• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Penyiangan Bahan Perpustakaan pada Perpustakaan Universitas Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Penyiangan Bahan Perpustakaan pada Perpustakaan Universitas Sumatera Utara"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Perpustakaan

Pengertian perpustakaan menurut Sulistyo-Basuki (1991, 3) adalah : “sebuah ruangan, bagian sebuah gedung ataupun gedung itu sendiri yang digunakan untuk menyimpan buku-buku dan terbitan lainnya yang biasanya disimpan menurut tata susunan tertentu untuk digunakan pembaca, dan bukan untuk dijual untuk mencari untung”.

Perpustakaan merupakan sistem pengelolaan rekaman gagasan, pemikiran,pengalaman, dan pengetahuan manusia, memiliki fungsiutama untuk melestarikan hasil budaya manusia dalam bentuk karya cetak maupun bentuk rekam lainnya, serta untuk menyampaikan gagasan, pemikiran, pengalaman, dan pengetahuan manusia kepada generasi-generasi selanjutnya.

(2)

2.1.1 Perpustakaan Perguruan Tinggi

Perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang berada di lingkungan perguruan tinggi (akademi, sekolah tinggi, perguruan tinggi, institut, atau politeknik) di mana para pemustakanya adalah mahasiswa, dosen, dan karyawan suatu perguruan tinggi.

Sebagai kesatuan dari sebuah perguruan tinggi selaku lembaga induk yang menaungi, maka perpustakaan didirikan untuk menunjang pencapaian visi, misi, dan tujuan perguruan tinggi yang bersangkutan dalam melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi.

Menurut Yulianti (2014) dalam artikel Tri Dharma Perguruan Tinggi, yang dimaksud dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi adalah :

1. Pendidikan dan Pengajaran. Pendidikan dan pengajaran memiliki peranan yang sangat penting dalam suatu proses pembelajaran. Undang –undang tentang pendidikan tinggi menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

2. Penelitian dan Pengembangan Dari penelitian dan pengembangan maka mahasiswa mampu mengembangkan ilmu dan teknologi .pada penelitian dan pengembangan mahasiswa harus lebih cerdas, kritis dan kreatif dalam mejalankan perannya sebagai agent of change. Mahasiswa harus mampu memanfaatkan penelitian dan pengembangan ini dalam suatu proses pembelajaran untuk memporoleh suatu perubahan–perubahan yang akan membawa Indonesia kearah yang lebih maju dan terdepan.

(3)

Berdasarkan uraian di atas, Yulianti (2014) juga menyebutkan tujuan pengadaan perpustakaan perguruan tinggi dalam mendukung program Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu:

a) Dharma pertama yaitu pendidikan dan pengajaran dilaksanakan dengan cara mengumpulkan, mengolah, menyimpan, menyajikan, dan menyebarluaskan informasi bagi mahasiswa dan dosen sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

b) Dharma kedua yaitu penelitian dilakukan melalui kegiatan mengumpulkan, mengolah, menyimpan, menyajikan, dan menyebarluaskan informasi bagi para Peneliti.

c) Dharma ketiga yaitu pengabdian kepada masyarakat. Diselenggarakan melalui kegiatan mengumpulkan, mengolah, menyimpan, dan menyebarluaskan informasi masyarakat.

2.1.2 Fungsi Perpustakaan Perguruan Tinggi

Perpustakaan perguruan tinggi mempunyai peran yang cukup strategis dalam mendukung program perguruan tinggi. Keberadaan perpustakaan di lingkungan perguruan tinggi adalah untuk menunjang kegiatan perkuliahan. Dalam hal ini dikatakan bahwa perpustakaan perguruan tinggi merupakan jantung perguruan tinggi. Artinya, dengan keberadaan perpustakaan memungkinkan sivitas akademika memperoleh kesempatan untuk memperluas dan memperdalam ilmu pengetahuan dengan membaca bahan perpustakaan yang sesuai dengan bidangnya masing-masing. Tanpa perpustakaan, maka proses pelaksanaan pembelajaran kurang optimal.

Dalam Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi (2004,3) dijelaskan bahwa fungsi perpustakaan adalah sebagai berikut :

(4)

studi, bahan perpustakaan tentang strategi belajar mengajar dan materi pendukung pelaksanaan evaluasi pembelajaran.

