• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KEADAAN UMUM PENGUPAHAN DI INDONESIA 2.1 Upah - Politik Pengupahan di Indonesia (Studi Kasus : Penetapan Upah Minimum Provinsi Sumatera Utara Tahun 2012)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KEADAAN UMUM PENGUPAHAN DI INDONESIA 2.1 Upah - Politik Pengupahan di Indonesia (Studi Kasus : Penetapan Upah Minimum Provinsi Sumatera Utara Tahun 2012)"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KEADAAN UMUM PENGUPAHAN DI INDONESIA

2.1 Upah

Upah memberikan peranan penting dan memberikan ciri khas suatu

hubungan yang disebut dengan hubungan kerja, bahkan upah merupakan tujuan

utama dari seorang pekerja melakukan pekerjaan pada orang atau badan hukum

lain.

Padadasarnyapengertianupahmenganutpadaapayangtermuatdalam

konvensiInternational Larbour Organisation

(ILO)mengenaiperlindunganupahatauProtectionofwage.Indonesia juga mengikuti

acuan tersebut dengan sedikit penyesuaian. Pengertian upah

yangdianutolehIndonesiasesuaidenganPeraturanPemerintahNo.08tahun

1981mengenaiperlindungan upah yaitusuatu penerimaan

sebagaiimbalandaripengusahakepadaburuhuntuksuatupekerjaanataujasayangtelah

atauakandilakukan,dinyatakanataudinilaidalambentukuangyangditetapkanmenurut

suatupersetujuanatauperaturan-perundang-undangan,dandibayarkan atas dasar

suatu perjanjian kerjaantara pengusaha dengan buruh, termasuk

tunjanganbaikuntukburuhsendirimaupunkeluarganya34

34

Suwanti, Hubungan Indostrial dalam Praktek, Asosiasi Hubungan Industrial Indonesia 2003 hal 188

.

Dengan pengertianupah diatas, maka upah di satu sisi adalah merupakan

hak pekerja/buruhdankewajiban pengusaha, di sisilain pekerja/buruh

berkewajiban memberikan waktu, tenaga dan pikiran

untukbekerjaataumemberikanjasa.Disampingitunegarakitajugamenganutbahwaupa

hjugamemiliki sifatsosial,

(2)

Undang-undang Republik Indonesia No. 13 tahun 2003 tentang

ketenagakerjaan,mengaturdengantegasdanjelasmengenaipengupahanyangdiaturpa

dabagiankedua“pengupahan”tepatnyaPasal88sebagaiberikut:

Pasal 88 ayat (1) : “Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh

penghasilanyangmemenuhipenghidupanyanglayakbagikemanusiaan”.(2).

“Untukmewujudkanpenghasilanyangmemenuhipenghidupanyanglayakbagi

kemanusiaansebagaimanadimaksudpadaayat(1).Pemerintah

menetapkankebijakanpengupahanyangmelindungipekerja/buruh”.

(3).“Kebijakan

pengupahanyangmelindungipekerja/buruhsebagaimanadimaksudpadaayat(2

)meliputi:

1. Upahminimum

2. Upahkerjalembur

3. Upahtidakmasukkerjakarenaberhalangan

4. Upah tidakmasuk

kerjakarenamelakukankegiatanlaindiluarpekerjaannya,

5. Upahkarenamenjalankanhakwaktuistirahatkerjanya

6. Dendadanpotonganupah

7. Hal-halyangdapatdiperhitungkandenganupah

8. Strukturdanskalapengupahanyangproporsional

9. Upahuntukpembayaranpesangon,dan

10.Upahuntukperhitunganpajakpenghasilan

MenurutUUNo. 22tahun1999tentangPemerintahanDaerahdan Peraturan

(3)

minimummerupakankewenanganpemerintahpropinsisebagaidaerahotonom.

Makapemerintah propinsi perlu memilikipengawasuntukpenegakan

hukumketentuanupahminimum,dengankatalaindipemerintahpropinsi

perlumemiliki tenaga pengawas spesialis/khusus untuk mengawasi

pelaksanaanupahminimum. Pemerintah pusat berwenang

menetapkanpedomanpenentuankebutuhanfisikminimum.Besarnya upah minimum

tidak lagi ditetapkan oleh pemerintah pusat,pemerintah daerahmelakukan berbagai

kajian khususnya mengenai

tingkathargadidaerahsebagaiacuanutamauntukmenetapkanupahminimumatas

dasar kebutuhanfisikminimum.

Diatur juga bahwa dalam pengupahan ada 2 (dua) jenis upah yang

ditetapkan oleh pemerintahan daerah otonom yaitu ;

1. UpahMinimumPropinsi(UMP)

UMPiniadalahmerupakantingkatupahterendahbagikabupaten/kotayang

berada di wilayah propinsi yang bersangkutan tanpa mempertimbangkan

sektortertentu.Apabilakabupaten/kotabermaksudmengaturbesarnyaupahmi

nimum untukdaerahyang bersangkutan(UMK),maka UMKyang

bersangkutanharuslebihtinggidariUMP.ApabilaUMKyangdimaksudsama

atau lebih rendah dariUMP, maka tidak perlu pemerintahkabupaten/kota

mengatursendiri,tetapimenggunakanstandaryangtelahditetapkanolehUMP.

2. UpahMinimumSektoral

Upah minimum sektoral adalah upahminimum bagi sektoryang

bersangkutandanharuslebihtinggidariUMPmaupunUMK.Olehkarenaitu

upahminimum sektoral hanya diberlakukan terhadap

sektor-sektortertentuyangmemilikikemampuanlebihbaik. Sektorlain yang

kemampuannya rendahtidakperludiaturupahminimumsektoralnya,tetapi

(4)

diberlakukan untuk tingkat propinsi sehingga menjadi Upah Minimum

sektoralpropinsi(UMSP),tingkatkabupaten/kotasehinggamenjadiupahmini

mum sektoral kabupaten/kota(UMSK)ataubahkantingkatnasional.

2.1.1 Sejarah KebijakanUpah Minimum Provinsi di Indonesia

KebijakanupahminimumdiIndonesiapertamakalidiperkenalkanpadaawaltahu

n1970an, meskipunsudahmemilikisejarahyangcukup

panjang,implementasidarikebijakanupahminimuminitidakbegitutegaspadaawal-awalpelaksanaan35

Kebijakanupahminimummulaidigunakansebagaiinstrumentyangpentingbagi

kebijakan

pasartenagakerjaolehpemerintahIndonesiapadaakhirtahun1980an.Haliniberawaldar

i adanya tekanan

internasionalsehubungandenganpelanggaranterhadapstandartkerja

InternasionaldiIndonesiapadasaatitu,secarakhususpadasector-sektorusahayangberorientasi ekspor.Secaralebihspesifik,sebuahperusahaan

multinasionalterkenalmilikAmerikaSerikatyangberoperasidiIndonesiapadawaktuitud

iprotes olehsebuahorganisasipersatuan

perdaganganAmerikaSerikat(AFL-CIO)danjugaoleh

beberapaaktivishakasasimanusiainternasionalakibatpenetapanupahyangrendahdank

ondisi kerjayangburuk.Dalamkasusini,tekanan internasionaltelahmemaksakan

untuk

terciptanyasebuahklausasosialyangdisebutjugadenganGeneralSchemePreferences( .

Dalamperiodetersebutupahminimumditetapkanjauhberadadibawahtingkatkeseimba

ngan

upahmenunjukkanbahwaupahminimumtidakmengikatbagisebagianbesarpekerja.Up

ahminimumdiIndonesiarelatiftidakdipaksakandandigunakanhanyasebagaitujuanyan

gbersifat simbolis.

35

(5)

GSP)

yangmanaberisipenolakanatasprodukdarinegarayangsedangberkembang,termasukI

ndonesia,

dimanastandarkerjanyamasihberadadibawahstandaryangdiakuisecarainternasional.

Dalamprakteknya,kondisiinimemaksapemerintahIndonesiauntukmautidakma

umenjadi

lebihperhatianterhadapkebijakanketenagakerjaanmereka,termasukdidalamnyakebij

akan upahminimum.Halinidilakukandengan

caramenaikkanupahminimumtigakalilipatsecara

nominal(atauduakalilipatsecarariil)padaakhirtahun1980anagarsejalandenganbiaya

kebutuhanfisikminimum

(KFM).KFMsendiridiukurolehbiayadaripaketkonsumsimini-mum,termasukdidalamnyamakanan,perumahan,pakaian,danbeberapajenisbarangya

nglain untukpekerja lajangdalamsatu bulan(Sukatrilaksana,2002).

Adapunkebutuhanfisikminimumseorangpekerjadihitungdarikebutuhanminim

umpekerja

untukkalori,protein,vitamindanminerallainnya.DengankatalainKFMadalahkebutuh

an minimumpekerjayangdibutuhkanselamasatubulanberkaitandengankondisi

fisiknyadalam melakukanpekerjaan.Secararincikebutuhan

fisikminimumpekerjaadalahsebagaiberikut:

1. KFMuntukPekerjaLajang, yaitu2600 kaloriperhari.

2. KFM(K-0)untuk Pekerjadengan istritanpaanak,yaitu4800kaloriperhari.

3. KFM(K-1)untukPekerjadenganistridan

satuoranganakyaitu6700kaloriperhari.

4.

KFM(K-2)untukPekerjadenganistridanduaoranganakyaitu8100kaloriperhari.

5. KFM(K-3)untukPekerjadenganistridantigaorang

(6)

DalamperkembangannyapengukuranKFMsendirikemudiandirevisipada199

6oleh

dewanpengupahannasionaldenganmembuatsebuahpaketkonsumsiyanglebihluasbaik

secarakualitasmaupunkuantitasdandikenaldengankebutuhanhidupminimum(KHM)d

alam rangkauntukmeningkatkanstandarhiduppekerja.Beberapa

komponenjugaditambahkanseperti komponenpendidikan danrekreasi.Berdasarkan

kebijakanMenteriTenagaKerjaNo61/1995,

KHMdiukurolehpaketkonsumsiyangdetailyangterdiridari43jenisbarang,dimanaterm

asuk

didalamnya11jenisbarangdalamkelompokmakanan,19jenisdalamkelompokperumah

an,8

jenisdalamkelompokpakaian,5jenistermasukdalamkelompokyanglain,yangmanamen

ingkat15%sampai20%lebih dariKFMdalamrupiah.

