8
! .4 - 0, 4-) *$&* 3 3 0, +, - . + -/ - - / )
3 3 0, 0 1 / )
+6- /-7- / - 6-0 .4 1 -,- 1-4 +6- 5-0, 1-05- / - 6-0 /-7-3 0 /-7-3 +46-0 09 6 -16-0 6 3- -0 - 5- -6- 7-/- +3+305- 1-05-3 0:+: 4+6- / 0,-0 - /-0 1-05-3 1-05-3 6-0 7 0,. - -0 -/-05- +;+-0 /- 7 0 4 -0 0 -/-4-1 +0 +6 3 0, -1+ -7-6-1 - 7 - -0 /-+0 4+0
-/-7- 3 37 : 7- 7 05 3 +1-0 4+6- 0
0 4 -0 0 9- 6 7 3 0 -4 4- . - . 6 +0,,+1-0 9- 6.37- - 9 0: -05-6 *< 6. ) / -, 3 0;-/ < 6 4.37.6 :- - -:-6 α= < ) 4-4+ / +- 4+6- -5- 7-0;-0, ( 33 7-/- 7-1- 6-0-005- 4.37.6 ) ) ) 6 4.37.6 6.0 .4 /-0 7 3 -0/ 0, 3- 0,>3- 0, / . - / 0,-0 *<?) <$?) &$$?) -6+-/ ) /-0 64. -39 0 6.4 :- - .7 6-4 0,. - -0 /-0 7 0,+6+ -0 7-0;-0, 4+6- / 4-6+6-0 -7 1- -37- 4+6- + -4 0, -+ /-0 /- - 5-0, / +6+ -/-4-1 4-3- 7 05 3 +1-0 4+6- /-4-3 1- 0-4 / -3 0,,+0-6-0 ! - + - -1 / 4-0;+ 6-0 / 0,-0 . 1.:LSD α= $)$<
- 4 7 0 4 -0 3 0+0;+66-0 - -> - - -6 + +0 +6 7 05 3 +1-0 4+6- /-4-3 1- 6 4.37.6 2)* @ 6 4.37.6 <)* @ 6 4.37.6
<)( @ 6 4.37.6 6.0 .4 A)* @ /-0 7 3 -0/ 0, < 4.37.6 /-0 / -0/ 0,6-0 / 0,-0 6.0 .4 0 ,- 905- 9 6 :- - 3-60-/ 0,-0 pB $)$&
37+4-0 7 - -0 /-+0 4+0 - Pluchea indica 3 37 : 7- -6 + 7 05 3 +1-0 4+6- 0
4+6-8
! " "
# $
! .4 - 0, 4-) *$&* Tutor I +, - . + -/ - - / ) Tutor II 0 1 / )
Wound can be caused by so many things. Wound that being left without any treatment can lead into infections and death. People usually clean the wound only with water and most of them tend to let the wound untreated. The goal of this experiment is for knowing whether beluntas’s leaves juice can accelerate healing of wound (APDB).
This experiment is real experimental laboratory which is comparative. The experimental animals used are male Swiss Webster mice as much as 25 mice with average weight is 20+25 grams. On the right thigh’s skin of mice that have been sheared, give incision 8mm long. After that, divide the mice into 5 group randomly (α= 5). Divide into group APDB I, APDB II, APDB III, negative control given distilled water and positive control given chloramphenicol drop. Treatment and measurement was done every day until the wound intertwined. Data analysis was using one way ! and continued by Post Hoc LSD (α= 0,05). The data that measured was wound healing time in day period.
The experiment’s result showed the average healing time for group APDB I (6,2); group APDB II (5,2); group APDB III (5,8); negative control (7,2); and positive control (5). Group APDB II and APDB III compared to negative control affect significantly at p < 0.01.
Conclusion: beluntas’s leaves juice can accelerate healing of wound.