2. Fungsi Informasi Perpustakaan merupakan sumber informasi yang mudah diakses oleh pencari dan pemustaka informasi.

3. Fungsi Riset Perpustakaan mempersembahkan bahan-bahan primer dan sekunder yang paling mutakhir sebagai bahan untuk melakukan penelitian dan pengkajian ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Bahan perpustakaan pendukung penelitian di perpustakaan perguruan tinggi adalah menghasilkan karya-karya penelitian yang dapat diaplikasikan untuk kepentingan pembangunan masyarakat dalam berbagai bidang.

4. Fungsi Rekreasi, Perpustakaan harus menyediakan bahan perpustakaan rekreatif yang bermakna untuk membangun dan mengembangkan kreativitas, minat dan daya inovasi pemustaka perpustakaan.

5. Fungsi Publikasi Perpustakaan selayaknya juga membantu melakukan publikasi karya yang dihasilkan oleh warga perguruan tingginya yakni sivitas akademika dan staf non-akademik.

6. Fungsi Deposit Perpustakaan menjadi pusat deposit untuk seluruh karya dan pengetahuan yang dihasilkan oleh warga perguruan tingginya.

7. Fungsi Interpretasi Perpustakaan sudah seharusnya melakukan kajian dan memberikan nilai tambah terhadap sumber-sumber informasi yang dimilikinya untuk membantu pemustaka dalam melakukan dharmanya.

Sementara tugas perpustakaan perguruan tinggi dapat dirinci sebagai berikut:

a) Mengikuti perkembangan kurikulum serta perkuliahan dan menyediakan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk pengajaran.

b) Menyediakan bahan perpustakaan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas-tugas dalam rangka studinya.

d) Mengikuti perkembangan mengenai program-program penelitian yang diselenggarakan di lingkungan perguruan tinggi induknya dan berusaha menyediakan literatur ilmiah dan bahan lain yang diperlukan bagi para peneliti.

e) Memutakhirkan bahan perpustakaan dengan mengikuti terbitan-terbitan yang baru baik berupa tercetak maupun non cetak.

(5)

2.1.3 Bahan Perpustakaan

Mengingat perpustakaan sebagai jantung perguruan tinggi, maka untuk mengoptimalkan kegiatan pembelajaran, perpustakaan perguruan tinggi harus menyediakan bahan perpustakaan yang sesuai dengan kebutuhan pemustaka. Perpustakaan yang baik adalah perpustakaan yang bahan pustakanya relevan dengan pemustaka yang dilayani.

Pelayanan sebuah perpustakaan akan dianggap stabil bila suatu perpustakaan memiliki kelengkapan bahan perpustakaan. Bahan perpustakaan merupakan unsur terpenting pada sebuah perpustakaan, karena bahan perpustakaan yang yang dimiliki oleh perpustakaan hanya untuk dimanfaatkan oleh pemustaka jasa perpustakaan.

Dalam UU No. 43 Tahun 2007 pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa: “koleksi perpustakaan adalah bentuk karya tulis, karya cetak, dan/ atau karya rekam dalam berbagai media yang mempunyai nilai pendidikan, yang dihimpun, diolah, dan dilayankan”.

Sutarno (2006) dalam Widodo menyebutkan bahwa, “koleksi perpustakaan merupakan citra perpustakaan, koleksi sebagai daya tarik dari perhatian pemustaka, bahan perpustakaan juga meningkatkan performa kerja”.

(6)

Menurut Soeatminah (1992), disebutkan bahwa :

sebuah perpustakaan harus memiliki apa yang dinamakan bahan perpustakaan, sehingga tidak hanya satu macam, melainkan bermacam-macam jenisnya yang antara lain bahan perpustakaanumum dan bahan perpustakaan khusus.

Dalam buku Pengantar Ilmu Perpustakaan Sulistyo-Basuki (1991, 15) berpendapatbahwa :

Perpustakaan pada umumnya menerima bahan pustaka dari pemerintah berupa buku-buku, tetapi ada juga perpustakaan yang melengkapi koleksi dengan cara mencari sumbangan buku-buku kepada penerbit-penerbit dan toko-toko buku menerima sumbangan dari organisasi-organisasi, tukar menukar dengan perpustakaan lain dengan tujuan memperbanyak judul buku dengn jalan mengurangi jumlah eksemplar buku.

Ada empat jenis bahan pustaka yang tercakup dalam koleksi perpustakaan yangwajib dimiliki oleh setiap perpustakaan. Jika tidak dimiliki secara utuh, terkesan tidak ideal sebagai sebuah perpustakaan. Empat hal tersebutyaitu:

a) Karya cetak, b) Karya non cetak, c) Bentuk mikro, dan

d) Karya dalam bentukelektronik.