SecaraumumtingkatupahminimumdiIndonesiaditetapkanpada

levelpropinsi.Sebelum otonomidaerah pemerintah pusat

(dalamhaliniKementrianTenagaKerja dan Transmigrasi)menetapkan tingkat

upahminimumsetiap propinsididasarkanpadarekomendasidaripemerintahdaerah

(propinsi), sedangkansetelahotonomidaerah,pemerintah daerahmemilikikebebasan

dalammenentukan tingkatupahminimumnya. Sebelumotonomidaerah,

propinsisecaraumum hanyamemilikisatu

tingkatupahminimumdanberlakuuntukseluruh wilayahkota/kabupaten,

sedangkansetelahotonomidaerah,setiapkota/kabupatendiberikebebasanuntukmenen

tukan tingkatupahminimumnyasepanjang tidakberadadi bawahtingkatupah

minimumpropinsi.

Sebagaibagian dariperubahan regimpolitikdarisentralisasimenjadi

desentralisasi,kewenanganpenetapantingkatupahminimumjugadipindahkankepadati

ngkat propinsidankota/kabupaten yang manabekerjasamadengan

komisiupahpadatingkatdaerah.

(7)

kilan serikatpekerjadanbeberapapenasehatahlidariperguruantinggi. Adapun

tujuanutamadarikebijakandesentralisasiini

adalahuntukmeningkatkanefektivitasekonomi,

efisiensi,danpersamaanaksesterhadappublicservices(SugiyartodanEndriga,2008),S

MERU

(2003)jugaberpendapatbahwadesentralisasikewenangankelevelpemertintahanyangl

ebih

rendahdalampenetapanUMRjugabertujuanuntukmembagiresikodalambernegosiasi

dengan

serikatpekerjadisetiapdaerah,sepertimisalnyademonstrasibesarketikaupahminimum

naikatauberubah.Lebihlanjut,pemerintahdaerahjugadianggaplebihmengertitentang

masalah

dankondisiketenagakerjaandaerahnyadibandingkanpemerintahpusatsehinggadesentr

alisasi adalahmutlakuntukharusdilakukan.

Berdasarkanperaturanpemerintah,pemerintahdaerahpadatingkatpropinsime

netapkan

upahminimumuntuksetiapwilayahdaerahnya,sedangkankota/kabupatenmemilikipilih

anuntuk

mengikutiataumenetapkanupahminimumdiatastingkatupahminimumpropinsitetapiti

dak beradadibawahupahminimumpropinsi(UMP).Namun

pelaksanaannyacukupbervariasiantarpropinsi.BeberapapropinsisepertiDKIJakarta,

Sumatera utaradan banyak propinsidi luarJawa tetapmenggunakan UMP untuk

upah minimumdaerahnya. Disisi

yanglainbeberapapropinsisepertiJawaBarat,JawaTengah,JawaTimurdanBalimemili

h untukmemilikiupahminimumpadatingkatkota/kabupaten.

Berdasarkanperaturanpemerintah,dalammenentukantingkatupahminimumb

eberapa komponen pertimbangannyaadalah :

(8)

2. Indekshargakonsumen(IHK)

3. Kemampuan,pertumbuhandankeberlangsungandariperusahaan

4. Tingkatupahminimumantardaerah

5. Kondisipasarkerja

6. Pertumbuhanekonomidanpendapatanperkapita

SebagaipelaksanaanPasal89ayat(4)Undang-undangNomor13tahun

2003tentangKetenagakerjaanmakaPenetapan

Komponenkebutuhanhidupminimum(KHM)sebagaimanadiaturdalamKeputusanM

enteriTenagaKerja Nomor:

81/MEN/1995tanggal29Mei1995telahdiubahdandisesuaikan

melaluiPeraturanMenteriTenagaKerjadanTransmigrasiRepublikIndonesia

Nomor:PER-17/MEN/VIII/2005tentangKomponendanPelaksanaanTahapan

PencapaianKebutuhanHidupLayak.DalamperaturanMenteriKetenagakerjaandanTr

ansmigrasiRepublik

IndonesiaNomor:PER-17/MEN/VIII/2005yangdimaksuddenganKebutuhan

HidupLayak(KHL)adalahstandarkebutuhanyangharusdipenuhiolehseorang

pekerja/buruh

lajanguntukdapathiduplayakbaiksecarafisik,nonfisikdansosial,untukkebutuhan1(s

atu)bulan, terhitung tanggal 10 juli 2012 maka PER-17/MEN/VIII/2005 direvisi

untuk penyesuaian karena dinilai sudah tidak lagi relevan dengan kondisi di

lapangan maka di susunlah permen no 13 tahun 2012 yang esensinya malah lebih

buruk daripada permen no 17 tahun 2005 bisa dilihat dalam permen no 13 tahun

2012 KHL di artikan sebagai Kebutuhan hidup layak yang selanjutnya disingkat

KHL adalah standar kebutuhan seorang pekerja/buruh lajang untuk dapat hidup

layak secara fisik untuk kebutuhan 1 (satu) bulan. Dapat disimpulkan dari

pengertian KHL di tiap permen berbeda secara substansial permen no 13 tahun

2012 justru memangkas kebutuhan buruh, karena tidak lagi ditanggung kebutuhan

(9)

KHL sebagai dasar dalam penetapan upah minimum merupakan

peningkatandarikebutuhanhidupminimum(KHM)yangbesarnyadiperolehmelalui

surveiharga.Surveihargadilakukanolehtimyangterdiridariunsurtripartit

yangdibentuk oleh ketua dewan pengupahan propinsi dan/atau

kabupaten/kota.Dewanpengupahanpropinsiataukabupaten/kotaadalahsuatu

lembaganonstrukturalyangbersifattripartit,dibentukolehGubernur/Bupati/Walikota

dan bertugas memberikan saranserta

pertimbangankepadaGubernur/Bupati/Walikotadalampenetapanupahminimum.Ya

ng kemudian pedomansurveyhargapenetapannilaikebutuhanhiduplayak(KHL)

dilakukan penyesuaian dengan perkembangan kebutuhan buruh dengan

menambahkan 14 komponen menjadi 60 komponen yaknisebagaiberikut:

Komponen Kebutuhan Hidup Layak Untuk Pekerja Lajang

Dalam Sebulan Dengan 3.000 K Kalori Per Hari36

NO

I. MAKANAN DAN MINUMAN

1 Beras Sedang 10.00 Kg

2 Sumber Protein :

a. Daging Sedang 0.75 Kg

b. Ikan Segar Baik 1.20 Kg

c. Telur ayam Telur ayam ras 1.00 Kg

3 Kacang-kacangan :

Tempe/tahu Baik 4.50 Kg

4 Susu bubuk Sedang 0.90 Kg

5 Gula pasir Sedang 3.00 Kg

6 Minyak goreng Curah 2.00 Kg

7 Sayuran Baik 7.20 Kg

8 Buah-buahan (setara pisang/pepaya) Baik 7.50 Kg

9 Karbohidrat lain (setara tepung terigu) Sedang 3.00 Kg

36

(10)

10 Teh atau Celup 1.00 Dus isi 25

Kopi Sachet 4.00 75 gr

11 Bumbu-bumbuan (nilai 1 s/d 10) 15.00 %

JUMLAH

II. SANDANG

12 Celana panjang/rok/Pakaian Muslim katun Sedang 6/12 Potong

13 Celana pendek katun sedang 2/12 potong

18 Sarung/kain panjang Sedang 3/24 Helai

19 Sepatu kulit sintetis 2/12 Pasang

20 Kaos Kaki Katun,Polyester, 4/12 Pasang

Polos, Sedang 21 Perlengkapan pembersih sepatu :

a. Semir Sepatu Sedang 6/12 Buah

b. Sikat Sepatu Sedang 1/12 Buah

22 Sandal jepit Karet 2/12 Pasang

23 Handuk mandi 100 cm x 60 cm 1/12 Potong

24 Perlengkapan Ibadah :

a. Sajadah Sedang 1/12 Potong

27 Perlengkapan tidur :

a. Kasur Busa Busa 1/48 Buah

b. Bantal Busa Busa 2/36 Buah

(11)

29 Meja dan kursi 1 meja/4 kursi 1/48 Set

30 Lemari pakaian Kayu Sedang 1/48 Buah

31 Sapu Ijuk Sedang 2/12 Buah

32 Perlengkapan makan :

a. Piring makan Polos 3/12 Buah

b. Gelas minum Polos 3/12 Buah

c. Sendok dan garpu Sedang 3/12 Pasang

33 Ceret almunium ukuran 25cm 1/24 Buah

34 Wajan almunium ukuran 32cm 1/24 Buah

35 Panci almunium ukuran 32cm 2/12 Buah

36 Sendok masak almunium 1/12 Buah

37 Rice Cooker ukuran 1/2 liter 350 watt 1/48 Buah

38 Kompor dan Perlengkapannya :

a. Kompor Gas 1 tungku SNI 1/24 Buah

b. Selang dan regulator SNI 1/24 Set

c. Tabung Gas 3 kg Pertamina 1/60 Buah

39 Gas Elpiji @ 3 kg 2.00 tabung

40 Ember plastik isi 20 liter 2/12 Buah

41 Gayung Plastik Sedang 1/12 Buah

42 Listrik 900 watt 1.00 Bulan

43 Bola Lampu hemat energi 14 watt 3/12 Buah

44 Air bersih standar PAM 2.00

Meter Kubik

45 Sabun cuci pakaian cream/ 1.50 Kg

Deterjen

46 Sabun cuci piring (colek) 500 gr 1.00 buah

47 Seterika 250 Watt 1/48 buah

48 Rak Piring Portable plastik Sedang 1/24 buah

49 Pisau dapur Sedang 1/36 buah

50 Cermin 30 x 50 cm 1/36 Buah

JUMLAH

(12)

