• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PROFIL LITERASI SAINS PADA SOAL UJIAN NASIONAL DAN OLIMPIADE KIMIA SMA TINGKAT PROVINSI TAHUN 2014-2016.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS PROFIL LITERASI SAINS PADA SOAL UJIAN NASIONAL DAN OLIMPIADE KIMIA SMA TINGKAT PROVINSI TAHUN 2014-2016."

Copied!
191
0
0

Teks penuh

(1)

i

ANALISIS PROFIL LITERASI SAINS PADA SOAL UJIAN NASIONAL DAN OLIMPIADE KIMIA SMA TINGKAT PROVINSI

TAHUN 2014-2016

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta

untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

FATMA SEPTIYANI NIM. 13303241017

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

▸ Baca selengkapnya: download soal olimpiade bahasa indonesia sma pdf

(2)

ii

ANALISIS PROFIL LITERASI SAINS PADA SOAL UJIAN NASIONAL DAN OLIMPIADE KIMIA SMA TINGKAT PROVINSI

TAHUN 2014-2016

Oleh : Fatma Septiyani NIM : 13303241017

ABSTRAK

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui profil komponen literasi sains kimia pada soal Ujian Nasional dan Olimpiade Kimia SMA Tingkat Provinsi Tahun 2014-2016.

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data studi dokumenter. Subjek penelitian ini adalah soal Ujian Nasional (UN) dan Olimpiade Kimia SMA Tingkat Provinsi (OP) Tahun 2014-2016. Soal ujian nasional yang dianalisis terdiri dari 1200 butir soal sedangkan soal olimpiade yang dianalisis terdiri dari 109 butir soal. Objek dalam penelitian ini adalah komponen profil literasi sains kimia yang terdiri dari 17 indikator yang mengacu pada jurnal dari Shawartz, Ben-zvi, dan Hofstein (2006) serta PISA.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan soal Ujian Nasional dan Olimpiade

Kimia SMA Tingkat Provinsi Tahun 2014-2016 mengandung literasi sains kimia yang tersebar pada beberapa indikator. Indikator mampu mengidentifikasi masalah untuk diselidiki (b) untuk UN dan OP, yaitu: 26,67% dan 58,72%; menggunakan hasil eksperimen untuk menjelaskan fenomena kimia (d): 11,25% dan 1,83%; menjelaskan pengetahuan faktual (e): 15% dan 10,09%; menjelaskan pengetahuan konseptual (f): 98,33% dan 100%; menjelaskan pengetahuan prosedural (g): 6,42% dan 2,75%; memberikan penjelasan makroskopik dari fenomena kimia (i): 13,33% dan 10,09%; memberikan penjelasan sub-mikroskopik dari fenomena kimia (j): 0,83% dan 5,50%; memberikan penjelasan simbolik dari fenomena kimia (k): 36,17% dan 31,19%; mengetahui peran penting pengetahuan kimia untuk menjelaskan fenomena sehari-hari (l): 21,25% dan 8,26%; menganalisis soal (C4) (o): 26,67% dan 58,72%; mengevaluasi soal (C5) (p): 0% dan 11,01%; dan menunjukkan ketertarikan peserta didik terhadap isu kimia terkini (q): 1,67% dan 0,92%. Presentase indikator lain dalam soal adalah 0%.

(3)

iii

THE PROFILE ANALYSIS OF SCIENCE LITERATURE IN QUESTIONS OF FINAL EXAMINATION AND PROVINCE CHEMISTRY OLYMPIAD

FOR SENIOR HIGH SCHOOL IN YEAR 2014 2016

By : Fatma Septiyani NIM : 13303241017

ABSTRACT

This research was a qualitative descriptive research which aimed to find out the component profile of science chemistry literature in question packages of Final Examination for Senior High School and Province Chemistry Olympiad for Senior High School in year 2014 – 2016.

This research used documentary study as the data collection technique. The research subjects were the Final Examination’s questions for Senior High School and Province Chemistry Olympiad for Senior High School in year 2014 – 2016. The questions of final examination that was analysis consist of 1200 items while the questions of olympiad that was analysis consist of 109 items. The research object was the component profile of science literature there were 17 indicators based on Journal of Shawartz, Ben-zvi, and Hofstein (2006) and PISA.

The research finding showed that the Final Examination’s questions for Senior High School and Province Chemistry Olympiad for Senior High School in year 2014 – 2016 contained the science chemistry literature that spread to some indicators. Indicators able to identify problems to investigate (b) for Final Examination and Province Olympiad, it was: 26,67% and 58,72%; were using experiment’s result to describe the chemistry phenomena (d): 11.25% and 1.83%; describing factual knowledge (e): 15% and 10,09%; describing conceptual knowledge (f): 98,33% and 100%; describing procedural knowledge (g): 6,42% and 2,75%; giving macroscopic explanation of chemistry phenomena (i): 13,33% and 10,09%, giving sub-microscopic explanation of chemistry phenomena (j): 0,83% and 5,50%; giving symbolical explanation of chemistry phenomena (k): 36,17% and 31.19%; knowing the importance of chemistry to describe the daily phenomena (l): 21,25% and 8,26%; question analysis (C4) (o): 26,67% and 58,72%; question evaluation (C5) (p): 0% and 11,01%; and show interest in learners of current chemical issues (q): 1,67% and 0,92%. The percentage of other indicators in the matter is 0%.

(4)
(5)
(6)

vi

HALAMAN PERNYATAAN Yang bertandatangan di bawahini, saya :

Nama : Fatma Septiyani

NIM : 13303241017

Program Studi : Pendidikan Kimia

Fakultas : MIPA Universitas Negeri Yogyakarta

JudulPenelitian :Analisis Profil Literasi Sains pada Soal Ujian

Nasional dan Olimpiade Kimia SMA Tingkat Provinsi Tahun 2014-2016

Menyatakan bahwa karya ilmiah ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri dan sepanjang pengetahuan saya tidak berisi materi yang telah dipublikasikan atau ditulis oleh orang lain atau telah dipergunakan dan diterima sebagai persyaratan penyelesaian studi pada Universitas atau Institut lain, kecuali pada bagian-bagian tertentu yang diambil sebagai bahan acuan penelitian ini. Selanjutnya apabila ada hal-hal yang tidak sesuai sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.

Yogyakarta, 15 Juni 2017

Yang Menyatakan,

(7)

vii MOTTO

Manfaatkanlah semangatmu sebaik mungkin, sebelum malasmu menghancurkan

masa depanmu

(8)

viii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Banyak suka duka yang menyertai perjalanan ini hingga terselesaikannya tugas akhir skripsi ini, namun berkat kesabaran dan dukungan semua pihak dapat terlewati dengan mudah. Saya sangat berterimakasih dan mempersembahkan hasil tugas akhir skripsi ini kepada:

 Allah SWT, Dzat pemberi kehidupan, yang telah memberikan karunia nikmat

yang tak terhingga, mencerahkan dari segala gelap, melindungi dari segala bahaya dan memudahkan dari segala kesulitan.

 Kedua orang tua yang tidak pernah lelah untuk selalu memberikan dorongan,

semangat, dan doa yang tiada henti mereka panjatkan untuk saya.

 Adik perempuan terbongsor, Della Aprilia Sari, teman jahil dan teman curhat

ketika dirumah.

 Dosen pembimbing, Bapak Crys Fajar Partana, M.Si yang telah ikhlas dan

bersungguh-sungguh membimbing saya dari awal perencanaan sampai tersusunnya laporan skripsi ini.

 Bapak dan Ibu dosen FMIPA UNY, yang tidak bisa saya sebutkan satu

persatu, yang telah membantu dan memberi masukan penulisan laporan skripsi.

 Riris Kasduing Galih seperjuangan skripsi, banyak suka duka telah kita lewati

berdua dan alhamdulillah kita berhasil melewatinya.

 Agus Ardiyanto, untuk yang satu ini, biar kedua mataku yang berbicara

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT karena atas limpahan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya, shalawat dan salam semoga selalu tertuju kepada Nabi Besar Muhamad SAW beserta para pengikutnya. Berkat rahmat dan hidayah-Nyalah maka, penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul

“Analisis Profil Literasi Sains pada Soal Ujian Nasional dan Olimpiade Kimia

SMA Tingkat Provinsi Tahun 2014-2016”. Penyusunan skripsi ini merupakan

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Kimia di FMIPA UNY.

Penulis menyadari bahwa keberhasilan yang dicapai bukanlah karena kerja individu semata, tetapi berkat bantuan semua pihak yang ikut mendukung terselenggaranya penelitian ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat-Nya sehingga penelitian ini

dapat terlaksana dengan baik, dari awal hingga penyusunan laporan skripsi.

2. Kedua orang tua dan semua keluarga penulis yang telah memberikan

perhatian, dukungan, dan doa yang tiada henti.

3. Bapak Dr. Crys Fajar Partana, M.Si. selaku dosen pembimbing penelitian

(10)

x

untuk memberikan arahan dan bimbingan dalam penelitian sampai tersusunnya laporan skripsi ini.

4. Bapak Sukisman Purtadi, M.Pd. selaku koordinator tugas akhir skripsi

yang telah memberikan masukan dan koreksi pada skripsi ini.

