang Konsep – konsep dalam pembelajaran IPA khususnya materi pesawat sederhana. b. Bagi Guru
Sebagai masukan bagi guru untuk meningkatkan profesionalisme guru dalam mengembangkan pembelajaran yang lebih inovatif melalui pendekatan kontekstual pada mata pelajaran IPA. c. Bagi Sekolah
Melalui hasil penelitian ini dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPA materi Pesawat Sederhana serta memberi sumbangan yang positif terhadap kemajuan sekolah
d. Bagi peneliti
Hasil penelitian ini diharap bermanfaat bagi peneliti untuk dapat dipergunakan sebagai alternative dalam proses belajar mengajar.
B. Kajian Pustaka
1. Pendekatan Kontekstual
Pendekatan kontektual (contextual teaching and learning) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilkinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Nurhadi, 2002:1).
Dalam kelas konstektual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuanya. Maksudnya guru lebih banyak berurusan dengan starategi pembelajaran dari pada member informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai tim yang bekerja untuk memenuhi seuatu yang baru bagi anggota kelasnya. Konstektual hanya sebagai strategi, konstektual
dikembangkan dengan tujuan agar
pembelajaran lebih produktif dan bermakna. Ada lima elemen yang harus diperhatikan dalam praktik pembelajaran konstektual (Zaherik,1995:14-22), yaitu:
a. Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada b. Perolehan pengetahuan baru
c. Pemahaman pengetahuan, yaitu dengan cara
1) Menyusun konsep sementara
2) Melakukan shering kepada orang lain, dan
3) Motifasi konsep dan
mengembangkannya
d. Mempraktikkan pengetahuan dan
pengalaman tersebut dan e. Melakukan refleksi
Sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekatan konstektual; jika menerapkan ketujuan kompoen belajar kostektual yaitu: a. Konstruktivisme b. Inkuiri c. Bertanya d. Masyarakat belajar e. Permodalan f. Refleksi
g. Penilaian yang sebenarnya
Secara garis besar langkah – langkah pembelajaran konstektual adalah sebagai berikut:
a. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara belajar sendiri, menemukan sediri dan menkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya
b. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topic
c. Kembangkan sikap ingin tahu siswa dengan bertanya
d. Ciptakan masyarakat belajar (Belajar dalam kelompok- kelompoknya)
58 | ISSN : 2459-9743
e. Hadirkan modal sebagai contoh
pembelajaran
f. Melakukan refleksi diakhir pertemuan g. Melakukan penialain yang sebenrnya.
Dari pendapat tersebut diats dapat disimpulkan bahwa pendekatan konstektual merupakan konsep belajar yang mengaitkan materi yang diajarkan dengan dunia nyata siswa. Sehingga pembelajaran lebih bermakna.
2. Motivasi
Motivasi adalah daya dalam diri seseorang yang mendorongya untuk melakukan sesuatu, atau keadaan seseorang atau organism yang menyebabkan kesiapannya untuk memulai serangkaian tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan atau keadaan dan kesiapan dalam arti individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu (usman, 2001: 28).
Sedangkan menurut Djamarah (2002: 144) motivasi adalah suatu pendorong yang mengubah energy dalam diri seseorang ke dalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Nur (2001:3) bahwa siswa yang bermotivasi dalam belajar sesuatu akan menggunakan proses koknitif yang lebih tinggi dalam mempelajari materi itu, sehingga siswa itu dapat menyerap dan mengedepankan materi itu dengan lebih baik. Jadi motivasi adalah suatu kondisi yang mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.
Untuk meningkatkan motivasi belajar, telah disepakati oleh ahli pendidikan bahwa guru merupakan kunci dalam proses belajar mengajar. Bila hal ini terlihat dari segi nilai lebih yang dimiliki oleh guru dibandingkan dengan siswanya. Nilai lebih ini dimiliki ole guru terutama dalam Ilmu Pengetahuan yang dimiliki oleh guru bidang studi pengajarannya, walaupun demikian nilai lebih itu tidak akan dapat diandalkan oleg guru, apabila ia tidak memiliki tehnik – tehnik yang tepat untuk mentrasperkan kepada siswa. Disamping itu kegiatan mengajar adalah suatu aktivitas yang sangat kompleks, karena itu sangat sukar bagi guru IPA bagaimana cara mengajar dengan baik agar dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar IPA.
Untuk merealisasikan keinginan tersebut, maka ada beberapa perinsip umum yang harus dipegang oleh Guru IPA dalam menjalankan tugasnya menurut Prof. Dr. S. Nasution, prinsip
– prinsip umum yang harus dipegang oleh guru IPA dalam menjalankan tugasnya adalah sebagai berikut:
a. Guru yang baik memahami dan
menghormati siswa
b. Guru yang baik hendaknya menyelesaikan bahan pelajaran yang diberikan dengan kemampuan siswa
c. Guru hendaknya menyelesaikan metode dengan pelajarannya
d. Guru yang baik mengaktifkan siswa dalam belajar
e. Guru yang baik member pengertian, bukan hanya dengan kata – kata belaka. Hal ini untuk meghindari verbalisme pada siswa. f. Guru menghubungkan pelajaran dengan
kehidupan siswa
g. Guru yang baik tidak hanya mengajar dalam arti menyampaikan pengetahuan melainkan senantiasa membentuk kepribadian siswanya.
3. Hasil Belajar
Tugas peserta didik adalah belajar dalam hal ini, disamping harus memahami sejumlah mata pelajaran peserta didik juga di bentuk untuk mampu menyelesaikan berbagai tugas belajar yang dibebankan kepadanya. Menurut Solso (Dalam Fathani dan Msykur, 2007: 32) “Belajar bisa diartikan sebagai proses mengubah, mereduksi, memerinci, menyiapkan dan memakai setiap masukan (Input) pengetahuan yang datang dari alet indra sebagai penunjang fungsdi kognitif.”
Belajar adalah proses pengubahan individu yang relative permanen akibat adanya latihan, pembelajaran atau pengetahuan konkrert sebagai produk adanya interaksi dengan lingkungan luar. Belajar tidak lain adalah pematangan fungsi kognitif dan kognitif adalah peta pikiran otak yang menghubungkan atara aspek internal dan eksternal, hingga tercipta pengetahuan.
Bila terjadi proses belajar, maka terjadi pula proses mengajar. Guru walaupun sebagai pengajar, sebenarya secara tidak langsung juga melakukan belajar. Dari proses belajar mengajar akan di peroleh hasil pengajaran anatu hasil belajar denganistilah tujuan pembelajaran. Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahuinya, subjek belajar, tujuan, motivasi yang mempengaruhi proses interaksi dengan bahanyang sedang dipelajari.
Dalam KTSP 2006 ada tiga aspek penilaian hasil belajar yaitu kognitif, efektif dan psikomator. Dalam penelitian ini hasil belajar yang di lihat dari aspek kognitif yaitu hasil nilai ulang