• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efek Air Perasan Daun Beluntas (Pluchea indica (L.)Less) Dalam Mempercepat Penyembuhan Luka Insisi Mencit Swiss Webster Jantan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efek Air Perasan Daun Beluntas (Pluchea indica (L.)Less) Dalam Mempercepat Penyembuhan Luka Insisi Mencit Swiss Webster Jantan."

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

8

! .4 - 0, 4-) *$&* 3 3 0, +, - . + -/ - - / )

3 3 0, 0 1 / )

+6- /-7- / - 6-0 .4 1 -,- 1-4 +6- 5-0, 1-05- / - 6-0 /-7-3 0 /-7-3 +46-0 09 6 -16-0 6 3- -0 - 5- -6- 7-/- +3+305- 1-05-3 0:+: 4+6- / 0,-0 - /-0 1-05-3 1-05-3 6-0 7 0,. - -0 -/-05- +;+-0 /- 7 0 4 -0 0 -/-4-1 +0 +6 3 0, -1+ -7-6-1 - 7 - -0 /-+0 4+0

-/-7- 3 37 : 7- 7 05 3 +1-0 4+6- 0

0 4 -0 0 9- 6 7 3 0 -4 4- . - . 6 +0,,+1-0 9- 6.37- - 9 0: -05-6 *< 6. ) / -, 3 0;-/ < 6 4.37.6 :- - -:-6 α= < ) 4-4+ / +- 4+6- -5- 7-0;-0, ( 33 7-/- 7-1- 6-0-005- 4.37.6 ) ) ) 6 4.37.6 6.0 .4 /-0 7 3 -0/ 0, 3- 0,>3- 0, / . - / 0,-0 *<?) <$?) &$$?) -6+-/ ) /-0 64. -39 0 6.4 :- - .7 6-4 0,. - -0 /-0 7 0,+6+ -0 7-0;-0, 4+6- / 4-6+6-0 -7 1- -37- 4+6- + -4 0, -+ /-0 /- - 5-0, / +6+ -/-4-1 4-3- 7 05 3 +1-0 4+6- /-4-3 1- 0-4 / -3 0,,+0-6-0 ! - + - -1 / 4-0;+ 6-0 / 0,-0 . 1.:LSD α= $)$<

- 4 7 0 4 -0 3 0+0;+66-0 - -> - - -6 + +0 +6 7 05 3 +1-0 4+6- /-4-3 1- 6 4.37.6 2)* @ 6 4.37.6 <)* @ 6 4.37.6

<)( @ 6 4.37.6 6.0 .4 A)* @ /-0 7 3 -0/ 0, < 4.37.6 /-0 / -0/ 0,6-0 / 0,-0 6.0 .4 0 ,- 905- 9 6 :- - 3-60-/ 0,-0 pB $)$&

37+4-0 7 - -0 /-+0 4+0 - Pluchea indica 3 37 : 7- -6 + 7 05 3 +1-0 4+6- 0

(2)

4+6-8

! " "

# $

! .4 - 0, 4-) *$&* Tutor I +, - . + -/ - - / ) Tutor II 0 1 / )

Wound can be caused by so many things. Wound that being left without any treatment can lead into infections and death. People usually clean the wound only with water and most of them tend to let the wound untreated. The goal of this experiment is for knowing whether beluntas’s leaves juice can accelerate healing of wound (APDB).

This experiment is real experimental laboratory which is comparative. The experimental animals used are male Swiss Webster mice as much as 25 mice with average weight is 20+25 grams. On the right thigh’s skin of mice that have been sheared, give incision 8mm long. After that, divide the mice into 5 group randomly (α= 5). Divide into group APDB I, APDB II, APDB III, negative control given distilled water and positive control given chloramphenicol drop. Treatment and measurement was done every day until the wound intertwined. Data analysis was using one way ! and continued by Post Hoc LSD (α= 0,05). The data that measured was wound healing time in day period.

The experiment’s result showed the average healing time for group APDB I (6,2); group APDB II (5,2); group APDB III (5,8); negative control (7,2); and positive control (5). Group APDB II and APDB III compared to negative control affect significantly at p < 0.01.

Conclusion: beluntas’s leaves juice can accelerate healing of wound.