51 Bacaan/ Tabloid/ 4 atau Eks atau

Radio 4 band 1/48 buah

52 Ballpoint/pensil Sedang 6/12 buah

JUMLAH

V. KESEHATAN

53 Sarana kesehatan :

a. Pasta gigi 80 gram 1.00 Tube

b. Sabun mandi 80 gram 2.00 Buah

c. Sikat gigi produk lokal 3/12 Buah

d. Shampoo produk lokal 1.00 Botol 100

ml

e. Pembalut atau isi 10 1.00 Dus

alat cukur 1.00 set

54 Deodorant 100 ml/g 6/12 Botol

55 Obat anti nyamuk Bakar 3.00 Dus

56 Potong rambut ditukang 6/12 Kali

cukur/salon

57 Sisir Biasa 2/12 Buah

JUMLAH

VI. TRANSPORTASI

58 Transport kerja dan lainnya Angkutan Umum 30 Hari (PP)

JUMLAH

VII. REKREASI DAN TABUNGAN

59 Rekreasi daerah sekitar 2/12 Kali

60 Tabungan (2% dari nilai 1 s.d 59) 2 %

JUMLAH

JUMLAH (I + II + III + IV + V + VI + VII)

Sejarah Upah Di Indonesia Adalah Retorika Sejarah

Dasar pijakan pengupahan di Indonesia terus berkembang dari

waktukewaktu, istilah penentuan upah juga terus berkembang tetapi esendinya

tetap sama saja mulai dari kebutuhan fisik minumum (KFM), kebutuhan hidup

(13)

(KHL). Untuk memahami tentang penetapan upah di Indonesia dapat kita telusuri

di dalam perkembangan dasar penentuan upah yang bisa dilihat dari istilahnya,

sudah sangat jelas bahwa penentuan upah di Indonesia adalah semangat dari

politik upah murah yang sangat menempatkan upah sebagai kebijakan yang

murah. Hal ini dapat dilihat dan nyata dari semangatnya yaitu upah berdasarkan

kebutuhan fisik minimum (KFM) dan upah berdasarkan kebutuhan hidup

minimum (KHM) artinya bahwa buruh Indonesia hanya diperbolehkan hidup

minimum untuk mempertahankan kehidupannya agar bisa bekerja, meskipun

perkembangan berikutnya dasar penentuan upah ini menjadi kebutuhan hidup

layak (KHL) tetapi pertanyaannya apakah kemudian dapat serta merta

memberikan perubahan mendasar dari sistem kebijakan pengupahan di Indonesia

dalam meningkatkan kesejahteraan buruh.Meskipun sudah berdasarkan KHL

namun perubahan tersebut tidak menyentuh substansi, tetapi hanya bersifat

formal,hanya sekedar berubah nama saja upah buruh tetaplah murah,Dalam sistem

pengupahan yang digariskan oleh kebijakan dari sistem pengupahan tersebut

diatas bahwa perhitungan atas upah di Indonesia adalah standar kebutuhan hidup

untuk kebutuhan hidup lajang, meskipun sudah ditentukan untuk kebutuhan hidup

lajang masih terus dimanipulasi pada pelaksanaan teknis dalam penentuan upah.

Lebih lanjut pemerintah memang dengan sangat terang melakukan kampanye

politik upah murah melalui kebijakan ini hal ini dapat dilihat pada daftar barang

dan jasa yang menjadi panduan survei untuk menentukan upah yang diatur dalam

pencapaian kebutuhan hidup layak. Meskipun dalam Permen 13 tahun 2012 ini

terdapat perbedaan dari peraturan sebelumnya dengan adanya penambahan yang

diatur dalam peraturan sebelumnya dari 46 komponen menjadi 60 komponen ini

artinya ada 14 komponen yang ditambahkan. Tapi salah satu hal yang tidak

pernah berubah adalah standar barang dan jasanya tidak pernah berubah

kualitasnya sehingga peraturan ini dengan sangat jelas mengatakan bahwa buruh

Indonesia, tidak boleh berkeluarga, buruh Indonesia tidak boleh tinggal ditempat

(14)

sebagainya semua barang dan jasa yang menjadi dasar perhitungan adalah barang

dan jasa kelas 3 atau dalam lampiran tersebut disebutkan kualitas sedang.

Meskipun upah telah ditentukan oleh pemerintah dalam hal ini oleh

Gubernur tetapi penolakan upah terus berkembang dengan mengajukan

penangguhan upah sebagaimana dengan Peraturan Menteri Tenagakerja No. 1

tahun 1999 tentang penangguhan pelaksanaan upah yang dilakukan oleh

pengusaha sampai pada pengingkaran dengan sangat terang dipabrik-pabrik

dimana para pengusaha tidak melaksanakan pembayaran upah berdasarkan

ketentuan yang telah ditentukan oleh Gubernur dengan berbagai alasan, belum

lagi dengan tidak berjalanya aparat pemerintah dalam menjalankan fungsinya

(pengawasan) diberbagai daerah dan tempat dalam memastikan bahwa pengusaha

menjalankan kebijakan pengupahan yang telah ditetapkan oleh pemerintah disisi

lain.

Penetapan Upah Minimum Provinsi (UMP) di Sumatera Utara

Penetapan upah minimum provinsi (UMP) di daerah otonom

menempatkan kepala daerah sebagai pemegang kekuasaan terbesar dalam

memutuskan yaitu Gubernur untuk tingkatan provinsi. Meskipun begitu dalam

prakteknya politik yang dibangun pengusaha maupun serikat buruh mampu

memberikan tekanan politis buat gubernur dalam membuat keputusan tahunan ini,

banyak tekanan politik yang dapat dijumpai dalam penetapan UMP tahun 2013

melalui media ataupun tuntutan langsung ke pemerintah, para pengusaha yang

jumblahnya tidak banyak dalam hal ini tentu saja mengandalkan kelebihan

itelektualitasnya dengan membangun isu-isu yang menjadi refrensi pemerintah

atau pun kritik langsung terhadap pemerintah. Sementara serikat buruh akan

mengandalkan basis massa yang kuat dan luas dalam menekan gubernur secara

(15)

Indonesia sebagai negara demokratis tentu saja ini adalah sangat penting

bagaimana dapat memenangkan demokrasi melalui mayoritas tunduk pada

minoritas. Dalam menggelontorkan isu tentu saja adalah upaya pengusaha dalam

menarik simpatik masyarakat luas tentang kondisi perindustrian Indonesia,

tentang peningkatan ekonomi Indonesia dalam kaitannya kemampuan pengusaha

dalam membayarkan upah buruh, seperti membangun isu gulung tikarnya

perusahaan, kalah bersaingnya usaha mikro kecil dan menengah (UMKM),

meningkatnya inflasi, menurunnya minat investor, ancaman PHK dan sebagainya.

Misalkan artikel yang berjudul “Apindo Keluhkan UMP”37 yang menjelaskan

dalam MUNAS IX APINDO Sofjan Wanandi mengeluhkan tuntutan UMP oleh

buruh di berbagai daerah yang terlalu tinggi, hal ini dinilai tidak memperhatikan

pertumbuhan iklim perekonomian Indonesia, Apindo menilai buruh mengada-ada

soal tuntutan UMP bahkan banyak ancaman yang diberikan pengusaha terhadap

pemerintah ataupun buruh secara langsung dalam medial, karena pengusaha

menilai buruh Indonesia yang kurang produktif dan tidak terampil belum sesui

untuk dapat diberikan upah setinggi itu, misalkan saja ancaman pengusaha

melalui media yang akan mengganti tenaga buruh dengan mesin dan ancaman

pengusaha terhadapa pemerintah tentang keengganan investor dating ke

Indonesia38

, beberapa tekanan politik pengusaha sedikit membuahkan hasil, di

Sumut sendiri tuntutan buruh yang awalnaya 2 juta rupiah dapat di turunkan 1,375

juta rupiah, ini adalah salah satu bentuk kemenangan pengusaha dalam

membangun isu penuntutan UMP oleh buruh, berbagai tekanan politik dengan

membangun isu serta analisis, membuat keluhan pengusaha menjadi bahan

pertimbangan buat Gubernur Sumatera utara dalam menetapkan UMP Sumatera

utara.

38

Keterangan pengusaha tentang ancaman terhadap buruh diakses melalui situs :

(16)

Sementara buruh sendiri terus melakukan tekanan perbaikan upah terhadap

Gubernur Sumatera utara, dalam melancarkan tekanan politis buruh lebih memilih

melalui gerakan social atau aksi massa, jumblah buruh yang lebih mayoritas

ketimbang pengusaha tentu akan menjadi bahan pertimbangan dalam demokrasi

Insonesia, tercatat di sumatera utara sudah sejak lama ada aksi buruh dalam

menuntut upah minimum regional (UMR) namun pada prakteknya masih jauh dari

harapan buruh, bahkan dalam prakteknya di tingkat pabrik masih banyak pabrik

yang memberikan upah di bawah UMR, tahun 1997 buruh PT Raksobudi Adijaya

menuntut pembayaran upah sesui UMR gerakan buruh hanya dibangun hanya di

tingkatan pabrik dan yang meenjadi sasaran aksi adalah pihak pabrik, begitu juga

dengan upaya perbaikan upah di pabrik lain masih bergerak di tingkatan pabrik

belum terbangun kesadaran yang luas diantara serikat buruh dalam menuntut

perbaikan upah. Pada maret 1998 aksi massa buruh yang luas terbangun 900

massa aksi dari 3 perusahaan berbeda di intan group melakukan aksi perbaikan

upah buruh tetapi sasaran aksi nmasih dalam tingkatan pabrik. Oktober 1999 baru

terbentuk kesadaran luas buruh sumatera utara dengan membentuk Dewan Buruh

Sumatera Utara (DBSU) yang menuntut pengusutan PT GSS di kantor gubernur

sumatera utara, pada bulan yang sama juga terbentuk forum buruh mabar belawan

independent, forum buruh zona sunggal dan STM PETARAS.

Penuntutan perbaikan upah yang luas dan melibatkan berbagai elemen

perburuhan pertama kali dimulai tahun 2001 yang mana forum NGO-SB sebagai

aliansi yang melangsungkan aksi di depan kantor gubernur sumatera utara dengan

membacakan pernyataan menolak UMP 2002, sementara untuk UMP 2013 pada

tahun 2012 aksi massa buruh berlangsung hingga 3 kali, buruh terus menerus

melakukan tekanan politik terhadap gubernur sumatera utara agar lebih

memperhatikan kehidupan buruh, terbukti di awal aksi buruh yang beraliansi

dengan nama Dewan Buruh Sumatera Utara (DBSU) dengan ribuan massa aksi

menuju gerbang tol tanjung morawa yang hasilnya menaikkan UMP yang

(17)

kembali melakukan aksi massa yang lebih luas dengan melibatkan gerakan buruh

yang lebih banyak dan merubah aliansi menjadi Pekerja Buruh Melawan (PBM)

dan berhasil menaikkan UMP menjadi Rp1.375.000, PBM yang menuntut UMP

sebesar Rp2.000.000 merasa nilai 1,375 juta rupiah belum mampu mensjahterakan

buruh malahan dinilai hanya sebagai upaya pemerintah dalam menyesuaikan

penghasilan buruh dengan kenaikan harga-harga di pasar, bukan dalam upaya

mensejahterakan buruh maka dari itu PBM kembali melakukan aksi satu kali lagi.

