• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAK (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAK (1)"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) DILENGKAPI

PERMAINAN ULAR TANGGA TERHADAP PRESTASI BELAJAR

SISWA PADA MATERI POKOK STRUKTUR ATOM KELAS X

SEMESTER I SMA NEGERI 1 KARANGANOM

TAHUN AJARAN 2011/2012

SKRIPSI

Oleh:

SELLY DIAH AYU ALAMI

X 3307033

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

ii

PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) DILENGKAPI

PERMAINAN ULAR TANGGA TERHADAP PRESTASI BELAJAR

SISWA PADA MATERI POKOK STRUKTUR ATOM KELAS X

SEMESTER I SMA NEGERI 1 KARANGANOM

TAHUN AJARAN 2011/2012

SKRIPSI

Oleh :

SELLY DIAH AYU ALAMI

X 3307033

Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana

Pendidikan Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(3)

commit to user

(4)

commit to user

iv

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima

untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Hari :………

Tanggal :………

Tim Penguji Skripsi :

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Drs. Haryono, M.Pd. ...

Sekretaris : Dra. Hj. Kus Sri Martini, M.Si. ...

Anggota I : Dra. Hj. Bakti Mulyani, M.Si. ...

Anggota II : Budi Utami, S.Pd., M.Pd. ...

Disahkan Oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret

Dekan,

(5)

commit to user

v

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:

Nama : Selly Diah Ayu Alami

NIM : X3307033

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul “EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN METODE

PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) DILENGKAPI

PERMAINAN ULAR TANGGA TERHADAP PRESTASI BELAJAR

SISWA PADA MATERI POKOK STRUKTUR ATOM KELAS X

SEMESTER I SMA NEGERI 1 KARANGANOM TAHUN AJARAN

2011/2012” adalah benar-benar karya sendiri. Hal yang bukan karya saya dalam

skripsi ini dikutip atau dirujukberdasarkan kode etik ilmiah.

Surakarta, Februari 2012

(6)

commit to user

vi

Selly Diah Ayu Alami. X3307033. EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN

KIMIA MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) DILENGKAPI PERMAINAN ULAR TANGGA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK STRUKTUR ATOM KELAS X SEMESTER I SMA NEGERI 1 KARANGANOM TAHUN AJARAN 2011/2012. Skripsi. Surakarta: Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret, Januari 2012.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas pembelajaran

kimia menggunakan metode pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)

dilengkapi permainan ular tangga pada materi pokok struktur atom pada siswa kelas X SMA N 1 Karanganom.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain

Randomized Control Group Pretest Postest Design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Karanganom tahun ajaran 2011/ 2012.

Sampel diambil dengan teknik Cluster Random Sampling sejumlah 2 kelas. Kelas

kontrol dikenai metode pembelajaran yang diterapkan disekolah yaitu metode

ceramah dan kelas eksperimen dikenai metode Teams Games Tournament (TGT)

dilengkapi permainan ular tangga. Pengumpulan data dilakukan menggunakan teknik tes dan nontes (angket). Teknik tes untuk prestasi kognitif, sedangkan teknik nontes (angket) untuk prestasi afektif. Analisa data menggunakan uji t-pihak kanan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode pembelajaran Teams Games

Tournament (TGT) dilengkapi permainan ular tangga lebih efektif dibandingkan dengan metode pembelajaran yang biasa dipakai disekolah yaitu metode ceramah. Hal ini terlihat dari rata-rata selisih prestasi kognitif sebesar 35.75 untuk kelas eksperimen dan 29.08 untuk kelas kontrol. Dimana hasil uji t-pihak kanan untuk prestasi belajar kognitif diperoleh thitung = 2,777> ttabel = 1,66 dan untuk prestasi

belajar afektif diperoleh thitung = 1,925 > ttabel = 1,66.

Kata Kunci: Efektivitas, Teams Games Tournament (TGT), Ular Tangga, Prestasi

(7)

commit to user

vii

Selly Diah Ayu Alami. X3307033. THE EFFECTIVENESS OF CHEMICAL

LEARNING USED LEARNING METHODS IN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) IS COMPLETED WITH SNAKE LADDER GAME ON SUBJECT MATTER ON ATOMIC STRUCTURE BY STUDENT LEARNING ACHIEVEMENT AT FIRST GRADE IN SMA N 1 KARANGANOM ACADEMIC YEAR 2011/2012. Thesis. Surakarta: Teacher

Training and Education Faculty. Sebelas Maret University, Januari 2012.

The aim of this study was to know the effectiveness of learning chemistry used learning methods Teams Games Tournament (TGT) is completed with snake ladder game on the subject matter on the atomic structure of class X SMA N 1 Karanganom.

This research used experimental methods to the design Randomized

Control Group Pretest - Postest Design. The population of research was all of the tenth grade students of SMA Negeri 1 Karanganom academic year 2011/2012. The sample was taken by Cluster Random Sampling technique, in 2 classes. The first control class was treated teaching methods are employed in schools of class lectures and experimental methods are methods Teams Games Tournament (TGT) is completed with a snake ladder game. Test technique for cognitive achievement, while non-test technique (questionnaire) for affective achievement. Mechanical tests for cognitive performance, whereas nontes technique (questionnaire) for affective achievement. The technique of analizing data were used t-test right side.

The results showed that learning methods Teams Games Tournament (TGT) is completed with a snake ladder game is more effective than the methods commonly used in school learning the lecture method. It shown with the average of cognitive achievement differences are 35.75 for experiment class and 29.08 for control class. Where the t-test results on the right for cognitive learning

achievement gained thitung = 2.777> ttable = 1.66 and for affective learning

achievements obtained thitung = 1.925> ttable = 1.66.

Keywords: Effectivity, Teams Games Tournament (TGT), Snake Ladder Game,

(8)

commit to user

viii

“ Bismillahirrohmaanirrohiim “

(Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang) (QS. Al Fatihah: 1)

” Sesungguhnya Allah SWT tidak akan merubah keadaan suatu kaum, kecuali jika mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri”

( QS.Ar. Ra’du: 11)

“Hiduplah seperti pohon kayu yang lebat buahnya; hidup di tepi jalan dan dilempari orang dengan batu, tetapi dibalas dengan buah.”

(Abu Bakar Sibli)

“Agar dapat membahagiakan seseorang, isilah tangannya dengan kerja, hatinya dengan

kasih sayang, pikirannya dengan tujuan, ingatannya dengan ilmu yang bermanfaat, masa

depannya dengan harapan, dan perutnya dengan makanan”

(Frederick E. Crane)

” Hidup adalah perjuangan, dan setiap perjuangan membutuhkan pengorbanan dan

kesabaran”

(9)

commit to user

ix

Karya ini kupersembahkan untuk:

Ayah dan Ibuku tercinta

Adik – adik ku tersayang, ”Drajad n Daud”

Nenek Q tersayang, Alm. Maria Sumiati

Keluarga Besar Prof. Drs. Anton Sukarno, M.Pd.

Sahabat-sahabatku (Okty, Fio, Devi, Yaya, Erni & Eni)

Teman-teman P. Kimia 2007

(10)

commit to user

x

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini dengan judul “Efektivitas Pembelajaran Kimia Menggunakan Metode

Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) Dilengkapi Permainan Ular

Tangga Terhadap Prestasi Belajar Siswa Materi Pokok Struktur Atom Kelas X

Semester I SMA Negeri 1 Karanganom Tahun Ajaran 2011/2012”. Penyusunan

skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan dalam rangka

menyelesaikan studi tingkat sarjana (S1) di Program Kimia Jurusan P. MIPA,

FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penelitian skripsi

ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan – kesulitan yang

timbul dapat teratasi. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima

kasih kepada:

1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan UNS yang telah memberikan izin menyusun skripsi ini.

2. Sukarmin, S.Pd, M.Si, Ph.D., selaku Ketua Jurusan P. MIPA FKIP UNS yang

telah memberikan izin menyusun skripsi ini.

3. Dra. Bakti Mulyani, M.Si., selaku Ketua Program P. Kimia FKIP UNS yang

telah memberikan izin menyusun skripsi ini.

4. Drs. Haryono, M.Pd., selaku Koordinator Skripsi Program P.Kimia FKIP

UNS yang telah membimbing penulis selama ini.

5. Dra. Bakti Mulyani, M.Si., selaku pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan, dukungan, kepercayaan, kemudahan dan berbagai masukan yang

sangat membantu dalam penulisan skripsi ini.

6. Budi Utami, S.Pd., M.Pd., selaku pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan, dukungan, kepercayaan, kemudahan dan berbagai masukan yang

sangat membantu dalam penulisan skripsi ini.