(3)

8

8 8 8 8

D D D

& & - - 4-6-0, &

& * / 0 9 6- - -4-1 *

& ' -6 +/ /-0 +;+-0 EEEEEEEEEEEEEEEEEEEE *

& C -09-- - 5- +4 43 -1 *

& < -0,6- 3 6 -0 /-0 7. '

& < & -0,6- 3 6 -0 '

& < * 7. '

& 2 ./.4., 0 4 -0 C

* & +4 <

* & & .4., +4 <

* & & & 7 / 3 2

* & & * 3 (

* & & ' - 0,-0 + 6+ -0 %

* & * /0 6 - +4 %

(4)

D

* & ' & +0, . 6 &&

* & ' * +0, 6 6 &&

* & ' ' +0, . 7 &&

* & ' C +0, 7 &*

* & ' < +0, 0,- + -0 +1+ &*

* & ' 2 +0, 3 0 +6-0 ,3 0 &*

* & ' A 3 0 +6-0 ! -3 0 &*

* & ' ( . - 0 - &*

* * +6- &'

* * & 9 0 +6- &'

* * * 4- 9 6- +6- &'

* * * & /- - 6-0 -6 + 05 3 +1-0 +6- &' * * * * /- - 6-0 6-0 3 ;-/ 05- +6- &'

* * ' 6-0 3 05 3 +1-0 +6- &C

* * C -6 . 5-0, 37 0,- +1 05 3 +1-0 +6- &<

* ' 4+0 - Pluchea Indica (L)less &2

* ' & -6 .0.3 4+0 - &2

* ' * 6 7 &A

* ' ' -0/+0,-0 -+0 4+0 - /-0 F- 6 905- &A

* ' C -09-- 4+0 - &A

* ' < 9 6 -+0 4+0 - 1-/-7 05 3 +1-0 +6- &(

!

' & -1-0G + ; 6 0 4 -0 &%

' & & -1-0 /-0 4- 0 4 -0 &%

' & & & -1-0 0 4 -0 &%

' & & * 4- 7 0 4 -0 &%

' & * + ; 6 0 4 -0 &%

' & ' .6- /-0 -6 + 0 4 -0 *$

' * ./ 0 4 -0 *$

(5)

D

' * * !- - 4 0 4 -0 *$

' * * & 9 0 .0 7 .0-4 !- - 4 *$

' * * * 9 0 "7 - .0-4 !- - 4 *&

' * ' - -37 4 0 4 -0 *&

' ' . /+

;-' ;-' & 0,+37+4-0 /-0 -7-0 -1-0 ; *&

' ' * -7-0 -0 . - **

' ' ' . /+ 0 4 -0 **

' ' C - - 3 6 --0 *'

' C ./ 0-4 *'

' < 7. - 6 *'

' 2 7 6 6 0 4 -0 *C

"

C & - 4 :. --0 *<

C * ; 7. *%

C * * - 4 5-0, 0/+6+0, *%

C * ' - 4 5-0, /-6 0/+6+0, *%

C ' 37+4-0 *%

"

< & 37+4-0 '$

< * - -0 '$

(6)

D

#-3 - * & .4., +4 -0+ - <

#-3 - * * - +3 - -4 7 / 3 2

#-3 - * ' - +3 7 0. +3 7 / 3 A

#-3 - * C - +3 # -0+4. +3 7 / 3 A

#-3 - * < - +3 + /+3 7 / 3 A

#-3 - * 2 - +3 . 0 +3 7 / 3 (

#-3 - * A 6-0 3 05 3 +1-0 +6- &<

(7)

D

Tabel 4.1 Rerata Durasi Penyembuhan Luka Pada Setiap Kelompok Perlakuan

Dalam Hari *<

Tabel 4.2 ANAVA satu arah Terhadap Durasi Penyembuhan Luka Pada Setiap

Kelompok Perlakuan *2

- 4 C ' ; . 1.: 1-/-7 + - 05 3 +1-0 +6- -4-3

(8)

D

-37 -0 & 0,1 +,-0 . - -0 -+0 4+0 - '<

-37 -0 * -7-0 -+0 4+0 - '2

-37 -0 ' -7-0 0: 'A

-37 -0 C - - - 4 0 4 -0 '(

(9)

35

LAMPIRAN 1

PENGHITUNGAN DOSIS AIR PERASAN DAUN BELUNTAS

Persiapan daun beluntas:

Memisahkan daun-daun yang terdapat pada tumbuhan beluntas.