Menurut Marx selama masih adanya penguasaan alat produksi maka akan

tetap ada pertentangan kelas, dalam masyarakat industry akan menciptakan kelas

pengusaha dan kelas buruh, perjuangan kelas adalah pertentangan yang

kontradiktif dan tidak terdamaikan, buruh hanya bergantung pada upah dalam

melanjutkan hidupnya sementara pengusaha yang berorientasi keuntungan yang

berlipatganda akan terus mengintensifkan penghisapannya terhadap buruh, karena

harga komoditas dan capital yang tidak dapat ditekan maka upah buruh adalah

solusinya, buruh dan pengusaha tidak akan pernah menjadi mitra bekerja tetapi

kelas yang menguasai alat produksi akan terus menghisap kelas yang lain dengan

cara berkolaborasi bersama birokrasi, kanaikan upah buruh akan kembali

dirampas melalui kenaikan harga-harga (inflasi), pajak penghasilan, iuran jaminan

kesehatan, iuran jaminan keselamatan kerja dll.

2.1.2 Dewan Pengupahan Daerah

Berdirinya Dewan pengupahan daerah adalah wujud implementasi dari

Kepres Republik Indonesia No.107 tahun 2004, dewan pengupahan daerah

bertugas untuk menetapkan kebutuhan hidup layak (KHL) atau standar kebutuhan

seorang pekerja/buruh lajang untuk dapat hidup layak secara fisik untuk

kebutuhan 1 (satu) bulan dengan melakukan survey tentang harga-harga

kebutuhan pokok. Dewan pengupahan terdiri dari dewan pengupahan Tk I

provinsi dan dewan pengupahan Tk II kabupaten/kota, dewan pengupahan

provinsi adalah suatu lembaga non struktural yang bersifat tripartit, dibentuk dan

(18)

pertimbangan kepada Gubernur dalam rangka penetapan upah minimum dan

penerapan sistem pengupahan ditingkat provinsi serta menyiapkan bahan

perumusan pengembangan sistem pengupahan nasional dan dewan pengupahan

kabupaten/kota adalah suatu lembaga non struktural yang bersifat tripartit,

dibentuk dan anggotanya diangkat oleh Bupati/Walikota yang bertugas

memberikan saran dan pertimbangan kepada Bupati/Walikota dalam rangka

pengusulan upah minimum dan penerapan sistem pengupahan di tingkat

Kabupaten/Kota serta menyiapkan bahan perumusan pengembangan sistem

pengupahan nasional.

Dewan pengupahan daerah menentukan nilai masing-masing komponen

dan jenis KHL diperoleh melalui survei harga yang dilakukan secara berkala.

Kualitas dan spesifikasi teknis masing-masing komponen dan jenis KHL

disepakati sebelum survei dilaksanakan dan ditetapkan oleh ketua dewan

pengupahan provinsi atau ketua dewan pengupahan kabupaten/kota. Survei

dilakukan oleh dewan pengupahan provinsi atau dewan pengupahan

kabupaten/kota dengan membentuk tim yang keanggotaannya terdiri dari anggota

dewan pengupahan dari :

1. Unsur tripartit,

2. Unsur perguruan tinggi/pakar,dan

3. Badan pusat statistik setempat.

Hasil survei ditetapkan sebagai nilai khl oleh dewan pengupahan provinsi

dan/atau kabupaten/kota. survei komponen dan jenis khl dilakukan dengan

menggunakan pedoman peraturan menteri no 13 tahun 2012 tentang pedoman

survey KHL, sementara apabila di Kabupaten/Kota belum terbentuk Dewan

Pengupahan, maka survei dilakukan oleh Tim Survei yang dibentuk oleh

Bupati/Walikota, tim keanggotaannya secara tripartit dan dengan

(19)

Nilai KHL yang ditetapkan oleh dewan pengupahan kabupaten/kota atau

bupati/walikota disampaikan kepada gubernur secara berkala, penetapan upah

minimum oleh gubernur berdasarkan KHL dan dengan memperhatikan

produktivitas dan pertumbuhan ekonomi, dalam penetapan upah minimum

gubernur harus membahas secara simultan dan mempertimbangkan faktor-faktor

sebagai berikut :

1. Nilai KHL yang diperoleh dan ditetapkan dari hasil survei;

2. Produktivitas makro yang merupakan hasil perbandingan antara jumlah

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dengan jumlah tenaga kerja

pada periode yang sama;

3. Pertumbuhan ekonomi merupakan pertumbuhan nilai PDRB;

4. Kondisi pasar kerja merupakan perbandingan jumlah kesempatan kerja

dengan jumlah pencari kerja di daerah tertentu pada periode yang sama;

5. Kondisi usaha yang paling tidak mampu (marginal) yang ditunjukkan oleh

perkembangan keberadaan jumlah usaha marginal di daerah tertentu pada

periode tertentu.

6. Saran dan pertimbangan Dewan Pengupahan Provinsi dan rekomendasi

Bupati/Walikota.

Upah minimum provinsi yang ditetapkan gubernur didasarkan pada nilai

KHL kabupaten/kota terendah di provinsi yang bersangkutan dengan

mempertimbangkan produktivitas, pertumbuhan ekonomi, kondisi pasar kerja dan

usaha yang paling tidak mampu (marginal) dan yang terpenting upah minimum

yang ditetapkan oleh gubernur berlaku bagi pekerja/buruh dengan masa kerja

kurang dari 1 (satu) tahun. Pencapaian KHL dalam penetapan upah minimum

merupakan perbandingan besarnya upah minimum terhadap nilai KHL pada

periode yang sama. Penetapan upah minimum diarahkan kepada pencapaian KHL,

pencapaian KHL diwujudkan secara bertahap dalam penetapan upah minimum

(20)

Dewan Pengupahan Sebagai Alat Kelas Penguasa

Hadirnya dewan pengupahan seperti memberi angin segar kepada buruh

karena masuknya buruh dalam komposisi penentu besaran upah yang akan di

rekomendasikan ke kepala daerah, padahal dewan pengupahan ini sesungguhnya

tidak memiliki daya tawar apapun khususnya wakil dari buruh karena perpaduan

antara pengusaha dan perwakilan pemerintah bergitu kental, seperti kata marx

negara adalah alat kelas untuk menindas kelas yang lain, teori kelas muncul dalam

analisis marx tetang sistem kapitalisme dimana kelas yang memonopoli alat

produksi menciptakan negara dan segala regulasinya untuk menindas kelas yang

lain yang tidak memiliki alat produksi, menurut marx sejarah perkembangan

masyarakat adalah sejarah pertentangan kelas, maka dalam perjalanannya kelas

yang menguasai alat produksi terus memperbaharui sistem penghisapanya seperti

kebijakan UMP yang memecah perjuangan buruh tentang upah dan dewan

pengupahan yang seolah-olah menempatkan buruh dan pengusaha sebagai mitra.

Selanjutnya meskipun komposisi dari Dewan pengupahan adalah terdiri

dari tiga pihak atau yang biasa disebut tripartite yaitu perwakilan dari pemerintah,

pengusaha dan buruh tetapi tetap saja yang paling menentukan didalam penentuan

upah minimum provinsi adalah Kepala daerah Gubernur untuk tingkat propinsi,

sedangkan kedudukan dewan pengupahan hanya bersifat usulan berdasarkan hasil

survei yang syarat manipulasi. Sementara wewenang untuk menentukan upah

tetap menjadi hak Gubernur Propinsi. Kemudian penentuan upah ini juga hanya

menggunakan dasar hasil survei pasar padahal tersedia banyak metode dalam

penentuan upah seperti survei kebutuhan buruh yang belum pernah dilaksanakan.

Pengusaha dapat mempelopori kemajuan kehidupan kaum buruh.

Pengusaha sangat berkepentingan karena jika kesejahteraan buruh meningkat

upahnya layak dan iklim kerjasama dapat diciptakan maka produktivitas buruh

dapat ditingkatkan.Peningkatan ini akan memberikan kontribusi yang besar bagi

(21)

diuntungkan oleh sistem initidakberpikir demikian, karena wajah sistem ekonomi

yangselama ini terkesan mengagumkan ternyata juga menyimpan sisi lain

yangmengerikan yang kemudian tampakadalahmanusia-manusia yang saling

bersaingdanberusaha mengeksploitasi manusia lainnya untuk kemakmuran dirinya

sendiri.

2.2 Buruh

Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja untuk orang lain

karenaadanyapekerjaanyangharusdilakukandimanaadaunsurperintah,upah

danwaktu.

2.2.1 Sejarah Lahirnya Buruh dan Gerakan Buruh di Indonesia

Sejarah Lahirnya Buruh

Perburuhan ditengarai muncul pertama kali di Eropa sebagai reaksi atas

perubahan-perubahan yang dimunculkan Revolusi Industri. Penemuan mesin

(tenaga) uap di Inggris sekitar 1750, membuka peluang untuk memproduksi

barang/jasa dalam skala besar39

Revolusi Prancis (1795) menjadi simbol tuntutan dari kelompok baru

masyarakat modern yang mulai muncul: diproklamirkan keniscayaan persamaan

derajat bagi setiap warga Negara dan kebebasan berdagang (bergiat dalam lalu

lintas perdagangan). Hukum pada tataran Negara-bangsa dikodifikasikan ke dalam . Sebelum itu, secara tradisional, pekerjaan di

bidang agrikultur diselenggarakan mengikuti sistem feodalistik, pekerja atau

buruh tani mengerjakan tanah milik tuan tanah dan menghidupi diri mereka dari

hasil olahan ladang yang mereka kerjakan sendiri. Sejak abad pertengahan, di

perkotaan, kerja terlokasir di pusat-pusat kerja kecil dan diselenggarakan oleh

kelompok-kelompok pekerja dengan keahlian tertentu (gilda) yang memonopoli

dan mengatur ragam bidang-bidang pekerjaan tertentu. Sekalipun demikian, kelas

wirausaha (entrepreneur) baru yang bermunculan menuntut kebebasan dalam

rangka memperluas cakupan dan jangkauan aktivits mereka.