8
8 8 8 8
D D D
& & - - 4-6-0, &
& * / 0 9 6- - -4-1 *
& ' -6 +/ /-0 +;+-0 EEEEEEEEEEEEEEEEEEEE *
& C -09-- - 5- +4 43 -1 *
& < -0,6- 3 6 -0 /-0 7. '
& < & -0,6- 3 6 -0 '
& < * 7. '
& 2 ./.4., 0 4 -0 C
* & +4 <
* & & .4., +4 <
* & & & 7 / 3 2
* & & * 3 (
* & & ' - 0,-0 + 6+ -0 %
* & * /0 6 - +4 %
D
* & ' & +0, . 6 &&
* & ' * +0, 6 6 &&
* & ' ' +0, . 7 &&
* & ' C +0, 7 &*
* & ' < +0, 0,- + -0 +1+ &*
* & ' 2 +0, 3 0 +6-0 ,3 0 &*
* & ' A 3 0 +6-0 ! -3 0 &*
* & ' ( . - 0 - &*
* * +6- &'
* * & 9 0 +6- &'
* * * 4- 9 6- +6- &'
* * * & /- - 6-0 -6 + 05 3 +1-0 +6- &' * * * * /- - 6-0 6-0 3 ;-/ 05- +6- &'
* * ' 6-0 3 05 3 +1-0 +6- &C
* * C -6 . 5-0, 37 0,- +1 05 3 +1-0 +6- &<
* ' 4+0 - Pluchea Indica (L)less &2
* ' & -6 .0.3 4+0 - &2
* ' * 6 7 &A
* ' ' -0/+0,-0 -+0 4+0 - /-0 F- 6 905- &A
* ' C -09-- 4+0 - &A
* ' < 9 6 -+0 4+0 - 1-/-7 05 3 +1-0 +6- &(
!
' & -1-0G + ; 6 0 4 -0 &%
' & & -1-0 /-0 4- 0 4 -0 &%
' & & & -1-0 0 4 -0 &%
' & & * 4- 7 0 4 -0 &%
' & * + ; 6 0 4 -0 &%
' & ' .6- /-0 -6 + 0 4 -0 *$
' * ./ 0 4 -0 *$
D
' * * !- - 4 0 4 -0 *$
' * * & 9 0 .0 7 .0-4 !- - 4 *$
' * * * 9 0 "7 - .0-4 !- - 4 *&
' * ' - -37 4 0 4 -0 *&
' ' . /+
;-' ;-' & 0,+37+4-0 /-0 -7-0 -1-0 ; *&
' ' * -7-0 -0 . - **
' ' ' . /+ 0 4 -0 **
' ' C - - 3 6 --0 *'
' C ./ 0-4 *'
' < 7. - 6 *'
' 2 7 6 6 0 4 -0 *C
"
C & - 4 :. --0 *<
C * ; 7. *%
C * * - 4 5-0, 0/+6+0, *%
C * ' - 4 5-0, /-6 0/+6+0, *%
C ' 37+4-0 *%
"
< & 37+4-0 '$
< * - -0 '$
D
#-3 - * & .4., +4 -0+ - <
#-3 - * * - +3 - -4 7 / 3 2
#-3 - * ' - +3 7 0. +3 7 / 3 A
#-3 - * C - +3 # -0+4. +3 7 / 3 A
#-3 - * < - +3 + /+3 7 / 3 A
#-3 - * 2 - +3 . 0 +3 7 / 3 (
#-3 - * A 6-0 3 05 3 +1-0 +6- &<
D
Tabel 4.1 Rerata Durasi Penyembuhan Luka Pada Setiap Kelompok Perlakuan
Dalam Hari *<
Tabel 4.2 ANAVA satu arah Terhadap Durasi Penyembuhan Luka Pada Setiap
Kelompok Perlakuan *2
- 4 C ' ; . 1.: 1-/-7 + - 05 3 +1-0 +6- -4-3
D
-37 -0 & 0,1 +,-0 . - -0 -+0 4+0 - '<
-37 -0 * -7-0 -+0 4+0 - '2
-37 -0 ' -7-0 0: 'A
-37 -0 C - - - 4 0 4 -0 '(
35
LAMPIRAN 1
PENGHITUNGAN DOSIS AIR PERASAN DAUN BELUNTAS
Persiapan daun beluntas:
Memisahkan daun-daun yang terdapat pada tumbuhan beluntas.