Sebagaimana dituliskan Elnanda (2015, 25) bahwa perpustakaan memiliki dua jenis koleksi, yakni :

a. Koleksi buku atau bahan tercetak/ tertulis

Bahan pustaka yang berupa buku menggunakan kertas sebagai media untuk mencetak tulisan yang mengandung informasi. Data jumlah buku perpustakaan berdasarkan jurusan/ spesifikasi dan golongan yang tersedia dari golongan umum, golongan khusus, hasil penelitian maupun laporan pengamatan, bahkan terdapat koleksi majalah atau surat kabar yang isinya relevan dengan misi dan visi perpustakaan. b. Koleksi non cetak (non printed material)

(7)

pemakai. Bahan perpustakaan perlu diatur dan ditata secara sistematis, sehingga mudah digunakan, dicari dan ditemukan kembali pada saat dibutuhkan.

Pada umumnya bahan perpustakaan perguruan tinggi terdiri dari:

a) Buku teks yang diperlukan mahasiswa maupun dosen, baik yang diwajibkan

untuk mata kuliah tertentu maupun yang dianjurkan.

b) Buku untuk pengembangan ilmu yang melengkapi dan memperkaya

pengetahuan terutama bidang ilmu yang diajarkan pada perguruan tinggi. c) Majalah/ jurnal ilmiah dan populer terbitan perguruan tinggi baik terbitan

sendiri, terbitan perguruan tinggi lain, maupun lembaga peneliti lainnya.

d) Penerbitan pemerintah, terutama produk hukum yang berkaitan dengan perguruan tinggi.

e) Laporan-laporan, baik laporan penelitian ataupun laporan lainnya terutama dari lembaganya sendiri.

Dalam laporan penelitian berupa skripsi, banyaknya mahasiswa yang akan menyerahkan skripsi tercetak menyebabkan ketidakmampuan Perpustakaan USU untuk menampung. Sehingga perpustakaan hanya menerima skripsi dalam bentuk elektronik sebagai salah satu syarat mahasiswa bebas pustaka, yang kemudian dilayankan dengan cara diunggah ke e-repository USU.

2.1.3.1 Bahan PerpustakaanTercetak

Bahan perpustakaan bahan cetak berasal dari karya cipta atau hasil pikiran manusia yang dituangkan dalam bentuk cetak.

(8)

1. Buku

Bahan pustaka yang merupakan satu kesatuan yang utuh dan yang paling umum terdapat dalam koleksi perpustakaan.Berdasarkan standar dari UNESCO tebal buku paling sedikit 49 halaman.

2. Terbitan berseri

Terbitan berseri merupakan bahan pustaka yang diterbitkan secara terus menerus dalam jangka waktu tertentu. Koleksi bahan pustaka berseri meliputi surat kabar, majalah, jurnal, dan laporan yang diterbitkan dalam jangka waktu tertentu, seperti laporan tahunan dan triwulan.

Pendapat lain mengenai penggolongan bahan tercetak menurut Elnanda (2015, 26) antara lain :

a. Koleksi buku

Koleksi buku pada perpustakaan ditentukan berdasar pertimbangan mengenai materi yang disajikan dalam buku mengenai suatu bidang ilmu pengetahuan.

b. Majalah

Perpustakaan tentu memiliki koleksi majalah, yakni terbitan yang mengangkat satu tema mengenai cabang ilmu pengetahuan, namun sifatnya ringan yang berbeda dengan buku

c. Koran dan terbitan lainnya

Penentuaan koran atau terbitan lainnya cara menyeleksi dan memperlakukan sama dengan majalah.

2.1.3.2 Bahan Perpustakaan Tidak Tercetak

Secara harafiah bahan perpustakaantidak tercetak merupakan karya cipta atau hasil pikiran manusia yang dituangkan dalam bentuk yang bukan cetak, seperti rekaman suara, rekaman video, audio film, CD, microphice, dan bahan penyimpanan elektronik lainnya.