5. Semua pihak yang telah mendukung dan membantu penulis dalam

menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga kebaikan atas bantuan yang diberikan dari semua pihak di atas mendapat imbalan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu saran dan kritik yang membangun dari semua pihak senantiasa penulis nantikan demi perbikan dan kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perbaikan pendidikan di masa yang akan datang, khususnya di bidang pendidikan Kimia.

Yogyakarta, Mei 2017

(11)

xi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN ... vi

MOTTO ... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... ix

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Perumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

(12)

xii

A. Deskripsi Teori... 9

1. Pembelajaran Kimia ... 9

2. Analisis Soal ... 10

3. Literasi Sains ... 11

B. Kerangka Berpikir ... 23

C. Pertanyaan Penelitian ... 25

BAB III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 26

B. Desain Operasional Istilah Penelitian ... 27

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 27

D. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data ... 28

E. Teknik Analisis Data ... 31

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 34

B. Pembahasan ... 37

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 92

B. Saran ... 94

DAFTAR PUSTAKA ... 96

(13)

xiii DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1.Rerata Skor dan Peringkat Literasi Sains Berdasarkan Studi

PISA ... 3 Tabel 2.Gambaran Kemampuan Sains Siswa Indonesia pada setiap Level

Kemampuan (Benchmark) ... 4 Tabel 3. Kisi-Kisi Dimensi Literasi Sains Kimia ... 30 Tabel4. Lembar Tabulasi setiap Kriteria Literasi Sains Kimia dalam Soal

Ujian Nasional dan Olimpiade ... 33 Tabel 5. Presentase Literasi Sains Kimia dalam Soal Ujian Nasional Kimia

Tahun 2014-2016 ... 35 Tabel 6. Presentase Literasi Sains Kimia dalam Soal Olimpiade Kimia SMA

Tingkat Provinsi Tahun 2014-2016 36

Tabel 7. Presentase Penjabaran Indikator Kimia dalam Konteks untuk Soal Ujian Nasional dan Olimpiade Kimia SMA Tingkat Provinsi

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Grafik Korelasi Aspek Ide Saintifik Umum dalam Soal

Ujian Nasional Kimia Tahun 2014-2016 39

Gambar 2. Grafik Korelasi Aspek Ide Saintifik Umum dalam Soal

Olimpiade Kimia SMA Tingkat Provinsi Tahun 2014-2016 40

Gambar 3. Grafik Korelasi Aspek Karakteristik Kimia (Ide Pokok) dalam Soal

Ujian Nasional Kimia Tahun 2014-2016 56

Gambar 4. Grafik Korelasi Aspek Karakteristik Kimia (Ide Pokok) dalam Soal

Olimpiade Kimia SMA Tingkat Provinsi Tahun 2014-2016 56

Gambar 5. Grafik Korelasi Dimensi Kimia dalam Konteks dalam Soal

Ujian Nasional Kimia Tahun 2014-2016 66

Gambar 6. Grafik Korelasi Dimensi Kimia dalam Konteks dalam Soal

Olimpiade Kimia SMA Tingkat Provinsi Tahun 2014-2016 66

Gambar 7. Grafik Korelasi Dimensi Keterampilan Berfikir Tingkat Tinggi (High Order Thinking) dalam Soal Ujian Nasional Kimia

Tahun 2014-2016 76

Gambar 8. Grafik Korelasi Dimensi Keterampilan Berfikir Tingkat Tinggi (High Order Thinking) dalam Soal Olimpiade Kimia SMA

Tingkat Provinsi Tahun 2014-2016 76

Gambar 9. Grafik Korelasi Dimensi Aspek Afektif dalam Soal Ujian Nasional dan dalam Soal Olimpiade Kimia SMA

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Validasi Instrumen Penelitian...100 Lampiran 2. Instrumen Literasi Sains...103 Lampiran 3. Data Literasi Sains Kimia pada Soal Ujian Nasional Kimia

Tahun 2014-2016...107 Lampiran 4. Data Literasi Sains Kimia pada Soal Olimpiade Kimia SMA

Tingkat Provinsi Tahun 2014-2016...152 Lampiran 5. Penjabaran Indikator Kimia dalam Konteks pada Soal

Ujian Nasional Kimia Tahun 2014-2016...159 Lampiran 6. Penjabaran Indikator Kimia dalam Konteks pada Soal

Olimpiade Kimia SMA Tingkat Provinsi Tahun 2014-2016...172 Lampiran 7. Tabulasi Setiap Kriteria Literasi Sains Kimia dalam Soal

Ujian Nasional dan Olimpiade Kimia SMA Tingkat Provinsi

(16)

1 BAB I

PENDAHULUAN A.Latar Belakang

Kimia merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang penting, karena memungkinkan peserta didik untuk memahami apa yang terjadi disekitar mereka. Kurikulum kimia umumnya menggabungkan beberapa konsep abstrak, yang penting untuk dipelajari lebih lanjut baik dalam ilmu kimia maupun ilmu sains lainnya (Sirhan, 2007).

Kimia merupakan pelajaran yang sangat penting untuk dipelajari oleh semua peserta didik, terutama bagi mereka yang mengambil jurusan IPA. Melalui pembelajaran kimia, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berfikir peserta didik secara kritis dan kreatif terutama dalam memecahkan masalah yang memiliki tingkat kesulitan tinggi (High Order Thinking). Oleh karena itu, peserta didik perlu dibiasakan untuk mengerjakan soal-soal yang bervariasi yang tentunya dapat meningkatkan kemampuan berfikir mereka. Kimia sendiri memiliki tujuan pembelajaran yang hendak dicapai, yakni untuk memperoleh pemahaman kimia yang berkaitan dengan fakta, kemampuan mengenal, dan memecahkan masalah, mempunyai keterampilan dalam menggunakan laboratorium, serta mempunyai sikap ilmiah yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari (Sastrawijaya, 1988).

(17)

2

serta dalam studi internasional yang diselenggarakan untuk mengetahui tingkat pemahaman dan menguji kompetensi peserta didik di seluruh dunia. Salah satu studi yang dilakukan adalah PISA (Programme of International Students Assesment) yang dilakukan setiap 3 tahun sekali. Indonesia sendiri sudah mengikuti studi ini sejak awal diselenggarakannya, yaitu pada tahun 2000.

Toharudin, Hendrawati, dan Rustaman (2011) menyatakan bahwa PISA merupakan studi literasi yang bertujuan untuk meneliti secara berkala kemampuan peserta didik pada usia 15 tahun, yaitu kisaran peserta didik kelas tiga SMP atau kelas satu SMA dalam membaca (reading literacy), matematika (mathematics literacy) dan sains (scientific literacy). Studi PISA yang dilaksanakan oleh OECD

(Organisation for Economic Co-operation & Development) dan Unesco Institute for Statistics) digunakan untuk mengukur kemampuan peserta didik pada akhir

usia wajib belajar untuk mengetahui kesiapan peserta didik dalam rangka tantangan yang ada di masyarakat (knowledge society)dewasa ini. PISA 2006 mendefinisikan literasi sains sebagai kemampuan untuk mengidentifikasi isu ilmiah, menjelaskan fenomena secara ilmiah, dan menggunakan bukti ilmiah itu dalam kehidupan sehari-hari.

(18)

3

Tabel 1. Rerata Skor dan Peringkat Literasi Sains Berdasarkan Studi PISA No. Tahun Studi Rerata Skor

Literasi Sains

Peringkat Indonesia

Jumlah Negara Peserta

1. 2000a 379 38 41

2. 2003a 381 38 40

3. 2006a 395 50 57

4. 2009b 383 60 65

5. 2012c 382 64 65

6. 2015d 395 62 70

Keterangan Sumber : a:PISA 2006 , b:PISA 2009, c:PISA 2012, d:PISA 2015.

Tahun 2015 peserta didik Indonesia kembali mengikuti tes PISA, skor rerata literasi sains yang diperoleh sebesar 395. Dengan rincian, untuk kemampuan sains mendapatkan skor rerata 403, skor ini meningkat dari 3 tahun keikutsertaan tes sebelumnya, yaitu sebesar 3 poin. Untuk kemampuan membaca mendapatkan skor rerata literasi sains sebesar 397, skor ini menurun dari 3 tahun keikutsertaan tes sebelumnya, yaitu sebesar 2 poin. Kemampuan matematika skor yang diperoleh sebesar 386, skor ini meningkat dari 3 tahun keikutsertaan tes sebelumnya, yaitu sebesar 4 poin. Skor rerata yang diperoleh peserta didik Indonesia pada tahun 2015 tersebut masih sangat rendah jika dibandingkan dengan rerata OECD, yaitu sebesar 493.

(19)

4

mengidentifikasi masalah ilmiah, menggunakan fakta ilmiah, memahami sistem kehidupan dan memahami penggunaan peralatan sains. Data gambaran kemampuan sains peserta didik Indonesia pada setiap level kemampuan (Benchmark) yang terdapat dalam Ringkasan Studi PISA 2006 dari Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Gambaran Kemampuan Sains Peserta didik Indonesia pada setiap Level Kemampuan (Benchmark)

Level kemampuan Skor Presentase (%)

Dibawah level 1 Di bawah 334,94 20,3

Level 1 334,94-409,54 41,3

Level 2 409,54-484,14 27,5

Level 3 484,14-558,73 9,5

Level 4 558,73-633,33 1,4

Level 5 633,33-707,93 -

Level 6 Di atas 707,93 -

Selain turut serta dalam studi PISA, perbaikan kualitas pendidikan juga dilakukan melalui kegiatan evaluasi pembelajaran yang diselenggarakan oleh pemerintah setiap tahunnya. Bentuk evaluasi yang diselenggarakan pemerintah pada pendidikan formal, yaitu melalui Ujian Nasional. Melalui evaluasi ini kita dapat mengetahui sejauh mana tingkat kemampuan peserta didik dalam memahami apa yang telah dipelajarinya dan keberhasilan guru dalam penyampaian materi.