Mencuci daun dengan air bersih.
Daun didiamkan sampai tidak basah lagi.
Memotong daun kecil-kecil.
Menumbuk daun.
Menyaring tumbukkan daun.
Mengumpulkan air perasan daun beluntas.
Penghitungan dosis:
Sebanyak 2 ml air perasan daun beluntas disimpan dalam satu wadah
plastik. Ini adalah air perasan daun beluntas dengan dosis 100%.
Air perasan daun beluntas sebanyak 1 ml dicampur dengan 1 ml akuades
pada wadah ke-2. Ini adalah air perasan daun beluntas dengan dosis 50%.
Air perasan daun beluntas sebanyak 0,5 ml dari wadah ke-1 dicampur
dengan 1.5 ml akuades pada wadah ke-3. Ini adalah air perasan daun
36
LAMPIRAN 2
PERSIAPAN DAUN BELUNTAS
Tanaman beluntas Daun beluntas yang siap digunakkan
37
LAMPIRAN 3
PERSIAPAN MENCIT
Pencukuran bulu mencit
Penyayatan
38
LAMPIRAN 4
DATA HASIL PERCOBAAN
Panjang Luka (mm) Setelah Diobati Dengan Air perasan daun beluntas 25%
Panjang Luka (mm) Setelah Diobati Dengan Air perasan daun beluntas 50%
Mencit 1 Mencit 2 Mencit 3 Mencit 4 Mencit 5
Hari 1 5,00 3,80 4,00 4,20 6,20
Hari 2 3,10 3,00 3,70 2,70 4,20
Hari 3 1,90 1,40 2,10 1,70 3,30
Hari 4 0,70 1,20 1,40 1,40 0
Hari 5 0 0,40 0,30 0 0
Hari 6 0 0 0 0 0
Hari 7 0 0 0 0 0
Hari 8 0 0 0 0 0
Mencit 1 Mencit 2 Mencit 3 Mencit 4 Mencit 5
Hari 1 5,30 4,30 4,55 4,80 4,40
Hari 2 2,95 2,95 2,95 3,30 3,40
Hari 3 2,50 2,40 2,60 2,35 2,50
Hari 4 1,80 0,80 1,50 1,30 1,05
Hari 5 0,50 0,10 0,40 0,30 0
Hari 6 0,20 0 0,20 0 0
Hari 7 0 0 0 0 0
39
Panjang Luka (mm) Setelah Diobati Dengan Air perasan daun beluntas 100%
Panjang Luka (mm) Setelah Diobati Dengan Kloramfenikol
Mencit 1 Mencit 2 Mencit 3 Mencit 4 Mencit 5
Hari 1 6,35 4,20 4,10 4,35 3,80
Hari 2 3,50 3,65 3,90 3,10 2,60
Hari 3 2,30 1,90 2,30 2,40 2,30
Hari 4 1,20 0,90 2,10 1,10 0,80
Hari 5 0 0,20 0,70 1,00 0
Hari 6 0 0 0 0,40 0
Hari 7 0 0 0 0 0
Hari 8 0 0 0 0 0
Mencit 1 Mencit 2 Mencit 3 Mencit 4 Mencit 5
Hari 1 5,40 7,60 4,90 6,85 6,80
Hari 2 4,10 4,20 4,20 5,50 5,30
Hari 3 1,80 1,95 1,90 0,95 4.95
Hari 4 1,10 0,50 0,75 0,50 1.30
Hari 5 0 0 0 0 0
Hari 6 0 0 0 0 0
Hari 7 0 0 0 0 0
40
Panjang Luka (mm) Setelah Diobati Dengan Akuades
Mencit 1 Mencit 2 Mencit 3 Mencit 4 Mencit 5
Hari 1 8,00 7,55 6,90 7,80 7,22
Hari 2 6,50 6,00 6,50 7,00 6,00
Hari 3 5,30 5,25 5,10 6,25 4,25
Hari 4 3,70 4,75 4,60 5,65 3,20
Hari 5 2,50 3,55 2,45 3,85 2,45
Hari 6 1,70 2,15 1,15 1,50 0
Hari 7 0 1,80 0 0 0
41
LAMPIRAN 5 DATA STATISTIKA
Descriptives
hari
N Mean Std. Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for