39

(22)

kitab undang-undang yang dilandaskan pada prinsip-prinsip baru seperti

kebebasan berkontrak dan kemutlakan hak milik atas kebendaan. Perserikatan

kerja yang dianggap merupakan peninggalan asosiasi pekerja ke dalam gilda-gilda

dihapuskan.

Napoleon menyebarkan ide baru tentang sistem demikian ke seluruh benua

Eropa. Meskipun demikian, selama kurun abad ke-19 tampaknya

kebebasan-kebebasan baru tersebut di atas hanya dapat dinikmati sekelompok kecil

masyarakat elite yang kemudian muncul. Mayoritas masyarakat pekerja/buruh

kasar tidak lagi dapat menikmati cara hidup tradisional mereka (yang dahulu

berbasis agrikultur) dan terpaksa mencari penghidupan sebagai buruh pabrik.

Kebebasan-kebebasan di atas (berkenaan dengan kebebasan berkontrak dan hak

milik absolut) secara dramatis memaksakan gaya hidup yang sama sekali berbeda

pada mayoritas masyarakat pencari kerja (usia produktif). Mereka terpaksa

menerima kondisi kerja yang ditetapkan secara sepihak oleh kelompok kecil

majikan penyedia kerja. Kemiskinan memaksa mereka, termasuk keluarga dan

anak-anak kecil, bekerja dengan waktu kerja yang sangat panjang. Kondisi kerja

yang ada juga mengancam kesehatan mereka semua. Gerakan sosialis yang

kemudian muncul, namun juga kritikan dari pemerintah, gereja dan militer,

kemudian berhasil mendorong diterimanya legislasi perburuhan yang pertama. Di

banyak Negara Eropa, buruh anak dihapuskan. Tidak berapa lama berselang

penghapusan ini diikuti oleh kebijakan-kebijakan lain berkenaan dengan jam kerja

buruh perempuan di bidang industri. Baru kemudian aturan yang sama muncul

untuk buruh laki-laki.

Sekitar tahun 1900-an, beberapa Negara Eropa memodernisasi sitem

perburuhan mereka perihal kontrak atau perjanjian kerja, yang sebelumnya

dilandaskan pada konsep-konsep dari Hukum Romawi. Satu prinsip baru

diperkenalkan, yaitu bahwa buruh atau pekerja adalah pihak yang lebih lemah dan

sebab itu memerlukan perlindungan. Buruh mulai mengorganisir diri mereka

(23)

bernegosiasi dengan majikan dalam kedudukan kurang lebih setara dan dengan

demikian juga untuk pertama kalinya diperkenalkan konsep

perjanjian/kesepakatan kerja bersama (collective agreement). Hugo Sinzheimer,

guru besar hukum dari Jerman adalah yang pertama kali mengembangkan konsep

kesepakatan kerja bersama dan mendorong legalisasinya. Konsep yang ia

kembangkan di Jerman pada era Weimar dicakupkan ke dalam

perundang-undangan dan langkah ini menginspirasi banyak Negara lain untuk mengadopsi

konsep yang sama.

Di Jerman pula diperkenalkan pertama kali konsep dewan kerja (works

council) yang juga menyebar ke banyak Negara di Eropa pada abad ke-20.

Asuransi/jaminan sosial sudah berkembang di Jerman pada akhir abad ke-19 dan

menyebar ke seluruh Eropa sejak awal abad ke-20. Pada tataran berbeda, juga

dikembangkan kesepakatan-kesepakatan internasional yang dibuat dengan tujuan

mencegah persaingan antar negara dengan dampak buruk (penurunan standard

perlindungan buruh; race to the bottom). Pada akhir Perang Dunia Pertama,

revolusi sosial di Russia dan Jerman menyadarkan banyak pemerintah bahwa

diperlukan pengembangan kebijakan sosial yang bersifat khusus. Dalam

perjanjian perdamaian (pengakhiran perang dunia pertama; the Peace Treaty of

Versailles) pada 1919 dibentuklah the International Labour Organisation (ILO).

Pendirian Organisasi Perburuhan Internasional ini dilandaskan

kepercayaan bahwa perdamaian yang lebih langgeng harus dibangun berdasarkan

keadilan sosial. Berkembangnya legislasi bidang perburuhan di banyak negara

juga terdorong oleh krisis ekonomi (malaise, 1930-an) dan pengabaian hukum

secara massif oleh pemerintahan Nazi-Jerman. Presiden Amerika Serikat,

Roosevelt, pada akhir Perang Dunia ke-2 mendeklarasikan four freedoms (empat

kebebasan) yang terkenal, dalam hal mana kebebasan ke-empat, freedom from

want (kebebasan dari kemiskinan) merujuk pada keadilan sosial. Perserikatan

Bangsa-Bangsa (PBB) dalam Deklarasi Universal tentang Hak Asasi Manusia

(24)

hak-hak sosial adalah bagian dari hak asasi manusia. Negara-negara Eropa

mengembangkan Negara kesejahteraan di mana warga-negara dilindungi oleh

pemerintah dari sejak lahir sampai mati (from the cradle to the grave).

ILO terus menambah jumlah konvensi dan mengembangkan satu

International Labour Code yang mencakup semua persoalan yang terkait dengan

perburuhan. Sekalipun demikian, selama dan pasca krisis minyak bumi di

1970-an, hukum perburuhan dan jaminan sosial tampaknya telah mencapai puncak

perkembangannya. Pada masa itu pula ditengarai adanya sisi lain dari

perkembangan sistem perburuhan : perlindungan yang terlalu ketat kiranya

menyebabkan berkurangnya daya saing industri dan kelesuan pekerja.

Pada 1990-an, kejatuhan dan kehancuran sosialis di Negara-negara Eropa

Timur mendorong gerakan liberalisasi. Dalam konteks menanggapi tuntutan

globalisasi dikembangkanlah Undang-undang Perburuhan Eropa. ILO

memperbaharui konvensi-konvensi yang ada dan menekankan pentingnya

sejumlah hak-hak buruh yang terpenting (core labour rights). Sekalipun

undang-undang perburuhan Eropa merupakan satu contoh nyata yang mencerahkan bagi

banyak Negara berkembang, ihtiar perbaikan atau pemajuan standard sosial di

Negara-negara tersebut masih berjalan sangat lambat. Sejak 1970-an, Bank Dunia

maupun PBB lebih memperhatikan pemajuan hak-hak sosial dan ILO mendorong

dan mendukung perkembangan sosial di Negara-negara berkembang.

Sejarah Gerakan Buruh Di Indonesia

Zaman Kolonial Belanda

Abad ke 19 merupakan abad paling revolusioner dan penuh sejarah di

negeri kepulauan yang dikenal Indonesia. Di awal abad itu Konsep negara

dipersiapkan oleh Herman Willem Daendels (1808-1811). Pada abad ini pula pola

sistem sosial kapitalistik terbentuk di Indonesia. lembaga keuangan seperti NHM

dan Javasche Bank didirikan dalam upaya menghancurkan hegemoni komersil

(25)

Industri perkebunan dan pabrik, dimana kaum bumiputera disiapkan jadi buruh,

ini lah pertamakalinya kemunculan buruh di Indonesia.

Sejarah gerakan buruh di Indonesia dimulai sejak zaman kolonial hindia

belanda moment pentingnya adalah 1830-1870 dimana produk hukum kolonial

belanda dikecetuskan cultuurstelsel. Sementara tahun 1870

dirancangnyaAgrarische wet. Sementara pada zaman liberalisme sampai ke

zaman Reformasi adalah periode yang sangat panjang, tiap-tiap masanya

mempunyai perbedaan walau pada esensinya buruh selalu mengalami

ketertindasan, namun hal inilah yang membuat betapa pentingnya untuk mengkaji

ulang bagaimana sejarah gerakan di Indonesia40

Pada masa ini telah ada industrial kapitalistik (hubungan modal antara

buruh dengan pengusaha) untuk memproduksi barang secara masal sejak tahun

1830

.

41

40

Edi Cahyono dan Soegiri. Gerakan Serikat Buruh. Hasta Mitra. 2003.

41

ibid, hlm 106

. Pada tahun 1842 terjadi rotasi penanaman tebu di kabupaten Batang

keresidenan Pekalongan dan menjalankan politik perluasan penanaman tebu.

Sehingga pada saat itu memerlukan tenaga kerja yang banyak. Sejumlah

masyarakat desa tersebut melakukan kerja. Tetapi tenaga kerja yang membuka

dan mengelola lahan itu tidak dibayar dengan alasan karena belum cukup

melunasi pajak natura tebu yang ada dalam kontrak kerja. Oleh karena itu planter

(penanam tebu) tidak mau melunasi dan bahkan para planter melakukan tuntutan

untuk kenaikan upah. Sementara di Yogjakarta pada tahun 1882 terjadi mogok

buruh yang berturut-turut. Pertama tahun bulan juli 1882 sasaran 4 pabrik, kedua

agustus 1882 5 pabrik dan perkebunan ketiga oktober 1882, melanda 21

perkebunan. Isi tuntutan buruh tersebut adalah kenaikan Upah, kerja yang berat,

kerja jaga tiap hari 1 hari dalam 7 hari, upah tanam yang tidak sering dibayar,

harga bambu dari petani terlalu murah serta pegawas belanda memukuli buruh.

Pada abad ke 19 cenderung tulisan-tulisan ilmiah mengangkat persoalan proses

(26)

Sementara petani hindia belanda adalah petani yang dikategorikan buruh

tani atau miskin. Konsep tentang kepemilikan tanah akan mempengaruhi

perkembangan buruh di hindia/Indonesia. Van des bosch adalah pranata pribumi.

Dalam mengelolah tanah digunakan ikatan adat. Artinya tuan-tuan tanah di

desa-desa dijadikan alat untuk melanggengkan perampasan tanah rakyat. Penghidupan

rakyat semakin sengsara akibat dari sistem tanam paksa yang diterapkan Van Des

Bosch, ia memadukan antara perkebunan dan pertanian. Tetapi perlu diingat

bahwa STP tidaklah mempunyai keinginan membangun industri nasional. Mereka

hanya membangun komoditi-komoditi yang dibawa dari luar untuk dikelola

pribumi secara paksa.