Bahan perpustakaan non cetak menurut Elnanda (2015, 27) dapat dibagi menjadi :

a. Digital

(9)

berbagai PC dan tersaji dalam layar komputer pemakai, atau diperbanyak, disalin, dan dicetak oleh pemakai. Keseluruhan isi digital dapat diolah secara otomatis sekaligus menjadi bagian yang bersatu dengan sistem temu kembali.

b. Koleksi audio visual

Media audio visual yang sering disebut dengan AVA (Audio Visual Aids), bisa diartikan alat pembantu atau alat peraga audio visual. Kemudian istilah ini lazim disebut dengan “media audio visual”. Audio visual dapat dibagi menjadi:

a) Media audio

(4) Tape dan sound slide

2.2 Penyiangan (Weeding)Bahan Perpustakaan

Di dalam sebuah sistem perpustakaan, bahan perpustakaan adalah salah satu unsur penting. Nilai informasi yang dikandung di dalam suatu bahan perpustakaan, serta harga bahan perpustakaan yang relatif cukup mahal, mengharuskan perpustakaan melakukan upaya-upaya pelestarian.

Menurut Sulistyo-Basuki dalam buku Pengantar Ilmu Perpustakaan (1991,271-274) disebutkan bahwa:

(10)

Kebijakan pengawetan dan pelestarian bahan perpustakaan suatu perpustakaan berkaitan dengan perencanaan serta kegiatan mengurangi kerusakan bahan perpustakaan. Kegiatan-kegiatan pengawasan lingkungan dan fisik materi dan gedung, pengembangan perencanaan, kesiagaan terhadap kerusakan bahan perpustakaan, usaha alih media/bentuk, serta perawatan preventif dan perbaikan dituangkan dalam program yang terpadu. Harus ditunjuk orang, bagian atau pihak tertentu yang bertanggung jawab atas program pengawetan dan pelestarian ini, yang dapat bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk di dalamnya pihak administrasi perpustakaan, pengawasan gedung (maintenance), dan pihak atasan dari instansi induk setempat.

Menurut Qalyubi seperti yang dikutip Elnanda (2015, 25) disebutkan bahwa :

koleksi perpustakaan perlu dikembangkan agar terpenuhi kebutuhan pemakai dan masyarakat akademis atau masyarakat pada umumnya dapat dilayani. Kebijakan yang dikembangkan untuk pengembangan koleksi ini melalui pemilihan, pengadaan, penyiangan, dan evaluasi. Upaya pelestarian bahan perpustakaan di perpustakaan tidak hanya dalam hal fisik, tetapi juga dalam hal informasi yang terkandung di dalamnya. Dengan kata lain upaya pelestarian ini dimaksudkan untuk menjaga bahan perpustakaan yang dimiliki agar tidak cepat mengalami kerusakan yang disebabkan oleh berbagai macam serangga, rayap, pemakaian oleh pemustaka perpustakaan, cuaca dan kondisi alam (basah, lembab, sinar matahari dan lain-lain).

(11)

menjangkau lebih banyak pembaca perpustakaan. Di sinilah peran penyiangan bahan perpustakaan dibutuhkan.

2.2.1 Pengertian Penyiangan (Weeding) Bahan Perpustakaan

Evans yang dikutip Winoto (2004, 11) menyebutkan bahwa : “weeding is considered as an integral part of the collection development program by authors of standards collection development”. Dengan demikian dapat diartikan bahwa penyiangan merupakan salah satu bagian dari kegiatan pengembangan koleksi.

Menurut Lasa (2005, 323) disebutkan penyiangan (weeding) adalah :

upaya pengeluaran sejumlah koleksi dari perpustakaan karena dianggap tidak relevan lagi, terlalu banyak jumlah eksemplanya, sudah ada edisi baru, atau koleksi itu termasuk terbitan yang dilarang. Koleksi ini dapat ditukarkan dengan koleksi perpustakaan lainnya, dihadiahkan, atau dihancurkan untuk pembuatan kertas lagi.

Bahan perpustakaan perlu disiangi secara berkala agar bahan perpustakaan yang sudah tidak sesuai lagi dapat diganti dengan bahan perpustakaan yang baru. Pemilihan bahan perpustakaan yang dikeluarkan dari sirkulasi sebaiknya dilakukan oleh petugas perpustakaan, kemudian dipisahkan atau dipindahkan, dihibahkan atau dimusnahkan. Keputusan tersebut berdasarkan pertimbangan kemuktakhiran, kesesuaian, dan kondisi fisik dokumen.

Akbar (2013) berpendapat bahwa:

(12)

dibutuhkan pengguna dapat diakses dengan mudah dan cepat, tanpa dikacaukan oleh koleksi yang tidak terpakai.