Mean
Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound
APDB
1
5 6.2000 .83666 .37417 5.1611 7.2389 5.00 7.00
APDB
2
5 5.2000 .83666 .37417 4.1611 6.2389 4.00 6.00
APDB
3
5 5.8000 .83666 .37417 4.7611 6.8389 5.00 7.00
Kontrol 5 7.2000 .83666 .37417 6.1611 8.2389 6.00 8.00
Pemba
nding
5 5.0000 .00000 .00000 5.0000 5.0000 5.00 5.00
Total 25 5.8800 1.05357 .21071 5.4451 6.3149 4.00 8.00
ANOVA
hari
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 15.440 4 3.860 6.893 .001
Within Groups 11.200 20 .560
42
Post Hoc Test
Multiple Comparisons
hari
(I) Kelompok (J) Kelompok
Mean
Difference
(I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
LSD 1 2 1.00000* .47329 .047 .0127 1.9873
3 .40000 .47329 .408 -.5873 1.3873
4 -1.00000* .47329 .047 -1.9873 -.0127
5 1.20000* .47329 .020 .2127 2.1873
2 1 -1.00000* .47329 .047 -1.9873 -.0127
3 -.60000 .47329 .219 -1.5873 .3873
4 -2.00000* .47329 .000 -2.9873 -1.0127
5 .20000 .47329 .677 -.7873 1.1873
3 1 -.40000 .47329 .408 -1.3873 .5873
2 .60000 .47329 .219 -.3873 1.5873
4 -1.40000* .47329 .008 -2.3873 -.4127
5 .80000 .47329 .106 -.1873 1.7873
4 1 1.00000* .47329 .047 .0127 1.9873
2 2.00000* .47329 .000 1.0127 2.9873
3 1.40000* .47329 .008 .4127 2.3873
5 2.20000* .47329 .000 1.2127 3.1873
5 1 -1.20000* .47329 .020 -2.1873 -.2127
2 -.20000 .47329 .677 -1.1873 .7873
3 -.80000 .47329 .106 -1.7873 .1873
4 -2.20000* .47329 .000 -3.1873 -1.2127
43
Homogeneous Subsets
hari
kelompok N
Subset for alpha = 0.05
1 2
Tukey HSDa 5 5 5.0000
2 5 5.2000
3 5 5.8000 5.8000
1 5 6.2000 6.2000
4 5 7.2000
Sig. .122 .054
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
44
RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi
Nama : Violitta Angela
NRP : 0910038
Tempat dan Tanggal Lahir : Bandung, 19 Mei 1991
Alamat : Komplek Kopo Permai I blok J no 7, Bandung
Riwayat Pendidikan
TKK BPK PENABUR 638 1995-1997
SDK 6 BPK PENABUR 1997-2003
SMPK 5 BPK PENABUR 2003-2006
SMAK 2 BPK PENABUR 2006-2009
Mahasiswa Fakultas Kedokteran
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Kulit adalah pelindung utama tubuh dari perubahan suhu, infeksi, dan radiasi
dari masuknya zat kimia beracun dari lingkungan serta mikroorganisme dan
melindungi tubuh dari sinar ultra violet (Brown dan Burns, 2005). Fungsi kulit
adalah untuk mencegah terjadinya kehilangan cairan tubuh, mengatur suhu tubuh,
dan sintesis vitamin D. Penyebab kerusakan kulit yang tersering adalah luka
(Wedro, 2011).