7. Nurma Yunita Indriyanti, S.Pd, M.Si, M.Sc., selaku Pembimbing Akademik

(11)

commit to user

xi

yang telah memberi semangat dan bimbingannya bagi penulis selama ini.

9. Drs. H.Sukarno, M.M, selaku Kepala SMA N 1 Karanganom yang telah

memberikan izin untuk melaksanakan penelitian.

10.Wardoyo, S.Pd selaku Wakil Kepala Sekolah SMA N 1 Karanganom yang

telah membantu dalam pelaksanaan penelitian.

11.Dra. Elisa Mojowarni Suprapto, selaku guru bidang studi kimia SMA N 1

Karanganom yang telah memberikan kesempatan, kepercayaan, dan

bimbingannya selama penulis melakukan penelitian.

12.Siswa-siswi kelas XC dan XD SMA N 1 Karanganom yang telah memberikan

respon yang baik dalam pembelajaran.

13.Orangtua dan adik tercinta yang telah memberikan motivasi, pengorbanan,

dan do’a restu yang tulus.

14.Keluarga besar Prof. Drs. Anton Sukarno, M.Pd. yang telah memberikan

support untuk saya.

15.Sahabatku Okty, Erni, Yaya, Fiona, Eni dan Devinta yang telah memberi

dukungan, do’a, dan bantuannya selama ini, serta teman - teman Pend. Kimia 2007 yang tidak mungkin disebutkan satu persatu.

Demikian skripsi ini disusun, penulis menyadari masih banyak kekurangan

dalam karya ini. Demi sempurnanya karya ini, maka segala keterbatasan dan

kekurangan tersebut perlu senantiasa diperbaiki. Oleh karena itu, penulis

mengharapkan saran, ide, dan kritik yang membangun dari semua pihak.

Semoga karya ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan

memberikan sedikit kontribusi serta masukan bagi dunia pendidikan.

Surakarta, Februari 2012

(12)

commit to user

xii

Halaman

HALAMAN JUDUL ………. i

HALAMAN PENGAJUAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

PERNYATAAN ... v

A. Latar Belakang Masalah ………...

B. Identifikasi Masalah ………...

C. Pembatasan Masalah ……….

3. Pembelajaran Kimia ………...

4. Metode Pembelajaran Teams Games Tournament

(13)

commit to user

xiii

6.Prestasi Belajar ……….

7.Materi Struktur Atom ………

B. Penelitian yang Relevan ………

C. Kerangka Berpikir ……….

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ……….

A. Tempat dan Waktu Penelitian ………...

1.Tempat Penelitian ...

2.Waktu Penelitian ...

B. Metode Penelitian ……….

1.Variabel Penelitian ………

2.Prosedur Penelitian ………...

C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ...

1. Populasi Penelitian ………

2.Sampel Penelitian ………….………

D. Teknik Pengumpulan Data ...

E. Instrumen Penelitian ……….

1.Instrumen Penilaian Kognitif ...

a. Taraf Kesukaran Suatu Item ...

b. Taraf Pembeda Suatu Item ...

(14)

commit to user

xiv

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………….

A. Deskripsi Data ………...

1. Perbandingan Selisih Nilai (Pretest – Posttest)

Kognitif Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol …...

2. Perbandingan Nilai (Posttest) Afektif Siswa Kelas

Eksperimen dan Kontrol ………...

B. Pengujian Prasyarat Analisis ………

1.Uji Normalitas ………...

2.Uji Homogenitas ………...

C. Hasil Pengujian Hipotesis ……….

1. Uji t-Pihak Kanan Selisih Nilai (Pretest – Posttest)

Kognitif ………....

2. Uji t-Pihak Kanan Nilai Afektif ………

D. Pembahasan Hasil Analisis Data ……….. 1. Situasi Kegiatan Belajar Mengajar ...

2.Penilaian Kognitif ……….

BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ………

(15)

commit to user

xv

Halaman

Tabel 1. Tabel Sifat –Sifat Partikel Sub Atom ………. 24

Tabel 2. Tabel Susunan Isotop Pada Unsur Hidrogen …………... 33

Tabel 3. Tabel Massa Beberapa Isotop (dalam sma) ………. 34

Tabel 4. Tabel Desain Penelitian ………... 41

Tabel 5. Tabel Rangkuman Hasil Uji Taraf Kesukaran Soal

Instrumen Try Out Kognitif ………. 45

Tabel 6. Tabel Rangkuman Hasil Uji Daya Pembeda Soal

Instrumen Try Out Kognitif ………. 46

Tabel 7. Tabel Rangkuman Uji Validitas Soal Instrumen Try Out

Kognitif ……… 46

Tabel 8. Tabel Rangkuman Uji Reabilitas Soal Instrumen Try

Out Kognitif ……….……… 47

Tabel 9. Tabel Skor Penilaian Afektif ………... 48

Tabel 10. Tabel Rangkuman Uji Validitas Butir Soal Instrumen

Try Out Afektif ……… 49

Tabel 11. Tabel Rangkuman Uji Reabilitas Instrumen Try Out

Afektif ……..……… 50

Tabel 12. Tabel Rangkuman Data Rerata Nilai Prestasi Belajar

Kognitif dan Prestasi Belajar Afektif ……….. 54

Tabel 13. Tabel Distribusi Frekuensi Perbandingan Selisih Nilai

(Pretest – Posttest) Kognitif Siswa Kelas Eksperimen

dan Kelas Kontrol ……… 55

Tabel 14. Tabel Distribusi Frekuensi Perbandingan Nilai

(Posttest) Afektif Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol ………. 56

Tabel 15. Tabel Rangkuman Hasil Uji Normalitas Aspek Kognitif

dan Afektif ………... 57

Tabel 16. Tabel Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Aspek

(16)

commit to user

xvi

Posttest) Kognitif ………. 58

(17)

commit to user

xvii

Halaman

Gambar 1. Siklus Pembelajaran Kimia ……… 14

Gambar 2. Bagan Penempatan Siswa dalam Meja Turnamen untuk Tim ……… 18

Gambar 3. John Dalton dan Model Atomnya ………... 22

Gambar 4. JJ Thomson dan Model Atomnya ……...……… 24

Gambar 5. Ernest Rutherford dan Model Atomnya ……….. 25

Gambar 6. Niels Bohr dan Model Atomnya ………. 26

Gambar 7. Model Atom Mekanika Gelombang ………... 27

Gambar 8. Tabung Sinar Katoda ……….. 29

Gambar 9. Tabung Sinar Terusan ………. 30

Gambar 10. Susunan Atom ………. 31

Gambar 11. Histogram Perbandingan Selisih Nilai (Pretest – Posttest) Kognitif Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ……… 55

(18)

commit to user

xviii

Halaman

Lampiran 1. Silabus ………. 72

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ……… 75

Lampiran 3. Kisi-kisi Instrumen Aspek Kognitif ………. 101

Lampiran 4. Instrumen Try OutAspek Kognitif ……….. 104

Lampran 5. Kunci Jawaban Instrumen Try Out Aspek Kognitif.. 111

Lampiran 6. Lembar Jawab Instrumen Try Out Aspek Kognitif .. 112

Lampiran 7. Instrument Pretest/ Posttest Aspek Kognitif ……… 113

Lampiran 8. Kunci Jawaban Instrumen Pretest/ Posttest Aspek Kognitif ……….... 120

Lampiran 9. Lembar Jawab Instrumen Pretest/ Posttest Aspek Kognitif ……….…... 121

Lampiran 10. Indikator Angket Afektif ... 122

Lampiran 11. Angket Penilaian Aspek Afektif ... 123

Lampiran 12. Penskoran Aspek Afektif ... 125

Lampiran 13. Angket Penilaian Afektif (Posttest) ... 127

Lampiran 14. Uji Validitas Aspek Kogniitif ... 129

Lampiran 15. Uji Validitas Aspek Afektif ... 133

Lampiran 16. Data Induk Penelitian ... 136

Lampiran 17. Distribusi Frekuensi Data Kognitif ... 137

Lampiran 18. Distribusi Frekuensi Data Afektif ... 139

Lampiran 19. Uji Normalitas Aspek Kognitif ... 141

Lampiran 20. Uji Normalitas Aspek Afektif ... 149

Lampiran 21. Uji Homogenitas Aspek Kognitif dan Afektif ... 152

Lampiran 22. Uji t-Pihak Kanan Aspek Kognitif ... 156

(19)

commit to user

xix

Lampiran 25. Daftar Nama Kelompok Eksperimen ... 159

Lampiran 26. Uji t-matching Nilai Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 160