2.2.2 Tujuan dan Fungsi Penyiangan (weeding) Bahan perpustakaan

Adapun tujuan dari penyiangan adalah untuk memperoleh tambahan tempat (shelf space) untuk bahan perpustakaan yang baru, membuat bahan perpustakaan lebih bisa dimanfaatkan sebagai sumber informasi yang akurat, relevan, up to date dan menarik, memberikan kemudahan pada pemakai bahan perpustakaan, dan memungkinkan staf perpustakaan untuk mengelola bahan perpustakaan lebih efektif dan lebih efisien.

Tujuan dari kegiatan konservasi dan preservasi sebagai upaya pengawetan dan pelestarian bahan perpustakaan adalah sebagai berikut:

1) Menyelamatkan nilai informasi suatu dokumen 2) Menyelamatkan fisik dari suatu dokumen 3) Mengatasi kendala kekurangan ruang 4) Mempercepat proses temu balik informasi

Sedangkan fungsi dari kegiatan konservasi dan preservasi sebagai upaya pengawetan dan pelestarian bahan perpustakaan adalah sebagai berikut:

1) Fungsi melindungi, adalah untuk melindungi bahan perpustakaan supaya terjaga kelestariaannya sehingga dapat digunakan lebih lama.

2) Fungsi pengawetan, untuk membuat bahan perpustakaan menjadi lebih awet

dan tahan lama.

3) Fungsi kesehatan, adalah terjaga kebersihannya sehingga petugas maupun

(13)

4) Fungsi pendidikan, adalah melatih atau mendidik pemustaka untuk lebih memperhatikan penggunaan dan perlakuan terhadap bahan perpustakaan 5) Fungsi kesabaran, adalah melatih kesabaran karena untuk merawat bahan

perpustakaan diperlukan kesabaran yang besar

6) Fungsi sosial, adalah mampu menciptakan komunikasi dan hubungan dengan

pihak luar.

7) Fungsi ekonomi, adalah menghemat anggaran dalam kegiatan

pemeliharaanbahan perpustakaan

8) Fungsi keindahan, karena dengan kerapian dan kebersihan bahan perpustakaan maka akan tercipta keindahan sehingga pemustaka akan merasa senang.

Menurut Marry Peacock Douglas dalam Winoto (2004, 11) disebutkan beberapa kriteria dalam penyiangan bahan perpustakaan berupa buku, yaitu:

1) Buku yang sangat rusak yang tidak bisa diperbaiki 2) Buku yang lembarannya tidak lengkap lagi

3) Buku yang isinya sudah out of date

4) Buku yang jumlah salinannya terlalu banyak

5) Buku yang kurang bermanfaat bagi masyarakat yang dilayani 6) Buku yang telah ada edisi baru atau ada edisi revisi

7) Buku yang dilarang beredar oleh pemerintah.

Sedangkan HF McGraw dalam Evans, (2000) disebutkan beberapa hal yang dapat menjadi kriteria penyiangan, yaitu:

1) Memiliki duplikasi eksemplar yang terlalu banyak (melebihi ketentuan)

2) Merupakan bahan perpustakaan sumbangan dan bahan perpustakaan kurang dibutuhkan atau kurang sesuai dengan visi dan misi perpustakaan

3) Buku-buku yang sudah using (out of date) kuno terutama untuk kategori ilmu pengetahuan

(14)

5) Buku yang sangat kotor, lusuh, lapuk, sobek dan lain-lain.

6) Buku-buku yang dicetak dengan huruf-huruf yang terlalu kecil dengan kualitas kertas yang rendah (mudah patah atau sobek) dan banyak halaman yang hilang

7) Volume yang sudah tidak dibutuhkan atau digunakan lagi oleh pemustaka

8) Terbitan berkala yang tidak disertai indeks.

2.2.3 Kebijakan Penyiangan(Weeding) Bahan Perpustakaan Menurut Rahayuningsih dalam Akbar (2013), disebutkan bahwa :

Kebijakan khusus diperlakukan untuk menjaga kesinambungan antara tempat, koleksi yang selalu bertambah dengan koleksi yang dibutuhkan oleh pengguna. Kebijakan tersebut diwujudkan melalui kegiatan penyiangan. Penyiangan merupakan pemindahan koleksi dari koleksi aktif perpustakaan dengan tujuan menyingkirkan atau mengirim ke tempat peyimpanan. Koleksi yang jarang digunakan dapat dikirim ke tempat penyimpanan sehingga dapat mengurangi masalah tempat dan membuat pelayanan koleksi menjadi lebih mudah. Koleksi perpustakaan disiangi karena faktor isi yang sudah tidak menarik, atau kuno, kondisi fisik yang secara umum tidak sempurna, misalnya robek, dicoret-coret. Selain itu, pola pemakaian koleksi yang kecil frekuensinya atau menurun dapat menjadi alasan mengapa sebuah koleksi disiangi. Atau bisa juga kombinasi dari ketiga faktor tersebut menjadi alasan penyiangan koleksi.