Luka adalah hilang atau rusaknya jaringan pada tubuh yang dapat disebabkan
berbagai hal, seperti tergores, tertusuk, terpotong, teriris, luka bakar, dan lain-lain
(Irman Somantri, 2007). Luka yang paling sering dialami biasanya adalah luka
goresan atau lecet pada kulit. Luka tersebut biasanya cepat membaik namun, luka
yang dibiarkan saja dan tidak diobati dengan baik dapat menyebabkan terjadinya
infeksi bahkan kematian (WHO, 2011). Kematian akibat luka di seluruh dunia
setiap tahunnya mencapai 5 juta orang. Pada tahun 2002 sampai dengan tahun
2006, di America, tercatat 29.821.159 penderita luka, yang terbanyak adalah luka
akibat kecelakaan lalu lintas (CDC injury prevention, 2009). Luka penyebab
kematian akibat kecelakaan lalu lintas di Indonesia terbilang cukup tinggi, tercatat
87 per 100.000 penduduk (WHO, 2010).
Kebanyakan orang tidak terlalu mementingkan pengobatan pada luka. Mereka
seringkali memberikan pengobatan seadanya dengan hanya mencuci luka dengan
air atau memberikan povidone iodine pada luka, bahkan banyak yang membiarkan
luka tersebut tanpa pengobatan. Povidone iodine yang banyak digunakan ternyata
pada orang-orang tertentu dapat menimbulkan reaksi alergi pada kulit (McLeod,
2001), yang dapat menghambat penyembuhan luka. Sebagai alternatif, masyarakat
Indonesia dapat menggunakan obat-obatan yang berasal dari tumbuhan untuk
menyembuhkan luka. Kandungan zat dalam tumbuhan dianggap lebih alami,
2
lebih murah dan lebih mudah diperoleh (Juckett, 2004). Banyak sekali tanaman
yang dapat digunakan untuk menyembuhkan luka, antara lain beluntas (Pluchea
indica (L.) Less), pegagan, jeruk nipis, bratawali, dan lain-lain. Daun beluntas
digunakan untuk menyembuhkan luka, anti bau badan, peluruh keringat, dan
mengobati scabies (Setiawan Dalimartha, 2001).
Beluntas (Pluchea indica (L.) Less) sangat mudah ditemukan di Indonesia.
Masyarakat sering menyebut beluntas sebagai tanaman pagar (PDII-LIPI, 2011).
Belum banyak orang yang mengetahui bahwa daun beluntas adalah salah satu
tanaman Indonesia yang berkhasiat sebagai obat yang mempercepat penyembuhan
luka. Penggunaan daun beluntas untuk pengobatan luka adalah dengan
menggunakkan daun beluntas segar secukupnya, dicuci, lalu ditumbuk dan
dibalurkan pada luka (Setiawan Dalimartha, 2001). Oleh karena itu, peneliti
terdorong untuk meneliti apakah air perasan daun beluntas benar-benar dapat
mempercepat penyembuhan luka.
1.2Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, identifikasi masalah adalah apakah air
perasan daun beluntas (Pluchea indica (L.) Less) berefek mempercepat
penyembuhan luka insisi.
1.3 Maksud dan Tujuan
Maksud dari penelitian ini adalah untuk menjadikan daun beluntas sebagai
salah satu obat alternatif untuk menyembuhkan luka.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui apakah air perasan daun beluntas
berefek mempercepat penyembuhan luka insisi.
1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah
Manfaat akademis penelitian ini untuk menambah wawasan ilmiah tanaman
obat tradisional khususnya daun beluntas yang dapat mempercepat penyembuhan
3
Manfaat praktis dari penelitian ini agar masyarakat mengetahui mengenai
daun beluntas yang dapat dipergunakan untuk mempercepat lama penyembuhan
luka insisi, sehingga dapat dijadikan obat alternatif.
1.5.1 Kerangka Pemikiran
Penyembuhan luka dapat dibagi dalam tiga fase, yaitu fase inflamasi, fase
proliferasi, fase maturasi (Kozier, 1995). Fase inflamasi adalah fase yang terjadi
karena adanya respon pada pembuluh darah atau pada sel akibat adanya
perlukaan yang terjadi pada jaringan. Pada fase proliferasi sel-sel melakukan
proliferasi dengan tujuan memperbaiki dan menyembuhkan luka. Fase maturasi
adalah waktu sel-sel yang telah berproliferasi menjadi sempurna untuk
membentuk jaringan baru yaitu jaringan penyembuhan yang kuat (Iskandar,
2009).