Lampiran 27. Instrumen Penilaian Permainan Ular Tangga I ... 161

Lampiran 28. Pertanyaan Permainan Ular Tangga I ... 163

Lampiran 29. Instrumen Penilaian Permainan Ular Tangga II ... 168

Lampiran 30. Pertanyaan Permainan Ular Tangga II ... 170

Lampiran 31. Kunci Jawaban Permainan Ular Tangga ... 177

Lampiran 32. Instrumen Penilaian Kartu Kesempatan I ... 178

Lampiran 33. Instrumen Kartu Kesempatan I ... 180

Lampiran 34. Instrumen Penilaian Kartu Kesempatan II ... 183

Lampiran 35. Instrumen Kartu Kesempatan II ... 184

Lampiran 36. Kunci Jawaban Kartu Kesempatan ... 186

Lampiran 37. Aturan Permainan Ular Tangga ... 187

Lampiran 38. Skema Ular Tangga ... 189

Lampiran 39. Hasil Data Perolehan Skor Permainan Ular Tangga. 190 Lampiran 40. Penghargaan Kelompok ... 192

(20)

commit to user 1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan salah satu negara yang berkembang, dimana memiliki sasaran yang berperan dalam melaksanakan pembangunan disegala sektor, baik di sektor industri, perdagangan maupun di sektor pendidikan. Dalam menunjang keberhasilan pembangunan di setiap sektor, maka perlunya peranan pendidikan, yang menempatkan manusia sebagai kedudukan sentral dalam pembangunan. Pentingnya peranan pendidikan dalam pembangunan di setiap sektor, maka dapat dikatakan bahwa pendidikan berperan sebagai upaya pencerdasan, pendewasaan, kemandirian manusia yang dilakukan oleh perorangan, kelompok dan lembaga. Upaya ini dimulai sejak berabad-abad silam, pola pendidikan mengalami kemajuan yang pesat berkat kerja keras para pakar pendidikan terdahulu (Herlina, Yuke Indrati, 2010 : 1).

(21)

Penerapan KTSP bukan sekadar pergantian kurikulum, tetapi menuntut perubahan paradigma dalam pembelajaran dan persekolahan, karena dengan penerapan KTSP tidak hanya menyebabkan perubahan konsep, metode dan strategi guru dalam mengajar, tetapi juga pola pikir, filosofis, komitmen guru, sekolah dan pihak yang terkait dalam pendidikan. Pada kegiatan pembelajaran KTSP ini adalah kegiatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, mengembangkan kreativitas, kontekstual, menantang dan menyenangkan, menyediakan pengalaman belajar yang beragam, dan belajar melalui berbuat. Dalam KTSP guru ditempatkan sebagai fasilitator dan mediator yang membantu agar proses belajar siswa berjalan dengan baik. Perhatian utama pada siswa yang belajar, bukan pada disiplin atau guru yang mengajar. Hal ini menunjukkan bahwa paradigma baru pendidikan yang diantaranya dengan mulai diberlakukannya KTSP ini, menuntut partisipasi yang tinggi dari siswa dalam kegiatan pembelajaran (Herlina, Yuke Indrati, 2010 : 2).

(22)

Masalah lain adalah bahwa pendekatan dalam pembelajaran masih terlalu didominasi peran guru (teacher centered). Guru lebih banyak menempatkan peserta didik sebagai objek dan bukan sebagai subjek didik. Selain itu masih banyak siswa yang mengalami ketegangan dalam mengikuti pelajaran kimia. Sehingga pendidikan ini kurang memberikan kesempatan kepada peserta didik dalam berbagai mata pelajaran khusunya kimia, untuk mengembangkan kemampuan berpikir holistik (menyeluruh), kreatif, objektif, dan logis, belum memanfaatkan cooperative learning. Cooperative learning mencakup suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau untuk mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya.

Pembelajaran kooperatif telah dikembangkan secara intensif melalui berbagai penelitian, tujuannya untuk meningkatkan kerjasama akademik antar siswa, membentuk hubungan positif, mengembangkan rasa percaya diri, serta meningkatkan kemampuan akademik melalui aktivitas kelompok. Dalam pembelajaran kooperatif terdapat saling ketergantungan positif di antara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk sukses. Aktivitas belajar berpusat pada siswa dalam bentuk diskusi, mengerjakan tugas bersama, saling membantu dan saling mendukung dalam memecahkan masalah. Melalui interaksi belajar yang efektif, siswa lebih termotivasi, percaya diri, mampu menggunakan strategi berpikir, serta mampu membangun hubungan interpersonal (Slavin, 2008 : 3-4).

Salah satu metode pembelajaran kooperatif adalah metode pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) yang diharapkan siswa mampu memahami

materi struktur atom serta hal yang terkait dengan itu dengan sistem belajar sambil bermain. Dalam penelitian sebelumnya yang berjudul “The Effects of Teams-Games-Tournaments on Achievement, Retention, and Attitudes of Economics

Education Student” mengungkapkan bahwa “The TGT technique is more

(23)

dengan metode ceramah. Dalam metode pembelajaran kooperatif Teams Games Tournament (TGT), aktivitas belajar dengan perlombaan atau pertandingan yang

dirancang memungkinkan siswa untuk dapat lebih bersemangat dan antusias dalam mengikuti pembelajaran disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat serta keterlibatan belajar. Selain itu, pentingnya penerapan metode pembelajaran kooperatif Teams Games Tournament (TGT) adalah karena juga mempunyai manfaat yang bersar terhadap pembelajaran, baik dari segi proses, minat atau hasil belajar yang dicapai. Kelebihan dari metode Teams Games Tournament (TGT) sendiri yaitu dalam pembelajaran keterlibatan

siswa akan lebih tinggi sehingga siswa akan menjadi bersemangat dalam belajar. Pengetahuan yang diperoleh siswa bukan semata-mata dari guru, tetapi juga melalui konstruksi sendiri oleh siswa. Selain itu dapat menumbuhkan sikap-sikap positif dalam diri siswa, seperti kerjasama, toleransi, tanggung jawab, serta bisa menerima pendapat orang lain serta melatih siswa mengungkapkan atau menyampaikan gagasan atau idenya (http://www.ingealitalya.co.cc).

Menurut Steve Parsons (Robert E. Slavin, 2008: 167) metode pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) adalah salah satu teknik terbaik yang pernah digunakannya untuk mengajar. Metode ini memberikan kesempatan kepada guru untuk menggunakan kompetisi dalam suasana yang konstruktif/ positif. Dengan metode pembelajaran ini siswa dituntut untuk aktif dalam kegiatan belajar menggunakan permainan yang menarik dan menyenangkan ini dan siswa diharapkan tidak akan megalami ketegangan dalam mengikuti pelajaran kimia. Penelitian ini menggunakan permainan ular tangga yang dirancang untuk proses pembelajaran kimia pada materi struktur atom.

Permainan dalam metode Teams Games Tournament (TGT) didesain untuk menguji pengetahuan yang dicapai siswa dan disusun dalam bentuk pertanyaan – pertanyaan yang relevan dengan materi dan latihan soal. Dari penelitian sebelumnya yang berjudul “Educational Games in Higher Education: a case study in teaching recursive algorithms” oleh Eleni Rossiou and Spyros

(24)

pendidikan. Dalam penelitian ini metode Teams Games Tournament (TGT) akan dilengkapi dengan permainan ular tangga dimana dalam permainannya akan menekankan kerjasama kelompok dalam mencapai finish, keaktifan siswa dalam mencari jawaban sendiri dengan cepat sehingga diperlukan pengetahuan yang cukup sebelum bermain, suasana pertandingan cenderung lebih menyenangkan karena dalam bermain ular tangga anak tidak selalu dituntut untuk berpikir keras, motivasi siswa akan lebih besar karena untuk mencapai finish dapat diperoleh dengan keberuntungan mengocok dadu.

Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul: “Efektivitas Pembelajaran Kimia Menggunakan Metode Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) Dilengkapi Permainan Ular Tangga Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Materi Pokok Struktur Atom Kelas X Semester I SMA N 1 Karanganom Tahun Pelajaran 2011/2012”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi beberapa permasalahan pada materi sttruktur atom sebagai berikut :

1. Adanya prestasi belajar yang rendah dalam pelajaran kimia karena metode

pembelajaran dan media pembelajaran yang digunakan selama ini kurang variatif.

2. Banyak siswa yang kurang aktif dalam proses pembelajaran karena metode

pembelajaran yang digunakan masih bersifat teacher centered.

3. Metode pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) belum banyak

digunakan di SMA khususnya di SMA N 1 Karanganom.

4. Media pembelajaran ular tangga belum banyak digunakan dalam pembelajaran

kimia khususnya materi pokok struktur atom di SMA N 1 Karanganom.