Kebijakan merupakan landasan atau pedoman untuk menyusun kebutuhan. Ada beberapa kebijakan yang perlu diperhatikan. Adapun kriteria penyiangan bahan perpustakaan menurut jenis bahan perpustakaan yang disiangi yaitu sebagai berikut:

1. Buku (monograft)

Dalam melakukan penyiangan bahan perpustakaan yang berupa buku atau monografi, yaitu sebagai berikut:

a) Bidang kajian. Bidang kajian yang sudah tidak sesuai dengan kebijakan

(15)

b) Usia atau umur bahan perpustakaan dapat dipertimbangkan agar bahan perpustakaan tersebut dapat diganti dengan bahan perpustakaan baru c) Cakupan duplikasi. Jumlah bahan perpustakaan yang memiliki duplikasi

yang banyak dalam jajaran rak sebaiknya dikurangi dan disisihkan ke tempat lain

d) Sumber alternatif. Dengan adanya kerjasama antar perpustakaan maka

bahan perpustakaan yang kurang bermanfaat dapat dikurangi dengan mengakses kepada perpustakaan lain yang memiliki informasi yang dibutuhkan.

e) Kondisi fisik, buku-buku yang sobek, lapuk dan jilidnya rusak sebaiknya di-weeding untuk dilakukan perbaikan.

f) Tingkat perlakuan, buku-buku yang berisi prinsip-prinsip dasar mempunyai manfaat yang lebih tinggi dan bersifat lama jika dibandingkan dengan buku-buku yang bersifat manual yang akan cepat out of date sejalan dengan perkembangan teknologi.

g) Kepentingan pengarang. Pengarang yang lebih menguasai tentang suatu subyek dalam ilmu tersebut, sebaiknya dipertahankan.Namun apabila terpaksa harus dikeluarkan, maka harus ditempatkan pada tempat yang mudah untuk ditelusuri kembali.

h) Bahasa. Buku yang diterbitkan dalam bahasa Inggris biasanya lebih lama

(16)

2. Serial

Berbeda dengan kebijakan penyiangan untuk bahan perpustakaan yang berupa buku atau monografi, penyiangan bahan perpustakaan yang berupa serial memiliki kebijakan tersendiri, yaitu:

a) Penerbit. Untuk penerbit serial yang prestisius dengan menerbitkan

terbitan untuk objek kajian kepada masyarakat luas, hendaknya dipertahankan.

b) Cakupan indeks. Majalah yang mempunyai cakupan indeks dan

abstrak lebih bagus hendaknya menjadi bahan pertimbangan jika dibandingkan dengan majalah yang tanpa disertai indeks dan abstrak. c) Versi diganti. Saat ini sudah banyak dijumpai majalah versi mikro,

sehingga terbitan berseri yang sudah ada penggantinya ini dapat disisihkan untuk disiangi.

d) Usia. Untuk terbitan berseri ini dilakukan penyisihan, maka keseluruhan volume saja dengan atau dengan beberapa nomor saja. e) Bahasa. Bahasa yang digunakan akan turut menjadi faktor yang perlu

dipertimbangkan dalam menyiangi bahan perpustakaan serial ini. Dalam bukunya, Lasa HS (2005) mengemukakan bahwa:

(17)

3. Bahan Audio-Visual

Menurut Qalyubi (2007) dalam buku Dasar-dasar Ilmu Perpustakaan dan Informasi :

semua bahan audio-visual yang rusak atau cacat menjadi calon untuk disiangi. Keputusan dibuat per judul oleh kepala bagian audio visual. Frekuensi pemustakaan dan kerusakan menjadi faktor penting dalam keputusan.