Daun beluntas mengandung flavonoid, alkaloid, minyak atsiri (Setiawan
Dalimartha, 2001). Flavonoid pada daun beluntas dapat memberikan efek
anti-bakteri dan anti inflamasi dengan cara menurunkan jumlah sel radang yang
bermigrasi ke jaringan yang terluka dan menghambat bakteri yang dapat masuk ke
dalam jaringan yang terluka (Ismail, 2012). Flavonoid merupakan antioksidan
alami yang dapat menghambat ROS, sehingga mempercepat reepitalisasi pada
kulit (Zu dan Howard, 2007). Kandungan minyak atsiri terbukti menghambat
pertumbuhan bakteri. Senyawa alkaloid dapat memberikan efek analgetik (Jurnal
Ilmiah Farmasi Kedokteran, 2010).
1.5.2 Hipotesis
Air perasan daun beluntas (Pluchea indica (L.) Less) berefek mempercepat
4
1.6 Metodologi Penelitian
Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik sungguhan, bersifat
komparatif. Data yang diukur adalah waktu penyembuhan luka dalam hari.
Analisis data menggunakan uji ANAVA satu arah dilanjutkan dengan uji beda
rata-rata Post hoc LSD (Least Significant Difference) dengan α=0,05
30
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Air perasan daun beluntas berefek mempercepat penyembuhan luka insisi.
5.2 Saran
Efek air perasan daun beluntas (Pluchea Indica (L.) Less) perlu dilanjutkan
dengan penelitian :
Menggunakan air perasan daun beluntas dengan dosis yang lebih
bervariasi.
Menggunakan sediaan yang berbeda seperti dalam bentuk ekstrak atau
salep, untuk dapat mempercepat durasi penyembuhan luka.
Menggunakan air perasan daun beluntas untuk jenis-jenis luka yang lain,
seperti pada luka memar, luka lecet, luka robek, dan luka tusuk, luka
bakar.
31
DAFTAR PUSTAKA
Adji Suranto. 2010. Dasyatnya Propolis Menggempur Penyakit. Jakarta: AgroMedia Pustaka.
Amirlak B. 2011. Skin Anatomy.
http://emedicine.medscape.com/article/1294744-overview. 4 Agustus 2012.
Berita IPTEK. 2011. Daun Beluntas Sebagai Bahan Antibakteri dan Antioksidan.
http://www.kamusilmiah.com/pangan/daun-beluntas-sebagai-bahan-antibakteri-dan-antioksidan/.
Brannon H. 2007. Anatomi Epidermis.
http://dermatology.about.com/od/anatomy/ss/epidermis_2.htm. 4 Agustus 2012.
Brown R.G., Burns T. 2005. Lectures Notes Dermatologi. 8nd ed. Jakarta: Erlangga.
CliniMed. 2012. Phases of Wound Healing. http://www.clinimed.co.uk/wound-care/education/wound-essentials/phases-of-wound-healing.aspx.
30 Agustus 2012.
Darmin Sumardjo. 2008. Pengantar Kimia. Jakarta: EGC.
Dealey C. 2012. The Care of Wounds. 4 th ed. UK: Wiley-blackwell.
Driscoll P. 2010. Factors affecting wound healing.
http://mediligence.com/blog/2010/05/26/factors-affecting-wound-healing/. 26 Mei 2012.
Fawcett D. W. 2002. Buku Ajar Histologi. 1st ed. Jakarta : EGC.
Guo S., Dipietro L. A. 2010. Factors Affecting Wound Healing. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2903966/. 26 Maret 2012.
Heyne K. 1987. Tumbuhan berguna indonesia III. 3th ed. Jakarta: Yayasan Sarana Wana Jaya.
Iskandar. 2009. Pengaruh Benang Terhadap Fase Penyembuhan Luka Di Kulit
Penelitian Eksperimental Animal Laboratoris.
32
Irman Somantri. 2007. Perawatan Luka.
http://irmanthea.blogspot.com/2007/07/definisi-luka-adalah rusaknya.html. 19 Juli 2012.
