• Tidak ada hasil yang ditemukan

Universitas Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Universitas Sumatera Utara"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)Universitas Sumatera Utara.

(2) 2 Universitas Sumatera Utara.

(3) 3 Universitas Sumatera Utara.

(4) 4 Universitas Sumatera Utara.

(5) KATA PENGANTAR Puji dan syukur saya panjatkan atas karunia Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunianya yang telah memberikan kesehatan serta kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini guna melengkapi syarat untuk menyelesaikan Pendidikan Program Studi D-III Bahasa Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Adapun kertas karya ini yang berjudul “Sejarah Perkembangan Drama Noh Kyougen Pada Zaman Chuusei” Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih banyak kekurangan dalam pengerjaannya. Baik dalam pengkajian kalimat, penguraian materi, dan pembahasan masalah belum cukup sempurna. Untuk itu saya harapkaan kritik dan saran yang dapat membangun di kemudian hari. Adapun pengerjaan kertas karya ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan orang-orang terdekat. Untuk itu saya ucapkan terimakasih kepada: 1.. Bapak Dr. Budi Agustono, M.S. selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.. 2.. Ibu Dr. Diah Syafitri Handayani, M.Litt. Selaku Ketua Jurusan Bahasa Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.. 3.. Bapak Zulnaidi, SS., M.Hum, selaku Dosen Pembimbing dalam pengerjaan kertas karya ini yang telah meluangkan waktu dan tempat untuk memberi arahan kepada saya.. 4.. Kepada seluruh Dosen dan Staf pengajar Jurusan Bahasa Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.. i Universitas Sumatera Utara.

(6) 5.. Kepada Orangtua tercinta, yang saya sayangi yang tidak pernah. lelah. memberikan dorongan, semangat serta doa dan cinta kasih yang tulus kepada penulis. Dan untuk Kakak/Abang. dan Adik yang senantiasa memberikan. semangat, dan memotivasi penulis untuk menyelesaikan Kertas Karya ini. 6.. Kepadasemua teman-teman di Jurusan Bahasa Jepang, terkhusus angkatan. 2017 yang turut serta mendoakan, mendukung dan menyemangati penulis dalam pengerjaan Tugas Akhir ini. Akhir kata, penulis mengucapkan terimakasih, Semoga kertas karya ini dapat bermanfaat.. Medan, September 2020 Penulis,. IRA LAMBOK M LUBIS NIM : 172203019. ii Universitas Sumatera Utara.

(7) DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................................................ i DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judul ........................................................................... 1 1.2 Batasan Masalah ...................................................................................... 3 1.3 Tujuan Penulisan ..................................................................................... 3 1.4 Metode Penulisan .................................................................................... 4 BAB II GAMBARAN UMUM 2.1 Sejarah Drama Tradisional di Jepang ...................................................... 5 2.2 Sejarah Perkembangan Drama di Jepang Pada Zaman Chuusei ..............8 BAB III SEJARAH PERKEMBANGAN DRAMA NOH KYOUGEN PADA ZAMAN CHUUSEI 3.1 Sejarah Lahirnya Drama Noh Kyougen ................................................ 13 3.2 Perkembangan Drama Noh Kyougen Pada Zaman Chuusei ................. 16 3.2.1 Periode Konsolidasi ............................................................................ 16 3.2.2 Periode Peralihan ................................................................................ 21 3.2.3 Periode Stabilisasi............................................................................... 22 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan ............................................................................................ 24 4.2 Saran ...................................................................................................... 25 DAFTAR PUSTAKA ABSTRAK. iii Universitas Sumatera Utara.

(8) BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Alasan Pemilihan Judul Jepang adalah negara yang mempunyai berbagai macam kebudayaan. Meskipun saat ini Jepang mengalami perkembangan dan kemajuan setiap saat. Namun,Jepang masih tetap menjaga dan mempertahankan beragam budaya dan seni tradisional. Salah satu dari berbagai kesenian tradisional jepang yang masih ada hingga sekarang adalah seni teater atau drama. Drama merupakan karya sastra atau karya seni. Menurut Kuypers (dalam Eman Kusdiyana 2010 : 3) karya seni dapat dipandang sebagai tanda, karena dibuat dengan maksud menyampaikan sesuatu. Dan tanda yang secara wajar dan dengan sendirinya menyampaikan sesuatu adalah lambang atau simbol. Karya seni berkisah tentang pengalaman hidup penciptanya, yang oleh sipengamat yang terpesona dilihat sebagai lambang pengalaman hidup dimaksud. lambang sebagai tanda bahasa kedudukannya khas bagi karya seni, sebagai ciptaan seniman yang untuk keperluan itu memanfaatan bahan atau berbagai bahan yang kemudian ditatanya kembali berdasarkan segi pandangan kesenimanannya. Drama Noh Kyougen merupakan hasil karya sastra zaman chuusei dan merupakan bagian dari kebudayaan Jepang. Oleh karena itu dapat digunakan untuk menyampaikan atau mengungkapkan tentang kondisi kehidupan masyarakat dalam zaman Chuusei dan segala aktivitasnya dengan menggunakan simbolsimbol atau tanda-tanda bahasa. Dengan demikian, Noh Kyougen digunakan oleh golongan. sosial. bawah. Zaman. Chuusei. untuk. berkomunikasi. dengan. 1 Universitas Sumatera Utara.

(9) menggunakan lambang atau tanda-tanda bahasa yang berkaitan dengan kondisi sosial zaman Chuusei. Dan dengan cara tersebut golongan sosial bawah dapat melestarikan. kehidupannya,. serta. dapat. menciptakan. stabilitas. dalam. kehidupannya. Kebudayaan maupun karya seni yang ada di Jepang dapat dilihat perkembangannya berdasarkan setiap zaman. Salah satunya adalah drama Noh Kyougen. Drama Noh Kyougen merupakan drama klasik yang lahir pada zaman Chuusei (zaman pertengahan) tepatnya antaran tahun 1350-1450 dan terus berkembang sampai drama ini mencapai suatu kestabilan. Jika dilihat dari beberapa ceritanya drama ini mengungkapkan kondisi sosial masyarakat pada zaman chuusei (zaman Kamakura dan zaman Muromachi). Menurut Isoji Asoo, drama Noh Kyougen berbeda menurutnya drama Noh memiliki sifat yang agung, simbolik, dan penuh khayalan, sedangkan kyougen bersifat ringan, jenaka serta menggambarkan kejadian-kejadian yang hangat terjadi dalam masyarakat. Dengan kata lain, drama Noh menonjolkan suatu kehalusan dan keindahan, sedangkan kyougen sangat bersifat kerakyatan yang mengandung unsur-unsur realita. Jika dilihat berdasarkan segi makna kanjinya, Noh ditulis dengan huruf ( 能) artinya bakat/keahlian, sedangkan kyougen terdiri dari dua huruf kanji yaitu: huruf (狂) artinya gila/kacau, dan huruf (言) artinya kata-kata, jadi (狂言) artinya kata-kata gila/kata-kata yang menyindir. Kemudian Kyougen ini menjadi sebuah drama komedi yang pertunjukannya diselipkan dalam drama Noh. Sehingga Kyougen disebut juga dengan istilah Noh Kyougen.. 2 Universitas Sumatera Utara.