5. Metode pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dilengkapi permainan

(25)

C. Pembatasan Masalah

Penelitian harus mempunyai arah yang jelas dan pasti, sehingga perlu diberikan batasan masalah. Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah maka pengkajian dan pembatasan masalah dititikberatkan pada :

1. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah siswa kelas XC dan XD SMA N 1 Karanganom Semester I Tahun Pelajaran 2011/2012.

2. Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pembelajaran Teams Games Tournament (TGT).

3. Media Pembelajaran

Media pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah powerpoint dan ular tangga.

4. Materi Pelajaran

Materi pelajaran dibatasi pada materi pokok struktur atom.

5. Prestasi Belajar

Prestasi belajar dalam penelitian ini ditinjau prestasi belajar kognitif dan prestasi belajar afektif.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dalam penelitian ini dirumuskan masalah sebagai berikut: “Apakah pembelajaran kimia menggunakan metode pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dilengkapi permainan ular tangga efektif diterapkan pada materi pokok struktur atom kelas X semester I SMA N 1 Karanganom Tahun Ajaran 2011/2012”.

E. Tujuan Penelitian

(26)

pada materi pokok struktur atom pada siswa kelas X SMA N 1 Karanganom Tahun Ajaran 2011/2012”.

F. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:

1. Manfaat secara teoritis

Memperkuat teori yang sudah ada dalam bidang pendidikan, khususnya tentang teori pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dilengkapi permainan ular tangga pada materi struktur atom.

2. Manfaat secara praktis

a. Memberikan bahan pertimbangan kepada guru dalam merancang dan

melaksanakan program pembelajaran.

b. Menambah wawasan pada guru dalam menggunakan metode pembelajaran

Teams Games Tournament (TGT) dilengkapi permainan ular tangga dalam

proses belajar mengajar.

c. Sebagai bahan pemikiran bagi pendidik bahwa perlu adanya inovasi model

(27)

commit to user

8

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Efektivitas

Menurut Margono (1995: 3) “efektif berarti semua potensi yang dapat

dimanfaatkan dan semua tujuan dapat dicapai. Sedangkan menurut Roestiyah N.K

(2001: 1), efektif menunjuk pada sesuatu yang mampu memberikan dorongan atau

bantuan dalam mencapai suatu tujuan. Dari beberapa definisi diatas dapat ditarik

kesimpulan bahwa efektif adalah sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk

mencapai tujuan, sehingga efektivitas pembelajaran dapat didefinisikan sebagai

kesanggupan yang menimbulkan perubahan – perubahan yang diinginkan pada

diri siswa. Pengajaran dikatakan efektif apabila pengajaran itu dapat memberikan

pengetahuan otentik pada para siswa, suatu pengetahuan yang tahan lama dan

siswa dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari – hari. Efektivitas

menunjukkan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya suatu tujuan yang telah

ditentukan. Hasil yang semakin mendekati tujuan yang telah ditetapkan

menunjukkan semakin tinggi tingkat efektivitasnya.

Efektivitas pembelajaran dalam penelitian ini dapat diukur menggunakan

pendekatan eksperimen dengan membandingkan dua kelompok yaitu kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol. Dua kelompok yang dibandingkan ini harus

dalam kondisi yang sama tetapi diberi perlakuan yang berbeda. Dengan

memperhatikan perbedaan hasil belajar maka dapat diketahui efektivitas

perlakuan tersebut. Perlakuan akan dikatakan efektif bila hasil kelompok

eksperimen lebih baik dari kelompok kontrol. Dalam penelitian ini kelas

eksperimen diberi perlakuan berupa pengajaran dengan metode pembelajaran

Teams Games Tournament (TGT) dilengkapi permainan ular tangga sedangkan kelas kontrol diberi perlakuan berupa metode ceramah dilengkapi media

(28)

commit to user

Dalam perkembangan hidup manusia ada dua sebab yang menjadikan

manusia mengalami peningkatan kemampuan yakni peningkatan kemampuan

karena kematangan, dan peningkatan kemampuan karena belajar. Keduanya

sering terjadi bersama – sama dalam kehidupan manusia. Perubahan yang

disebabkan kematangan disebut pertumbuhan (growth), sedangkan perubahan

karena belajar dikatakan sebagai perkembangan atau development (E.R. Hilgrad,

1962 dalam Mulyati 2007 : 2).

Menurut pendapat para ahli Psikologi modern berpendapat bahwa dalam

proses belajar terjadi proses perubahan yang menuju kearah lebih baik. Dari tidak

dapat menjadi dapat, dari tidak tahu menjadi tahu, sedangkan perubahan itu relatif

permanen dalam arti tidak mudah hilang. Dan perubahan itu terjadi bukan semata

– mata karena kematangan atau pertumbuhan. Pengertian belajar yang sesuai

dengan penelitian yang dilakukan adalah belajar merupakan suatu proses

pembentukan pengetahuan atau kontruksi kognitif dalam diri peserta didik yang

dilakukan dengan jalan bekerja sama dengan peserta didik lain serta terlibat

komunikasi dengan lingkungan belajar yang ada disekitar peserta didik.

Dari pengertian belajar diatas maka akan dalam bahasan ini akan

membahas beberapa teori belajar yang relevan dengan masalah yang dibahas pada

penelitian ini yaitu teori belajar kontruktivisme Jean Piaget, Vygotsky dan

Ausubel.

a. Teori Belajar Kontruktivisme Jean Piaget

Kontruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan

bahwa pengetahuan manusia adalah kontruksi (bentukan) manusia sendiri (Von

Lasersfeld, 1987 dalam Paul Suparno, 1997: 18). Pengetahuan selalu merupakan

akibat dari konstruksi kognitif kenyataan melalui kegiatan yang dilakukan

seseorang. Seseorang membentuk struktur kognitif meliputi skema, kategori,

konsep dan struktur pengetahuan yang diperlukan untuk pengetahuan. Pola

pembelajaran melalui pendekatan kontruktivisme merupakan salah satu pola

pendekatan pembelajaran sains. Dengan pendekatan ini siswa diajak untuk aktif

(29)

commit to user

kegiatan pembelajaran merupakan inti dari pola pembelajaran dengan pendekatan

kontrukstivisme.

Piaget menjabarkan implikasi teori kognitif pada pendidikan yaitu

1) memusatkan perhatian kepada cara berpikir atau proses mental anak, tidak

sekedar kepada hasilnya. Guru harus memahami proses yang digunakan anak

sehingga sampai pada hasil tersebut. Pengalaman - pengalaman belajar yang

sesuai dikembangkan dengan memperhatikan tahap fungsi kognitif dan jika

guru penuh perhatian terhadap Pendekatan yang digunakan siswa untuk

sampai pada kesimpulan tertentu, barulah dapat dikatakan guru berada dalam

posisi memberikan pengalaman yang dimaksud,

2) mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan aktif

dalam kegiatan belajar. Dalam kelas, Piaget menekankan bahwa pengajaran

pengetahuan jadi ( ready made knowledge ) anak didorong menentukan

sendiri pengetahuan itu melalui interaksi spontan dengan lingkungan,

3) memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan

perkembangan. Teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh siswa tumbuh dan

melewati urutan perkembangan yang sama, namun pertumbungan itu

berlangsung pada kecepatan berbeda. Oleh karena itu guru harus melakukan

upaya untuk mengatur aktivitas di dalam kelas yang terdiri dari individu -

individu ke dalam bentuk kelompok - kelompok kecil siswa daripada aktivitas

dalam bentuk klasikal,

4) mengutamakan peran siswa untuk saling berinteraksi. Menurut Piaget,

pertukaran gagasan - gagasan tidak dapat dihindari untuk perkembangan

penalaran. Walaupun penalaran tidak dapat diajarkan secara langsung,

perkembangannya dapat disimulasi.

(http://lunnablog-luna.blogspot.com)

Berdasarkan ciri pembelajaran kontruktivisme dan perkembangan kognitif

Piaget maka dapat disimpulkan bahwa teori belajar kontruktivis dari Jean Piaget

sesuai dengan pembelajaran dengan metode pembelajaran TGT (Teams Games

(30)

commit to user pengetahuan mereka sendiri.

b. Teori Belajar Konstruktivisme Vygotsky

Tokoh konstruktivis lain adalah Vygotsky. Sumbangan penting teori

Vygotsky adalah penekanan pada hakekatnya pembelajaran sosiokultural. Inti

teori Vygotsky adalah menekankan interaksi antara aspek “internal” dan

“eksternal” dari pebelajaran dan penekanannya pada lingkungan sosial

pebelajaran. Menurut teori Vygotsky, fungsi kognitif berasal dari interaksi sosial

masing – masing individu dalam konsep budaya. Vygotsky juga yakin bahwa

pembelajaran terjadi saat siswa bekerja menangani tugas – tugas yang belum

dipelajari namun tugas- tugas itu berada dalam “zone of proximal development”

mereka. Zone of proximal development adalah jarak antara tingkat perkembangan

sesungguhnya yang ditunjukkan dalam kemampuan pemecahan masalah secara

mandiri dan tingkat kemampuan perkembangan potensial yang ditunjukkan

dalam kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau

teman sebaya yang lebih mampu.