Ismail. 2012. Hasiat Sarang Semut. http://bravosieraherbal.blogspot.com/.
5 maret 2012.
Ivy Rose Holistic. 2012. Functions of The Skin. http://www.ivy-rose.co.uk/HumanBody/Skin/Functions-of-the-Skin.php. 3 Oktober 2012.
Jane D. 2011. Wound Healing. http://nursingcrib.com/nursing-notes-reviewer/fundamentals-of-nursing/wound-healing/. 15 September 2012.
Jan Tambayong. 2000. Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.
Jurnal Ilmiah Farmasi Kedokteran. 2010. Identifikasi Alkaloid.
http://jurnalilmiahfarmasi.blogspot.com/2010/10/identifikasi-alkaloid.html. 20 Oktober 2012.
Juckett G., 2004. Herbal Medicine. 6 th ed. Philladelphia: Lippincott Williams and Wilkins.
Junqueira L. C. 2007. Histologi Dasar. 8th ed. Jakarta: EGC.
Kemas Ali Hanafiah. 2005. Prinsip Percobaan dan Perancangannya. Rancangan Percobaan Aplikatif. Aplikasi Kondisional Bidang Pertamanan, Peternakan, Perikanan, Industri, dan Hayati. Edisi 1. Jakarta: PT. Raja Grasindo Persada. H 10-12.
Kozier, E. 2009. Buku Ajar Praktik Ilmu Keperawatan Klinik. 5th ed. Jakarta: EGC.
Leeson C. R. 2007. Buku Ajar Histologi. Jakarta: EGC.
Lippincott W., Wilkins. 2007. Wound Care Made Incredibly Easy. 2nd ed. Philladelphia: Lippincott Williams and Wilkins.
Macneal R. J. 2006. Structure and Function of The Skin.
http://www.merckmanuals.com/home/skin_disorders/biology_of_the_skin/ structure_and_function_of_the_skin.html?qt=&sc=&alt=. 24 Oktober 2012.
Mcleod S. 2011. What Are the Allergenic Effects of Povidone-Iodine Use On the
Skin.
33
Meyka Syahbana Rusli. 2010. Sukses memproduksi minyak atsiri. Jakarta : AgroMedia Pustaka.
Patterson E. 2012. Functions of The Skin.
http://www.ehow.com/about_4809700_functions-skin.html.
PDII LIPI. 2011. Beluntas (Pluchea indica Less.).
http://www.warintek.ristek.go.id/pangan_kesehatan/tanaman_obat/lipi_pd ii/beluntas.htm. 20 Desember 2011.
Retno Iswari Tranggono. 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta: Gramedia pustaka utama. Hal 11.
Rulam. 2011. Penyembuhan Luka. http://www.infodiknas.com/penyembuhan-luka-wound-healing/. 24 maret 2012.
Schwartz S. I. 2000. Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah. 6 th ed. Jakarta: EGC.
Setiawan Dalimartha. 2001. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia jilid I. 3nd ed. Jakarta: Trubus Agriwidya.
Syarif M. Wasitaatmadja. 2006. Anatomi Kulit. Dalam: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
U.S Department of Health and Human Services. 2009. The CDC Injury Research Agenda,2009-2018.
http://www.cdc.gov/injury/ResearchAgenda/CDC_Injury_Research_Agen da-a.pdf. 19 Desember 2011.
USDA. 2012. Plants profile. http://plants.usda.gov/java/profile?symbol=PLIN4. 1 juni 2012.
Wedro B. 2011. Wounds and wounds care.
http://www.emedicinehealth.com/wound_care/article_em.htm. 20 Desember 2011.
WHO. 2010. WHO Regional Office for South-East Asia 2010.
http://www.scaro.who.int/en/Section1174/Section1461_15167.htm. 19 Desember 2011.
WHO. 2011. Prevention and management of wound infection.
http://www.who.int/hac/techguidance/tools/Prevention%20and%20manag ement%20of%20wound%20infection.pdf. 18 Desember 2011.
34
Yaya Rusyana. 2011. Beluntas.