Mencuci daun dengan air bersih.

Daun didiamkan sampai tidak basah lagi.

Memotong daun kecil-kecil.

Menumbuk daun.

Menyaring tumbukkan daun.

Mengumpulkan air perasan daun beluntas.

Penghitungan dosis:

Sebanyak 2 ml air perasan daun beluntas disimpan dalam satu wadah

plastik. Ini adalah air perasan daun beluntas dengan dosis 100%.

Air perasan daun beluntas sebanyak 1 ml dicampur dengan 1 ml akuades

pada wadah ke-2. Ini adalah air perasan daun beluntas dengan dosis 50%.

Air perasan daun beluntas sebanyak 0,5 ml dari wadah ke-1 dicampur

dengan 1.5 ml akuades pada wadah ke-3. Ini adalah air perasan daun

(10)

36

LAMPIRAN 2

PERSIAPAN DAUN BELUNTAS

Tanaman beluntas Daun beluntas yang siap digunakkan

(11)

37

LAMPIRAN 3

PERSIAPAN MENCIT

Pencukuran bulu mencit

Penyayatan

(12)

38

LAMPIRAN 4

DATA HASIL PERCOBAAN

Panjang Luka (mm) Setelah Diobati Dengan Air perasan daun beluntas 25%

Panjang Luka (mm) Setelah Diobati Dengan Air perasan daun beluntas 50%

Mencit 1 Mencit 2 Mencit 3 Mencit 4 Mencit 5

Hari 1 5,00 3,80 4,00 4,20 6,20

Hari 2 3,10 3,00 3,70 2,70 4,20

Hari 3 1,90 1,40 2,10 1,70 3,30

Hari 4 0,70 1,20 1,40 1,40 0

Hari 5 0 0,40 0,30 0 0

Hari 6 0 0 0 0 0

Hari 7 0 0 0 0 0

Hari 8 0 0 0 0 0

Mencit 1 Mencit 2 Mencit 3 Mencit 4 Mencit 5

Hari 1 5,30 4,30 4,55 4,80 4,40

Hari 2 2,95 2,95 2,95 3,30 3,40

Hari 3 2,50 2,40 2,60 2,35 2,50

Hari 4 1,80 0,80 1,50 1,30 1,05

Hari 5 0,50 0,10 0,40 0,30 0

Hari 6 0,20 0 0,20 0 0

Hari 7 0 0 0 0 0

(13)

39

Panjang Luka (mm) Setelah Diobati Dengan Air perasan daun beluntas 100%

Panjang Luka (mm) Setelah Diobati Dengan Kloramfenikol

Mencit 1 Mencit 2 Mencit 3 Mencit 4 Mencit 5

Hari 1 6,35 4,20 4,10 4,35 3,80

Hari 2 3,50 3,65 3,90 3,10 2,60

Hari 3 2,30 1,90 2,30 2,40 2,30

Hari 4 1,20 0,90 2,10 1,10 0,80

Hari 5 0 0,20 0,70 1,00 0

Hari 6 0 0 0 0,40 0

Hari 7 0 0 0 0 0

Hari 8 0 0 0 0 0

Mencit 1 Mencit 2 Mencit 3 Mencit 4 Mencit 5

Hari 1 5,40 7,60 4,90 6,85 6,80

Hari 2 4,10 4,20 4,20 5,50 5,30

Hari 3 1,80 1,95 1,90 0,95 4.95

Hari 4 1,10 0,50 0,75 0,50 1.30

Hari 5 0 0 0 0 0

Hari 6 0 0 0 0 0

Hari 7 0 0 0 0 0

(14)

40

Panjang Luka (mm) Setelah Diobati Dengan Akuades

Mencit 1 Mencit 2 Mencit 3 Mencit 4 Mencit 5

Hari 1 8,00 7,55 6,90 7,80 7,22

Hari 2 6,50 6,00 6,50 7,00 6,00

Hari 3 5,30 5,25 5,10 6,25 4,25

Hari 4 3,70 4,75 4,60 5,65 3,20

Hari 5 2,50 3,55 2,45 3,85 2,45

Hari 6 1,70 2,15 1,15 1,50 0

Hari 7 0 1,80 0 0 0

(15)