(10) Secara garis besar tahap perkembangan drama noh dan kyougen dibagi dalam tiga periode, yaitu periode konsolidasi, periode peralihan, dan periode stabilisasi. Berdasarkan periode tersebut maka untuk mencapai suatu kestabilan drama Noh dan Kyougen mengalami tahap demi tahap, sehingga penyempurnaan drama Noh dan Kyougen dapat tercapai dengan sempurna. Berdasarkan penjelasan dan keterangan diatas, maka penulis tertarik untuk membahasnya melalui kertas karya yang berjudul “Sejarah Perkembangan Drama Noh Kyougen Pada Zaman Chuusei ”.. 1.2 Batasan Masalah Dalam penulisan kertas karya ini, penulis memfokuskan penulisannya mengenai sejarah perkembangan drama noh kyougen pada zaman Chuusei. Didalamnya membahas tentang sejarah drama tradisional di Jepang dan sejarah perkembangan drama di Jepang pada zaman Chuusei.. 1.3 Tujuan Penulisan Tujuan penulisan karya tulis ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui sejarah drama tradisional di Jepang. 2. Untuk mengetahui sejarah perkembangan drama di Jepang pada zaman Chuusei 3. Untuk mengetahui sejarah perkembangan drama noh kyougen pada zaman Chuusei.. 3 Universitas Sumatera Utara.

(11) 1.4 Metode Penulisan Dalam penulisan kertas karya ini penulis menggunakan metode studi kepustakaan yaitu metode mengumpulkan data atau informasi dengan cara membaca buku atau referensi yang berkaitan dengan sejarah perkembangan drama Noh Kyougen pada zaman Chuusei. Selain menggunakan metode studi kepustakaan, penulis juga menggunakan berbagai sumber data yang diambil dari media online untuk membantu melengkapi penulisan kertas karya ini.. 4 Universitas Sumatera Utara.

(12) BAB II GAMBARAN UMUM 2.1 Sejarah Drama Tradisional di Jepang Pada zaman kuno, ritual berdoa demi hasil panen yang baik untuk berburu, menangkap ikan, dan bercocok tanam diadakan dekat dengan kehidupan masyarakat. Masyarakat Jepang mempertahankannya sebagai seni pertunjukan rakyat. Sekitar abad ke-7 Gigaku, Bungaku, dan Sarugaku diperkenalkan dari Cina. Sarugaku digabungkan dengan ritual pertanian Shinto dan menjadi dengaku dan Sarugaku, kemudian menjadi Noh dan Kyougen pada periode Muromachi. Berdasarkan sejarahnya drama Noh lahir pada periode Chuusei antara tahun 1350-1450, dimana pada saat itu pertunjukannya merupakan perpaduan antara Sarugaku Noh (seni pertunjukan dari Cina) dan Dengaku (tarian tradisional Jepang). Noh akhir abad ke 14 dipopulerkan oleh Kan’ami bersama anaknya Zeami dan mengalami perkembangan pesat. Mereka mengadakan pertunjukan dihadapan kaisar Ashikaga Yoshimitsu. Kaisar pun menaruh perhatian terhadap pertunjukan mereka, kemudian memberikan penghargaan dan menaikkan satatus sosial mereka. Selama Zeami berada dalam perlindugan militer Shogun Ashikaga Yoshimitsu, dia diam-diam menulis beberapa drama dan tulisan yang menjelaskan tentang aturan prinsipil estetika Noh dan memberikan detail bagaimana kesenian Noh seharusnya dibuat, diperankan, diarahkan dengan baik. Zeami menuliskan banyak drama yang diantaranya masih ditampilkan sampai sekarang dalam kumpulan sandiwara klasik. Kyougen berasal dari kata “Kyougen Kigo” yang merupakan istilah Agama Buddha untuk kata berbunga-bunga atau cerita yang tidak masuk diakal.. 5 Universitas Sumatera Utara.

(13) Istilah Kyougen-Kigo sering dipakai kritikus sastra sewaktu mengkritik cerita roman. dan. puisi.. Istilah. ini. kemudian. digunakan. untuk. salah. satu. unsur Sarugaku berupa pertunjukan monomane (seni meniru gerak-gerik dan cara berbicara secara humor). Sejalan dengan perkembangan Sarugaku, istilah Kyogen akhirnya dipakai sebagai sebutan untuk teater humor pada pementasan Noh. kyougen diperkirakan dibawa ke Jepang dari China di abad ke-8 atau sebelumnya. hiburan ini berkembang menjadi Sarugaku pada abad berikutnya, dan pada abad ke-14 awal ada perbedaan yang jelas antara kelompok pemain Sangaku dari drama Noh serius dan orang-Kyougen lucu. Sebagai komponen Noh, Kyōgen menerima perlindungan dari aristokrasi militer sampai saat Restorasi Meiji (1868). Sejak itu, Kyougen tetap dipertahankan dan dikembangkan oleh keluarga, terutama dari Izumi dan sekolah Okura. Saat ini Kyougen dimainkan oleh profesional secara independen dan sebagai bagian dari pertunjukan Noh. Pada zaman Edo tahun 1603, sejarah dimulainya Kabuki dengan pertunjukan tarian yang dilakukan oleh wanita. Wanita pertama yang memperkenalkan Kabuki adalah Okuni dari kuil Izumo. Okuni membentuk kelompok penyanyi dan penari untuk menyelenggarakan pertunjukan seni, guna mencari dana untuk kuil izumo. Dikarenakan dalam ajaran Buddha, orang dilarang menyanyi dan menari di dalam kuil, maka Okuni dan kelompok melakukan pementasan seni yaitu nyanyian dan tarian secara berkeliling dari satu tempat ke tempat lain, sehingga akhirnya mereka sampai ke kota-kota. Kabuki mulai terkenal dan berkembang sebagai bentuk kesenian kota, terutama dalam kalangan masyarakat pedagang dan pengerajin. Dalam. 6 Universitas Sumatera Utara.