4. Bahan terbitan pemerintah

Edisi-edisi terbitan pemerintah yang ada dalam bahan perpustakaan terbitan pemerintah (Government Document Collection) yang menjadi kadaluarsa dengan adanya edisi baru menjadi calon untuk ditarik. Keputusan akhir dibuat per judul oleh pustakawan yang mengelola bahan perpustakaan tersebut.

5. Bahan rujukan

Bagian rujukan telah menetapkan kebijakan khusus bagi banyak sumber rujukan yang secara periodik menjadi kadaluarsa karena telah ada revisi atau edisi baru sebagai penggantinya. Keputusan untuk menarik judul-judul ini dan untuk merevisi kebijakan penyiangan dibuat oleh kepala bagian rujukan, yang berkonsultasi dengan pustakawan pengembangan bahan perpustakaan.

Kriteria penyiangan menurut Yulia seperti yang dikutip Akbar (2013) adalah sebagai berikut:

a. Sebaiknya perpustakaan memiliki peraturan tertulis tentang penyiangan. Dengan dimikian ada pegangan dalam melaksanakan penyiangan dari waktu ke waktu,

(18)

c. Kriteria umum penyiangan koleksi adalah sebagai berikut:

(1) Subyek tidak sesuai lagi dengan kebutuhan pengguna perpustakaan,

(2) Bahan pustaka yang sudah usang isinya,

(3) Edisi terbaru sudah ada sehingga yang lama dapat dikeluarkan dari koleksi,

(4) Bahan pustaka yang sudah terlalu rusak dan tidak dpat diperbaiki lagi,

(5) Bahan pustaka yang isiny sudah tidak lengkap lagi dan tidak dapat diusahakan gantinya,

(6) Bahan pustaka yang jumlah duplikatnya banyak, tetapi frekuensi pemakaian rendah,

(7) Bahan pustaka terlarang

(8) Hadiah yang dieroleh tanpa diminta, dan memang tidak sesuai dengan kebutuhan pengguna,

(9) Bahan pustaka yang sudah tidak digunakan lagi dan tidak dibutuhkan.

Senada dengan pendapat di atas, Sumantri dalam Akbar (2013) mengungkapkan ada 9 (sembilan) pedoman penyiangan (weeding) yaitu:

1) Buku yang isinya (subyeknya) kurang bermanfaat,

2) Buku yang sudah demikian rusak, tidak dapat diperbaiki lagi 3) Buku yang sudah ketinggalan zaman

4) Buku yang isinya kurang lengkap

5) Buku yang jumlahnya terlalu banyak sehingga bisa dikurangi lagi, 6) Buku yang frekuensi pemakaiannya rendah,

7) Buku yang sudah usang, fisik maupun materinya, 8) Buku yang terlarang

Apabila sebuah perpustakaan memilih untuk menggudangkan bahan perpustakaan yang telah disiangi, maka ada kriteria yang bisa dipertimbangkan sebagaimana dikemukakan Yulia (2009, 35-36) yaitu:

a. kajian terhadap keadaan buku di rak,

b. nilai sebuah judul buku dalam subyek yang dibahas buku itu,

c. nilai historis yang dikandung oleh isi buku itu untuk bidang ilmu yang dibahasnya,

d. keberadaan edisi lain dari buku itu,

(19)

g. banyaknya buku yang digudangkan maksimal berimbang dengan pertambahan buku, sebaiknya lebih kecil dari pertambahan buku setiap tahunnya.

2.2.4 Prosedur Penyiangan (Weeding) Bahan Perpustakaan

Hal selanjutnya yang tak kalah penting untuk dikaji adalah masalah prosedur penyiangan. Prosedur adalah sebuah cara sistematis dan terpikir secara baik untuk mencapai tujuan; prinsip dan praktek-praktek pengajaran. Dalam melakukan kegiatan penyiangan bahan perpustakaan, ada bebrapa prosedur yang harus dilakukan, yaitu:

1) Pustakawan (bersama dengan pihak terkait lainnya) mengadakan pemilihan bahan perpustakaan yang perlu dikeluarkan dari bahan perpustakaan berdasarkan pedoman penyianganyang telah ditetapkan.

2) Pustakawan menyusun daftar bahan perpustakaan yang akan dikeluarkan dari

rak. Buku-bukuyang akan dikeluarkan dari rak buku, kartu-kartunya dikeluarkan dari buku yangbersangkutan dan kartu katalognya ditarik dari laci/ jajaran katalog.

3) Buku-buku yang dikeluarkan diberi tanda dikeluarkan dari bahan

perpustakaan sebagai bukti bahwa buku tersebut bukan lagi milik perpustakaan.