(20)

5

satu instrumen penting untuk standarisasi mutu pendidikan. Menurut Peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 5 tahun 2015 tentang kriteria kelulusan peserta didik, penyelenggaraan ujian nasional, dan penyelenggaraan ujian sekolah/madrasah/pendidikan kesetaraan pada SMP/MTs atau yang sederajat dan SMA/MA/SMK atau yang sederajat, ujian nasional didefinisikan sebagai kegiatan pengukuran capaian kompetensi lulusan pada mata pelajaran tertentu secara nasional dengan mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan (SKL).

Selain itu, pemerintah juga menyelenggarakan suatu kompetisi untuk mencari peserta didik yang memiliki kemampuan diatas rata-rata, yaitu melalui olimpiade. Olimpiade merupakan ajang kompetisi bergengsi tahunan yang diikuti oleh peserta didik yang berprestasi dari penjuru daerah di Indonesia. Masing-masing sekolah/dinas pendidikan daerah saling berlomba dalam mempersiapkan tim yang tangguh yang akan mewakili sekolah atau daerahnya untuk berkompetisi sampai tingkat yang lebih tinggi. Oleh karena, ajang ini diperuntungkan bagi peserta didik yang memiliki kemampuan diatas rata-rata, maka soal yang diujikan pun dianggap memiliki kesulitan yang lebih tinggi dibandingkan soal-soal yang diberikan di sekolah.

(21)

6

Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian pada soal Ujian Nasional dan soal Olimpiade Kimia SMA Tingkat Provinsi Tahun 2014-2016 berkaitan dengan profil literasi sains kimia.

B.Identifikasi Masalah

Dari uraian latar belakang yang telah disampaikan, maka dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut:

1. Hasil survei PISA menunjukkan bahwa literasi sains peserta didik di Indonesia

masih rendah, bahkan dibawah rata-rata skor Internasional. Kebanyakan peserta didik di Indonesia mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi masalah ilmiah, menggunakan fakta ilmiah, memahami sistem kehidupan dan memahami penggunaan peralatan sains. Harusnya mereka sudah mampu mengomunikasikan dan mengaitkan kemampuan itu dengan berbagai topik sains, apalagi menerapkan konsep-konsep yang kompleks dan abstrak.

2. Perlu dilakukannya evaluasi dan perbaikan pada sistem pendidikan di

Indonesia untuk meningkatkan kualitas pendidikan sehingga mampu bersaing dalam dunia Internasional.

3. Belum diketahui seberapa besar adanya profil literasi sains pada soal Ujian

Nasional Kimia.

4. Belum diketahui seberapa besar adanya profil literasi sains pada soal

(22)

7 C. Pembatasan Masalah

Merujuk pada identifikasi masalah, maka penelitian ini membatasi masalah penelitian yang berfokus pada analisis profil literasi sains pada soal Ujian Nasional Kimia dan Olimpiade Kimia SMA Tingkat Provinsi Tahun 2014-2016. Fokus analisis literasi sains ini pada pelajaran kimia, sehingga kriteria yang digunakan mengacu pada aspek literasi sains kimia.

D.Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana profil komponen literasi sains pada paket soal Ujian Nasional

Kimia Tahun 2014-2016?

2. Bagaimana profil komponen literasi sains pada soal Olimpiade Kimia SMA

Tingkat Provinsi Tahun 2014-2016?

E.Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian analisis terhadap profil literasi sains pada soal Ujian Nasional dan Olimpiade Kimia SMA Tingkat Provinsi Tahun 2014-2016 adalah untuk :

1. Mengetahui profil komponen literasi sains pada paket soal Ujian Nasional

Kimia Tahun 2014-2016.

2. Mengetahui profil komponen literasi sains pada soal Olimpiade Kimia SMA

(23)

8 F.ManfaatPenelitian

Hasil penelitian Analisis Profil Literasi Sains pada Soal Ujian Nasional dan Olimpiade Kimia SMA Tingkat Provinsi Tahun 2014-2016 ini dapat digunakan sebagai berikut:

1. Bagi peneliti

a. Memberikan pengalaman empiris tentang penelitian pendidikan kimia terutama

cara menganalisis soal yang berkaitan dengan literasi sains.

b. Menambah khasanah pengetahuan dalam bidang pendidikan.

2. Bagi guru

a. Memberikan gambaran bagi guru kimia maupun calon guru kimia mengenai

soal yang mengandung dimensi literasi sains.

b. Masukan bagi guru kimia sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam

menyusun soal-soal ulangan supaya lebih memperhatikan aspek literasi sains sehingga soal yang dibuat merupakan soal yang berkualitas.

3. Bagi pihak lain

a. Sumber informasi bagi peneliti yang ingin meneliti lebih lanjut mengenai profil

literasi sains.

b. Memberikan masukan bagi pihak-pihak terkait, kaitannya dengan

(24)

9 BAB II

KAJIAN PUSTAKA A.Deskripsi Teori

1. Pembelajaran Kimia

Ilmu pengetahuan alam merupakan ilmu dasar yang didalamnya mencakup konten, konteks, proses, afektif dan ilmu lainnya. Melalui pengetahuan ini dapat digunakan untuk memahami ilmu pengetahuan melalui konteks yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu juga dapat mengemabngkan kepribadian, kemampuan berpikir, sikap ilmiah, dan etika kehidupan. Proses ilmiah yang digunakan bersma pembelajaran IPA dapat membuat kemampuan berpikir peserta didik menjadi lebih berkembang. Melalui ilmu pembelajaran, orang akan menganali keteraturan di alam, keterbatasan ilmu, dan memahami bahwa penemuan dan pengembangan ilmu pengetahuan harus disertai dengan etika ilmiah. Semua definisi diatas mengarah pada gagasan literasi sains. Seseorang yang memiliki literasi sains berarti dia dapat memahami ilmu pengetahuan dan menerapkannya sesuai dengan kebutuhan di masyarakat (Rubini & Permanasari, 2014).

Kimia merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (Natural Science). Menurut Toharudin, Hendrawati, dan Rustaman (2011) kimia merupakan ilmu tentang pemahaman dan rekayasa materi karena dapat menjelaskan perubahan materi menjadi materi lain. Kimia juga sering didefinisikan sebagai ilmu tentang susunan sifat perubahan materi dan energi yang menyertai perubahan tersebut.

(25)

10

SMA perlu ditingkatkan dalam pemahaman peserta didik terhadap pemanfaatan dan penerapannya di masyarakat. Kimia sendiri memiliki tujuan pembelajaran yang hendak dicapai seperti yang diungkapkan oleh Sastrawijaya (1988), yakni memperoleh pemahaman yang tahan lama perihal fakta, kemampuan mengenal dan memecahkan masalah, mempunyai keterampilan dalam menggunakan laboratorium, serta mempunyai sikap ilmiah yang dapat ditampilkan dalam kenyataan sehari-hari. Untuk mewujudkan tujuan tersebut harus diperoleh dalam jumlah waktu yang terbatas, dengan jumlah alat dan bahan yang tersedia, dan tenaga pengajar yang terbatas jumlah serta kemampuannya.

2. Analisis Soal

1. Analisis secara Teoritik atau Analisis Kualitatif.

Surapranata (2004) mengkategorikan analisis kualitatif sebagai penelaahan

soal berdasarkan validitas logis (logical validity) dan juga dari segi materi,

konstruksi, dan bahasa. Validitas logis (logical validity) berupa penelaahan untuk menganalisis soal ditinjau dari segi teknis, isi, dan editorial. Analisis secara teknis merupakan penelaahan soal berdasarkan aturan-aturan pengukuran dan format penulisan soal. Analisis secara isi merupakan penelaahan khusus yang berkaitan dengan kelayakan pengetahuan yang ditanyakan. Analisis secara editorial merupakan penelaahan yang khususnya berkaitan dengan keseluruhan format dan keajegan editorial dari soal yang satu ke soal yang lainnya.

(26)

11

dengan teknik penulisan soal. Analisis bahasa merupakan penelahaan soal yang berkaitan dengan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar menurut EYD. Melalui analisis kualitatif dapat diketahui berfungsi tidaknya sebuah soal.

2. Analisis Kuantitatif

Analisis soal secara kuantitatif lebih menekankan pada analisis karakteristik internal tes melalui data yang diperoleh secara empiris. Sukiman (2011), menyatakan bahwa karakteristik internal secara kuantitatif yang dimaksudkan adalah analisis soal secara kuantitatif yang diarahkan untuk menelaah tingkat validitas soal, reabilitas, daya pembeda, tingkat kesukaran dan khusus untuk model soal pilihan ganda perlu juga ditelaah efektifitas fungsi distraktor. Hasil analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana soal dapat membedakan antara peserta tes yang kemampuannya tinggi dalam hal yang didefinisikan oleh kriteria dengan peserta tes yang kemampuannya rendah.