(14) perkembangannya, Kabuki digolongkan menjadi Kabuki-odori (Kabuki-tarian) dan Kabuki-geki (kabuki sandiwara). Hingga pada zaman Meiji kepopuleran kabuki tidak menurun. Namun, sering menjadi sasaran kritik kalangan intelektual karena menganggap isi cerita Kabuki dianggap kurang beradab. Pemerintahan Meiji kemudian mendorong pembaruan untuk menyesuaikan dengan zaman. Dalam periode. Edo, kesenian ningyo johruri tercipta dari perpaduan. sandiwara boneka dan musik shamisen di awal zaman Edo. Pertunjukan merupakan hasil kreasi tayū bernama Takemoto Gidayū dari kelompok boneka Takemoto-za, serta penulis naskah bernama Chikamatsu Monzaemon dan Ki no Kaion.. Kepopuleran. ningyo. johruri. bahkan. sempat. melampaui. kepopuleran kabuki. Pementasan kabuki juga banyak yang memakai naskah ningyo johruri. Ningyo johruri di Edo tercipta berkat jasa Hiraga Gennai. Dari akhir abad ke-18 hingga permulaan abad ke-19, kepopuleran kabuki berbalik melampaui kepopuleran ningyo johruri. Pemimpin kelompok ningyo johruri bernama Uemura Bunrakuken I yang melihat situasi tersebut berusaha menghidupkan kembali ningyo johruri dengan membangun gedung pertunjukan khusus untuk ningyo johruri di Kōzubashi . Bermula dari pementasan ningyo johruri oleh seniman Uemura Bunrakuken I di Osaka sehingga diberi nama Bunraku. Sebelumnya, kesenian ini juga disebut Ayatsuri Jōruri Shibai (sandiwara Johruri Ayatsuri), dan baru secara resmi dinamakan Bunraku sejak zaman Meiji (1868-1912).. 7 Universitas Sumatera Utara.

(15) 2.2 Sejarah Perkembangan Drama di Jepang Pada Zaman Chuusei Zaman chuusei (1192-1600) pada hakekatnya dibagi menjadi dua periode, yaitu periode Kamakura dan periode Muromachi, dengan tahun 1333 sebagai tahun pembatas kedua periode tersebut. Periode Kamakura dan periode Muromachi merupakan dua periode yang terus menerus mengalami bencanabencana alam, perang demi perang serta kekacauan lainnya. Walaupun keadaannya demikian, dengan ketekuna dan keuletan bangsa Jepang pada zaman yang bersangkutan, mereka berhasil membentuk kebudayaan dalam bidang seni drama. Seni drama pada zaman Chuusei mengalami kemajuan-kemajuan besar dalam konsep struktur, penciptaan serta teorinya. Dari semua kemajuan-kemajuan tersebut pada setiap segi terlihat karakter zaman Pertengahan (Chuusei) yang kuat, terutama yang diperlihatkan oleh drama Noh dan Kyougen. Berdasarkan pembagian sejarah drama zaman Chuusei, terdiri dari dua periode yang berakhir tahun 1350 dan periode yang mulai tahun 1350. Jadi pembagiannya ada dua tahap, yaitu drama yang ada dalam kurun waktu yang berakhir 1350 dan drama yang muncul dari mulai 1350. a. Drama Pada Periode Chuusei I (1200-1250) Periode ini mengatur atau merupakan periode permulaan dari seni drama abad pertengahan (Zaman Chuusei). Ditengah-tengah kekacauan sosial dan politik, dibentuk dasar permulaan dari seni drama zaman pertengahan. Drama yang pertama kali muncul adalah Ennen Noh dan Sarugaku Noh, kedua drama ini merupakan induk dari seni drama Noh dan Kyougen (Nohgaku). Ennen Noh ini bersumber dari berbagai jenis kesenian fragmenter (tarian, nyanyian dan lain-lain). 8 Universitas Sumatera Utara.

(16) yang dimainkan selesai kebaktian Buddha di kuil-kuil. Begitu juga Sarugaku Noh sama memiliki unsur-unsur tarian, lagu, dan penekanannya pada elemen legenda. b. Drama Pada Periode Chuusei II (1250-1350) Pada periode ini banyak terjadi bencana alam, dan juga bencana akibat perbuata manusia itu sendiri, termasuk diantaranya yang datang dari pasukan Mongol dan jatuhnya Bakufu di Kamakura pada tahun 1333. Pada periode ini terjadi kekacauan sosial, kesuliatan-kesulitan ekonomi, namun dalam mengatasi permasalahan ini (kondisi yang menyengsarakan ini) masyarakat kembali berupaya untuk menciptakan stabilitas dalam kehidupannya, demikian juga yang terjadi dalam kehidupan budaya, ternyata masyarakat pada zaman ini berhasil membentuk budaya abad pertengahan Jepang yang memiliki ciri-ciri tersendiri. Yoshinobu (dalam Eman Kusdiyana, 2010:32). Pada periode Chuusei II ini agama-agama seperti agama Zen Shu, Jodoshu, Jishu muncul di Jepang dan meluas dikalangan masyarakat serta membawa penyelamatan dan penguatan kepada jiwa-jiwa yang menderita. Aliranaliran keagamaan ini terutama dibawa oleh para pemuka agama Jepang yang telah belajar di Cina. Pengalaman serta pengentahuan yang mereka bawa ke Jepang, mempengaruhi dalam peri kehidupan masyarakat dan juga turut berperan dalam penciptaan kesenian dan pertumbuhan drama Noh (Ennen Noh). Demikian juga Sarugaku Noh semakin disempurnakan hingga pada akhir periode Chuusei II ini. Selanjutnya, Sarugaku Noh ini berkembang mejadi drama baru, yaitu menjadi drama Noh dan kyougen (Nohgaku). Pada periode Chuusei II ini, drama zaman pertengahan mendapatkan bentuknya yang mandiri dan strukturnyapun terbentuk dengan kokoh. Terlebih. 9 Universitas Sumatera Utara.

(17) lagi perkembangan drama zaman Chuusei ini dipengaruhi Buddhisme dan Shintoisme. Pada zaman pertengahan II (1250-1350) ini merupakan bagian dari abad pertengahan yang secara khusus kaya dengan kualitas antik (kualitas kuno), pada saat dimana pengaruh kuli-kuil dan pagoda-pagoda (Buddhisme dan Shintoisme) memberi pengaruh yang dominan baik dalam kehidupan budaya maupun dalam kesenian drama. Oleh karena itu, adanya pengaruh antara kedua agama (Buddhisme dan Shintoisme) tersebut, maka hal ini memugkinkan terjadinya pembentukan drama zaman Chuusei yang bersifat unik dan berkualitas tinggi. Demikianlah pada periode Chuusei II (1250-1350) dapat terlihat pengaruh yang besar, baik pengaruh dari berbagai aliran agama yang timbul pada periode Chuusei II terhadap perkembangan drama pada periode selanjutnya.. c. Drama pada Periode Chuusei III (1350-1450). Periode Chuusei III ini berlangsung kira-kira satu abad. Diantara kurung waktu yang seabad ini lahirlah dua sastrawan besar, yaitu, Kan’ami (ayahnya) dan Zeami (anaknya). Kedua sastrawan ini sepenuh tenaga dan kehidupannya dalam memperkaya, memurnikan dan memperdalam Sarugaku Noh mereka berhasil menanggalkan seluruh gaya kuno yang terdapat dalam Sarugaku Noh dan kemudian memunculkannya dalam bentuk Nohgaku yang merupakan gaya baru zaman Chuusei. Pada periode ini drama mempunyai suatu gaya baru, tetapi gaya lama dan gaya baru dalam seni drama tumbuh secara berdampingan dan sekaligus saling bersaing. Didalam persaingan ini, secara perlahan-lahan seni drama gaya baru berhasil mengungguli dalam periode Chuusei ketiga ini.. 10 Universitas Sumatera Utara.