41

LAMPIRAN 5 DATA STATISTIKA

Descriptives

hari

N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

APDB

1

5 6.2000 .83666 .37417 5.1611 7.2389 5.00 7.00

APDB

2

5 5.2000 .83666 .37417 4.1611 6.2389 4.00 6.00

APDB

3

5 5.8000 .83666 .37417 4.7611 6.8389 5.00 7.00

Kontrol 5 7.2000 .83666 .37417 6.1611 8.2389 6.00 8.00

Pemba

nding

5 5.0000 .00000 .00000 5.0000 5.0000 5.00 5.00

Total 25 5.8800 1.05357 .21071 5.4451 6.3149 4.00 8.00

ANOVA

hari

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 15.440 4 3.860 6.893 .001

Within Groups 11.200 20 .560

(16)

42

Post Hoc Test

Multiple Comparisons

hari

(I) Kelompok (J) Kelompok

Mean

Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

LSD 1 2 1.00000* .47329 .047 .0127 1.9873

3 .40000 .47329 .408 -.5873 1.3873

4 -1.00000* .47329 .047 -1.9873 -.0127

5 1.20000* .47329 .020 .2127 2.1873

2 1 -1.00000* .47329 .047 -1.9873 -.0127

3 -.60000 .47329 .219 -1.5873 .3873

4 -2.00000* .47329 .000 -2.9873 -1.0127

5 .20000 .47329 .677 -.7873 1.1873

3 1 -.40000 .47329 .408 -1.3873 .5873

2 .60000 .47329 .219 -.3873 1.5873

4 -1.40000* .47329 .008 -2.3873 -.4127

5 .80000 .47329 .106 -.1873 1.7873

4 1 1.00000* .47329 .047 .0127 1.9873

2 2.00000* .47329 .000 1.0127 2.9873

3 1.40000* .47329 .008 .4127 2.3873

5 2.20000* .47329 .000 1.2127 3.1873

5 1 -1.20000* .47329 .020 -2.1873 -.2127

2 -.20000 .47329 .677 -1.1873 .7873

3 -.80000 .47329 .106 -1.7873 .1873

4 -2.20000* .47329 .000 -3.1873 -1.2127

(17)

43

Homogeneous Subsets

hari

kelompok N

Subset for alpha = 0.05

1 2

Tukey HSDa 5 5 5.0000

2 5 5.2000

3 5 5.8000 5.8000

1 5 6.2000 6.2000

4 5 7.2000

Sig. .122 .054

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

(18)

44

RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi

Nama : Violitta Angela

NRP : 0910038

Tempat dan Tanggal Lahir : Bandung, 19 Mei 1991

Alamat : Komplek Kopo Permai I blok J no 7, Bandung

Riwayat Pendidikan

TKK BPK PENABUR 638 1995-1997

SDK 6 BPK PENABUR 1997-2003

SMPK 5 BPK PENABUR 2003-2006

SMAK 2 BPK PENABUR 2006-2009

Mahasiswa Fakultas Kedokteran

(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kulit adalah pelindung utama tubuh dari perubahan suhu, infeksi, dan radiasi

dari masuknya zat kimia beracun dari lingkungan serta mikroorganisme dan

melindungi tubuh dari sinar ultra violet (Brown dan Burns, 2005). Fungsi kulit

adalah untuk mencegah terjadinya kehilangan cairan tubuh, mengatur suhu tubuh,

dan sintesis vitamin D. Penyebab kerusakan kulit yang tersering adalah luka

(Wedro, 2011).

Luka adalah hilang atau rusaknya jaringan pada tubuh yang dapat disebabkan

berbagai hal, seperti tergores, tertusuk, terpotong, teriris, luka bakar, dan lain-lain

(Irman Somantri, 2007). Luka yang paling sering dialami biasanya adalah luka

goresan atau lecet pada kulit. Luka tersebut biasanya cepat membaik namun, luka

yang dibiarkan saja dan tidak diobati dengan baik dapat menyebabkan terjadinya

infeksi bahkan kematian (WHO, 2011). Kematian akibat luka di seluruh dunia

setiap tahunnya mencapai 5 juta orang. Pada tahun 2002 sampai dengan tahun

2006, di America, tercatat 29.821.159 penderita luka, yang terbanyak adalah luka

akibat kecelakaan lalu lintas (CDC injury prevention, 2009). Luka penyebab

kematian akibat kecelakaan lalu lintas di Indonesia terbilang cukup tinggi, tercatat

87 per 100.000 penduduk (WHO, 2010).