Kenyataannya jauh lebih menindas daripada hukumnya sendiri yang

mengesahkan penindasan tersebut. Tanah yang diserahkan oleh petani pada

kenyataannya tidaklah 1/5 melainkan 2/3 bahkan terkadang seluruhnya; bekerja

wajib tidak 66 hari melainkan paling minimal tiga bulan dan tanpa dibayar.

Mereka hanya diberi makan dan tempat tinggal diatas perkebunan yang

menyerupai kandang kambing, sehingga banyak yang mati karena menderita

kelaparan dan terjangkit berbagai jenis penyakit. Sementara di sektor perkebunan,

dikeluarkan apa yang disebut Poenale Sanctie, sebuah peraturan yang sangat

menindas para buruh yaitu keharusan bagi pekerja untuk tidak meninggalkan

pekerjaan sebelum habis kontrak. Mobilisasi tenaga kerja besar-besaran dengan

cara paksa ini telah melahirkan golongan baru dalam masyarakat Indonesia yaitu

klas buruh yang lahir dari pembukaan perkebunan besar dan pabrik-pabrik

manufaktur yang ada di jawa-sumatera-kalimantan-sulawesi. Dari hari ke hari klas

buruh bertambah jumlah dan kualitasnya seiring dengan semakin banyaknya

petani kehilangan tanah, kerja paksa dan rendahnya pendapatan dari hasil

pertanian. Demikian pula dengan pembangunan tranportasi modern seperti kereta

api telah melahirkan buruh kereta api.

Berdirinya bengkel mesin telah melahirkan buruh bengkel, bertambahnya

(27)

telah berlangsung sejak zaman Daendels dan Raffles. Inilah yang dinamakan

dengan proletarisasi besar-besaran untuk kepentingan kolonial Belanda. Bedanya

proletar yang tercipta, bukan dari hubungan produksi kapitalisme, tapi feodalisme

Indonesia yang dimanfaatkan oleh kolonialisme Belanda. Ini ditandai dengan

adanya penggunaan tuan tanah lokal dalam pelaksnaaan Sistem Tanam Paksa.

Setelah 1870 perkembangan industri semakin pesat. Zaman dikenal

sebagai zaman liberal ini mendorong swasta eropa untuk datang ke Indonesia.

Sebagian perdagangan swasta mengambil ahli peran yang selama ini dilakukan

Oleh NHM. Dalam hal ini investasi tidak hanya di jawa tetapi telah meluas ke

sumatera. Hal ini berbeda dengan di jawa. Dimana di jawa ada proses

mentranformasikan stuktur feodal/kerajaan ke stuktur birokrasi kolonial.

Sementara di sumatera tidak perlu. Hal ini dikarenakan di daerah deli oleh

jacobus nienhuys mendatangkan buruh dari semenanjung melayu. Tetapi pada

perkembangannya, karena buruh melayu mahal maka buruh didatangkan dari

Jawa. Serikat-serikat buruh orang-orang eropa di hindia belanda berdiri sejak abd

ke-19. Berturut-turut lahir seperti nedelandsch-indish onderwijzers genotschap

(NIOG) tahun 1897, SS bond di jawa, suikerbond (1960), Cultuurbond,

Vereeninging voor spooren tramweg personel in Ned-idie di semarang 1908.

Suikerbond tahun 1909 di surabaya, Duanebond tahun 1911, postbond tahun

1912, pandhuisbond 1913. Faktor utama berdirinya pertumbuhan organisasi buruh

adalah dimana di nederland sedang mengalami pertumbuhan gerakan buruh.

Ciri-ciri organisasi buruh pada masa itu adalah tidak diperbolehkan mendirikan

organisasi buruh di luar ijin dari kolonial belanda (pasal 111 regeling reglement).

Memasuki pada tahun 1900, kolonial belanda menerapkan sistem politik

etis di Indonesia. Politik ini seolah-olah dilahirkan sebagai balas budi terhadap

pribumi. Tetapi berdasarkan praktiknya, politik etis dibuat untuk mendukung

kegiatan-kegiatan belanda di hindia belanda. Politik etis ini mempengaruhi

(28)

baru di Indonesia, yaitu kaum intelektual. Damapaknya banyak organisasi buruh

yang dibentuk oleh bumipoetra. PBP (1911), PGB (1912),PGIB (1912), PPPB

(1914), ORB dan VIPBOUW (1916) serta PFB (1917). Sementara pada kalangan

tinghoa dibentuknya Tiong Hoa Sie Gie yang kemudian mengalami pergantian

nama menjadi Kaum Boeroeh Bond (FPB) tahun 1917.

Perhimpoenan Kaoem Tani Boeroeh (PKBT) didirikan pada tanggal 1917

di lingkungan industri gula.organisasi ini dikembangkan oleh Porojitno yang

dibentuk oleh SI dan ISDV Surabaya tahun 1916. Kemudia PKBT dipecah

menjadi PKT dan PKBO. PKBO kemudian melebur PFB yang dibentuk oleh

Soerjopranoto. Pada tahapan berikutnya, VSTP (14 Nov 1908) di semarang oleh

63 ribu buruh imfor dari eropa yang bekerja pad 3 jalur kereta api. Sedangkan

terobosan baru serikat buruh dipelopori agar bersatu pada sebuah Organisasi.

Pada tahun 1919 Persatoean Pergerakan Kaoem Boereo (PPKB) digagas

oleh Sosrokardono yang kemudian Semaoen terpilih menjadi ketua dan

Soejopranto sebagai wakil ketua. Jelaslah bahwa lahirnya PPKB di tengah-tengah

masyarkat, bagi gerakan buruh bangsa Indonesia Umumnya, berarti setingkat

kemajuan dalam usaha pedoman-pedoman yang terpimpin. PPKB ini merupakan

induk pertama dari Orgnisasi buruh di Indonesia. Maksud dan tujuan dari

didirikannya PPKB jelas dalam anggaran dasarnya pasal 2 yang berbunyi : Ia

bermaksud mengajak dan mengadakan persatuan antara sederajat kaum buruh

supaya dapat suatu kekuasaan. Kekuasaan itu akan dipergunakan umumnya buat

memperhatian keperluannya kaum buruh dalam pekaranya lahir dan batin, yang

pertama keperluannya yang sudah bersatu dalam PPKB. Dalam rencana

perjuangan yang disusun, menggambarkan sesuatu yang diinginkan buruh untuk

menjamin kesejahteraan. Sementara program yang lain seperti jam kerja 8 jam

untuk siang, malam 6 jam untuk malam serta selama 14 hari libur setahu dengan

mendapat bayaran. Disamping dari itu kecuali ketentuan-ketentuan jaminan sosial

(29)

terpenting adalah dalam politik. Dalam Pasal (a) gerakan Umum PPKB antar lain

meliputi (Sandra, 2007, hlm 16)42

1. Majelis rakyat yang anggota dipilih oleh rakyat :

2. Kemerdekaan dalam dalam bersura dan mengutarakan pendapat.

3. Dikuasainya bank-bank, transportasi, pabrik oleh negara.

Pergeseran pandangan politik antara SI dengan ISDV sudah mulai

menunjukkan pertentangan. Pokok persoalannya adalah selisih yang terletak pada

paham politik dimana SI beraliran keislaman sementara ISDV beraliran Komunis.

Di dalam kongres SI yang ke V dan VI mengambil keputusan bahwasannya

membersihkan aliran politik di luar islam dari keanggotaan SI, disebit partij

discipline. Perselisihan-perselisihan di tubuh pimpinan PPKB mempengaruhi

perkembangan organisasi.perbedaan pandangan politik akan melahirkan 2 aliran

yang saling berkotradiksi. Saat kongres I di Semarang telah terjadi bibit

perpecahaan di tubuh PPKB, tinggal menunggu saatnya. Pertentangan yang

semakin mendalam puncaknyaketika di Yokjakarta Juni 1921 koferensi dari

segala organisasi-organisasi yang berkesudahan pecahnya PPKB.

Dengan terjadinya perpecahan di Internal PPKB, maka pihak yang

mengundurkan diri menyusun suatu kesatuan diantara mereka yang disebut

Revolutation Vakcentral43

Masa revolusi 1945 sampai ke “demokrasi terpimpin” pergerakan buruh

banyak perkembangannya, dimana organisasi buruh banyak berafiliasi dengan

partai, Partai Buruh Indonesia (PBI) yang kemudian melakukan fusi dengan partai

rakyat sosialisnya Sutan Sjahrir dan berubah menjadi Partai Sosialis. Melihat . Sebagai ketuannya Semaoen, pengurus dari VSTP.

VSTP menjadi keanggotaan yang paling banyak. Sementara anggota yang lain

terdiri dari perserikatakan-perserikatan kecil di Semarang.

42

Sandra. Sejarah Pergerakan Buruh Indonesia.TURC. 2007

43

(30)

situasi demikian, Moeso beranggapan bahwa kedudukan PKI sebagai partai klas

buruh dapelopor revolusi telah mengecil. Ada tiga Partai Klas Buruh yaitu PKI

oleh Joesoef, PBI dan Partai Sosialis, yang mengakui Marxisme-Leninisme dan

tergabung dalam Front Demokrasi Rakjat (FDR) dibentuk 28 juni 194844

44

Edi Cahyono dan Soegiri, 2003 Op cit hlm 134

. Serikat

Buruh dianggap sebagai sekolah untuk komunisme. Seiring dengan perkembangan

dinamika organisasi buruh yang tidak terlepas dari dinamika kepartaian aliran kiri,

sehingga jalan yang dipilih adalah mengadakan hanya 1 kepartaian yang legal dari

klas buruh. PKI yang didirikan oleh Moeso digantikan dengan PKI baru. Itu

dibangun oleh Moeso, Pamudji, Sukajat, Abdul Azis, Abdul Rachim, Amir

Sjarifuddiin dkk.