(18) Sebagai akibat dari seni drama gaya baru berhasil mengugguli seni drama gaya lama, maka kesenian-kesenian tradisional hanya ada dan tumbuh di kuil-kuil saja. kesenian-kesenian yan bernafaskan keagamaan, kesenian yang tergolong sederhana dan masih mentah semuanya mengalami kemunduran serta seni-seni drama juga bergeser ke tepi urban (tipe seni drama yang bermasyarakat). Dengan demikian, drama pada periode ini dapat dinikmati oleh masyarakat dan berkembang di kalangan masyarakat banyak terutama masyarakat biasa atau masyarakat golongan bawah. Yoshinobu (dalam Eman Kusdiyana 2010 : 35) mengatakan bahwa seni drama zaman pertengahan (1350-1450) serta kesenian yang ada pada periode ini tidaklah dibatasi baik secara lokal maupun secara sosial, artinya keseniankesenian didalam periode ini tidak terbatas hanya dinikmati oleh kelompok masyarakat tertentu. Walaupun pada dasarnya gaya-gaya baru timbul, tetapi polapola lama masih tetap hidup dan tradisi yang baikpun tidaklah dilupakan sama sekali. Pada periode Chuusei III ini dijelaskan mengenai lahirnya Kan’ami dan anaknya Zeami sebagai seniman besar serta timbulnya gaya baru dalam seni drama yakni lahirnya seni drama Noh dan Kyougen (Nohgaku). d. Drama pada Periode Chuusei IV (1450-1600) Periode ini berlangsung selama seratus lima puluh tahun. periode ini merupakan masa yang ditandai konflik secara berkelanjutan diseluruh Jepang. Dan pada masa ini gejolak-gejolak sosial yang keras bermunculan, sehingga mengakibatkan terjadinya keresahan dan kebingungan dalam masyarakat. Dalam periode ini, perubahan dalam seni drama berlangsung secara radikal. Sebagai. 11 Universitas Sumatera Utara.

(19) akibat meluasnya perubahan-perubahan seni drama, maka drama Ennen Noh mengalami kemunduran dan praktis hilang, Walaupun masih ada beberapa bagian kecil dari drama Ennen Noh yang masih terasa dan tersebar dibeberapa daerah. Drama Noh pada periode Chuusei IV ini, sering dipertunjukkan dibebagai tempat. Dan suatu hal yang luar biasa dalam pertunjukan drama Noh tersebut ialah dibawakan oleh pemain profesional dan bahkan oleh rakyat biasa (golongan bawah). Hal tersebut menunjukkan adanya simpati masyarakat pada zaman atau periode ini terhadap drama baru (Noh Kyougen). Dan pada akhirnya drama Noh pada periode IV ini berhasil digemari dan dihargai oleh masyarakat banyak.. 12 Universitas Sumatera Utara.

(20) BAB III SEJARAH PERKEMBANGAN DRAMA NOH KYOUGEN PADA ZAMAN CHUUSEI 3.1 Sejarah Lahirnya Drama Noh Kyougen Berdasarkan sejarahnya, sastra drama klasik Jepang lahir pada zaman Chuusei yaitu antara tahun 1350-1450, yang dikenal dengan drama Noh dan Kyougen dan drama ini sekaligus merupakan perwakilan drama Zaman Chuusei. Hal yang melatarbelakangi lahirnya Noh dan Kyougen tidak terlepas dari suatu kejadian atau peristiwa yang terjadi pada masa yang bersangkutan yang secara langsung dapat mempengaruhi aspek politik, ekonomi serta kebudayaan. Timbulnya drama Noh dan Kyougen, sebelumnya ditandai dengan situasi terjadinya kerusuhan di tengah-tengah masyarakat Jepang pada zaman Kamakura yang berkelanjutan terus sampai zaman Muromachi, seperti halnya terjadinya pergeseran. pemerintahan. militer,. terjadinya. penggarongan,. perselisihan. Nanbokucho (perang antara istana selatan dan utara), perang Onin (perang saudara) dan lain-lain. Sehingga keadaan pemerintahan negara dan kehidupan masyarakat sangat kacau dan tidak menentu. Pemberontakan Onin terjadi di Kyoto pada tahun 1467 pada pemerintahan dan meluas ke daerah dan berlangsung selama sebelas tahun. Akibat pemberontakan Onin, istana kekaisaran serta jumlah besar tempat tinggal bangsawan dan samurai, kuil serta tempat ibadat Kuno di Kyoto habis terbakar benda-benda seni serta dokumen yang disimpan sejak zaman kuno musnah.Taroo (dalam Eman Kusdiyana, 2010:36). Pada pemberontakan Onin banyak para bangsawan dan pendeta meninggalkan ibu kota dan pindah ke provinsi-provinsi,. 13 Universitas Sumatera Utara.

(21) sehingga kebudayaan cenderung untuk menyebar ke seluruh negara. Bersamaan dengan menyebarnya kebudayaan dengan keseluruh negeri sebagai akibat pemberontakan Onin ini, maka kesusastraan rakyat biasa mulai timbul. Akibat dari perang yang tak henti-hentinya, kota-kota sering terbakar, rakyat dibebani pajak yang tinggi, penderitaan-penderitaan lainnya yang mengganggu perasaan atau pikiran rakyat biasa yang tak henti-hentinya, menyebabkan kehidupan rakyat pada masa ini sangat menderita sekali. Terutama rakyat merasa sedih dan merasa tidak dihormati dan untuk mengimbangi penderitaan yang melanda dimana-mana, maka timbul di kalangan rakyat biasa seni drama Kyougen. Pada hakekatnya drama Noh dan Kyougen ini sifatnya berbeda. Oleh karena itu dalam cara bepakaian, peragaan dan alat-alat lain yang dipergunakan kedua drama tersebut berbeda. Menurut Isoji Asoo (dalam Eman Kusdiyana, 2010 : 37) perbedaan drama Noh dan Kyougen sebagai berikut : drama Noh ini bersifat klasik dan banyak mengandung unsur-unsur agama Buddha, secara keseluruhan drama Noh mempunyai sifat-sifat agung, simbolik dan khayalan, sedangkan kyougen bersifat ringan dan jenaka serta menggambarkan kejadian-kejadian yang hangat dalam masyarakat. Dengan kata lain drama Noh menonjolkan suatu kehalusan dan keindahan, sedangkan kyougen sangat bersifat kerakyatan yang mengandung unsur-unsur realita. Karena drama Kyougen memiliki sifat yang ringan, lawak (jenaka), kerakyatan dan menggambarkan kejadian-kejadian hangat, Kyougen menjadi sebuah drama komedi yang pertunjukkannya diselibkan pada pementasan Noh. 14 Universitas Sumatera Utara.