Teori Vygotsky yang lain adalah “scaffolding“. Scaffolding adalah

memberikan kepada seseorang anak sejumlah besar bantuan selama tahap – tahap

awal pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan tersebut dan memberikan

kesempatan kepada anak tersebut mengambil alih tanggung jawab yang semakin

besar segera setelah ia mampu mengerjakan sendiri. Bantuan yang diberikan guru

dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan menguraikan masalah ke dalam

bentuk lain yang memungkinkan siswa dapat mandiri.

Vygotsky menjabarkan implikasi utama teori pembelajarannya yaitu

1) Menghendaki setting kelas kooperatif, sehingga siswa dapat saling

berinteraksi dan saling memunculkan strategi – strategi pemecahan masalah

yang efektif dalam masing – masing zone of proximal development mereka

2) Pendekatan Vygotsky dalam pembelajaran menekankan scaffolding.

(http://lunnablog-luna.blogspot.com)

Vygotsky percaya bahwa kita dapat belajar dari orang lain baik yang

(31)

commit to user

Instruksi (pengajaran) formal dan informal yang diberikan oleh orang lain yang

diberikan oleh orang lain yang lebih berpengalaman seperti orang tua, teman

sebaya, nenek/ kakek atau gurulah yang merupakan sarana transisi utama

pengetahuan tentang budaya tertentu. Bagi Vygotsky, seperti halnya bagi Piaget,

pengetahuan melekat di dalam tindakan dan interaksi dengan lingkungan

(budaya), tetapi berbeda dengan Piaget, Vygotsky menekankan tentang

pentingnya interaksi dengan wakil – wakil budaya yang masih hidup (Daniel

Muijs dan David Reynolds, 2008: 26-27).

Jadi teori belajar Vygotsky adalah salah satu teori belajar sosial sehingga

sangat sesuai dengan model pembelajaran kooperatif karena dalam model

pembelajaran kooperatif terjadi interaktif sosial yaitu interaksi antara siswa

dengan siswa dan antara siswa dengan guru dalam usaha menemukan konsep –

konsep dan pemecahan masalah.

c. Teori Belajar Bermakna Ausubel

Ausubel berpendapat bahwa banyak dikalangan pendidik menyamakan

belajar penemuan dengan belajar hafalan, sebab mereka berpendapat bahwa

belajar bermakna hanya terjadi bila peserta didik menemukan sendiri

pengetahuan. Inti dari teori Ausubel tentang belajar bermakna adalah merupakan

suatu proses mengkaitkan informasi baru pada konsep – konsep relevan yang

terdapat dalam struktur kognitif seseorang.

Menurut Ausubel dan Novak (1978) dalam Mulyati (2007: 77) ada tiga

kebaikan dari belajar bermakna yaitu :

1) Informasi yang dipelajari secara bermakna lebih lama dapat diingat.

2) Informasi yang telah tersubsumsi/ digolongkan peningkatan deferensial dari

penggolongan – penggolongan, jadi memudahkan proses belajar berikutnya

untuk materi pelajaran yang mirip.

3) Informasi yang dilupakan sesudah subsumsi obliteratif/ penggolongan

terhapus (obliterate = menghapuskan), meninggalkan efek residual (sisa) pada

subsumer, sehingga mempermudah belajar hal – hal yang mirip. Walaupun

(32)

commit to user

bermakna adalah struktur kognitif yang ada, stabilitas dan kejelasan pengetahuan

dalam satu bidang studi tertentu dan pada waktu tertentu. Sifat – sifat struktur

kognitif menentukan validitas dan kejelasan arti yang timbul waktu masuknya

informasi baru ke dalam struktur kognitif. Jika hal itu stabil, jelas, dan diatur

dengan baik, maka arti yang sahih dan jelas akan timbul dan cenderung bertahan.

Prasyarat belajar bermakna diantaranya yaitu :

1) Materi yang dipelajari harus bermakna secara potensial

2) Orang yang akan belajar harus bertujuan untuk melaksanakan belajar

bermakna, jadi mempunyai kesiapan dan niat untuk belajar bermakna

Kebermaknaan materi pelajaran secara potensial tergantung pada dua

faktor yaitu :

1) Pertama

a) Materi tersebut harus memiliki kebermaknaan logis

b) Gagasan – gagasan yang relevan harus terdapat dalam struktur kognitif

siswa

Materi yang mempunyai kebermaknaan logis merupakan materi yang non

arbriter dan substantif. Materi non arbriter ialah materi yang ajeg (konsisten)

dengan apa yang telah diketahui. Materi substantive artinya dapat dinyatakan

dalam berbagai cara, tanpa merubah arti.

2) Kedua

Tentang kebermaknaan potensial adalah bahwa dalam struktur kognitif

siswa harus ada gagasan yang diperhatikan tentang pengalaman mereka,tingkat

perkembangan mereka, intelegensi dan usia. Jadi jika salah satu komponen

(makna logis dan gagasan relevan) tidak ada, maka system belajar yang terjadi

adalah secara hafalan.

Berdasarkan faktor kebermaknaan pada prasyarat belajar bermakna

pembelajaran kontruktivisme dan perkembangan kognitif Ausubel maka dapat

disimpulkan bahwa teori belajar kontruktivis dari Ausubel sesuai dengan

pembelajaran dengan metode pembelajaran TGT (Teams Games Tournament)

(33)

commit to user (Mulyati, 2007: 76-78).

3. Pembelajaran Kimia

Ilmu kimia sebagai rumpun dari IPA merupakan ilmu yang diperoleh dan

dikembangkan berdasarkan eksperimen yang mencari jawaban apa, mengapa dan

bagaimana gejala-gejala alam khususnya yang berkaitan dengan komposisi

struktur dan sifat, transformasi, dinamika, dan energitika zat (Depdiknas, 2004: 1).

Konsep-konsep yang dipelajari dalam kimia diperoleh dari hasil-hasil

eksperimen dan penalaran. Dalam penalaran kimia, semua konsep tersebut

disusun dalam suatu urutan berjenjang yang sistematis dan saling berkaitan satu

sama lain. Pembelajaran kimia tidak terlepas dari dua komponen pembelajaran

yang saling berkaitan yaitu proses belajar dan proses mengajar.

Pembelajaran kimia merupakan suatu siklus yang terdiri atas tiga tahap,

yaitu

a. perencanaan pelaksanaan pembelajaran kimia,

b. pelaksanaan proses pembelajaran kimia, dan

c. penilaian hasil pembelajaran/ belajar kimia.

Siklus tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: (Sukardjo dan Lis

Permana Sari, 2007: 4)

Gambar 1. Siklus pembelajaran kimia

Standar kompetensi dalam mata pelajaran kimia dirumuskan atas dasar

(34)

commit to user

pembelajaran kimia adalah materi pelajaran atau bahan ajar yang harus dipelajari

peserta didik sebagai sarana untuk mencapai kompetensi dasar. Materi

pembelajaran kimia dapat berupa fakta, konsep, prinsip, teori dan hukum-hukum

kimia (Sutiman dan Rohaeti, 2004: 40-41).

Materi pembelajaran kimia yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

materi struktur atom, dimana materi ini berupa teori – teori dari beberapa ilmuwan

yang menguatkan tentang adanya atom. Selain itu juga berupa pemahaman konsep

mengenai hal – hal yang berkaitan tentang atom.

4. Metode Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)

Cooperative Learning atau pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk

bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan

belajar. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan

sengaja mengembangkan interaksi yang saling membantu untuk menghindari

ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan,

sebagai latihan hidup di masyarakat. (Nurhadi, 2004: 112).

Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode

pengajaran di mana para siswa bekerja dalam kelompok – kelompok kecil untuk

saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam

kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling

mendiskusikan dan berargumentasi, untuk mengasah pengetahuan yang mereka

kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing – masing

(Robert E. Slavin, 2008: 4).

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) dibedakan menjadi

beberapa tipe yaitu :

a. Student Teams Achievement Division (STAD); b. Teams Games Tournament (TGT);

c. Teams Assisted Individualization (TAI).