3. Literasi Sains

a. Pengertian Literasi Sains

PISA 2003 dalam Toharudin, Hendrawati, dan Rustaman, (2011) mendefinisikan literasi sains sebagai kapasitas untuk menggunakan pengetahuan ilmiah, kemampuan mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan ilmiah dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti yang ada agar dapat memahami dan membantu peserta didik dalam membuat suatu keputusan mengenai dunia alami dan interaksi manusia dengan alam. Literasi sains sendiri memiliki dua

kompetensi utama, yaitu pertama, kompetensi belajar sepanjang hayat, termasuk

(27)

12

kompetensi dalam menggunakan pengetahuan yang dimilikinya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang banyak dipengaruhi oleh perkembangan sains dan teknologi.

Selain pengertian tersebut, terdapat dua pandangan mengenai makna literasi sains. Mohapatra (2013) menyampaikan dua pandangan literasi sains sebagai :

1. Memandang literasi sains sebagai pusat pengetahuan sains.

2. Memandang literasi sains menunjuk pada kegunaanya pada masyarakat.

Pandangan tersebut menjelaskan bahwa literasi sains merupakan suatu hal yang perlu dimiliki untuk dapat menghadapi tantangan perubahan dunia yang sangat cepat sehingga pandangan ini menunjuk pada pembangunan life skill. b. Ruang Lingkup Literasi Sains

Dalam pengukuran literasi sains, PISA 2006 menetapkan empat dimensi besar literasi sains dalam pengukurannya, yaitu konten/pengetahuan sains, kompetensi/proses sains, konteks aplikasi sains, dan aspek sikap peserta didik akan sains.

1). Aspek Konten

(28)

13

a) Relevan dengan situasi nyata,

b) Merupakan pengetahuan penting sehingga penggunaannya berjangka

panjang,

c) Sesuai untuk tingkat perkembangan anak usia 15 tahun.

2). Aspek Kompetensi/ Proses

PISA mengkaji proses literasi sains sebagai kemampuan peserta didik untuk menggunakan pengetahuan dan pemahaman ilmiah yang dimilikinya. Kemampuan-kemampuan tersebut meliputi kemampuan peserta didik untuk mencari, menafsirkan, dan memperlakukan bukti-bukti (Toharudin, Hendrawati, & Rustaman, 2011).

PISA menetapkan tiga aspek dari komponen kompetensi/proses sians dalam penilaian literasi sains, yakni mengidentifikasi pertanyaan imiah, menjeaskan fenomena secara ilmiah, dan menggunakan bukti imiah. Zuriyani (2012), menyatakan bahwa proses kognitif yang termasuk dalam proses sains antara lain penalaran induktif/deduktif, berfikir kritis dan terpadu, pengubahan representasi, mengkonstruksi eksplanasi berdasarkan data, berfikir dengan menggunakan model dan menggunakan matematika. Kompetensi/proses sains dalam PISA dibagi menjadi tiga aspek, yaitu :

a) Mengidentifikasi pertanyaan ilmiah

(29)

14

mencari informasi dan mengidentifikasi kata kunci serta mengenal fitur penyelidikan ilmiah.

b) Menjelaskan fenomena secara ilmiah

Kompetensi ini mencakup mengaplikasikan pengetahuan sains yang sudah dimiliki dalam permasalahan yang sedang dihadapi, mendeskripsikan fenomena, memprediksi perubahan, pengenalan dan identifikasi deskripsi, eksplanasi dan prediksi yang sesuai.

c) Menggunakan bukti ilmiah

Kompetensi ini menuntut peserta didik untuk memahami penemuan ilmiah sebagai bukti untuk membuat kesimpulan. Peserta didik juga diharapkan dapat menyatakan bukti dan keputusan dengan kata-kata, diagram atau dalam bentuk representasi. Dengan kata lain, peserta didik harus mampu menggambarkan hubungan yang jelas dan logis antara bukti dan kesimpulan atau keputusan.

3). Aspek Konteks

Konteks literasi sains dalam PISA, lebih menekankan pada kehidupan sehari-hari daripada kelas atau laboratorium. Konteks sains melibatkan isu-isu yang sangat penting dalam kehidupan secara umum, seperti juga terhadap kepedulian pribadi. Butir-butir soal pada penilaian. Menurut PISA 2006, konteks sains lebih berfokus pada situasi yang terikat pada diri individu, keluarga, dan kelompok

individu (personal), terkait pada komunitas (social), serta terikat pada kehidupan

lintas negara (global), yang meliputi a) Kesehatan; b) sumber daya alam; c)

(30)

15 4). Aspek Sikap

Sikap-sikap akan sains berperan penting dalam pengambilan keputusan peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan sains lebih lanjut, mengejar karir dalam sains, menggunakan konsep, dan metode ilmiah dalam kehidupan mereka. PISA memandang bahwa kemampuan sians peserta didik tidak hanya kecakapan dalam sains, tetapi juga bagaimana sifat mereka akan sains. Kemampuan sains seseorang di dalamnya memuat sikap-sikap tertentu, seperti kepercayaan, termotivasi, pemahaman diri, dan nilai-nilai (Zuriyani, 2012).

c. Literasi Sains Kimia

Literasi sains merupakan konsep yang luas, mengajarkan pelajaran khusus dalam pendidikan sains yang harus berkontribusi pada tujuan peserta didik secara ilmiah. Kimia berkontribusi pada literasi kimia pada khususnya dan pada literasi sains pada umumnya (Shwartz et al dalam Celik, 2014). Tsaparlis dalam Celik, 2014 mendefinisikan literasi kimia sebagai kemampuan memahami kimia dan kemampuan untuk menerapkan pemahaman yang dimilikinya untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Penelitian yang dilakukan ini menggunakan instrumen yang mengacu pada apa yang disampaikan oleh Shwartz, Ben-zvi, dan Hofstein (2006) dan sebagian mengacu pada PISA, yaitu :

1. Saintifik dan pengetahnuan konten kimia

(31)

16

a. Ide santifik umum

1) Kimia adalah ilmu eksperimental. Kimiawan membuat rumusan masalah

saintifik, membuat hipotesis, dan menyarankan teori-teori untuk menjelaskan dunia.

2) Kimia menyediakan ilmu untuk menjelaskan fenomena di ilmu lain seperti

ilmu kebumian dan ilmu kehidupan.

Di dalam komponen ini, ilmu yang dimaksud adalah ranah pengetahuan yang terdiri dari pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan epistemik.

a) Pengetahuan Faktual

Kuswana (2012) mendefinisikan pengetahuan faktual sebagai pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tampak lebih nyata dan operasional, serta bersifat penjelasan singkat atau bersifat kebendaan yang mudah diobservasi. Pengetahuan ini meliputi pengetahuan tentang terminologi (pengetahuan khusus label-label atau simbol-simbol verbal dan nonverbal) dan pengetahuan tentang pokok-pokok dan bagian-bagiannya (berkenaan dengan pengetahuan berbagai peristiwa, lokasi, orang, tanggal, sumber, informasi dan informasi yang spesifik dan tepat).

b) Pengetahuan Konseptual

(32)

17

prinsip dan generalisasi, dan pengetahuan tentang teori, model, dan sruktur (Widodo, 2006).

c) Pengetahuan Prosedural

Pengetahuan prosedural adalah pengetahaun tentang bagaimana melakukan sesuatu, baik yang bersifat rutin maupun baru. Menurut Kuswana (2012) pengetahuan ini meliputi pengetahuan tentang keterampilan umum-khusus dan algoritma, pengetahuan tentang metode dan teknik khusus, dan pengetahuan tentang kriteria untuk menentukan penggunaan prosedur yang tepat.

d) Pengetahuan Epistemik

Pengetahuan epistemik menurut Duschl (dalam OECD, 2013) diartikan sebagai pengetahuan membangun dan mendefinisikan fitur esensial untuk membangun proses pengetahuan dalam sains dan aturan mereka dalam menjastifikasi pembentukan pengetahuan. Pengetahuan ini memiliki peran dalam menjastifikasi pembentukan pengetahuan sains dalam mengontrol, mengambil keputusan, dan menentukan tingkat kepercayaan berdasarkan fakta-fakta dan bukti empiris dalam penyelidikan ilmiah. Justifikasi dari fitur-fitur saintifik tersebut digunakan dalam kehidupan nyata sebagai bentuk individu yang mencerminkan melek terhadap sains.

b. Karakteristik kimia (ide pokok)

1) Kimia mencoba menjelaskan fenomena makro dalam bentuk struktur molekul

dari sebuah hal

2) Kimia menginvestigasi dinamika proses dan reaksi

(33)

18

4) Kimia bertujuan dalam hal memahami dan menjelaskan kehidupan dalam hal

struktur-struktur kimia dan proses-proses dari sistem kehidupan

5) Kimia menggunakan bahasa yang spesifik. Orang yang berpengetahuan tidak

harus menggunakan bahasa ini, tetapi harus mengapresiasi kontribusinya dalam peningkatan disiplin ilmu.

Di dalam aspek ini, karakteristik kimia yang dimaksud berkaitan dengan representasi yang terdiri dari representasi makroskopik, sub-mikroskopik dan simbolik.

a) Representasi Makroskopik

Representasi makroskopik merupakan tingkatan yang konkret, pada level ini peserta didik mengamati fenomena yang terjadi, baik melalui percobaan yang dilakukan atau fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Indrayani (2013), fenomena yang diamati dapat berupa timbulnya bau, terjadinya perubahan warna, pembentukan gas dan terbentuknya endapan dalam reaksi kimia.

b) Representasi Sub-mikroskopik

(34)

19

c) Representasi Simbolik

Representasi simbolik digunakan untuk merepresentasikan fenomena makroskopik dengan menggunakan persamaan kimia, persamaan matematika, grafik, mekanisme reaksi, dan analogi-analogi (Johnstone 1982 dalam Chandrasegaran, Treagust, & Mocerino 2007).