FDR/PKI melakukan Proklamasi madiun pada 18 september 1948 yang

berakibat pembataian terhadap organisasi ini oleh pemerintahan RI. Pun demikian

angota-anggota yang selamat dari pembantian di awal 1950 menjalankan lagi

tugasnya kembali PKI di bawah pimpinan D.N aidit. Pada tanggal 15 september

1945, Barisan Buruh Indonesia (BBI) di dirikan di jakarta. Dalam pidato

pendiriannya mengatakan bahwa perlunya persatuan barisan kaum buruh supaya

nantinya mempermudah pekerjaan-pekerjaan serikat buruh dan Partai buruh. BBI

kongres di Solo pada tanggal 7 november 1945. Resolusi kongres adalah

peleburan BBI ke Partai Buruh Indonesia (PBI) dengan kedudukan di Surabaya.

Tetapi berdasarkan rapat selanjutnya BBI dihidupkan. Melihat perkembangan

organisasi buruh dan partai buruh semakin pesat, tentara Inggris dan Belanda

membentuk Buruh Indonesia sebagai tandingan Buruh progesif yang berflat

kuning. Pada tahun 1946 BBI diganti dengan Gabungan Serikat Buruh Indonesia

(GASBI). Sebagaian dari PBI memisahkan diri dan mendirikan Partai Buruh

Merdeka (PBM). Sewaktu ketika PBI bergabung dengan PKI. Kemudian PBM

(31)

Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia (SOBSI) dibentuk pada

tanggal 29 november 1946 merupakan gabungan dari organisasi buruh GASBI

dan GSBV. Dalam perkembangannya, SOBSI Organisasi Buruh yang Paling

besar yang beranggotakan 2,5 juta (1950-an). Pasca dari perjanjian linggar jati

SOBSI mengalami perpecahan. Sehingga membentuk Gabungan Serikat Buruh

revolusioner Indonesia (GASBRI). Organisasi keislaman juga ikut serta di dalam

pembentukan Organisasi Buruh yaitu Serikat Buruh Islam Indonesia (SBII) yang

dibentuk oleh masjumi. Prinsip perjuangannya bahwa perjuangan buruh berbeda

dengan perjuangan politik. Organisasi ini menegakkan Agar buruh dan Majikan

berkompromi walau kehidupan buruh masih sekarat. Pada intinya Serikat ini

Menginginkan kontrol dan menghancurkan Serikat yang berpolitik.

Kebijakan Perburuhan Di Zaman Kolonial Belanda

Dari bernagai macam literatur yang ada dijelaskan bahwa sistem

perburuhan Indonesia dimulai dengan zaman perbudakan, rodi dan poenale sactie.

Pada zaman perbudakan orang yang melakukan pekerjaan pada orang lain, yaitu

budak tidak memiliki hak apapun. Para budak hanya mempunyai kewajiban untuk

melakukan segala pekerjaan dan melakukan segala perintah tanpa sekalipun boleh

menentangnya, sedangkan sang majikan sebagai pihak yang berkuasa betul-betul

mempunyai hak penuh, bukan saja terhadap perekonomiannya namun juga

terhadap hidup matinya para budak itu sendiri45

1. Pasal 114 berisi larangan jual beli budak dari luar Indonesia (Hindia

Belanda)

. Melihat kondisi tersebut diatas

terdapat suatu usaha penghapusan perbudakan yang dilakukan oleh Raffles. Usaha

ini membuahhkan lahirnya S.1817 Nomor : 42 yang bersisi larangan untuk

memasukan budak-budak ke pulau jawa. Kemudian Tahun 1818 ditetapkan pula

undang-Undang Dasar Hindia Belanda yaitu RR (Regeling Reglement) 1818 yang

beberapa pasalnya menyatakan sebagai berikut :

45

(32)

2. Pasal 115 berisi perintah untuk mengadakan peraturan-peraturan mengenai

perlakukan terhadap keluarga budak.

Pelaksanaan peraturan tersebut diatas diatur dalam beberapa peraturan

pelaksana, salah satunya adalah S.1825 Nomor 44. Selanjutanya pengaturan

tersebut diubah yaitu pada Tahun 1836 dengan dikeluarkannya RR 1836

selanjutnya RR 1854 yang didalam pasal 115-117 tegas-tegas menghendaki agar

perbudakan segera dihapuskan paling lambat 1 januari 186046

Zaman rodi (kerja paksa) sendiri mulai terjadi bersamaan dengan zaman

perbudakan, dan resminya berakhir untuk jawa dan Madura tangaal 1 Februari

1938

.

Selain dari budak pada zaman ini dikenal juga peluruhan dan perhambaan.

Peluruhan adalah ketidakbebasan sesorang karena terikatnya pada suatu kebun

tertentu. Orang-orang ini bersama dengan orang-orang cina dan para budak

diharuskan menanam pala yang harus dijual kepada VOC, dengan harga yang

telah ditentukan. Sedangkan perhambaan adaalah bekerjanya sesorang pada orang

lain (tanpa upah) karena orang lain itu pernah meminjam uang kepada orang lain

tersebut dan tidak mampu membayarnya maka ia bekerja kepada orang tersebut

sebagai usaha mengansur pengembalian utangnya.

Pada tahun 1616 VOC melakukan pelarangan mengenai perhambaan ini,

pada tahun 1808 Daendels mempartegas, larangan ini berlanjut dengan adanya RR

1818, samapi akhirnya pada tahun 1822 lahir Staatsblaad Nomor 10. Yang

kemudian staatsblaad ini diperteguh pada tahun 1854 di daerah jawa dan Madura

dengan adanya pasal 118 RR 1854 yang kemudian menjadi pasal 172 Indische

Staatsregeling 1926.

47

46

Ibid., hal 13

47

Imana Soepomo, Hukum Perburuhan Bidang Kesehatan Kerja Perlindungan Buruh, Cet.V, Jakarta : Pradya Paramita, 1983., hal.15

. Kerja rodi ini dimasudkan untuk kepentingan penguasa dimana penguasa

(33)

dijalankan di bidang perkebunan, bangunan-bangunan untuk kepentingan

penguasa, pembuatan pabrik-pabrik, pengangkutan benda-benda berat untuk

kepentingaan militer dan lain-lain.

Pada zaman penjajahan ini terdapat juga Poenale Sanctie. Yaitu suatu

peraturan perburuhan yang didalamnya mengatur adanya ancaman pidana. Ponale

Sanctie ini diatur dalam Algemene Politie Strafreglement 1872 Nomor 111, yang

menentukan : seorang tiada alasan yang dapat diterima meninggalkan atau

menolak melaksanakan pekerjaannya dapat dipidana dengan denda antara 16

sampai 25 rupiah atau denda rodi 7-12 hari. Peraturan ini lahir untuk menjaga

kepentingan pengusaaha dimana ketika itu perusahaan-perusahaan perkebunan

mengalami kesulitan mendapatkan buruh karena adanya rodi, kemudian atas izin

penguasa pada saat itu pegusaha dapat melakukan perjanjian kerja dengan

penguasa sebagai contoh dengan kepala desa. Akan tetapi perjanjian ini malahan

berkembang dan dijadikan alat penguasa untuk melakukan pemerasaan,

pemaksaan dan perbuatan-perbuatan lain yang tidak layak bagi kemanusiaan

sampai akhirnya menyebabkan banyaknya buruh-buruh yang melariikan diri dari

tempat kerjanya untuk itulah Poenale Sanctie lahir.

Zaman Kolonial Jepang

Segera setelah kedatangan mereka di Indonesia, para pembesar militer

jepang membubarkan semua jenis organisasi rakyat Indonesia, hanya

organisasi-oraganisasi untuk mendukung usaha perang jepang yang diperkenankan dan

didorong48

Banyak pemimpin serikat buruh yang yakin bahwa pada akhirnya sekutu

akan memenangkan perang tentara jepang akan meninggalkan negeri ini dan . Partai-partai politik dan serikat-serikat buruh sepenuhnya

bertentangan dengan kebijakan jepang,demikianlah selama seluruh periode jepang

gerakan serikat buruh di tindas.

48

(34)

Indonesia akan merdeka, mulai menyusun rencana untuk masa depan. Banyak dari

mereka bergabung pada gerakan di bawah tanah yang dipimpin oleh kaum

sosialis, komunis dan sekelompok nasionalis. Orang-orang indonesia ini menolak

bekerjasama dengan jepang. Sebaliknya mereka terlibat dalam suatu kampanye

propaganda ilegal, memberitahukan kepada rakyat bahwa usaha perang jepang

adalah sesuatu yang tiada berpengharapan dan bahwa demokrasi pasti menang

dalam jangka panjang. Tokoh serikat buruh lainnya berpartisipasi dengan kaum

nasionalis di dalam persiapan-persiapan untuk pendirian suatu Indonesia merdeka

menurut pola jepang, tetapi yang disusun oleh Dr soekarno dan Dr moh hatta

dengan cara mereka sendiri.

Zaman Orde Lama

Semangat kemerdekaan untuk melakukan perlindungan kepada rakyat

khususnya kepada buruh tertuang dalam Undang-Undang dasar 1945 pasal 27

ayat (2) “Tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang

layak bagi kemanusiaan” selanjutnya juga tertuang dalam Pasal 28 “Kemerdekaan

berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan maupun tulisan dan

sebagainya ditetapkan dengan Undang-Undang”.

Semangat mempertahankan kemerdekaan juga dikongkritkan oleh

pemerintah dengan memperhatikan nasib para buruh yaitu dengan

dikeluaarkannya Undang-undang Kerja No.12 Tahun 1948 yang diperkuat dengan

Undang-Undnang No.1 Tahun 1951 dinyatakan berlaku untuk seluruh Indonesia,

Undang-Undang No.23 Tahun 1948 tentang Pengawasan Perburuhan yang juga

diperkuat dengan Undang-Undang No.21 Tahun 1954 tentang Perjanjian

Perburuhan antara serikat buruh dengan pengusaha, Undang-Undang No.12 tahun

1954 tentang Pemutusan Hubungan Kerja di Perusahaan Swasta, Undang-Undang

No.14 Ttahun 1969 mengenai ketentuan pokok tenaga kerja, undang-Undang

No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan kerja. Selanjutanya semangat untuk

(35)

peraturan-peraturan pelaksana undang-undang tersebut, diantaranya adalah Peraturan

Pemerintah No.7 Tahun 1948 untuk Undang-Undang Kerja Tahun 1948,

Peraturan Pemerintah Noo.13 Tahun 1950 tentang Waktu Kerja dan Istirahat,

Peraturan Pemerintah No.21 Tahun 1954 tentang Istirahat Tahunan bagi Buruh,

Peraturan Pemerintah no.41 Tahun 1953 tentan kewajiaban melaporkan

perusahaan dan Peraturan Pemerintah No.2 Tahun 1988 untuk Undang-undang

Kecelakaan No.33 Tahun 1947, Peraturan Menteri Tenaga Kerja tentang

pertanggungan sakit, hamil, bersalin dan menginggal dunia, serta Peraturan

Pemerintah No.33 Tahun 1977 tentang Asuransi Sosial tenaga Kerja.