(35)

commit to user f. Learning Together (LT);

(Robert E. Slavin, 2008: 11)

Metode Teams Games Tournament (TGT) merupakan salah satu metode

pembelajaran kooperatif dengan dibentuk kelompok-kelompok kecil dalam kelas

yang terdiri tiga sampai lima siswa yang heterogen baik dalam prestasi akademik,

jenis kelamin, ras, maupun etnis. Aktivitas pembelajaran metode Teams Games

Tournament (TGT) ini sebenarnya merupakan pengembangan dari Student Teams Achievement Division (STAD). Tujuan utamanya adalah kerja sama antara sesama anggota kelompok dalam suatu tim sebagai persiapan mengadapi turnamen yang

dipersiapkan antar kelompok dengan pola permainan yang dirancang oleh guru.

Dalam jurnal yang berjudul The Effects of Teams-Games-Tournaments on

Achievement, Retention, and Attitudes of Economics Education Student mengungkapkan bahwa “The TGT technique is more effective than the lecture

method with regard to economics student achievement and student retention of

economics content” (Teknik TGT lebih efektif bila dibandingkan dengan metode ceramah).

Dalam penelitian ini dicoba salah satu pembelajaran kooperatif metode

Teams Games Tournament (TGT). Dalam pembelajaran metode Teams Games Tournament (TGT) terdapat lima komponen utama, yaitu :

a. Presentasi Kelas/ Pengamatan Langsung

Presentasi kelas digunakan guru untuk memperkenalkan pembelajaran

kooperatif metode TGT, membagi kelompok sesuai dengan hasil pretest siswa

serta menyebutkan konsep – konsep yang harus dipelajari, memberikan

motivasi untuk pendahuluan mengenai materi yang akan diajarkan sehingga

lebih menarik perhatian siswa untuk mendalami materi.

Materi pelajaran dirancang sedemikian rupa sehingga dapat disajikan

dalam kelompok dan dalam turnamen, Bentuk rancangan tersebut dikemas

dalam satu perangkat pembelajaran yang terdiri dari rancangan pelaksanaan

pembelajaran (RPP), buku materi pelajaran kimia, kelengkapan media

(36)

commit to user (posttest) pembelajaran, dan angket afektif .

Selama kegiatan kelompok berlangsung masing – masing siswa

bertugas untuk mempelajari materi yang telah disajikan guru, dan saling

membantu apabila ada teman sekelompoknya belum menguasai materi

pelajaran tersebut. Disini guru juga menekankan bahwa apabila siswa

mempunyai suatu permasalahan, sebaiknya ditanyakan terlebih dahulu pada

anggota kelompoknya, jika tidak mampu baru ditanyakan pada guru.

b. Tim

Tim terdiri dari 4 sampai 5 siswa anggota kelas dengan kemampuan

yang berbeda. Anggota mewakili kelompok yang ada dikelas dalam hal

kemampuan akademik. Kegiatan tim umumnya adalah diskusi antar anggota,

saling membandingkan jawaban, memeriksa dan mengoreksi kesalahan

konsep anggota kelompok. Tim merupakan komponen terpenting dalam

pembelajaran kooperatif metode Teams Games Tournament (TGT).

Tekanannya terletak pada anggota tim dalam melakukan sesuatu yang terbaik

untuk timnya dan dalam memberikan dorongan untuk meningkatkan

kemampuan akademik anggotanya selama kerja. Tim juga memberikan

perhatian dan penghargaan yang sama terhadap setiap anggota, sehingga

timbul rasa saling dihargai bagi setiap anggotanya.

Dalam penelitian ini setiap tim beranggotakan 4 atau 5 siswa yang

terdiri dari siswa pandai, sedang, dan kurang. Selain itu dalam penempatan tim

memperhatikan juga perbedaan jenis kelamin. Diperhatikan pula untuk tidak

membebaskan siswa memilih timnya sendiri. Disini guru langsung

mengelompokkan murid – murid menjadi 7 kelompok yang masing – masing

kelompok beranggotakan 4 atau 5 siswa yang terdiri dari siswa yang

mempunyai kemampuan awal tinggi, sedang dan rendah serta memperhatikan

(37)

commit to user

Game disusun dari pertanyaan-pertanyaan yang isinya relevan dan

didesain untuk menguji pengetahuan siswa dari penyajian materi dan latihan

tim. Game dimainkan oleh tiga siswa pada sebuah meja, dan masing-masing

siswa mewakili tim yang berbeda yang dipilih secara acak. Kebanyakan game

berupa sejumlah pertanyaan bernomor pada lembar-lembar khusus. Siswa

mengambil kartu bernomor dan berusaha menjawab pertanyaan yang

bersesuaian dengan nomor tersebut.

d. Turnamen / Pertandingan

Permainan didesain untuk menguji pengetahuan yang dicapai siswa

dan disusun dalam pertanyaan – pertanyaan yang relevan dengan materi dan

latihan lain. Turnamen/ pertandingan adalah saat dimana permainan

berlangsung. Biasanya turnamen dilaksanakan pada akhir materi struktur atom

selesai.

Dalam turnamen 4 atau 5 siswa yang setara yang mewakili tim yang

berbeda akan bersaing. Persaingan setara ini memungkinkan siswa dari semua

tingkatan kemampuan awal menyumbangkan nilai maksimum bagi timnya.

e. Pengha

(38)

commit to user

Tim – tim yang berhasil mencapai finish pada permainan ular tangga

adalah sebagai pemenang. Tim yang menang mendapatkan hadiah dari guru

yaitu seperangkat alat tulis.

Dengan pembelajaran kooperatif metode Teams Games Tournament

(TGT) diharapkan bisa merangsang siswa untuk lebih siap belajar khususnya

belajar struktur atom. Selain itu selama siswa bekerja dalam kelompoknya,

guru akan bertindak sebagai fasilitator yang akan membantu kegiatan masing

– masing (Robert E. Slavin, 2008: 166 - 167).

5. Permainan Ular Tangga

Penelitian yang berjudul “Educational Games in Higher Education: a case

study in teaching recursive algorithms” oleh Eleni Rossiou and Spyros Papadakis, University of Macedonia and The Hellenic Open University menyebutkan bahwa

ular tangga merupakan salah satu contoh permainan pendidikan. Permainan Ular

Tangga atau dalam Bahasa Inggrisnya disebut Snake and Ladder adalah suatu

permainan yang menggunakan papan permainan (board game) dan sebuah dadu

(dice). Papan permaian tersebut berisikan 20 kotak perintah yang harus dilakukan

oleh pemain. Dalam hal ini kotak perintah sudah dimodifikasi berisikan perintah

mendeskripsikan sesuatu benda, orang, tempat atau kegiatan. Ular tangga adalah

permainan papan untuk anak-anak yang dimainkan oleh 2 orang atau lebih. Papan

permainan dibagi dalam kotak-kotak kecil dan di beberapa kotak digambar

sejumlah "tangga" atau "ular" yang menghubungkannya dengan kotak lain.

Permainan ini diciptakan pada tahun 1870.

Tidak ada papan permainan standar dalam ular tangga - setiap orang dapat

menciptakan papan mereka sendiri dengan jumlah kotak, ular dan tangga yang

berlainan. Setiap pemain mulai dengan bidaknya di kotak pertama (biasanya kotak

di sudut kiri bawah) dan secara bergiliran melemparkan dadu. Bidak dijalankan

sesuai dengan jumlah mata dadu yang muncul. Bila pemain mendarat di ujung

bawah sebuah tangga, mereka dapat langsung pergi ke ujung tangga yang lain.

(39)

commit to user

bila seorang pemain mendapatkan angka 6 dari dadu, mereka mendapat giliran

sekali lagi. Bila tidak, maka giliran jatuh ke pemain selanjutnya

(http://id.wikipedia.org/wiki/Ular_tangga).

Permainan sangat memotivasi dan menghibur, dan mereka dapat

memberikan siswa pemalu lebih mempunyai kesempatan mengekspresikan

pendapat mereka dan perasaan mereka (Hansen 1994:118 dalam Agus Suganda,

Arif Hidayat, Indri Widyastuti, dan Euis Rini (2008: 5-6). Ia juga dapat memberi

kemampuan pada siswa mendapatkan pengalaman baru dalam pembelajaran

bahasa asing yang tidak selalu mungkin terjadi selama mengalamai bahasan

tertentu. Lebih jauh lagi, menegaskan pendapat Richard-Amato (1988:147) dalam

Agus Suganda, Arif Hidayat, Indri Widyastuti, dan Euis Rini (2008: 5-6) mereka

menambahkan bahwa permainan dapat dijadikan kegiatan ”ice breaking” pada kegiatan rutin pembelajaran di kelas, tetapi juga dapat digunakan untuk

memperkenalkan gagasan-gagasan baru. Mudahnya, suasana yang menyenangkan

yang tercipta karena permainan, siswa dapat mengingat sesuatu lebih cepat dan

lebih baik (Wierus and Wierus 1994 dalam jurnal Agus Suganda, Arif Hidayat,

Indri Widyastuti, dan Euis Rini (2008: 5-6).