Dalam mempelajari ilmu kimia, huruf alfabet dapat menjadi suatu simbol unsur kimia, suatu kata dapat menjadi simbol dari rumus kimia suatu zat. Bahasa simbol tersebut perlu dipahami ketika mempelajari kimia. Kurangnya pemahaman mengenai hal itu dapat menyebabkan terjadinya kesalahpahaman konsep (Markic & Childsb, 2016).

2. Kimia dalam konteks

Orang yang berpengetahuan tentang kimia akan bisa untuk:

a. Mengetahui peran penting pengetahuan kimia untuk menjelaskan fenomena

sehari-hari

b. Menggunakan pemahaman kimianya dalam kehidupan kesehariannya, sebagai

konsumen produk dan teknologi baru, pengambilan keputusan dan partisipasi dalam debat sosial yang berhubungan dengan isu-isu kimia

c. Mengerti mengenai hubungan antara inovasi kimia dan proses social

Konteks kimia berdasarkan PISA 2006 lebih berfokus pada situasi yang terikat

pada diri individu, keluarga, dan kelompok individu (personal), terkait pada

komunitas (social), serta terikat pada kehidupan lintas negara (global), yang

(35)

20

Feinstein dalam Ogunseemi (2015) berpendapat bahwa pendidikan sains harus fokus pada “aspek kegunaan” literasi ilmiah, yaitu sejauh mana pendidikan

sains ini dapat membantu orang dalam memecahkan permasalahan pribadi, masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, dan juga membuat keputusan terkait dengan ilmu penting.

3. Keterampilan berfikir tingkat tinggi (High Order Thinking)

Orang yang berpengetahuan tentang kimia akan bisa untuk membuat pertanyaan, mencari informasi, dan menyambungkannya, saat dibutuhkan. Dia akan bisa menganalisis kerugian atau keuntungan disetiap debat (sederet keterampilan dan konteks kimia yang berkaitan diberikan didokumen lengkap mengenai “ pengetahuan kimia”).

Keterampilan berfikir tingkat tinggi (High Order Thinking) ini merujuk pada domain proses kognitif yang terdiri dari C4 (analisis), C5 (evaluasi), dan C6 (mencipta).

a. Jenjang Kemampuan Analisis (C4)

(36)

21

b. Jenjang Kemampuan Evaluasi (C5)

Pada jenjang kemampuan ini berhubungan dengan kemampuan untuk mempertimbangkan nilai suatu materi (pernyataan, sejarah kimia, laporan penelitian) untuk tujuan-tujuan yang ditentukan. Peserta didik harus dapat menentukan dan mengambil keputusan berdasarkan kesesuaian suatu pernyataan dengan kriteria yang berlaku (Arifin, Sudja, Ismail, HAM, & Wahyu, 2005).

c. Jenjang kemampuan Mencipta (C6)

Jenjang ini dikenali dari kemampuan untuk menempatkan unsur-unsur bersama-sama untuk membentuk suatu keseluruhan yang koheren dan berfngsi, mengorganisasikan kembali unsur-unsur menjadi suatu pola baru atau struktur baru melalui membangkitkan, merencanakan, atau menghasilkan sesuatu (Basuki & Hariyanto, 2016).

4. Aspek afektif

Orang yang pengetahuan kimia mempunyai pandangan kimia yang menyeluruh dan realistis dan aplikasinya. Terlebih lagi, dia menunjukkan ketertarikan dalam isu-isu kimia khususnya dalam gagasan yang nonformal (seperti program TV).

(37)

22

Sikap (attitude) dalam literasi sains merujuk pada adanya ketertarikan

terhadap sains, adanya dukungan terhadap penelitian ilmiah, dan adanya dorongan untuk bertanggung jawab terhadap setiap tindakan yang dilakukan, sebagai contoh dalam sumber daya alam dan lingkungan tempat tinggal (OECD, 2006). Joesmani (1998) mengkategorikan sikap-sikap yang termasuk domain afektif, yaitu :

a. Sikap mau menerima (receving)

Menerima merupakan suatu sifat yang menunjukkan kesediaan atau kesiapan seseorang dalam menerima suatu fenomena khusus atau sebuah rangsangan tertentu. Kemauan untuk menerima adanya suatu eksistensi dapat menimbulkan minat untuk memperhatikan, hal tersebut akan membangkitkan kesadaran peserta didik terhadap materi pelajaran yang akan dipelajari di kelas.

b. Sikap mau meresponi (responding)

Merespon menunjukkan sikap partisipasi yang aktif dari diri peserta didik. Merespon tidak hanya sekedar memperhatikan tetapi juga ikut terlibat secara aktif dalam situasi tersebut. Kemampuan yang diharapkan muncul adalah timbulnya kesadaran diri untuk mengikutsertakan diri secara suka rela terhadap suatu kegiatan sehingga dapat memberi kepuasan bagi dirinya sendiri.

c. Sikap menghargai (valuing)

Menilai merupakan suatu sikap yang menunjukkan adanya penghargaan atau penilaian peserta didik terhadap suatu objek, fenomena ataupun perilaku tertentu. Penilaian yang dimaksud adalah dimulai dari tingkat rendah, yaitu ketersediaan

(38)

23

menjadikan nilai tersebut sebagai miliknya (commitmen). Kemampuan yang diharapkan akan muncul dari peserta didik adalah konsistensi yang mantap terhadap nilai-nilai yang telah diterimanya sehingga sangat berkaitan dengan pembentukan sikap (attitide) dan apresiasi (appreciation).

d. Sikap mengorganisasi (organization)

Mengorganisasikan menunjukkan sikap yang dapat mengorganisasikan nilai-nilai dari berbagai nilai-nilai yang berbeda, bahkan yang bertolak belakang satu dengan yang lainnya. Kemampuan yang diharapkan terbentuk adalah pembentukan konsep nilai dan pengorganisasian sistem nilai pada diri peserta didik dalam proses pembelajaran digunakan untuk mengajarkan perkembangan filsafat hidup. e. Sikap mau menyatakan (characterization)

Sikap mau menyatakan berarti individu telah memiliki sistem nilai yang dapat mengontrol perilakunya dalam kehidupan sehari-hari sehingga berkembang menjadi gaya hidup. Perilaku yang diharapkan yang akan muncul dalam proses pembelajaran berada pada rentang yang luas dengan tekanan utamanya adalah kenyataan bahwa peserta didik telah mempunyai perilaku khusus sebagai karakteristiknya serta mempunya pola tersendiri dalam penyesuaian pribadi, sosial, dan emosional (Joesmani, 1988).

B.Kerangka Berpikir

Hasil survai literasi sains peserta didik Indonesia yang dilakukan oleh PISA (Programme of International Students Assesment) masih tergolong rendah dan bahkan masih berada dibawah rata-rata skor internasional yang ditetapkan oleh

(39)

24

Institute for Statistics. Hasil yang diperoleh ini, seharusnya menjadi kritikan

tersendiri bagi sistem pendidikan dan menjadi tantangan baru didunia pendidikan dalam rangka memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia.

Indonesia sendiri tidak pernah absen dari ajang tes literasi sains sejak awal diselenggarakan tes tersebut. Hingga keikutsertaanya pada tahun 2015 ini, skor literasi sains yang diperoleh peserta didik Indonesia masih rendah dan bahkan masih berada dibawah skor rata-rata yang telah ditetapkan. Hal ini dikarenakan kemampuan sains peserta didik Indonesia masih sebatas pada mengenali sejumlah fakta dasar, mereka belum mampu mengkomunikasikan dan mengkaitkan kemampuan yang dimilikinya dengan berbagai permasalahan sains.

(40)

25

pertanyaan-pertanyaan ilmiah dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti yang ada.

Penelitian ini akan menganalisis profil literasi sains pada soal Ujian Nasional dan Olimpiade Kimia SMA Tingkat Provinsi Tahun 2014-2016 dengan tujuan untuk mengetahui komponen profil literasi sains pada soal Ujian Nasional dan Olimpiade Kimia Tingkat Provinsi Tahun 2014-2016. Analisis ini dilakukan dengan cara mengidentifikasi setiap butir soal, didasarkan pada kriteria dimensi literasi sains kimia yang terdiri dari 17 indikator.

C.Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana profil komponen literasi sains pada paket soal Ujian Nasional

Kimia Tahun 2014-2016?

2. Bagaimana profil komponen literasi sains pada soal Olimpiade Kimia SMA

(41)

26 BAB III

METODE PENELITIAN

A.Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Sukmadinata (2006), menyatakan penelitian deskriptif ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena-fenomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia. Penelitian deskriptif tidak memberikan perlakuan, manipulasi atau pengubahan pada variabel-variabel bebas, tetapi menggambarkan suatu kondisi apa adanya.

(42)

27 B.Definisi Operasional Istilah Penelitian

Untuk menghindari timbulnya penafsiran yang keliru, maka variabel yang berupa literasi sains kimia ini diberikan definisi operasional setiap variabel sebagai berikut :

1. Literasi Sains adalah kemampuan untuk menggunakan pengetahuan sains yang

di milikinya dalam rangka untuk membuat keputusan atas permasalahan yang terjadi pada alam akibat aktivitas manusia.