(22) yaitu diantara babak yang satu dengan babak berikutnya disebut Noh Kyougen. Setelah memasuki akhir zaman Muromachi isi dan temanya mencapai kestabilan. Drama Kyougen merupakan selingan drama Noh yang pertunjukkannya dititikberatkan pada unsur dan gerak. Dengan tujuan pertunjukkan untuk menimbulkan gelak tawa para penonton yang lelah dan tegang selama menyaksikan drama Noh. Dalam dialognya ini, kata-katanya mempergunakan kata-kata yang populer pada masa yang bersangkutan. Drama Kyougen dialognya terkandung dengan kata-kata sindiran terhadap kontradiksi dalam masyarakat yang disampaikan melalui lawakan-lawakan yang mengelitik. Yang menjadi tokoh dalam lakon Kyougen ini tidak menggambarkan manusia zaman dulu seperti biasanya pada Noh, tetapi selalu menggambarkan manusia pada zaman yang bersangkutan teristimewa rakyat biasa (golongan sosial bawah). Pada zaman kan’ami isi kyougen selalu berubah-ubah tergantung pada waktu dan tempatnya. Setelah memasuki akhir zaman Muromachi isi dan temanya mencapai kestabilan. Akhirnya kyougen merupakan bagian tak dapat dipisahkan dari drama Noh, sehingga kyougen tersebut sering disebut juga Noh Kyougen. Kemunculan drama Noh dan Kyougen selain dilatarbelakangi perselisihan Nanbokuchou, perang Onin, juga dilatarbelakangi oleh terjadinya Sengoku jidai (perang saudara), pada saat ini terjadi bawahan melawan atasan dan kedudukan rakyat naik dan para bangsawang kehilangan kekuasaanya, tetapi golongan Bushi makin memperoleh kekuatan dan mereka berhasil membentuk kebudayaan yang telah dapat disejajarkan mutunya dengan kebudayaan yang telah ada sebelumnya. Dengan bekuasanya golongan Bushi pada zaman Chuusei ini, maka kesusastraan Jepang berkembang karena kerjasama antara seniman dengan bushi. 15 Universitas Sumatera Utara.

(23) Kesenian dan kesusastraan rakyat yang sebelumnya kurang mendapat tempat terhormat, berkembang dengan pesatnya. Bahkan drama Noh dan Kyougen inipun dilindungi oleh para Bushi dan berkembang dengan pesatnya berkat dua tangan seniman yaitu Kan’ami dan anaknya Zeami. Dari sejak lahirnya drama Noh dan Kyougen, secara tahap demi tahap mengalami perubahan-perubahan, sehingga cenderung untuk berkembang diamasa berikutnya. Sebagai akibat dari perubahan-perubahan tersebut, drama Noh dan Kyougen dapat mencapai suatu kestabilan dan berhasil digemari oleh semua golongan. 3.2 Perkembangan Drama Noh Kyougen Pada Zaman Chuusei Drama Noh dan Kyougen lahir pada pertengahan abad keempat belas dan terus berkembang sampai drama ini mencapai suatu kestabilan. Secara garis besar tahap perkembanga drama Noh dan Kyougen terbagi dalam tiga periode, yaitu periode konsolidasi, periode perubahan dan periode stabilisasi. Dengan periodeperiode tersebut, maka pemantapan drama Noh dan Kyougen jelas terlihat secara tahap demi tahap, sehingga penyempurnaan drama Noh dan Kyougen dapat tercapai dengan sempurna. 3.2.1 Periode Konsolidasi a. Periode Konsolidasi Kan’ami Periode konsolidasi kan’ami merupakan periode yang menandai adanya suatu peralihan. Periode ini dianggap penting karena beralihnya Sarugaku Noh ke Nohgaku (Noh dan Kyougen). Pada periode ini drama Noh dan Kyougen sering sekali dipertunjukkan diberbagai tempat. Kan’ami telah megadakan pertunjukkan. 16 Universitas Sumatera Utara.

(24) drama Noh di Kyoto tepatnya di Imagumano dan Higashiyama. Seorang shogun ketiga yang bernama Ashikaga Yoshimitsu sempat menonton pertunjukan drama Noh yang ditampilkan oleh Kan’ami ini. Setelah menonton drama Noh tersebut Ashikaga Yoshimitsu mengakui keistimewaan peragaan drama Noh yang ditampilkan oleh Kan’ami pada saat itu. Akhirnya Ashikaga Yoshimitsu memberikan perlindungan terhadap drama Noh. Berkat perlindungan yang diberikan oleh shogun Ashikaga Yoshimitsu, masa depan drama Nohgaku akan lebih cerah dan dapat menguntungkan bagi drama Noh dan Kyougen itu sendiri. Kan’ami dengan memanfaatkan kesempatan yang ada berniat mengalihkan drama Noh dan Kyougen yang semula didukung oleh pendeta Buddha menjadi didukung oleh Bakufu (pemerintahan militer). Selain itu, Kan’ami berusaha menggiatkan seluruh kreativitasnya di bidang seni dengan tujuan untuk memperkokoh drama Noh dan Kyougen (Eman Kusdiyana, 2010:39-40). Untuk memperkokoh drama Noh dan Kyougen, Kan’ami berusaha memasukkan suatu gaya baru ke dalam teks drama Noh dan Kyougen. Usahausahanya ditempuh dengan cara mengadakan eksperimen-eksperimen dalam penulisan teks tersebut. Bahan-bahan yang dijadikan sebagai bahan eksperimen tersebut adalah legenda dan kehidupan yang terjadi di zaman Chuusei. Dalam cerita dramanya, Kan’ami sering mengambil kejadian-kejadian yang hangat terjadi sambil menambahkan percakapan humor didalamnya. Setelah mengadakan ekseperimenya Kan’ami berhasil memasukkan unsur tari (Kusemai) dan lagu (Kouta) ke dalam drama Noh dan Kyougen. Dengan dimaksukkannya tarian dan lagu ke dalam drama Noh dan Kyougen tersebut, maka Noh dan. 17 Universitas Sumatera Utara.