6. Prestasi Belajar

Menurut W.S Winkel (1996: 149), prestasi belajar dapat dilihat dari

perubahan-perubahan dalam pengertian kognitif, pengalaman, ketrampilan, nilai,

sikap, yang bersifat konstan. Menurut Bloom taksonomi hasil belajar terbagi

menjadi 3 taksonomi atau klasifikasi yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.

a. Ranah kognitif

Ranah/kawasan kognitif berkenaan dengan ingatan atau pengenalan dan

pengembangan kemampuan intelektual dan keterampilan berpikir. Jenjang

taksonomi pendidikan dalam kawasan kognitif yaitu aspek pengetahuan,

(40)

commit to user

Ranah/kawasan afektif berkenaan dengan minat, sikap, dan nilai serta

pengembangan penghargaan dan penyesuaian diri. Kawasan afektif terbagi

menjadi 5 jenjang yaitu penerimaan (receiving), pemberian respon (responding),

pemberian nilai atau penghargaan (valuing), pengorganisasian (organizing) dan

karakterisasi (characterization).

c. Ranah psikomotor

Ranah/kawasan psikomotor berkenaan dengan otot, keterampilan

motorik, atau gerak yang membutuhkan koordinasi otot (neomuscular

coordination). Kawasan psikomotor meliputi peniruan, penggunaan, ketepatan, perangkaian dan naturalisasi.

Prestasi belajar dapat diketahui dengan adanya evaluasi belajar atau

penilain hasil belajar. Dari hasil penilaian hasil belajar tersebut dapat diperoleh

informasi sehingga guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan,

penguasaan siswa terhadap materi pelajaran yang disampaikan, ketepatan atau

keefektifan metode mengajar, mengetahui kedudukan siswa di kelas atau

kelompoknya. Jadi prestasi belajar memiliki peranan penting. Prestasi belajar

dapat dijadikan umpan balik (feed back) terhadap proses belajar mengajar

selanjutnya. Dengan demikian proses pembelajaran akan terus menerus

ditingkatkan untuk memperoleh hasil yang optimal. Tingkat keberhasilan siswa

dalam pencapaian prestasi belajar yang baik dipengaruhi oleh banyak faktor, baik

faktor intern maupun faktor ekstern. Faktor intern siswa misalnya intelegensi,

sikap, bakat, keingintahuan, dan lain-lain. Sedangkan faktor ekstern misalnya

metode pembelajaran, materi pelajaran, fasilitas yang ada, kondisi lingkungan,

dan lain-lain.

Dari uraian yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa prestasi

belajar adalah hasil usaha yang berupa perubahan tingkah laku yang diperoleh dari

proses belajar mengajar yang dapat diketahui dengan mengadakan penilaian

belajar. Dan dalam penelitian ini prestasi belajar yang diamati yaitu dari segi

(41)

commit to user

a. Perkembangan Atom

Atom merupakan bagian yang sangat kecil dari suatu unsur yang masih

memiliki sifat unsur itu. Pada jaman dahulu tidak ada satupun alat yang mampu

untuk melihat bentuk dan susunan atom. Adapun model atom hanya merupakan

rekaan para ahli sebagai kesimpulan atas data eksperimen yang dilakukan dan

untuk menjelaskan keadaan suatu atom yang sebenarnya. Pandangan tentang atom

oleh para ahli adalah:

1) Model Atom Dalton

Gambar 3. John Dalton dan Model Atomnya

Pada akhir abad ke-18 dan permulaan abad ke-19, dalam mempelajari

reaksi kimia secara kuantitatif ditemukan sejumlah hukum yang dikenal sebagai

hukum – hukum persenyawaan kimia atau hukum – hukum pokok reaksi kimia.

Hukum – hukum ini termasuk Hukum Kekekalan Massa, Hukum Perbandingan

Tetap, dan Hukum Kelipatan Perbandingan. Dalam usahanya untuk menerangkan

hukum – hukum tersebut, pada permulaan abad ke-9 Dalton mengemukakan

hipotesis bahwa zat tidak bersifat kontinu melainkan terdiri atas partikel – partikel

kecil yang disebut atom. Atom – atom dari suatu unsur tertentu adalah identik

(Hiskia Achmad dan M.S. Tupamalu, 1988: 1).

John Dalton menggambarkan atom sebagai bola pejal (padat) yang sangat

kecil. Bola pejal ini seperti bola pejal pada olah raga tolak peluru tetapi ukurannya

sangat kecil. Model atom ini tidak bisa menerangkan bagaimana suatu larutan

(42)

commit to user

massa dan hukum perbandingan tetap. Dari kedua hukum tersebut Dalton mengemukakan pendapatnya tentang atom sebagai berikut:

1. Atom merupakan bagian terkecil dari materi yang sudah tidak dapat dibagi

lagi.

2. Atom digambarkan sebagai bola pejal yang sangat kecil, suatu unsur memiliki

atom-atom yang identik dan berbeda untuk unsur yang berbeda.

3. Atom-atom bergabung membentuk senyawa dengan perbandingan bilangan

bulat dan sederhana. Misalnya air terdiri atom-atom hidrogen dan atom-atom

oksigen.

4. Reaksi kimia merupakan pemisahan atau penggabungan atau penyusunan

kembali dari atom-atom, sehingga atom tidak dapat diciptakan atau

dimusnahkan.

Teori atom Dalton dikembangkan selama periode 1803-1808 dan

didasarkan atas tiga asumsipokok, yaitu:

a. Setiap unsur kimia tersusun oleh partikel-partikel kecil yang tidak dapat

dihancurkan dan dipisahkan yang disebut atom. Selama mengalami perubahan

kimia, atom tidak bisa diciptakan dan dimusnahkan.

b. Semua atom dari suatu unsur mempunyai massa dan sifat yang sama, tetapi

atom-atom dari suatu unsur berbeda dengan atom-atom dari unsur yang lain,

baik massa maupun sifat-sifatnya yang berlainan.

c. Dalam senyawa kimiawi, atom-atom dari unsur yang berlainan melakukan

ikatan dengan perbandingan angka sederhana.

(Budi Utami, dkk, 2009: 4)

Namun demikian. Teori tersebut juga mempunyai beberapa kelemahan,

diantaranya:

a. Tidak dapat menjelaskan perbedaan antara atom unsur yang satu dengan unsur

yang lain.

b. Tidak dapat menjelaskan sifat listrik materi.

(43)

commit to user

terpecahkan setelah percobaan-percobaan lebih lanjut yang dilakukan para ahli

menunjukan bahwa atom bukanlah sesuatu yang tidak dapat terbagi, melainkan

terdiri atas berbagai jenis partikel sub atom. Tiga diantaranya adalah proton,

elektron dan neutron.

Tabel 1. Sifat-sifat Partikel Sub Atom

Partikel Lambang

Massa

Muatan Penemu

Gram sma

Proton p 1,6726231 x 10-24 1 +1 Goldstein/Rutherford

Elektron n 9,1093897 x 10-28 1/1840 -1 J.J. Thomson

Neutron e 1,672492716 x 10-24 1 netral J. chadwick

(Michael Purba, 2006: 21)

2) Model Atom J.J. Thomson

Thomson adalah orang pertama yang berusaha membayangkan bentuk

atom ditinjau dari sudut kelistrikannya pada tahun 1904. Menurut Thomson

bentuk atom menyerupai agar – agar yang tersusun dari muatan listrik positif dan

negatif. Muatan positif menyebar secara merata dalam bulatan yang merupakan

(44)

commit to user

kismis sebagai muatan negatif. Suatu bola pejal yang permukaannya dikelilingi

elektron dan partikel lain yang bermuatan positif sehingga atom bersifat netral

(Hiskia Achmad dan M.S. Tupamalu, 1988: 15).

Dari teori yang disampaikan oleh Thomson dapat diketahui bahwa atom

bukanlah bagian terkecil dari suatu materi. Sebab, atom masih tersusun oleh

partikel positif dan negatif. Setelah J.J. Thomson menemukan bahwa di dalam

atom terdapat elektron, maka Thomson membuat model atom sebagai berikut:

1. atom merupakan suatu materi berbentuk bola pejal bermuatan positif dan

di dalamnya tersebar elektron-elektron (model roti kismis);

2. atom bersifat netral, jumlah muatan positif sama dengan jumlah muatan

negatif.

Model atom Thomson tidak bertahan lama. Hal indisebabkan karena

model atom Thomson tidak dapat menjelaskan adanya inti atom.