2. Kriteria soal yang mengandung literasi sains kimia mengacu pada jurnal

Shwartz, Ben-zvi, dan Hofstein (2006) dan sebagian mengacu pada PISA, yaitu :

a. Saintifik dan konten kimia

b. Kimia dalam konteks

c. Keterampilan berfikir tingkat tinggi (High Order Thinking)

d. Aspek afektif

C.Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian

(43)

28

terdiri dari 30 butir soal pilihan ganda dan 6 butir soal uraian. Jadi, untuk soal olimpiade soal keseluruhan yang dianalisis adalah 109 butir soal.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian yang akan dikenakan pada subjek adalah komponen profil literasi sains kimia, terdiri dari 17 indikator yang mengacu pada jurnal Shwartz, Ben-zvi, dan Hofstein (2006) dan PISA.

D. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data 1. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah lembar pengumpulan data yang meliputi lembar analisis dimensi literasi sains kimia dan lembar penjabaran indikator kimia dalam konteks. Kedua instrumen pengumpulan data tersebut sebelum digunakan untuk analisis soal terlebih dahulu dikonsultasikan dengan dosen pembimbing dan juga divalidasi oleh dosen dari Jurusan Pendidikan Kimia. Adapun secara rinci lembar pengumpulan data tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Lembar pengumpulan data analisis dimensi literasi sains kimia

(44)

29

(45)
[image:45.595.204.780.134.483.2]

30 Tabel 3. Kisi-Kisi Dimensi Literasi Sains Kimia

Dimensi Aspek-Aspek Indikator Literasi Sains Kimia Kode

1. Saintifik dan

pengetahuan konten kimia

Ide santifik umum Merencanakan eksperimen untuk membuktikan suatu teori kimia a

Mampu mengidentifikasi masalah untuk diselidiki b

Merumuskan hipotesis untuk meramalkan kemungkinan-kemungkinan

yang dapat terjadi dalam suatu percobaan ilmiah c

Menggunakan hasil eksperimen untuk menjelaskan fenomena kimia d

Menjelaskan pengetahuan faktual e

Menjelaskan pengetahuan konseptual f

Menjelaskan pengetahuan prosedural g

Menjelaskan pengetahuan epistemik h

Karakteristik kimia (ide pokok)

Memberikan penjelasan makroskopik dari fenomena kimia i

Memberikan penjelasan sub-mikroskopik dari fenomena kimia j

Memberikan penjelasan simbolik dari fenomena kimia k

2. Kimia dalam konteks Mengetahui peran penting pengetahuan kimia untuk menjelaskan fenomena

sehari-hari

l

Menggunakan pemahaman kimianya untuk mengambil keputusan yang berhubungan dengan isu kimia

m

Menghubungkan antara inovasi kimia dan proses sosial dalam menanggapi

isu kimia n

3. Keterampilan berfikir tingkat tinggi (High Order Thinking)

Menganalisis soal (C4) o

Mengevaluasi soal (C5) p

(46)

31

b. Lembar pengumpulan data penjabaran indikator kimia dalam konteks

Lembar penjabaran untuk indikator kimia dalam konteks menggunakan instrumen yang berupa tabel yang terdiri dari nomor, kode soal, dan kolom penjabaran indikator kimia dalam konteks. Melalui pengisian instrumen ini dapat diketahui jumlah dan jenis konteks pada soal yang mengandung indikator kimia dalam konteks, baik dalam soal Ujian nasional maupun soal Olimpiade Kimia SMA Tingkat Provinsi Tahun 2014-2016. Secara lengkap hasil pengisian lembar penjabaran untuk indikator kimia dalam konteks dapat dilihat pada Lampiran 5 untuk soal ujian nasional dan pada Lampiran 6 untuk soal olimpiade.

2. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa studi dokumenter. Studi dokumenter merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik. Dokumen-dokumen yang dihimpun dipilih yang sesuai dengan tujuan dan fokus masalah (Sukmadinata, 2006). Dokumen-dokumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal Ujian Nasional dan Olimpiade Kimia SMA Tingkat Provinsi Tahun 2014-2016.

E.Teknik Analisis Data

(47)

32

berbeda dan Olimpiade Kimia SMA Tingkat Provinsi Tahun 2014-2016, sebagai berikut :

1. Mengelompokkan butir soal berdasarkan tahun, untuk soal Ujian Nasional butir

soal yang sama dalam paket yang berbeda dikelompokkan menjadi satu kelompok. Butir soal Olimpiade Kimia SMA Tingkat Provinsi dikelompokkan berdasarkan tahun.

2. Menuliskan kode butir soal untuk soal Ujian Nasional dan Olimpiade Kimia

SMA Tingkat Provinsi ke dalam lembar analisis dimensi literasi sains kimia, dengan format sebagai berikut :

a. Untuk soal UN Kimia

UN.14.01.02, yang berarti bahwa soal yang dianalisis adalah soal UN tahun 2014 paket soal 01 dengan nomor soal 02, begitu juga selanjutnya.

b. Untuk soal Olimpiade Tingkat Provinsi

1) OP14.PG.01, yang berarti bahwa soal yang dianalisis adalah soal Olimpiade Kimia SMA Tingkat Provinsi Tahun 2014 dalam bentuk soal pilihan ganda dengan nomor soal 01, begitu juga selanjutnya.

2) OP14.ES.01, yang berarti bahwa soal yang dianalisis adalah soal Olimpiade Kimia SMA Tingkat Provinsi Tahun 2014 dalam bentuk soal essay (uraian) dengan nomor soal 01, begitu juga selanjutnya.

3. Setiap kode soal yang mengandung kriteria literasi sains kimia yang telah

ditetapkan diberi tanda cheklist (√).

(48)

33

5. Data yang diperoleh kemudian dihitung presentase menggunakan rumus presentase sebagai berikut :

X = Xn x Xi %

Keterangan:

Xi = jumlah butir soal yang sesuai dengan dimensi literasi sains kimia yang diukur

Xn = jumlah keseluruhan butir soal

X = presentase butir soal yang sesuai dengan dimensi literasi sains kimia yang diukur

[image:48.595.114.554.504.647.2]

Presentase kriteria dimensi literasi sains kimia yang diperoleh merupakan presentase soal untuk setiap tahun. Selanjutnya dihitung rata-rata presentase dimensi literasi sains kimia untuk keseluruhan tahun, yaitu tahun 2014-2016. 6. Data hasil perhitungan setiap kriteria tersebut ditabulasikan dalam Tabel 4. Tabel 4. Lembar Tabulasi setiap Kriteria Literasi Sains Kimia dalam Soal Ujian

Nasional dan Olimpiade

No. Kriteria Jumlah (%)

2014 2015 2016 UN OP Total UN OP UN OP UN OP

1. a

2. b

3. c

(49)

34 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang dianalisis secara kualitatif. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berupa soal Ujian Nasional Kimia SMA dan Olimpiade Kimia SMA Tingkat Provinsi. Soal yang dianalisis tersebut adalah soal pada tiga tahun terakhir, yaitu dari tahun 2014-2016 untuk jenjang pendidikan SMA. Analisis yang dilakukan pada soal Ujian Nasional dan Olimpiade Kimia SMA Tingkat Provinsi Tahun 2014-2016 adalah pada profil literasi sains kimia dalam soal tersebut.

(50)
[image:50.595.111.752.141.503.2]

35

Tabel 5. Presentase Literasi Sains Kimia dalam Soal Ujian Nasional Tahun 2014-2016

No. Indikator Literasi Sains Kimia Presentase (%) Total

Ujian Nasional 2014 2015 2016

1. a. Merencanakan eksperimen untuk membuktikan suatu teori kimia 0 0 0 0

2. b. Mampu mengidentifikasi masalah untuk diselidiki 22,5 30 40 26,67

3. c. Merumuskan hipotesis untuk meramalkan kemungkinan-kemungkinan

yang dapat terjadi dalam suatu percobaan ilmiah

0 0 0 0

4. d. Menggunakan hasil eksperimen untuk menjelaskan fenomena kimia 10 12,50 15 11,25

5. e. Menjelaskan pengetahuan faktual 10 20 30 15

6. f. Menjelaskan pengetahuan konseptual 97,5 100 100 98,33

7. g. Menjelaskan pengetahuan prosedural 6,88 8,5 2,5 6,42

8. h. Menjelaskan pengetahuan epistemik 0 0 0 0

9. i. Memberikan penjelasan makroskopik dari fenomena kimia 7,25 20 30 13,33

10. j. Memberikan penjelasan sub-mikroskopik dari fenomena kimia 0 0 5 0,83

11. k. Memberikan penjelasan simbolik dari fenomena kimia 37,38 30 37,50 36,17

12. l. Mengetahui peran penting pengetahuan kimia untuk menjelaskan

fenomena sehari-hari 25,25 19 7,5 21,25

13. m. Menggunakan pemahaman kimianya untuk mengambil keputusan yang

berhubungan dengan isu kimia 0 0 0 0

14. n. Menghubungkan antara inovasi kimia dan proses sosial dalam menanggapi

isu kimia 0 0 0 0

15. o. Menganalisis soal (C4) 22,5 30 40 26,67

16. p. Mengevaluasi soal (C5) 0 0 0 0

17. q. Menunjukkan ketertarikan peserta didik terhadap isu kimia terkini. 2,5 0 0 1,67

