• Tidak ada hasil yang ditemukan

34 | ISSN : 2459-9743 mengarang disekolah yang kurang memotivas

dan merangsang minat.”

Berbicara tentang pengaruh lingkungan di sekolah terkadang masih banyak guru bidang studi bahasa Indonessia yang tidak mampu dalam menulis sebuah karanagan sehingga dia kurang memotivasi dan merangsang minat siswa. Seperti pendapat Smith (2007: 14) menyatakan; “pengalaman belajar menulis yang dialami siswa di sekolah tidak terlepas dari kondisi gurunya sendiri. Umumnya gurunya tidak dipersiapkan untuk terampil menulis dan mengajarkannya”.

Jadi dapat disimpulkan bahwa seorang guru juga harus mampu untuk memahami dan mengerti apa dan bagaimana mengarang itu. Sulit membayangkan seorang guru yang takut dan tidak suka menulis dapat melakukan hal itu. Padahal minat dan kemauan siswa belajar menulis tidak terlepas dari apa yang terjadi pada diri guru dan bagaimana dia mengajarkannya. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa menulis adalah kesanggupan, kecakapan untuk mengungkapkan ide, pengetahuan, perasaan secara rasional dengan menggunakan bahasa tulis sebagai medianya.

2. Pantun

Setiap hasil karya sastra selalu mengarah pada unsur seni dan media bahasa serta membawa pesan atau misi. Salah satu bentuk karya sastra adalah pantun. Pantun adalah puisi asli Indonesia. Hampir di semua daerah di Indonesia terdapat tradisi berpantun. Pantun tepat untuk suasana tertentu, seperti halnya juga karya seni lainnya hanya tepat untuk suasana tertentu pula.

Dalam upacara perkawinan banyak digunakan pantun untuk sambutan; penggunaan pantun disini menimbulkan suasana akrab. Gadis dan jejaka yang berkenalan, bercintaan, atau menyatakan kasihnya juga dapat menggunakan pantun karena ungkapan secara langsung dianggap kurang tepat. Ungkapan langsung dalam pantun diberi antara oleh sampiran sehingga penerima ungkapan itu tidak merasa terkejut. Tanggapan orang yang diajak bicara pun jika bersifat kasar juga tidak begitu menyakitkan hati karena tanggapan itu diperantarai oleh sampiran.

Pantun juga menunjukkan ikatan yang kuat dalam hal struktur kebahasaan atau tipografik atau struktur fisiknya. Struktur tematik atau struktur makna dikemukakan menurut aturan jenis pantun. Ikatan yang memberikan nilai keindahan dalam struktur kebahasaan itu, berupa: (1) jumlah suku kata setiap baris; (2) jumlah baris setiap bait; (3)

jumlah bait setiap pantun dan (4) aturan dalam hal rima dan ritma. (Walujo, 2008:8). Contoh pantun sebagai berikut:

Berakit – rakit kehulu Berenang – renang ketepian Bersakit – sakit dahulu Bersenang – senang kemudian

3. Metode Karyawisata

Kadang-kadang dalam proses belajar mengajar siswa perlu di ajak ke luar sekolah untuk meninjau tempat tertentu atau objek lain. Hal itu bukan sekadar rekreasi, tetapi untuk belajar memperdalam pelajaran dengan melihat kenyataannya. Cara ini disebut dengan metode karyawisata.

Metode karyawisata merupakan rancangan pembelajaran yang mencakup pemilihan, penentuan, dan penyusunan secara sistematis bahan yang akan diajarkan dengan mengajak siswa ke luar kelas untuk melihat, mendengar, mencium, meraba, bahkan merasakan secara langsung benda-benda yang ada di alam nyata di sekitar sekolah, sehingga dapat membantu siswa dalam mengungkapkan perasaan atau reaksinya terhadap lingkungan yang akan dijadikan tema menulis pantun.

Menurut Roestiyah (1998:85), karyawisata ialah cara mengajar yang dilaksanakan dengan cara mengajak siswa ke suatu tempat atau objek tertentu di luar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu. Sedangkan definisi metode karyawisata menurut Djajadisastra (1985:10) ialah suatu cara menyajikan bahan pelajaran dengan membawa murid langsung kepada objek yang akan dipelajari, dan objek itu terdapat di luar kelas.

Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan metode karyawisata dalam penelitian ini ialah rencana dan cara untuk memudahkan pelaksanaan pembelajaran menulis pantun dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau objek tertentu di luar kelas yang dapat dijadikan tema menulis pantun. Metode karyawisata bertujuan supaya siswa bisa langsung mengamati lingkungan secara menyeluruh, misalnya sungai. Sungai hanya terdapat pada tempat tertentu yang tidak memungkinkan jika dibawa ke dalam kelas. Karyawisata dalam penelitian ini tidak mengambil tempat yang jauh dari sekolah dan tidak memerlukan waktu yang lama.