(25) Kyougen dapat mencapai kedudukan yang tinggi dalam kebudayaan Jepang. Sehingga Noh dan Kyougen pada saat ini mendapat apresiasi dari masyarakat. b. Periode Konsolidasi Zeami Zeami pada usia dua puluh dua tahun telah ditinggalkan ayahnya. Oleh karena itu Zeami sangat bertanggung jawab terhadap perjuangan hidup ayahnya dalam bidang seni. Zeami selama sepuluh tahun lebih berlatih untuk hidup dalam kesukaran. Walaupun hidup Zeami penuh dengan kesukaran, ia terus berusaha menlanjutkan perjuangan ayahnya dalam memantapkan drama Noh dan Kyougen. Zeami dalam memperkaya gaya seninya banyak mengambil gaya seni dari kan’ami walaupun pada awalnya zeami berangkat dari kebudayaan kota, berbeda dengan kan’ami yang berawal dari desa. Zeami cenderung mengikuti jejak kan’ami yang mengutamakan desa dan memperhatikan rakyat. Yoshinobu (dalam Eman Kusdiyana, 2010 : 40). Akhirnya zeami berhasil menulis sebuah buku, yaitu Fushi Kaden. Munculnya buku Zeami tersebut menunjukkan bahwa Zeami berada pada puncak kemampuannya. Oleh karena itu Zeami sering muncul di berbagai pertunjukan di Kyoto dan di daerah-daereh lainnya. Sehingga Zeami menjadi sangat berpengaruh di masyarakat sekitarnya. Pada kesempatan ini Zeami berusaha melebarkan sayapnya dalam pementasan seni drama dan memperkaya gaya karya seninya. Dalam memperkaya gaya seninya tersebut Zeami banyak mengambil gaya seni dari Kan’ami. Hal ini merupakan persembahan yang luar biasa dari Zeami dalam mengangkat drama Noh dan Kyougen ketingkat artistik yang tinggi. Dalam usaha memantapkan Noh dan Kyougen, Zeami mengalami rintangan yang cukup berat. Rintangan ini muncul ketika Ashikaga Yoshinori. 18 Universitas Sumatera Utara.

(26) menjadi shogun pada tahap 1429. Zeami dan anaknya yang pertama Motomasa dilarang mementaskan Noh dikalangan Bakufu. Sebetulnya Zeami ini didukung juga oleh Ashikaga Yishimitsu, hanya pada situasi politik pada saat itu, Zeami terpaksa diasingkan ke pulau Sado. Ketika dibuang Zeami telah berusia 71 tahun dan pada saat inilah Zeami mencapai sebuah keberhasilan yang gemilang dan menulis buku-buku Noh. Yoshinobu (dalam Eman Kusdiyana 2010: 41). Selama dalam pengasingannya, Zeami selalu memikirkan nasibnya yang malang dan memikirkan masa depan Noh dan Kyougen di masa yang akan datang. Dan tiga tahun kemudian setelah meyelesaikan penulisan buku-buku Noh di pengasingannya Zeami diizinkan kembali pulang ke Kyoto. Setelah pulang dari pengasingan, Zeami tinggal bersama suaimi saudara perempuanya, yaitu Zenchiku Ujinobu. Di rumah zenchiku, zeami berhasil membuat kisah-kisah drama Noh terkenal seperti Takasago dan Hagoromo. Dan selain itu juga, Zeami membuat kisah Kyougen, seperti Kani Yamabushi dan Fuku no kami dan lain-lain, sehingga meninggal disini pada tahun 1443.Pada masa konsolidasi Zeami ini, telah dibuat kisah-kisah terkenal drama Noh dan Kyougen, sehingga periode ini merupakan periode yang kaya akan cerita-cerita drama Noh dan Kyougen yang terkenal. c. Periode Konsolidasi Onami dan Zenchiku Periode konsolidasi Onami dan Zenchiku merupakan tahap akhir dari periode konsolidasi Noh dan Kyougen. Walaupun pandangan-pandangan mereka berdua saling bertentangan, tetapi mereka berhasil dalam mendamarbaktikan hidupnya terhadap pembuatan suatu pertunjukan dan azas-azas Noh dan Kyougen secara lebih luas. Antara Onami dan Zenchiku berbeda pandangan dalam seninya,. 19 Universitas Sumatera Utara.

(27) misalnya seni Onami merupakan seni yang heterodoks (menyimpang dari kepercayaan), sedangkan seni Zenchiku merupakan seni otordoks. Karena Zenchiku mempunyai hubungan dengan Zeami maka dia mengikuti tradisi ortodoks dari Zeami. Onami tampaknya dapat melampaui zeami dalam hal teknik. Sehingga kegiatan-kegiatan di Kyoto sangat menonjol. Dengan adanya kegiatan tersebut, Zenchiku berhasil mengembangkan teori-teori Yugen dan menulis tentang segi musik Noh.Pada tahap akhir konsolidasi ini, drama Kyougen mencapai populeritasnya yang hebat. Dan keadaan seni drama pada tahap akhir periode ini Ennen Noh dan Sarugaku Noh telah tenggelam ke dalam kepunahannya dan hadir secara terbatas hanya di provinsi-provinsi terpencil saja, sehingga dengan sedemikian rupa perkembangan Noh dan Kyougen dalam masa konsolidasinya, secara praktis memonopoli bidang drama Jepang. Selain itu pada tahap akhir periode konsolidasi ini tumbuh subur keseniankesenia yang dimainkan oleh para wanita, para pemain amatir dan para Shomuji (para pengamen dari pintu pintu), begitu juga dengan seni drama Noh dan Kyougen. Kesenian yang dimainkan oleh Shomouji ini adalah kesenian dari kalangan msyarakat rendah.Pada periode ini terlihat bahwa drama Noh dan Kyougen menjadi drama perwakilan zaman Chuusei dan selanjutnya drama Noh dan Kyougen semakin disempurnakan lagi hingga mendapat kestabilannya di masa berikutnya. 3.2.2 Periode Peralihan Pada periode peralihan ini, drama Noh dan Kyougen tidak saja dinikmati oleh kalangan atas saja seperti kalangan istana, militer dan kuil-kuil, tetapi kalangan masyarakat biasapun ikut menikmatinya. Banyak orang-orang. 20 Universitas Sumatera Utara.