(51)
[image:51.595.107.763.118.486.2]

36

Tabel 6. Presentase Literasi Sains Kimia dalam Soal Olimpiade Kimia SMA Tingkat Provinsi Tahun 2014-2016

No. Indikator Literasi Sains Kimia Presentase (%) Total

Olimpiade Kimia SMA 2014 2015 2016

1. a. Merencanakan eksperimen untuk membuktikan suatu teori kimia 0 0 0 0

2. b. Mampu mengidentifikasi masalah untuk diselidiki 62,16 69,44 44,44 58,72

3. c. Merumuskan hipotesis untuk meramalkan kemungkinan-kemungkinan yang

dapat terjadi dalam suatu percobaan ilmiah

0 0 0 0

4. d. Menggunakan hasil eksperimen untuk menjelaskan fenomena kimia 0 2,78 2,78 1,83

5. e. Menjelaskan pengetahuan faktual 8,11 13,89 8,33 10,09

6. f. Menjelaskan pengetahuan konseptual 100 100 100 100

7. g. Menjelaskan pengetahuan prosedural 5,41 0 2,78 2,75

8. h. Menjelaskan pengetahuan epistemik 0 0 0 0

9. i. Memberikan penjelasan makroskopik dari fenomena kimia 8,11 13,89 8,33 10,09

10. j. Memberikan penjelasan sub-mikroskopik dari fenomena kimia 8,11 2,78 5,56 5,50

11. k. Memberikan penjelasan simbolik dari fenomena kimia 32,43 30,56 30,56 31,19

12. l. Mengetahui peran penting pengetahuan kimia untuk menjelaskan fenomena

sehari-hari

5,41 11,11 8,33 8,26

13. m. Menggunakan pemahaman kimianya untuk mengambil keputusan yang

berhubungan dengan isu kimia

0 0 0 0

14. n. Menghubungkan antara inovasi kimia dan proses sosial dalam menanggapi

isu kimia

0 0 0 0

15. o. Menganalisis soal (C4) 62,16 69,44 44,44 58,72

16. p. Mengevaluasi soal (C5) 5,41 19,44 8,33 11,01

17. q. Menunjukkan ketertarikan peserta didik terhadap isu kimia terkini. 2,70 0 0 0,92

(52)

37

[image:52.595.107.519.333.506.2]

Analisis selanjutnya adalah mengenai penjabaran indikator kimia dalam konteks, analisis dilakukan dengan cara mengidentifikasi adanya konteks kimia dalam kehidupan sehar-hari yang terdapat dalam soal Ujian Nasional maupun Olimpiade Kimia SMA Tingkat Provinsi Tahun 2014-2016 berdasarkan indikator yang telah ditetapkan. Penjabaran soal yang mengandung indikator kimia dalam konteks disajikan pada Tabel 6 dan secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 5 untuk soal ujian nasional dan pada Lampiran 6 untuk soal olimpiade.

Tabel 7. Presentase Penjabaran Indikator Kimia dalam Konteks untuk Soal Ujian Nasional dan Olimpiade Kimia SMA Tingkat Provinsi Tahun

2014-2016

No. Kimia dalam Konteks Jumlah Presentase (%)

Ujian Nasional

Olimpiade Ujian

Nasional

Olimpiade

1. Kesehatan 0 4 0 3,67

2. Sumber Daya Alam 3 2 0,25 1,83

3. Lingkungan 23 0 1,92 0

4. Sains dan Teknologi 229 3 19,08 2,75

Jumlah Soal 1200 109

2. Pembahasan

Penelitian profil literasi sains kimia pada butir-butir soal Ujian Nasional dan Olimpiade Kimia SMA Tingkat Provinsi Tahun 2014-2016 ini, ditinjau berdasarkan empat kriteria dimensi literasi sains kimia yang telah ditetapkan. 1. Saintifik dan pengetahuan konten kimia

(53)

38

pertama ditinjau dari dimensi saintifik dan pengetahuan konten kimia. Dimensi ini terbagi menjadi dua aspek, yaitu ide saintifik umum dan karakteristik kimia (ide pokok). Selanjutnya aspek-aspek ini terbagi lagi menjadi beberapa komponen.

a. Ide saintifik umum

Aspek ide saintifik umum, terbagi menjadi dua komponen yang selanjutnya komponen-komponen ini akan terbagi lagi menjadi beberapa indikator. Komponen yang pertama dari ide saintifik umum, yaitu kimia adalah ilmu eksperimental. Kimiawan membuat rumusan masalah saintifik, membuat hipotesis, dan menyarankan teori-teori untuk menjelaskan dunia. Indikator literasi sains kimia dari komponen ini terdiri dari 4 buah indikator, yaitu merencanakan eksperimen untuk membuktikan suatu teori kimia (a), mampu mengidentifikasi masalah untuk diselidiki (b), merumuskan hipotesis untuk meramalkan kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi dalam suatu percobaan ilmiah (c), dan menggunakan hasil eksperimen untuk menjelaskan fenomena kimia (d).

Komponen yang kedua dari aspek ide saintifik umum, yaitu kimia menyediakan ilmu untuk menjelaskan fenomena di ilmu lain seperti ilmu kebumian dan ilmu kehidupan. Indikator literasi sains kimia dari komponen ini terdiri dari 4 buah indikator, yaitu menjelaskan pengetahuan faktual (e), menjelaskan pengetahuan konseptual (f), menjelaskan pengetahuan prosedural (g), dan menjelaskan pengetahuan epistemik (h).

(54)

39

Tingkat Provinsi Tahun 2014-2016, disajikan dalam grafik korelasi ide saintifik umum pada soal Ujian Nasional dan Olimpiade Kimia SMA Tingkat Provinsi Tahun 2014-2016 ditunjukkan dalam Gambar 1 dan Gambar 2.

Gambar 1. Grafik Korelasi Aspek Ide Saintifik Umum dalam Soal Ujian Nasional Kimia Tahun 2014-2016

0 20 40 60 80 100 120

a b c d e f g h

UN 2014

UN 2015

UN 2016

R

ata

-ra

ta

Aspe

k

Ide

S

aint

ifik

Umum (%

)

[image:54.595.115.506.175.437.2]
(55)

40

Gambar 2. Grafik Korelasi Aspek Ide Saintifik Umum dalam Soal Olimpiade Kimia SMA Tingkat Provinsi Tahun 2014-2016

Keterangan :

a : Merencanakan eksperimen untuk membuktikan suatu teori kimia b : Mampu mengidentifikasi masalah untuk diselidiki

c : Merumuskan hipotesis untuk meramalkan kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi dalam suatu percobaan ilmiah

d : Menggunakan hasil eksperimen untuk menjelaskan fenomena e : Menjelaskan pengetahuan faktual

f : Menjelaskan pengetahuan konseptual g : Menjelaskan pengetahuan prosedural h : Menjelaskan pengetahuan epistemik

0 20 40 60 80 100 120

a b c d e f g h

OP 2014

OP 2015

OP 2016

R

ata

-ra

ta

Aspe

k

Ide

S

aint

ifik

Umum (%

)

[image:55.595.112.506.84.341.2]
(56)

41

Rincian presentase hasil analisis aspek ide saintifik umum pada masing-masing indikator untuk soal Ujian Nasional Kimia ditunjukkan pada Tabel 5 dan untuk Olimpiade Kimia SMA Tingkat Provinsi ditunjukkan pada Tabel 6.

Berdasarkan analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa indikator yang paling banyak terkandung di dalam soal baik ujian nasional maupun olimpiade adalah menjelaskan pengetahuan konseptual (f). Soal UN Kimia Tahun 2015 dan UN Kimia Tahun 2016 merupakan soal yang paling banyak mengandung indikator ini dengan presentase sebesar 100%. Selanjutnya diikuti soal UN Kimia Tahun 2014 sebesar 97,5%. Soal Olimpiade Kimia SMA Tingkat Provinsi (OP), OP Kimia Tahun 2014, 2015, dan 2016 memiliki presentase yang sama besar untuk indikator ini, yaitu sebesar 100% atau dapat dikatakan semua soal dalam olimpiade Kimia SMA Tingkat Provinsi Tahun 2014-2016 mengandung indikator ini. Berdasarkan hasil analisis secara keseluruhan, soal Olimpiade Kimia SMA Tingkat Provinsi memiliki presentase paling besar dibandingkan dengan soal Ujian nasional untuk indikator ini. Rata-rata presentase OP Kimia (100%) dan UN Kimia (98,33%).

(57)

42

Kimia Tahun 2016 (44,44%). Berdasarkan analisis secara keseluruhan, soal Olimpiade Kimia SMA Tingkat Provinsi memiliki presentase paling besar dibandingkan dengan soal Ujian Nasional untuk indikator ini. Rata-rata presentase OP Kimia (58,72%) dan UN Kimia (26,67%).