Kebanyakan orang tidak terlalu mementingkan pengobatan pada luka. Mereka

seringkali memberikan pengobatan seadanya dengan hanya mencuci luka dengan

air atau memberikan povidone iodine pada luka, bahkan banyak yang membiarkan

luka tersebut tanpa pengobatan. Povidone iodine yang banyak digunakan ternyata

pada orang-orang tertentu dapat menimbulkan reaksi alergi pada kulit (McLeod,

2001), yang dapat menghambat penyembuhan luka. Sebagai alternatif, masyarakat

Indonesia dapat menggunakan obat-obatan yang berasal dari tumbuhan untuk

menyembuhkan luka. Kandungan zat dalam tumbuhan dianggap lebih alami,

(20)

2

lebih murah dan lebih mudah diperoleh (Juckett, 2004). Banyak sekali tanaman

yang dapat digunakan untuk menyembuhkan luka, antara lain beluntas (Pluchea

indica (L.) Less), pegagan, jeruk nipis, bratawali, dan lain-lain. Daun beluntas

digunakan untuk menyembuhkan luka, anti bau badan, peluruh keringat, dan

mengobati scabies (Setiawan Dalimartha, 2001).

Beluntas (Pluchea indica (L.) Less) sangat mudah ditemukan di Indonesia.

Masyarakat sering menyebut beluntas sebagai tanaman pagar (PDII-LIPI, 2011).

Belum banyak orang yang mengetahui bahwa daun beluntas adalah salah satu

tanaman Indonesia yang berkhasiat sebagai obat yang mempercepat penyembuhan

luka. Penggunaan daun beluntas untuk pengobatan luka adalah dengan

menggunakkan daun beluntas segar secukupnya, dicuci, lalu ditumbuk dan

dibalurkan pada luka (Setiawan Dalimartha, 2001). Oleh karena itu, peneliti

terdorong untuk meneliti apakah air perasan daun beluntas benar-benar dapat

mempercepat penyembuhan luka.

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, identifikasi masalah adalah apakah air

perasan daun beluntas (Pluchea indica (L.) Less) berefek mempercepat

penyembuhan luka insisi.

1.3 Maksud dan Tujuan

Maksud dari penelitian ini adalah untuk menjadikan daun beluntas sebagai

salah satu obat alternatif untuk menyembuhkan luka.

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui apakah air perasan daun beluntas

berefek mempercepat penyembuhan luka insisi.

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah

Manfaat akademis penelitian ini untuk menambah wawasan ilmiah tanaman

obat tradisional khususnya daun beluntas yang dapat mempercepat penyembuhan

(21)

3

Manfaat praktis dari penelitian ini agar masyarakat mengetahui mengenai

daun beluntas yang dapat dipergunakan untuk mempercepat lama penyembuhan

luka insisi, sehingga dapat dijadikan obat alternatif.

1.5.1 Kerangka Pemikiran

Penyembuhan luka dapat dibagi dalam tiga fase, yaitu fase inflamasi, fase

proliferasi, fase maturasi (Kozier, 1995). Fase inflamasi adalah fase yang terjadi

karena adanya respon pada pembuluh darah atau pada sel akibat adanya

perlukaan yang terjadi pada jaringan. Pada fase proliferasi sel-sel melakukan

proliferasi dengan tujuan memperbaiki dan menyembuhkan luka. Fase maturasi

adalah waktu sel-sel yang telah berproliferasi menjadi sempurna untuk

membentuk jaringan baru yaitu jaringan penyembuhan yang kuat (Iskandar,

2009).

Daun beluntas mengandung flavonoid, alkaloid, minyak atsiri (Setiawan

Dalimartha, 2001). Flavonoid pada daun beluntas dapat memberikan efek

anti-bakteri dan anti inflamasi dengan cara menurunkan jumlah sel radang yang

bermigrasi ke jaringan yang terluka dan menghambat bakteri yang dapat masuk ke

dalam jaringan yang terluka (Ismail, 2012). Flavonoid merupakan antioksidan

alami yang dapat menghambat ROS, sehingga mempercepat reepitalisasi pada

kulit (Zu dan Howard, 2007). Kandungan minyak atsiri terbukti menghambat

pertumbuhan bakteri. Senyawa alkaloid dapat memberikan efek analgetik (Jurnal

Ilmiah Farmasi Kedokteran, 2010).