3) Model Atom Rutherford

Gambar 5. Rutherford dan Model Atomnya

Pada tahun 1911, Ernest Rutherford (1871-1937) melakukan pengujian

terhadap model atom Thomson dengan menggunakan hamburan sinar alfa yang

ditembakkan pada lapisan logam emas tipis. Menurut Rutherford, jika model atom

Thomson benar, seluruh sinar alfa akan diteruskan tanpa ada yang dibelokkan.

Pada kenyataannya, sinar alfa ada yang dibelokkan bahkan ada juga yang

dipantulkan membentuk sudut antara 90–180. Rutherford menyatakan bahwa

(45)

commit to user

sebagai inti atom. Elektron (bermuatan negatif) bergerak mengelilingi inti atom,

seperti beredarnya planet mengelilingi matahari (Khamidinal, dkk, 2009: 3).

Beberapa tahun kemudian yaitu tahun 1911, Ernest Rutherford

mengungkapkan teori atom modern yang dikenal sebagai model atom Rutherford.

a. Atom tersusun dari:

1. Inti atom yang bermuatan positif.

2. Elektron-elektron yang bermuatan negatif dan mengelilingi inti.

b. Semua proton terkumpul dalam inti atom, dan menyebabkan inti atom

bermuatan positif.

c. Sebagian besar volum atom merupakan ruang kosong. Hampir semua massa

atom terpusat pada inti atom yang sangat kecil. Jari-jari atom sekitar 10–10 m,

sedangkan jari-jari inti atom sekitar 10–15 m.

(Budi Utami, dkk, 2009: 6)

4) Model Atom Neils Bohr

Gambar 6. Neils Bohr dan Model Atomnya

Suatu kemajuan dari teori Rutherford adalah ditemukannya inti atom.

Meskipun demikian, teori atom Rutherford masih memiliki kelemahan. Menurut

teori fisika klasik, jika suatu partikel bermuatan bergerak mengelilingi partikel

lain dengan muatan berlawanan, maka semakin lama partikel itu akan jatuh ke

pusatnya. Padahal, elektron tersebut tidak pernah tertarik ke inti atom. Seorang

(46)

commit to user

menunjukkan bahwa spektrum hidrogen merupakan garis-garis yang terpisah

menurut aturan tertentu. Garis-garis terpisah itu merupakan lintasan elektron

dengan tingkat energi tertentu. Berdasarkan hasil pengamatannya, Bohr menyusun

teori atom sebagai berikut:

a. Atom terdiri atas inti atom bermuatan positif dan elektron bermuatan negatif

yang bergerak mengelilingi inti atom.

b. Elektron bergerak mengelilingi inti atom pada jarak tertentu yang disebut

lintasan elektron.

c. Selama bergerak mengelilingi inti atom, elektron tidak memancarkan maupun

menyerap energi.

d. Elektron dapat berpindah ke lintasan yang lebih tinggi dengan menyerap

energi dan dapat pula berpindah ke lintasan yang lebih rendah dengan

memancarkan energi.

(Khamidinal, dkk, 2009: 4)

Model atom Bohr dapat dianalogkan seperti sebuah tata surya mini. Pada

tata surya, planet-planet beredar mengelilingi matahari. Pada atom, elektron –

elektron beredar mengelilingi atom, hanya bedanya pada sistem tata surya, setiap

lintasan (orbit) hanya ditempati 1 planet, sedangkan pada atom setiap lintasan

(kulit) dapat ditempati lebih dari 1 elektron (Budi Utami, dkk, 2009: 7).

5) Model Atom Mekanika Gelombang

Gambar 7. Model Atom Mekanika gelombang

Pada tahun 1927, Erwin Schrodinger seorang ilmuwan dari Austria

mengemukakan teori atom yang disebut teori atom mekanika kuantum atau

(47)

commit to user

dikatakan tentang posisi elektron adalah peluang untuk menemukannya disetiap

titik disekitar inti atom. Daerah dengan peluang terbesar untuk menemukan

elektron tersebut disebut orbital.

Struktur atom menurut teori atom mekanika kuantum mempunyai

kesamaam dengan teori atom Neils Bohr dalam hal tingkat-tingkat energi dalam

atom. Keduanya menyatakan bahwa elektron dalam atom berada pada

tingkat-tingkat tertentu. Bedanya adalah dalam hal posisi elektron dalam atom tersebut.

menurut Bohr, posisi elektron dipastikan yaitu berada pada orbit berbentuk

lingkaran dengan jari-jari tertentu. Dalam teori atom mekanika kuantum posisi

elektron tidak pasti yang dapat dikatakan hanya peluang untuk menemukannya,

yaitu dalam orbital. Perhatikan bahwa Bohr menggunakan istilah orbit, sedangkan

mekanika kuantum menggunakan orbital.

Model atom dengan orbital lintasan elektron ini disebut model atom

modern atau model atom mekanika kuantum yang berlaku sampai saat ini, seperti

terlihat pada ganbar berikut ini.

Awan elektron disekitar inti menunjukan tempat kebolehjadian elektron.

Orbital menggambarkan tingkat energi elektron. Orbital-orbital dengan tingkat

energi yang sama atau hamper sama akan membentuk sub kulit. Beberapa sub

kulit bergabung membentuk kulit. Dengan demikian kulit terdiri dari beberapa sub

kulit dan subkulit terdiri dari beberapa orbital. Walaupun posisi kulitnya sama

tetapi orbitalnya belum tentu sama.

a) Ciri Khas Model Atom Mekanika Gelombang

1) Gerakan elektron memiliki sifat gelombang, sehingga lintasannya

(orbitnya) tidak stasioner seperti model Bohr, tetapi mengikuti

penyelesaian kuadrat fungsi gelombang yang disebut orbital (bentuk tiga

dimensi dari kebolehjadian paling besar ditemukannya elektron dengan

keadaan tertentu dalam suatu atom).

2) Bentuk dan ukuran orbital bergantung pada harga dari ketiga bilangan

kuantumnya (Elektron yang menempati orbital dinyatakan dalam bilangan

(48)

commit to user

sesuatu yang pasti, tetapi boleh jadi merupakan peluang terbesar

b) Kelemahan Model Atom Modern

Persamaan gelombang Schrodinger hanya dapat diterapkan secara eksak

untuk partikel dalam kotak dan atom dengan elektron tunggal.

(Michael Purba, 2006: 30-31)

b. Partikel Penyusun Atom

1. Elektron

Gambar 8. Tabung Sinar Katoda

Pada tahun 1834, Faraday menemukan bahwa materi dan listrik dalah

ekivalen. Penemuan elektron dimulai dengan pembuatan tabung sinar katoda oleh

J. Plucker dan dipelajari lebih lanjut oleh W. Crookes dan J.J. Thomson.

Dibuktikan bahwa sinar yang kehijau – hijauan itu dipancarkan dari katoda. Sinar

ini disebut sinar katoda. Setelah diteliti secara mendalam dapat dilihat sifat – sifat

berikut :

a) Sinar itu berasal dari katoda dan menurut garis lurus

b) Sinar katoda bermuatan negatif. Hal ini dibuktikan dari fakta bahwa sinar ini

tertarik oleh pelat bermuatan positif dan dibelokkan oleh medan magnet

c) Sinar katoda memiliki momentum oleh karena itu mempunyai massa, hingga

Gambar

Tabel 18. Tabel Hasil Uji t-Pihak Kanan Nilai (Posttest) Afektif ...
Gambar 1. Siklus pembelajaran kimia
Gambar 2. Bagan penempatan siswa dalam meja turnamen untuk tim (Robert E. Slavin, 2008: 168)
Gambar 3. John Dalton dan Model Atomnya
+7

Referensi

Dokumen terkait

Agar konsumen membeli terus Agar konsumen membeli terus Tidak mengurangi kualitas, resep yang tidak berubah.. Berani mengambil

Undang - Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Data series: For a worksheet, refers to the values or text items that Excel fills into a range of cells after you use the AutoFill tool.. For a chart, refers to related data points

Berdasarkan analisa kisaran inang dan sikuen nukleotida gen CP dapat disimpulkan bahwa Potyvirus yang berasosiasi dengan penyakit mosaik pada tanaman nilam di daerah Bogor adalah

linearis berumur 2 hari memiliki panjang tubuh yang tidak berbeda nyata dengan parasitoid yang berasal dari telur C. Imago parasitoid betina yang berasal dari telur

The reason and the background above attract the writer to analyze the movie within the social psychological perspective frame work in to be research paper entitled: “PREJUDICES

Dari penjabaran pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa program-program KKN sebagian besar yang berjalan adalah program non- fisik, walaupun program fisik juga berjalan

Penerapan metode clustering k-means pada hasil proses data mining transaksi penjualan produk merupakan sebuah aplikasi yang digunakan untuk mengolah data