(28) menemukan kesenangannya dalam menikmati Yokyoku (naskah-naskah Noh), menyanyikan nyanyian Kyougen dan bahkan pada waktu menikmati pertunjukan Noh dan Kyougen. Noh dan Kyougen dalam masa perubahan atau peralihan ini muncul sebagai kesenian drama yang digemari dan dihargai oleh seluruh bangsa Jepang, kemudian drama Noh dan Kyougen lama-kelamaan terlepas sama sekali dari kuil-kuil Buddha dan Shinto. Noh dan Kyougen ini telah menjadi sebuah budaya Jepang yang mandiri. Kyougen dalam bagian akhir periode konsolidasi ini mengalami perkembangan setahap dari drama Noh. Sehingga Kyougen dapat berdiri sendiri dan lebih kaya isinya. Dalam periode peralihan, sebagai akibat dari keadaan masyarakat yang kebingungan, maka perpindahan-perpindahan dari kelompok masyarakat yang satu ke kelompok atau kelas sosial yang lain terjadi dan masyarakat bisa mengalami peningkatan kelas baik secara ekonomi mupun secara sosial. Status masyarakat pada periode ini mengalami suatu peningkatan, maka akibatnya timbul semangat dari golongan sosial bawah yang terkenal dengan istilah Gekokujo (kebangkitan kelompok bawah) dan semangat berpikir kritis melanda masyarakat dimana-mana. Semua pikiran kritis dari masyarakat bawah ini digambarkan dengan bentuk peragaan drama yang berbau ironi, humor halus dan humor kasar, nyanyian-nyanyian dan tarian-tarian. Perubahan status masyarakat biasa ini mempengaruhi drama Noh dan Kyougen. Sehingga drama Noh dan Kyougen tersebut mengalami perubahanperubahan, semula drama Noh dan Kyougen dinikmati oleh golongan atas, tetapi setelah ada perubahan tersebut, maka drama Noh dan Kyougen dinikmati pula oleh golongan sosial bawah. Begitu juga dalam hal melodi dan tarian mengalami. 21 Universitas Sumatera Utara.

(29) perubahan-perubahan.. Dengan. demikian. periode. ini. dikatakan. periode. peralihan/perubahan. 3.2.3 Periode Stabilisasi Periode stabilisasi dalam Noh dan Kyougen adalah Proses penyempurnaan isi, melodi, naskah, dan tata dialog dalam drama Noh dan Kyougen. Suatu hal yang mempercepat pemantapan drama Noh dan Kyougen pada periode ini, adalah adanya pengakuan Bakufu oleh Tokugawa terhadap kedua drama tersebut. Tokugawa menjadi perlindungan yang baru. Sesuai dengan pengakuan Bakufu drama Noh di pertunjukkan untuk kegiatan-kegiatan seremonial keagamaan. Berkat perlindungannya yang baru dari Okugawa, maka drama Noh pada saat itu memperoleh bobot, kekhidmatan, keagungan dan karakteristik estetik yang tinggi, sehingga drama Noh dapat disempurnakan sebagai drama simbolik yang agung. Sedangkan Kyougen pada saat itu telah mencapai suatu tingkat pemantapan yang sesungguhnya.Dalam upaya untuk mempertahankan drama Noh yang tengah berlansung, kehati-hatian dalam produksinya selalu dijaga agar produknya menunjukkan suatu tingkat yang tinggi. Dilain pihak dengan runtuhnya pemerintahan Bakufu yang dipimpin Tokugawa pada tahun 1867, maka Noh dan Kyougen kehilangan sumber perlindungannya, sehingga berada dipinggir jurang kehancurannya. Tetapi pada saat-saat kritis seperti ini Umewaka Minoru diikuti para artis berbakat berjuang mati-matian menjaga dan mempertahankan kesenian tradisi bangsanya. Untuk itu drama Noh dan Kyougen berhasil diselamatkan kembali dari kepudarannya yang nyaris terjadi.. 22 Universitas Sumatera Utara.

(30) Akhirnya drama Noh dan Kyougen berdasarkan kualitas dramatik yang unik sifatnya, berhasil merebut simpati dan penghargaan masyarakat kembali, menyebabkan drama Noh dan Kyougen sampai pada suatu titik kestabilan.. 23 Universitas Sumatera Utara.

(31) BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Setelah pemaparan mengenai Perkembangan Drama Noh dan Kyougen pada Zaman Chuusei, maka penulis dapat mengambil kesimpulan, diantaranya sebagai berikut: 1. Sekitar abad ke-7 Gigaku, Bungaku, dan sarugaku (Sangaku) diperkenalkan dari cina. Sarugaku digabungkan dengan ritual pertanian shinto dan menjadi dengaku dan Sarugaku, kemudian menjadi Noh dan Kyougen pada periode Muromachi. 2. Drama Noh dan Kyougen merupakan hasil karya sastra Zaman Chuusei dan meupakan bagian dari budaya Jepang. Drama ini mengungkapkan kondisi kehidupan masyarakat pada zaman chuusei. 3. Latar belakang lahirnya drama Noh dan Kyougen tidak terlepas dari suatu kejadian yang terjadi secara lansung mempengaruhi aspek, ekonomi, dan kebudayaan pada zaman Chuusei. 4. Lahirnya drama Noh dan Kyougen merupakan perwakilan drama pada zaman Chuusei. Noh menonjolkan suatu kehalusan dan keindahan, sedangkan kyougen bersifat kerakyatan yang didalamnya terkandung unsur-unsur realita. 5. Pada perkembangan drama Noh Kyougen untuk mencapai suatu kestabilan diuraikan dalam beberapa periode, yakni periode konsolidasi Kan’ami adalah periode yang menandai adanya suatu peralihan dari sarugaku Noh ke Nohgaku (Noh dan Kyougen) yang sudah dipertunjukkan diberbagai tempat. Periode Konsolidasi Zeami merupakan periode yang kaya akan cerita-cerita drama Noh. 24 Universitas Sumatera Utara.

(32) dan Kyougen yang terkenal. Periode Konsolidasi Onami dan Zenchiku merupakan tahap akhir konsolidasi dan peda periode Noh dan Kyougen menjadi drama perwakilan zaman Chuusei dan semakin disempurnakan hingga mendapat titik kestabilan pada masa berikutnya. Periode peralihan, pada periode ini drama Noh dan Kyougen tidak saja dinikmati oleh golongan sosial atas tetapi golongan sosial bawah juga ikut menikmatinya. Dan periode Stabilisasi, yang dimaksud periode stabilisasi Noh dan Kyougen adalah suatu proses penyempurnaan isi, melodi dan tata dialog dalam drama Noh dan Kyougen, dan pada periode ini drama Noh dan Kyougen sampai pada suatu titik kestabilan.. 4.2 Saran Dalam perkembangan drama Noh dan Kyougen kita dapat melihat bagaimana gambaran kondisi masyarakat Jepang yang mengalami penderitaan yang diakibatkan bencana alam maupun bencana akibat perbuatan manusia sendiri dan penindasan yang dilakukan penguasa terhadap golongan sosial bawah. Hingga berdasarkan hal tersebut kita dapat memahami dan dapat dijadikan pelajaran bagi kita. Bagaimana perjuangan hidup bangsa Jepang dapat bangkit dari berbagai penderitaan hingga menjadi negara yang makmur dan menjadi negara maju seperti yang kita lihat sekarang ini. Meskipun saat ini modernisasi di Jepang terus berkembang, namun masyarakat jepang tetap mempertahankan kebudayaan dan sisi tradisional hingga tetap ada sampai saat ini.. 25 Universitas Sumatera Utara.