4) Apabila bahan perpustakaan tersebut masih layak untuk digunakan (eksem-plarnya terlalu banyak namun isi belum "out of date" dapat disisihkan untuk bahan penukaran atau hadiah.

(20)

6) Untuk bahan perpustakaan yang akan dimusnahkan hendaknya memperhatikan peraturan yang berlaku berkaitan dengan penghapusan barang milik negara, terutama untuk perpustakaan yang bernaung di bawah pemerintah.

2.2.5 Kendala Penyiangan (Weeding )Bahan Perpustakaan

Kegiatan penyiangan bukanlah hal mudah yang bisa dilakukan siapa saja. Karena proses weeding memerlukan proses yang panjang dan tidak sebentar. Selain itu dalam pelaksanaannya banyak kendala atau hambatan dalam dari pihak pengelola perpustakaan sendiri.

Hambatan ataupun kendala dalam melakukan penyiangan (weeding) sebagaimana disebutkan Akbar (2013) meliputi:

a. Tidak punya waktu b. Penundaan pelaksanaan c. Takut melakukan kesalahan

d. Takut disebut sebagai orang yang suka “mengkilokan” buku (dijual kepada pengepul kertas bekas yang membayarnya berdasarkan berat kertas).

Beberapa kendala yang mungkin dijumpaidalam pelaksanaan kegiatan penyiangan, yakni sebagai berikut.

1) Adanya kebanggaan terhadap bahan perpustakaan (hambatan psikologis)seperti adanya perasaan tidak rela membuang bahan perpustakaan yang selama ini dimiliki,

2) Masih adanya anggapan jumlah bahan perpustakaan menentukan mutu.

(21)

3) Adanya anggapan bahwa penyiangan berlawanan dengan tujuan pengadaan atau konsep pembangunan bahan perpustakaan

4) Masih dijumpainya prosedur yang rumit, terutama untuk bahan perpustakaan

yang ada diperpustakaan pemerintah, karena setiap pengeluaran barang harus dilakukan melalui prosedur yang membutuhkan waktu lama dan terkesan rumit.

Dalam buku yang berjudul Less More Than Less, karya Donna J. Baumbach dan Linda L. Miller dalam Heri Kusnanto (2011), disebutkan bahwa ada beberapa kendala dalam weeding, yaitu:

1) Rasa bangga terhadap sebuah bahan perpustakaan.

2) Pustakawan atau staf perpustakaan sebelumnya tidak melakukan weeding,sehingga malas untuk melakukannya.

3) Perasaan tidak suka membuang bahan perpustakaan.

4) Lebih senang memberikan bahan perpustakaan kepada perpustakaan lain atau orang lain daripada membuangnya.

5) Bahan perpustakaan yang banyak akan menunjang proses akreditas, jadi bahan perpustakaan tetap disimpan.

6) Rasa sayang terhadap sebuah bahan perpustakaan, hingga tidak akan membuang atau melakukan weeding hingga bahan perpustakaan tersebut pantas untuk dibuang (benar-benar rusak).

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diketahui beberapa prinsip seseorang yang tidak akan pernah melakukan weedingyaitu:

1) Jika weeding dilakukan, orang akan menganggap bahwa hal tersebut membuangilmu atau penemuan dan membuang uang.

2) Tidak memiliki waktu cukup waktu untuk melakukan weeding.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penelusuran peneliti dari berbagai literatur maka tidak ditemukan adanya penelitian maupun tulisan yang membahas tentang pemaknaan komunitas Keraton Yogyakarta

Berdasarkan Berita Acara Hasil Evaluasi Teknis dan Biaya Nomor : BA- 051/ULPD/WII.5/KPPN.SMD/2017 tanggal 18 Februari 2017 dan Penetapan Peringkat Teknis dan pemenang oleh

[r]

Hendro Gunawan, MA Pembina Utama Muda

Wireless Application Protocol (WAP) merupakan landasan dibuatnya aplikasi nirkabel yang dapat diakses menggunakan perangkat ponsel dan Personal Digital Asistance (PDA) yang

Hendro Gunawan, MA Pembina Utama Muda

Hendro Gunawan, MA Pembina Utama Muda

Dengan meng-klik sebuah tombol pilihan dari menu yang ada maka pengguna akan langsung memperoleh informasi dengan cepat mengenai modul mata kuliah Pengantar Sistem Komputer,