1.5.2 Hipotesis

Air perasan daun beluntas (Pluchea indica (L.) Less) berefek mempercepat

(22)

4

1.6 Metodologi Penelitian

Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik sungguhan, bersifat

komparatif. Data yang diukur adalah waktu penyembuhan luka dalam hari.

Analisis data menggunakan uji ANAVA satu arah dilanjutkan dengan uji beda

rata-rata Post hoc LSD (Least Significant Difference) dengan α=0,05

(23)

30

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Air perasan daun beluntas berefek mempercepat penyembuhan luka insisi.

5.2 Saran

Efek air perasan daun beluntas (Pluchea Indica (L.) Less) perlu dilanjutkan

dengan penelitian :

Menggunakan air perasan daun beluntas dengan dosis yang lebih

bervariasi.

Menggunakan sediaan yang berbeda seperti dalam bentuk ekstrak atau

salep, untuk dapat mempercepat durasi penyembuhan luka.

Menggunakan air perasan daun beluntas untuk jenis-jenis luka yang lain,

seperti pada luka memar, luka lecet, luka robek, dan luka tusuk, luka

bakar.

(24)

31

DAFTAR PUSTAKA

Adji Suranto. 2010. Dasyatnya Propolis Menggempur Penyakit. Jakarta: AgroMedia Pustaka.

Amirlak B. 2011. Skin Anatomy.

http://emedicine.medscape.com/article/1294744-overview. 4 Agustus 2012.

Berita IPTEK. 2011. Daun Beluntas Sebagai Bahan Antibakteri dan Antioksidan.

http://www.kamusilmiah.com/pangan/daun-beluntas-sebagai-bahan-antibakteri-dan-antioksidan/.

Brannon H. 2007. Anatomi Epidermis.

http://dermatology.about.com/od/anatomy/ss/epidermis_2.htm. 4 Agustus 2012.

Brown R.G., Burns T. 2005. Lectures Notes Dermatologi. 8nd ed. Jakarta: Erlangga.

CliniMed. 2012. Phases of Wound Healing. http://www.clinimed.co.uk/wound-care/education/wound-essentials/phases-of-wound-healing.aspx.

30 Agustus 2012.

Darmin Sumardjo. 2008. Pengantar Kimia. Jakarta: EGC.

Dealey C. 2012. The Care of Wounds. 4 th ed. UK: Wiley-blackwell.

Driscoll P. 2010. Factors affecting wound healing.

http://mediligence.com/blog/2010/05/26/factors-affecting-wound-healing/. 26 Mei 2012.

Fawcett D. W. 2002. Buku Ajar Histologi. 1st ed. Jakarta : EGC.

Guo S., Dipietro L. A. 2010. Factors Affecting Wound Healing. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2903966/. 26 Maret 2012.

Heyne K. 1987. Tumbuhan berguna indonesia III. 3th ed. Jakarta: Yayasan Sarana Wana Jaya.

Iskandar. 2009. Pengaruh Benang Terhadap Fase Penyembuhan Luka Di Kulit

Penelitian Eksperimental Animal Laboratoris.

(25)

32

Irman Somantri. 2007. Perawatan Luka.

http://irmanthea.blogspot.com/2007/07/definisi-luka-adalah rusaknya.html. 19 Juli 2012.

Ismail. 2012. Hasiat Sarang Semut. http://bravosieraherbal.blogspot.com/.

5 maret 2012.

Ivy Rose Holistic. 2012. Functions of The Skin. http://www.ivy-rose.co.uk/HumanBody/Skin/Functions-of-the-Skin.php. 3 Oktober 2012.

Jane D. 2011. Wound Healing. http://nursingcrib.com/nursing-notes-reviewer/fundamentals-of-nursing/wound-healing/. 15 September 2012.

Jan Tambayong. 2000. Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.

Jurnal Ilmiah Farmasi Kedokteran. 2010. Identifikasi Alkaloid.

http://jurnalilmiahfarmasi.blogspot.com/2010/10/identifikasi-alkaloid.html. 20 Oktober 2012.

Juckett G., 2004. Herbal Medicine. 6 th ed. Philladelphia: Lippincott Williams and Wilkins.

Junqueira L. C. 2007. Histologi Dasar. 8th ed. Jakarta: EGC.