C. Hasil Penelitian dan Pembahasan

1. Hasil penelitian

Berdasarkan hasil kemampuan menulis pantun siswa dibagi dalam dua siklus, diketahui bahwa hasil kemampuan menulis pantun siklus

ISSN : 2459-9743 | 35

I diperoleh siswa yang tuntas sebesar 46,15% sedangkan yang belum tuntas 53,84%. Sedangkan pada siklus II diperoleh hasil kemampuan menulis pantun diperoleh siswa yang tuntas sebesar 88,46% , sedangkan yang belum tuntas sebesar 11,53%. Pada siklus II ini hasil belajar siswa mengalami peningkatan yang signifikan. Kemampuan siswa dalam menulis pantun ini sudah mencapai indikator keberhasilan artinya siswa sudah mampu menulis pantun sesuai ciri-cirinya. Berikut diagram 1 hasil belajar siswa:

Diagram 1 Hasil Belajar Siswa

Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I menunjukkan rerata persentase seluruh indikator hasil observasi aktivitas siswa adalah sebesar 77,88% dengan kategori baik, dan pada siklus II rerata persentase seluruh indikator hasil observasi aktivitas siswa adalah sebesar 92,78% dengan kategori sangat baik. Berikut diagram 2 hasil aktivitas siswa:

Diagram 2 Hasil Aktivitas Siswa

B. Pembahasan

Upaya pemerintahan dalam meningkatkan mutu pendidikan termasuk mutu pendidikan bahasa Indonesia, antara lain dicanangkannya kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang menyerahkan pengembangan kurikulum pada satuan pendidikan secara mandiri mulai tahun pelajaran 2005/2006 di semua jenjang sekolah. Kurikulum KTSP (2007:11) ketuntasan belajar didasarkan pada beberapa pertimbanga, diantaranya: intake siswa (input peserta didik); kompleksitas masing-masing

kompetensi dasar setiap mata pelajaran; dan daya dukung. Berdasarkan pertimbangan tersebut ditentukan ketuntasan belajar individu 70 dan rata-rata ketuntasan belajar klasikal adalalah 75%.

Berdasarkan hasil kemampuan menulis pantun siswa dibagi dalam dua siklus, diketahui bahwa hasil kemampuan menulis pantun siklus I diperoleh siswa yang tuntas sebesar 46,15% sedangkan yang belum tuntas 53,84%. Sedangkan pada siklus II diperoleh hasil kemampuan menulis pantun diperoleh siswa yang tuntas sebesar 88,46%, sedangkan yang belum tuntas sebesar 11,53%. Pada siklus II ini hasil belajar siswa mengalami peningkatan yang signifikan. Kemampuan siswa dalam menulis pantun ini sudah mencapai indikator keberhasilan artinya siswa sudah mampu menulis pantun sesuai ciri – cirinya. Oleh karena itu, peneliti menetapkan bahwa penelitian ini telah mencapai indikator keberhasilan.

Sedangkan aktivitas siswa pada siklus I rerata persentase seluruh indikator hasil observasi aktivitas siswa adalah sebesar 77,88% dengan kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa siswa cukup merespon materi melalui metode karyawisata, karena metode karyawisata memuat komponen aktivitas antara lain : (1) keterlibatan dalam penyelesaian tugas kelompok, (2) aktif mencari informasi dari sumber-sumber. Hal ini membuat siswa lebih termotivasi untuk bekerja sama dengan teman sekelompok, menunjukkan kemampuan individual secara optimal, dan berani mengungkapkan gagasan atau ide dalam pembelajaran.

Pada siklus II rata-rata persentase meningkat menjadi 92,78% dan termasuk kategori sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa siswa selalu merespon materi menggunakan metode karyawisata, mampu menulis pantun dengan benar sesuai ciri-ciri pantun, kerja sama siswa dalam diskusi kelompok juga semakin optimal, pemahaman siswa terhadap pantun menjadi bagus, siswa juga mampu membantu teman yang mengalami kesulitan, menyelsaikan tugas tepat waktu, siswa juga memiliki keberanian untuk bertanya kepada guru mengenai materi yang belum dimengerti, dan siswa menulis pantun dengan benar sesuai dengan ciri-ciri pantun.

D. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian ini yang dilaksanakan dalam dua siklus, dapat disimpulkan bahawa:

1. Metode karyawisata dapat meningkatkan hasil belajar menulis pantun peserta didik.

36 | ISSN : 2459-9743