Usaha-usaha melakukan perlidungan terhadap buruh ini tidak terhenti

sampai disitu, pemerintah selanjutnya meratifikasi hasil-hasil konferensi ILO,

antara lain konvensi No.98 Tahun 1949 mengenai dasar-dasar hak untuk

berorganisasi dan untuk berunding bersama (Lembaran Negara RI No.42 Tahun

1956). Konvensi No.100 Tahun 1951 tentang pengubahan yang sama bagi buruh

laki-laki dan wanita untuk pekerjaan yang sama (Lembaran Negara RI No.171

Tahun 1957) Konvensi No.106 Tahun 1957 tentang istirahat, mingguan dalam

perdagangan dan kantor-kantor (Lembaran Negara RI No.14 Tahun 1961).

Konvensi No.1120 Tahun 1964 tentang hygine dalam perniagaan dan

kantor-kantor (Lembaran Negara RI No.14 Tahun 1961)49

Substansi semua undang-undang ini lahir dikarenakan pada saat itu posisi

gerakan buruh cukup dominan secara politis. Selama Orde Lama, banyak

pemimpin serikat buruh duduk di parlemen. Bahkan hingga tahun 1956 terdapat

Fraksi Buruh khusus di Parlemen yang anggotanya terdiri dari para pemimpin

SOBSI. Tercatat Fraksi di DPRS (menurut catatan tahun 1954): Masjumi 43

orang; PNI 42 orang; PIR-Hazairin 19 orang 22 orang; PIR-Wongso 3 orang ; PKI

17 orang; PSI 15 orang; PRN 13 orang; Persatuan Progresif 10 orang; Demokrat 9

orang; Partai Katolik 9 orang; NU 8 orang; Parindra 7 orang; Partai Buruh 6 .

49

(36)

orang; Parkindo 5 orang; Partai Murba 4 orang; PSII 4 orang; SKI 4 orang;

SOBSI 2 orang; BTI 1 orang; GPI 1 orang; Perti 1 orang; Tidak berpartai 11

orang, total 235 orang50

Pasca tahun 1965, dimana rezim pemerintahan dimpimpin oleh Soeharto

sistem perburuhan mengalami kemunduran. Kemunduran-kemunduran ini

disebabkan oleh posisi buruh yang terus melemah dan lebih rendah daripada yang

pernah terjadi dalam sejarah sebelumnya. Pada saat itu keterlibatan buruh dalam

lembaga parlemen dihapuskan salah satunya dengan cara membekukan sementara

62 orang anggota DPR-GR eks PKI dan ormas-ormasnya pada tahun 1965-1966

sampai dengan pada tahun 1977 rezim pemerintahan Soeharto membatasi partai .

Dengan komposisi tersebut diatas kepentingan kelas pekerja dapat

tersampaikan dan di akomodir lewat kelahiran-kelahiran produk kebijakan yang

pro buruh akan tetapi, model akomodasi seperti ini tidak sempat menunjukkan

hasil maksimalnya karena secara politis Orde Lama telah ditumbangkan oleh

rejim Soeharto dan karena tak tersedianya birokrasi pendukung yang memadai.

Dan aspek lain yang dapat menjelaskan kegagalan model akomodasi pada zaman

ini adalah karena masalah perburuhan (hubungan industrial) sangat dipolitisasi,

dipandang pertama-tama sebagai soal memenangkan kekuasaan di Parlemen.

Dengan pandangan seperti itu, target serikat buruh waktu itu juga bersifat politis

dalam arti berkolaborasi dengan partai politik dan menguasai proses pembuatan

perundang-undangan di parlemen. Ini terbukti dengan keberhasilan buruh

membentuk Fraksi Buruh di Parlemen. Kelemahan utama asumsi seperti ini

adalah kenyakinan bahwa undang-undang akan menyelesaian hubungan buruh

dan majikan yang pada dasarnya atau terutama berkarakter ekonomis.

Zaman Orde Baru

50

(37)

yang dapat mengikuti pemilu hanyalah Partai Golongan Karya (Golkar), Parta

Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai demokrasi Indonesia (PDI)51

Orde baru dibawah kepemimpinan Soeharto ini berorientasi menggerakan

kembali roda ekonomi yang bertumpu pada pasar, sehingga lebih melindungi para

investor ketimbang buruh. Rezim pemerintahan Soeharto menerapkan strategi

modernisasi sifensif (defensive modernisatiton) dimana penguasa berusaha

mengatur segalanya dan mengontrol oeganisasi buruh untuk mengejar

pertumbuhan ekonnomi52

1. Undang-Undang No.3 Tahun 1969 menyatakan berlakunya konvensi ILO

No.120 tentang Hygine dalam perniagaan dan kantor-kantor

. Agenda utama rejim Orde Baru adalah mencegah

kebangkitan kembali gerakan berbasis massa seperti gerakan buruh yang terlihat

selama Orde Lama/ pada saat kemerdekaan dan pasca kemerdekan 1945. Motif

utama Orde Baru sejak awal adalah melakukann kontrol terhadap semua jenis

organisasi yang berbasis massa, entah partai politik maupun serikat buruh, kontrol

politik penguasa terhadap buruh terutama dimaksudkan untuk menghapuskan

pengaruh aliran kiri dari gerakan buruh dan arena politik secara luas.

Ciri utama akomodasi buruh-majikan-negara selama Orde Baru adalah

kontrol negara yang sangat kuat atas organisasi buruh dan pengingkaran

terus-menerus kelas buruh sebagai kekuatan sosial. Dengan orientasi pemerintahan

rezim Soeharto tersebut diatas maka produk-produk hukum yang dilahirkan

adalah sebagai berikut :

2. UU No.5 Tahun 1969 yang menentapkan Peraturan Presiden No.7 Tahun

1963 tentang Pencegahan pemogokan dan atau Penutupan Perusahaan

(Lock Out) di perusahaan-perusahaan jawatan-jawatan dan badan-badan

yang vital

3. Undang-Undang No.14 Tahun 1969 Tentang Tenaga Kerja

51

http://www.parlemen.net/site/ldetails.php?docid=dpr

52

(38)

4. Undang-Undang No.1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja

5. Undang-Undang No.8 Tahun 1974 mengenai Pokok-Pokok Kepegawaian

6. Undang-Undangf No.7 Tahun 1981 tentang Wajib Lapor Ketengakerjaan

7. Undang-Undang No.5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara

8. Undang-Undang No.11 Tahun 1992 mengenai Dana Pensiun

9. Undang-Udang No. 3 Tahun 1993 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja

10.Undang-Undang No.25 Tahun 1997 Tentang Ketenagakerjaan

11.Undang-Undang No.11 Tahun 1998 mengenai Perubahan berlakukanya

Undang-Undang No.25 Tahun 1997

12.Dalam UU No.51 Tahun 1969 tersebut diatas diatur mengenai larangan

mogok atau penutupan perusahaan jawatan, pengaturan ini disertai suatu

sangsi yang cukup berat yaitu denda kurungan selama-lamanya satu tahun,

serta setinggi-tinginya denda lima puluh juta rupiah.

Selain dari peraturan perundang-udangan tersebut diatas masih terdapat 13

Surat Keputusan Menteri yang isinya campur tangan dalam rangka

menghegemoni buruh, membatasi, melarang, dan menekan buruh, diantaranya

adalah Kepmen No.645/Men/1985 tentang Pelaksaan Hubungan Industrial

Pancasila. HIP yang berasal dari Hubungan Perburuhan Pancasila (HPP)

hakekatnya adalah melemahkan gerakan buruh maupun serikat buruh. Dengan

menentang konflik dimana dalam praktek juga menolak hak untuk melakukan aksi

mogok karena dianggap tidak selaras dengan prinsip kekeluargaan yang

melandasi Pancasila. Sedangkan ketentuan lainnya yaitu Kepmen 4/Men/1986

secara tegas menekan dan membatasi hak mogok dan kebebasan membentuk

seikat buruh, Kepmen 342/Men/1986 melegalkan campur tangan aparat keamanan

dalam menangani perselisihan perburuhan (Korem, Kodim, Kores).

Memang secara sekilas terdapat beberapa peraturan yang dilahirkan dalam

rangka perlindungan terhadap buruh, akan tetapi apabila kita telaah lebih dalam

berbagai peraturan tersebut justru mengurangi hak-hak buruh. Salah satu bukti

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini didapat faktor utama kekuatan PT Perkebunan Tambi yaitu terdapat pemotivasian kepada karyawan secara teratur, dengan nilai skor 0,269, faktor

Sesuai penjelasan tersebut, penulis mengamati pelaksanaan yang dilakukan oleh guru dalam mengajarkan materi menentukan pokok-pokok berita, menarik kesimpulan isi

Lampiran 5 Total Aset

Tanggal 27 September 1938, disepakatilah Tractaat van Vrindchaap (perjanjian perdamaian dan persahabatan) antara Kesultanan Indragiri dengan pemerintah

Subjek mengecek jumlah jawaban yang ditulis serta menghitung kembali hasil yang telah dituliskan dari awal sampai akhir.. Pada tabel 2 terdapat tiga bagian kemampuan

Memahami dan peka perannya dalam pengembangan dan pemeliharaan lingkungan, bagaimana pengaruh lingkungan bagi diri dan masyarakat serta bagaimana bila manusia

Hasil potongan protein pilli dilakukan uji hemaglutinasi dengan menggunakan sel darah merah manusia golongan A, B, AB dan O serta sel darah merah domba (1%).. Hasil

Setelah mendapatkan ijin untuk melaksanakan kegiatan pengabdian, pengabdi kemudian melakukan pertemuan dengan pelatih ekstra kurikuler yoga di SMKN 2 Singaraa dan