Kemas Ali Hanafiah. 2005. Prinsip Percobaan dan Perancangannya. Rancangan Percobaan Aplikatif. Aplikasi Kondisional Bidang Pertamanan, Peternakan, Perikanan, Industri, dan Hayati. Edisi 1. Jakarta: PT. Raja Grasindo Persada. H 10-12.

Kozier, E. 2009. Buku Ajar Praktik Ilmu Keperawatan Klinik. 5th ed. Jakarta: EGC.

Leeson C. R. 2007. Buku Ajar Histologi. Jakarta: EGC.

Lippincott W., Wilkins. 2007. Wound Care Made Incredibly Easy. 2nd ed. Philladelphia: Lippincott Williams and Wilkins.

Macneal R. J. 2006. Structure and Function of The Skin.

http://www.merckmanuals.com/home/skin_disorders/biology_of_the_skin/ structure_and_function_of_the_skin.html?qt=&sc=&alt=. 24 Oktober 2012.

Mcleod S. 2011. What Are the Allergenic Effects of Povidone-Iodine Use On the

Skin.

(26)

33

Meyka Syahbana Rusli. 2010. Sukses memproduksi minyak atsiri. Jakarta : AgroMedia Pustaka.

Patterson E. 2012. Functions of The Skin.

http://www.ehow.com/about_4809700_functions-skin.html.

PDII LIPI. 2011. Beluntas (Pluchea indica Less.).

http://www.warintek.ristek.go.id/pangan_kesehatan/tanaman_obat/lipi_pd ii/beluntas.htm. 20 Desember 2011.

Retno Iswari Tranggono. 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta: Gramedia pustaka utama. Hal 11.

Rulam. 2011. Penyembuhan Luka. http://www.infodiknas.com/penyembuhan-luka-wound-healing/. 24 maret 2012.

Schwartz S. I. 2000. Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah. 6 th ed. Jakarta: EGC.

Setiawan Dalimartha. 2001. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia jilid I. 3nd ed. Jakarta: Trubus Agriwidya.

Syarif M. Wasitaatmadja. 2006. Anatomi Kulit. Dalam: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

U.S Department of Health and Human Services. 2009. The CDC Injury Research Agenda,2009-2018.

http://www.cdc.gov/injury/ResearchAgenda/CDC_Injury_Research_Agen da-a.pdf. 19 Desember 2011.

USDA. 2012. Plants profile. http://plants.usda.gov/java/profile?symbol=PLIN4. 1 juni 2012.

Wedro B. 2011. Wounds and wounds care.

http://www.emedicinehealth.com/wound_care/article_em.htm. 20 Desember 2011.

WHO. 2010. WHO Regional Office for South-East Asia 2010.

http://www.scaro.who.int/en/Section1174/Section1461_15167.htm. 19 Desember 2011.

WHO. 2011. Prevention and management of wound infection.

http://www.who.int/hac/techguidance/tools/Prevention%20and%20manag ement%20of%20wound%20infection.pdf. 18 Desember 2011.

(27)

34

Yaya Rusyana. 2011. Beluntas.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian lendir bekicot dalam mempercepat durasi penyembuhan luka insisi pada mencit Swiss webster

Ekstrak etanol daun mimba 6,25% ( Azadirachta indica A. Juss) memiliki potensi yang sebanding dengan povidone iodine 10% dalam mempercepat penyembuhan luka.. 5.2

daun beluntas secara terus menerus ftontinyu) menrrrjukkankecendennrgmmernilikikonsmsi air minum yang lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan lain FIal ini diduga katena

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Air Perasan Buah Nanas (APBN) dalam mempersingkat lama penyembuhan luka dan menilai potensinya

Luka sering terjadi dalam aktivitas sehari-hari, sedangkan pengobatan menggunakan obat kimia mempunyai banyak efek samping, sebagai alternatif dapat digunakan

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas ekstrak air daun beluntas sebagai antipiretik terhadap mencit dengan melihat penurunan temperatur

Skripsi berjudul Pengaruh Perasan Daun Beluntas (Pluchea indica Less.) terhadap Laju Penurunan Demam Pada Tikus Putih (Rattus norwegicus) telah diuji dan di

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan ekstrak segar daun beluntas mempunyai aktivitas dalam proses penyembuhan luka sayat pada