(33) DAFTAR PUSTAKA Kusdiyana, Eman. (2010). Mengenal Drama Klasik Jepang (Telaah Naskah) Noh Kyougen. Medan: USU Press. Renariah. (2008). “Kabuki”, Jurnal Sastra Jepang. Universitas Kristen Maranatha. Bandung. http://ariputriyanti.blogspot.com/2013/12/kesusastraan-jepangnoh.html?m=1(Diakses pada 05 Juli 2020 ) https://gakuseicodes.wordpress.com/2016/02/14/kyogen-drama-tradisionaljepang/(Diakses pada 02 Juli 2020 ) https://id.wikipedia.org/wiki/Bunraku (Diakses Pada 25 Juni 2020). 26 Universitas Sumatera Utara.

(34) ABSTRAK Jepang adalah negara yang mempunyai berbagai macam kebudayaan. Meskipun saat ini Jepang mengalami perkembangan dan kemajuan setiap saat. Namun, Jepang masih tetap menjaga dan mempertahankan beragam budaya dan seni tradisional. Kebudayaan maupun karya seni yang ada di Jepang dapat dilihat perkembangannya berdasarkan setiap zaman. Salah satunya adalah drama Noh Kyougen. Drama di Jepang memiliki sejarah yang sangat panjang. Pada zaman kuno, ritual berdoa demi hasil panen yang baik untuk berburu, menangkap ikan, dan bercocok tanam diadakan dekat dengan kehidupan masyarakat. Masyarakat Jepang mempertahankannya sebagai seni pertunjukan rakyat. Sekitar abad ke-7 Gigaku, Bungaku, dan Sarugaku diperkenalkan dari Cina. Sarugaku digabungkan dengan ritual pertanian Shinto dan menjadi Dengaku dan Sarugaku, kemudian menjadi Noh dan Kyougen pada periode Muromachi. Pada zaman Chuusei perkembangan drama terbagi dalam empat periode, yakni drama pada periode Chuusei I adalah periode permulaan dari seni drama zaman Chuusei. Drama pada periode Chuusei II, perkembangan drama dipengaruhi Buddhisme dan shintoisme, dimana agama memberi pengaruh dominan baik dalam kehidupan budaya maupun dalam kesenian drama. Dan Drama pada periode Chuusei III dan periode Chuusei IV merupakan lahir Kan'ami dan anaknya Zeami sebagai seniman besar serta timbulnya gaya baru dalam seni drama yakni lahirnya seni drama Noh dan Kyougen atau disebut Nohgaku. Berdasarkan sejarahnya, latar belakang lahirnya drama Noh Kyougen tidak terlepas dari suatu kejadian atau peristiwa yang terjadi pada masa yang. Universitas Sumatera Utara.

(35) bersangkutan. Dimana masyarakat mengalami penderitaan sebagai akibat dari perang Nanbokuchou, perang Onin, dan perang Sengoku. Dengan demikian, drama Noh Kyougen dijadikan sebagai tumpahan penghiburan atas penderitaan yang dirasakan golongan sosial bawah. Perkembangan drama Noh dan Kyougen secara garis besar terbagi dalam tiga periode, yaitu periode konsolidasi, periode perubahan, dan periode stabilisasi. Periode konsolidasi menandai adanya suatu peralihan dari sarugaku Noh ke Noh dan Kyougen. Dalam drama Noh dan Kyougen dimasukkan unsur tari dan lagu. Drama Noh dan Kyougen semakin berkembang dan menjadi drama perwakilan zaman Chuusei. Pada periode peralihan, drama Noh dan Kyougen tidak hanya dinikmati kalangan atas. Namun drama Noh dan Kyougen dalam masa peralihan ini muncul sebagai kesenian drama yang digemari dan dihargai oleh seluruh bangsa Jepang. Yang dimaksud dengan periode stabilisasi Noh dan Kyougen adalah suatu proses penyempurnaan isi, melodi, naskah dan tata dialog dalam drama Noh dan Kyougen. Drama Noh dan Kyougen dilindungi Tokugawa. Berkat perlindungan Tokugawa, drama Noh disempurnakan sebagai bentuk drama simbolik yang agung sedangkan Kyougen mencapai suatu titik pemantapan yang sesungguhnya. Setelah melewati periode tersebut, maka pemantapan semakin jelas terlihat hingga drama. Noh. dan. Kyougen. sampai. pada. suatu. titik. kestabilan.. Universitas Sumatera Utara.

(36) Universitas Sumatera Utara.

(37) 2 Universitas Sumatera Utara.

(38) Universitas Sumatera Utara.

(39) Universitas Sumatera Utara.

(40) 2 Universitas Sumatera Utara.

(41) 3 Universitas Sumatera Utara.

(42)

Referensi

Dokumen terkait

Setelah melakukan analisis tentang model ini, yang dapat disimpulkan dari masalah ini adalah bahwa jika tidak adanya penambahan lahan makam disetiap tahunnya, maka

Toksoplasmosis paru (pneumonitis) juga dapat terjadi pada pasien dengan AIDS yang tidak menerima obat anti-HIV yang sesuai atau profilaksis primer untuk toksoplasmosis.. Tidak

Dalam memberikan layanan bimbingan kelompok untuk meningkatkan kemampuan calistung bagi siswa memberikan pemahaman mengenai masalah yang dialami siswa yang tidak

diadaptasiolehWahyu (2015) danRyff Psychological Well Being Scale yang diadaptasiolehAbdillah (2016).Data yang diperolehdianalisisdenganteknikkorelasi

makhram (Saudara mukhrim) 18 menurut penulis merupakan sebuah faktor utama yang menyebabkan ketimpangan gender yang terjadi di dalam ranah politik internasional

Dengan metode depresiasi yang berbeda, nilai present worth dari pajak yang akan dibayar akan semakin rendah apabila metode. depresiasi yang digunakan semakin cepat menurunkan

Perdana menteri yang berperan sebagai pemimpin partai mayoritas dalam Majelis Rendah dan juga sebagai pimpinan (ketua) dari politisi-politisi partai yang duduk dalam badan

Hydrogen peroxide was selected as green oxidant in this research due to formation of water as green by-product in the reaction. Hydrogen peroxide is a relatively mild oxidant