Indikator ketiga yang terdapat dalam soal adalah menggunakan hasil eksperimen untuk menjelaskan fenomena kimia (d). Soal UN Kimia Tahun 2016 merupakan soal yang paling banyak mengandung indikator ini dengan presentase sebesar 15%. Selanjutnya diikuti soal UN Kimia Tahun 2015 (12,50%) dan UN Kimia Tahun 2014 (10%). Soal Olimpiade Kimia Tingkat Provinsi, OP Kimia Tahun 2015 dan 2016 merupakan soal yang mengandung indikator ini dengan presentase sebesar 2,78%. Berbeda halnya dengan soal OP Kimia tahun 2014, didalamnya tidak terdapat soal yang mengandung indikator ini. Berdasarkan analisis secara keseluruhan, soal Ujian Nasional memiliki presentase paling besar dibandingkan dengan soal Olimpiade Kimia SMA Tingkat Provinsi untuk indikator ini. Rata-rata presentase UN Kimia (11,25%) dan OP Kimia (1,83%).

(58)

43

besar dibandingkan dengan soal Olimpiade Kimia SMA Tingkat Provinsi untuk indikator ini. Rata-rata presentase UN Kimia (15%) dan OP Kimia (10,09%).

Indikator kelima yang terkandung didalam soal adalah menjelaskan pengetahuan prosedural (g). Soal UN Kimia Tahun 2015 merupakan soal yang paling banyak mengandung indikator ini dengan presentase sebesar 8,5%. Diikuti soal UN Kimia Tahun 2014 (6,88%) dan UN Kimia Tahun 2016 (2,5%). Soal Olimpiade Kimia SMA Tingkat Provinsi Tahun 2014 merupakan soal yang hanya mengandung indikator ini dengan presentase 5,41%. Diikuti soal OP Kimia Tahun 2016, yaitu sebesar 2,78%. Namun, dalam soal UN Kimia 2015 tidak terdapat soal yang mengandung indikator ini atau dengan kata lain presentasenya 0%. Berdasarkan hasil analisis secara keseluruhan soal Ujian Nasional Kimia memiliki presentase paling besar dibandingkan dengan soal Olimpiade Kimia SMA Tingkat Provinsi untuk indikator ini. Rata-rata presentase UN Kimia (6,42%) dan OP Kimia (2,75%).

Contoh soal yang mengandung indikator mampu mengidentifikasi masalah untuk diselidiki (b) adalah sebagai berikut :

1). UN16.03.06

Konfigurasi elektron unsur X dan Y berturut-turut adalah: X : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p4

Y : 1s2 2s2 2p5

Jika X dan Y membentuk senyawa XY2, maka bentuk molekulnya adalah ....

A.huruf V

B.huruf T

(59)

44

D.piramida segitiga

E. tetrahedral

Soal UN16.03.06 termasuk dalam indikator mampu mengidentifikasi masalah untuk diselidiki (b) karena peserta didik diminta untuk menentukan bentuk molekul dari kedua senyawa (X dan Y) yang belum diketahui tersebut. Penyelesaian soal ini menuntut peserta didik untuk dapat memahami konsep struktur atom, terutama menentukan elektron valensi suatu unsur berdasarkan konfigurasi elektronnya, mengetahui bagaimana kecenderungan kedua unsur untuk dapat mencapai kestabilan pada saat pembentukan ikatan, menentukan rumus senyawa dari kedua unsur yang berikatan dan menggambarkan struktur Lewis dari pembentukan ikatan tersebut, merumuskan tipe molekul, dan menentukan bentuk molekul. Peserta didik harus memiliki keterampilan dalam memilih konsep kimia yang relevan dan mampu mengaplikasikannya dalam setiap tahapan penyelesaian.

2). OP14.PG.07

Dalam molekul metanol berikut ini, berturut-turut, apa jenis orbital hibrida digunakan untuk atom karbon dan oksigen?

A.sp3 ; dsp2 B.sp2 ; sp3 C.dsp2 ; sp2 D.sp3 ; sp3 E. sp2 ; sp3

(60)

45

orbital pada atom karbon dan oksigen dalam senyawa metanol tersebut. Bentuk soal yang disertai dengan gambar struktur metanol tersebut akan memudahkan peserta didik dalam mengidentifikasi jenis orbital dari atom karbon dan oksigen tersebut.

Menurut Suwarto (2010), kemampuan mengidentifikasi atau menganalisis soal merupakan usaha mengurai suatu materi menjadi bagian-bagian penyusunnya

dan menentukan hubungan antara bagian–bagian tersebut dengan materi tersebut

secara keseluruhan. Soal tersebut termasuk kedalam kemampuan menganalisis untuk jenis mengorganisasi (organizing). Proses mengorganisasi adalah mengidentifikasi elemen-elemen dari suatu bentuk komunikasi atau situasi dan mengenali cara hubungan antar elemen tersebut sehingga elemen tersebut dapat disusun menjadi suatu kesatuan struktur yang koheren.

Contoh soal yang mengandung indikator menggunakan hasil eksperimen untuk menjelaskan fenomena kimia (d) adalah sebagai berikut :

1). UN16.05.05

Perhatikan data sifat fisik dari dua buah zat berikut! Senyawa Titik Leleh

(oC)

Daya Hantar Listrik

Lelehan Larutan

P -115 Tidak Menghantarkan Menghantarkan

Q 810 Menghantarkan Menghantarkan

Berdasarkan data tersebut, jenis ikatan yang terdapat pada senyawa P dan Q berturut-turut adalah ....

A.ion dan kovalen non polar

B.kovalen polar dan kovalen non polar

C.kovalen polar dan ion

D.kovalen polar dan hidrogen

E. hidrogen dan ion

(61)

46

mengenai hasil percobaan dari senyawa P dan Q. Adanya tabel hasil percobaan dua senyawa tersebut, peserta didik dapat membedakan jenis ikatan dari senyawa tersebut yang didasari dari teori yang sudah ada. Semua soal yang didalamnya terdapat hasil percobaan dan memiliki data lebih dari satu tergolong di dalam indikator ini.

2). OP16.PG.19 Reaksi berikut ini :

2HgCl2(aq) + C2O4-2(aq) 2Cl-(aq) + 2CO2(g) + HgCl2(aq)

Untuk menentukan laju awal reaksi, reaksi dilakukan dengan menggunakan variasi konsentrasi dua pereaksi. Hasilnya diperoleh seperti data pada tabel berikut ini :

Percobaan [HgCl2] M [C2O4-2] M Laju awal (M/det)

1 0,05 0,15 8,75 x 10-6

2 0,05 0,30 3,25 x 10-5

3 0,10 0,15 1,75 x 10-5

4 0,10 0,30 7,00 x 10-5

Persamaan laju awal reaksi tersebut adalah : A.Laju = r = k [HgCl2] [C2O4-2]

B.Laju = r = k [HgCl2]2[C2O4-2]2 C.Laju = r = k [HgCl2] [C2O4-2]2 D.Laju = r = k [HgCl2]2 [C2O4-2] E. Laju = r = k [HgCl2] [C2O4-2]4

(62)

47

menentukan laju awal reaksi dari persamaan reaksi tersebut karena peserta didik memiliki data yang dapat dibandingkan sehingga rumus laju awal reaksi dapat diketahui.

Contoh soal yang mengandung indikator menjelaskan pengetahuan faktual (e), adalah sebagai berikut :

1). UN14.20.39

Suatu unsur logam dibuat dengan reaksi: MgCl2(l)Mg (s) + Cl2(g)

Nama proses pembuatan unsur tersebut adalah .... A. Goldschmidt

B. Deacon C. Dow D. Frasch E. Hall-Herault

Soal UN14.20.39 termasuk dalam m

Gambar

Tabel 1. Rerata Skor dan Peringkat Literasi Sains Berdasarkan Studi PISA
Tabel 2. Gambaran Kemampuan Sains Peserta didik Indonesia pada setiap Level Kemampuan (Benchmark)
Tabel 3. Kisi-Kisi Dimensi Literasi Sains Kimia
Tabel 4. Lembar Tabulasi setiap Kriteria Literasi Sains Kimia dalam Soal Ujian Nasional dan Olimpiade
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahun 2020, upaya pelayanan terhadap masyarakat pencari keadilan dipermudah dengan memberikan informasi peradilan yang dapat diakses melalui website Pengadilan Negeri

Rheme : Sekelompok remaja yang sedang melepas lelah dalam sela aktifitas dengan menikmati kopi Good Day walaupun memiliki perbedaan dalam pribadi,sifat mereka

Hal ini berarti bahwa peserta tes yang pintar (skor totalnya tinggi) cenderung menjawab benar soal ini dan peserta tes yang kurang pintar cenderung salah menjawab

Suatu kelompok α-Proteobacteria yang berasosiasi dengan 7 genus sponge laut yang diambil dari beberapa lokasi berbeda ternyata tidak ditemukan pada air laut di sekitarnya dan

Dari uraian mengenai definisi stilistika dan hadis di atas, maka ketika kata stilistika digabungkan dengan hadis menjadi stilistika hadis, makna yang dimunculkan adalah

Perikanan Tangkap Berkelanjutan 2 (2-0) Ganjil Membahas pengembangan teknologi dan manajemen perikanan tangkap berkelanjutan, meliputi habitat dan lingkungan sumberdaya

Proses pengolahan dengan sistem yang lama memakan waktu berhari-hari, sedangkan sistem yang baru dapat melakukan proses pengolahan data dalam waktu lebih cepat sehingga dapat

TEMA RKP TAHUN 2018 RKP 2015 MELANJUTKA N REFORMASI BAGI PERCEPATAN PEMBANGUNA N EKONOMI YANG BERKEADILAN RKP 2016 RKP 2017 RKP 2018 RKP 2019 MEMPERCEPAT PEMBANGUNA N